asteno refrat
DESCRIPTION
nnnnnTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Asthenopia adalah gangguan fungsi penglihatan dengan penyebab dan
gejala- gejala yang sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis
psikologis bahkan faktor sosial. Asthenopia atau kelelahan pada mata sering pula
disebut sebagai Computer Eye Syndrome adalah suatu keadaan mata yang
bermanifestasi tidak spesifik seperti lelah, nyeri, penglihatan kabur, diplopia dan
sakit kepala. 1,2
Pada tahun 2006 diperkirakan 153 juta penduduk dunia mengalami
gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Survei yang
dilakukan optometris menunjukkan bahwa lebih 10 juta pemeriksaan mata per
tahun di Amerika Serikat dilakukan untuk masalah penglihatan. Di Indonesia
sendiri, pada sebuah penelitian yang dilakukan di RSU Cut Nyak Dien, Aceh pada
tahun 1997 menunjukkan astenopia menempati urutan keempat dari 10 penyakit
mata terbanyak dalam penelitian tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Muhdahani yang dilakukan pada 57 operator komputer yang mengoperasikan
komputer minimal 4 jam sehari didapatkan 88,5% mengalami astenopia
akomodatif atau kelelahan.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi mata2,4
Bola mata merupakan organ penglihatan manusia. Bola mata menempati
bagian depan orbit. Bola mata orang dewasa memiliki diameter sekitar
24,2-25 mm. Bola mata dilapisi oleh fascia tenon. Fascia tenon adalah
fascia yang menempel dari limbus sampai ke nervus optikus. Bagian
dalam fascia tenon menempel dengan episklera, sedangkan bagian luarnya
merupakan tempat perlekatan otot. Di antara fascia tenon dengan sclera
terdapat ruang potensial.
Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
lapisan fibrosa, terdiri dari sclera dan kornea, merupakan lapisan
paling luar. Lapisan fibrosa merupakan rangka dari bola mata.
Sklera merupakan lapisan yang berwarna putih, sedangkan kornea
transparan dan menonjol kea rah basis.
lapisan vascular, terdiri dari koroid, iris, dan badan siliaris. Koroid
merupakan lapisan yang terletak di antara sclera dan kornea.
Koroid memiliki vaskularisasi yang tinggi. Badan siliaris adalah
penebalan di sebelah posterior korneoskleral junction, berfungsi
sebagai tempat perlekatan lensa dan sekresi aqueus humor. Iris
adalah cincin kontraktil yang terletak di anterior lensa. Di tengah
iris terdapat pupil, yang berfungsi sebagai tempat masuknya
cahaya. Iris berfungsi mengatur lebar pupil. Fungsi ini dapat
dilakukan karena iris memiliki dua jenis otot, yaitu muskulus
dilator pupil dan constrictor pupil. Otot konstriktor pupil memiliki
persarafan parasimpatis, sedangkan dilator pupil simpatis.
lapisan neural, paling dalam, terdiri dari retina. Retina terdiri dari
pars optic(yang berfungsi menerima rangsang cahaya) dan pars
non-optik. Daerah tempat fokusnya cahaya secara klinis disebut
2
fundus optic. Pada fundus optic terdapat papil optic, yaitu tempat
masuknya nervus optikus. Di lateral papil optic terdapat macula ,
yang merupakan daerah paling sensitive terhadap cahaya.
Dalam bola mata terdapat beberapa struktur yang berperan dalam refraksi
cahaya. Struktur tersebut antara lain kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus
humor. Aqueus humor adalah cairan yang terletak pada segmen anterior bola
mata. Segmen anterior dibagi oleh iris dan pupil menjadi anterior dan posterior
chamber. Aqueus humor diproduksi di badan siliaris, muncul di chamber
posterior, masuk ke anterior chamber melalui pupil. Di sudut sklerokorneal
terdapat daerah trabekular yang memiliki kanal Schlemm, di sini aqueus humor
diserap. Lensa adalah struktur transparan dan bikonveks yang terletak di sebelah
posterior iris. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Posisi lensa
dipertahankan oleh serat zonule yang muncul dari badan siliaris. Vitreous humor
adalah badan gelatin yang terletak di posterior lensa dan menempel dengan retina.
Vitreous humor berkontribusi pada 2/3 volume dan berat bola mata.Vitreous
humor mengandung 99% air, dan sisanya kolagen serta hialuronan, yang berperan
memberikan konsistensi seperti gel.
