askep lansia dengan masalah psikososial menarik diri

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut. Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian ’senilitas’ adalah perubahan-perubahan

Upload: novita-putri-ningsih

Post on 26-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik DiriAskep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik DiriAskep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan

kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan

itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun

kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga

dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri

yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan

masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-

lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut

dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan

pada usia lanjut.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang

berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan

sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut

sebagai perubahan `senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah

perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian ’senilitas’

adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin

memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi

lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang

sosio ekonomi. Oleh karena itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap

problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.

Semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup

masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang

berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia.

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu

ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial.

Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan

Page 2: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.

Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmani saja, tapi

juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia sebagai tahap

akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak

sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan

mental seperti menarik diri.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.

Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat

menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para

lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

1. Penurunan kondisi fisik

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

3. Perubahan aspek psikososial

4. Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan

5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Page 3: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

BAB II

PEMBAHASAN

ASPEK PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-

cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri dapat diperoleh

melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga

ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan

yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006).

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang

lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998)

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena

orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998).

Seseorang dengan prilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.

Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia

mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang

dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup

membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Dari segi kehidupan sosio-cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang

utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi

sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu

terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

2. Penyebab

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif

terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang

Page 4: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan

juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)

3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan

perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya

orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,

menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah.

Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri

atau dalam kombinasi.

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui

riwayat keluarga atau keturunan.

2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena

perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.

3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu

dengan benda atau yang sangat berarti.

4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang

negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian

seseorang terhadap sesuatu

5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif

yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,

dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

4. Faktor Presipitasi

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya

stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah

dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak

berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan

menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).

Page 5: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

5. Tanda dan Gejala

1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.

2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari

orang lain.

3. Komunikasi kurang atau tidak ada.

4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.

6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap.

7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan

rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

6. Rentang Respon

1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara

mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal

dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara

individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan

dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa

percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.

7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu

yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat

membina hubungan sosial secara mendalam.

8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang

lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda

cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor

Page 6: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan

tanpa emosi.

7. Karakteristik Perilaku

1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.

2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.

3. Kemunduran secara fisik.

4. Tidur berlebihan.

5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.

6. Banyak tidur siang.

7. Kurang bergairah.

8. Tidak memperdulikan lingkungan.

9. Kegiatan menurun.

10. Immobilisasai.

11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).

12. Keinginan seksual menurun.

B. Permasalahan

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut

Usia, antara lain sebagai berikut:

1. Permasalahan Umum

a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia

lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi

perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada

bentuk kelurga kecil.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang

lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan

perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung

merugikan kesejahteraan lanjut usia.

Page 7: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia

dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia

dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut

usia.

2. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan

khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:

a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,

mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan

peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.

b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan

Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis

mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan

sekitarnya.

c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja

muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan

mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.

d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan

bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai

penghasilan cukup.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat

individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka

tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu

terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa

orang tua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan

dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua

dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk

mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi muda

beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup

sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan

masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua

Page 8: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

dan muda. Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan

budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,

polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.

Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang belum merata

menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di kota dan di desa.

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL:MENARIK DIRI

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,

informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

2. Orang-orang terdekat

Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-

fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.

3. Kultural

Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit),

nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural

yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit,

kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.

4. Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang

atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak

melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.

5. Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /frustasi

berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.

Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,putus

sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh

KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan

negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

Page 9: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

6. Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik

yang dialami oleh klien.

7. Aspek Psikososial

1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

2. Konsep diri

a) Citra tubuh :

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak

menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh.

Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,

mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak

mampu mengambil keputusan

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,

putus sekolah, PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan

keinginan yang terlalu tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,

gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan

kurang percaya diri.

3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan

orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

4. Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual).

8. Status Mental

1. Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang

dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu

Page 10: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang

berharga dalam hidup.

9. Kebutuhan persiapan pulang.

1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,

membersikan dan merapikan pakaian.

3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan

diluar rumah

5. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

10. Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada

orang orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

11. Aspek Medik

i. Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,

Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

ii. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola

respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari

pengkajian adalah sebagai berikut :

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Resiko perubahan sensori persepsi

4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan

pada orang lain

5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.

6. Intoleransi aktifitas.

7. Kekerasan resiko tinggi.

Page 11: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

B. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan

pada peristiwa-peristiwa kehidupan.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem

saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan

kemampuan memecahkan masalah.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien; keyakinan

kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.

C. Intervensi keperawatan

1. Intervensi Diagnosa 1:

a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.

Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima

perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.

b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut

mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.

Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep

dan mulai melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita.

c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.

Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang

diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan

dan konseling.

2. Intervensi Diagnosa 2:

a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik

relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.

Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan

dimasa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi tegangan

dan memelihara rasa kontrol individu.

b. Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien

Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan

memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah.

Page 12: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

3. Intervensi diagnosa 3:

a. Pahami rasa takut/ansietas

Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka

sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya.

b. Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas.

Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural

yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat

memperbesar perasaan.

c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang

telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.

Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam

mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium.

4. Intervensi diagnosa 4:

a. Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan.

Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai pemikiran/faktor-faktor yang

berhubungan dengan situasi individu. Kepercayaan akan meningkatkan persepsi

pasien tentang situasi dan partisipasi dalam regimen keperawatan.

b. Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.

Rasionalnya: adanya keluarga/orang terdekat yang memperhatikan/peduli dapat

membantu pasien dalam proses penyembuhan.

D. Evaluasi

1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri sebagai

orang yang mampu mengatasi masalahnya.

2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan

memecahkan maslah.

3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke

tingkat yang dapat diatasi.

4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit dan

pemahaman regimen pengobatan.

Page 13: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-

cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh

melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga

ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan

yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

B. Saran

1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara lokasi

pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap mendapatkan

perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah.

2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama per groupnya. Untuk

meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan, hendaknya difasilitasi

dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan moril dan sprituil kepada

kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi, kesehatan, transportasi, dan

perumahan serta memberikan gizi yang baik dan obat-obatan untuk mencegah

terjadinya penyakit yang bisa mempercepat proses penuaan.

3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.

4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.

5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.

6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.

Page 14: Askep Lansia Dengan Masalah Psikososial Menarik Diri

Daftar Pustaka

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari

Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

E. Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.