suplemen status asmatikus-rev2

Upload: fitri

Post on 14-Apr-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    1/12

    Suplemen

    SERANGAN ASMA BERAT (STATUS ASMATIKUS)

    Oleh : dr. Sulistyani, dr. Agus Suharto, Sp.P

    Istilah status asmatikus di Eropa sudah mulai ditinggalkan dan cukup menggunakanistilah asma akut berat. Namun, sebenarnya istilah ini masih cukup relevan untuk membedakan

    serangan asma akut berat yang memerlukan perawatan inap dirumah sakit atau tidak.

    Pada Pada kejadian status asmatikus, penyebab asma yang memberat dapat disebabkan

    karena kesalahan pasien atau dapat juga karena manajemen dokter yang kurang adekuat.

    Kesalahan pasien adalah jika ia tidak segera berobat saat serangan asmanya belum berat,

    sedangkan manajemen dokter yang kurang adekuat adalah jika evaluasi serangan asma tidak

    tepat serta pemberian pengobatannya tidak adekuat.

    Definisi

    Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik berupa serangan asma beratkemudian bertambah berat yang refrakter bila telah 1 sampai dengan 2 jam pemberian obat

    untuk serangan asma akut yang biasanya digunakan oleh penderita tidak ada perbaikan atau

    cenderung memburuk.

    Asma Akut Berat

    Menegakkan diagnosis asma akut sebenarnya mudah, yaitu pada pemeriksaan fisik

    ditemukan adanya sesak nafas mendadak disertai wheezing / mengi diseluruh lapang paru.

    Namun, yang penting dari upaya penanggulangannya adalah menentukan derajat serangan

    menentukan apakah asma tersebut termasuk dalam serangan asma ringan, sedang atau berat.Asma akut berat memiliki kemungkinan /potensial mengancam jiwa (potentially life-

    threatening), mempunyai gejala dan tanda sebagai berikut:

    a. Wheezing/ mengi dan sesak nafas berat hingga tidak mampu menyelesaikan satukalimat dengan sekali nafas, atau kesulitan dalam bergerak.

    b. Tidak mampu berdiri dari posisi dudukc. Takipneu, Frekuensi nafas lebih dari 24 kali/menit.d. Takikardi, lebih dari 110 kali/menit.e. Arus puncak ekspirasi (APE) < 50% nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai

    atau < 120 liter/menit.f. PEF < 40 % dari predicted atau best obtainable, atau jika tidak diketahui best

    performance-nya PEF < 200 liter per menit.

    g. Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, pulsus paradoksus, lebih dari 10mmHg.

    Sedangkan serangan asma berat yang sudah mengancam jiwa penderita (llife-threatening)

    dapat diketahui dengan adanya :

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    2/12

    a. Pada auskultasi didapatkan suara nafas lemah (silent chest).b. Sianosisc. Bradikardi atau hipotensid. Kelelahan, bingung gelisah dan kesadaran menurun.e.

    APE < 33% dari nilai terbaik.

    Setelah diagnosis ditegakkan, harus segera diberikan penatalaksanaan dengan status

    emergensi dan dievaluasi keadaannya. Karena keadaan ini memerlukan pengawasan

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    3/12

    kontinu dan perhatian intensif, perawatan dirumah sakit perlu dilakukan serta digolongkan

    sebagai kegawatan medik.

    Pemeriksaan penunjang lainnya, jika memungkinkan, dilakukan pada asma akut berat yaitu :

    1. Analisis Gas Darah ArteriPerlu dilakukan pada setiap penderita asma akut berat yang ditangani dirumah sakit.Serangan asma akut berat yang mengancam jiwa memperhatikan gambaran sebagai

    berikut :

    a. PaCO2 normal atau meninggi.b. Hipoksis berat, PaO2 < 60 mmHg.c. Nilai pH darah rendah.

    2. Arus Puncak Ekspirasi (APE ) / Peak Expiratory Flow (PEF)APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana,flowmeterdan merupakan data yang

    obyektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase

    dari nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai.

