anatomi fisiologi asmatikus

25
A. Anatomi fisiologi asmatikus Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan Organ-organ pernafasan terdiri dari : 1. Hidung / Nasal Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang ( kavum nasi ), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamn ya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran- kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Lapisan- lapisan lubang hidung yaitu : 1. lapisan luar dinding terdiri dari lapisan kulit 2. lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan 3. lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat- lipat (konka nasali/karang hidung) yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Fungsi hidung yaitu sebagai saluran pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung, menghangatkan udara pernafasan yang dilakukan oleh mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa ). 2. Tekak / Faring

Upload: dewi-silvyanita-irawan

Post on 01-Feb-2016

79 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Anatomi dan Fisiologi Status Asmatikus (Keperawatan Gawat Darurat)

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Fisiologi Asmatikus

A. Anatomi fisiologi asmatikus

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

Organ-organ pernafasan terdiri dari :

1. Hidung / Nasal

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang              ( kavum nasi ),

dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamn ya terdapat bulu-bulu yang

berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam

lubang hidung. Lapisan-lapisan lubang hidung yaitu :

1. lapisan luar dinding terdiri dari lapisan kulit

2. lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan

3. lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat (konka nasali/karang

hidung) yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan

konka nasalis superior.

Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis. Fungsi

hidung yaitu sebagai saluran pernafasan, penyaring udara pernafasan yang dilakukan

oleh bulu-bulu hidung, menghangatkan udara pernafasan yang dilakukan oleh

mukosa, membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh

leukosit yang terdapat dalam selaput lendir ( mukosa ).

2. Tekak / Faring

Faring merupakan persimpangan antara jalan pernafasan dengan pencernaan, yang

terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung atau mulut sebelah

depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain : ke atas

berhubungan dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut.

Rongga faring terdiri dari  dalam tiga bagian : sebelah atas yang sama tingginya

dengan koana disebut nasofaring, bagian tengah yang sama tingginya dengan ismus

fausium disebut orofaring, bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.

3. Pangkal / Tenggorok

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan

bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di

bawahnya.

Page 2: Anatomi Fisiologi Asmatikus

4. Batang tenggorok / Trakea

Merupakan lanjutan dari faring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri dari

tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda    (huruf C), sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar disebut sel bersilia, hanya bergerak

kearah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang

dilapisi oleh otot polos. Sel-sel berselia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda

asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan, yang memisahkan trakea

menjadi bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.

5. Cabang tenggorok / Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra

torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh

jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus

kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-11 cincin mempunyai 2 cabang.

6. Paru – paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-

gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel

dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2 masuk kedalam darah dan

CO2 dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan

pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk

ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru; distribusi arus udara

dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk

semua bagian; difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler

karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen

(Syaifuddin, 1997, hal. 87-93).

B. Konsep dasar asmatikus

1. Definisi asmatikus

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme

akut otot polos bronkeolus. (Corwin. 2001. hal, 430).

Asma adalah penyakit jalan napas yang tak dapat pulih yang terjadi karena

spasme bronkus yang disebabkan oleh berbagai penyebab seperti allergen,

infeksi dan latihan (Hudak & Gallo. 1997. hal, 565).

Page 3: Anatomi Fisiologi Asmatikus

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon

terhadap terapi konvensional ( Brunner & suddart. 2001. hal 614).

Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkeolus berkepanjangan yang

mengancam nyawa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan

(Corwin. 2001.hal, 432).

Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak

merespons terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 2

jam. Infeksi, kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan,

penyalahgunaan nebulizer,dehidrasi,peningkatan blok adrenergik,dan

iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin

dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin (smeltzer dan

bare,2002 ).

2. Etiologi

Menurut Mansjoer. 2003 hal 461 faktor pencetus dari asma adalah allergen,

infeksi (terutama saluran nafas bagian atas) iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks

esophagus dan psikis. Sedaangkan status asmatikus itu sendiri menurud Brunner

& Suddart 2002 hal 614, disebabkan oleh infeksi, asietas, penggunaan tranguilizer

berlebihan, penggunaan nebulizer berlebihan, dehidrasi, peningkatan blok

adrenergic dan iritan non spesifik serta hipersensitifitas terhadap penicillin.

3. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat

pada asma hebat – pernapasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena

leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan.

Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi

pertanda bahaya gagal pernapasan.

