asmatikus

Upload: ferdy-arif-fadhilah

Post on 19-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    1. Konsep Pengetahuan

    1.1 Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga (Notoatmodjo, 2003).

    Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala

    sesuatu perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan

    dapat terwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara

    persepsi baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami

    oleh manusia berbentuk ideal (Arman, 2006).

    Menurut Suparlan (2005) pengetahuan adalah proses mengetahui dan

    menghasilkan sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk

    tahu, dengan kata lain pengetahuan adalah hasil ungkapan apa yang diketahui atau

    hasil dari pekerjaan.

    1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

    Menurut Bloom (1956), yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) bahwa

    pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

    kembali (reall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

    rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah.

    2. Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

    tersebut secara benar

    3. Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

    diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    4. Analisis

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi

    dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    5. Sintesis

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    6. Evaluasi

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

    pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

    yang telah ada.

    2 Konsep Keluarga

    2.1 Defenisi Keluarga

    Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

    darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, saling

    berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing untuk menciptakan

    dan mempertahankan suatu budaya (Baylon & Maglaya, 1978, dikutip dari

    Rasmun, 2001).

    Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang

    strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem

    keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari

    beberapa sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orang tua, anak,

    kakak, adik (sibling), kakek-nenek-cucu dan sebagainya (Effendy, 1998).

    Semua sistem ini saling berinteraksi, saling ketergantungan dan saling

    menentukan satu sama lain serta membentuk norma-norma atau ketentuan-

    ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut. Lingkungan

    Universitas Sumatera Utara

  • eksternal seperti sistem pendidikan, sistem hukum, sistem politik, sistem

    komunikasi, sistem kesehatan, sistem agama, sistem sosial dapat mempengaruhi

    sistem didalam keluarga, norma-norma yang akan berkembang sesuai dengan

    pengalaman masing-masing keluarga dalam menerima pengaruh lingkungan

    tersebut (Wahini, 2005).

    Sebagai bagian dari tugasnya untuk menjaga kesehatan anggota

    keluarganya, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas

    pemeliharaan kesehatan berdasarkan atas apakah anggota keluarga yakin menjadi

    sehat dan mencari informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat

    bersumber dari petugas kesehatan langsung ataupun dari media massa

    (Yankelovitch et al, 1979 dikutip dari Friedman, 1998).

    2.2 Fungsi Keluarga

    Menurut Effendy (1998), fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai

    berikut:

    1. Fungsi biologis

    a. Untuk meneruskan keturunan

    b. Memelihara dan membesarkan anak

    c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

    d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

    2. Fungsi psikologi

    a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

    b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

    d. Memberikan identitas keluarga

    3. Fungsi sosialisasi

    a. Membina sosialisasi pada anak

    b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

    perkembangan anak

    c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

    4. Fungsi ekonomi

    a. Mencari sumber-sumber penghasil untuk kebutuhan keluarga

    b. Pengaturan penggunaan penghasil keluarga untuk memenuhi kebutuhan

    keluarga

    c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang

    akan datang misalnya pendidikan anak-anaknya.

    5. Fungsi pendidikan

    a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

    membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya

    b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

    memenuhi perannya sebagai orang dewasa

    c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

    2.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.

    Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai

    tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga (Fredman, 1981

    dikutip dari Effendy, 1998) yaitu:

    1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga

    mengenal perkembangan fisik dari anggota keluarganya dan aktivitas yang

    normal atau tidak mampu untuk dilakukan. Hal ini erat hubungannya

    dengan pengenalan keluarga akan gejala-gejala penderita asma.

    2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera

    setelah keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarganya yang

    tidak sesuai dengan normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan

    cepat tindakan yang harus dilakukan untuk kesembuhan anggota

    keluarganya dengan segera membawanya ke petugas kesehatan.

    3. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang

    tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat fisik. Pada penderita

    asma adakalanya tidak mampu untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan

    aktivitas hidupnya.

    4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

    perkembangan fisik anggota keluarga. Keluarga membuat iklim yang

    kondusif bagi penderita asma dilingkungan rumah yang bersih agar merasa

    nyaman dan tentram.

    5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

    lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-

    fasilitas kesehatan yang ada. Untuk kesembuhan penderita asma, keluarga

    Universitas Sumatera Utara

  • harus memilki banyak informasi mengenai kesehatan fisik anggota

    keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang ada.

    Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan terdiri

    atas:

    1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga karena:

    a. Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta akan penyakit asma

    b. Rasa takut akibat masalah yang dihadapi sehingga membuat keluarga tidak

    fokus dalam mengenal masalah penyakit asma yang dihadapi anggota

    keluarganya.

    2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan

    yang tepat, disebabkan karena:

    a. Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah penyakit

    asma yang dihadapi keluarga

    b. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan

    dan kurangnya sumber daya keluarga baik itu dalam hal biaya, tenaga dan

    waktu dalam penanganan anggota keluarganya yang menderita asma.

    c. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan

    d. Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.

    e. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan yang ada

    f. Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau terutama bagi keluarga yang ada

    dipedesaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena:

    a. Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifat, penyebabnya, gejala

    dan perawatannya.

    b. Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.

    c. Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya

    keuangan dan fasilitas untuk perawatan.

    d. Konflik individu dalam keluarga, keluarga tidak peduli dan lebih

    menyalahkan satu dengan lainnya mengenai keadaan anggota keluarganya.

    4. Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara

    kesehatan disebabkan karena:

    a. Rasa asing dan sedikitnya dukungan dari masyarakat, adanya anggapan

    dan pemahaman masyarakat yang negatif terhadap penyakit asma

    membuat keluarga merasa menyerah.

    b. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

    c. Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan.