    3. Pemeriksaan foto toraksPemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hat-hal yang ikut memperburuk atau

    komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat. Pemeriksaan ini terutama dilakukan

    untuk melihat hal-hal yang ikut memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu

    juga mendapat penanganan seperti : atelektasis, pneumonia dan pneumothoraks. Pada

    serangan asma berat gambaran radiologis toraks memperlihatkan suatu hiperlusensi,

    pelebaran ruang interkostal dan diafragma yang menurun.

    4. Elektrokardiografi (EKG)Tanda-tanda abnormalitas sementara dan reversible setelah terjadi perbaikan klinis

    adalah : gelombang (P pulmonal), takikardia dengan atau tanpa aritmia

    supraventrikular, tanda-tanda hipertrofi ventrikel kanan dan deviaasi aksis ke kanan.

    PENATALAKSANAAN ASMA AKUT BERAT

    Segera setelah penderita sampai di Unit Gawat Darurat atau Unit Pelayanan Kesehatan

    lainnya, diagnosis ditegakkan, pengobatan harus dilaksanakan.

    Ketetapan waktu dalam memulai dan melaksanakan pengobatan yang efektif sering merupakan

    tindakan yang menentukan dalam menangani serangan asma berat yang dapat mengancam

    jiwa penderita.

    Tujuan penatalaksanaan serangan asma berat (status asmatikus) adalah mencegah

    kematian, mengembalikan keadaan klinis dan fungsi paru ke tingkat terbaik secepat mungkin

    dan mempertahankan fungsi paru yang optimal serta mencegah kekambuhan dini.

    Penatalaksanaan asma akut berat adalah sebagai berikut :

    1. Oksigenasi

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    4/12

    Selalu diberikan, baik dengan kanula hidung atau sungkup untuk mengatasi dan

    mencegah hipoksemia. Oksigen dapat diberikan dalam dosis tinggi 4-6 liter/menit pada

    penderita berat atau tanda gawat nafas yang jelas.

    2. BronkodilatorBronkodilator merupakan salah satu obat utama yang diberikan pada serangan asmaakut.

    Disesuaikan dengan persediaan yang ada, bronkodilator yang dapat diberikan pada

    asma akut berat adalah :

    a. Inhalasi agonis 2 dosis tinggi.Saat ini merupakan pilihan pertama. Diberikan salbutamol 2,5-5 mg atau terbutalin

    2,5-5 mg secara nebulisasi, dapat diulang setiap 20 menit dalam 1 jam.

    b. Injeksi agonis 2 atau simpatomimetik lainnya : salbutamol, terbutalin atauorsiprenalin dapat diberikan 0,5-1 ml subkutan diulang setelah 30 menit.

    Adrenalin 1/1000, merupakan obat murah dan selalu tersedia dapat diberikan

    secara subkutan 0,2-0,5 cc, bisanya 0,3 cc, dapat diulang sampai 2-3 kali dengan

    interval 30-60 menit. Injeksi agonis 2 dan juga adrenalin diberikan harus dengan

    sangat hati-hati. Sebaliknya tidak diberikan pada penderita dengan hipertensi,

    hipertiroid, kelainan jantung dan usia lanjut atau umur lebih dari 40 tahun.

    c. Aminofilin injeksiDiberikan dengan dosis 5-6 mg/kg berat badan diencerkan dalam larutan dektrose

    5% sama banyak, diberikan secara intravena sebagai bolus perlahan-lahan dalam

    waktu 10-15 menit, atau dalam infus 100 cc dekstrose 5% NaCl 0,9% dalam waktu 20

    menit. Selanjutnya diberikan dosis maintenance 0,5-0,9 mg/kgBB/jam

    d. AntikolinergikIpatropium bromide dapat digunakan sendiri maupun dalam kombinasi dalam

    agonis 2 melalui inhalasi dengan nebulasi, penambahan ini tidak diperlukan bila

    respons dengan agonis 2 sudah cukup baik.

    3. KortikosteroidKortikosteroid sistemik dosis tinggi harus segera diberikan pada penderita asma akut

    berat. Steroid pilihan adalah yang bekerja cepat, hidrokortison 200 mg intravena atau

    methilprednison 125mg intravena.

