kelompok 2 askep teori keluarga dhf

66
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Sdr.E DI KELUARGA Tn.W DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I Kelompok 2 : Aap Palahwi Erfan Fardiansyah Maya Nurlela Ratih Nuriza Gusman Riska Dwi Nur Arifin Yana Taryana STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

Upload: yana-taryana

Post on 02-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Sdr.E DI KELUARGA Tn.W

DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI KECAMATAN

CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Kelompok

Pada Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I

Kelompok 2 :

Aap Palahwi

Erfan Fardiansyah

Maya Nurlela

Ratih Nuriza Gusman

Riska Dwi Nur Arifin

Yana Taryana

STIKes MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

Jl. Tamansari Gobras PO BOX 114 Tlp. (026523 50982)

2013

Page 2: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA YANG MENGALAMI PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi

Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli:

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa

ruam (rash) dan limfadenopati. Trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan

(petekie) spontan. (Noer Sjaefullah, 2000 : 20)

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan

kematian. (Arief Mansjoer, 2000 : 428)

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat

serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi,

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda–tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya

renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002 : 45)

Dari beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) diatas penulis dapat

menyimpulkan dengue haemoragic fever adalah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul

renjatan dapat menyebabkan kematian.

B. Etiologi

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4

keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang

lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter

40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang

berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel–sel

Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 2001: 36)

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk

aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain

merupakan vektor yang kurang berperan berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan

Page 3: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2000: 420)

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus

dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti

merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural)

kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada

genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes

Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan

bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus). Nyamuk

betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi

hari dan senja hari. (Soedarto, 2001 : 37)

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin

untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue

Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus

dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula

terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah

mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2001 : 38)

C. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia,

yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti

sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan

sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem

retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.

Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari

intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi

pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bias

terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bias menyebabkan

anaphylaxia.

Page 4: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi

sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan

perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada

perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai

puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang

sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma

yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan

kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7. Reaksi lainnya yaitu

terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup

perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi

trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen).

Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bias terjadi saat renjatan. Perdarahan

yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai

perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal. (Salmiyatun, 2004 : 18 dan Soegeng

Soegijanto, 2002 : 48)

D. Manifestasi Klinik

1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit ,

terdapat masa laten yang berlangsung 4 – 5 hari diikuti oleh demam , sakit kepala dan

malaise.

2. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju

suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam , gejala- gejala

klinik yang tidak spesifik misalnya , anoreksia , nyeri punggung , nyeri tulang dan persendian

, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.

3. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada

kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif , mudah terjadi perdarahan pada tempat

fungsi vena , petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epstaksis dan perdarahan

gusi , hematomesis dan melena.

4. Hepatomegali

Page 5: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang

kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba

kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.

5. Renjatan ( syok )

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai

dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab , dingin pada ujung hidung, jari

tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka

biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat , kecil bahkan

sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.

6. Gejala klinik lain

Nyeri epigastrum , muntah-muntah , diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.

Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya perdarahan

gastrointestinal dan syok. ( Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002 )

E. Penatalaksanaan

Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn

didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena

sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan

ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 2000 : 56)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Soemarmo, 2000 : 57)

1. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS

2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan

RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Menurut Rezeki S, 2002 : 22 , Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever

(DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat

perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu :

1) Menguras tempat–tempat penampungan air secara teratur sekurang– kurangnya

sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.

2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air.

Page 6: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan

seperti dilanjutkan di baliknya.

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat

simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 2001 : 344)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic

Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat

diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok

yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 2001 : 571)

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 2004 : 203) yaitu:

Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–

kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,

kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,

2004 : 203 – 206 adalah.

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface

cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak

boleh diberikan Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

TERAPI CAIRAN

1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak

dengan BB< 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10

10 kg bersama-sama di berikan minuman oralit, air susu secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.

3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus

yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam

kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

Page 7: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik

untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;

2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi

teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan

dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan

infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan

dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan

sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).

Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

1) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan

tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin

maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran

L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang

maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum

membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam

dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi

renjatan.

2) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam

keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi

cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma

atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1

jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

Page 8: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

F. Komplikasi

Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalah

1. Perdarahan

Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan vaskuler,

penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan

meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit. Tendesi perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.

2. Kegagalan Sirkulasi

DSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari 2-7 disebabkan oleh

peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke

rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang

mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume

sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan

penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai dengan kegagalan

homeostatis mengakibatkan aktifitas dan integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard

dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan iskemi jaringan dan kerusakan

fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien

akan meninggal dalam waktu 12-24 jam.

3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis

karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel

metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau

komplek virus antibodi.

4. Efusi Pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan

intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi

efusi pleura akan terjadi dispnea.

Page 9: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

G. Pengkajian Fokus

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama DHF

(Dengue Haemorragic Fever)

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DHF menurut Friedman.

1. Identitas Data

a. Nama Kepala Keluarga :

b. Usia :

c. Pendidikan :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Komposisi keluarga

Jumlah keluarga yang banyak (extended family), status social ekonomi menurun dan

tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah menyebabkan keluarga tidak mampu

menjalankan 5 fungsi keluarga di bidang kesehatan (5 tahap) terhadap penderita DHF

di keluarga.

g. Tipe keluarga

Biasanya tipe keluarga besar yang ekonominya rendah, lebih berpengaruh terhadap

status kesehatan terutama DHF.

h. Suku bangsa

Asal suku, identifikasi budaya suku yang terkait dengan masalah kesehatan.

i. Agama

Agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat berpengaruh pada persepsi keluarga

dalam pengobatan atau perawatan pada penderita DHF.

j. Status sosial ekonomi keluarga

Pendidikan yang rendah, didukung pendapatan yang rendah pula kan berpengaruh

pada keluarga dalam mengenal masalah DHF dalam pengambilan keputusan, dan

keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan gizi

pada penderita DHF serta biaya pengobatannya.

k. Latar Belakang Budaya

1) Kebiasaan fasilitas Kesehatan

Keluarga mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit, sumber

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat merupakan tempat pertama yang

dituju dalam rangka pengobatan. Contohnya Puskesmas.

