askep af seminar

Upload: fitrichandra

Post on 02-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    1/81

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA Ny. S (46 TAHUN) DENGAN ATRIAL FIBRILASI DI RS. X

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Keperawatan KMB

    Oleh:

    Fitri Chandra Dewi

    22020111120018

    PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

    PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2014

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    2/81

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Atrial Fibrilasi (AF) merupakan takikardia supraventikular dengan karakteristik

    aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Hal ini menyebabkan ritme jantung menjadi

    kacau dan tidak teratur di ruang jantung bagian atas. Fungsi ventrikel kiri juga terganggu

    dengan adanya irama tidak teratur dan cepat, yang menyebabkan hilangnya fungsi

    kontraksi atrium dan meningkatnya tekanan pengisian pada saat akhir diastolik ventrikel

    kiri. ( Davey, 2006)

    Atrium mengalami depolarisasi secara spontan dengan cepat dan tidak beraturan

    (dengan kecepatan 300 kali/menit), mengantarkan implus listrik terus menerus ke nodus

    AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh sifat refrakter dari nodus AV (biasanya sampai

    200 kali/menit) dan terjadi tanpa diduga, menyebabkan timbulnya respons ventrikel yang

    tidak ireguler). Bagi beberapa pasien, penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi

    atau ketidakseimbangan elektrolit, seperti magnesium dan kalium yang rendah.

    (Guarneri, Mimi. 2006)

    Penulis mengambil kasus ini karena Atrial Fibrilasi merupakan gejala aritmia yang

    paling sering ditemukan sehingga harus segera ditangani. Atrial fibrilasi merupakan

    salah satu jenis aritmia jantung yangpaling umum terjadi. AF dialami oleh 1-2 %

    populasi dan meningkat dalam 50 tahun kedepan. Di Amerika Serikat diperkirakan 2,3

    juta penduduk menderita AF dengan lebih dari 10% berusia diatas 65 tahun dan

    diperkirakan akan terus bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun 2035. AF digambarkan

    sebagai suatu epidermi kardiovarkular yang menyebabkan beban ekonomi pada negara

    berkembang.

    AF adalah faktor risiko kuat untuk kematian dengan peningkatan 1,5 1,9 kali dalam

    analisis Framingham. AF juga dihubungkan dengan peningkatan 5 kali kejadian stroke

    dan faktor penyebab 5% kejadian emboli di serebral. AF menyebabkan gagal jantung

    kongesif terutama pada pasien yang frekuensi ventrikelnya tidak dapat dikontrol.

    Adanya gagal jantung dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk. Studi terbaru

    menemukan adanya 10-30% AF pada pasien gagal jantung yang simtomatik, dengan

    peningkatan kematian 34% bila dibanding dengan gagal jantung saja. Yang

    menghawatirkan, AF seringkali tidak terdeteksi secara dini dan tidak mendapatkan

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    3/81

    perawatan yang optimal. Padahal AF dapat mengakibatkan serangan stroke serius, yang

    sebenarnya dapat dicegah. (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi, 2013)

    B. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi aspek

    biopsikososial spiritual pada klien atrial fibrilasi dengan menggunakan pendekatan

    proses keperawatan.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui konsep teori penyakit atrial fibrilasi

    b. Untuk mengetahui etiologi penyakit atrial fibrilasi

    c.

    Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit atrial fibrilasi

    d.

    Untuk mengetahui pemeriksaan disik dan diagnostik penyakit atrial fibrilasi

    e. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit atrial fibrial

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    4/81

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian

    Atrial fibrilasi adalah takikardia supraventrikular dengan karakteristik aktivasi atrium

    yang tidak terkoordinasi.

    Atrial fibrilasi adalah gangguan irama jantung dengan karakteristik sebagai berikut:

    1.

    Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitive pada EKG.

    2. Tidak ada gambaran gelombang P yang jelas pada EKG.

    3. Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di antara dua aktivasi atrial sangat

    bervariasi ( 300 kali permenit. (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi,

    2013)

    Atrial fibrilasi adalah irama jantung yang tidak teratur dan sering kali cepat. (Corwin,

    2009)

    Atrium fibrilasi adalah ritme jantung yang kacau dan tidak teratur di ruang jantung

    bagian atas dan merupakan aritmia jantung yang paling umum. Bagi beberapa pasien,

    penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi atau ketidakseimbangan elektrolit,

    seperti magnesium dan kalium yang rendah. (Guarneri, Mimi, 2006)

    Atrial fibrilasi adalah kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak

    terkordinasi (Smeltzer, Suzanne & Bare, Brenda, 2001)

    Klasifikasi Atrial Fibrilasi:

    Secara klinis, terdapat 5 tipe AF yang dapat dibedakan berdasarkan presentasi dan

    durasi aritmia:

    1. First diagnosed AF: setiap pasien yang baru pertama kali terdiagnosis dengan AF

    tanpa melihat durasi atau beratnya gejala yang ditimbulkan oleh AF tersebut.

    2.

    Paraxysmal AF: AF yang biasanya hilang dengan sendirinya dalam 48 jam sampai

    7 hari. Jika dalam 48 jam belum berubah ke irama sinus maka kemungkinan kecil

    untuk dapat berubah ke irama sinus lagi sehingga perlu dipertimbangkan

    pemberian antikoagulan.

    3. Persistent AF: episode AF yang bertahan sampai lebih dari 7 hari dan

    membutuhkan kardioversi untuk terminasi dengan obat atau dengan elektrik.

    4. Long stadium persistent AF: episode AF yang berlangsung lebih dari 1 tahun dan

    strategi yang diterapkan masih jontrol irama jantung (rhythm control).

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    5/81

    5. Permanent AF: jika AF menetap dan secara klinis dapat dapat diterima oleh

    pasien dan dokter sehingga strategi managemen adalah tata laksana control laju

    jantung (rate control). (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi, 2013)

    B. Etiologi

    Terdapat banyak penyebab AF , (Davey, 2005):

    1. Jantung

    - Hipertensi

    - Penyakit jantung iskemik

    - Penyakit jantung hipertensi (hipertrofi ventrikel kiri)

    - Kelainan katup mitral (khusunya stenosis mitral)

    - Perikarditis

    - Kardiomiopati, gagal jantung (dengan penyebab apapun)

    2. Sistem irama konduksi jantung

    - Pembentukan spontan dari implus abnormal pada hampir semua lapang

    - Jalur hantaran implus yang abnormal melalui jantung

    - Irama abnormal jantung

    - Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung

    - Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu mengantarkan implus melalui

    jantung.

    3.

    Metabolik

    - Tirotoksikosis (hormone tiroid yang berlebihan)

    - Alkohol (akut atau kronis)

    4. Paru

    - Emboli paru

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    6/81

    - Pneumonia

    - Penyakit Paru Obstruksi Kronis

    - Kor pulmonal

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    7/81

    C. Patofisiologi

    Penyebab dari jantung

    (Hipertensi, penyakit jantung

    iskemik, perikarditis,

    kardiomiopati, gagal jantung,

    irama abnormal, pacu

    jantung)

    Penyebab metabolik

    Alkohol

    Tirotosikosis

    Penyebab dari paru-paru

    (Emboli paru, pneumonia,

    PPOK, dll)

    AF

    (Atrial Fibrilasi)

    Terdapat sisa

    darah pada

    atrium

    Atrium berdepolarisasisecara spontan dengan

    cepat dan tidak beraturan

    Denyut

    jantung cepat

    Palpitasi

    Pompa darah dari atrium

    ke ventrikel tidak adekuat

    Pengisian darah ke

    ventrikel tidak maksimalPotensial

    trombus

    Stroke

    Bendungan

    Atrium

    Tekanan vena pulmonalis dan

    ka iler aru menin kat

    Cairan berpindah

    dari kapiler paru

    ke paru

    Edema paru

    Gangguan

    pertukaran gas

    Beban jantung

    menin kat

    Hipertrofi

    miokard

    Cardiomegali

    Jantung mendesak

    aru- aru

    Ketidakefektifan

    pola napas

    COP menurun

    Penurunan

    curah jantung

    Suplai O2ke

    otak turun

    Suplai O2ke

    jaringan turun

    Suplai O2ke

    ginjal turun

    Penurunan

    kesadaran

    Metabolisme

    anaerob

    Intoleransi

    aktivitas

    Aktivasi

    RAA

    Retensi Na dan

    H2O

    Kelebihan

    volume cairan

    Gangguan rasa

    nyaman

    Kelemahan

    Penumpukan

    asam laktatNyeri

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    8/81

    D. Tanda dan Gejala

    Pada sebagian kasus penyebabnya tidak ditemukan idiopatik atau AF saja. Insidensi

    AF meningkat dengan bertambahnya usia. Denyut nadi biasanya cepat ( 90 sampai > 150

    kali permenit) dengan irregular. Pasien bisa asimtomatik, mengalami palpitasi cepat, atau

    sesak napas, atau gagal jantung. (Davey, 2005)

    Gambaran klinis:

    1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau berdebar dalam

    dada)

    2. Sesak napas

    3. Kelemahan dan kesulitan berolahraga

    4. Nyeri dada

    5.

    Pusing

    6. Kelelahan

    7. Kebingungan

    E. Pengkajian

    1. Anamnesa

    Keluhan utama

    Keluhan utama diperoleh dengan menanyakan tentang gangguan yang paling

    dirasakan klien hingga klien memerlukan pertolongan. Keluhan utama pada klien

    dengan gangguan sistem kardiovaskuler secara umum antara lain sesak napas, batuk,

    nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas.

    Riwayat penyakit

    a.

    Riwayat penyakit sekarang

    Pengkajian riwayat penyakit sekarang meliputi perjalanan penyakit sejak timbul

    keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan

    dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana

    sifatdan berat keluhan, keadaan apa yang memperberat atau meringankan

    keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ni sebelum meminta pertolongan.

    b. Riwayat penyakit dahulu

    Hal yang dikaj adalah penyakit-penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.

    Misalnya hipertensi, perikarditis, kardiomiopati, pneumonia, PPOK, dan lain-lain.

    c.

    Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    9/81

    Adakah obat yang diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan

    kondisinya saat ini. obat-obat tersebut meliputi kortikosteroid dan obatobat

    antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan

    juga alergi klien terhadap obat dan reaksi obat yang timbul.

    d. Riwayat keluarga

    Penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal,

    dan penyebab kematian. Tanyakan penyakit menurun yang dialami anggota

    keluarga.

    e. Riwayat pekerjaan dan pola hidup

    Kebiasaan sosial: tanyakan kebiasaan dan pola hidup klien seperti minum alkohol

    atau obat tertentu.

    Kebiasaan merokok: tanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berpa lama,

    berapa batang per hari.

    2.

    Pengkajian fisik

    a. Keadaan umum

    Keadaan umum klien: mengobservasi keadaan fisik tiap bagian tubuh, kesadaran

    klien.

    Tanda vital

    1. Pemeriksaan nadi

    Palpasi: frekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, dan keadaan pembuluh darah.

    Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak teratur, maka

    frekuensi jantung harus dihitung dengan melakukan auskultasi denyut apikal

    selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi. Pada fibrilasi atrium

    defisit nadi biasanya terjadi.

    Frekuensi nadi: bradikardia,takikardia. Pada fibrilasi atrium biasanya denyut

    nadi irreguler.

    2. Tekanan darah

    3. Pengukuran suhu tubuh

    b. Pengkajian ekstremitas atas

    1. Sianosis perifer: kulit tampak kebiruan, menunjukkan penurunan kecepatan

    aliran darah ke perifer sehingga perlu waktu yang lebih lama bagi hemoglobin

    mengalami desaturasi.

    2. Pucat, dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskular sistemik.

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    10/81

    3. Waktu pengisian kapiler (capillary refill time) merupakan dasar untuk

    memperkirakan kecepatan aliran darah perifer.

    4.

    Suhu tubuh dan kelembaban tangan dikontrol oleh sistem saraf otonom. Pada

    keadaan normal, tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan stres, tangan

    akan terasa dingin dan lembab. Pada keadaan syok kardiogenik, tangan terasa

    sangat dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan

    mengakibatkan vasokonstriksi.

    5. Edema

    6. Jari gada (clubbing finger)

    c. Breathing/pengkajian sistem pernapasan

    1. Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan gerakan pernapasan

    2.

    Palpasi: gerakan dinding toraks saat inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus

    3. Perkusi: resonan, hiperresonan

    4. Auskultasi, suara napas normal: trakeobronkhial, bronkovesikuler, vesikuler

    d.

    Jantung

    1. Inspeksi: menentukan bentuk prekordium dan denyut pada apeks jantung.

    Denyut nadi pada dada dianggap sebagai denyut vena.

    2.

    Palpasi: mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi.

    Palpasi denyut apeks:

    Normal pada interkosta ke 5 (2-3 cm medial garis midklavikula). Dapat tidak

    teraba bila klien gemuk, dinding toraks tebal, emfisema, dan lain-lain.

    Meningkat bila curah jantung besar, misalnya pada insufisiensi aorta/mitral.

    - Thrill: aliran darah yang turbulen menimbulkan murmur jantung saat

    auskultasi, terkadang dapat teraba. Murmur yang teraba disebut thrill.

    Palpasi arteri karotis: memberikan informasi mengenai bentuk gelombang

    denyut aorta yang dipengaruhi oleh berbagai kelainan jantung.

    -

    Tekanan vena jugularis: pengkajian tekanan vena jugularis memberikan

    informasi mengenai fungsi atrium kanan dan ventrikel kanan.

    3. Perkusi

    Perkusi dilakukan untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikardium,

    dan aneurisma aorta.

    4. Auskultasi

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    11/81

    Auskultasi bunyi jantung yang normal menunjukkan adanya dua bunyi yang

    disebut bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2). Bunyi

    abnormal jantung: gallop, snap dan klik, murmur

    e. Brain

    1. Pemeriksaan kepala dan leher: difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping

    telingan untuk mengetahui adanya sianosis perifer atau kebiruan.

    2. Pemeriksaan raut muka

    - Bentuk muka: bulat, lonjong, dan sebagainya

    - Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan

    - Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi

    saraf VII

    3.

    Pemeriksaan bibir: biru (sianosis), pucat (anemia)

    4. Pemeriksaan mata

    - Konjungtiva: pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit atau

    selaput lendir) pada andokarditis bakterial)

    - Sklera: kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati

    - Kornea: arkus senilis (garis melingkar putih atau abu-abu di tepi kornea)

    berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung koroner

    -

    Funduskopi yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop

    untuk menilai kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien

    hipertensi.

    5. Pemeriksaan neurosensori

    Pengkajian neurosensori ditujukan terhadap adnya keluhan pusing, berdenyut

    selama tidur, bangun, duduk, atau istirahat.

    Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh,

    menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, dan kehilangan

    kontak mata. Demikian pula dengan adanya respons otomatik, perubahan

    frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit,

    kelembapan, dan tingkat kesadaran.

    f. Bladder

    Penurunan haluaran urin merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih

    lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan

    produksi urin (yang terjadi bila perfungsi ginjal menurun) atau karena

    ketidakmampuan klien buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    12/81

    terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yag

    menunjukkan kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemiha).

    g.

    Bowel

    Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada saat masuk rumah

    sakit, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji

    penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah, dan perubahan berat

    badan.

    Refluks hepatojugular

    Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran darah balik vena yang

    disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri

    tekan, dan halus. Refluks hepatojugular dapat diperiksa dengan menekan hepar

    secara kuat selama 30 sampai 60 detik dan akan terlihat peninggian tekanan vena

    jugularis sebesar 1 cm. Peninggian ini menunjukkan ketidakmampuan sisi kanan

    jatung merespons kenaikan volume.

    h.

    Bone

    Kebanyakan klien yang menderita gangguan pada sistem kardiovaskuler juga

    mengalami penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel

    kanan oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran darah balik

    vena dilakukan pada semua klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Selain

    itu, tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehingga memerlukan

    pemantauan yang seksama.

    1. Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut da berdebar.

    2. Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea, dispnea nokturnal

    paroksimal, nokturia, keringat malam hari).

    3. Istirahat tidur: kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tidur

    dalam 24 jam dan apakan klien mengalami sulit tidur dan bagaimana

    perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler.

    4. Aktivitas: kaji aktvitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada

    kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien

    biasanya berubah karena klien merasa sesak napas saat beraktivitas.

    5. Personal hygiene: kaji kebersihan personal klien meliputi mandi: kebersihan

    badan, gigi dan mulut, rambut, kuku, dan pakaian; dan kemampuan serta

    kemandirian dalam melakukan kebersihan diri.

    (Muttaqin, 2009)

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    13/81

    F. Pemeriksaan Penunjang

    1.

    Laboratorium : hematokrit (anemia), TSH, enzim jantung bila dicurigai terdapat

    iskemia jantung

    2. Pemeriksaan EKG: dapat diketahui irama (verifikasi AF), hipertrofi ventrikel kiri.

    Preeksitasi ventrikel kiri, sindroma preeksitasi (sindroma WPW), identifikasi adanya

    iskemia. Kecepatan QRS biasanya cepat dan sangat tidak beraturan (irregular). Tidak

    terdapat gelombang P ; garis dasar bisa datar atau menunjukan depolarisasi cepat dan

    kecil. Gambaran diagnostic kuncinya adalah tidak ada irama jantung lain yang

    irregularly irregular.

    3. Rontgen Toraks: Menunjukkan bentuk jantung, mengidentifikasi pembesaran jantung

    4.

    Ekokardiografi : melihat kelainan katup, ukuran atrium dan ventrikel, hipertrofi

    ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE (Trans Esophageal

    Echocardiography) untuk melihat thrombus di atrium kiri.

    5.

    Pemeriksaan fungsi tiroid : Tirotoksikosis

    6. Uji latih: identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama

    jantung

    G.

    Penatalaksanaan

    Sasaran utama pada penatalaksanaan atrial fibrilasi adala mengontrol ketidakteraturan

    irama jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan menghindari/mencegah

    adanya komplikasi tromboembolisme. (Davey, 2006)

    Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk atrial

    fibrilasiyang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut

    jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2 yaitu pengobatan farmakologis

    (pharmacological cardioversion) dan pengobatan elektrik (electrical cardioversion).

    1.

    Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)

    Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk mencegah adanya

    komplikasi dari atrial fibrilasi. Pengobatan yang digunakan adalah jenis antikoagulan

    atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini berfungsi mengurangi resiko dari

    terbentuknya trombus dalam pembuluh darah serta cabang-cabang vaskularisasi.

    Pengobatan yang sering dipakai untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari

    berbagai macam, diantaranya adalah :

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    14/81

    a. Warfarin

    Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses

    pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi.

    Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai puncak

    konsentrasi plasma dalam waktu 1 jam dengan bioavailabilitas 100%. Warfarin

    di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), yang

    kemudian diikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama kerja 40 jam.

    b. Aspirin

    Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit

    (COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari COX2 ini

    adalah menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di dalam

    trombosit. Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi dari

    trombosit. Tetapi, penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat menyebabkan

    pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor

    II, VII, IX dan X.

    2. Pengendalian denyut jantung

    Menurunkan kecepatan ventrikel dengan mengurangi konduksi melalui nodus AV.

    Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan peningkatan denyut

    jantung, yaitu obat digitalis, -blocker dan antagonis kalsium. Obat-obat tersebut bisa

    digunakan secara individual ataupun kombinasi.

    a.

    Digitalis

    Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan menurunkan

    denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih efisien. Disamping

    itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang abnormal dari atrium ke

    ventrikel. Hal ini mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari kontraksi

    atrium yang abnormal.

    b.

    -blocker

    Obat -blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

    Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan

    kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.

    c. Antagonis Kalsium

    Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung akibat

    dihambatnya ion Ca2+

    dari ekstraseluler ke dalam intraseluler melewati Ca2+

    channel yang terdapat pada membran sel.

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    15/81

    3. Mengembalikan irama jantung

    Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan

    untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri

    adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan

    menurunkan denyut jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu

    pengobatan farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik

    (Electrical Cardioversion).

    a. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)

    1) Amiodarone

    2) Dofetilide

    3) Flecainide

    4)

    Ibutilide

    5) Propafenone

    6) Quinidine

    b.

    Electrical Cardioversion

    Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat logam

    (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah

    mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR (nodus

    sinus rhythm).

    4. Operatif

    a.

    Catheter ablation

    Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan sayatan pada

    daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam pembuluh darah utama

    hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung kateter terdapat elektroda

    yang berfungsi menghancurkan fokus ektopik yang bertanggung jawab terhadap

    terjadinya atrial fibrilasi.

    b.

    Maze operation

    Prosedur maze operation hampir sama dengan catheter ablation, tetapi

    pada maze operation, akan mengahasilkan suatu labirin yang berfungsi untuk

    membantu menormalisasikan sistem konduksi sinus SA.

    c. Artificial pacemaker

    Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di jantung,

    yang berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung.

    (Davey, 2006) & (Graber, 2006)

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    16/81

    H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul

    1 Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru

    2

    Nyeri akut b.d agen cedera biologi: penurunan asam laktat

    3 Penurunan cardiac outputb.d perubahan kontraktilitas miokard

    4 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

    5

    Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi

    6 Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

    7 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar-kapiler

    I. Rencana Tindakan Keperawatan

    No

    Dianosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    Kriteria HasilIntervensi

    1 Ketidakefektifan

    pola nafas b.d

    penurunan

    ekspansi paru

    NOC

    Respiratory

    status :

    ventilation

    Respiratory

    status airway

    patency

    Vital sign status

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam, kriteria

    hasil :

    1.

    Ekspansi paru

    optimal simetris

    kanan dan kiri

    2.

    Menyatakan

    tidak sesak

    3. RR 16-

    20x/menit

    4.