Mengenal suatu serangan suatu asma akut pada dasarnya sangat mudah. Dengan

pemeriksaan klinis saja diagnosis sudah dapat ditegakkan, yaitu dengan adanya

sesak napas mendadak disertai bising mengi yang terdengar diseluruh lapangan

paru. Namun yang sangat penting dalam upaya penganggulangannya adalah

menentukan derajat serangan terutama menentukan apakah asam tersebut

termasuk dalam serangan asma yang berat.

Asma akut berat yang mengancam jiwa terutama terjadi pada penderita usia

pertengahan atau lanjut, menderita asma yang lama sekitar 10 tahun, pernah

mengalami serangan asma akut berat sebelumnya dan menggunakan terapi steroid

Page 4: Anatomi Fisiologi Asmatikus

jangka panjang. Asma akut berat yang potensial mengancam jiwa, mempuyai

tanda dan gejala sebagai berikut.

a.       Bising mengi dan sesak napas berat sehingga tidak mampu menyelesaikan

satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.

b.      Frekuensi napas lebih dari 25 x / menit

c.       Denyut nadi lebih dari 110x/menit

d.      Arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai

tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit

e.       Penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus paradoksus,

lebih dari 10 mmHg.

4. Patofisiologi+patoflow

Allergen masuk ke dalam tubuh

Merangsang sel plasma

Ig E

Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet, bradikinin dll)

Permeabilitas kapiler meningkat

Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan

pengentalan sekresi)

Page 5: Anatomi Fisiologi Asmatikus

Diameter bronchial menurun

Abnormalitas ventilasi perfusi

Hipoksemia dan respirasi alkalosis

Respirasi asidosis

(Brunner & Suddart. 2002. hal 614).

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

    Spiral curshman, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muncul

plug.

Pemeriksaan darah

Analisa gas darah terdapat peningkatan normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Page 6: Anatomi Fisiologi Asmatikus

Hiponatermia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3 dimana

menadakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada

waktu serangan dan penurunan pada waktu bebas dari serangan.

2.   Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan

gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga

intercostalis, serta diafragma. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang

didapatadalah sebagai berikut :

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.

  Bila terdapat komplikasiempisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardim,

maka dapat diliat bentuk gambaran pada paru-paru.

3.      Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi yang berbagai alergi yang dapat menimbulkan reaksi

yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.

4.      Elektrokardiografi

Gambaran Elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,

dan disesuakan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

·         Perubahan aksis jantung, yakni pada umunya terjadi right axis deviasi dan clokwise

ratation.

·         Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapat RBB ( Right bundle branch

block).

·         Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapat pada sinus tachycardia, SVES, dan

·         VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

5.      Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan

sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol

Page 7: Anatomi Fisiologi Asmatikus

(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEVI atau FVC sebanyak lebih

dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari

20%. Pemeriksaan spirometri tidk saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga

penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan

tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obtruksi. (Medicafarma, 2008)

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan:

a. Berikan posisi fowler/ semi powler serta longgarkan pakaian klien.

b. Buka saluran pernafasan dengan mengekstensikan leher.

c. Tanda- tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit.

d. Masukan cairan penting untuk melawan dehidrasi.

e. Mengencerkan sekresi dan untuk memudahkan ekspekturasi hingga 3

sampai 4 liter per hari kecuali jika ada kontra indikasi.

f. Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus- menerus penting

dilakukan dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus

dapat diatasi.

g. Enegi pasien harus dihemat dan ruangan harus tenang serta bebas dari

iritan pernapasan, termasuk bunga, asap tembakau, perfume, atau bau

bahan pembersih.

h. Bantal non alergik harus digunakan.

i. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien berupa instruksi untuk dengan

segera melaporkan tanda dan gejala yang menyulitkan seperti bangun saat

malam hari dengan serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit

dari penggunaan inhaler atau mengalami infeksi pernapasan.

Penatalaksanaan medik:

a. Dalam lingkungan kedaruratan pasien mula- mula diobati dengan agonis beta

(misalnya metapropanol, terbutalin, dan albuteron) dan kortikosteroid.

b. Pasien juga membutuhkan oksigen supplemental dan cairan intravena untuk

dehidrasi.

