askep anak seminar (dhf)
TRANSCRIPT
ASKEP KEPERAWATAN ANAK PADA AN. K
DENGAN DHF
DI BANGSAL ANAK
RSUD BREBES
DI SUSUN OLEH
1. Ropiah Susanti
2. Diah Tiara S.
3. Vivi Ayu.
4. Elsi Ayu
AKPER PEMKOT TEGAL TAHUN AKADEMIK 2013/2014
Jln.Dewi Sartika No.1 Debong Kulon Kec.Tegal Selatan Kota Tegal
Tlp. (0283) 32352
0
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
2.1.1 Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2 Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup
B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr
lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di
1
atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang
menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong
telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan
hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina
sekitar ± 2 minggu. ( Hadinegoro, 1999 )
2.1.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat
infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah
melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang
endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan
interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,
demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan
stress, merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI,
mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang
tidak adekuat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari
kebutuhan tubuh.
2
E. Pathways
3
Virus Dengue
Viremia
Hiperthermi
Hepatomegali DepresiSum – sum tulang
Permebilitas kapiler
meningkat
Perubahan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Manifestasi perdarahan
Kehilangan plasma
Hipovolemia
Syok
Kematian
Permebilitas kapiler meningkat
Efusi pleura AscitesHemokonsntrasi
Resiko syok hipovolemia
Resiko tjd perdarahan
- Anoreksia- Muntah
Resti Kekurangan Volume cairan
Perubahan perfusi jaringan perifer
.1.4 Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
2.1.5 Tanda dan gejala
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah
satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis,
pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang
sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan
lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul
sianosis di sekitar mulut.
2.1.6 Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus
dilakukan adalah :
a. Tirah baring
b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk
minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau
air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
4
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres
es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya
pendarahan.
d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus
menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan
nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7 Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia
102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun
2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak
penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian
sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat
1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia,
Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki
urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia
bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit
DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada
150.000 kasus.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b. Biologis
5
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan
cupang )
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong
air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan
pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan.
( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan
kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
b. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
1) Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi
yang diperoleh.
c. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF
untuk datang ke rumah sakit
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
6
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
3) Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
f. Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
7
3) Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2) Trambositopenia (≤100.000/ml)
3) Leukopenia
4) Ig.D. dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons
actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai
lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul
pada klien dengan DHF adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
8
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai
berikut :
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
- Konvulsi
- Kulit kemerahan
- Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan turgor lidah
- Pengeluaran haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Membrane mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan tiba-tiba
- Haus
9
- Kelemahan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Batasan Karakteristik
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
- Kesalahan konsepsi
- Kesalahan informasi
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
Batasan Karakteristik
- Perilaku hiperbola
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Ketidakakuratan melakukan tes
- Perilaku tidak tepat
- Pengungkapan masalah
1.2.3 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )
10
a. Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose
keperawatan dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas
diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
b. Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil
berdasarkan “ SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah )
T : Time ( waktu keperawatan )
Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan
keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu
tubuh 35,50-37,00c
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri
otot hilang
Rencana :
1) Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
2) Berikan kompres hangat
3) Tingkatkan intake cairan
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung,
membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana :
1) Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2) Observasi dan cata intake dan output
3) Timbang berat badan
11
4) Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil
atau meningkat
Rencana :
1) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tapi sering secara bertahap
3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang
sama
4) Pertahankan kebersihan mulut klien
5) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital
stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0
c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg
Rencana :
1) Kaji dan catat tanda-tanda vital
2) Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin,
nyeri, pembengkakan kaki
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi
Tujuan : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan
Rencana :
1) Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar
2) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat
sesuai resep
12
3) Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
1.2.4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a) Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang,
mengompres hangat saat klien demam.
b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahan untuk mengatasi masalah klien
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan.
Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya
adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan.
( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu:
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
diagnose keperawatan
A : Analisis dan diagnose
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari
intervensi
13
BAB 3
TINJAUAN KASUS
.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Nama : An. K
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sawojajar
Nama ayah /ibu :Tn,D/Ny T
Pendidikan :-
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
3.1.3 Riwayat kesehatan klien
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu dan tidak mau
minum tidak mau makan,tiap kali makan pazti muntah
b. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam
kira-kira selama 3 hari mulai tanggal 19 Mei 2014, paginya klien di kompres dan
sudah tidak panas lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien
demam kembali. Ibu klien langsung membawa ke rumah sakit karena khawatir
dengan keadaan anaknya.
c. Riwayat penyakit lalu
1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada keluhan
atau penyakit yang ibu alami. Ibu klien tidak pernah terpapar dengan radiasi.
