bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/648/2/bab i_dodi rohman_keperawatan...

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunegoro, 2004). Berdasarkan data WHO (2011) menyebutkan bahwa terdapat 235 juta orang menderita asma di dunia, 80% berada di negara dengan pendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Dari data Riskesda 2013, penderita asma di Indonesia paling banyak di derita oleh golongan menengah kebawah dan terbawah (tidak mampu), presentase untuk menengah kebawah sebanyak 4,7% dan terbawah 5,8%. Dan di provinsi Jawa Tengah penderita asma mencapai presentase 4,3% dari seluruh rumah sakit yang berada di provinsi Jawa Tengah (Riskesda, 2013). Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang merupakan penyebab utama kecacatan dan pemanfaatan sumber daya kesehatan bagi mereka yang terkena dampak (Bateman 2008; Eisner 2012). National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia sendiri didapatkan bahwa angka kematian akibat penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang (Depkes, 2014). Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Upload: danganh

Post on 27-Aug-2018

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di

berbagai negara di seluruh dunia (Mangunegoro, 2004). Berdasarkan data

WHO (2011) menyebutkan bahwa terdapat 235 juta orang menderita asma

di dunia, 80% berada di negara dengan pendapatan rendah dan menengah,

termasuk Indonesia.

Dari data Riskesda 2013, penderita asma di Indonesia paling

banyak di derita oleh golongan menengah kebawah dan terbawah (tidak

mampu), presentase untuk menengah kebawah sebanyak 4,7% dan

terbawah 5,8%. Dan di provinsi Jawa Tengah penderita asma mencapai

presentase 4,3% dari seluruh rumah sakit yang berada di provinsi Jawa

Tengah (Riskesda, 2013).

Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang

merupakan penyebab utama kecacatan dan pemanfaatan sumber daya

kesehatan bagi mereka yang terkena dampak (Bateman 2008; Eisner

2012). National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011,

mengatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak

dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki

dan 9,7% perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit

(SIRS) di Indonesia sendiri didapatkan bahwa angka kematian akibat

penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang (Depkes, 2014).

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

2

Asma telah dikaitkan dengan gejala hiperventilasi, yang

menurunkan tingkat karbon dioksida (CO2), dan menyebabkan hipokapnia

(Thomas 2001; Laffey 2002; Bruton, 2005). Hipokapnia dihasilkan dari

hiperventilasi dan dapat mengakibatkan bronkospasme dan berujung pada

siklus hipokapnia progresif dan meningkatkan bronkospasme (Laffey

2002). Dengan demikian, hipokapnia dapat berkontribusi peningkatan

resistensi saluran napas pada penderita asma (van den Elshout 1991;

Laffey 2002).

Permasalahan penderita asma umumnya adalah sesak nafas, dada

seperti terhimpit diikuti adanya mengi, batuk, serta menurunnya nilai

forced expiratory volume (FEV). Penurunan Forced Expiratory Volume

(FEV) lebih terlihat pada penyakit paru obstruktif seperti asma. Penurunan

Forced Expiratory Volume (FEV) pada penderita asma disebabkan antara

lain oleh peradangan yang terjadi pada trachea dan bronkhus. Hal ini

menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan yang tentu saja akan

menyebabkan penurunan pada ventilasi paru sehingga Forced Expiratory

Volume (FEV) akan menurun juga.

Seseorang yang menderita gangguan pernafasan apalagi yang

bersifat kronis seperti asma sudah di pastikan akan terjadi pengurangan

nilai rata rata arus puncak ekspirasi (APE) karena sudah terjadi gangguan

pada otot-otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang

melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya

peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.(Yunus, F. 2005)

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

3

Pada penyakit obstruksi saluran napas, biasanya penderita

mengalami kesukaran pada waktu ekspirasi, sebab kecenderungan

menutupnya saluran napas sangat meningkat dengan adanya tekanan

positif dalam dada selama ekspirasi. Hal ini tidak terjadi pada saat

inspirasi oleh karena tekanan negatif pleura pada inspirasi akan

mendorong terbukanya saluran napas saat alveoli mengembang. Dengan

demikian udara akan mudah masuk paru tetapi terperangkap di dalam paru

(Guyton dan Hall, 2008).

