askep seminar baru

Upload: emmi-valentina-pardede

Post on 09-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    1/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Tonsilofaringitis akut adalah peradangan pada tonsil dan faring yang

    masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan

    organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil

    sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )

    Tonsilofaringitis merupakan masalah kesehatan, terutama pada anak-

    anak. Insidennya meningkat pada ,musim-musim tertentu, yaitu musim hujan

    untuk negara-negara tropis. Kelompok penyakit infeksi saluran nafas atas

    (ISPA) merupakan kelompok penyakit yang menduduki urutan pertama pada

    survei rumah tangga di Indonesia 1986 ( Gitawati et al ), sedangkan

    di Puskesmas besarnya persentase tonsilofaringitis terhadap ISPA adalah

    26,1 %.

    1.2Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan anak pada

    An.M dengan Tonsilofaringitis dan melakukan pengukuran tanda-

    tanda vital di Ruangan Poliklinik Anak RSUD Palembang BARI.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    a. Mahasiswa dapat merumuskan dan menegakkan diagnosa

    keperawatan anak pada An.M dengan Tonsilofaringitis di

    Ruangan Poliklinik Anak RSUD Palembang BARI.

    b.

    Mahasiwa dapat melakukan pengukuran tanda-tanda vital pada

    An.M dengan Tonsilofaringitis di Ruangan Poliklinik Anak

    RSUD Palembang BARI.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    2/25

    2

    1.3Waktu Pelaksanaan

    Asuhan keperawatan anak pada An.M dengan Tonsilofaringitis

    dan melakukan pengukuran tanda-tanda vital di Ruangan Poliklinik Anak

    RSUD Palembang BARI dilakukan pada tanggal 17 Juli 2013.

    1.4Tempat Pelaksanaan

    Asuhan keperawatan anak pada An.M dengan Tonsilofaringitis

    dan melakukan pengukuran tanda-tanda vital dilakukan di Ruangan

    Poliklinik Anak RSUD Palembang BARI.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    3/25

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PROFIL RSUD PALEMBANG BARI

    2.1.1 Selayang Pandang

    Rumah sakit umum daerah Palembang BARI merupakan unsure

    penunjang pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan yang

    merupakan satu satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota di

    jalan panca usaha No.1 kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang ulu,

    dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 H.

    Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan

    kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alterfnatif dari jalan Jakabaring

    menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan

    pembangunan jalan langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan

    poros Jakabaring.

    2.1.2 Visi Misi dan Motto

    a. Visi

    Rumah sakit andalan dan terpercaya di Sumatera Selatan

    b. Misi

    1)

    Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu

    2) Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan

    efisien

    c. Motto

    Anda sembuh, kami puas

    Anda puas, kami bahagia

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    4/25

    4

    2.1.3 Sejarah

    1.

    Sejarah Berdirinya

    Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang

    BARI merupakan gedung poliklinik / Puskesmas Panca

    Usaha.

    Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD

    Palembang BARI dengan SK Depkes nomor 1326/ Menkes/

    SK/ XI/1997, tanggal 10 Nopember 1997 ditetapkan menjadi

    Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.

    Kepmenkes RI Nomor HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian

    status Akreditas penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit

    Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 Nopember 2003.

    Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang

    pemberian status Akreditas penuh tingkat lanjut kepada

    Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5

    Februari 2008.

    Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang

    peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang

    BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.

    Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang

    berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.195 B tahun

    2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai

    SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan

    keuangan BLUD (PKK-BLUD) secara penuh.

    2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur

    Tahun 1986 s.d 1995 : dr. Jane Lidya Titahelu sebagai

    Kepala poliklinik/Puskesmas Panca Usaha.

    Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty

    Monasir,Sp.OG sebagai direktur RSUD Palembang BARI.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    5/25

    5

    Bulan Juli 2000 s.d Nopember 2000 : pelaksana tugas dr.

    H.Dachlan Abbas, Sp.B Bulan desember 2000 s.d Februari 2001 : pelaksana tugas dr.

    M. Faisalsoleh,Sp.PD

    Tanggal 14 Nopember 2000 s.d Februari 2012 : dr. Hj.Indah

    Puspita, H.A,MARS sebagai direktur RSUD Palembang

    BARI.

