askep morbili kelompok 10 tropis fix
TRANSCRIPT
BAB I
A. LatarBelakang
Morbilimerupakansalahsatupenyakitinfeksi yang sangatmenular yang
disebabkanolehparamixovirus yang menyeranganak-anakbahkanjuga orang
dewasa.Seseorang yang terkenapenyakitmorbiliiniatau yang
lebihdikenaldengansebutancampakditandaidengandemamtinggi,
terjadiperadanganpadamata (matamerah),
sertatimbulbercakkemerahanpadakulit.Penyakitinidapatmenularmelaluipercikanludah
darimulut, hidung, maupundaritenggorokanpenderita.Kelompok yang paling
rentanuntukterkenapenyakitiniadalahbayidananak-anak yang
belumpernahmendapatkanimunisasiCampak.Penyakitinijugamerupakansalahsatupeny
ebabutamatingginyaangkakesakitandanangkakematianpadabayidananak-
anak.Dalammakalahiniakandibahaslebihlanjutmengenaikonsepmedisdanasuhankepera
watandaripenyakitmorbiliini.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimanakah konsep medisdarimorbili?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien morbili?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep medis morbili
2. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasienmorbili
1
BAB II
A. DEFINISI
Morbili adalah penyakit infeksi serius dan sangat menular yang disebabkan
oleh virus campak (morbili) yang menyerang beberapa bagian tubuh diantaranya
saluran pernapasan dan kulit. Morbili adalah salah satu penyakit yang banyak
menyerang anak-anak danmerupakan salah satu penyebab utama kematian di
kalangan anak-anak, meskipun vaksin yang aman dan hemat biaya telah tersedia.
Morbilimerupakanpenyakitmenularakut yang ditandaidengandemam, malaise,
konjungtivitis, batuk, danadanyaeritematosa, ruam,
makulopapular.Penyakitiniditularkanmelaluikontaklangsungdenganinfeksi droplet
dankadang-kadangtanpakontaklangsungdengan orang yang menular.(Wang & Sun,
2014)
B. EPIDEMIOLOGI
Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara
berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000
dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di
negara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika serikat, terdapat
lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak
menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada 1998. Program
imunisasi campak di Indonesia dimulai tahun 1982. Menurut Riskesdas tahun 2010,
anak -anak Indonesia berusia 1-2 tahun yang mendapat imunisasi campak mencapai
rata-rata 74,4 persen. Sedangkan, capaian imunisasi campak di Indonesia hingga
bulan Desember tahun 2013 adalah sebesar 90,82%. Meski capaian imunisasi campak
di Indonesia telah mencakupi 90%, WHO melaporkan terdapat sekitar 6,300 kasus
campak di Indonesia pada tahun 2013.
C. ETIOLOGI
Campak disebabkan oleh virus Paramyxovirus dan ditularkan melalui kontak
langsung, melalui udara (batuk dan bersin), melalui cairan hidung, mulut atau
2
tenggorokan yang berasal dari orang yang terinfeksi.Virus menginfeksi selaput lendir,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Adapun yang beresiko tinggi terkena penyakit campak adalah anak-anak dan wanita
hamil yang tidak divaksinasi serta setiap orang non-imun (yang belum divaksinasi atau
telah divaksinasi tapi tidak mengembangkan kekebalan) dapat menjadi terinfeksi.
Wabcampak bisa sangat mematikan di negara-negara yang mengalami atau pulih dari
bencana alam atau konflik. Kerusakan infrastruktur kesehatan dan pelayanan kesehatan
menyela imunisasi rutin, dan kepadatan penduduk di kamp-kamp perumahan sangat
meningkatkan risiko infeksi.
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Stadium Kataris (prodromal), berlangsung 4-5 hari, dengan gejala: flu, batuk, demam
tinggi, konjungtivitis, nyeri tenggorok, pembesaran kelenjar getah bening, dan terjadi
bercak koplik (bercak putih kelabu yang dikelilingi eritema).