Pengukuran arus puncak ekspirasi (APE) tergantung pada otot

thoracoabdominal dan tingkat stres dari subjek dievaluasi, dan karena

memerlukan ekspirasi maksimal. (Barcala,2008). Pengukuran fungsi

saluran pernapasan, dengan peak flow meter sebelum penggunaan obat,

perlu dilakukan untuk mengetahui derajat keparahan penyakit asma yang

sedang dialami seorang pasien asma. Hasil data peak flow yang dapat

menggambarkan tanda-tanda peringatan dini untuk suatu penyakit yang

dalam beberapa kasus mungkin menunjukkan penurunan fungsi paru-paru

satu sampai hari sebelum gejala pernapasan lain menjadi jelas. Salah satu

komplikasi yang dapat terjadi pada pasien asma yang di tandai dengan

penurunan APE. Penurunan APE ini terjadi bila pasien asma tidak segera

dilakukan tindakan maka dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih

lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun

(DEPKES RI, 2007).

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

4

Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi

dapat dikendalikan. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika

mereka dapat mengendalikan asmanya (United States Environmental

Protection Agency, 2004). Asma dapat dikendalikan dengan Pengelolaan

yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi

Farmakologis tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu

dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru, 2008; Wong, 2003).

Pengontrolan asma dengan terapi komplementer dapat dilakukan

dengan teknik pernapasan, teknik relaksasi, akupunktur, chiropractic,

homoeopati, naturopati dan hipnosis. Teknik-teknik seperti ini merupakan

teknik yang banyak dikembangkan oleh para ahli. Salah satu teknik yang

banyak digunakan dan mulai populer adalah teknik pernapasan. Dalam

teknik ini diajarkan teknik mengatur napas bila penderita sedang

mengalami asma atau bisa juga bersifat latihan saja (The Asthma

Foundation of Victoria, 2002). Teknik ini juga bertujuan mengurangi

gejala asma dan memperbaiki kualitas hidup (McHugh, 2003).

Penatalaksanaan penyakit asma sering dikaitkan dengan latihan

pola nafas asma yang berdasar pada latihan pernafasan (PDPI, 2004).

Latihan pernapasan adalah salah satu cara untuk mencapai sistem

pernapasan yang optimal, karena sangat erat hubungannya dengan

tampilan maksimal paru. Latihan nafas tidak hanya ditujukan untuk

membersihkan jalan nafas dari mukus berlebihan tapi juga ditujukan untuk

mengatasi masalah penurunan volume paru, peningkatan beban kerja

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

5

pernafasan, pola nafas abnormal, gangguan pertukaran gas, dan hambatan

arus udara dalam saluran nafas (Jenkins & Turker, 1993). Selain itu latihan

pernapasan juga dapat meningkatkan inflasi alveolar maksimal,

meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola

aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi,

melambatkan frekuensi pernafasan, serta mengurangi udara yang

terperangkap (Suddarth and Brunner, 2002). Latihan pernapasan telah

digunakan secara rutin oleh fisioterapi dan profesional lain untuk

mengendalikan hiperventilasi yang gejala asma (Bruton 2005).

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di

wilayah kerja puskesmas Rakit 1 di peroleh data penderita asma yang rutin

kontrol berjumlah 15-20 orang perbulan dari 128 penderita asma. Di

bandingkan dengan puskesmas-puskesmas yang lain di wilayah

Banjarnegara, puskesmas 1 rakit memiliki jumlah penderita asma yang

cukup tinggi. Dan penderita asma umumnya dari kalangan ekonomi

menengah kebawah sehingga pengobatan menggunakan terapi

komplementer sangat di perlukan dalam penatalaksanaan asma.

Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan adalah penderita diberi obat dan

edukasi agar senantiasa menjaga kondisinya. Penatalaksanaan dengan

menggunakan Terapi nafas dalam (deep breathing exersie) sudah

dilakukan tetapi belum pernah di ukur keeffektifanya. Dengan penelitian

yang akan dilakukan, peneliti berharap bahwa dapat diperoleh manfaat

berupa peningkatan nilai APE setelah dilakukan terapi latiahan nafas

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

6

dalam (deep breathing exercise ) pada pasien asma di Puskesmas 1 Rakit

kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui

efektifitas deep breathing exercise (nafas dalam) terhadap peningkatkan

arus puncak ekspirasi (APE) sebelum dan sesudah melakukan latihan

nafas dalam pada pasien asma.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas peneliti

tertarik untuk meneliti tentang ”Apakah Deep Breathing exercise dapat

meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi pada pasien dengan Asma? ”.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini mengetahui efektifitas latihan nafas

dalam (deep breathing exercise) terhadap peningkatan APE pada

pasien dengan Asma

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden

b. Mengetahui perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi pasien asma

sebelum dan sesudah dilakukan deep breathing exercise.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran

secara nyata memperkuat dan mengembangkan teori yang ada serta

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

7

menambah wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan efektifitas

deep breathing terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi pada pasien