    Tanggal 17 Janu ari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani ,

    SH,M.M sebagai PLT RSUD Palembang BARI.

    2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan

    Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap

    kesehatan terhadap masyarakat RSUD Palembang BARI

    mempunyai pelayanan sebagai berikut:

    a.

    Fasilitas

    Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam

    Farmasi / Apotik 24 jam

    Rawat Jalan / poliklinik

    Rawat Inap

    Bedah Sentral

    Rehabilitasi Medik

    Radiologi 24 jam

    Laboratorium Klinik 24 jam

    Patologi Anatomi

    Bank Darah

    Hemodialisa

    Medikal Check Up

    ECG/EEG

    USG 4 dimensi

    Endoskopi

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    6/25

    6

    Kamar Jenazah

    CT Scan 64 Slices

    b. Pelayanan

    Poliklinik Penyakit Dalam

    Poliklinik Bedah

    Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan

    Poliklinik Anak

    Poliklinik Mata Poliklinik THT

    Poliklinik Syaraf

    Poliklinik Kulit dan Kelamin

    Poliklinik Jiwa

    Poliklinik Rehabilitasi Klinik

    Poliklinik Jantung

    Poliklinik Gigi

    Poliklinik Psikologi

    Poliklinik Tumbuh Kembang

    c.

    Instalasi Gawat Darurat

    Dokter jaga 24 jam

    Ambulance 24 jam

    d.

    Pelayanan Rawat Inap

    Perawatan VVIP dan VIP

    Perawatan Kelas I,II,III

    Perawatan Penyakit Dalam Infeksi Perempuan

    Perawatan Penyakit Dalam Infeksi Laki-laki

    Perawatan Anak

    Perawatan Bedah

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    7/25

    7

    Perawatan ICU

    Perawatan Kebidanan Perawatan Neonatus dan NICU

    e. Pelayanan penunjang

    Instalasi Laboratorium Klinik

    Instalasi Rasiologi

    Instalasi Bedah Sentral

    Instalasi Farmasi (Apotik)

    f. Fasilitas Kendaraan Operasional

    Ambulance 118

    Ambulance Bangsal

    Ambulance Siaga Bencana

    Ambulance Trauma Center

    Mobil Jenazah

    g.

    Instansi Rehabilitasi Medik

    2.2 TINJAUAN TEORI

    2.2.1 Pengetian

    Tonsilofaringitis akut adalah peradangan pada tonsil dan faring

    yang masih bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu

    melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga

    mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

    ( Ngastiyah,1997 )

    Tonsilofaringitis akut merupakan faringitis akut dan tonsilitis

    akut yang ditemukan bersamasama. ( Efiaty, 2002 )

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    8/25

    8

    Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring

    ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta

    hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga oleh virus.

    Penyakit ini dapat menyerang semua umur.

    2.2.2 Anatomi dan Fisiologi

    Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya

    seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah.

    Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke

    depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium,

    sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus

    pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus.

    Faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring.Nasofaring merupakan bagian dari faring yang terletak diatas pallatum

    molle, orofaring yaitu bagian yang terletak diantara palatum molle dan

    tulang hyoid, sedangkan laringofaring bagian dari faring yang meluas

    dari tulang hyoid sampai ke batas bawah kartilago krikoid.

    Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring.

    Pallatum molle (vellum palati) terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh

    jaringan fibrosa yang dilapisi oleh mukosa. Penonjolan di median

    http://4.bp.blogspot.com/-iMsluRarwy0/T-g57ZaE9oI/AAAAAAAAAYE/Eac2LlCB8Gk/s1600/photos_96501466-BDB7-47FF-8DA1-E6FC0057CFBA.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-pOpIuyztBdM/T-g3u_cSl0I/AAAAAAAAAX4/VhsNWpopsWs/s1600/tonsil.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-iMsluRarwy0/T-g57ZaE9oI/AAAAAAAAAYE/Eac2LlCB8Gk/s1600/photos_96501466-BDB7-47FF-8DA1-E6FC0057CFBA.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-pOpIuyztBdM/T-g3u_cSl0I/AAAAAAAAAX4/VhsNWpopsWs/s1600/tonsil.jpg
  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    9/25

    9

    membaginya menjadi dua bagian. Bentuk seperti kerucut yang terletak

    disentral disebut uvula. Dua pillar tonsilar terdiri atas tonsil palatina

    anterior dan posterior. Otot glossoplatina dan pharyngopalatina adalah

    otot terbesar yang menyusun pilar anterior dan pilar posterior.