Berat badan selama kehamilan 62 kg.
14
2) Natal
Ibu melahirkan di bidan praktek. Jenis persalinan normal. Tidak ada
komplikasi selama/setelah persalinan
3) Post natal
Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 1.8 Kg, PB :
45 Cm. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ibu klien mempunyai penyakit sesak nafas. Klien dan adiknya
mempunyai penyakit asma.
5) Riwayat imunisasi
Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya adalah
demam. Imunisasi terakhir pada umur 3 bulan dengan mendapatkan imunisasi
DPT.
6) Riwayat tumbuh kembang
A. Pertumbuhan Fisik
a. BB saat sakit : 17kg
b. BB sebelum sakit : 19 kg
c. PB : 62 cm
B. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling : 6 bulan
b. Merangkak : 9 bulan
c. Duduk : 10 bulan
d. Mengeluarkan suara : 1 tahun
C. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi langsung dari ibu. Lama
pemberian asi ± 1 tahun
b. Pemberian susu formula
Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang
c. Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang
15
Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan
mendapat asi dan bubur. Umur 11 – 16 bulan mendapatkan asi dan bubur TIM.
Umur 3 tahun sampai sekarang mendapatkan nasi, telur, sayur dan lain – lain.
d. Riwayat psikososial
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya.
Klien tidur bersama dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan
adiknya karena klien tidak mempunyai kegiatan khusus.
e. Riwayat spiritual
Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah
f. Aktivitas sehari –hari
1) Nutrisi
Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan lauk
apapun. Tetapi saat sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu sebanyak 3 – 4
sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Ibu klien mengatakan “ anak
saya tidak nafsu makan “.
2) Cairan
Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air putih.
Klien dalam sehari minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit klien hanya minum
air putih saja dengan takaran 2 gelas / ± 400 cc per hari dan diberi tambahan
cairan infuse RL 28 tetes/menit.
3) Eliminasi
A. BAB
Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di rumah
sakit klien ada BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak. Klien pergi ke toilet
tanpa bantuan dan tanpa pengawasan ibu klien.
B. BAK
Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ± 500 cc
perhari, klien tidak ada masalah dengan BAK.
C. Istirahat Tidur
Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam 21.00 –
06.00 WIB. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.
16
D. Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya hanya
bermain sepak bola hamper setiap hari dengan teman –temannya.
E. Personal Hygene
Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Saat
sakit klien tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh ibu klien dengan
bantuan perawat sebanyak 1 kali sehari. Rambut klien terlihat bersih karena ibu
klien rajin menyisir rambut klien.
F. Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman –
teman klien di rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat tidur ditemani
sang ibu.
G. Rekreasi
Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga klien
tidak ada program khusus dalam rekreasi baik sebelum sakit maupun saat sakit.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
KU : sedang, kesadaran komposmentis
2) Tanda – tanda vital
Nadi : 126x/menit
Suhu : 380 C
Pernafasan : 28x/menit
3) Antropometri
A. BB : 17 Kg
B. TB : 62 cm
C. Lingkar kepala : 44 cm
D. Lingkar lengan atas : 16 cm
E. Lingkar dada : 51 cm
F. Lingkar perut : 52 cm
4) Sistem pernapasan
17
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada saat
bernafas simetris.
5) Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering
6) Sistem pencernaan
Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir kering.
7) Sistem indra
Mata : konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ada secret
Telinga : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran baik.