Page 8: Anatomi Fisiologi Asmatikus

c. Terafi oksigen dilaksanakan untuk mengatasi dipsnea, sianosis, dan

hipoksemia.

d. Aliran oksigen yang diberikan harus didasarkan pada nilai gas darah. PaO2

dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg.

e. Pemberian sedative merupakan kontra indikasi jika tidak mendapat respon dari

pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan dirumah sakit.

7. Pencegahan

Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.

Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum

melakukan olah raga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi.

Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi

Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik

merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor

lingkungan.

Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat

elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.

  Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.

Menghindarkan faktor pencetus ; alergen makanan, inhalan, bahan iritan,

infeksi virus atau bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan

cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.

   Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anak

Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-

kacangan, minuman dingin, atau es, goreng-gorengan.

  Hindari debu yang sering terdapat pada kasur dan bantal kapuk, selimut,

lantai kerpet, gordin, perabotan rumah.sebaiknya laci dan rak dibersihkan

dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, kerpet,

majalah, mainan, buku dan apakian yang jarang dipakai diletakkan diluar

kamar tidur dab lantai diapel setiap hari.

Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi,

asap rokok, asap obat nyamuk, bau cat yang tajam, bau bahan kimia,

udara yang tercemar, udara dan air dingin.

Page 9: Anatomi Fisiologi Asmatikus

Sebelum melakukan aktifitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktifitas

fisik yang berat, sebelum melakukan aktifitas sebaiknya melakukan

pemanasan terlebih dahulu, dan jka perlu pemberian obat sebelum

beraktifitas.( Medicafarma, 2008 )

8. Komplikasi

Komplikasi dari status asmatikus adalah gagal nafas ( Brunner & Suddart. 2002. hal, 614).

1. Pemeriksaan diagnostic

2. Pemeriksaan fungsi paru: digunakan untuk mengkaji obstruksi jalan nafas akut

3. Pemeriksaan gas darah arteri: dilakukan jika klien tidak mampu melakukan manufer

fungsi pernapasan, karena obstruksi berat atau keletihan atau jika klien tidak berespon

terhadap tindakan

4. Respirasi alkalosis( CO2 rendah) adalah temuan yang palibg umum pada pasien

asmatikus dan peninglatan PCO2) ke kadar normal atau kadar yang menandakan

respirasi asidosis) sering kali merupakan tanda bahaya serangan gagal nafas

5. Lakukan fototoraks

6. Lakukan pemeriksaan EKG

C. Askep Asmatikus

Pengkajian

a. Identitas klien

1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.

3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan

4). Status mental : lemas, takut, gelisah

5). Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

Page 10: Anatomi Fisiologi Asmatikus

Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,

melebarkan hidung.

Adanya bunyi napas mengi.

Adanya batuk berulang.

6). Gastro intestinal : adanya mual, muntah.

7). Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

ii.      Pemeriksaan Fisik

Dada:

1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum

2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal

3). Keabnormalan struktur Thorax

4). Contour dada simetris

5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata

6). RR dan ritme selama satu menit.

Palpasi :

1). Temperatur kulit

2). Premitus : fibrasi dada

3). Pengembangan dada

4). Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)

5). Massa

6). Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).

Auskultasi:

1). Vesikuler

2). Broncho vesikuler

3). Hyper ventilasi

4). Rochi

5). Wheezing

6). Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

iii.    Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUANKRITERIA

HASILINTERVENSI RASIONAL

1. Tidak

efektifnya

Jalan nafas Sesak berkurang,

batuk berkurang,

1.   Auskultasi bunyi

nafas, catat adanya

1.    Beberapa derajat

spasme bronkus terjadi

Page 11: Anatomi Fisiologi Asmatikus

bersihan jalan

nafas

berhubungan

dengan

akumulasi

mukus.

kembali efektif. klien dapat

mengeluarkan

sputum,

wheezing

berkurang/hilang,

vital dalam batas

normal keadaan

umum baik.

bunyi nafas, misalnya :

wheezing, ronkhi.

dengan obstruksi jalan

nafas. Bunyi nafas

redup dengan ekspirasi

mengi (empysema),

tak ada fungsi nafas

(asma berat).

2.   Kaji / pantau frekuensi

pernafasan catat rasio

inspirasi dan ekspirasi.

2.   Takipnea biasanya

ada pada beberapa

derajat dan dapat

ditemukan pada

penerimaan selama

strest/adanya proses

infeksi akut.

Pernafasan dapat

melambat dan

frekuensi ekspirasi

memanjang dibanding

inspirasi.