    Tonsil terletak diantara cekungan palatoglossal dan

    palatopharyngeal. Plika triangularis (tonsilaris) merupakan lipatan

    mukosa yang tipis, yang menutupi pilar anterior dan sebagian dan

    sebagian permukaan anterior tonsil. Plika semilunaris (supratonsil)

    adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua

    pilar. Fossa supratonsil merupakan celah yang ukurannya bervariasi

    yang terletak diatas tonsil diantara pilar anterior dan posterior. Tonsil

    terdiri dari sejumlah penonjolan yang bulat atau melingkar seperti

    kripte yang mengandung jaringan limfoid dan disekelilingnya terdapat

    jaringan ikat. Ditengah kripta terdapat muara kelenjar mukus.

    Tonsil dan adenoid merupakan bagian terpenting cincin

    waldeyer dari jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Tonsil terletak

    dalam sinus tonsilaris diantara pilar anterior dan posterior faussium.

    Tonsil faussium terdapat satu buah pada tiap sisi orofaring adalah

    jaringan limfoid yang dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas.

    Permukaan sebelah dalam tertutup oleh membran epitel skuamosa

    berlapis yang sangat melekat. Epitel ini meluas kedalam kripta yang

    membuka kepermukaan tonsil. Kripta pada tonsil berjumlah 8-20, biasa

    tubular dan hampir selalu memanjang dari dalam tonsil sampai

    kekapsul pada permukaan luarnya.Bagian luar tonsil terikat pada

    m.konstriktor faringeus superior, sehingga tertekan setiap kali menelan.

    m. palatoglusus dan m. palatofaring juga menekan tonsil. Selama masa

    embrio, tonsil terbentuk dari kantong pharyngeal kedua sebegai tunas

    dari sel endodermal. Singkatnya setelah lahir, tonsil tumbuh secara

    irregular dan sampai mencapai ukuran dan bentuk, tergantung dari

    jumlah adanya jaringan limphoid.

    Struktur di sekitar tonsil:

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    10/25

    10

    1. Anterior : pada bagian anterior tonsilla palatina terdapat arcus

    palatoglossus, dapat meluas dibawahnya untuk jarak pendek.

    2. Posterior : di posterior terdapat arcus palatopharyngeus.

    3. Superior : di bagian superior terapat palatum molle. Disini tonsilla

    bergabung dengan jaringan limfoid pada permukaan bawah palatum

    molle.

    4. Inferior : di inferior merupakan sepertiga posterior lidah. Di sini,

    tonsilla palatina menyatu dengan tonsilla lingualis.

    5. Medial : di bagian medial merupakan ruang oropharynx.

    6. Lateral : di sebelah lateral terdapat capsula yang dipisahkan dari

    m.constristor pharyngis superior oleh jaringan areolar longgar. V.

    palatina externa berjalan turun dari palatum molle dalam jaringan ikat

    longgar ini, untuk bergabung dengan pleksus venosus pharyngeus.

    Lateral terhadap m.constrictor pharynges superior terdapat m.

    styloglossus dan lengkung a.facialis. A. Carotis interna terletak 2,5 cm

    di belakang dan lateral tonsilla. Tonsilla palatina mendapat

    vascularisasi dari : ramus tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri

    facialis; cabang-cabang a. Lingualis; a. Palatina ascendens; a.

    Pharyngea ascendens. Sedangkan innervasinya, diperoleh dari N.

    Glossopharyngeus dan nervus palatinus minor. Pembuluh limfe masuk

    dalam nl. Cervicales profundi. Nodus paling penting pada kelompok ini

    adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan

    belakangangulus mandibulae.

    Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang meliputi epitel

    skuamosa yang berisi beberapa kripta. Celah di atas tonsila merupakan

    sisa darin endodermal muara arkus bronkial kedua, di mana fistula

    bronkial/ sinus internal bermuara.. Di dalam lengkung faring terdapat

    tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfa yang mengandung banyak kelenjar

    limfoid dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terdiri dari

    jaringan limfoid yang dilapisi epitel respiratory. Cincin waldeyer

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    11/25

    11

    merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang

    terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual.

    Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel

    limfosit. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60 % dari limfosit

    tonsilar. Limfosit T pada tonsil 40 % dan 3 % lagi adalah sel plasma

    yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal.

    Imunoglobulin G, A, M, D, komplemen-komplemen, interferon,

    losozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar.

    Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan

    untuk differensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.

    Tonsil mempunyai 2 fungsi yaitu : menangkap dan mengumpulkan

    bahan asing dengan efektif dan sebagai organ utama produksi antibodi

    dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

    http://4.bp.blogspot.com/-DoBtTmtEKrA/T-kP65Ed6qI/AAAAAAAAAZ0/oaDqXHMI_JY/s1600/tonsil2.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-99xElz3k3G0/T-kONmDWAJI/AAAAAAAAAZo/JxQTVzqd4Rs/s1600/Tonsils_72.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-DoBtTmtEKrA/T-kP65Ed6qI/AAAAAAAAAZ0/oaDqXHMI_JY/s1600/tonsil2.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-99xElz3k3G0/T-kONmDWAJI/AAAAAAAAAZo/JxQTVzqd4Rs/s1600/Tonsils_72.jpg
  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    12/25

    12

    2.2.3 Etiologi

    Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering

    disebabkan oleh virus common cold (adenovirus, rhinovirus, influenza,

    coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi kadang-kadang

    disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus,

    atau HIV. Sekitar 30% kasus disebabkan oleh bakteri. Group A -

    hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang paling sering, namun

    Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma

    pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.

    2.2.4 Patofisiologi

    Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran

    nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring

    kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan

    virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan

    infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar

    masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan

    edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan

    pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri

    telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

    http://2.bp.blogspot.com/-WIUpKg8w1as/T-kQGDNWW7I/AAAAAAAAAaA/lmkvhvedN4c/s1600/tonsil1.jpg
  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    13/25

    13

    PATHWAYS

    Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

    Penyebaran limfogen

    Faring & tonsil

    Proses inflamasi

    Tonsilofaringitis akut hipertermi

    Edema faring & tonsil

    Nyeri telan

    Sulit makan & minum

    Resiko perubahan

    status nutrisi < darikebutuhan tubuh

    Tonsil & adenoid membesar

    Obstruksi pada tuba eustakii

    Kurangnya

    pendengaran

    Infeksi sekunder

    Otitis media

    Gangguan persepsi sensori :

    pendengarankelemahan

    Intoleransi

    aktifitas

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    14/25

    14

    2.2.5 Manifestasi Klinis

    Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik sampai

    mencapai 400C, rasa gatal/kering di tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di

    sendi, odinofagia, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa nyeri di

    telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada

    kasus yang berat, penderita dapat menolak untuk makan dan minum

    melalui mulut.

    Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak,

    hiperemis ; terdapat detritus (tonsilitis folikularis), kadang detritus

    berdekatan menjadi satu (tonsilitis lakunaris), atau berupa membran

    semu. Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan; terutama

    pada anak-anak.

    2.2.6 Komplikasi

    Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut.

    Komplikasi tonsilitis akut, dapat berupa abses peritonsil, abses

    parafaring, toksemia, septikemia, otitis media akut, bronkitis, nefritis

    akut, miokarditis serta artritis.

    2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

    Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan beberapa

    pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium agar

    penatalaksanaan yang dilakukan lebih tepat dan sesuai sasaran.

    Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, jika dikaitkan

    dengan etiologi tonsilofaringitis, maka pemeriksaan penunjang yang

    perlu dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap, uji

    mikrobiologi, dan tes serologi.

    Pemeriksaan darah rutin meliputi hitung eritrosit, trombosit,

    leukosit berserta elemennya, laju endap darah (LED), dan hematokrit.