Page 10: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

2) Pengobatan Tradisional

Keluarga biasanya hanya memberikan pengobatn tradisional, misalnya untuk

mengurangi demam, keluarga menganjurkan penderita untuk istirahat dan jika

masih demam hanya dibelikan obat di warung.

l. Aktivitas di waktu senggang

Kebiasaan aktivitas yang mempengaruhi penderita DHF yaitu aktivitas yang banyak

apalagi di tempat yang kotor. Penderita DHF harus mengurangi aktivitas, istirahat dan

harus bayak minum air putih secara teratur.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Anggota keluarga yang tertua akan berpengaruh pada keluarga, dalam pengambilan

keputusan untuk mengatasi masalah.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dalam tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi misalnya dalam masalah

kesehatan, keluarga belum bisa meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

c. Riwayat keluarga inti

Jika dalam silsilah keluarga didapatkan anggota keluarga ada yang menderita DHF

maka tidak dapat beresiko pada kerabat atau keturunan berikutnya untuk menderita

DHF, sebab DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.

3. Data Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

Karakteristik luas tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabot, jarak sumber air dengan septic tank, sumber air yang digunakan,

status kepemilikan dan denah rumah. Keadaan rumah yang kecil, sempit, kotor,

ventilasi yang kurang, perabotan rumah berserakan, penataan ruangan atau kamar

yang banyak baju bergantungan. Hal tersebut merupakan factor predisposisi

timbulnya penyakit DHF. Di samping itu, tempat-tempat di luar rumah penderita

DHF, misal : lingkungan dengan kondisi atau keadaan kotor, pembuangan sampah

terbuka, pembuangan air limbah tidak lancar. (Nelson, 2001)

b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Karakteristik fisik tetangga dan masyarakat yang berpengaruh pada penyakit DHF,

misal : sanitasi jalan terlihat kumuh, rumah, pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik

sosial budaya masyarakat, serta sulitnya masyarakat menggunakan transportasi.

Page 11: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

c. Mobilitas geografis keluarga

Penderita DHF biasanya sering bertempat tinggal di daerah yang kumuh, kotor

sehingga akan mempengaruhi pada penderita DHF.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga menyadari pentingnya intoleransi dengan masyarakat dan menggunakan

fasilitas pelayanan masyarakat misalnya pelayanan kesehatan.

e. Sistem pendukung keluarga

Biasanya yang membantu keluarga saat membutuhkan bantuan adalah tetangga

dekat atau sanak keluarga dan petugas kesehatan dalam membantu kesehatan

keluarga.

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Kurang komunikasi diantara keluarga yang menderita DHF akan mempengaruhi

pengambilan keputusaN dalam memutuskan suatu masalah.

b. Struktur kekuatan keluarga

Dalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah biasanya

dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara demokrasi. Jika kepala keluarga tidak

mampu mengambil keputusan tepat dalam mengatasinya maka dapat memperberat

penyakit DHF.

c. Struktur Peran

Peran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dan setiap

anggota keluarga mempunyai peran masing-masing dalam menaggulangi, mencegah

serta merawat anggota keluarga yang sakit.

d. Nilai dan norma keluarga

Keluarga mempunyai persepsi bahwa suatu penyakit tidak dapat sembuh tanpa diobati

seperti DHF tidak dapat sembuh tanpa pengobatan.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF tidak mendapatkan perawatan

kesehatan yang dibutuhkan.

b. Fungsi Sosialisasi

Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses

sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF

dan penanganannya.

Page 12: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

c. Fungsi Kesehatan

Keluarga mampu melakukan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian, faktor

penyebab, tanda dan gejala, akibat serta penatalaksanaan).

2) Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan menjauhkan factor-faktor

pencetus terjadinya DHF (Dengue Haemorragic Fever) dan pemenuhan nutrisi

yang cukup.

4) Memodifikasi lingkungan misal menjaga kebersihan agar terhindar dari

penyakit.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan misalnya : membawa anggota

keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas.

d. Fungsi Reproduksi

Berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode yang

digunakan.

e. Fungsi Ekonomi

Keluarga mempunyai fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dan termasuk

pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status

kesehatan keluarga.

6. Stress dan Koping Keluarga

a. Stressor jangka pendek

Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang

menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang

menderita tersebut.

b. Stressor jangka panjang

Keluarga mampu bertindak tenang dan sabar dalam perawatan DHF dan

pengobatannya.

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Keluarga begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga, sehingga

akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat buruk, misal

akibat atau komplikasi dari DHF (Dengue Haemorragic Fever).

d. Strategi koping yang digunakan

Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan

masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga yang

Page 13: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan

keluarga.

7. Keluhan utama

Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah,

nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

8. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat

demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak

semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi

(grade III, IV), melena atau hematemasis.

9. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami

serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

10. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindarkan.

11. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada factor predisposisinya. Anak yang menderita

DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini

berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

12. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang

bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

13. Pola kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolism

Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan

nafsu makan menurun.

b) Eliminasi BAB

Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara

DHF grade III-IV bisa terjadi melena.

Page 14: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

c) Eliminasi BAK

Eliminasi BAK: perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau

tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

d) Tidur dan istirahat

Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau

nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya

kurang.

e) Kebersihan

Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung

kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku

dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

14. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a) Kesadaran : Apatis

b) Vital sign : TD : 110/70 mmHg

c) Kepala : Bentuk mesochepal

d) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis

e) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran

f) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga

mulut, terjadi perdarahan gusi.

h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan

i) Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j) Abdomen

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian ata

k) Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang

Page 15: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

l) Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter

15. Sistem integument

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan

lembab. Kuku sianosis atau tidak.

a) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tamp0ak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,

hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut

didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan

telingga (grade II, III, IV ).

b) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan

yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya

terdapat pada grade III dan IV.

c) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :

akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

16. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue

Haemorragic Fever).

2. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF

(Dengue Haemorragic Fever).

3. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF (Dengue

Haemorragic Fever).

17. Fokus Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi.

Page 16: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

b) Rencana tindakan

1) Pencegahan primer

- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

- Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

kontipasi.

- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan.

- Menurunkan kebutuhan metabolisme untuk mencegah penurunan kalori

dan simpanan energy dengan melakukan tirah baring atau pembatasan

aktivitas selama fase sakit.

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan Vitamin

C.

2) Pencegahan sekunder

- Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan

menyenangkan karena lingkungan yang menyenangkan akan

menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.

- Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat meningkatkan

rasa makanan.

3) Pencegahan tersier

- Monitor mual dan muntah.

- Monitor adanya penurunan BB.

- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.

- Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.

2. Diagnosa Keperawatan II

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya tanda-tanda

dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

b) Rencana tindakan

1) Pencegahan primer

- Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).

- Monitor masukan makanan/cairan.

2) Pencegahan sekunder

- Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.

- Batasi aktivitas yang menguras tenaga.

Page 17: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

3) Pencegahan tersier

- Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan suhu ruangan.

- Memberikan deuritik sesuai intruksi.

3. Diagnosa Keperawatan III

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengetahui sumber-

sumber informasi.

b) Rencana tindakan

1) Pencegahan primer

- Menentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya.

- Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.

- Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan

lain.

2) Pencegahan sekunder

- Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan gejala, faktor

penyebab dan komplikasi.

- Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang

dianjurkan.

- Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.

3) Pencegahan tersier

- Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.

- Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.

Page 18: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SDR.E DI KELUARGA TN.W

DENGAN PENYAKIT DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI KAMPUNG PANGADEGAN KEC. CIBEUREUM

A. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. W

2. Alamat Kepala Keluarga : Kp. Pangadegan Rt/Rw 06/01 kel. Kota Baru,

Kec. Cibeurem

3. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA

4. Komposisi Keluarga

No Nama Hubungan

Dengan

KK

Umur Jenis

Kelami

n

Status

Perkawina

n

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

Imunisasi

1 Ny.L Istri 52 th P kawin SD Penjahit lengkap

2 Tn.H Ank.kandu

ng

30 th L kawin SMK Buruh lengkap

3 Sdr.E Ank.

kandung

20 th L belum SMA Pelajar lengkap

4 Ny.R menantu 29 th P kawin SMA IRT lengkap

5 Ank.

M

Cucu 2 th P belum ____ ___ lengkap

Page 19: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Sudah Meninggal

: Klien

Page 20: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

: Menikah

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

5. Tipe Keluarga

Keluarga Tn W termasuk keluarga besar (estended family) yang terdiri dari Kepala

Keluarga, istri, 2 anak, 1 orang menantu, 1 orang cucu.

6. Suku Bangsa

Seluruh anggota keluarga berasal dari suku sunda, Indonesia

7. Agama

Semua anggota keluarga menganut agama islam dan mereka selalu taat beribadah dan

menjalankan perintah Tuhan YME.

8. Status Social Ekonomi Keluarga

Pekerjaan Anggota Keluarga

Tn.W bekerja sebagai buruh jasa di sebuah perusahaan. Sedangkan Ny. L bekerja sebagai

penjahit rumahan. Anak pertama yang sudah menikah bekerja sebagai supir di

perusahaan.

Sebagian besar anggota keluarga mempunyai penghasil perbulannya, yaitu :

Kepala Keluarga : 1.500.000/bulan

istri (Ibu l) : 500.000/bulan

Anak 1 : 900.000/bulan

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari

Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja, keluarga

mempunyai status social ekonomi menengah. Dengan pengeluaran perbulan mencapai

untuk Tn.W dengan Ny.L sebesar ± Rp. 1.500.000. sedangkan penghasilan anak pertama

di gunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya sebesar Rp. ±700.000.

9. Kebutuhan Rekreasi

1) Rekreasi Yang Digunakan Dalam Rumah

Keluarga Tn. W tidak pernah pergi bersama untuk berekrasi, hanya saja bila ada

kemauan dan waktu luangnya digunakan menonton TV dan membersihkan rumah

bersama-sama anggota keluarga di saat hari libur.

Page 21: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

2) Rekreasi Yang Dilakukan Di Luar Rumah

Keluarga Tn. W jarang berekreasi di luar di tempat rekreasi, hanya saja berkunjung ke

rumah saudara terdekat.

B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga Tn. W mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur 30 tahun

dan sudah menikah mempunyai 1 orang isteri dan 1 orang anak, dan anak ke-2 laki-laki

20 tahun. Maka keluarga Tn. W berada pada tahap perkembanngan keluarga dengan

anak dewasa.