    Irama teratur

    NIC

    Airway breathing

    1. Buka jalan napas

    2. Posisikan klien untuk

    memaksimalkan ventilasi

    3. Monitor irama, frekuensi dan

    kedalaman pernafasan

    4.

    Monitoring pola nafas :

    bradipnea, takipnea,

    hiperventilasi

    5.

    Catat pergerakan dada,

    kesimetrisan dan penggunaan

    otot bantu pernafasan

    6.

    Palpasi ekspansi paru

    7. Auskultasi suara nafas

    8. Berikan pasien posisi semi

    fowler, fowler

    9. Ajarkan cara napas dalam yang

    benar

    10.

    Lakukan chest fisioterapi

    11.

    Monitor hasil rongent

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    17/81

    Oxigen Therapy

    1. Berikan terapi oksigen nasal

    kanul,simple mask, rebreathing

    mask, non-rebreathing

    2. Monitor aliran aliran oksigen

    3. Monitor keefektifan terapi

    oksigen

    Kolaborasi

    1. Beri obat sesuai advisdokter

    2. Lakukan pemeriksaan

    laboratorium

    3. Lakukan pemeriksaan radiologi

    2. Nyeri b.d agen

    cedera niologis :

    penumpukan asam

    laktat

    NOC:

    Pain Level

    Pain Control

    Comfort Level

    Setelah dilakukkan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x 24 jam, nyeri

    klien dapat teratasi.

    Kriteria hasil:

    1. Klien

    mampu

    mengontrol

    nyeri (tahu

    penyebab

    nyeri dan

    teknik non

    farmakologi

    untuk

    Pain Management

    1. Lakukan pengkajian nyeri

    secara komprehensif temasuk

    lokasi, karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas dan factor

    presipitasi

    2. Observasi reaksi nonverbal

    dari ketidaknyamanan

    3.

    Gunakan teknik komunikasi

    terapeutik untuk mengetahui

    pengalaman nyeri pasien

    4.

    Kaji kultur yang

    mempengaruhi respon nyeri

    5. Evaluasi pengalaman nyeri

    masa lampau

    6. Evaluasi bersama pasien dan

    tim kesehatan lain tentang

    ketidakefektifan control

    nyeri masa lampau.

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    18/81

    mengurangi

    nyeri)

    2. Klien

    mengatakan

    nyeri skala 0

    atau nyeri

    berkurang

    3.

    Klien

    mengatakan

    rasa nyaman

    setelah nyeri

    berkurang

    7. Bantu pasien dan keluarga

    untuk mencari dan

    menemukan dukungan

    8. Control lingkungan yang

    dapat mempengaruhi nyeri

    seperti suhu ruangan,

    pencahayaan dan kebisaingan

    9.

    Kurangi factor presipitasi

    nyeri

    10.Kaji tipe dan sumber nyeri

    untuk menentukan intervensi

    11.Ajarkan tentang teknik non

    farmakologi

    12.Evaluasi keefektifan control

    nyeri

    13.

    Tingkatkan istirahat

    Kolaborasi

    1.

    Kolaborasi dengan dokter

    dalam pemberian analgesik

    3. Penurunan cardiac

    output b.d

    perubahan

    kontraktilitas

    miokard

    NOC :

    Cardiac Pump

    Effectiveness

    Circulation

    Status

    Vital Sign Status

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    penurunan cardiac

    output klien dapat

    NIC

    Cardiac Care

    1.

    Evaluasi adanya nyeri dada

    (intensitas, lokasi, durasi)

    2. Catat adanya tanda dan gejala

    penurunan cardiac ouput

    3. Monitor status pernafasan yang

    mendadak gagal jantung

    4.

    Monitor adanya perubahan

    tekanan darah

    5. Monitor respon klien terhadap

    efek pengobatab aritmia

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    19/81

    teratasi dengan

    kriteria hasil :

    1. Tanda vital

    dalam rentang

    normal (tekanan

    darah, nadi, RR)

    2. Dapat

    mentoleransi

    aktivitas, tidak

    ada kelelahan

    3. Tidak ada

    edema paru,

    perifer dan tidak

    ada asites

    4. Tidak ada

    penurunan

    kesadaran

    Vital Sign Monitoring

    1. Monitor tanda vital klien

    2. Monitor jumlah dan irama

    jantung

    3. Monitor bunyi jantung

    4. Monitor suara paru

    5. Monitor sianosis dan akral

    dingin

    3 Intoleransi

    aktivitas b.d

    ketidakseimbangan

    antara suplai dan

    kebutuhan oksigen

    NOC

    Energy

    conservation

    Activity

    tolerance

    Self care : ADLs

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    intoleransi klien

    dapat teratasi

    dengan kriteria hasil

    :

    1.

    Berpartisipasi

    NIC

    Activity Therapy

    1.

    Bantu klien mengidentifikasi

    aktivitas yang mampu dilakukan

    2. Bantu untuk mengidentifikasi

    aktivitas yang disukai

    3. Bantu klien/keluarga untuk

    mengidentifikasi kekurangan

    dalam beraktifitas

    4. Beri reinforcement setelah

    berhasil melakukan aktivitas

    5.

    Monitor adanya sesak setelah

    beraktivitas

    6. Batasi aktivitas saat sesak nafas

    7.

    Ajarkan teknik mengontrol

    pernafasan saat beraktivitas

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    20/81

    dalam aktivitas

    fisik tanpa

    disertai

    peningkatan

    tekanan darah,

    nadi, RR

    2. Mampu

    melakukan

    aktivitas sehari-

    hari

    (ADLs)secara

    mandiri

    3.

    Tanda-tanda

    vital normal

    8. Anjurkan batasi pengunjung

    9. Edukasi tentang level aktivitas

    yang boleh dilakukan

    10.Ajarkan aktivitas secara

    bertahap

    4 Kelebihan volume

    cairan b.d

    gangguan

    mekanisme

    regulasi

    NOC

    Electrolit and

    acidnbase

    balance

    Fluid balance

    Hydration

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    kelebihan volume

    cairan dapat teratasi,

    dengan kriteria hasil

    :

    1. Terbebas dari

    edema, efusi

    2.

    Bunyi nafas

    bersih, tidak ada

    NIC

    Fluid management

    1.

    Pertahankan catatan intake dan

    output yang akurat

    2.

    Pasang urine kateter jika

    diperlukan

    3. Monitor vital sign

    4. Monitor lokasi dan luas edema

    5.

    Batasi diet yang menyebabkan

    retensi cairan

    Fluid monitoring

    1. Monitor tanda dan gejala dari

    retensi

    Kolaborasi

    1. Pemberian diuretik

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    21/81

    dyspnea/

    ortopnea

    3. Terbebas dari

    kelelahan,

    kecemasan

    5 Gangguan rasa

    nyaman b.d gejala

    terkait penyakit

    NOC

    Ansiety

    Fear level

    Sleep

    deprivation

    Comfort,

    readiness for

    enchanced

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    gangguan rasa

    nyaman klien dapat

    teratasi, dengan

    criteria hasil :

    1.

    Mampu

    mengontrol

    kecemasan

    2.

    Mengontrol

    nyeri

    3. Agresi

    pengendalian

    diri

    4. Respon

    terhadap

    pengobatan

    NIC

    Anxiety Reduction

    1. Beri posisi nyaman

    2.

    Monitor tanda-tanda vital

    3. Ajarkan teknik relaksasi

    4.

    Anjurkan klien untuk

    mengungkapkan perasaan,

    ketakutan, persepsi

    Kolaborasi

    1. Beri obat sesuai advis

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    22/81

    5. Kontrol gejala

    6. Dapat

    mengontrol

    ketakutan

    6 Gangguan

    pertukaran gas b.d

    perubahan

    membrane

    alveolar-kapiler

    NOC

    Respiratory

    status : gas

    exchange

    Respiratory

    status :

    ventilation

    Vital sign status

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    gangguan

    pertukaran gas klien

    dapat teratasi,

    dengan kriteria hasil

    :

    1.

    Tanda-tanda

    vital dalam batas

    normal

    2.

    Memelihara

    kebersihan paru-

    paru dan bebas

    dari distress

    pernafasan

    NIC

    Airway management

    Airway breathing

    1. Buka jalan napas

    2.

    Posisikan klien untuk

    memaksimalkan ventilasi

    3.

    Monitor irama, frekuensi dan

    kedalaman pernafasan

    4. Monitoring pola nafas :

    bradipnea, takipnea,

    hiperventilasi

    5. Catat pergerakan dada,

    kesimetrisan dan penggunaan

    otot bantu pernafasan

    6.

    Palpasi ekspansi paru

    7.

    Auskultasi suara nafas

    8. Berikan pasien posisi semi

    fowler, fowler

    9.

    Ajarkan cara napas dalam yang

    benar

    10.Lakukan chest fisioterapi

    11.

    Monitor hasil rongent

    Respiratory monitoring

    1.

    Monitor rata-rata kedalaman,

    irama dan usaha respirasi

    2. Catat pegerakan dada, amati

    kesimetrisan, penggunaan otot

    bantu napas, retraksi

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    23/81

    supraclevikular dan intercosta

    3. Monitor suara napas seperti

    mendengkur

    Oxigen Therapy

    1. Berikan terapi oksigen nasal

    kanul, simple mask, rebreathing

    mask, non-rebreathing

    2. Monitor aliran aliran oksigen

    3. Monitor keefektifan terapi

    oksigen

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    24/81

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRIAL FIBRILASI

    A. PENGKAJIAN

    1. Identitas

    Identitas Klien/Pasien

    a.

    Tanggal pengkajian : 22 April 2014 Jam : 16.40 WIB

    b. Tanggal masuk : 21 April 2014 Jam : 01.00 WIB

    c.

    Ruangan : Aster 5

    d.

    Identitas

    Inisial : Ny. S

    No. Rekam medic : 01251058

    Umur : 44 tahun

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Pendidikan : SLTA

    Pekerjaan : Karyawan rumah makan

    Suku : Jawa

    Bahasa : Jawa

    Alamat : Kampung Sewu, Jebres

    Diagnosa Medis : Atrial Fibrilasi

    Identitas Penanggung Jawab

    a.

    Nama : Tn. A

    b.

    Umur : 48 tahun

    c. Pendidikan : SLTA

    d. Pekerjaan : Wiraswasta

    e. Suku : Jawa

    f. Bahasa : Jawa

    g. Alamat : Kampung Sewu, Jebres

    h.

    Hubungan dengan klien : Menantu

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    25/81

    2. Keluhan utama :

    Klien mengeluh sesak napas

    3. Riwayat penyakit sekarang:

    Kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit pada tanggal 21 april 2014 klien

    mengeluh berdebar-debar, dada terasa mbesesek dan perut terasa penuh (sebah)

    serta sesak napas. Jika berjalan jauh klien terengah-engah. Klien juga mengeluh

    wajah bengkak. Klien dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi. Ketika masuk IGD

    tekanan darah klien 130/90 mmHg, nadi 140x/menit, RR 40x/menit. Klien

    mendapatkan terapi RL 20 tpm, warfarin 2 mg, furosemid 40 mg, digoxin 0,25 mg

    dan ISDN 5 mg. Pada tanggal 22 april 2014 pukul 02.00 klien dipindah ke ruang

    Aster 5.