    3 Asma

    3.1 Pengertian Asma

    Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan

    banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan

    hiperesponsif jalan napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast,

    eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran

    napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik

    pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada

    berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma non-alergik, asma kerja dan

    asma yang dicetuskan aspirin (Hariadi, 2006).

    Perubahan cepat dari kerusakan berbagai organ tubuh yang disebabkan

    oleh hipoksemia, hiperkapnia maupun perubahan pH, yang dapat digolongkan ke

    dalam kegagalan pernapasan. Yang dimaksud dengan kegawatan asma adalah

    asma yang dapat menimbulkan akibat fatal yang meliputi:

    1. Asma dengan intensitas serangan yang tinggi, sehingga kematian dapat

    berlangsung dalam beberapa menit.

    2. Status asmatikus, yakni asma yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang

    konvensional.

    3. Total obtruksi asmatikus, yakni asma yang dapat menimbulkan kematian

    karena terdapatnya mucus plug yang dapat menimbulkan obstruksi total pada

    paru.

    4. Complicated asthmatic, yakni asma yang dapat menimbulkan komplikasi pada

    bagian respirasi sehingga menimbulkan perubahan asam basa.

    5. Repetitive asthmatic, yakni asma dengan intensitas frekuensi serangan yang

    bertubi-tubi dan tinggi. Pada umumnya penderita tidak mendapat pengobatan

    yang adekuat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.2 Penyebab Asma

    Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu

    (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor penjamu termasuk predisposisi genetik

    yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik

    (atopi), hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Predisposisi genetik untuk

    berkembangnya asma memberikan bakat atau kecendrungan untuk terjadinya

    asma. Beberapa kromosom yang berpotensi menimbulkan asma, antara lain:

    kromosom 6p, respons IgE terhadap alergen spesifik, kromosom 11 dan 12 yang

    mengkode mast cell growth factor, insulin-like growth factor dan nictric oxide

    synthase (Mahdi, 1999).

    Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan adalah

    penyebab utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan tersebut pada

    awalnya mensensitisasi jalan napas dan mempertahankan kondisi asma tetap aktif

    dengan mencetuskan serangan asma. Faktor lingkungan mempengaruhi individu

    dengan kecendrungan atau predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,

    menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan/atau menyebabkan gejala-gejala asma

    menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan

    kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status ekonomi

    dan besarnya keluarga (Hariadi, 2006)

    Menurut Mahdi (2006), interaksi faktor genetik atau pejamu dengan

    lingkungan kemungkinan, yaitu:

    1. Pajanan lingkungan hanya meningkatkan resiko asma pada individu dengan

    genetik asma

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan resiko

    penyakit asma

    3.3 Patofisiologi

    Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya

    hipersensitifitas dari cabang-cabang bronkus. Yang sering terserang adalah

    bronkus yang berukuran 3-5 mm dengan distribusi yang luas. Pada individu-

    individu yang rentan, lapisan dari cabang-cabang bronkhial tersebut akan menjadi

    lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan. Kerentanan dari seorang

    individu kemungkinan diturunkan secara genetik. Hal ini disebabkan karena

    adanya perubahan terhadap atau rangsangan yang berlebih-lebihan. Walaupun

    asma pada prinsipnya merupakan kelainan pada bagian jalan udara, akan tetapi

    dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan pada bagian fungsionil paru (Rab,

    1992).

    Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang

    berkualitas dan komposisinya sama. Udara umumnya mengandung 3 juta

    partikel/mm3. Partikel-partikel itu terdiri dari debu, tungau, bulu-bulu bintang,

    bakteri, jamur, virus dan lain-lainnya. Oleh karena adanya ekspos dari partikel-

    partikel ini secara terus-menerus, maka timbul mekanisme pertahanan dari tubuh,

    untuk melindungi diri dari partikel-partikel asing. Partikel yang berukuran lebih

    dari 10 um, diendapkan dimukosa hidung dan pharyng bagian atas. Partikel yang

    berukuran 0,3 sampai dengan 2 um sampai di alveolus dapat menetap di mukosa

    dan di fagositosis oleh sel-sel limfosit. Partikel yang berukuran 2 um sampai

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan 10 um, akan diendapkan di berbagai tempat di bronki dan bronkhiolus

    terminalis (Weiss, 1975, dikutip dari Mahdi, 1999).

    Hidung dan nasopharyng mempunyai fungsi untuk memproteksi saluran

    nafas trakea-bronkial dan alveoli dengan cara mekanis, menyaring partikel-

    partikel besar dan menyesuaikan suhu dan humiditas dari udara yang masuk

    selama respirasi, karena banyak mengandung pembuluh darah. Mulut dan pharyng

    juga dapat berfungsi sebagai air condition. Partikel-partikel asing yang masuk

    bersama udara inspirasi ke dalam trakea dan bronkus, terperangkap dalam lapisan

    di atas mukosa yang lengket sekali seperti gel (sol) (Bookman, 1984 dikutip dari

    Mahdi, 1999).

    Rambut getar dari sel epitel saluran napas bergetar hingga partikel tersebut

    terdorong keluar sampai ke daerah subglotis, yang seterusnya dikeluarkan dengan

    batuk. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan ciri dari mukus tersebut,

    karena aktivitas dan kelenjar mukus dirangsang oleh aksi saraf kolinergik dan juga

    mediator farmakologik seperti histamin. Ini dapat disebabkan oleh stimilasin

    vagus, zat-zat kimia, maupun iritasi mekanis (Knapp, 1976 dikutip dari Mahdi,

    1999).