Ga
Gambar anatomi mata
3
Area yang berperan dalam fungsi sensorik penglihatan adalah area 17
korteks serebri. Dari retina hingga korteks serebri terdapat banyak struktur yang
harus dilewati sinyal penglihatan.
Retina dapat dibagi menjadi bagian nasal dan temporal. Akson dari bagian
nasal akan menyilang ke sisi berlawanan pada kiasma optikum, sehingga berlajut
pada traktus optikus sisi kontralateral. Akson bagian temporal tidak menyilang
pada kiasma optikum, melainkan tetap pada bagian traktus optikus. Traktus
optikus akan bersinaps dengan nukleus genikulatum lateralis (LGN).
Akson LGN berjalan dalan kapsula interna sebagai radiation optika
menuju korteks visual. Akson yang berproyeksi untuk bagian atas lapang pandang
masuk ke korteks di bawah sulcus calcarina, dan sebaliknya untuk lapang pandang
bawah. Akson yang memproyeksikan bagian perifer retina akan masuk ke korteks
visual bagian anterior, sedangkan untuk bagian macula terletak pada kutub
posterior.
Cahaya yang datang dari jarak 20 kaki atau lebih dapat dianggap sebagai
cahaya paralel saat mencapai mata. Sementara itu, cahaya yang datang dari jarak
dekat masih divergen saat tiba di mata. Dengan begitu, titik fokus yang terbentuk
akan lebih jauh. Di sisi lain, jarak antara retina dan lensa tetap sama sehingga
cahaya semestinya jatuh di belakang retina. Bayangan yang tidak jatuh pada
retina, baik di depan maupun di belakang retina,tidak akan jelas(blur). Namun,
lensa memiliki mekanisme yang memungkinkan cahaya jatuh pada retina dengan
memperkuat kekuatan refraksinya, yaitu dengan akomodasi.
Akomodasi Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi yaitu:
Perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara
Perbatasan permukaan posterior kornea dan aqueous humor
Perbatasan aqueous humor dan permukaan anterior lensa
Perbatasan permukaan posterior lensa dan vitreous humor
Tempat perlekatan lateral ligamen lensa pada bola mata juga dilekati otot
siliaris. Otot siliaris merupakan bagian dari korpus siliaris, yang merupakan
lapisan koroid anterior yang mengalami spesialisasi. Otot ini memiliki dua serabut
otot polos yang terpisah, serabut meridional dan serabut sirkular.
4
Serabut meridinal membentang dari ujung perifer ligamen suspensorium
sampai peralihan kornea-sklera. Kontraksi dari serabut ini menyebabkan bagian
perifer dari lensa tertarik secara medial ke arah tepi kornea sehingga regangan
ligamen akan berkurang. Serabut sirkular tersusun melingkar mengelilingi
perlekatan ligamen sehingga terjadi gerak seperti sfingter saat berkontraksi.
Akibatnya, diameter lingkar perlekatan ligamen akan berkurang sehingga
regangan ligamen terhadap kapsul lensa berkurang.
Pengaturan akomodasi dilakukan oleh saraf parasimpatis yang mengatur
otot siliaris melalui saraf kranial III dari nukleus saraf III pada batang otak.
Perangsangan saraf parasimpatis akan menimbulkan kontraksi kedua set serabut
otot siliaris, yang akan mengendurkan ligamen lensa sehingga lensa semakin tebal
dan daya biasnya meningkat. Dengan begitu, mata bisa melihat lebih dekat
dibanding waktu daya biasnya rendah. Perangsangan simpatis memberi efek
tambahan terhadap relaksasi otot siliaris, tetapi efeknya sangat kecil dan tidak
terlalu berperan pada akomodasi normal.
Gambar. Proses akomodasi mata
5
B. Definisi
Astenopia menurut US National Research Council / WHO adalah
keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami
seseorang akibat menggunakan matanya. Astenopia atau kelelahan mata
adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera
penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi
pandangan yang tidak nyaman. Gejala-gejala yang ditimbulkan
diakibatkan oleh adanya upaya berlebihan mata untuk memperoleh
ketajaman binokuler yang sebaik-baiknya. Menurut Suma’mur, kelelahan
mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi- fungsi mata seperti
terhadap otot- otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan
secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Istilah lain
dari astenopia adalah eye strain, visual discomfort, dan ocular fatigue3
Gambar. Astenopia atau eye fatigue
C. Etiologi
Keluhan astenopia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial. Antara
lain,3,4
Menggunakan komputer dan alat elektronik lain yang terlalu lama
Membaca
Aktivitas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi dalam waktu
yang lama, misal berkendara
6
Terpapar cahaya terlalu terang atau silau
Berusaha untuk melihat dalam cahaya yang redup
Penggunaan computer dalam jangka waktu yang lama merupakan
penyebab tersering eye strain atau disebut dengan computer vision
syndrome.
