autopsi mulut

Upload: ika-yulia-ika

Post on 11-Jul-2015

154 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TEKNIK AUTOPSI MULUTA. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang positif dan negatif bagi manusia. Tak jarang bukti kejahatan dapat dimusnahkan sehingga aparat penegak hukum kesulitan dalam menentukan siapa pelaku dan korban tindak kejahatan. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir masyarakat dikejutkan oleh terjadinya bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang. Kasus kejahatan juga tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasuskasus seperti ini tak jarang dijumpai korban jiwa yang tidak dikenal dan perlu dilakukan identifikasi. Disitulah identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi forensik. Pada keadaan korban yang masih utuh, identifikasi dapat dilakukan secara konvensional, seperti yang lazim dilakukan aparat, antara lain dengan menggunakan ciri-ciri muka dan tubuh, benda atau barang-barang pribadi, surat/dokumen/kartu identitas, sidik jari, dan lain-lain. Untuk mengetahui identitas korban yang sudah tidak utuh atau sudah rusak, dapat dilakukan dengan cara autopsi. Autopsi berasal dari bahasa Yunani yaitu auto, yang berarti sendiri dan opsis yang berarti melihat. Autopsi diartikan sebagai pemeriksaan postmortem sesosok mayat, yang meliputi organ-organ dan struktur-struktur dalam setelah dilakukan diseksi, untuk menentukan sebab kematian atau sifatsifat perubahan patologis. Autopsi disebut juga necropsy (Dorland, 2002). Setiap negara memiliki hukum dan peraturan yang berbeda dalam pemeriksaan medikolegal. Seringkali kerabat harus diberitahukan mengenai tempat dan waktu autopsi, sehingga mereka dapat diwakilkan oleh pengacara atau dokter perwakilan mereka. Adalah bebas bagi ahli patologi untuk menolak melakukan autopsi jika dia keberatan untuk hadir. Dalam banyak pembunuhan, autopsi sekunder dihadiri oleh perwakilan ahli patologi lain termasuk disini adalah petugas koroner dan pemeriksa medis yang melawan pengacara yang mewakili terdakwa. Polisi juga hadir bila ada kematian yang disebabkan tindak kriminal atau mencurigakan. Dalam kasus kriminal atau kasus mencurigakan, ahli patologi

1

harus membatasi jumlah orang-orang yang hadir. Tidak hanya akan memperbesar risiko kehilangan kerahasiaan, tetapi juga dapat membuat kamar mayat menjadi penuh sesak. Hambatan dalam pergerakan ini akan menyebabkan gangguan dan menambah jumlah risiko infeksi dan kontaminasi terutama HIV dan Hepatitis B. Siapapun yang hadir pada autopsi kasus kriminal dan kematian harus ditulis dan didaftar oleh ahli patologi pada laporan autopsi. Dalam pembunuhan, perkiraan pembunuhan, dan kasus mencurigakan lainnya, ahli patologi harus menghadiri tempat kejadian perkara sebelum mayat dipindahkan. Fungsi ahli patologi forensik pada tempat kejadian perkara adalah secara umum untuk menilai lingkungan,situasi lokal, dan posisi serta kondisi mayat. Ahli patologi harus selalu memiliki peralatan yang pantas untuk dibawa ke lokasi investigasi. Kebanyakan ahli forensik membawa tas pembunuhan dalam mobil mereka dan meski setiap ahli memliki pilihan peralatan tersendiri, berikut ini adalah peralatan yang pantas: 1. Apron tahan air dan sarung tangan karet 2. Termometer, spuit dan jarum, kasa steril 3. Set diseksi otopsi, termasuk gergaji tangan 4. Jarum dan benang untuk menutup tubuh 5. Kain pel dan kotak kontainer untuk darah dan cairan tubuh 6. Tabung formalin untuk ambilan histopatologi 7. Kantung plastik, amplop, kertas, pen dan pensil 8. Diagram cetak tubuh untuk merekam luka eksternal 9. Lensa tangan, obor listrik, minitape recorder 10. Kamera, biasanya 35 mm refleks lensa tunggal dengan cahaya elektronik B. Autopsi Mulut Salah satu jenis autopsi yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi korban tindak kejahatan maupun bencana alam adalah autopsi mulut. Autopsi mulut merupakan suatu pemeriksaan postmortem sesosok mayat, yang dilakukan

2

pada rongga mulut untuk menentukan sebab kematian atau sifat-sifat perubahan patologis. Bagian dari rongga mulut yang dapat digunakan sebagai dasar identifikasi korban diantaranya : a. Bibir Pada bibir diamati apakah terdapat bubuk kering atau tidak. Bubuk kering ini mungkin berasl dari obat-obatan atau racun. Korosi pada bibir, mulut, dan dagu mungkin dapat ditemukan pada kasus kematian karena keracunan. Selain itu pada bibir juga diamati apakah terdapat petechiae atau tidak. b. Lidah Lidah diperiksa untuk mengetahui apakah kematian disebabkan karena penyakit dan trauma, termasuk gigitan yang memberi kesan pukulan pada rahang atau karena epilepsi. Lidah sebaiknya diiris untuk mendeteksi perdarahan di dalam, kadang-kadang terlihat pada kasus kematian karena pencekikan. Perdarahan kebanyakan terlihat pada samping dan pusat dari bagian tengah dari lidah. Apabila tampak bendungan yang besar pada bagian posterior lidah berarti kematian disebabka karena adanya tekanan pada leher. Sebaiknya tosil dan dinding faring ikut diperiksa. c. Gigi Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapt dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut : 1. Derajat individualitas yang tinggi