2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Tn. W sampai saat ini telah memenuhi tugas perkembangan yaitu :

1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Penataan kembali peran ortu dan kegiatan rumah

Namun, hanya sebagian tugas kepala keluarga untuk membantu anak untuk mandiri

sebagai keluarga baru di masyarakat. Sebab anak pertama yang telah menikah belum

tinggal sendiri atau terlepas dari KK yang dilatar belakangi materil.

3. Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat

masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :

1) Kepala Keluarga, Tn. W pernah mengalami riwayat penyakit Vertigo, sehingga

harus dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan belum

sembuh total sehingga menyebabkan mobilisasinya terganggu.

2) Isteri, Ny. L tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat

dan rawat inap di Rumah Sakit.

3) Anak Pertama, Tn. H tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.

4) Anak Kedua, Sdr. E pernah mengalami riwayat penyakit DHF, sehingga harus

dirawat inap selama 10 hari di Rumah Sakit dan sekarang dinyatakan sudah

sembuh .

5) Menantu, Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L

berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.

Page 22: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

6) Cucu , An. M tidak mempunyai riwayat penyakit yang mengharuskan Ny. L berobat

dan rawat inap di Rumah Sakit.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Dari keluarga Tn.W, Tn.W pernah mengidap penyakit vertigo. Akibat dari vertigo

sendiri keseimbangan berjalan Tn.W tidak normal seperti semula. Sedangkan anggota

keluarga yang lain hanya mengalami penyakit pusing biasa dan sembuh dengan membeli

obat dari warung.

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik Rumah

a) Status

Luas tanah 12 m x 8 m luas rumah 6 m x 7 m .

Tipe rumah : permanen dengan jumlah 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang

keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang kerja. Jendela 16 buah, pintu 5 buah,

setiap ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. perlengkapan rumah tangga

tertata dengan rapi, cahaya matahari dapat tersalurkan kesetiap ruangan, sumber air

dari PDAM.

b) Perincian Denah

8

3

3

3

utama

4

1 65

2Keterangan :

1. Dapur2. Kamar mandi3. Kamar tidur4. Ruang tamu5. Ruang kerja6. Parkir7. halaman

7

Page 23: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

c) Keadaan rumah

Lantai menggunakan keramik, tidak licin, ruang tamu tampak tidak tertata rapi.

Ruang tamu memiliki 1 jendela selalu terbuka. Tiap kamar tidak terdapat genting

kaca sehingga rumah terlihat kurang terang. Kamar tidur utama mempunyai jendela,

kamar tidur ketiga tidak ada jendela namun memiliki ventilasinya. An. L lebih sering

tidur di kamar ketiga. Dapur terletak seruangan dengan ruang makan terdapat

ventilasi. Lingkungan sekitar rumah jalan sudah dikeraskan atau di semen, posisi

rumah dekat dengan rel kereta api dan tidak ada pembuangan sampah (bak sampah).

d) Kebiasaan Keluarga dalam Perawatan Rumah

Kebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga, dimana semua

anggota keluarga mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam

kebersihan rumah. Namun keluarga Tn. W dan Tn. H jarang untuk membersihkan

atau merawat rumah karena kesibukan pekerjaan sehingga pekerjaan membersihkan

rumah dilakukan oleh Ny.L dan Ny.R.

e) Sistem Pembuangan Sampah

Dalam keluarga Tn. W sampah keluarga di buang di belakang rumah di tampung dan

di bakar. Karena tidak terjangkau mobil angkutan sampah sehingga sampah rumah di

musnahkan dengan cara di bakar di belakang rumah sekitar 2 m dari rumah.

f) System drainase air

Sumber air yang digunakan Tn.W menggunakan air PDAM, disediakan tempat

penampungan air dan memisahkan antara air buat memasak dan buat mencuci. Di

samping rumah ada selokan dan dijadikan pembuangan air bekas.

g) Kondisi air

Kondisi air tidak berwarna, jernih dan tidak berasa. Air PDAM di gunakan untuk

memasak dan keperluan sehari-hari. Untuk minum menggunakan air isi ulang.

h) Pengetahuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan

Lingkungan

Keluarga menganggap kesehatan sangat penting harus tetap jaga kebersihan.

2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Rw

Keluarga merasa nyaman hidup ditengah-tengah warga sekitar rumah karena keluarga

merasa warga sekitar saling bantu-membantu dan tidak merugikan dalam berbagai hal.

Page 24: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

3. Mobilitas Geografis Keluarga

Sejak Tn. W Menikah Dengan Ny. L keluarga Tn. W tinggal di kp pangadean dan tidak

perrnah pindah. Alat transportasi yang ada di daerah keluarga Tn. W adalah angkutan

umum dan angkutan motor (ojek). Alat Transportasi yang Biasa Digunakan Keluarga

Alat transportasi yang digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor dan angkutan

umum.

4. Perkunpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

a) Peran Serta Keluarga dalam Perkumpulan di Masyarakat

Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis. Walaupun Ny. L

tidak bisa mengikuti kegiatan ibu-ibu setempat karena sibuk kerja dari pagi sampai

malam namun tetap menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Tn.W mengkuti

kegiatan perkumpulan tiap bulan sekali, sedangkan Tn.H suka pulang kerja tidak

menentu tetapi bila ada kgiatan dalam masyarakat selalu mengikuti

b) Persepsi Keluarga Mengenai Perkumpulan di Masyarakat

Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna memecahkan

masalah-masalah yang ada lingkungan dan tempat berinteraksi antar tetangga

(silaturahim).

c) Adat dan Kebiasaan Komunitas Sekitar

Selama ini tetangga-tetangganya mempunyai kebiasaan apabila ada salah satu

tetangganya yang sakit mereka saling bantu-membantu. Bergotong royong

membersihkan kampung tiap dua minggu sekali.