D. Epidemiologi
Astenopia dapat terjadi baik pada orang yang tergolong normal
ataupun dengan faktor-faktor resiko tertentu. Keluhan ini lebih banyak
dijumpai pada umur lebih dari 40 tahun, para pemakai kacamata dan
mereka yang bekerja menggunakan penglihatan dekat dalam waktu lama.
Wanita lebih sering menderita astenopia daripada laki-laki.
Faktor risiko astenopia meliputi,
Aktivitas yang memerlukan fokus dan konsentrasi dalam waktu yang
lama seperti menggunakan komputer, membaca ataupun berkendara.
Adanya masalah pada mata seperti kelaian pada otot mata maupun
adanya kelaian refraksi.
Stress dan kelelahan
Perubahan suhu yang drastis2
E. Faktor Risiko
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelelahan mata adalah, 2
a. Usia
Menurut Guyton, menyebutkan bahwa daya akomodasi menurun pada
usia 45- 50 tahun
b. Lamanya melihat
melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia.
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan
kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan disertai
dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman.
7
c. Jarak pandang
Jarak pandang akan mempengaruhi akomodasi mata. melihat ke layar
dengan jarak 20 inchi dirasakan terlalu dekat, jarak yang sesuai adalah
40 inchi.
d. Masa kerja
masa kerja yang lama akan mempengaruhi kelelahan mata yang
muncul.
e. Bentuk dan ukuran objek kerja
F. Patofisiologi 1,2,3
Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling
mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:
1. Cahaya yang masuk ke dalam mata dari benda yang dilihat tidak cukup.
2. Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.
3. Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan
yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak
memadai.
Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu
keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas, kualitas, dan
distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup,
berfluktuasi, arah yang miring dan menyilaukan dapat mengurangi daya
sensifitas retina. Obyek berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur dan
kurang kontras atau bergerak, ternyata juga memudahkan timbulnya
astenopia.
Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot siliaris
dan otot-otot luar bola mata (Faktor intristik). Kelelahan otot siliaris
terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak sesuai ukurannya yang
menyebabkan kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu,
gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata
8
tidak sama besar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu
besar (anisometropia).
Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor
konstitusi. Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja
dibawah tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian obat-obatan,
kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain orang yang
berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorginisis baik
kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan
intelektual, dan selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki diri,
dapat kehilangan sebagian energi kehidupannya yang akhirnya dapat
mengalami kondisi kelelahan.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan
temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada
penderita astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara
astenopia dengan gangguan-gangguan akomodasi dan konvergensi.
Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan adanya diameter pupil
yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih lemahnya akomodasi
dibandingkan dengan orang normal. Tonus parasimpatis yang meningkat
merupakan dasar beberapa keluhan pada penderita astenopia
Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi
penglihatan. Stres pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi
pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil
dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi
demikian, otot- otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih
dipaksakan. Ketegangan otot- otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin
besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya
terjadi kelelahan mata, stres pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras
yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang
cukup lama.
9
G. Gejala Klinis 1,4
Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas, panas, tak
nyaman atau sakit sekitar mata.
2. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau penglihatan
warna berkurang.
3. Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat individual, dapat meningkatkan
dan biasanya menghilang bila istirahat atau bangun tidur.
Gejala- gejala kelelahan mata penyebab utamanya adalah
penggunaan otot- otot di sekitar mata yang berlebihan, kelelahan mata
dapat dikurangi dengan memberikan pencahayaan yang baik di tempat
kerja. Sedangkan sidharta, menyebutkan bahwa gejala kelelahan mata
antara lain:
1. Iritasi pada mata (mata pedih, merah berair)
2. Penglihatan ganda
3. Sakit sekitar mata
4. Berkurangnya kemampuan akomodasi
5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatam
persepsi
H. Diagnosis 2
Untuk mendiagnosis astenopia diperlukan anamnesis, ditanyakan
mengenai gejala- gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Gejala yang
dikeluhkan biasanya muncul akibat aktivitas mata yang intensif, beberapa
gejala yang muncul adalah pandangan kabur, melihat dobel, dry eyes, ,
pusing, kelopak mata terasa berat, nyeri pada mata dan mata berair.