    Mekanisme pertahanan lainnya terletak di dalam alveoli. Sel-sel alveoli

    ditutup oleh selaput tipis, yang berbentuk seperti film dan bergerak kearah

    bronkiolus, selaput ini membantu membersihkan alveoli, terhadap partikel-

    partikel yang masuk. Adakalanya partikel tersebut tinggal di dalam alveoli dan

    menembus dinding alveoli sampai jaringan interstitial, disini terjadi fagositosis

    oleh histiosit. Bila partikel tersebut tidak dapat difagositer, maka akan timbul

    Universitas Sumatera Utara

  • reaksi radang, fibrosis paru, atau reaksi alergi seperti alveolotis alergika (Weiss,

    1975, dikutip dari Mahdi, 1999).

    3.4 Patogenesis

    Terdapat bermacam-macam mekanisme yang berhubungan dengan

    terjadinya asma, yaitu:

    3.4.1 Aksi dari Otot Polos Bronkhial

    Pada keadaan normal, secara fisiologik tegangan otot polos bronkhial

    diatur keseimbangannya oleh pengaruh vagus (kolinergik) yang menyebabkan

    kontraksi dari otot polos dengan akibat penyempitan saluran napas dan stimulasi

    dari saraf simpatik (B adrenergik) memberi hasil yang berlawanan (Mahdi, 1999).

    Otot polos bronkhial memegang peranan utama dalam penyempitan

    saluran udara bila terdapat partikel asing yang masuk ke dalam bronkus. Karena

    adanya penyempitan saluran udara ini, maka volume udara yang masuk secara

    inspirasi dan ekspirasi jumlahnya akan menurun pada tiap siklus pernapasan.

    Sedangkan luas permukaan mukosa tidak berubah, hingga perbandingan antara

    luas permukaan mukosa terhadap volume udara yang masuk secara inspirasi

    meningkat. Hal ini menimbulkan refleks, yaitu kontriksi dari bronkus yang

    merupakan refleks otonom yang mempunyai mekanisme untuk melindungi

    alveolus dari stimulus yang berbahaya (Mahdi, 1999).

    Pada seorang penderita asma, kontriksi bronkus terjadi secara berlebihan

    hingga mengakibatkan gangguan fungsi pernapasan. Pada saluran nafas besar,

    Universitas Sumatera Utara

  • cincin tulang rawan berfungsi untuk mengurangi kontriksi otot polos. Pada saluran

    napas kecil, tulang rawan tersebut diganti oleh jaringan membran dan otot polos

    berbentuk spiral (Rab, 1992).

    Kontraksi dari otot polos menyebabkan penyempitan saluran napas.

    Penyempitan bronkus dapat terjadi secara reflektoris karena latihan jasmani yang

    berat, batuk yang paroksismal atau bernapas dalam udara dingin. Perubahan-

    perubahan diameter dari saluran udara dapat terganggu oleh karena faktor

    regional, misalnya perubahan kosentrasi zat asam dan karbon dioksida. Keaktifan

    susunan saraf pusat karena stimulus pada pusat lebih tinggi dapat mempengaruhi

    tonus otot bronkus dan dapat menyebabkan kontriksi bronkus.

    3.4.2 Mekanisme Immunologik

    Meskipun secara potensial banyak stimulus yang dapat menimbulkan

    reaksi asam, tetapi stimulus antigenik yang lebih menonjol, karena stimulus

    tersebut merangsang timbulnya respon imunologik. Paru mempunyai 2 macam

    bentuk pertahanan tubuh, yaitu:

    1. Imunitas alamiah atau nonspesifik: sistem mukosilier, refleks batuk,

    bersin.

    2. Imunitas yang spesifik, melalui mekanisme respon imun dari individu

    untuk menghadapi zat atau bahan yang merusak (Rab, 1992)

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.4.3 Kombinasi dari Aksi Otot Polos Bronkhial dan Mekanisme

    Immunologik

    Asma merupakan kombinasi dari mekanisme imunologik dan aksi otot

    polos bronkial. Episode serangan akut asma biasanya didahului dengan infeksi

    virus atau bakteri dari traktus respiratorik yang dapat menyebabkan kontraksi otot

    polos bronkus, yang kemudian dilanjutkan dengan terangsangnya mekanisme

    imunologik sehingga terlepasnya vaso aktif yang akan menimbulkan serangan

    asma ( Rab, 1992).

    3.5 Manifestasi Klinik

    Masalah utama dari asma adalah kepekaan selaput lendir bronkhial dan

    hiper-reaktif otot bronkial. Rangkaian pengaruh dari edema selaput lendir

    bronkhial, peningkatan produksi mukus (dahak) dan spasme otot polos, maka

    akan menimbulkan penyempitan jalan napas dan menyebabkan 4 gejala asma

    yang utama, yaitu: batuk, mengi, pernapasan pendek dan rasa sesak di dada

    (Somantri, 2008)

    Pada orang dewasa, gejala-gejala ini mungkin didahului dan disertai

    dengan rasa sesak di dada dan batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental

    dan lumen jalan napas sempit. Kadang-kadang dapat menghasilkan sputum yang

    berwarna jernih, hijau, atau kuning dan terdapat riwayat mengi yang berulang,

    juga sering kali pada malam hari. Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan

    otot-otot asesori pernapasan dan tidak toleran terhadap aktivitas. Pada anak hanya

    memperlihatkan gejala lesu yang ringan. Batuk yang persisten atau paroksismal,

    Universitas Sumatera Utara

  • terutama pada malam hari yang berlangsung selama lebih dari 10-14 hari (Susi,

    2002).