3

Adanya pola erupsi dengan 20 gigi susu dan 32 gigi permanen serta dengan adanya perubahan karena rusak atau tindakan perawatan seperti pencabutan, tambalan dengan berbagai bahan pada berbaagi permukaan mahkota, perawatan saluran akar, ditambah ciri khas seperti bentuk lengkung, kelainan posisi gigi, dsb menyebabkan gigi sangat khas pada orang yang memiliki. 2. Derajat kekuatan dan ketahanan terhadap berbagai pengaruh kerusakan Sarana identifikasi konvensional dengan sidik jari biasanya cepat rusak sehingga memberikan hasil yang kurang memuaskan. Identifikasi dengan menggunakan gigi sangat mungkin dilakukan. Hal ini dikarenakan gigi memiliki struktur yang banyak mengandung bahan anorganik sehingga gigi kuat dan memiliki ketahanan terhadap berbagai pengaruh seperti trauma mekanis, khemis, termis, dekomposisi, dsb. Selain itu, gigi juga merupakan jaringan tubuh yang terdapat di bagian badan yaitu mulut yang cukup memberikan perlindungan terhadap berbagai pengaruh kerusakan yang telah disebutkan sebelumnya. Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan cara membandingkan antara data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan orang atau jenazah yang tidak dikenal (data postmortem) dengan data gigi yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang diperkirakan (data antemortem). Dengan membandingkan dua data ini, kemungkinan akan didapatkan dua hasil yaitu sama atau tidak sama. Apabila hasilnya adalah sama, maka dikatakan identifikasi positif. Ini berarti bahwa orang yang bahwa orang yang tak dikenal sama dengan orang yang diperkirakan. Sebaliknya, apabila hasilnya adalah tidak sama (identifikasi negatif), maka orang yang tak dikenal tidak sama dengan orang yang diperkirakan. Data antemortem merupakan syarat utama yang harus ada ketika akan melakukan identifikasi dengan sarana gigi. Data antemortem dapat berupa: Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan keadaan gigi pada pemeriksaan, pengobatan, atau perawatan gigi. Foto rontgen gigi Cetakan gigi Prosthesis gigi atau alat ortodonsi

4

Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi Keterangan atau pernyataan orang-orang terdekat di bawah sumpah

Untuk data postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antara lain : Gigi yang ada dan yang tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru atau lama. Gigi yang ditambal, jenis bahan dan klasifikasi tambalan. Anomali bentuk dan posisi gigi. Karies atau kerusakan gigi yang ada. Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang mungkin ada. Atrisi atau keausan permukaan oklusal gigi yang merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi akan sebanding dengan umur. Gigi M3 sudah erupsi atau belum. Lain-lain, misalnya : ciri-ciri populasi ras dan geografis. Disebutkan ciriciri incisival shovel shape pada gigi incisivus dan tubercullum carabelli pada gigi M1 atas (banyak dijumpai pada ras Mongoloid). Panjang, lebar, dan tinggi gigi serta kedalaman palatum juga perlu dicatat. d. Air Liur Identifikasi golongan darah korban melalui air liur atau saliva haruslah dibuat sediaan ulas pada TKP maupun pada korban yang masih terdapat air liur baik masih basah maupun kering. Identifikasi golongan darah dari air liur yang disebut sebagai saliva washing atau analisa air liur. Sediaan ulas yang tim identifikasi buat haruslah dikirim ke laboratorium serologis, apabila air liur atau saliva tersebut sekretor maka dapat diketahui golongan darah dari air liur tersebut. Sedangkan apabila air liur tersebut non sekretor maka sulit ditentukan golongan darah oleh karena terlampau banyak kemungkinan yang mempengaruhinya. Dalam penentuan golongan darah dari analisa air liur haruslah diingat teori paternalis yaitu suatu teori yang menentukan garis keturunan, dengan kata lain apabila korban maupun pelaku diketahui sedarah semenda-nya maka sedarah

5

semenda-nya salah seorang haruslah diambil salivanya untuk kepastian golongan darahnya. DAFTAR PUSTAKA Gadro, S. A., 1999, Peran Odontologi Forensik sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi Jenasah Tak Dikenal, Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 31, No. 3 : 195-199. Lukman, D., 2006, Buku Aja Ilmu Kedokteran Gigi Forensik, Jilid 2, CV. Sagung Seto, Jakarta, Page 71. http://www.pdgi-online.com/v2/index.php? option=com_content&task=blogcategory&id=19&Itemid=76 http://www.freewebs.com/autopsi_forensik/index.htm

6