2) Stadium Erupsi, ditandai dengan koriza dan batuk-batuk bertambah, bintik merah
pada palatum durum dan palatum mole, ruam/bercak makulpapuler pada muka, leher,
serta tubuh dan anggota gerak yang menyebar secara bertahap (berlangsung 5-6 hari,
dan kemudian memudar), kadang-kadang terlihat pula bercak koplik, terjadi eritema
yang berbentuk makulla papula disertai meningkatnya suhu tubuh.
3
3) Stadium Konvalensi, ditandai dengan erupsi berkurang meninggalkan bekas yang
berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri, selain
itu sering pula ditemukan kulit bersisik, dan suhu tubuh menurun sampai menjadi
normal kecuali jika ada komplikasi.
(Hidayat, 2008)
4
E. Pathway Patofisiologi
5
Paramyxoviridaemorbili virus
kulit
Droplet Infection
Infeksiawaldanreplikasi virus di trakeadanselepitelbronkus
Virus menyebarkekelenjarlimpa regional danmengalamireplikasi
Virus menyebarmelaluialirandarah
(viremia)
Stimulasi SDP olh pirogen eksogen
SDP mengeluarkanzatpirogen endogen eksogen
Zat pirogen endogen dan eksogen merangsang endothelium hipotalamus
membentuk prostaglandin
Prostaglandin meningkatkan patokan thermostat di pusat termoregulasi hipotalamus
Terjadi respon mengigil utk mencapai suhu yg baru
Hipertermi
Fungsisilia
Secret
Ketidakefektifanjalannapas
Salurancerna
Poliferasiselendotelkapilerdalam
Eksudasi serum/ eritrositdalam epidermis
Rash, ruampadadaerahwajah, leher, telinga, seluruhtubuhdandeskuamasi rasa gatal
Eritemamembentuk macula papula
Gangguanintegritaskulit
Adanyabercakkoplikpadamukosabukalis
Meluaspadasalurancernabawah
Iritasimukosausus
Peristaltic
diare
dehidrasi
Kekurangan volume cairan
F. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Penularan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion, baik pada
hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap penularan.
a) Health Promotion terhadap host.
b) Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah penderita
campak
c) Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar mencegah penularan.
2. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit campak dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:
a. Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari Langsung
memberikan imunisasi campak dapat memberikan kekebalan apabila belum
timbul gejala penyakit.
b. Bila terjadi kontak dengan penderita campak setelah 3-6 hari Memberikan imuno
globulin 0,25ml/kgBB.Pada individu immuno compromized yang diberikan
adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB dengan dosis maksimal 15 ml atau IGIV
400mg/kgBB.
G. PENATALAKSANAAN
1) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara pemberian kompres
dingin
2) Pemberian cairan yang adekuat
3) Pemberian nutrisi yang cukup kalori
4) Perawatan isolasi
5) Perawatan kulit
6) Pemberian obat simtomatis, seperti antipiretik (demam tinggi), sedative dan obat
batuk. Apabila dengan malnutrisi, berikan vitamin A 200.000 Kl dan mengatasi
penyulit yang lain dengan pemberian obat yang sesuai.
7) Pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi mata, telinga, dan pneumonia.
(Healthyenthusiast, 2012)
6
H. KOMPLIKASI
Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kebutaan, ensefalitis, diare
berat, infeksi telinga,otitis media, laryngotracheobronchitis (croup), kejang, radang paru-
paru (pneumonia) dan termasuk kematian, terutama pada anak yang kekurangan gizi,
kekurangan vitamin A, serta orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah.
Pada populasi dengan tingkat tinggi gizi buruk dan kurangnya perawatan kesehatan
yang memadai, hingga 10% dari kasus campak mengakibatkan kematian. Perempuan
yang terinfeksi saat hamil juga berisiko komplikasi parah dan kehamilan dapat berakhir
dengan keguguran atau kelahiran prematur.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Serologi
Tujuan: untuk mendeteksi adanya antibody spesifik dari virus ampak, yaitu IgM yang
terbentuk optimal dalam waktu 4-28 hari setelah rash
Pemeriksaan isolasi
Tujuan: untuk mengetahui tipe virus campak ( genotype atau molekuler) dengan memeriksa
urin pada hari 1-5 setelah rash
Darah tepi : Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase
prodromal dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang
mencolok dari jumlahleukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi
komplikasi, jumlah leukositperlahan-lahan meningkat sampai normal saat ruam
menghilang.