    4. Riwayat penyakit dahulu :

    Sekitar 7 bulan yang lalu, klien pernah dirawat di rumah sakit karena hipertensi.

    Klien mengetahui menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.

    5.

    Riwayat penyakit dalam keluarga :

    Terdapat riwayat penyakit keturunan dalam keluarga klien, yaitu ibu klien

    menderita hipertensi.

    6. Genogram

    Ny. S (44 th)

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    26/81

    Keterangan gambar :

    : Laki-laki

    : Klien : Tinggal dalam satu rumah

    : Perempuan

    : Meninggal

    Klien merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Dalam keluarga klien ada

    yang memiliki riwayat hipertensi yaitu kakak kedua klien.

    7. Pemeriksaan Fisik (Head to toe) :

    22 April 2014

    a.

    Keadaan umum

    Klien terlihat lemas dan gelisah

    b. Kesadaran

    Klien sadar penuh (composmentis/E4M6V5)

    c. Vital sign

    Hari/Tanggal/

    Jam

    PEMERIKSAAN

    Tekanan

    Darah

    (mmHg)

    Heart Rate

    (x/menit)

    Respiratory

    Rate

    (x/menit)

    Suhu(C

    0)

    22/4/2014

    16.47 WIB

    18.10 WIB

    160/100

    150/100

    115

    105

    40

    37

    37

    36,5

    23/4/2014

    05.00 WIB

    11.00 WIB

    17.00 WIB

    140/100

    130/100

    140/100

    100

    96

    94

    35

    34

    33

    36

    36,3

    36,2

    24/4/2014

    05.00 WIB

    11.00 WIB

    17.00 WIB

    130/90

    130/90

    130/90

    80

    96

    84

    23

    24

    22

    36

    36,4

    36,2

    d.

    Kepala

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    27/81

    1) Rambut dan kulit kepala

    Inspeksi Palpasi

    bentuk kepala mesocephal, penyebaran

    rambut kepala merata, warna rambut hitam

    bersih, kulit kepala terlihat bersih, tidak

    ada lesi, tidak ada bekas operasi.

    tidak ada benjolan, tidak ada

    nyeri tekan

    2) Wajah

    Inspeksi Palpasi

    wajah berbentuk bulat, warna kulit sawo

    matang agak kemerahan, wajah terlihat

    bengkak, ekspresi wajah merintih

    tidak ada nyeri tekan

    3) Mata

    Inspeksi Palpasi

    konjungtiva tidak anemis, kelopak mata

    kanan dan kiri tampak bengkak, sklera

    berwarna putih, pupil mata isokor kanan

    dan kiri sama 3mm/3mm.

    tidak terdapat nyeri tekan

    4) Hidung

    Inspeksi Palpasi

    bentuk hidung simetris, kulit hidung

    bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat

    pernapasan cuping hidung

    tidak terdapat nyeri tekan

    5) Telinga

    Inspeksi Palpasi

    kulit telinga terlihat bersih, tidak

    terdapat lesi, tidak terdapat

    serumen.

    tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri

    tekan

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    28/81

    6) Mulut

    Inspeksi

    mukosa bibir terlihat lembab, lidah bersih, tidak tampak sianosis.

    7) Leher

    Inspeksi Palpasi

    tidak terdapat lesi, terlihat vena

    jugularis, tampak ada tarikan otot

    sternoskleidomastoideus

    teraba denyutan vena jugularis 2cm,

    tidak terdapat nyeri tekan.

    e. Dada

    1) Paru-paru

    Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

    Tampak

    menggunakan otot

    bantu pernapasan

    (sternokleidomastoid

    eus), tidak terdapat

    retraksi dada.

    Pengembangan dada

    kanan dan kiri sama

    teraba taktil

    fremitus

    kanan dan

    kiri sama

    suara

    perkusi

    sonor di

    seluruh

    lapang paru

    suara nafas

    vesikuler di

    seluruh lapang

    paru, tidak

    terdapat suara

    tambahan

    2) Jantung

    Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

    tampak iktus

    kordis

    teraba iktus

    kordis di SIC

    VI sinistra

    suara perkusi

    jantung pekak,

    batas jantung

    melebar

    bunyi jantung

    terdengar S1

    (lup), S2

    (dup), tidak

    teratur

    f.

    Abdomen

    Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi

    perut cembung bising usus suara perkusi teraba

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    29/81

    klien

    14x/menit

    abdomen

    hipotimpani

    kencang pada

    abdomen

    g. Ekstremitas atas

    Inspeksi Palpasi

    tidak terdapat lesi, persebaran

    warna kulit merata, tidak terdapat

    jari tabuh, terpasang infus RL 20

    tpm di tangan kiri

    tidak terdapat nyeri tekan/edema, akral

    teraba dingin, capillary refill time> 3

    detik, kekuatan otot kanan/kiri 4/4

    h. Ekstremitas bawah

    Inspeksi Palpasi

    tidak terdapat lesi, persebaran

    warna kulit merata, kaki tidak

    bengkak

    tidak terdapat nyeri tekan dan edema,

    akral teraba dingin, capillary refill

    time>3 detik, kekuatan otot kanan/kiri

    4/4.

    8. Pengkajian Fungsional

    a.

    Oksigenasi

    Sebelum sakit : Klien bernafas tanpa menggunakan alat bantu bernafas,

    merasa sesak napas jika berjalan terlalu jauh

    Saat sakit : Klien mengeluh sesak napas, menggunakan oksigen nasal

    kanul 4l /menit, nafas klien cepat dan dangkal 40x/menit.

    b. Nutrisi dan Cairan

    Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dan minum 8 gelas perhari

    Saat sakit : Klien makan 3x sehari dan hanya minum 3 gelas (+750

    ml) perhari

    Pengkajian ABCD

    a. A Antromometri)

    Tinggi badan : 150 cm

    Berat badan sebelum sakit : 54 kg

    Berat badan saat sakit : 53 kg

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    30/81

    b. B (Biokimia)

    Hemoglobin : 12,2 g/dl (Nilai normal : 12-15,6)

    Hematokrit : 41% (Nilai normal : 33-45)

    Glukosa darah sewaktu: 112 (Nilai normal : 60-140)

    c. C (Clinis)

    Konjungtiva tidak anemis

    Turgor kulit elastic

    d. D (Diet)

    Pola makan : Pola makan teratur

    Jenis makanan : Klien makan dengan komposisi nasi, sayur dan

    buah.

    Frekuensi makan : Klien makan sehari 3x

    Alergi : Klien tidak mempunyai alergi makanan

    Kegemaran : Makanan kesukaan klien bubur

    Balance Cairan

    - Intake

    Minum : 750 cc

    Infus RL (20tpm) : 1500 cc

    Injeksi : 17 cc

    Makan : 150cc

    Jumlah : 2267 cc

    - Output

    BAK : 600 cc

    BAB : 20 cc

    Jumlah : 620 cc

    -

    IWL

    15 x 53 x 24 jam = 795 cc

    24

    BC = intake - outputIWL

    = 2267 - 620 795

    = + 852 cc (terdapat edema pada wajah klien)

    c.

    Eliminasi

    BAK Sebelum sakit Saat sakit

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    31/81

    Frekuensi 6x sehari Tidak terkaji

    Jumlah Tidak terkaji + 600 ml/24 jam

    Warna Kuning Kuning

    Bau Khas urine Khas uriene

    Terpasang DC Tidak Ya

    Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

    BAB Sebelum sakit Saat sakit

    Frekuensi 1x sehari 1x sehari

    Konsistensi Lembek -

    Jumlah Tidak terkaji -

    Warna Kuning -

    Bau Khas feses -

    Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

    d. Termoregulasi

    Sebelum dan saat sakit klien tidak mengalami demam

    e.

    Aktivitas Latihan/Mobilisasi

    Sebelum sakit : Klien bekerja menjadi pelayan di rumah makan dari jam

    7 pagi sampai 10 malam. Klien mengeluh merasa sesak napas jika berjalan

    jauh.

    Saat sakit : Klien hanya tidur di tempat tidur, mengeluh sesak napas

    jika duduk terlalu lama dan berbicara terlalu panjang.

    f.

    Seksualitas

    Klien sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Klien mempunyai anak pertama

    pada umur 21 tahun. Klien mengatakan tidak ada permasalahan mengenai

    hubungannya dengan suami.

    g. Psikososial (Stress, Koping dan Konsep Diri)

    Stress Koping

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    32/81

    Sebelum dan saat sakit klien tidak pernah memendam masalah, klien selalu

    menceritakan apa yang dirasakan kepada keluarga.

    Konsep Diri

    PARAMETERSEBELUM

    SAKIT

    SAAT

    SAKIT

    Peran Klien berperan

    sebagai ibu rumah

    tangga dan pelayan

    rumah makan

    Klien hanya tiduran di

    kamarnya

    Citra diri

    Klien merasa senang

    dengan tubuhnya

    Klien merasa senang

    dengan tubuhnya tapi

    klien mengeluh

    wajahnya bengkak

    Identitas diri Klien mengetahui

    bahwa namanya

    adalah Ny. S umur 44

    tahun

    Klien mengetahui

    bahwa namanya

    adalah Ny. S umur 44

    tahun

    Ideal diri Klien menyadari

    kelebihan dan

    kekurangannya

    Klien ingin segera

    sembuh

    Harga diri Klien tidak merasa

    malu dengan keadaan

    dirinya

    Klien tidak merasa

    malu dengan keadaan

    dirinya

    h.

    Rasa Aman dan Nyaman

    Klien mengatakan pusing dan jantungnya berdebar-debar.

    i. Spiritual

    Klien rajin beribadah dan berdoa untuk kesembuhan klien

    j. Higiene

    Sebelum sakit : Klien mandi sehari 2x menggunakan sabun dan air

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    33/81

    Saat sakit : Klien disibin 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari

    k. Istirahat Tidur

    Sebelum sakit : Klien mengatakan sehari tidur 6 jam perhari. Dari pukul01.00-06.00 dan tidur siang 1 jam.

    Saat sakit : Klien mengatakan tidur + 8 jam perhari. Klien tidak memiliki

    masalah dengan pola tidurnya.

    l.

    Aktualisasi Diri

    Sebelum sakit : Klien berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang ada

    disekitarnya.

    Saat sakit : Klien tidak berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang

    ada disekitarnya karena merasa pusing.

    m. Rekreasi

    Klien sebelum dan saat sakit memenuhi kebutuhan rekreasinya dengan menonton

    TV.

    n. Kebutuhan Belajar

    Klien mengatakan mengetahui sakit jantung yang di deritanya. Klien mengikuti

    perkembangan mengenai kondisi terbaru sakitnya.