5. System pendukung keluarga

Keluarga memiliki fasilitas kesehatan yang memadai misalnya: tersedia MCK, kotak

obat pribadi, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa

mengikuti penyuluhan kesehatan misalnya : penyuluhan DBD, diadakannya imunisasi

seperti tetanus, campak, polio, dan lain-lain. Sedangkan dukungan psikologi dan spiritual

keluarga terpenuhi dengan baik.

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga

Keluarga menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada

sesuatu hal. Komunikasi yang diterapkan dalam keluarga adalah dua arah.

Page 25: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap

anggota berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika ada

masalah yang dirasakan. Pengambil keputusan adalah Tn. W tetapi bila dalam keadaan

tertentu Tn. W tidak ada di tempat, maka keputusan diambil oleh istrinya.

3. Struktur peran (formal dan informal)

Tn.W:

Peran formal : Tn.W tidak pernah menjadi pengurus dalam masyarakat, sekarang

hanya menjadi anggota masyarakat

Peran informal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah kakek, mertua, dan

menantu.

Ny.L:

Peran formal : aktif sebagai anggota masyarakat, perkumpulan ibu-ibu pengajian,

dan perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal.

Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, sitri, nenek, dan mertua.

Tn. H :

Peran formal : sebagai anggota masyarakat, anggota ketua karang taruna.

Peran informal : aktif sebagai anggota keluarga, suami, anak, ayah.

Ny.R :

Peran formal : sebagai anggota perkumpulan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal

Peran informal : sebagai ibu rumah tangga, ibu, istri, menantu di keluarga.

Sdr.E :

Peran formal : sebagai anggota ikatan mahasiswa

Peran informal : anak, adik. Sepupu.

An.M :

Peran formal : --------

Peran informal : anak, cucu, keponakan.

4. Nilai dan norma keluarga

Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami bertindak sebagai

pencari nafkah dan istri di rumah mengurus anak, menurut pendapat keluarga bisa saja

istri bertindak sebagai pencari nafkah tambahan asalkan tugas sebagai istri dan ibu tidak

begitu terabaikan. Nilai yang dianut keluarga adalah saling menghormati antar anggota

keluarga dan menyayangi serta memberi kebebasan pada An. E tetapi bertanggung

jawab. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai dari agama yang dianut,

Page 26: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang mempengaruhi status

kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh masyarakat

dan tidak bertentangan dengan masyrakat sekitar.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Perhatian yang kurang sehingga penderita DHF (Dengue Haemorragic Fever) tidak

mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

2. Fungsi Sosial

Tingkat kependidikan dan pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses

sosialisasi masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang DHF

dan penanganannya.

3. Fungsi perawatan keluarga

1. Mengenal Masalah

Saat pengkajian semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, akan tetapi An. E

yang sudah 10 hari di rawat di Rumah Sakit sudah sembuh dari penyakit DHF,

namun masih mengalami mual tiap kali makan, BB menurun, keengganan untuk

makan, membran mukosa bibir kering, tampak masih lemah dan merasakan selalu

haus. Keluarga tidak tahu tentang pengertian DHF, penyebab DHF, tanda dan gejala

serta faktor penyebab yang mempengaruhi DHF.

2. Mengambil Keputusan

Keluarga Tn. W mengatakan saat Sdr. E demam tinggi dulu diberi obat dari warung.

Namun selama 2 hari demam tinggi Sdr.E tidak mengalami penurunan suhu tubuh.

Diduga Sdr. E mengalami penyakit tipes sehingga keluarga memberikan obat

tradisional. Akan tetapi tidak sembuh-sembuh Sehingga keluarga Tn. W mendapat

saran dari tetangga terdekat untuk mengambil keputusan membawa Sdr.E ke

pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas).

4. Fungsi Reproduksi

Tn. W mempunyai 2 anak (Tn.H dan sdr. E), keluarga Tn. W merencanakan jumlah

anak dengan melakukan KB terutama Ny. L sejak dulu. Tn. W dan Ny. L tidak

mengalami gangguan dalam reproduksi.

5. Fungsi ekonomi

Page 27: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandnag, pangan, dan papan dari pendapatan

yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan pendapatannya untuk

keperluan yang tidak terduga.

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas,

posyandu balita, dan rumah sakit.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor Jangka Pendek

Apabila keluarga mempunyai masalah dalam kesehatan, anggota keluarga ada yang

menderita DHF maka bagaimana cara keluarga merawat anggota keluarga yang

menderita tersebut.

2. Stressor jangka panjang

Kekambuhan penyakit vertigo pada Tn.W.

3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor

Keluarga Tn. A begitu peka terhadap situasi yang terjadi dalam anggota keluarga,

sehingga akan lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga tidak berakibat

buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF.

4. Stressor Koping yang Digunakan

Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan

masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota keluarga

yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan

keluarga.

5. Strategi adaftasi disfungsional

Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,

mengkambing hitamkan anak, memberikan ancaman-ancaman dalam menyelesaikan

masalah.

6. Harapan Keluarga pada Perawat

Keluarga Tn.W dan Ny.L menyambut baik mahasiswa kesehatan yang dating

kerumahnya, sehingga semakin tahu bagaimana bahaya dan pelajaran cara mencegah

penularan nyamuk yang menyebabkan DHF/DBD. Keluarga juga mengharapkan

mahasiswa aktif dalam bersosialisasi kepada masyarakat sehingga ilmu yang didapat

dapat diaplikasikan kepada masyarakat.