3.   Kaji pasien untuk

posisi yang aman,

misalnya : peninggian

kepala tidak duduk

pada sandaran

3.   Peninggian kepala

tidak mempermudah

fungsi pernafasan

dengan menggunakan

gravitasi.

4.   Observasi

karakteristik batuk,

menetap, batuk pendek,

basah. Bantu tindakan

untuk keefektipan

memperbaiki upaya

batuk.

4.   batuk dapat menetap

tetapi tidak efektif,

khususnya pada klien

lansia, sakit

akut/kelemahan.

5.   Berikan air hangat. 5.   penggunaan cairan

hangat dapat

menurunkan spasme

Page 12: Anatomi Fisiologi Asmatikus

bronkus.

2. Tidak

efektifnya pola

nafas

berhubungan

dengan

penurunan

ekspansi paru.

Pola nafas

kembali efektif.

Pola nafas

efektif, bunyi

nafas normal

atau bersih, TTV

dalam batas

normal, batuk

berkurang,

ekspansi paru

mengembang.

1.   Kaji frekuensi

kedalaman pernafasan

dan ekspansi dada.

Catat upaya pernafasan

termasuk penggunaan

otot bantu pernafasan /

pelebaran nasal.

1.   kecepatan biasanya

mencapai kedalaman

pernafasan bervariasi

tergantung derajat

gagal nafas. Expansi

dada terbatas yang

berhubungan dengan

atelektasis dan atau

nyeri dada

2. Auskultasi bunyi nafas

dan catat adanya bunyi

nafas seperti krekels,

wheezing.

2.   ronki dan wheezing

menyertai obstruksi

jalan nafas / kegagalan

pernafasan.

3. Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi.

3.   duduk tinggi

memungkinkan

ekspansi paru dan

memudahkan

pernafasan.

4. Observasi pola batuk

dan karakter sekret.

4.   Kongesti alveolar

mengakibatkan batuk

sering/iritasi.

5. Dorong/bantu pasien

dalam nafas dan latihan

batuk.

5.  dapat

meningkatkan/banyak

nya sputum dimana

gangguan ventilasi dan

ditambah ketidak

nyaman upaya

bernafas.

3. Gangguan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Kebutuhan nutrisi

dapat terpenuhi.

Keadaan umum

baik, mukosa

bibir lembab,

nafsu makan

1. Kaji status nutrisi

klien (tekstur kulit,

rambut, konjungtiva).

1.  menentukan dan

membantu dalam

intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien

tentang pentingnya

2.   peningkatan

pengetahuan klien

Page 13: Anatomi Fisiologi Asmatikus

berhubungan

dengan intake

yang tidak

adekuat.

baik, tekstur kulit

baik, klien

menghabiskan

porsi makan yang

disediakan, bising

usus 6-12

kali/menit, berat

nutrisi bagi tubuh. dapat menaikan

partisipasi bagi klien

dalam asuhan

keperawatan.

3. Timbang berat badan

dan tinggi badan.

3.   Penurunan berat

badan yang signifikan

merupakan indikator

kurangnya nutrisi.

4.    Anjurkan klien minum

air hangat saat makan.

4.air hangat dapat

mengurangi mual.

5.Anjurkan klien

makan sedikit-sedikit

tapi sering

5.   memenuhi kebutuhan

nutrisi klien.

4. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

fisik.

Klien dapat

melakukan

aktivitas sehari-

hari secara

mandiri.

KU klien baik,

badan tidak

lemas, klien

dapat beraktivitas

secara mandiri,

kekuatan otot

terasa pada skala

sedang

1. Evaluasi respons

pasien terhadap

aktivitas. Catat laporan

dyspnea peningkatan

kelemahan/kelelahan

dan perubahan tanda

vital selama dan setelah

aktivitas.

1.     menetapkan

kebutuhan/kemampua

n pasien dan

memudahkan pilihan

intervensi.

2. Jelaskan pentingnya

istirahat dalam rencana

pengobatan dan

perlunya keseimbangan

aktivitas dan istirahat.

2.     Tirah baring

dipertahankan selama

fase akut untuk

menurunkan

kebutuhan metabolik,

menghemat energi

untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih

posisi nyaman untuk

istirahat dan atau tidur.

4. Bantu aktivitas

keperawatan diri yang

diperlukan. Berikan

3.pasien mungkin nyaman

dengan kepala tinggi

atau menunduk

kedepan meja atau

bantal.