    9. Pemeriksaan Penunjang

    Jenis

    PemeriksaanHasil Nilai Normal

    Kesan

    (meningkat/menurun)

    Laboratorium

    21/4/2014

    Hemoglobin

    Hematokrit

    Leukosit

    Trombosit

    Eritrosit

    MCV

    MCH

    MCHC

    12,2

    41

    5,4

    279

    5,8

    70,1

    21,0

    30

    12,0-15,6

    33-45

    4,5-11,0

    150-450

    4,1-5,1

    80-96

    28-33

    33-36

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Meningkat

    Menurun

    Menurun

    Menurun

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    34/81

    RDW

    MPV

    PDW

    Eosinofil

    Basofil

    Netrofil

    Limfosit

    Monosit

    PT

    ADTT

    INR

    GDS

    SGOT

    SGPT

    Creatine

    Ureum

    Natrium

    Kalium

    Chlorida

    Asam urat

    Kolesterol total

    Cholesterol

    LDL

    Cholesterol

    HDL

    Trigliserida

    16,6

    10,1

    15

    6,1

    0,4

    55

    31,8

    6,6

    16,5

    29,2

    1420

    112

    25

    19

    1

    26

    137

    3,3

    106

    10,2

    128

    78

    28

    136

    11,6-14,6

    7,2-11,1

    25-65

    0-4

    0-2

    55-80

    22-44

    0-7

    10-15

    20-40

    60-140

    0-35

    0-45

    0,6-1,1

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    35/81

    tampak

    cephalisasi

    Pulmo :

    - Tak tampak

    infiltart di

    kedua lapang

    paru.

    -

    Corakan

    bronkovaskule

    r normal.

    - Sinus

    pheenicocosta

    lis kanan kiri

    tajam.

    - Hemidiaphrag

    ma kanan kiri

    normal.

    - Thrakea di

    tengah.

    - Sistema tulang

    baik.

    Ekokardiografi

    22/4/2014

    - Dilatasi seluruh ruang

    jantung

    -

    Kontraktilitas LV

    menurun EF 38%

    - Disfungsi diastolic

    gangguan restriktif

    - MR moderate, AR

    mild, TR mild, PR

    trivial

    -

    PH moderate

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    36/81

    EKG

    22/4/2014 - Gelombang p

    tidak tampak

    - HR

    150x/menit

    Atrial Fibrilasi Rapid

    Ventrikuler Respon

    Normoaxis

    EKG

    23/4/2014 Irama jantung

    teratur, tidak

    terdapat infark

    HR 110x/menit

    Atrial Fibrilasi Rapid

    Ventrikuler Respon

    Normoaxis

    EKG

    24/4/2014 Irama jantung

    teratur, , tidak

    terdapat infark

    HR 108 x/menit

    Atrial Fibrilasi Rapid

    Ventrikuler Respon

    Normoaxis

    10. Terapi

    Jenis

    Terapi Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Efek Samping

    Ringer

    Laktat (RL)

    20

    tpm

    Parenteral Indikasi: pada pasien

    hipovolemi (kekurangan

    cairan tubuh)

    Cara kerja: sebagai

    pengganti cairan tubuh,

    dengan osmolaritas

    (tingkat kepekatan) cairan

    mendekati serum (bagian

    cair dari komponen darah)

    sehingga terus berada

    dalam pembuluh darah.

    Risiko overload (kelebihan

    cairan), khususnya pada CHF

    dan hipertensi

    Lanoxin 0,25

    mg/18

    jam

    Parenteral Indikasi: penanganan

    atrial fibrilasi dan atrial

    flutter dengan reaksi

    Anoreksia, mual, muntah,

    nyeri perut, diare

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    37/81

    ventrikular cepat, pasien

    dengan gagal jantung

    Cara kerja: menurunkan

    laju konduksi pada nodus

    atrium ventrikel (AV) dan

    meningkatkan periode

    refraktori yang

    selanjutnya akan

    menurunkan laju

    ventrikel.

    Ranitidin 10

    mg/12

    jam

    Parenteral Indikasi:

    Pengobatan jangka pendek

    tukak usus 12 jari, tukak

    lambung, mengurangi

    gejala refluk esofagitis

    Cara kerja:

    Ranitidin dieksresi

    melalui urin

    Sakit kepala, konstipasi,

    diare, mual, muntah, nyeri

    perut, leucopenia,

    granulositopenia,

    pansitopenia

    Furosemid 40

    mg/8

    jam

    Parenteral Indikasi:

    Gagal jantung, edema

    pulmo, edema perifer,

    hipertensi emergensi,

    sindrom nefrotik

    Cara kerja:

    Furosemid bekerja dengan

    menghalangi penyerapan

    natrium klorida dan air dari

    cairan yang disaring dalam

    tubulus ginjal

    menyebabkan peningkatan

    yang menandakan output

    urin (dieresis)

    Tekanan darah rendah,

    dehidrasi, penipisan elektrolit

    (misalnya natrium kalium),

    peningkatan gula darah dan

    kadar asam urat, pusing, sakit

    kepala, kehilangan nafas

    makan, sakit perut, diare,

    konstipasi dapat terjadi

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    38/81

    - Memperlambat

    reabsorbsi natrium dan

    klorida

    - Mempercepat diuresis

    Sebagai vasodilatasi arteri

    renalis

    Captopril 3 x

    12,5

    mg

    Oral Indikasi:

    Hipertensi berat hingga

    sedang

    Cara kerja:

    Merupakan obat anti

    hipertensi dan efektif

    dalam penanganan gagal

    jantung dengan cara

    supresi sistem renin

    angiotensin aldosteron.

    Renin adalah enzim yang

    dihasilkan ginjal dan

    bekerja pada globulin

    plasma untuk

    memproduksi angiotensin

    I yang bersifat inaktif.

    Angiotensin Converting

    Enzyme (ACE), akan

    merubah angiotensin I

    menjadi angiotensin II

    yang bersifat aktif dan

    merupakan

    vasokonstriktor endogen

    serta dapat menstimulasi

    sintesa dan sekresi

    aldosteron dalam korteks

    adrenal.

    Proteinuria, peningkatan

    ureum darah dan kreatinin,

    idiosinkrasi, rash, terutama

    pruritus, neutropenia, anemia,

    trombositopenia, hipotensi.

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    39/81

    Peningkatan sekresi

    aldoosteron akan

    mengakibatkan ginjal

    meretensi natrium dan

    cairan, serta meretensi

    kalium. Dalam kerjanya,

    captopril akan

    menghambat kerja ACE,

    akibatnya pembentukan

    angiostensn II terhambat,

    timbul vasodilatasi,

    penurunan sekresi

    aldosteron sehngga ginjal

    mensekresi natrium dan

    cairan serta mensekresi

    kalium. Keaadaan ini

    akan menyebabkan

    penurunan tekanan darah

    dan mengurangi beban

    jantung, baik afterload

    maupun preload, sehingga

    terjadi peningkatan kerja

    jantung. Vasodilatasi yang

    timbul tidak akan

    menimbulkan efek

    takikardia.

    Warfarin 2 mg Enteral Indikasi :

    - Untuk mencegah

    serangan jantungm

    stroke dan gumpalan

    darah dalam

    pembuluh arteri dan

    vena.

    - Perdarahan bias terjadi

    bahkan tanpa tingkatan

    INR (International

    Normalizad Ratio)

    terapik.

    -

    Embolisasi kolesterol

    (skin nekrosis dan

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    40/81

    Cara kerja :

    Mempengaruhi sintesis

    factor koagulasi yang

    tergantung vitamin K (II,

    VII, IX, X) di hati.

    perubahan warna jari kaki

    menjadi ungu)

    - Efek gastrointestinal diare

    - Alopecia, reaksi kuliy.

    Disfungsi hati,

    pancreatitis.

    ISDN 5 mg Enteral Indikasi :

    - Untuk mencegah

    sakit di dada yang

    disebabkan oleh

    angina.

    -

    Gagal jantung kiri

    Cara kerja obat :

    Isosorbide dinitrate adalah

    jenis vasodilator. Obat ini

    mengendurkan pembuluh

    darah, meningkatkan

    persediaan darah dan

    oksigen ke jantung.

    Sakit kepala berdenyut, muka

    merah, pusing, takikardi

    (dapat menjadi bradikardi

    paradoksimal). Hipotensi

    berat, mual dan muntah,

    diaphoresis, kuatir, gelisah,

    kedutan otot, palpitasi, nyeri

    perut, sinkop, pemberian

    jangka panjang disertai

    dengan methemoglobinemia.

    Antasida

    syrup

    3xcth Oral Indikasi :

    Untuk menetralkan

    kelebihan asam lambung

    pada keadaan seperti pada

    tukak lambung, tukak

    usus dua belas jari,

    dengan gejala-gejala

    mual, perasaan penuh

    pada lambung dan

    kembung

    Cara kerja :

    Menetralkan asam

    lambung dengan cara

    meningkatkan pH lumen

    Sembelit, diare dan kentut

    terus menerus

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    41/81

    lambung

    Paracetamol 500

    mg/8

    jam

    Oral Indikasi:

    -Sebagai antipiretik atau

    analgesik termasuk

    pasien yang tidak tahan

    asetosal.

    -Sebagai analgesik

    misalnya untuk

    mengurangi rasa nyeri

    pada sakit kepala, sakit

    gigi, sakit haid dn sakit

    pada otot, menurunkan

    demam.

    Cara kerja:

    Paracetamol merupakan

    derivat p-aminovenol

    yang mempunyai sifat

    antipiretik atau analgesik.

    Sifat antipiretik

    disebabkan oleh gugus

    aminobenzen dan

    mekanismenya diduga

    berdasarkan efek sentral.

    Sifat analgesik dapat

    menghilangkan nyer

    ringan sampai sedang.

    Sifatanti inflamasinya

    sangan lemah sehingga

    tidak digunakan sebagai

    antirematik.

    - Demam disertai menggigil

    atau sakit tenggorokan

    yang tidak terkait dengan

    penyakit sebelumnya

    menjadi reaksi alergi

    paracetamol

    - Luka, bintik-bintik putih

    di mulut dan bibir

    - Ruam kulit atau gatal-

    gatal

    - Didalam beberapa kasus

    terjadi perdarahan/memar

    yang tidak biasa

    - Lemah, lelah dan nyeri

    punggung bagian

    bawah/samping.

    Digoxin 0,25

    mg

    Oral Indikasi :

    - Gagal jantung

    kongestif akut dan

    Penurunan segmen ST pada

    EKG, pruritus, urtikaria,

    ruam, macular, ginekomastia,

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    42/81

    kronik

    - Takikardi

    supraventrikular

    proksimal

    Cara kerja :

    Menghambat Na atau

    KATase, menghasilkan

    peningkatan sodium

    intraseluler yang

    menyebabkan lemahnya

    pertukaran sodium atau

    kalium dan meningkatkan

    kalsium intraseluler. Hal

    tersebut dapat

    meningkatkan

    penyimpanan kalsium

    intraseluler di

    sarkoplasmik retikulum

    pada otot jantung dan

    dapat meningkatkan

    cadangan kalsium untuk

    memperkuat atau

    meningkatkan kontraksi

    otot.

    gangguan system saraf pusat,

    anoreksia, mual, muntah,

    gangguan kecepatan denyut

    jantung, kondisi dan irama

    jantung

    B.