    Setelah dilakukan pengobatan awal dengan bronkodilator dan steroid terhadap

    penderita, dilakukan pemantauan/penilaian ulang setelah 1 jam mengenai klinis/pemeriksaan

    fisik, saturasi O2. dan pemeriksaan lain atas indikasi (missal : APE) :

    a. Apabila tidak terjadi perbaikan sama sekali terhadap terapi awal atau malahmemburuk, maka penderita langsung dirawat inap di ICCU..

    b. Penderita yang menunjukkan perbaikan namun tidak adekuat, dirawat di RS

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    5/12

    c. Penderita dengan perbaikan adekuat, jika respon baik dan stabil dalam 60menit, penderita dapat dipulangkan.

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    6/12

    Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit menunjukkan keadaan

    obstruktif jalan nafas yang berat. Perhatian khusus harus diberikan di dalam

    perawatannya, sedapat mungkin dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman.

    Pemantauan harus dilakukan secara ketat berpedoman pada klinis, uji faal paru (APE)

    untuk dapat menilai respons pengobatan apakah membaik atau justru memburuk.Perburukan mungkin saja terjadi baik oleh karena konstriksi bronkus yang lebih hebat

    lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasi infeksi, pneumothoraks,

    pneumodiastinum yang sudah barang tentu memerlukan pengobatan lainnya. Dokter

    yang merawat harus mampu juga dengan akurat menentukan kapan penderita harus

    dikirin ke Unit Perawatan Intensif /ICU.

    Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD

    dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut :

    1. Pemberian oksigen diteruskan.2. Agonis 2

    Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis setiap jam, kemudian dapat

    diperjarang pemberiannya setiap 6-8 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas.

    3. AminofilinDiberikan melalui infuse/drip dengan dosis 0,5-0,9 mg/kgBB/jam. Pemberian per

    drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip

    aminofilin direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung. Gejala

    toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan. Bila terjadi mual, muntah atau

    anoreksia, dosis harus diturunkan. Bila terjadi konvulsi, aritmia jantung drip

    aminofilin segera dihentikan karena terjadi gejala toksik berbahaya.

    4. KortikosteroidKortikosteroid dosis tinggi intravena diberikan setiap 6-8 jam tergantung beratnya

    keadaan serta kecepatan respons. Preparat pilihan adalah hidrocortison 200-400 mg

    dengan dosis 1-4 gram/24 jam atau metil prednisolon 125mg /8 jam intravena.

    Sediaan lain yang juga dapat diberikan sebagai alternative adalah triamsinolon

    40=80 mg, betametason 5-10 mg.

    5. AntikolinergikIptropium bromide dapat diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan

    agonis 2 secara inhalasi nebulisasi, penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian

    agonis 2 sudah memberikan hasil yang baik.

    6. Pengobatan lainnyaa. Hidrasi dan keseimbangan elektrolit

    Dehidrasi sebaiknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit

    serum dan penilaian adanya asidosis metabolik. Ringer laktat dapat diberikan

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    7/12

    sebagai terapi awal untuk rehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic

    diberikan natrium bikarbonat.

    b. Mukolitik dan ekspektoransWalaupun manfaatnya diragukan pada penderita obstruksi jalan nafas berat,

    ekspektoran seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan,demikian juga mukolitik bromeksin maupun N-asetilsisten.

    c. Fisioterapi dadaDrainase postural, vibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya

    dilakukan pada penderita dengan hipersekresi mukus sebagai penyebab

    utama eksaserbasi akut yang terjadi.

    d. AntibiotikDiberikan kalau jelas ada tanda-tanda infeksi seperti demam, sputum

    purulen dengan neutrofil leukositosis.

    e. Sedasi dan antihistaminObat-obat sedatif merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan

    intensif. Sedangkan antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam

    pengobatan assma akut berat, malahan dapat menyebabkan pengeringan

    dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkus.

    Penatalaksanaan Lanjutan

    Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat

    terhadap respons pengobatan dengan menilai parameter klinis : sesak nafas, bising

    mengi, frekuensi nafas, frekuensi nadi, retraksi otot bantu nafas, APE, foto thoraks,

    analisis gas arteri, kadar serum am

    aminofilin, kadar kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.