    Tujuan pemeriksaan darah ini adalah sebagai pemeriksaan penyaring.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    15/25

    15

    Karena pada penderita tonsilofaringitis memiliki gejala klinik yang

    diikuti dengan kenaikan hitung leukosit dan % polimorfo nuklear

    (PMN).

    Kemudian uji mikrobiologi ditujukan untuk mengetahui bakteri

    penyebab tonsilofaringitis serta uji resistensi antibiotika. Karena

    berdasarkan informasi pada kasus, pasien telah mengkonsumsi

    antibiotika yang dibeli sendiri dengan dosis dan cara pemakaian yang

    tidak tepat. Dengan kondisi demikian, konsumsi antibiotika tersebut

    tidak memberikan perubahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji

    resistensi untuk mengetahui jenis antibiotika yang sudah resisten

    terhadap bakteri penyebab. Sehingga penatalaksanaan terhadap pasien

    tersebut menjadi tepat.

    Tes serologi dilakukan jika etiologi tonsilofaringitis adalah virus.

    Sehingga, apabila yang menyebabkan adalah virus, pada uji

    mikrobiologi hasilnya negative. Tes serologi dapat dilakukan terhadap

    antibodi maupun antigen virus. Untuk pengujian antibodi perlu

    dilakukan dua kali, jika waktu terjadinya penyakit kurang dari 10 hari.

    Karena untuk mendapatkan hasil yang positif diperlukan titer antibodi

    yang mencukupi. Tes serologi yang biasa dilakukan diantaranya adalah

    ELISA dan PCR. Tes dengan menggunakan metode PCR cepat dan

    akurat, tetapi biaya yang dibutuhkan lebih mahal.

    2.2.8 Penatalaksanaan

    Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam

    sebaiknya tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.

    1.

    Sistemik

    Terapi antibiotik dengan memberikan Penicillin G yang berfungsi untuk

    membunuh bakteri Streptococus.

    Apabila bakteri atau kuman sudah resisten pada penicillin maka pasien

    dapat diberikan antibiotik eritromisin.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    16/25

    16

    Bila pasien mengalami demam, maka terapi antibiotik yang diberikan

    adalah kortikosteroid (bisa sebagai obat antiinflamasi) dan antipiretik,selain itu dapat juga diberikan Anti Diphteri Serum (ADS).

    2. Pengobatan Oral

    Obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.

    3. Tonsilektomi

    Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan yang berat

    dan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan ini

    harus dilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3

    minggu setelah serangan tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada

    waktu ada epidemi poliomielitis.

    2.3 PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    17/25

    17

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.M DENGAN

    TONSILOFARINGITIS

    DI RUANG POLIKLINIK ANAK

    RSUD PALEMBANG BARI

    Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 Juli 2013, pukul 10.30 WIB

    diruang poliklinik anak RSUD Palembang BARI.

    3.1 Pengkajian

    Data Subjektif

    3.1.1 Identitas Klien Dan Penanggung Jawab

    A. Identitas Klien

    Nama : An.M

    Umur : 11 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Suku / Bangsa : Indonesia

    Alamat: Jl. Kimerogan, Lr. Talang Nangko, no.41, Kertapati

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Pelajar

    No.Rekam Medik : 09.63.93

    Tanggal Masuk RS : 16 Juli 2013

    Tanggal Pengkajian : 16 Juli 2013

    Diagnosa Medis : Tonsilofaringitis

    B. Identitas Penanggung Jawab

    Nama : Ny. Y

    Umur : 51 Tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    18/25

    18

    Agama : Islam

    Suku / Bangsa : Indonesia

    Alamat : Jl. Kimerogan, Lr. Talang Nangko, no.41,

    Kertapati

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Hubungan keluarga : Ibu kandung pasien

    3.1.2 Riwayat Kesehatan

    a.

    Keluhan Utama

    Pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu. Sejak demam,

    muntah, dan nyeri di bagian tenggorokan.

    b.

    Riwayat Perjalanan Penyakit

    Sebelum konsul ke RS pasien mengatakan nyeri di tenggorokan,

    badan terasa lemas, tidak nafsu makan, mual dan muntah, serta demam.