Page 28: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

G. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisikNama anggota keluarga

Tn.W Ny.L Tn.H Ny.R Sdr.E An.M

TB 169 cm 160 cm 170 cm 165 cm 167 cm 75 cm

BB 65 kg 70 kg 65 kg 60 kg 55 kg 15 kg

TD 130/80 mmHg 130/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg -------

RR 25 x/menit 23 x/menit 25 x/menit 22 x/menit 25 x/menit 20 x/menit

N 80 x/menit 84 x/menit 70 x/menit 75 x/menit 80 x/menit

RambutBersih,

beruban, lurus

Bersih, hitam,

agak ikal

Bersih, hitam,

lurus

Bersih, hitam,

lurus

Bersih, hitam,

lurusBersih, hitam, lurus

konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Masih pucat Tidak anemis

Sclera Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik Tidak ikhterik

Hidung

Simetris, tidak

ada sekret,

tidak ada polip

Simetris, tidak

ada sekret,

tidak ada polip

Simetris, tidak

ada sekret,

tidak ada polip

Simetris, tidak

ada sekret,

tidak ada

polip

Simetris, tidak

ada sekret,

tidak ada

polip

Simetris, tidak ada

sekret,

tidak ada polip

MulutBersih, tidak

ada stomatitis

Bersih, tidak

ada stomatitis

Bersih, tidak

ada stomatitis

Bersih, tidak

ada stomatitis

Sedikit kotor,

mukosa

bibir kering

Bersih, tidak ada

stomatitis

TelingaBersih,

simetris

Bersih,

simetris

Bersih,

simetris

Bersih,

simetris

Bersih,

simetrisBersih, simetris

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada pembesaran

Page 29: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

pembesaran

kelenjar

tiroid

pembesaran

kelenjar

tiroid

pembesaran

kelenjar

tiroid

pembesaran

kelenjar

tiroid

pembesaran

kelenjar

tiroid

kelenjar

tiroid

Dada

Simetris, tidak

ada nyeri

tekan,

tidak ada

wheezing

Simetris, tidak

ada nyeri

tekan,

tidak ada

wheezing

Simetris, tidak

ada nyeri

tekan,

tidak ada

wheezing

Simetris, tidak

ada nyeri

tekan,

tidak ada

wheezing

Simetris, tidak

ada nyeri

tekan,

tidak ada

wheezing

Simetris, tidak ada

nyeri tekan,

tidak ada wheezing

Abdomen

Tidak ada

nyeri tekan,

tympani, tidak

teraba massa

Tidak ada

nyeri tekan,

tympani, tidak

teraba massa

Tidak ada

nyeri tekan,

tympani, tidak

teraba massa

Tidak ada

nyeri tekan,

tympani, tidak

teraba massa

Tidak ada

nyeri tekan,

tympani, tidak

teraba massa

Tidak ada nyeri tekan,

tympani, tidak teraba

massa

Ekstremitas Atas : baik,

tidak ada nyeri

tekan, rentang

gerak tangan

baik.

Bawah : tidak

baik,

keseimbangan

jalan tidak

baik. tidak ada

Atas : baik,

tidak ada nyeri

tekan, rentang

gerak tangan

baik.

Bawah : baik,

tidak ada nyeri

tekan, rentang

gerak kaki

Atas : baik,

tidak ada nyeri

tekan, rentang

gerak tangan

baik.

Bawah : baik,

tidak ada nyeri

tekan, rentang

gerak kaki

Atas : baik,

tidak ada

nyeri tekan,

rentang gerak

tangan

baik.

Bawah : baik,

tidak ada

nyeri

Atas : baik,

tidak ada

nyeri tekan,

rentang gerak

tangan

baik.

Bawah : baik,

tidak ada

nyeri

Atas : baik, tidak ada

nyeri tekan, rentang

gerak tangan

baik.

Bawah : baik, tidak

ada nyeri

tekan, rentang gerak

kaki baik.

Page 30: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

nyeri

tekan, rentang

gerak kaki

baik.

baik. baik.

tekan, rentang

gerak kaki

baik.

tekan, rentang

gerak kaki

baik.

Page 31: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

1. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga

a) Nutrisi

Komposisi makanan pada keluarga Tn. W terdiri dari makanan pokok yaitu nasi,

sayur mayur selalu ada, lauk pauk nabati selalu ada dan lauk pauk hewani

kadang-kadang serta buah. Keluarga Tn. W makan bersama-sama anggota

keluarga pada malam hari sekitar jam 19.00 WIB, tetapi Ny. L sering memasak

lauk pauk atau sayur mayur untuk keluarga. Namun An. M tidak suka makan

terutama sayur, makan dalam porsi kecil dan tidak teratur.

Tn. W : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan makanan.

Ny. L : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan makanan.

Tn. H : makan sehari 3-4 kali, tidak ada pantangan.

Ny.R : makan sehari 3 kali, tidak ada pantangan

Sdr.E : makan sehari 2 kali, tidak ada pantangan.

An. M : makan tidak teratur, tidak mau makan sayur, dalam porsi kecil terkadang

tidak habis.

b) Intake cairan

Tn. W minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih dan pagi hari the manis,

Ny. L minum kurang lebih 7-8 gelas per hari air putih, pagi hari teh manis. Tn.H

minum 2-3 botol minum dan sering minum air suplemen dalam tiap mau

kerja,Ny.R minum 6-7 gelas per hari air putih. Sdr.E suka minum 3-4 gelas per

hari dan 1 botol minum air putih. An. M minum kurang lebih 4-5 gelas per hari

air putih,dan suka jajan minuman es.

c) Eliminasi

Tn.W : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning

jernih.

