makalah asmatikus

Upload: pipit-sila-pricila

Post on 18-Oct-2015

643 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

sjhnckjnf vth

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangParu-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru; distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian; difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen (Syaifuddin, 1997, hal. 87-93).Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus.Asma merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis (Lukman dan sorensens 1991).Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutama menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumUntuk mengetahui tentang Asmatikus.2.Tujuan Khususa) Untuk mengetahuitentang pengertian asmatikus.b) Untuk mengetahuitentang etiologi asmatikus.c) Untuk mengetahuitentang manifestasi klinik asmatikus.d) Untuk mengetahuitentang patofisiologi asmatikus.e) Untuk mengetahuitentang pemeriksaan penunjang asmatikusf) Untuk mengetahuitentang penatalaksanaan asmatikusg) Untuk mengetahuitentang pencegahan asmatikush) Untuk mengetahuitentang komplikasi asmatikusi) Untuk mengetahuitentang asuhan keperawatan asmatikus

C. Pembatasan MasalahMengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya membicarakan tentang anatomi fisiologi dan konsep dasar asmatikus.D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :1) Apa yang dimaksud dengan pengertian asmatikus.2) Apa saja etiologi asmatikus.3) Apa saja manifestasi klinik asmatikus.4) Apa saja patofisiologi asmatikus.5) Apa saja pemeriksaan penunjang asmatikus6) Apa saja penatalaksanaan asmatikus7) Apa saja pencegahan asmatikus8) Apa saja komplikasi asmatikus9) Apa saja asuhan keperawatan asmatikus

E. Metode PenulisanDalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa literatur yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat.F. Sistematika PenulisanPada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari tiga bagian.Bab I PendahuluanBab II Pembahasan Bab III Penutup

BAB IIPEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan. Organ-organ pernafasan terdiri dari :1. Hidung / NasalMerupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang( kavum nasi ), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamn ya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Lapisan-lapisan lubang hidung yaitu :a) lapisan luar dinding terdiri dari lapisan kulitb) lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawanc) lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat (konka nasali/karang hidung) yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior.Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Fungsi hidung yaitu sebagai saluran pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung, menghangatkan udara pernafasan yang dilakukan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa ).2. Tekak / FaringFaring merupakan persimpangan antara jalan pernafasan dengan pencernaan, yang terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung atau mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain : ke atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut. Rongga faring terdiri dari dalam tiga bagian : sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring, bagian tengah yang sama tingginya dengan ismus fausium disebut orofaring, bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.3. Pangkal / TenggorokMerupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya.4. Batang tenggorok / TrakeaMerupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C), sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel berselia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan, yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.

5. Cabang tenggorok / BronkusMerupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-11 cincin mempunyai 2 cabang.6. Paru paruParu-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru; distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian; difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. (Syaifuddin, 1997, hal. 87-93).

B. KONSEP DASAR ASMATIKUS

1. Definisi Asmatikus Status asmatikus adalah serangan asma akut yang refraktori dan keadaan ini tidak berespon terhadap terapi dengan beta adrenergic atau tiofilin intravena (Hudak & Gallo. 1997. hal, 566).Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkeolus. (Corwin. 2001. hal, 430).Asma adalah penyakit jalan napas yang tak dapat pulih yang terjadi karena spasme bronkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti allergen, infeksi dan latihan (Hudak & Gallo. 1997. hal, 565).Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001. hal 614).Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan (Corwin. 2001.hal, 432).Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 2 jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer,dehidrasi,peningkatan blok adrenergik,dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin (smeltzer dan bare,2002 ).

2. Etiologi

Menurut Mansjoer. 2003 hal 461 faktor pencetus dari asma adalah allergen, infeksi (terutama saluran nafas bagian atas) iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks esophagus dan psikis. Sedangkan status asmatikus itu sendiri menurud Brunner & Suddart 2002 hal 614, disebabkan oleh infeksi, asietas, penggunaan tranguilizer berlebihan, penggunaan nebulizer berlebihan, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic dan iritan non spesifik serta hipersensitifitas terhadap penicillin.

3. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat pada asma hebat pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya sesak napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan paru. Namun yang sangat penting dalam upaya penganggulangannya adalah menentukan derajat serangan terutama menentukan apakah asam tersebut termasuk dalam serangan asma yang berat.1) Menurut Brunner & Suddart. 2002.hal 614 :a. Asma hebatb. Perpanjangan ekhalansic. Pembesaran vena leherd. Mengi2) Menurut Hudak & gallo 1997. hal 566 adalah : a. Asietas akutb. Usaha bernapas dengan kerasc. Takikardid. Berkeringat3) Menurut Corwin 2001. hal 431. adalah:a. Dipsnea beratb. Retraksi dadac. Napas cuping hidungd. Whizzinge. Pernapasan dangkal dan cepat

Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia pertengahan atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid jangka panjang. Asma akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai tanda dan gejala sebagai berikut :a) Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.b) Frekuensi napas lebih dari 25 x / menitc) Denyut nadi lebih dari 110x/menitd) Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menite) Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg.

4. PatofisiologiKarakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya, diikuti oleh respiratori asidosis.Terhadap penurunan PaO2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan peningkatan pH.Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus, PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis.