Asma.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien Asma

Dapat meningkatkan kesadaran diri pasien Asma terhadap

penatalaksanaan nonfarmakologis asma dengan deep breathing.

b. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah:

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang efektifitas

deep breathing terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi

pada pasien Asma.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan latihan bagi peneliti

untuk dapat menerapkan ilmu metode penelitian dan ilmu

keperawatan yang telah didapat di bangku kuliah dalam

melakukan penelitian khususnya mengenai efetifitas deep

breathing terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi pada

pasien asma.

c. Bagi Pendidikan

Manfaat bagi Pendidikan/Institusia dalah:

1. Menambah literatur dan kajian tentang efektifitas deep

breathing terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi pada

pasien Asma sehingga dapat digunakan penelitian selanjutnya.

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

8

2. Memberikan informasi tentang efektifitas deep breathing

terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi pada pasien Asma

sehingga dapat digunakan penelitilan selanjutnya

d. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan dan kajian untuk disosialisasikan kepada

masyarakat sebagai materi untuk penanganan asma secara

nonfarmakologi.

e. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu diaplikasikan oleh

tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien asma..

E. Penelitian Terkait

a. Berdasarkan penelitian Mulyadi (2011) dengan penelitian yang

berjudul; “Analis Hasil Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) Pada asien

Gangguan Pernapasan di Pesisir Kota Banda Aceh”. Dalam penelitian

ini dilakukan di Puskesmas Meuraxa Banda Aceh menggunakan salah

satu parameter fungsi paru-paru PEF diukur dengan flow meter Peak.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

menyeberangi pendekatan sectional. Subjek penelitian adalah 96

pasien berusia 13-60 tahun gangguan pernapasan. Data dianalisis

dengan uji deskriptif dan bivariat (chi square). Kelompok umur 31-40

tahun ditemukan bahwa sampel dengan tertinggi PEFR 50-80%

sebanyak 65,5%. Seks pria dengan tertinggi PEFR 50-80% dari

perempuan sebanyak 80,5% dan 66% untuk yang tertinggi PEFR 80 -

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

9

100%. Sampel dengan gangguan pernapasan; batuk adalah 100%,

dahak adalah 65,6%, mengi adalah 18,7% dan nyeri dada adalah 42,7%

semua memiliki tertinggi PEFR 50-80%. Sampel dengan riwayat

merokok; sejarah merokok 90,3% adalah hasil PEFR 50-80% di

subyek yang merokok dan yang tidak merokok paling hasil PEFR 80-

100% sebanyak 67,3%. sampel dengan riwayat penyakit paru-paru

memiliki tertinggi PEFR 50-80% sebanyak 94,7% dan yang tidak

memiliki riwayat Penyakit paru-paru 51,9% dengan nilai PEFR

tertinggi 80-100%. Sedangkan analisis bivariat menggunakan uji Chi

Square uji menunjukkan bahwa semua variabel independen χ² hitung>

χ² tabel sehingga umur, jenis kelamin, riwayat merokok, pernapasan

gangguan dan riwayat penyakit paru-paru mempengaruhi hasil PEFR.

Perbedaan dalam penelitian ini desain penelitianya berbeda

pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan

menyeberangi pendekatan sectional, sedangkan penelitian peneliti

menggunakan quasi eksperimental with pre-post test design tanpa

menggunakan kelompok kontrol. Namun persamaan pelitian ini adalah

sama sama meneliti kapasitas vital paru.

b. Dharwadkar dalam jurnal Medical science (2013) yang berjudul :

“Comparative Study of the Immediate of Deep Breathing Exercise

Coupled with Breath Holding up to the Breaking Point, on Respiratory

Rate, Heart Rate, Mean Arterial Blood Pressure and Peak Expiratory

Flow Rate in Young Adults”. Metode RR, HR, MAP & PEFR relawan

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

10

tercatat dalam I tahun MBBS siswa dari kedua jenis kelamin [n = 99;

perempuan 59; laki-laki 40]. Hasil PEFR ditemukan meningkat

signifikan sebesar 5%, dengan penurunan signifikan dalam tingkat

pernapasan, denyut jantung, dan berarti tekanan darah arteri pada

orang dewasa muda dari kedua jenis kelamin. Waktu menahan nafas

secara signifikan meningkat setelah latihan pernapasan dalam. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dominasi parasimpatis diklaim sebagai

efek langsung dari latihan pernapasan dalam adalah dibatalkan oleh

efek berlawanan napas dari titik puncaknya. Kenaikan PEFR dapat

disebabkan oleh penurunan kecil resistensi saluran napas, yang tidak

dipengaruhi oleh peraturan otonom pusat.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel yang diteliti lebih

banyak selain itu juga memilik perbedaan pada subjek atau

respondenya yaitu dewasa muda sedangkan pada penelitian yang akan

dilakukan respondenya lebih umum. Persamaan dalam penelitian ini

yakni variabel terikat yang di gunakan yaitu tentang penyakit Asma.