Ny.L : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-6 kali sehari warna kuning

jernih.

Tn.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 6-8 kali sehari warna kuning

jernih.

Ny.H : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 4-5 kali sehari warna kuning

jernih.

Sdr.E : BAB 1 kali sehari lunak, bau khas. BAK 5-7 kali sehari warna kuning

jernih.

Page 32: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

d) Mobilisasi

Tn. W beraktifitas dengan pekerjaannya sebagai buruh jasa di perusahaan,

berangkat bila masuk pagi pukul 07.30 WIB dengan menggunakan sepeda motor

dan pulang sore hari sekitar pukul 17.30 WIB tergantung selesainya pekerjaan.

Tn.H berangkat kerja menjadi supir angkut tidak menentu kadang dalam 1 bulan

3 minggu kerja dan pulang tergantung pergantian kerja. Sdr.E suka berangkat

sekolah memakai motor dari pagi jam 07.00 dan pulang jam 03.00. untuk Ny.L

dan Ny.R bekerja di rumah , apabila ada keperluan ke pasar, suka naik angkutan

umum.

e) Personal Hygiene

Tn. W : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 3 kali sehari dengan shampo.

Ny. L : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

Ny. R : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

Tn. H : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

Sdr.E : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

An.M : mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali sehari, cuci

rambut setiap 2 kali sehari dengan shampo.

H. ANALISA DATA

NO Simptom Etiologi Problem

1 DS : Sdr E mengeluh

badannya panas sampai

merasa sakit.

DO : Bila suhu badan Sdr. E

naik, keluarga hanya

mengompres Sdr. E.

Ketidakmampuan

keluarga untuk mengenal

tanda-tanda penyakit

DHF.

Meningkatnya suhu

(hipertermi)

2 DS :

- Keluarga Tn. W mengatakan

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Ketidakmampuan

keluarga dalam

Page 33: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

Sdr. E masih sering

mual tiap kali makan.

- Keluarga mengatakan Sdr. E

nafsu makan berkurang, porsi

makan tidak pernah habis.

DO :

- BB Sdr. E (57 kg)

- TB 165 cm

- Usia 20 tahun

- Mual tiap kali makan

- Porsi makan tidak

pernah habis

- Membran mukosa

kering.

pada An. L dikeluarga

Tn. A

merawat anggota

keluarga yang

mengalami DHF

(Dengue

Haemorragic

Fever).

3 DS : Jika gejala timbul Sdr. E

hanya diam, tidak ada

kesomunikasi dengan

keluarga.

DO : Sdr. E mengatakan tidak

tahu mengenai tanda dan

gejala DHF

Ketidakefektifan keluarga

dalam berkomunikasi

dengan Sdr. E

Koping keluarga yang

tidakefektif

I. DIAGNOSA MASALAH

1. Resiko terjadinya hipertermi pada Sdr.E berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengenali tanda-tanda DHF

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue

Haemorragic Fever).

3. Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumah

Page 34: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

J. SKORING

1. Resiko terjadinya Hipertermi pada Sdr. E pada keluarga Tn. W berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mnda-tanda mengatasi tanda-tanda DHF.

NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi

1

Sifat Masalah

Aktual

Ancaman

Kesehatan

Keadaan

Sejahtera

3

2

1

1 2/3 x 1 = 2/3Sdr. E merasa sakit

karena panas

2

Kemungkinan

masalah dapat

diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2 ½ x 2 = 1

Keluarga hanya

mampu menuntaskan

sebagian

3

Potensi masalah

untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah

3

2

1

1 1/3 x 1 = 1/3Masih belum bias

mencegah

4

Menonjolnya

masalah

Masalah berat,

harus segera

ditangani

Ada masalah,

tetapi tidak perlu

segera ditangani

Masalah tidak

dirasakan

2

1

0

4 2/2 x 1 = 1Ketidakmampuan

dalam menangani

Page 35: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF (Dengue

Haemorragic Fever).

NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi

1

Sifat Masalah

Aktual

Ancaman

Kesehatan

Keadaan

Sejahtera

3

2

1

1 2/3 x 1 = 2/3Sdr. E terasa mual

muntah

2

Kemungkinan

masalah dapat

diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2 ½ x 2 = 1

Keluarga menyatakan

pemenuhan nutrisi

Sdr. E masih kurang

3

Potensi masalah

untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah

3

2

1

1 1/3 x 1 = 1/3Masalah belum bias

dicegah

4

Menonjolnya

masalah

Masalah berat,

harus segera

ditangani

Ada masalah,

tetapi tidak perlu

segera ditangani

Masalah tidak

dirasakan

2

1

0

1 2/2 x 1 = 1Masalah akan berat

jika dibiarkan

Page 36: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

3. Koping keluarga yang tidakefektif yang berhubungan dengan keperawatan dirumah

NO Kriteria Skor Bobot Penghitungan Justifikasi

1

Sifat Masalah

Aktual

Ancaman

Kesehatan

Keadaan

Sejahtera

3

2

1

1 3/3 x 1 = 1Sdr. E diam ketika

gejala timbul

2

Kemungkinan

masalah dapat

diubah

Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2 2/2 x 1 = 1Keluarga kurang

komunikasi

3

Potensi masalah

untuk dicegah

Tinggi

Sedang

Rendah

3

2

1

1 2/3 x 1 = 2/3Keluarga belum bias

mencegah itu

4

Menonjolnya

masalah

Masalah berat,

harus segera

ditangani

Ada masalah,

tetapi tidak perlu

segera ditangani

Masalah tidak

dirasakan

2

1

0

1 0/2 x 1 = 0

Keluarga merasa

kurang komunikasi

bukan masalah

Page 37: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

NoDiagnosa masalah Tujuan Kriteria evaluasi

Rencana intervensiUmum Khusus Kriteria Standar

1 Resiko terjadinya

Hipertermi pada

Sdr. E pada

keluarga Tn. W

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

keluarga dalam

mnda-tanda

mengatasi tanda-

tanda DHF.