    3.1.3Pola Aktivitas

    No. Kegiatan Sebelum Sakit Setelah Sakit

    1. Pola makan

    - Frekuensi

    - Jenis

    - Jumlah

    Masalah Keperawatan

    3 x 1 hari

    Nasi,lauk-pauk,

    sayuran

    1 porsi

    Tidakada

    3 x 1 hari

    Nasi,lauk-pauk,

    sayuran

    1/2 porsi

    Nafsu makan

    berkurang

    2. Pola minum

    - Frekuensi

    - Jenis

    -

    Jumlah

    Masalah Keperawatan

    5 x 1 hari

    Air putih

    6 gelas/hari

    Tidak ada

    5 x 1 hari

    Air putih

    6 gelas/hari

    Tidak ada

    3. Pola eliminasi

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    19/25

    19

    BAB

    -

    Frekuensi- Konsistensi

    - Warna

    Masalah Keperawatan

    BAK

    - Frekuensi

    - Warna

    Masalah Keperawatan

    1 x sehariLunak

    Kuning

    Tidak ada

    3-4 x sehari

    Kuning

    Tidak ada

    1 x sehariLunak

    Kuning

    Tidak ada

    3-4 x sehari

    Kuning

    Tidak ada

    4. Personal Hygiene

    - Mandi

    -

    Keramas

    - Gosok gigi

    - Potong kuku

    -

    Ganti pakaian

    Masalah keperawatan

    2 x sehari

    1 x sehari

    2 x sehari

    1 x semingggu

    2 x sehari

    Tidak ada

    2 x sehari

    1 x sehari

    2 x sehari

    1 x seminggu

    2 x sehari

    Tidak ada

    5. Pola aktivitas

    - Lama tidur

    siang

    - Lama tidur

    malam

    - Gangguan tidur

    Masalah keperawatan

    2 jam

    8 jam

    Tidak ada

    Tidak ada masalah

    2 jam

    8 jam

    Tidak ada

    Tidak ada masalah

    3.1.4 Pemeriksaan Umum

    a. Pemeriksaan fisik

    Tingkat kesadaran : compos mentis

    Pernapasan : 20 x / menit

    Nadi : 96 x / menit

    Temperature : 37,70C

    Berat Badan : 35 kg

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    20/25

    20

    Tinggi badan : 140 cm

    b.

    Kebersihan Rambut Kebersihan Rambut : Bersih

    Warna Rambut : Cokelat

    Mudah rontok : Tidak mudah rontok

    Benjolan : Tidak ada

    c. Mata

    Bentuk : Simetris

    Pupil : Normal Masalah : Memakai kaca mata

    Konjungtiva : tidak anemis

    d. Hidung

    Posisi Hidung : Normal

    Bentuk Hidung : Simetris

    e. Telinga

    Bentuk Telinga : Simetris

    Memakai Alat Bantu : Tidak ada

    f. Mulut

    Gigi : Bersih

    Karang Gigi : Tidak ada

    Lidah : Tidak ada masalah

    Bibir : Tidak ada Masalah

    Tonsil : Membengkak dan tampak kemerahan

    g.

    Leher

    Pembengkakan : Tidak ada benjolan

    Pergerakan : Tidak ada kelainan

    h. Dada

    Bentuk : Simetris

    Masalah : Tidak ada kelainan

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    21/25

    21

    i.

    Abdomen

    Bentuk : Datar Masalah : Tidak ada kelainan

    j. Ekstremitas

    Superior : Normal

    Imperior : Normal

    k. Genitalia eksternal : Tidak ada masalah

    3.1.5 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

    3.1.6Terapi Medis

    Amoxylin 3 x 250 mg (tablet)