    3.6 Epidemiologi

    Asma termasuk penyakit sepuluh terbesar penyebab kesakitan dan

    kematian di Indonesia. Dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986

    menunjukkan asma munduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan

    (morbiditi). Pada tahun 1992, asma sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di

    seluruh Indonesia atau sebesar 5,6%. Bagian anak FKUI/RSCM melakukan studi

    prevalensi asma pada anak usia SLTP di Jakarta pusat pada tahun 1995-1996

    dengan menggunakan kuesioner modifikasi dari ATS 1978, serta melakukan uji

    provokasi bronkus secara acak. Seluruhnya 1.296 siswa dengan usia 11 tahun 5

    bulan 18 tahun 4 bulan, didapatkan 14,7% dengan riwayat asma (Woolcock &

    Konthen, 1990 dikutip dari PDPI, 2006).

    Studi prevalensi asma pada siswa SLTP se Jakarta Timur, sebanyak 2.234

    anak usia 13-14 tahun melalui kuisioner ISAAC (International Study of Asthma

    and Allergies in Chilhood) dan pemeriksaan spirometri dan uji provokasi bronkus

    pada sebagian subjek yang dipilih secara acak. Maka didapat prevalensi asma

    8,9% dan prevalensi kumulatif (riwayat asma) 11,5%. UPF paru RSUD dr.

    Sutomo (PDPI, 2006).

    Di Surabaya melakukan penelitian dilingkungan 37 puskesmas di Jawa

    Timur dengan menggunakan kuesioner modifikasi ATS, pemeriksaan arus puncak

    ekspirasi (APE) dan uji bronkodilator. Seluruhya 6.662 responden usia 13-70

    Universitas Sumatera Utara

  • tahun (rata-rata 35,6 tahun) mendapatkan prevalensi asma sebesar 7,7% dengan

    rincian laki-laki 9,2% dan perempuan 6,6% (Yunus, 2001 dikutip dari PDPI,

    2006).

    3.7 Pemeriksaan Diagnostik

    Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah

    dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti

    kelainaan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik (PDPI, 2006).

    3.7.1 Pemeriksaan Jasmani

    Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat

    normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah

    mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal

    walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan

    nafas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan

    hipersekresi dapat menyumbat saluran napas, maka sebagai kompensasi penderita

    bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran

    napas (PDPI, 2006).

    Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa.

    Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang

    sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain, misalnya: sianosis, gelisah, sukar

    bicara, dan takikardi (Dewi, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.7.2 Pengukuran Faal Paru

    Umumnya penderita asma sulit menilai berat gejala dan persepsi mengenai

    asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:

    1. Obstruksi jalan napas

    2. Reversibiliti kelainan faal paru

    3. Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan

    napas.

    Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah

    diterima secara luas (standar ) dan mungkin dilakukan adalah:

    a. Spirometri

    Pengukuran Volume Ekspirasi pada detik pertama (VEP1) dan Kapasiti

    Vital Paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur

    yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita

    sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk

    mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang

    Ireproducible dan acceptable.

    Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma, adalah:

    1. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1 /KVP < 75% atau

    VEP1 < 80% nilai prediksi

    2. Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 > 15% spontan, atau setelah inhalasi

    bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator

    oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2

    minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Menilai derajat asma (PDPI, 2006).

    b. Arus Puncak Ekspirasi (APE)

    APE dengan ekspirasi paksa membutuhkan kooperasi penderita atau

    instruksi yang jelas. Manfaat APE dalam diagnosis asma, adalah:

    1. Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE > 155 setelah inhalasi

    bronkodilator atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi

    kortikosteroid (inhalasi/oral, 2 minggu)

    2. Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti

    APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai

    derajat berat penyakit

    3.7.3 Peran Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis

    a. Uji Provokasi Bronkus

    Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya

    dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai

    sensitiviti yang tinggi, tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat

    menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti

    bahwa penderita itu asma (Dewi, 2008).

    b. Pengukuran Status Alergi

    Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji

    kulit atau pengukuran IgE spesifik serum. Uji tersebut mempunyai nilai kecil

    untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu mengidentifikasi faktor resiko atau

    pencetus sehingga dapat dilaksanakan kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Uji kulit adalah cara utama untuk mendiagnosis status alergi atau atopi,

    umumnya dilakukan dengan prick test. Pada uji ini juga dapat menghasilkan

    positif maupun negatif palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang

    relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan. Pengukuran IgE

    spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan (antara lain:

    dermatophagoism, dermatitis atau kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit, dan

    lain-lain). Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis

    alergi atau atopi (Dewi, 2008).

    3.8 Komplikasi

    Menurut Dewi (2008), bahwa komplikasi yang ditimbulkan dari asma

    yang terus berkelanjutan, adalah:

    a. Status asmatikus

    b. Bronkhitis kronik

    c. Atelektasis

    d. Pneumothoraks

    3.9 Penatalaksanaan

    Dalam lingkungan kedaruratan, penderita asma mula-mula diobati dengan

    agonis beta (mis: terbutalin, salbutamol, aminophilin) dan kortikosteroid

    (mis:prednisolon, metilprednisolon, deksametason). Penderita juga membutuhkan

    oksigen supplemental dan cairan intravena untuk hidrasi (Patu, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispnea, sianosis dan

    hipoksemia. Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker atau

    kateter hidung diberikan. Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai gas

    darah. PaO2 dipertahankan antara 65 mmHg dan 85 mmHg. Pemberian sedative

    merupakan kontraindikasi. Jika tidak terdapat respon terhadap pengobatan

    berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit (Ikarowina, 2008).

    Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas dalam

    darah, hal itu mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan

    membutuhkan ventilasi mekanis adalah kriteria lain yang menandakan kebutuhan

    akan perawatan di rumah sakit (PPIDAI, 2004).

    Adapun tujuan penatalaksanaan asma adalah:

    1. Agar penderita dapat memiliki kehidupan yang normal, terutama agar dapat

    berpartisipasi dalam hampir semua aktivitas yang diinginkannnya.

    2. Agar penderita terbebas dari serangan asma di waktu malam.

    3. Agar penderita tidak perlu menggunakan obat-obatan yang mengurangi asma

    setiap hari, kecuali pada saat setelah berolahraga yang berat.

    4. Agar penderita memiliki fungsi paru-paru yang normal atau optimal.

    (Hasting, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 4 Perawatan Keluarga Terhadap Anggota Keluarga yang Menderita Asma

    di Rumah

    Kemampuan keluarga untuk dapat mendeteksi dini perburukan dari

    anggota keluarga yang menderita asma adalah penting dalam keberhasilan

    penanganan serangan akut. Bila keluarga dapat membantu dan merawat anggota

    keluarga yang mengalami serangan asma di rumah, maka keluarga tidak hanya

    mencegah keterlambatan pengobatan tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk

    mengontrol asma (Sinclair, 1995).

    Asma bukan merupakan penyakit yang harus dititik beratkan untuk

    mendapatkan perawatan di rumah sakit, tetapi dapat juga mendapatkan perawatan

    di rumah oleh keluarga. Ada beberapa pertimbangan mengapa hal ini dilakukan,

    antara lain:

    a. Asma merupakan penyakit yang berulang, maka dengan adanya perawatan

    awal dari keluarga dapat mencegah serangan akut.

    b. Perawatan di rumah jauh lebih murah dari perawatan di rumah sakit.

    c. Perawatan di rumah merupakan perawatan gabungan antara perawatan

    keluarga yang penuh kasih sayang dan perawatan rumah sakit dengan

    mengirimkan petunjuk-petunjuk baik untuk pasien maupun untuk

    keluarganya. Dengan demikian dapatlah dijalin suatu kerjasama antara

    pihak rumah sakit dengan pihak keluarga di rumah.

    d. Apa yang dibutuhkan oleh pasien hanya bersifat pertolongan sementara

    dari keluarga. Suatu waktu pasien memang memerlukan perawatan di

    rumah sakit dan keluarga dapat membawanya kerumah sakit.

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Perasaan terisolasi dari keluarga dengan segala kekosongan di rumah sakit

    dapat dihindarkan. Sebaliknya suasana ditengah-tengah keluarga

    merupakan bagian dari suasana alamiah yang dapat memberikan pula daya

    penolong yang tidak kecil artinya.

    f. Mengingat ciri-ciri asma pada segala usia yang:

    a. Merupakan penyakit menetap dan tidak dapat disembuhkan secara

    mutlak

    b. Pada umumnya sering disertai dengan komplikasi penyakit lainnya,

    misalnya penyakit lambung dan penyakit jantung (Patu, 2009).

    4.1 Menjauhi Sumber Alergen

    Apabila telah diketahui bahwa benda-benda tertentu mempresipitasi

    serangan, perawatan di rumah yang utama adalah membantu penderita asma untuk

    menghindari benda-benda tersebut. Apabila penderita alergi terhadap debu, kamar

    tidur harus dibersihkan dari debu dengan penyedot debu atau dibersihkan secara

    teratur. Tungau debu di rumah dapat dikurangi dengan melapisi karpet dengan

    kantong plastik dan ganti linen tempat tidur dengan sering (Oliver, 1992).

    Apabila bulu binatang merupakan masalah, kain ditempat tidur dan bantal

    yang terbuat dari bulu atau rambut, harus diganti dengan bahan-bahan sintetis,

    seperti dengan karpet busa. Apabila penderita sensitif terhadap serbuk bunga,

    penderita asma harus tetap berada di rumah selama mungkin, jika jumlah serbuk

    bunga cukup banyak dan penderita harus menghindari bunga serta tanaman

    tersebut (Dawson, 1984)

    Universitas Sumatera Utara

  • Apabila penderita sangat alergi terhadap bulu kucing atau anjing, mungkin

    dapat mencari binatang peliharaan yang lain. Selain hal-hal tersebut, maka

    penderita juga harus menghindari, yaitu:

    1. Benar-benar melarang penderita merokok atau menghindari asap rokok

    2. Pastikan semua obat-obatan dikonsumsi sesuai resep

    3. Dukung untuk menerapkan teknik pernapasan yang benar, pernapasan

    diafragma

    4.2 Berolahraga Untuk Ketahanan Tubuh

    Meningkatkan kebugaran tubuh penderita asma, maka keluarga dapat

    mengajari penderita dengan berolahraga. Olahraga menghasilkan kebugaran fisis

    secara umum, menambah rasa percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh.

    Walaupun belum didapat standard dan cara penilaian bentuk olahraga yang

    dilakukan, akan tetapi banyak para ahli berpendapat bahwa olahraga bukan hanya

    mempertahankan fungsi paru-paru tetapi juga meninggikan kemampuan paru-

    paru. Banyak cara olahraga yang dapat mencegah asma, salah satu cara yang

    terkenal diantaranya; dengan senam aerobik. Bila dikhawatirkan terjadi serangan

    asma akibat olahraga, maka dianjurkan menggunakan beta2-agonis sebelum

    melakukan olahraga (Hasting, 2005).

    Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang

    dianjurkan karena dapat melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya,

    selain manfaat lain pada olahraga umumnya. Senam Asma Indonesia dikenal oleh

    Yayasan asma di seluruh Indonesia. Manfaat senam asma telah diteliti baik

    Universitas Sumatera Utara

  • manfaat subjektif (kuesioner) maupun objektif (faal paru), didapatkan manfaat

    yang bermakna setelah melakukan senam asma secara teratur dalam waktu 3-6

    bulan, terutama manfaat subjektif dan peningkatan O2 max (PDPI, 2006).

    Gerak badan yang ditujukan pada otot-otot pernapasan, yaitu:

    a. Gerak yang diarahkan pada posisi ke depan, ke belakang, ke samping

    kanan dan kiri.

    b. Gerakan yang ditujukan untuk mengembang dan mengempisnya paru-

    paru. Dalam hal ini dilakukan juga penarikan dan pengeluaran napas yang

    dilaksanakan secara teratur.

    Adapun usaha diri sendiri untuk mengatasi sesak nafas saat serangan asma

    juga dengan adanya arahan dari keluarga, antara lain:

    a. Beristirahat dengan cukup, apabila perlu berbaringlah di tempat tidur

    dengan posisi setengah duduk. Dengan melakukan posisi demikian maka

    sekat rongga dada akan turun ke bawah dan tekanan dari alat-alat di

    rongga perut dapat dikurangi. Untuk mengatasi gerak, ada baiknya untuk

    menyediakan di samping tempat ludah dan tempat buang air kecil

    sehingga tidak perlu lagi ke kamar mandi.

    b. Mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan petunjuk dokter dan usahakan

    menerima tamu seminimal mungkin, apalagi berbicara dengan banyak

    tamu pasti akan menambah sesak napas.

    c. Usahakan untuk menghentikan kebiasaan merokok yang buruk dan

    mengurangi makanan-makanan yang banyak mengandung gas, seperti ubi,

    kacang merah, kol, sawi, lobak, durian dan nangka. Usahakan untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • konsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering untuk mencegah lambung

    menekan rongga pernapasan.

    d. Jangan menahan dahak yang dibatukkan karena dahak turut juga

    mempersempit saluran pernapasan sehingga akan menyulitkan untuk

    bernapas.

    Pada prinsipnya olahraga ini bertujuan memperbaiki jalannya pernapasan

    dan memperkuat otot-otot pernapasan sehingga fungsi pernapasan berjalan lebih

    sempurna. Memperbaiki jalannya saluran pernapasan dapat juga melalui

    pengeluaran dahak dari dalam paru-paru sehingga dengan demikian fungsi paru-

    paru sebagai jalan udara menjadi lebih baik (Rab, 1992).

    Aliran udara dalam paru-paru disebut dengan ventilasi. Untuk menjamin

    baiknya ventilasi ini, maka diperlukan saluran pernapasan yang bersih. Oleh

    karena pada prinsipnya dahak juga benda cair yang akan bergerak ke tempat yang

    lebih rendah, maka untuk mengeluarkan dahak ini harus diingat hal-hal sebagai

    berikut, yaitu: apabila paru-paru yang penuh dahak ini ditempatkan pada posisi

    yang lebih tinggi, maka dahak akan mengalir keluar karena dorongan batuk. Oleh

    karena itu, letak dahak ini sangat tergantung pada posisi yang dilakukan. Sebelum

    melakukan gerakan-gerakan demikian haruslah diingat:

    a. Tidak ada gerakan paksa. Apabila menjadi lebih sesak karena latihan

    mengeluarkan dahak, maka sebaiknya latihan ini dihentikan.

    b. Latihan mengeluarkan dahak pertama jauhi lebih lama dari yang

    berikutnya. Oleh karena itu, usahakan latihan ini secara bertahap.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Mengeluarkan dahak yang terbaik bila disertai dengan batuk. Akan tetapi,

    batuk ini di dalam ilmu paru-paru mempunyai 2 bentuk, yaitu

    a) Batuk yang bermanfaat: yakni bila sementara udara yang masuk ke

    dalam paru-paru adalah sedikit

    b) Batuk yang tidak bermanfaat: batuk yang dapat menambah sesak

    nafas, yakni bila udara yang masuk lebih banyak dari udara yang

    keluar. Dalam hal ini terjadi apa yang disebut perangkap udara (air

    tappering) yang akan mengurangi fungsi pertukaran udara dalam paru-

    paru dan menambah sesak napas. Biasanya perangkap udara ini terjadi

    pada batuk yang lama dan panjang.

    Adapun posisi yang harus dilaksanakan adalah:

    a. Posisi nungging yang bertujuan untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru

    bagian bawah. Sebagai modifikasi dari posisi ini dapat dilakukan posisi

    samping.

    b. Posisi terlentang tungkai tinggi untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru

    bawah bagian depan.

    c. Posisi terlentang tungkai tinggi menyamping untuk mengeluarkan dahak

    pada paru-paru bawah bagian samping.

    Apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:

    a. Keadaan gawat oleh karena jantung maupun kelainan paru-paru.

    b. Nyeri

    c. Pernapasan dangkal

    d. Serangan jantung

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Pasien-pasien yang telah tua

    f. Pasien-apsien yang gemuk

    g. Sesudah operasi

    Maka dari hal itu dapat dilakukan perubahan yaitu penderita asma dengan posisi

    sebagai berikut:

    a. Posisi miring ke kiri 90o untuk mengeluarkan dahak pada bagian kanan

    bawah paru-paru.

    b. Posisi miring ke kanan 90o untuk mengeluarkan dahak pada paru-paru kiri

    bawah.

    c. Posisi miring ke kiri 45o untuk mengeluarkan dahak pada bagian kanan

    bawah dan kanan tengah paru-paru.