Setelah

dilakukan

tindakan

selama 3

hari

diharapkan

keluarga

mampu

mengenali

tanda-tanda

DHF.

1. Keluarga

mampu

mengenal

tanda-tanda

DHF

1. Mengetahui

tanda dan

gejala.

1. Lemah, panas

atau demam

(hipertermi),

sakit kepala,

anoreksia,

nyeri hulu

hati, pegal-

pegal pada

seluruh tubuh

dankosntipasi

(sembelit).

1. Mengkaji saat

timbulnya

demam dan

mengobservasi

TTV atau lebih

sering

2. Memberikan

penkes pada

keluarga tanda

dan gejala DHF

3. Memberikan

penjelasan pada

Sdr.E atau

keluarga tentang

hal yang dapat

dilakukan untuk

mengatasi

demam dan

menganjurkan

Sdr.E atau

K. PERENCANAAN

Page 38: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

keluarga untuk

koorperatif

4. Menganjurkan

Sdr.E untuk

banyak minum

dan jelaskan

manfaatnya.

5. Menganjurkan

untuk tidak

memakai

selimut dan

pakaian yang

tebal.

6. Mencatat asupan

dan keluaran

2. Keluarga

mampu

memutuskan

tindakan

yang tepat

untuk

mengatasi

1. Mengompres

sesuai suhu

tubuh Sdr.E

Page 39: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

hipertermi

3. Keluarga

mampu

melakukan

tindakan

keperawatan

untuk DHF

2 Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

pada An. L

dikeluarga Tn. A

dengan

ketidakmampuan

keluarga dalam

merawat An. L

yang mengalami

DHF (Dengue

Haemorragic

Fever).

Setelah

dilakukan

tindakan

selama 3 x 1

hari

diharapkan

keluarga

mampu

memenuhi

kebutuhan

nutrisi Sdr.E

1. Keluarga

mampu

mengenal

akan

kebutuhan

nutrisi

2. Keluarga

mampu

melakukan

tindakan

pemunuhan

nutrisi yang

tepat

3. Keluarga

1. Keluarga

harus biasa

memberikan

asupan nutrisi

sesuai

kebutuhan

tubuh yang

cukup

2. Kebutuhan

nutrisi Sdr.E

terpenuhi

1. Memberikan

asupan

vitamin yang

cukup.

1. Memberikan

makanan yang

mudah di telan

dan

dihidangkan

masih hangat

dan

memberikan

makanan dalan

porsi kecil dan

frekuensi

2. Menjelaskan

manfaat

makanan atau

Page 40: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

mampu

mempertahan

kan

kecukupan

nutrisi

keluarga

nutrisi pada

Sdr.E saat sakit

3. Memberikan

umpan balik

positif saat

Sdr.E mau

berusaha

menghabiskan

makanan nya

4. Mencatat

jumlah atau

porsi makanan

yang

dihabiskan oleh

Sdr.E setiap

hari.

3 Koping keluarga

yang tidakefektif

yang berhubungan

dengan

keperawatan

dirumah

Setelah

dilakukan

selama 3

hari

diharapkan

keluarga

1. Keluarga

mampu

mengenal

masalah

dalam

keluarga

1. Keluarga

harus

mengungkap

kan

maslahnya

(perasaan

1. Terjalinya

komunikasi

yang baik

2.

1. Membina

hubungan

saling percaya

antar anggota

keluarga

berkomunikasi

Page 41: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

mampu

membentuk

mekanisme

koping yang

adekuat.

2. Keluarga

mampu

memutuskan

tindakan yang

tepat.

3. Keluarga

mampu

melakukan

tindakan

keperawatan

mencegah

DHF

4. Keluarga

mampu

memelihara

lingkungan

fisik, spikis,

dan social

untuk

mempertahan

kan drajat

kesehatan.

sakit)

2. Keluarga

mampu

mengidentifik

asi kekuatan

dirinya.

3. Keluarga

mampu

mengidentifik

asi koping

yang baik

4. Keluarga

mampu

mengidentifik

asi dan

memanfaatka

n sumber

eksternal.

dengan bahasa

yang mudah

dimengerti oleh

Sdr.E.

2. Beri

kesempatan dan

dorongan pada

Sdr.E untuk

mengungkapka

n perasaan dan

persefsinya.

3. Membantu

Sdr.E mengkaji

dan

mengidentifika

si situasi dan

masalah yang

timbul saat ini

4. Membatu Sdr.E

mengidentifika

si koping

sebelumnya

Page 42: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf

baik yang

efektif maupun

yang tidak

efektif.

5. Bantu Sdr.E

menilai

kekuatan

dirinya dan

kemungkinan

pemecahan

masalah

6. Mendiskusikan

koping yang

efektif yang

akan

digunakan.

7. Melibatkan

Sdr.E dalam

perawatan

dirinya.

Page 43: Kelompok 2 Askep Teori Keluarga Dhf