    ANALISA DATA

    No Data Masalah Etiologi

    1. Ds:

    Klien mengeluh sesak napas

    Do:

    - RR klien 40x/menit

    - Napas klien terlihat

    cepat dan dangkal

    Ketidakefektifan

    pola napas

    Penurunan ekspansi paru

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    43/81

    - Klien terpasang

    oksigen nasal kanul

    4l /menit

    - Klien tampak gelisah

    - Klien tampak lemas

    - Klien menggunakan

    otot bantu pernafasan

    yaitu

    sternoscleidomastoide

    us

    - Hasil foto thorax

    cardiomegaly dengan

    early edema

    pulmonum

    2. Ds:

    Klien mengeluh jantungnya

    berdebar-debar

    Do:

    - Klien terlihat gelisah

    - Klien tampak lemas

    - Nadi 115x/menit

    tidak teratur

    - TD 160/100 mmHg

    - Akral teraba dingin

    - Capilary refill time >

    3 detik

    - Hasil EKG atrial

    fibrilasi rapid

    Ventrikuler Respon

    normoaxsis, HR 150x

    /menit

    - Hasil ekokardiografi

    Dilatasi seluruh ruang

    Penurunan curah

    jantung

    Perubahan

    kontraktilitas

    miokard

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    44/81

    jantung, kontraktilitas

    LV menurun EF 38%

    - Hasil foto thorax

    menunjukan

    cardiomegaly

    3. Ds:

    Klien mengatakan

    wajahnya bengkak

    Do:

    - Klien terlihat lemas

    - Wajah tampak

    bengkak

    - Abdomen tampak

    cembung

    - Teraba kencang pada

    abdomen

    - TD: 160/100 mmHg

    - Balance cairan + 852

    cc

    Kelebihan volume

    cairan

    Gangguan

    mekanisme regulasi

    4. Ds:

    - Klien mengeluh sesak

    napas jika duduk

    terlalu lama dan

    berbicara terlalu

    panjang.

    Do:

    - Klien terlihat lemas

    - Terlihat gelisah

    - Klien terlihat kelelahan

    setelah berbicara

    panjang

    - TD 160/100 mmHg

    -

    Nadi 115x/menit

    Intoleransi aktivitas Kelemahan umum

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    45/81

    - RR 40x/menit

    - Hasil EKG menunjukan

    atrial fibrilasi rapid

    ventrikuler respon

    C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    NoJam/Tanggal

    ditemukanDx Keperawatan

    Jam/Tanggal

    TeratasiTTD

    1.

    2.

    3.

    4.

    22 / 04/ 2014

    16.45

    22 / 04/ 2014

    16.45

    22 / 04/ 2014

    16.45

    22 / 04/ 2014

    16.45

    Ketidakefektifan pola napas

    berhubungan dengan Penurunan

    ekspansi paru

    Penurunan curah jantung

    berhubungan dengan perubahan

    kontraktilitas miokard

    Kelebihan volume cairan

    berhubungan dengan gangguan

    mekanisme regulasi

    Intoleransi aktivitas

    berhubungan dengan kelemahan

    umum

    24 / 04/ 2014

    20.00

    24 / 04/ 2014

    20.00

    24 / 04/ 2014

    20.00

    24 / 04/ 2014

    20.00

    D. INTERVENSI

    No TGL/Jam Dx KepIntervensi

    TTDTujuan Tindakan

    1. 22/04/2014

    16.45

    Ketdakefektifan

    pola napas b.d

    Penurunan

    ekspansi paru

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3 x 24 jam

    diharapkan masalah

    Manajemen

    breathing

    1.

    Monitor irama,

    frekuensi dan

    kedalaman

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    46/81

    ketidakefektifan

    pola napas klien

    dapat teratasi

    dengan kriteria

    hasil:

    1.Klien tidak

    mengeluh sesak

    2.

    Napas klien tidak

    terlihat cepat dan

    dangakal

    3.

    RR 20-24x/menit

    4.Tidak

    menggunakan alat

    bantu pernapasan

    seperti nasal kanul

    5.Tidak

    menggunakan otot

    bantu napas

    tambahan seperti

    sternoscleidomastoi

    deus

    6.Klien tampak

    tenang dan bugar

    pernapasan

    2.Auskultasi suara

    napas

    3.Berikan posisi

    semi fowler

    4.Ajarkan cara napas

    dalam yang benar

    Terapi oksigen

    5.

    Pertahankan terapi

    oksigen dengan nasal

    kanul 4l/menit

    2. 22/04/2014

    16.45

    Penurunan

    curah jantung

    b.d perubahan

    kontraktilitas

    miokard

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    penurunan curah

    jantung klien dapat

    teratasi dengan

    kriteria hasil:

    1. Monitor tanda-

    tanda vital

    2. Monitor irama

    jantung

    3. Monitor sianosis,

    akral dingin serta

    capillary refill time

    4. Observasi intake

    dan output

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    47/81

    1. Klien tidak

    mengeluh

    berdebar-debar

    2. Klien terlihat

    tenang dan

    bugar

    3. Nadi 80-

    100x/menit dan

    teratur

    4. TD 120-130/

    80-90 mmHg

    5. Tidak tampak

    sianosis, akral

    dingin dan

    capirally refill

    time

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    48/81

    edema

    3. Klien terlihat

    tenang dan

    bugar

    4. Nadi 80-100 x/

    menit dan

    teratur

    5.

    TD 120-130/80

    -90 mmHg

    : Furosemide 40

    mg

    5. 22/04/2014

    16.45

    Intoleransi

    aktivitas b.d

    kelemahan

    umum

    Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selama

    3x24 jam

    diharapkan masalah

    intoleransi aktivitas

    klien dapat teratasi

    dengan kriteria

    hasil:

    1.

    Klien tidak

    mengeluh

    terengah-engah

    setelah

    beraktivitas

    2. Klien tidak

    mengeluh

    mudah lelah

    3. Klien terlihat

    tenang dan

    bugar

    4. Nadi 80-100 x/

    menit dan

    teratur

    5.

    TD 120-130/80

    Terapi oksigen

    1. Kaji adanya sesak

    setelah beraktivitas

    2.

    Batasi aktivitas

    saat sesak napas

    3. Ajarkan teknik

    mengontrol

    pernapasan saat

    beraktivitas

    4.

    Berikan

    reinforcement

    positip terhadap

    aktivitas yang

    dilakukan klien

    5. Anjurkan batasi

    pengunjung

    6.

    Bantu klien untuk

    mengidentifikasi

    aktivitas yang

    mampu dilakukan

    7. Edukasi tentang

    level aktivitas yang

    boleh dilakukan.

    8.

    Ajarkan aktivitas

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    49/81

    -90 mmHg

    6. RR 20-

    24x/menit

    7. Hasil EKG

    menunjukkan

    normal sinus

    rythm

    secara bertahap

    sesuai toleransi

    E. IMPLEMENTASI

    NONO.

    DX.KEPTGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD

    1

    1

    1,2

    1

    2

    22/4/2014

    16.45

    16.47

    16.48

    16.49

    1. Memberi posisi

    semi fowler 450

    2.

    Memonitor

    tanda-tanda vital

    3. Memonitor

    irama, frekuensi dan

    kedalaman,

    pernapasan

    4. Memonitor

    irama jantung

    S: klien mengatakan nyaman

    dengan posisi ini tetapi

    masih agak sesak

    O: klien tampak nyaman

    S: klien mengatakan sesak,

    pusing dan berdebar-debar

    O: TD 160/100 mmHg, N

    115x/menit, RR 40x/menit

    S: klien mengatakan ngos-

    ngosan dan sesak napas

    O: irama napas tidak teratur,

    RR 40x/menit, cepat dan

    dangkal

    S: klien mengatakan

    jantungnya berdebar-debar

    O: terdengar suara s1-s2,

    irama cepat dan tidak teratur

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    50/81

    1

    1

    1

    1

    2

    3

    16.49

    16.50

    16.51

    16.52

    16.53

    16.54

    5. Mengauskultasi

    suara nafas

    6. Mempertahanka

    n tarapi O2 melalui

    nasal kanul 4

    l/menit

    7.

    Mengajarkan

    cara napas dalam

    yang benar

    8.

    Memonitor

    sianosis/akral dingin

    dan capillary refill

    time

    9. Memonitor

    tanda

    retensi/overload

    cairan/edema

    10.Mengobservasi

    intake dan output

    cairan

    S : Klien mengatakan ngos-

    ngosan

    O : suara napas klie

    vesikuler

    S: klien mengatakan

    oksigennya terasa

    O: pola napas klien teratur

    S: klien mengatakan

    mengerti

    O: klien tampak mengikuti

    instruksi

    S: klien mengatakan

    tangannya dingin

    O: akral teraba dingin, tidak

    tampak sianosis, capillary

    refill time>3detik

    S: klien mengatakan

    wajahnya bengkak

    O: wajah klien terlihat

    bengkak

    S: klien mengatakan minum

    hanya 2 gelas dari tadi pagi.

    Klien mengatakan setelah

    dipasang kateter, urin bag

    sudah dibuang 1x

    O: intake cairan klien 500cc,

    urin beg terisi 250 ml

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    51/81

    2,3

    3

    2

    1,2

    1

    16.55

    16.56

    16.57

    16.58

    17.02

    11.

    Membatasi diet

    yang menyebabkan

    retensi cairan

    12.

    Memberi

    penjelasan

    pentingnya

    pembatasan cairan

    dan pembatasan

    aktivitas

    13.

    Memonitor

    tanda-tanda vital

    14.Memonitor

    adanya sesak nafas

    15.Mengajarkan

    teknik mengontrol

    pernapasan ketika

    beraktivitas

    S: klien mengatakan akan

    berhati-hati untuk makan dan

    minum

    O: klien terlihat kooperatif

    S: klien mengatakan

    mengerti dan ingin

    melakukannya

    O: klien tampak kooperatif

    S: klien mengatakan masih

    pusing, berdebar-debar,

    sesak agak berkurang

    O: klien tampak gelisah,

    tekanan darah 150/100

    mmHg, frekuensi denyut

    nadi 105x/menit, frekuensi

    pernapasan 37x/menit

    S: klien mengatakan masih

    sesak untuk bicara terlalu

    panjang

    O: klien tampak gelisah,

    ngos-ngosan setelah

    berbicara + 3 kaliamat

    S: klien mengaakan mengerti

    O: klien tampak kooperatif

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    52/81

    4

    4

    4

    4

    4

    3

    17.10

    17.15

    17.20

    17.25

    20.10

    20.11

    16.

    Membantu klien

    untuk

    mengidentifikasi

    aktivitas yang

    mampu dilakuakan

    17.Mengedukasi

    tentang level

    aktivitas yang boleh

    dilakukan

    18.