    Ambroxole syrup 3 x 1 sdt

    Paracetamol 3 x 250 mg

    3.2 Analisa Data

    NamaPasien : An.M DiagnosaMedis : TFA

    JenisKelamin : Perempuan No.Med.Rec : 399896

    Ruang : PoliklinikAnak Tanggal : 16 Juli 2013

    No. Data penunjang Etiologi Masalah

    Keperawatan

    1 Ds : os mengatakan nyeri dibagian

    tenggorokan

    Do : tampak kemerahan pada daerah

    tonsil

    Virus menginfeksi

    tonsil

    Inflamasi tonsil

    Respon inflamasi

    tonsil

    Nyeri

    Nyeri

    2 Ds : ibu pasien mengatakan badan

    anaknya panas sejak 3 hari yang lalu

    Do :

    nadi : 96 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 37,7 0C

    Virus menginfeksi

    tonsil

    Inflamasi tonsil

    Respon inflamasi

    tonsil

    Hipertermi

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    22/25

    22

    Rangsang

    termogulasihipotalamus

    Suhu tubuh

    3 Ds : ibu pasien mengatakan anak

    tidak nafsu makan,mual dan muntah

    Do : BB : 35 kg

    wajah pucat dan lemas

    Virus menginfeksi

    tonsil

    Inflamasi tonsil

    Respon inflamasi

    tonsil

    Rangsang

    termogulas

    ihipotalamus

    Nyeri saat menelan

    Anoreksia

    Intake tidak adekuat

    Resiko

    kurang

    nutrisi

    DaftarMasalah

    1. Nyeri akut

    2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

    3. Resiko kurangnutrisi

    Prioritasmasalah

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.

    2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil.

    3. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

    3.3 DiagnosaKeperawatan

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    23/25

    23

    2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil.

    3. Resiko kurang nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

    3.4 Intervensi Keperawatan

    Nama Pasien : An.M Diagnosa Medis : TFA

    Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 399896

    Ruang : Poliklinik Anak Tanggal : 16 Juli 2013

    No

    Dx

    Tujuan Dan

    Kriteria Hasil

    Intervensi Rasional Nama

    Dan

    TTD

    Perawat

    1 Tujuan:

    Nyeri akut teratasi

    setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 1x24 jam

    Kriteria hasil:

    Pasien tidak

    mengeluh nyeri

    1. Ukur tanda-

    tanda vital

    Monitor derajat

    dan kualitas

    nyeri (PQRST)

    2. Ajarkan teknik

    distraksi/relaksa

    si/napas dalam

    3. Beri posisi

    nyaman

    4.

    Anjurkan untuk

    cukup istirahat

    1. mengetahui

    kondisi pasien

    2. mengetahui

    rasa nyeri

    yang dirasakan

    3. mengetahui

    rasa nyeri

    yang dirasakan

    4.

    untuk

    mengurangi

    rasa nyeri

    2. Tujuan:

    Hipertermia

    teratasi setelah

    dilakukan tindakan

    keperawatan

    1. Ukur tanda-

    tanda vital

    2.

    Anjurkan untuk

    banyak minum

    2 L/hari

    1. mengetahui

    keadaan klien

    2.

    memenuhi

    kebutuhan

    cairan

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    24/25

    24

    selama 1x24 jam

    Kriteria hasil :suhu axila 360-

    370C

    3. Anjurkan untuk

    cukup istirahat

    4. Beri kompres

    hangat

    5. Kolaborasi

    dalam

    pemberian

    therapi

    antipiretik

    3. mempercepat

    pemulihankondisi

    4. vasodilatasi

    pembuluh

    darah

    5. mempercepat

    penyembuhan

    3 Tujuan:

    Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    teratasi setalah

    dilakukan tindakan

    keperawatan

    selama 3x24 jam.

    Kriteria hasil:

    Pasien tidak

    mengeluh lemas

    Makan habis 1

    porsi

    Pasien tidak

    mual

    Pasien tidak

    muntah

    1. Timbang berat

    badan

    2. Monitor adanya

    mual dan

    muntah

    3. Monitor intake

    makanan/minu

    man

    4. Anjurkan

    makan sedikit

    dan sering

    5. Anjurkan pasien

    untuk

    meningkatkan

    makanan yang

    mengandung zat

    besi, Vitamin

    1. mengetahui

    perubahan

    berat badan

    pasien

    2. mengetahui

    keadaan

    pasien

    3. mengetahui

    nutrisi yang

    dikonsumsi

    pasien

    4. supaya tidak

    mual dan tidak

    muntah

    5. mempercepat

    pemulihan

    kondisi pasien

  • 5/20/2018 Askep Seminar Baru

    25/25

    25

    B12, tinggi

    protein, danVitamin C