c. Berdasarkan penelitian Siti Juhariyah (2012) dengan judul penelitian

efektifitas fisik dan latihan pernafasan pada pasien asma peristen

sedang sampai berat. Metode: Sebanyak tiga puluh empat pasien

dengan persisten bronkiale asma moderat dibagi dikelompokkan

menjadi dua. delapan belas pasien kelompok kontrol, diberi perawatan

medis sesuai dengan tingkat keparahan asma. Enam belas pasien

pengobatan kelompok, diberi perawatan medis sesuai dengan

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

11

keparahan asma dan latihan fisik dan latihan pernapasan. Latihan dan

latihan pernapasan fisik dilakukan selama 30 menit setiap latihan,

dilakukan 5 kali seminggu 4 kali dilakukan di rumah, waktu yang

dilakukan di instalasi rehabilitasi medik. Jumlah latihan yang

dilakukan selama 8 minggu. Pada kedua kelompok diukur status

fungsional (FEV1, PEF, PEF variabilitas harian (DV), 6MWT),

imunologi Status (jumlah eosinofil dalam darah perifer) Kualitas

hidup (AQLQ (S)) pada awal dan akhir penelitian,hasilnya

dibandingkan antara kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil Kelompok

perlakuan yang terkandung peningkatan yang signifikan dengan nilai

variabilitas PEF harian (p = 0,003) dan Komponen Kualitas hidup

(AQLQ (S)) gejala, namun tidak ada perbedaan yang signifikan secara

statistik lainnya parameter. Kesimpulan Penelitian kami menunjukkan

latihan dan pernapasan Latihan fisik pada pasien dengan sedang-berat

persisten asma secara efektif untuk meningkatkan status fungsional

terutama PEF DV, dan kualitas hidup, terutama komponen gejala.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan

yaitu study kasus dan kontrol sedangkan penelitian yang akan

dilakukan menggunakan quasi eksperimental with pre-post test design

tanpa menggunakan kelompok kontrol, serta memiliki tempat

penelitian yang berbeda . Persamaan dalam penelitian ini adalah antara

variabel bebas latihan pernafasan dan variabel terkait yaitu asma.

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

12

d. N. Dewi tahun (2007) judul jurnal efektifitas pursed lips breathing dan

tiup balon dalam peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) pasien

asma di RSUD BANYUMAS. Metode penelitian adalah eksperimen

kuasi dengan dua kelompok pra dan desain post test. Responden

penelitian ini adalah 52 pasien asma bronchiale di Bougenville,

Chempaka, dan RRD bangsal Rumah Sakit Banyumas dari Juni sampai

dengan September 2006 yang didapat secara simple pengacakan.

Penulis menggunakan data primer diambil dari pengukuran arus

puncak ekspirasi pada mengerutkan bibir pernapasan dan meniup up

kelompok balon. Analisis statistik adalah uji t berpasangan dan uji t

independen. Uji t Pasangan 5% temuan menunjukkan bahwa bibir

mengerucut bernapas dan meledakkan balon efektif untuk peningkatan

arus puncak ekspirasi (p <0,05), dan rata-rata analisis dua kelompok

dengan uji t independent dengan 5% temuan menunjukkan bahwa

bibir mengerucut bernapas lebih efektif dari meledakkan balon untuk

meningkatkan aliran ekspirasi puncak asma Pasien bronchiale (p

<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah latihan pernapasan

dengan mengerutkan bibir bernapas dan meledakkan balon penting

dalam rehabilitasi asma bronchiale pasien untuk meningkatkan aliran

ekspirasi puncak.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu

efektifitas pursed lips breathing dan teknik tiup balon sedangakn

penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik deep breathing

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/648/2/BAB I_DODI ROHMAN_KEPERAWATAN S1'… · lanjut seperti gagal nafas, asmatikus bisa terjadi bila APE terus menurun (DEPKES

13

exercise. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel

dependen yaitu tentang asma dan mengukur APE pasien asma.

Efektifitas Latihan Nafas..., Dodi Rohman, Fikes UMP, 2015