Pemeriksaan untuk komplikasi :
Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah
Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.
(Andriani, 2009)
7
J. AsuhanKeperawatan
A. Pengkajian
B. Identitasdiri :
C. RiwayatImunisasi
D. Kontakdenganorang yang terinfeksi
E. PemeriksaanFisik :
Mata : terdapatkonjungtivitis, fotophobia
Kepala : sakitkepala
Hidung :Banyakterdapatsecret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahanhidung (pada
staderipsi ).
Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
Diagnosa: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial dan peningkatan produksi sputum.
Tujuan:setelah diberikan asuhankeperawatan selama ….x.24 jam diharapkan
pasienmenunjukkanpembersihanjalannapas yang efektif yang dibuktikanoleh status
pernapasan: kepatenanjalannapasdanventilasitidakterganggu
Hasil NOC, Status pernapasan:
KepatenanJalanNapas: Jalannapastrakeobronkialterbukadanbersihuntukpertukaran gas
Pengeluaran secret secara efektif
Ventilasi: pergerakanudaramasukdankeluarparu yang lancar
Intervensi NIC Rasional
1. Manajemenjalan 1. Memfasilitasikepatenanjalanudara
8
napas
2. Pemantauanpern
apasan
3. Pengaturanposisi
2. Mengumpulkandanmenganalisis data
pasienuntukmemastikankepatenanjalannapasdanpertukaran
gas yang adekuat
3. Mengubahposisipasienuntukmemfasilitasikesejahteraanfisi
ologisdanpsikologis
AktivitasKeperawatan:
1. Kajidandokumentasikankeefektifanpemberianoksigendanterapilain, frekuensi,
kedalaman, danupayapernapasan, faktor yang
berhubungansepertibatuktidakefektif, mucus kental, dankeletihan
2. Auskultasibagian dada anterior dan posterior
untukmengetahuipenurunanatauketiadaanventilasidalamdanadanyasuaranapasta
mbahan
3. Instruksikankepadapasiententangbatukefektifuntukmemudahkanpengeluaransekr
et
4. Aturposisipasien yang memungkinkanuntukpengembanganmaksimalrongga dada
AktivasKolaboratif:
1. Kolaborasipemberianoksigen
Evaluasi:
S :pasienmengatakantidaksesakataunyamandalambernapas, pasienmampubatukefektif
O : tidakadasuaranapastambahan, sekretberkurangatauhilang, ttvpasien normal
A : TujuanBerhasil
P : Intervensidihentikam
Diagnosa:Hipertermi b/d adanya proses inflamasi
Tujuan:setelah diberikan asuhankeperawatan selama ….x.24 jam diharapkan pasien
menunjukkanadanyatermoregulasi yang dibuktikanoleh indicator sebagaiberikut
9
(sebutkan 1-5: gangguanekstrem, berat, sedang, ringan, atautidakadagangguan):
peningkatansuhukulit, dehidrasi, frekuensipernapasan
Hasil NOC:
Termoregulasi: adanyakeseimbanganantaraproduksipanas, peningkatanpanas,
dankehilanganpanas
Tanda-tanda vital dalamrentang normal (suhu: 36,5-37.50C)
Intervensi NIC Rasional
1. Terapidemam
2. Pemantauan TTV
3. RegulasiSuhu
1. Penatalaksanaanpasien yang mengalamihiperpireksia
2. Mengumpulkandanmenganalisis data
kardiovaskular, pernapasan,
dansuhutubuhuntukmenentukandanmencegahkompli
kasi
3. Mencapaiataumempertahankansuhutubuhdalambatas
normal
AktivitasKeperawatan:
1. Kajitandadangejalaawalhipertermi (sepertipeningkatansuhu, peningkatannadi,
sakitkepala, kelemahan)
2. Pantauaktivitaskejangdanttv
3. Pantauhidrasi (misalnya turgor kulit, kelembapanmembranmukosa)
4. Berikankompreshangat
5. Lepaskanbaju yang berlebihan
6. Berikancairan yang cukup
AktivasKolaboratif:
1. Laporkankepadadokterjikahidrasiadekuattidakdapatdipertahankan
2. Kolaborasipemberianantipiretik
Evaluasi:
S :Pasien mengatakansuhutubuhnya normal
O : Pengukuran TTV pasien normal
A : Tujuanberhasil
P : Intervensidihentikan
10
Diagnosa: Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses
penyakit morbili.