Page 14: Anatomi Fisiologi Asmatikus

kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase

penyembuhan

4. meminimalkan

kelelahan dan

membantu

keseimbangan suplai

dan kebutuhan

oksigen.

5. Berikan lingkungan

tenang dan batasi

pengunjung selama fase

akut sesuai indikasi.

5.menurunkan stress dan

rangsangan berlebihan

meningkatkan

istirahat.

5. Kurangnya

pengetahuan

tentang proses

penyakitnya

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

Pengetahuan klien

tentang proses

penyakit menjadi

bertambah.

Mencari tentang

proses penyakit :

- Klien mengerti

tentang definisi

asma

- Klien mengerti

tentang penyebab

dan pencegahan

dari asma

- Klien mengerti

komplikasi dari

asma

1. Diskusikan aspek

ketidak nyamanan dari

penyakit, lamanya

penyembuhan, dan

harapan kesembuhan.

1.   informasi dapat

manaikkan koping dan

membantu

menurunkan ansietas

dan masalah

berlebihan.

2. Berikan informasi

dalam bentuk tertulis

dan verbal.

2.   kelemahan dan

depresi dapat

mempengaruhi

kemampuan untuk

mangasimilasi

informasi atau

mengikuti program

medik.

3. Tekankan

pentingnya

melanjutkan batuk

efektif atau latihan

pernafasan.

3.     selama awal 6-8

minggu setelah

pulang, pasien

beresiko besar untuk

kambuh dari

penyakitnya.

4. Identifikasi tanda

atau gejala yang

memerlukan pelaporan

pemberi perawatan

4.     upaya evaluasi dan

intervensi tepat waktu

dapat mencegah

meminimalkan

Page 15: Anatomi Fisiologi Asmatikus

kesehatan. komplikasi.

5. Buat langkah untuk

meningkatkan

kesehatan umum dan

kesejahteraan, misalnya

: istirahat dan aktivitas

seimbang, diet baik.

5.  menaikan pertahanan

alamiah atau imunitas,

membatasi terpajan

pada patogen.

N

ODIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Tidak efektifnya bersihan

jalan nafas berhubungan

dengan akumulasi mukus.

Atur posisi klien semi

fowler

Berikan terapi oksigen

Anjurkan istirahat yang

cukup

Mengatur posisi klien

semi fowler

Memberikan terapi

oksigen

Menganjurkan istirahat

yang cukup

S: klien mengatakan jalan

nafas kembali efektif.

O: Klien tidak sesak nafas

: masalah teratasi

:Intervensi diberhentikan

2. Tidak efektifnya pola

nafas berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru.

Atur posisi klien semi

fowler

Berikan terapi oksigen

Anjurkan istirahat yang

cukup

Mengatur posisi klien

semi fowler

Memberikan terapi

oksigen

Menganjurkan istirahat

yang cukup

S: klien mengatakan pola

nafas kembali efektif

O: klien tidak sesak nafas

A: masalah teratasi

P: Intervensi diberhentikan

3. Gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.

Anjurkan klien minum

air hangat saat makan

Anjurkan klien makan

sedikit demi sedikit tapi

sering

Menganjurkan klien

minum air hangat saat

makan

Menganjurkan klien

makan sedikit demi

sedikit tapi sering

S: Klien mengatakan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi

O: klien tidak kekurangan

nutrisi

A: Masalah teratasi

P: Intervensi diberhentikan

4. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan fisik.

Anjurkan istirahat yang

cukup

Anjurkan minum air

yang banyak

Menganjurkan istirahat

yang cukup

Menganjurkan minum

air yang banyak.

S: Klien mengatakan dapat

melakukan aktifitas.

: klien tidak mengalami

kelemahan fisik

: masalah teratasi

Page 16: Anatomi Fisiologi Asmatikus

: intervensi diberhentikan

5. Kurangnya pengetahuan

tentang proses penyakitnya

berhubungan dengan

kurangnya informasi

Anjurkan untuk lebih

banyak membaca Koran

atau buku-buku lain

atau juga dengan

browsing internet

Menganjurkan untuk

lebih banyak membaca

Koran atau buku-buku

lain atau juga dengan

browsing internet.

S: klien mengatakan

pengetahuan tentang

proses penyakit menjadi

bertambah.

O: klien tidak kekurangan

informasi

A: masalah teratasi

P: intervensi diberhentikan.