    Latihan ini diberikan 2 sampai 4 kali sehari selama 10 sampai 15 menit. Akan

    tetapi bila dahak terlalu banyak, maka latihan ini dapat sering dilakukan.

    a. Kaki yang ditekukkan pada waktu batuk sambil duduk pada posisi yang

    lebih tinggi.

    b. Kaki yang ditekukkan pada waktu batuk sambil duduk pada posisi yang

    lebih rendah dan batuk sambil berbaring.

    Latihan Pernapasan (Breathing Exercise)

    Menurut Hasting (2005), pernapasan yang baik sangat ditentukan oleh:

    1. Bersihnya saluran pernapasan

    2. Apabila seluruh paru-paru dapat bekerja pada pernapasan, disamping

    kualitas paru-paru harus cukup baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada umumnya kesulitan bernapas waktu mengeluarkan napas (expirasi)

    yang justru pada saat inilah otot-otot pernapasan diperlukan aktif. Untuk

    memperkuat otot-otot pernapasan, maka dikenal 2 latihan, yaitu:

    1. Latihan pernapasan sekat rongga dada yang biasanya dilakukan dengan

    berdiri oleh diri sendiri. Latihan ini dilakukan dengan meletakkan telapak

    tangan pada perut bagian atas dan kemudian mengadakan akspirasi

    panjang melalui mulut dengan menyempitkan rongga perut.

    a. Tekanan yang diberikan harus cukup kuat akan tetapi jangan sampai

    menimbulkan sakit.

    b. Sebaiknya latihan ini dimulai dengan mengeluarkan nafas, baru diikuti

    dengan pengisapan napas yang pendek.

    c. Pengeluaran napas ini dilakukan 4 sampai 5 kali dan diselingi dengan

    pengisapan napas pendek.

    2. Latihan gerak badan.

    a. Latihan gerak badan berdiri dengan dibantu oleh orang lain. Hal ini

    dilakukan dengan meletakkan telapak tangan pada bagian depan dada

    kemudian dilakukan penekanan selama fase ekspirasi.

    a) Latihan napas dada bawah, di mana telapak tangan diletakkan di

    bagian bawah dada dan tekanan diberikan ke arah luar pada waktu

    inspirasi.

    b) Latihan napas dada tengah, di mana telapak tangan diletakkan di

    bagian tengah dada selama inspirasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • c) Latihan napas dada atas, di mana telapak tangan diletakkan di

    bagian atas dada dan digerakkan dari atas pada waktu inspirasi.

    b. Latihan gerak badan berbaring. Prinsipnya sama dengan latihan gerak

    badan berdiri karena pada latihan ini diadakan ekspansi dada pada

    waktu inspirasi dan penekanan rongga dada pada waktu ekspirasi.

    a) Latihan napas dada bawah.

    b) Latihan napas dada atas. Latihan menghisap napas, dimana ini

    diberikan dalam posisi berdiri atau berbaring, kemudian ajarkan

    penderita mengambil napas yang dalam sambil berdiri dan

    kemudian mengeluarkan napas sambil membungkuk

    c) Latihan sambil melangkah, dimana satu langkah ke depan

    mengeluarkan napas. Dua langkah menarik napas.

    d) Latihan gerak rongga dada, dengan memberikan gerakan yang

    bebas pada rongga dada.

    e) Pijat ( Massage), untuk melemaskan ketegangan otot-otot dengan

    sentuhan-sentuhan yang halus.

    c. Latihan posisi.

    a) Mengubah posisi tubuh dari posisi yang satu ke posisi yang lain.

    b) Mencari posisi yang lebih tepat sehingga batuk menjadi lebih baik.

    c) Mengusahakan agar posisi tetap, sehingga penderita dapat

    melakukannya dalam waktu lama.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Latihan santai (Relaksasi)

    a) Posisi penderita pada tempat duduk, berdiri atau berbaring, sesuai

    dengan kemauan penderita.

    b) Lamanya latihan santai ini juga sesuai dengan kemauan penderita.

    c) Dalam latihan santai ini sering digunakan bantal sebagai pembantu

    sehingga keadaan kelihatannya lebih enak dan santai.

    e. Minum yang banyak dapat mengencerkan dahak yang kental dan

    semakin mudah untuk mengeluarkannya. Itulah sebabnya penderita

    dianjurkan untuk minum sebanyak mungkin agar jumlah tenaga yang

    digunakan untuk mengeluarkan dahak dapat seminimal mungkin,

    sehingga dapat melancarkan jalannnya pernapasan.

    Terapi Pengobatan

    Kemampuan keluarga untuk dapat mendeteksi dini akan perburukan dari

    penyakit asma yang di derita oleh anggota keluarga yang menderita asma adalah

    penting dalam keberhasilan penanganan serangan akut dan dapat mengobati saat

    serangan asma di rumah. Keluarga tidak hanya mencegah keterlambatan

    pengobatan, tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk mengontrol asma (PDPI,

    2006)

    Idealnya keluarga dan penderita mencatat gejala, kebutuhan bronkodilator

    setiap harinya dalam kartu harian (pelangi asma), sehingga paham mengenai

    bagaimana dan kapan:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Megenal perburukan asma

    2. Menjadwalkan pemberian obat sesuai resep.

    3. Menilai berat serangan

    4. Mendapatkan bantuan medis atau dokter.

    Rencana pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita,

    realistik atau memungkinkan bagi keluarga untuk mengontrol anggota keluarga

    yang menderita asma. Adapun monitoring asma secara mandiri dengan

    menggunakan pelangi asma, yaitu:

    1. Hijau

    a. Kondisi baik, asma terkontrol

    b. Tidak ada atau minimal gejala

    c. APE; 80 100 % nilai dugaan atau terbaik.

    d. Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan dilanjutkan.

    Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan

    turunkan terapi.

    2. Kuning

    a. Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut atau

    eksaserbasi.

    b. Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada

    terasa berat baik saat beraktivitas maupun istirahat) dan APE 60 80 %

    prediksi atau nilai terbaik.

    c. Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Merah

    a. Berbahaya

    b. Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivas sehari-sehari.

    c. APE

  • b. Posisikan penderita pada posisi yang nyaman. Posisi selama serangan

    asma, yaitu dengan membuat posisi yang nyaman dengan posisi duduk,

    bersandar sedikit ke depan, tubuh tertumpu pada meja atau sandaran

    bangku

    c. Tenangkan penderita, dengan bicara yang tenang dan mantap, serta

    anjurkan penderita untuk menarik dan mengeluarkan napas, menggunakan

    diafragma (pernapasan diafragma)

    d. Apabila penderita memiliki sebuah inhaler yang digunakan selama

    serangan, maka bantu inhaler tersebut secara efektif

    Penggunaan beta-2 agonis kerja singkat merupakan pengobatan pilihan

    untuk mengurangi eksaserbasi dari asma dan mungkin bernilai sebagai profilaksis

    asma yang disebabkan oleh olahraga. Beta-2 agonis kerja singkat mungkin satu-

    satunya pengobatan yang dibutuhkan untuk asma ringan (Suprajitno, 2004)

    Cara pemberian dengan inhalasi yang menggunakan aerosol atau bubuk

    kering, atau nebulizer, atau dengan tablet, sirup dan injeksi. Efek samping untuk

    inhalasi dapat menimbulkan tremor, takikardi atau sakit kepala. Sedangkan

    dengan oral, biasanya ringan dan sementara, diantaranya tremor, takikardia,

    hipokalemia, kram dan sakit kepala. Adapun obat-obat yang tergolong dalam beta

    agonis adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol (Stanhope, 2005).

    Sebagai suatu alternatif bila seorang penderita asma sangat sensitif

    terhadap beta agonis dapat menggunakan antikolinergik. Dapat mempunyai efek

    tambahan bila diberikan secara nebulizer bersama-sama dengan suatu beta agonis

    pada keadaan asma akut. Dapat dipergunakan pada bayi yang berusia sangat

    Universitas Sumatera Utara

  • muda. Efek samping jarang terjadi, tetapi hindari pada penderita glaukoma

    (Suprajitno, 2004)

    Penggunaan teofilin formulasi kerja panjang adalah efektif untuk menekan

    gejala yang timbul pada malam hari dan sering diberikan untuk asma pada masa

    kanak-kanak. Dapat diberikan melalui oral, rektal atau parenteral. Efek samping

    yang timbul mual, muntah, takikardia, aritmia, insomnia dan kejang-kejang.

    Seperti halnya teofilin, aminophilin merupakan vasodilator yakni merilekskan otot

    polos dalam pembuluh darah, dalam hal ini dapat menimbulkan sakit kepala dan

    menurunnya tekanan darah, gemetaran, mual dan muntah (Susi, 2002)

    Penggunaan kortikosteroid untuk anti-inflamasi yang kuat. Pemberian

    dengan inhalasi untuk asma kronik, sedangkan dengan oral pada asma akut.

    Pemberian dini dari kortikosteroid dapat mencegah terjadinya progresifitas dari

    eksaserbasi dan menurunkan kebutuhan akan opname, serta menurunkan

    morbiditas (kesakitan). Efek samping dari inhalasi, menimbulkan sariawan, suara

    parau atau dalam (Ikarowina, 2008).

    Anak yang mengalami serangan awal mengi tetapi tidak ada gawat

    pernapasan yang masih dapat makan dan minum serta tidak terlihat sakit sering

    dapat ditangani di rumah dengan terapi bronkodilator yaitu salbutamol oral selama

    5 hari. Nilai kembali anak tersebut dalam waktu 2 hari. Pengobatan dengan

    salbutamol oral mungkin dilanjutkan selama beberapa minggu di rumah

    (Ikarowina, 2008)

    Beberapa anak memerlukan terapi tambahan di rumah, seperti salbutamol

    inhaler dengan dosis terukur. Anak yang mengalami pernapasan cepat sebaiknya

    Universitas Sumatera Utara

  • diobati dengan kontrimoksasol, amoksisilin, ampisilin atau penisilin prokain

    (Susi, 2002).

    Pengobatan asma di masa hamil tidak menimbulkan masalah besar. Semua

    obat-obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma kecuali steroid. Dianggap

    aman baik untuk ibu maupun bayi. Beta agonist seperti salbutamol, telah umum

    digunakan dan tidak menimbulkan masalah terhadap kehamilan. Walaupun

    demikian, untuk pemakaian obat-obat selama kehamilan harus sesuai resep dokter

    dan terkontrol (Sinclair, 1995).

    Pemakaian steroid perlu dipertimbangkan karena dapat menambah berat

    badan dan melemahkan tulang-tulang (Osteoporosis), maka harus memperhatikan

    diet, serta tambahan asupan vitamin D. Steroid juga mengganggu tubuh untuk

    mengendalikan gula, berkembangnya diabetes melitus dan tekanan darah tinggi

    (hipertensi) bisa memburuk (Ikarowina, 2008).

    Universitas Sumatera Utara