    Memberikan

    reinforcement

    positif terhadap

    aktivitas yang

    dilakukan klien

    19.

    Menganjurkan

    membatasi jumlah

    pengunjung

    20.Memberi obat

    injeksi furosemid 40

    mg

    21.Mengobservasi

    intake dan output

    cairan

    S: klien mengatakan bisa

    bangun dari tidur sendiri,

    mengambil makanan di meja

    O: klien terlihat kooperatif

    S: klien mengatakan

    mengerti

    O: klien tampak kooperatif

    S: klien mengucapkan terima

    kasih

    O: klien tampak gembira

    S: klien mengatakan

    mengerti

    O: klien tampak kooperatif

    S: Klien mengatakan sakit

    ketika obatnya masuk

    O: klien tampak meringis

    S: klien mengatakan sore ini

    minum gelas

    O: intake cairan klien +150

    cc, urin bag tampak terisi

    400 cc

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    53/81

    3 20.15 22.Memonitor

    tanda retensi

    cairan/overload

    (edema)

    S : Klien mengatakan

    wajahnya masih bengkak

    dan perut terasa mbesesek

    O : wajah klien tampak

    bengkak, perut berbentuk

    cembung dan teraba kencang

    2

    1

    2

    1, 2

    1

    4

    22/04/2014

    22.30

    22.31

    23/04/2014

    05.00

    05.07

    07.00

    1.

    Memonitor aliran

    oksigen

    2.

    Memonitor tetesan

    dan kepatenan IV

    line

    3. Memonitor tanda-

    tanda vital

    4. Memonitor irama,

    frekuensi dan

    kedalaman

    pernapasan

    5.

    Menganjurkan

    klien untuk

    S: klien mengatakan oksigen

    sudah terasa cukup

    O: oksigen 4 l/menit nasal

    kanul

    S: klien mengatakan infus

    tidak pernah macet

    O: infus RL 20 tpm

    S: klien mengatakan sesak

    sudah berkurang, berdebar-

    debarnya berkurang

    O: tekanan darah 140/100

    mmHg,denyut nadi,

    100x/menit, frekuensi

    pernapasan 35x/menit

    S: klien mengatakan ngos-

    ngosan dan sesak napas

    berkurang

    O: irama napas tidak teratur,

    RR 35x/menit,cepat dan

    dangkal

    S: Klien mengatakan tidak

    akan memaksakan aktivitas

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    54/81

    3 07.05

    membatasi

    aktivitas saat

    sesak

    6. Memonitor intake

    dan output cairan

    O: klien melakukan aktivitas

    sesuai kemampuan

    S : Klien mengatakan minum

    1 gelas air teh

    O :intake + 300 cc dan urin

    bag tampak terisi 650 cc

    3

    2

    1

    1

    1

    1,2,3,4

    23/04/2014

    07.00

    08.00

    08.05

    08.10

    08.30

    1.

    Melakukan EKG

    2.

    Memberi posisi

    semi fowler

    3. Memberi terapi

    oksigen melalui

    nasal kanul

    4l/menit

    4. Memonitor irama,

    frekuensi, dan

    kedalaman napas

    5.

    Memberikan infus

    S: Klien mengatakan

    berdebar-debarnya sudah

    berkurang

    O: Hasil EKG menunjukan

    atrial fibrilasi, irama jantung

    tidak teratur, HR 110x/menit

    S: Klien mengatakan

    nyaman dengan posisinya

    O: Klien terlihat relax, agak

    lemas

    S: Klien mengatakan sesak

    berkurang

    O: irama napas teratur

    S: Klien mengatakan sesak

    sudah berkurang

    O: Irama napas teratur, RR

    35x/menit dan napas dangkal

    cepat

    S: Klien mengatakan

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    55/81

    1, 2,

    1, 2, 3, 4

    3

    1,2

    09.00

    10.00

    10.05

    11.00

    RL 20tpm

    6. Memberikan obat

    ISDN 5mg,

    Lanoxin 0,25mg,

    ranitidin 10mg,

    Captopril 12,5mg,

    Furosemid 40mg,

    paracetamol

    500mg

    7.

    Memonitor tanda

    retensi/overload

    cairan (edema)

    8.

    Memonitor

    sianosis/akral

    dingin dan

    caoilary refill time

    9.

    Memonitor tanda-

    tanda vital

    infusnya habis

    O: Klien mendapatkan infus

    RL 20tpm

    S= Klien mengatakan sakit

    saat obatnya masuk

    O= Klien tampak menahan

    sakit ketika obat masuk

    S= Klien mengatakan

    bengkaknya sudah berkurang

    O= Bengkak diwajah klien

    terlihat berkurang

    S= Klien mengatakan

    tangannya tidak dingin

    O= Tangan dan kaki klien

    tidak teraba dingin, caoilary

    refill time

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    56/81

    1, 2, 3

    1, 2

    3

    1,3,4

    4

    5

    11.05

    11.30

    11.40

    13.10

    13.15

    13.20

    10.Mengauskultasi

    suara napas, nadi

    apical, dan irama

    jantung

    11.

    Membatasi diet

    yang

    menyebabkan

    retensi

    cairan/edema

    12.

    Mengobservasi

    intake dan output

    cairan

    13.Mengkaji adanya

    sesak setelah

    beraktivitas

    14.

    Membantu

    mengidentifikasi

    aktivitas yang

    mampu dilakukan

    klien.

    15.

    Memberikan

    S= Klien mengatakan

    silahkan didengarkan

    O= Suara vesikuler, suara

    jantung lup-dup, irama

    jantung tidak teratur

    S= Klien mengatakan

    memakan makanan dari

    rumah sakit

    O= Klien mendapatkan diet

    jantung bubur

    S= Klien mengatakan makan

    1 porsi makan dan minum

    gelas teh. Klien mengatakan

    semalam membuang 1 urin

    bag

    O= intake + 150 cc, di urin

    bag terdapat 500 cc

    S= Klien mengatakan sesak

    berkurang

    O= Klien tampak relax,

    napas terlihat teratur

    S= Klien mengatakan bicara

    panjang tidak sesak, bagun

    dari tidur kemudian duduk

    sudah bisa tapi jika terlalu

    lama sesak

    O= Klien terlihat kooperatif

    S= Klien mengatakan terima

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    57/81

    reinforcement

    positif terhadap

    aktivitas yang

    dilakukan klien

    kasih

    O= Klien tampak kooperatif

    4

    1

    2

    1

    1

    4

    23/4/2014

    14.00

    14.03

    14.05

    14.07

    15.00

    1.

    Mengevaluasi

    pemberian posisi

    semi fowler 45 0

    2. Memonitor

    sianosis, akral

    dingin, dan

    capillary refill

    time

    3.

    Memonitor irama,

    frekuensi dan

    kedalaman

    pernapasan

    4. Memonitor pola

    napas

    5.

    Mengkaji adanya

    sesak setelah

    beraktivitas

    S= Klien mengatakan

    sesaknya sedikit berkurang

    O= Klien tampak rileks

    berbaring dengan posisi semi

    fowler 450

    S= Klien mengatakan tangan

    dan kakinya tidak terasa

    dingin

    O= Tangan dan kaki klien

    tidak teraba dingin, tidak

    tampak sianosis, capillary

    refill time

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    58/81

    1

    1

    2

    2,3

    3

    3

    15.10

    15.30

    16.00

    17.00

    18.30

    18.40

    6.

    Menambahakan

    water sterile padatabung oksigen

    7.

    Memberikan obat

    captopril 12,5

    mg, ISDN 5 mg

    8. Memonitor tanda-

    tanda vital klien

    9. Mengobservasi

    intake dan output

    cairan

    10.Memonitor tanda

    retensi/overload

    cairan (edema)

    11.Memberikan obat

    injeksi Furosemid

    40mg

    sesak

    S= Klien mengatakan

    oksigennya sudah terasa

    O= Air oksigen terisi sesuai

    dengan ketentuan

    S= Klien mengatakan

    terimasih

    O=Klien menerima dengan

    baik

    S= Klien mengatakan masih

    merasa lemas dan pusing

    O= Tekanan darah 140/100

    mmHg, frekuensi denyut

    jantung 94x/menit, frekuensi

    pernapasan 33x/menit

    S= Klien mengatakan minum

    2,5 gelas.

    O= intake cairan klien 625

    cc dan urine bag terisi 900cc.

    S= Klien mengatakan

    bengkaknya sudah mulai

    berkurang

    O= Bengkak dipipi klien

    terlihat berkurang

    S= Klien mengatakan

    tangannya yang di infus

    terasa terasa sakit

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    59/81

    4 20.00 12.Mengganti cairan

    RL klien yang

    habis

    O= Klien tampak

    memejamkan mata saat obat

    dimasukkan

    S= klien mengatakan

    terimakasih

    O= terpasang infus RL pada

    klien

    5

    3

    1

    1, 2, 3, 4

    1

    1, 2, 3, 5

    23/04/2014

    21.30

    23.00

    23.30

    24/04/2014

    05.40

    05.45

    1. Memonitor

    tanda retensi

    cairan/overload

    (edema)

    2.

    Memonitor

    aliran oksigen

    3. Memonitor

    tetesan dan

    kepatenan IV line

    4. Memonitor

    keefektifan posisi

    semi fowler

    5. Memonitor

    tanda-tanda vital

    S: klien mengatakan wajah

    maasih bengkak

    O: wajah masih tampak

    bengkak

    S: klien mengatakan oksigen

    sudah terasa cukup

    O: oksigen 4 L/menit nasal

    kanul

    S: -

    O: Klien terpasang infus RL

    20 tpm

    S: klien mengatakan sudah

    tidak sesak

    O: Klien tampak rileks dan

    nyaman

    S: klien mengatakan sudah

    tidak sesak dan tidak

    berdebar-debar

    O: Tekanan darah 130/90

    mmHg, frekuensi denyut

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    60/81

    1

    4

    3

    05.47

    06.00

    06.10

    6.

    Memonitorirama, frekuensi dan

    kedalaman

    pernapasan

    7. Menganjurkan

    klien untuk

    membatasi aktivitas

    saat sesak

    8. Mengobservasi

    intake dan output

    cairan

    nadi 90 x/menit, frekuensi

    pernapasan 23 x/menit

    S: klien mengatakan sudahtidak sesak

    O: irama napas teratur, RR

    23x/menit

    S: Klien mengatakan tidak

    akan memaksakan aktivitas

    O: klien melakukan aktivitas

    sesuai kemampuan

    S : Klien mengatakan minum

    gelas.

    O: Intake + 75 cc dan urin

    bag tampak terisi 250 cc

    6

    2

    1

    1

    24/04/2014

    07.00

    07.40

    07.41

    1. Melakukan EKG

    2.

    Memberi posisi

    semi fowler 450

    3.