    Indikasi perawatan intensif

    Penderita yang tidak menunjukkan respons terhadap terapi intensif yang diberikan perlu

    dipikirkan apakah penderita akan dikirim ke Unit Perawatan Intensif. Penderita dalam

    keadaan berikut biasanya memerlukan perawatan intensif :

    a. Resiko tinggi distress.b. Pemeriksaan fisik : berat, gelisah dan kesadaran menurun.c. APE < 30%d. Gagal nafas membakat (PaO2 < 45 mmHg atau PaCO2 > 45 mmHg) sesduah

    pemberian oksigen.

    Penatalaksanaan Lanjutan di Ruangan

    Pada penderita yang telah memberikan respons yang baik terhadap pengobatan, terapi

    intensif dilanjutkan paling sedikit 2 hari. Pada 2-5 hari pertama semua pengobatan intravena

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    8/12

    diganti, diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis 2 dengan inhaler dosis terukur 6-

    8 kali per hari atau preparat oral 3-4 kali per hari.

    Pada hari 5-10, steroid oral (prednisone, prednisolon) diturunkan, obat 2 dan aminofilin

    diteruskan.

    Penatalaksanaan Lepas RawatKapan penderita dapat dipulangkan, belum ada kriteria pasti yang dapat dipergunakan. Sebagai

    patokan, penderita dapat dipulangkan, apabila :

    a. Tidak ada sesak waktu istirahat.b. Bising tidak ada atau minimal.c. Retraksi otot bantu nafas minimal.d. Tidur sudah normal.e. APE > 60% prediksi atau nilai terbaik.

    Selama seminggu pertama penderita dipulangkan, diberikan pengobatan yang sama

    dengan hari-hari terakhirperawatan di rumah sakit. Yang terpenting adalah mengenai

    penggunaan steroid. Penurunan dosis steroid 5 mg/hari baru dilakukan pada minggu

    kedua pasca perawatan. Pada penderita asma kronik yang tergantung steroid

    penurunan steroid dilakukan sampai dosis rendah yang masih ditoleransi, sebaiknya

    diberikan dosis tunggal pagi hari setiap hari atau selang sehari. Kalau memungkinkan,

    lebih baik diberikan steroid aerosol.

    Pendidikan teradap penderita juga penting, diberikan pengetahuan tentang obat-obat yang

    harus dipergunakan, cara menggunakan inhaler, mengenal tanda-tanda perburukan

    asmanya dan kapan segera mencari pertolongan medic ke unit pelayanan kesehatan.

    RINGKASAN

    Penatalaksanaan penderita asma akut berat dan status asmatikus harus dilakukan

    secara cepat, tepat dan akurat karena keadaan ini selalu dapat mengancam jiwa penderita.

    Untuk dapat melakukan penanganan yang baik diperlukan pengetahuan dan

    kemampuan yang cukup dalam mengenal gejala dan tanda serangan penyakit, memberikan

    pengobatan awal dan merawat penderita di ruangan serta pengobatan lepas rawat, yang

    semuannya itu bertujuan untuk dapat mencegah kematian, mengembalikan keadaan klinis

    dan fungsi paru ke tingkat yang lebih baik dan mencegah kekambuhan dini penderita.

    Pengelolaan, penderita asma akut berat dan status asmatikus, apalagi yang

    menunjukkan tanda yang sudah mengancam jiwa penderita, hendaknya dilaksanakan di

    Unit Pelayanan Kesehatan yang memiliki tenaga medis yang berpengalaman dan fasilitas

    yang memadai.

    Daftar Pustaka :

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    9/12

    Bakta, I Made. Swastika, I Ketut. 1999. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta

    : EGC

    Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman

    Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI ;2009; 5-11.

    Djojodibroto, Darmanto. Respiratologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC

    Mukty, Abdul et al. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press:

    Surabaya.

    PDPI, 2004. Asma Pedoman dan penalaksanaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI.

    Soal Status Asmatikus

    1. Berikut adalah pernyataan yang benar mengenai status asmatikus, kecuali .a. Keadaan darurat medik berupa serangan asma berat.b. Serangan asma bertambah berat 1-2 jam pemberian obat untuk asma akut.c. 1-2 jam pasca pemberian obat asma akut cenderung tidak ada perbaikand. Cenderung membaik dalam 1-2 jam pemberian obat asma akut.e. Bisa diakibatkan oleh pemberian obat asma yang tidak adekuat.