Setelah ditanyakan mengenai gejala, tanyakan pula aktivitas yang
sebelumnya dilakukan oleh pasien. Gejala yang timbul dapat terjadi
10
setelah mata melakukan aktifitas yang intens dan memerlukan konsentrasi.
Dari anamnesis dapat diketahui aktivitas apa yang menyebabkan eye strain
atau astenopia. Setelah dilakukan anamnesis, dilanjutkan dengan
melakukan pemeriksaan fisik. Diperlukan pemeriksaan fisik mata yang
lengkap, pemeriksaan tajam penglihatan atau visus, mencari kelainan
refraksi, dan pemeriksaan lain untuk mengetahui keadaan anatomi mata
adakah kelaian organik. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum
yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Astenopia
didapatkan pada kelaian refraksi yang tidak dikoreksi dengan betul,
presbiopia, anisometropia yang berat, insufisien konvergen, paresis otot
penggerak mata dan penerangan waktu baca yang tidak baik. Pada pasien
hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di
daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Tidak ada
test diagnostik spesifik tertentu untuk mendiagnosis astenopia.
11
Gambar. Bagan astenopia
I. Penatalaksanaan2
Prinsip penatalaksanaan astenopia adalah dengan menghindari
penggunaan mata yang berlebihan dalam waktu yang lama. Untuk
mengatasi astenopia bisa digunakan obat tetes air mata (artificial tears),
dan mengobati kelainan yang ada misal kelainan refraksi dengan
menggunakan kaca mata. Astenopia dapat dicegah dengan cara
memberikan penerangan yang cukup di ruang kerja, menggunakan prinsip
20-20-20 ketika bekeja, setiap bekerja 20 menit, lihat ke arah horizontal
dengan jarak sekitar 20 kaki selama 20 detik, istirahat secara reguler ketika
bekerja dengan komputer. Dapat pula diberikan kompres air hangat
dengan mata tertutup, dan berikan artificial tears untuk menyegarkan mata.
Bila gejala eye strain atau astenopia berlangsung terus menerus perlu
dilakukan pemeriksaan mata lengkap untuk mengetahui adanya kelaian
refraksi.
12
J. Komplikasi
Tidak ada komplikasi yang serius atau berdampak panjang pada
astenopia, tetapi astenopia dapat mengganggu dan menyebabkan lelah
sehingga kemampuan untuk berkonsentrasi berkurang.
K. Prognosis
Penanganan yang tepat, pemeriksaan yang lengkap dan perubahan
kebiasaan dapat mengurangi gejala pada astenopia.
13
BAB III
KESIMPULAN
Astenopia menurut US National Research Council / WHO adalah
keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami
seseorang akibat menggunakan matanya. Astenopia atau kelelahan mata
adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera
penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi
pandangan yang tidak nyaman. Keluhan astenopia dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan
faktor sosial.
Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling
mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:
1. Cahaya yang masuk ke dalam mata dari benda yang dilihat tidak cukup.
2. Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.
3. Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan
yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak
memadai.
Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas, panas, tak
nyaman atau sakit sekitar mata.
2. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau penglihatan
warna berkurang.
3. Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.
Prinsip penatalaksanaan astenopia adalah dengan menghindari
penggunaan mata yang berlebihan dalam waktu yang lama. Untuk
mengatasi astenopia bisa digunakan obat tetes air mata (artificial tears),
dan mengobati kelainan yang ada misal kelainan refraksi dengan
menggunakan kaca mata.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
2. Guyton AC. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 11 Diterjemahkan oleh Adji
Dharma, Jakarta: EGC Buku Kedokteran
3. Eye strain detection and diagnosis. http://optometrist.com.au/eye-strain-
detection-diagnosis/ diakses tanggal 8 Januari 2013
4. Riordan-Eva P, Whitcher JP. 2007. Chapter 1: Anatomy and Embriology
of the Eye, in:Vaughan’s and Asbury’s General Opthalmology.
5. Eye strain from Mayo clinic
http://www.mayoclinic.com/health/eyestrain/DS01084/DSECTION=symp
toms diakses tanggal 6 Januari 2013
6. Eye fatigue causes, symptomp, treatment. http://www.webmd.com/eye-
health/eye-fatigue-causes-symptoms-treatment?page=2 diakses tanggal 6
Januari 2013
15
16