Tujuan:setelah diberikan asuhankeperawatan selama ….x.24 jam diharapkan
pasienmenunjukkanintegritasjaringan: kulitdan membrane mukosa yang
dibuktikanoleh indicator berikut (sebutkan 1-5: gangguanekstrem, berat, sedang,
ringan, atautidakadagangguan): suhu, elastisitas, hidrasi, sensasi, perfusijaringan,
keutuhankulit
Hasil NOC:
Integritasjaringan: membrane mukosadankulit: keutuhan structural
danfungsifisiologiskulitdan membrane mukosa
Intervensi NIC Rasional
1. Manajemen pruritus
2. Surveilanskulit
3. Pemberianobat
1. Mencegahdanmengobatigatal
2. Mengumpulkandanmenganalisis data
pasienuntukmempertahankanintegritaskulitdan
membrane mukosa
3. Mempersiapkan, memberikan,
danmengevaluasikeefektifanobatresepdanobatnonr
esep
AktivitasKeperawatan:
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yanglonggar
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jamsekali
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan, ruam, warna, dansuhu
5. Beritau pasien untuk tidak menggaruk kulit.
AktivasKolaboratif:
1. Kolaborasipemberianterapisesuai program medis
Evaluasi
S : Pasien mengatakan tidak merasakan gatal pada kulit
O : Tidak terdapat eritemaatauruampadakulit
Kulittidakkeringataulembab yang berlebihan
A :Menganalisis keadaan pasien berdasarkan hasil evaluasi data subjektif dan
objektif
11
P :Rencana intervensi selanjutnya: Intervensi dipertahankan, diubah, atau pasien
dipulangkan.
BAB III
A. Kesimpulan
Morbili adalah penyakit infeksi serius dan sangat menular yang disebabkan oleh virus
campak (morbili) yang menyerang beberapa bagian tubuh diantaranya saluran
pernapasan dan kulit.Campak disebabkan oleh virus Paramyxovirus dan ditularkan
melalui kontak langsung, melalui udara (batuk dan bersin), melalui cairan hidung, mulut
atau tenggorokan yang berasal dari orang yang terinfeksi.Morbilimemilikibeberapa
stadium yaitu, stadium kataris (prodromal), stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
Pada populasi dengan tingkat tinggi gizi buruk dan kurangnya perawatan kesehatan
yang memadai, hingga 10% dari kasus campak mengakibatkan kematian,
olehkarenaitupenderitancampakperlupenanganandanasuhankeperawatan yang baik.
12
DaftarPustaka
Andriani, J. (2009). Morbili/Measles/Campak. Riau: Faculty of Medicine - University of Riau.
Chen, S. S. (2015, Maret 30). Measles. Retrieved Februari 13, 2016, from emedicine.medscape: http://emedicine.medscape.com/article/966220-overview#a4
Healthyenthusiast. (2012, May 5). Morbili. Retrieved February 13, 2016, from Healthyenthusiast.com: http://www.healthyenthusiast.com/morbili.html
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
KEMENKES RI. (2012). Prifil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 2012.
Wang, F.-J., & Sun, X.-j. (2014). An outbreak of adult measles by nosocomial transmission in a high. International Journal of Infectious Diseases, 67-70.
WHO. (2015, November). Measles. Retrieved Februari 13, 2016, from World Health Organization: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/
WHO. (2016). Health Topics Measles. Retrieved Februari 13, 2016, from World Hwalth Organization: http://www.who.int/topics/measles/en/
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2013). Buku Saku Diaganosis Keperawatan Nanda Nic Noc Edisi 9. Jakarta: EGC.
13