8) Sistem syaraf
A. Tingkat kesadaran komposmentis
B. Gerakan tubuh lemah
C. Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda dingin dengan
menolaknya
9) Sistem integemen
Rambut : warna hitam, terlihat bersih
Kulit : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal
Kuku : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih
h. Terapi
Amoxsan : 3 x 500 mg
Sanmol : 3 x ½ sendok
Vometa ; 3 x ½ sendok
IVFD RL : 28 Tetes / menit
18
I. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Ibu klien mengatakan
anaknya demam sejak 5 hari
yang lalu dan tidak mau
minum
DO : klien tampak pucat
lemah,turgor kulit jelek.mata
cekung
Intake cairan yang
tidak adekuat
Kekurangan
volume cairan
2 DS : Ibu klien mengatakan
anaknya tidak mau makan,tiap
kali makan pazti muntah
DO:klien tampak lemas,bb
smrs19 kg
Bb sekarang 17kg
Porsi yang disajikan hanya
dimakan sesuap saja
Mual muntah dan
tidak nafsu makan
Peubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
2. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake
cairan yang tidak adekuat
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
19
3. Intervensi Keperawatan
Tgl No Kriteria Hasil Intervensi
20/04/20014 1 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam ,
diharapkan volume cairan
terpenuhi
Volume cairan
adekuat
Kekuatan tubuh
kembali normal
Klien tenang
Observasi tanda-
tanda vital paling
sedikit setiap tiga jam
Observasi dan catat
intake dan output
Anjurkan ibu klien
untuk memberikan
minum yang banyak
minimal 8 gelas/hari
Monitor pemberian
cairan melalui
intravena setiap jam
20//04/2014 2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam ,
diharapkan nafsu makan
meningkat
Nutrisi adekuat
BAB normal
Tidak ada
sariawan
Timbang berat badan
setiap hari atau sesuai
indikasi
Ciptakan lingkungan
yang nyaman
Berikan makanan
yang disertai dengan
suplemen nutrisi
untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
Anjurkan kepada
orang tua untuk
memberikan
makanan dengan
teknik porsi kecil tapi
sering secara
20
bertahap
Anjurkan kebersihan
oral
4. IMPLEMENTASI
Tgl No IMPLEMENTASI
1 Mengobservasi dan catat intake dan output
Menganjurkan ibu klien untuk memberikan minum yang
banyak minimal 8 gelas/hari
Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
2 Memberikan makanan yang disertai dengan suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan
makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara
bertahap
Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
dan dengan skala yang sama
Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
Menganjurkan istirahat sebelum makan
Mmberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
Menciptakan lingkungan yang nyaman
Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
21
5. EVALUASI
Tgl No EVALUASI TTD
20/04/2014 1. Hari 1
S :I bu klien mengtakan anaknya hanya mau minum
1-2 gelas perhari
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling
sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui
intravena setiap jam
21/04/2014 2. S : Ibu klien mengatakan anaknya belum mau
makan
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama
sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
Tgl No CATATAN PERKEMBANGAN TTD
21/04/2014 1. Hari 2
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai
minum banyak dalam sehari
22
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling
sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui
intravena setiap jam
21/04/2014 2. S : “ anak saya belum mau makan “
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama
sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
23
a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala
DHF, adanya demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit
minum dan tidak nafsu makan. Terjadi penurunan berat badan hingga 2 kg. Klien
di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti.
b. Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa
yaitu : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar
dengan sumber informasi.
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan
keperawatan. Pada diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-
tanda vital ( suhu ), Berikan kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa
deficit volume cairan intervensi yang dibuat adalah Observasi tanda-tanda vital
paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi dan cata intake dan output. Diagnosa
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang dibuat adalah
Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam,
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang
nyaman, Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap,
Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
dan dengan skala yang sama
Diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang dibuat adalah Tentukan
kemampuan dan kemauan untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek
samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan
mengenai penyakit DHF.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu ),
24
memberikan kompres hangat, meningkatkan intake cairan. Diagnosa deficit
volume cairan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah
mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan mengobservasi
dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat
badan, memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, menimbang
berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, menciptakan lingkungan yang
nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap,
menganjurkan kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan skala yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan
tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menentukan kemampuan dan
kemauan untuk belajar, menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan
pentingnya minum obat sesuai resep, dan tidak lupa memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit DHF.
e. Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah
diatasi semua selama tiga hari perawatan pada An. W yaitu diagnose
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, ditandai dengan
suhu tubuh kembali normal 36,5 C. Defisit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan tidak muntah lagi dan minum 5-6
gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan berat badan kembali
normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan yang disediakan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC.
Jakarta
25
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba
Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung
Seto. Jakarta
26