    Memonitor

    irama, frekuensi dan

    kedalaman nafas

    S : Klien mengatakan

    bersedia di rekam

    jantungnya

    O : menunjukkan atrial

    fibrilasi, Irama jantung tidak

    teratur, HR 108 x/menit

    S : Klien mengatakan

    nyaman

    O : Klien tampak rileks dan

    bugar

    S : Klien mengatakan sudah

    tidak sesak dan selang

    oksigen bias dilepas

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    61/81

    3

    2

    2

    4

    1, 2, 3, 4

    07.42

    07.43

    07.45

    07.46

    09.05

    4. Memonitor

    tanda

    retensi/overload

    cairan (edema)

    5. Memonitor

    sianosis/akral

    dingin, capiralli

    refill time

    6.

    Memonitor

    adanya sesak setelah

    aktivitas

    7.

    Memberi

    reinforcement

    positif terhadap

    aktivitas

    8. Memberi obat

    furosemid 40mg,

    ISDN 5 mg,

    O : Irama nafas klien teratur,

    RR 24 x/menit, klien tampak

    tidak menggunakan alat

    bantu nafas nasal kanul

    S : Klien mengatakan

    wajahnya sudah tidak

    bengkak

    O : Wajah klien tampak

    tidak bengkak

    S : Klien mengatakan sehat

    O : Tangan dan kaki klien

    tidak teraba dingin. Tidak

    ada tanda-tanda sianosis

    mukosa bibir lembab,

    capiralli refill time

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    62/81

    1, 2, 3, 4

    1,2,4

    1

    2

    4

    4

    09.30

    11.00

    11.05

    11.06

    12.00

    12.05

    Captopril 12,5 mg,

    lanoxin 0,25 mg,

    ranitidine 10 mg,

    paracetamol 500mg

    9.

    Memberikan

    cairan infuse RL 20

    tpm

    10.Memonitor

    tanda-tanda vital

    11.Mengauskultasi

    suara nafas

    12.

    Memonitor

    irama jantung

    13.Membatasi diet

    yang menyebabkan

    retensi

    14.

    Mengobservasi

    kesakitan saat dimasukkan

    obatnya

    S : Klien mengatakan sudah

    sehat,sudah diperbolehkan

    pulang

    O : Klien tampak rileks dan

    bugar

    S : Klien mengatakan sudah

    tidak pusing dan sudah tidak

    sesak

    O :Klien tampak bugar, TD

    130/90 mmHg, nadi

    96x/menit, RR 24x/menit

    S : Klien mengatakan sudah

    tidak sesak

    O : Suara nafas vesikuler,

    S : Klien mengatakan tidak

    berdebar-debar

    O : Irama jantung klien

    teratur

    S : Klien mengatakan hanya

    makan dan minum dari

    rumah sakit

    O : Klien mendapatkan diet

    jantung II

    S : Klien mengatakan makan

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    63/81

    intake dan output

    cairan

    makanan dari RS 1 porsi dan

    minum 1 gelas air putih.

    Klien belum membuang

    urine hari ini.

    O : intake +300cc dan urin

    bag klien tampak terisi

    300cc

    1

    1

    3

    2

    4

    24/04/2014

    14.40

    14.44

    14.46

    14.50

    14.53

    1.

    Memberi posisi

    semi fowler 450

    2.

    Memonitor

    irama, frekuensi dan

    kedalaman nafas

    3. Memonitor

    tanda

    retensi/overload

    cairan (edema)

    4.

    Memonitor

    sianosis/akral dingin

    dan capillary refill

    time

    5.

    Memonitor

    S : Klien mengatakan

    nyaman

    O : Klien tampak rileks dan

    nyaman

    S : Klien mengatakan sudah

    tidak sesak dan tidak

    berdebar-debar

    O : irama nafas klien teratur,

    RR 22 x/menit

    S : Klien mengatakan

    wajahnya sudah tidak

    bengkak

    O : Wajah klien tampak

    tidak bengkak

    S : Klien mengatakan sudah

    sehat

    12.O : akral klien teraba

    tidak dingin, tidak tampak

    sianosis, capillary refill time

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    64/81

    4

    1, 2, 3, 4

    1, 2, 3,4

    1, 2

    3

    14.55

    16.15

    17.00

    17.05

    17.15

    adanya sesak setelah

    aktivitas

    6. Memberi

    reinforcement

    positif terhadap

    aktivitas

    7.

    Memberi obat

    furosemide 40 mg,

    Captopril 12,5 mg,

    ISDN 5mg,

    paracetamol 500mg

    8. Memonitor

    tanda-tanda vital

    9. Monitor irama

    jantung

    10.Membatasi diet

    yang menyebabkan

    retensi

    sekarang tidak sesak setelah

    melakukan aktivitas

    O : Klien tampak riles dan

    tidak ngos-ngosan

    S : Klien mengatakan terima

    kasih

    O : klien tampak bahagia

    S : Klien mengatakan

    silahkan di suntik

    O : Klien tampak rileks

    S : Klien mengatakan sudah

    sehat

    O : Klien tampak rileks dan

    bugar, tekanan darah 130/90

    mmHg, frekuensi denyut

    nadi 84x/menit, frekuensi

    22x/menit

    S : Klien mengatakan sudah

    tidak sesak

    O : Suara nafas klien

    vesikuler, irama jantung

    teratur

    S : Klien mengatakan

    membatasi minum, sehari

    hanya minum 4 gelas air

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    65/81

    319.40

    11.

    Mengobservasiintake dan output

    cairan

    putih

    O : Klien tampak koperatif

    S : Klien mengatakan sudah

    minum 1/2 gelas air putih

    sore ini dan makan 1 kali

    O : intake + 200 cc dan

    tampak urine bag terisi

    750cc

    F. Evaluasi

    NO TGL/JAMNO DX.

    KEPEVALUASI TTD

    1 23/4/2014

    07.00

    1

    2

    S: klien mengatakan masih sesak

    O: klien terlihat gelisah, napas cepat dan

    dangkal, RR 35x/menit, klien terlihat lemas

    A: masalah ketidakefektifan pola napas belum

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1. Monitor irama, frekuensi dan

    kedalaman pernapasan

    2.

    Auskultasi suara napas

    3. Berikan posisi semi fowler 450

    4. Ajarkan cara napas dalam yang benar

    5.

    Pertahankan terapi oksigen dengan

    nasal kanul 4l/menit

    S: klien mengatakan masih berdebar-debar

    O: klien tampak gelisah, klien lemas, nadi

    100x/menit, TD 140/100 mmHg, hasil

    EKG menunjukan atrial fibrilasi, irama

    jantung tidak teratur, HR 110x/menit

    A: masalah penurunan curah jantung belum

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    66/81

    3

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1.

    Monitor tanda-tanda vital

    2.

    Monitor irama jantung3. Monitor sianosis dan akral dingin

    capillary refill time

    4. Observasi intake dan output cairan

    5. Berikan oksigen dengan nasal kanul

    4L/menit

    6. Berikan infus RL 20 tpm

    7.

    Berikan Furrosemid 40mg/8jam,

    Lanoxin 0,25mg/18jam, Captopril 3x

    12,5 mg, ISDN 3 x 5mg

    8.

    Lakukan EKG

    S: klien mengatakan wajahnya bengkak

    O: bengkak pada wajah tampak berkurang,

    kliien tampak gelisah, lemas, TD 140/100

    mmHg

    Balance cairan

    = Intake-output

    = 2450-2945

    = -495 cc (setelah dipasang kateter dan

    diberi furosemide 40 mg)

    A: masalah kelebihan volume cairan belum

    teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1. Observasi intake dan output cairan

    2. Monitor tanda retensi cairan /overload

    cairan (edema)

    3. Batasi diet yang menyebabkan retensi

    cairan.

    4.

    Berikan obat-obatan sesuai advis:

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    67/81

    4

    Furosemide 40 mg

    S: klien mengatakan ngos-ngosan saat

    berbicara terlalu lama

    O: klien tampak sesak saat berbicara terlalu

    lama, terlihat gelisah, lemas, napas dangkal

    dan cepat, nadi 100x/menit, RR 35x/menit

    A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    1. Kaji adanya sesak setelah beraktivitas

    2.

    Batasi aktivitas saat sesak napas

    3. Berikan reinforcement positip terhadap

    aktivitas yang dilakukan klien

    4.

    Anjurkan batasi pengunjung

    5. Bantu klien untuk mengidentifikasi

    aktivitas yang mampu dilakukan

    6.

    Ajarkan aktivitas secara bertahap sesuai

    kemampuan

    2 24/04/2014

    07.00

    1 S: Klien mengatakan sudah tidak merasa

    sesak

    O: Klien terlihat rilex, klien terlihat bugar,

    RR 23x/menit, nafas klien terlihat sedikit

    tidak sesak, tidak tampak otot bantu

    pernapasan, suara napas vesicular,

    A: Masalah ketidakefektifan pola napas

    belum teratasi pada frekuensi pernapasan.

    P: Lanjutkan intervensi

    1. Monitor irama, frekuensi dan

    kedalaman pernapasan

    2. Auskultasi suara napas

    3. Ajarkan cara napas dalam yang benar

    4. Pertahankan terapi oksigen dengan

    nasal kanul 4l/menit

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    68/81

    2

    3

    5. Pemberian obat Furosemid 40 mg/8

    jam

    S: Klien mengatakan rasa berdebar-debarnyasudah berkurang

    O: Klien tampak agak bugar, Nadi 90x/menit,

    TD 130/90 mmHg,hasil EKG menunjukkan

    atrial fibrilasi, irama jantung tidak teratur, HR

    108 x/menit, akral tidak teraba dingin, tidak

    tampak sianosis, cappilarry refill time < 3

    detik, hasil EKG menunjukan atrial fibrilasi,

    irama tidak teratur.

    A: masalah penurunan curah jantung belum

    teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

    1. Monitor tanda-tanda vital

    2. Monitor irama jantung

    3. Monitor sianosis, akral dingin dan

    capillary refill time

    4. Observasi intake dan output cairan

    5. Berikan oksigen dengan nasal kanul

    4L/menit

    6. Berikan infus RL 20 tpm

    7. Berikan Furrosemid 40mg/8jam,

    Lanoxin 0,25mg/18jam, Captopril 3x

    12,5 mg, ISDN 3 x 5mg

    8. Lakukan EKG

    S: Klien mengatakan bengkak berkurang

    O: Bengkak diwajah berkurang, klien tampak

    rileks, agak bugar, TD 130/90 mmHg

    balance cairan:

    intakeoutput

  • 8/11/2019 Askep AF Seminar

    69/81

    4

    = 2110cc1945cc

    = 65cc

    A: masalah kelebihan volume cairan belum

    teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

    1. Observasi intake dan output cairan

    2.

    Monitor tanda retensi cairan /overload

    cairan (edema)

    3. Batasi diet yang menyebabkan retensi

    cairan.

    4. Berikan obat-obatan sesuai advis :

    Furosemide 40 mg

    S: Klien mengatakan bicara agak panjang

    tidak sesak, bangun dari tidur kemudian

    duduk sudah bisa tapi terlalu lama sesak

    O: Klien tampak agak bugar, rileks, untuk

    beraktifitas bicara sudah tidak ngos-gosan,

    TD 1