Anak dengan riwayat asma PATOFISIOLOGI / PATHWAYS ASMA

Paparan terhadap factor predisposisi dan facrot presipitasi

Spasme otot bronchus Reaksi hipersensitivitas saluran napas (bronkiolus)Pengeluaran zat-zat histamine anafilaksis yang berekasi lambat,( leukotrient kemotatik eosinofilik, dan bradikinin oleh sel mastSumbatan mukus

Inflamasi dinding bronchus Edema suedema

MK:bersihan jalan nafas tidak efektifMK: gangguan pola tidur Rasa tidak nyamanMK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Intake oral tidak adekuat MK;Pola nafas tidak efektifAsidosis respiratoryRetensi CO2Sesak nafas Nafsu makan menurunhyperventilasiUpaya kompensasi tubuh(peningkatan kerja pernafasan)MK: Deficit pengetahuanPenurunan volume aliran udara ke paruPenyempitan jalan nafas MK: gangguan pertukaran gas Asidosis metabolikHipoksemia Alveoli tertutupObstruksi sal nafas(bronchospasme)

5. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan Laboratorium1) Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.b) Spiral curshman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.d) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muncul plug.2) Pemeriksaan daraha) Analisa gas darah terdapat peningkatan normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.b) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.c) Hiponatermia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana menadakan terdapatnya suatu infeksi.d) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan penurunan pada waktu bebas dari serangan.b. Pemeriksaan RadiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapatadalah sebagai berikut :1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.2) Bila terdapat komplikasiempisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardim, maka dapat diliat bentuk gambaran pada paru-paru.

c. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi yang berbagai alergi yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.

d. ElektrokardiografiGambaran Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuakan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umunya terjadi right axis deviasi dan clokwise ratation.2) Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapat RBB ( Right bundle branch block).3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapat pada sinus tachycardia, SVES, dan 4) VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEVI atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidk saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obtruksi. (Medicafarma, 2008)

6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan keperawatan:a. Berikan posisi fowler/ semi powler serta longgarkan pakaian klien.b. Buka saluran pernafasan dengan mengekstensikan leher.c. Tanda- tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit.d. Masukan cairan penting untuk melawan dehidrasi.e. Mengencerkan sekresi dan untuk memudahkan ekspekturasi hingga 3 sampai 4 liter per hari kecuali jika ada kontra indikasi.f. Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus- menerus penting dilakukan dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus dapat diatasi.g. Enegi pasien harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas dari iritan pernapasan, termasuk bunga, asap tembakau, perfume, atau bau bahan pembersih.h. Bantal non alergik harus digunakan.i. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien berupa instruksi untuk dengan segera melaporkan tanda dan gejala yang menyulitkan seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit dari penggunaan inhaler atau mengalami infeksi pernapasan.Penatalaksanaan medik:a. Dalam lingkungan kedaruratan pasien mula- mula diobati dengan agonis beta (misalnya metapropanol, terbutalin, dan albuteron) dan kortikosteroid.b. Pasien juga membutuhkan oksigen supplemental dan cairan intravena untuk dehidrasi.c. Terafi oksigen dilaksanakan untuk mengatasi dipsnea, sianosis, dan hipoksemia.d. Aliran oksigen yang diberikan harus didasarkan pada nilai gas darah. PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg.e. Pemberian sedative merupakan kontra indikasi jika tidak mendapat respon dari pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan dirumah sakit.

7. PencegahanSerangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olah raga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi.

Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasia. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. b. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.c. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.d. Menghindarkan faktor pencetus ; alergen makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus atau bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.e. Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anaka. Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin, atau es, goreng-gorengan.b. Hindari debu yang sering terdapat pada kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai kerpet, gordin, perabotan rumah.sebaiknya laci dan rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, kerpet, majalah, mainan, buku dan apakian yang jarang dipakai diletakkan diluar kamar tidur dab lantai diapel setiap hari.c. Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk, bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar, udara dan air dingin.d. Sebelum melakukan aktifitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktifitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktifitas sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jka perlu pemberian obat sebelum beraktifitas.(Medicafarma, 2008 )

8. Komplikasi

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya,individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berwkspirasi melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik,gagal nafas,dan kematian.

C. ASUHAN KEPERAWATAN ASMATIKUS

1. Pengkajiana. Identitas klien1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingina) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.b) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkunganc) Kaji riwayat pekerjaan pasien.2) Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.3) Riwayat keluarga: riwayat keturunan4) Status mental : lemas, takut, gelisah5) Pernapasan a) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.b) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.c) menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.d) Adanya bunyi napas mengi.e) Adanya batuk berulang.6) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.7) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

b. Pemeriksaan FisikDada:1. Contour, Confek, tidak ada defresi sternum2. Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversa3. Keabnormalan struktur Thorax4. Contour dada simetris5. Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata6. RR dan ritme selama satu menit.

Palpasi :1. Temperatur kulit2. Premitus : fibrasi dada3. Pengembangan dada4. Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)5. Massa6. Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).

Auskultasi:1. Vesikuler2. Broncho vesikuler3. Hyper ventilasi4. Rochi5. Wheezing6. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

Diagnosa Keperawatan

NODIAGNOSATUJUANKRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

1.Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.Jalan nafas kembali efektif.Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).

2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

3. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran3. Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

4. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.4. batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.

5. Berikan air hangat.5. penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

2.Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Pola nafas kembali efektif.Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.1. kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.2. ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.3. duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.4. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.

5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.5. dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.

3.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).1. menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.2. peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.

3. Timbang berat badan dan tinggi badan.3. Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.

4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.4.air hangat dapat mengurangi mual.

5.Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering5. memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.1. menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.2. Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan3.pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.4. meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.5.menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

5.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasiPengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.Mencari tentang proses penyakit :- Klien mengerti tentang definisi asma- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma- Klien mengerti komplikasi dari asma1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.1. informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.2. kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.

3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.3. selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.

4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.4. upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.5. menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

D.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutama menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.

B. SaranAdapun yang dapat sarankan adalah agar mahasiswa dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Asmatikus , asuhan keperawatan yang diberikan dapat menyeluruh (komprehensif).24