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    10/12

    f. Bisa diakibatkan pasien yang tidak segera berobat saat asma belum buruk.2. Gejala dan tanda status asmatikus yang mengancam jiwa (life threatening) adalah

    a. Takipneu, frekuensi nafas lebih dari 25 kali/menit.b. Denyut jantung menetap, lebih dari 110 kali/menit.c.

    Tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali nafas.

    d. Pada auskultasi paru ditemukan silent chest.e. Bising mengi dan sesak nafas berat.

    3. Gejala dan tanda status asmatikus yang kemungkinan mengancam jiwa adalah .a. Denyut jantung > 110 kali/menit.b. Pada auskultasi suara nafas lemah.c. Sianosis, bradikardi atau hipotensid. Kelelahan, bingung dan gelisah.e. Kesadaran menurun.

    4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah 1. Analisis Gas Darah.2. Foto thoraks AP.3. EKG (Elektrokardiografi).4. APE (Arus Puncak Ekspirasi).JAWAB : 1,2,3,4 benar (E).

    5. Tujuan penatalaksanaan asma akut berat adalah .1. Mencegah kematian,2. Mengembalikan keadaan klinis dan fungsi paru ke tingkat terbaik secepat

    mungkin

    3. Mempertahankan fungsi paru yang optimal4. Mencegah kekambuhan dini.

    JAWAB : 1,2,3,4 benar (E).

    6. Penatalaksanaan yang paling penting dari kasus asma akut berat adalah a. Kortikosteroidb. Bronkodilatorc. Aminofilin injeksid. Oksigen 4-6 liter/menit

    7. Jika setelah diberikan terapi pada soal no.6, penderita menunjukkan perbaikan namuntidak adekut maka tindakan selanjutnya adalah .

    a. Langsung rawat inap sebagai status asmatikus.b. Diulang terapi dan diobservasi 60 menit kemudian.c. Boleh pulang dengan obat jalan dilanjutkand. Boleh pulang, kontrol 3 hari lagi.e. Boleh pulang, kontrol 1 minggu lagi.

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    11/12

    8. Berikut adalah bronkodilator yang dapat diberikan pada pasien status asmatikus, kecuali.

    a. Salbutamol 2,5-5 mg secara nebulisasi diulang per 20 menit dalam 1 jam.b. Injeksi agonis 2 subkutan diulang setelah 30 menit.c.

    Injeksi aminofilin 5-6mg/kgBB dalam infuse 100 cc desktrose 5%.

    d. Methilprednisolon tablet 30-60 mg/12 jame. Injeksi antikolinergik, dapat secara nebulasi.

    9. Setelah dilakukan pengobatan awal (bronkodilator dan kortikosteroid), setelah 30 menitdievaluasi.

    1. Jika tidak ada perbaikan sama sekali/memburuk langsung rawat inap.2. Jika perbaikan adekuat, diobservasi 60 menit, kemudian dipulangkan.3. Jika perbaikan tidak adekuat, diulang pemberiannya dan diobservasi 60 menit.4. Jika observasi 60 menit yang kedua tidak membaik, langsung rawat inap.JAWAB : E

    10.Yang dimaksud dengan perbaikan adekuat setelah observasi adalah a. Keadaan klinis normal dan APE>75% nilai dugaan atau 300-400 L/menit.

    11.Setelah status emergency terlewati, kemudian pasien di rawat di bangsal (ruangan),maka terapi yang diberikan adalah

    1. Oksigen diteruskan2. Nebulasi/4 jam3. Aminofilin drip 0,5-0,9 mg/kgBB/jam4. Kortikosteroid IntravenaJAWAB : E

    12.Penderita boleh pulang dari rumah sakit, jika a. Tidak ada sesak waktu istirahat.b. Bising tidak ada/minimal.c. Retraksi otot bantu nafas/minimal.d. Tidur sudah normal.e. APE > 70% dari nilai normal/nilai terbaik.

  • 7/30/2019 Suplemen Status Asmatikus-REV2

    12/12