bab ii tinjauan pustaka a. perilaku menarik diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/tesis...

36
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia 1. Pengertian Perilaku Menarik Diri Menurut Adler (Alwisol, 2004), menarik diri merupakan sebuah bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang sebagai coping terhadap situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Menarik diri juga berupa kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui mengambil jarak, berupa tindakan menarik diri dari aktivitas dan lingkungan sosial. Ketika seseorang dihadapkan pada masalah dan tidak mampu diselesaikan, maka seseorang akan cenderung menarik diri sebagai coping terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat dari sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Sikap menarik diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan hal berupa mundur, diam di tempat, ragu-ragu dan membuat hambatan. Semua itu dimaksudkan untuk pengamanan agar harga dirinya tidak mengalami inflasi atau penurunan. Menurut Townsend (Muhith, 2015), menarik diri merupakan suatu keadaan ketika seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Menurut Depkes RI (1989), menarikan diri atau withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian

Upload: hoangnhu

Post on 09-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia

1. Pengertian Perilaku Menarik Diri

Menurut Adler (Alwisol, 2004), menarik diri merupakan sebuah bentuk

mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang sebagai coping terhadap

situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Menarik diri juga berupa

kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui

mengambil jarak, berupa tindakan menarik diri dari aktivitas dan lingkungan

sosial. Ketika seseorang dihadapkan pada masalah dan tidak mampu

diselesaikan, maka seseorang akan cenderung menarik diri sebagai coping

terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Perasaan demikian dapat muncul

sebagai akibat dari sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Sikap

menarik diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang

merasakannya melakukan hal berupa mundur, diam di tempat, ragu-ragu dan

membuat hambatan. Semua itu dimaksudkan untuk pengamanan agar harga

dirinya tidak mengalami inflasi atau penurunan.

Menurut Townsend (Muhith, 2015), menarik diri merupakan suatu

keadaan ketika seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan

secara terbuka dengan orang lain. Menurut Depkes RI (1989), menarikan diri

atau withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

2

ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang bersifat

sementara atau menetap.

Menurut Pawlin (Prabowo, 2014), menarik diri merupakan upaya yang

dilakukan seseorang dengan menghindari interaksi dengan orang lain atau

menghindari hubungan dengan orang lain. Seseorang dengan perilaku menarik

diri akan berusaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa

bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak memunyai kesempatan untuk

membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia memunyai kesulitan

untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan

dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi

pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Menurut Keliat & Akemat (2009), menarik diri merupakan keadaan

ketika individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya karena merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain. Balitbang (Direja, 2011), menyebutkan bahwa menarik diri

merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain,

karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak memunyai kesempatan

untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Orang yang menarik diri mengalami

kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain, lalu

dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup

berbagi pengalaman.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

3

Menurut Al-Mighwar (2006), menarik diri adalah bentuk tingkahlaku

yang menunjukkan adanya kecenderungan putus asa dan merasa tidak aman,

sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut memerlihatkan usaha-usahanya.

Individu seperti ini tidak punya kekuatan untuk bertahan di lingkungan

sosialnya, dan lebih memilih untuk menyendiri demi kenyamanan dirinya.

Menarik diri juga merupakan sebuah reaksi yang dapat ditampilkan,

dalam bentuk reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik individu antara lain,

pergi atau menghindari sumber stressor, misalnya, menjauhi polusi, gas beracun,

infeksi dan lain-lain. Adapun reaksi psikologis individu antara lain,

menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat melakukan

sesuatu, rasa takut dan atau bermusuhan (Dermawan & Rusdi, 2013).

Menurut Chaplin (2011), withdrawl dapat dikatakan juga sebagai

penarikan diri, yaitu suatu pola tingkah laku yang memindahkan seseorang dari

penghalangan atau frustasi. Penarikan diri ini bisa menjadi mekanisme

pembelaan diri habitual, yang menyangkut simtom serius berupa pengunduran

atau penarikan diri dari realitas, kecanduan narkotik, alkoholisme dan

seterusnya. Selanjutnya menurut Kartono & Gulo (1987), withdrawl diartikan

sebagai penarikan diri atau menarik diri, yaitu memilih untuk tidak berbuat

dalam menghadapi tekanan tertentu (hambatan, kesulitan tertentu). Menarik diri

juga disebut dengan pengabaian (ketidakacuhan, kelalaian) sosial; merupakan

satu gejala dari ketidaksesuaian tingkahlaku yang ekstrim.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

4

Berdasarkan beberapa pengertian tentang perilaku menarik diri, peneliti

menyimpulkan sesuai dengan pendapat Pawlin (Prabowo, 2014), menjelaskan

bahwa menarik diri merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang dengan

menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan

orang lain..

2. Gejala- gejala Perilaku Menarik Diri

Menurut Yosep & Sutini (2014), gejala menarik diri terbagi menjadi

dua:

a. Gejala subjektif

Gejala subjektif merupakan gejala yang dirasakan dan dapat

diungkapkan secara langsung oleh subjek. Orang lain dapat mengetahui gejala

tersebut dengan menanyakan langsung pada subjek. Gejala subjektif antara

lain nampak dalam gambaran perilaku sebagai berikut :

1) Perasaan kesepian

2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

4) Merasa bosan pada aktivitas sehari-hari.

5) Tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Merasa tidak berguna

7) Merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup

8) Merasa ditolak oleh orang lain

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

5

b. Gejala objektif

Gejala objektif merupakan gejala yang dapat langsung terlihat dan

dapat diamati oleh orang lain mengenai kondisi atau keadaan yang dialami

subjek antara lain :

1) Komunikasi verbal menurun,

2) Tidak mengikuti kegiatan

3) Banyak berdiam diri di kamar

4) Tidak mau berinteraksi dengan orang lain

5) Apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar)

6) berperilaku kurang spontan dalam menghadapi masalah

7) Aktivitas menurun, keengganan seseorang melakukan kegiatan sehari-

hari.

8) Ekspresi wajah kurang berseri

Menurut Townsend (Muhith, 2015) dan Keliat (1999) terdapat

beberapa gejala perilaku menarik diri sebagai berikut :

a. Berperilaku kurang spontan yaitu tidak langsung merespon terhadap

masalah yang sedang dihadapinya.

b. Apatis terhadap kegiatan sekitar

Merupakan sikap acuh tak acuh, tidak peduli dan masa bodoh terhadap

lingkungan sekitar. Istilah psikologi untuk keadaan tidak peduli atau acuh

yaitu seseorang tidak tanggap atau tidak peduli terhadap aspek emosional,

sosial atau kehidupan fisik.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

6

c. Ekspresi wajah kurang berseri yaitu seseorang memperlihatkan ekspresi

sedih.

d. Afek tumpul

Afek tumpul merupakan ekspresi perasaan yang kurang atau terbatas atau

ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon terhadap suatu

keadaan.

e. Aktivitas menurun

Keengganan seseorang melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya

perawatan diri dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan menurun.

f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Komunikasi verbal menurun

nampak dalam perilaku seseorang yang tidak banyak bercakap-cakap

dengan orang lain.

g. Mengisolasi diri (menyendiri), yaitu seseorang yang memisahkan diri dari

orang lain dalam aktivitas sehari-harinya seperti, seseorang akan

mengambil jarak pada orang lain pada saat berkumpul, berdiam diri

dikamar sendirian dan melarang orang lain berada didekatnya.

h. Harga diri rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan

adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri

kurang, dan juga dapat mencederai diri.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

7

i. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.

j. Menolak berkomunikasi dengan orang lain. Klien memutuskan

percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala

perilaku menarik diri antara lain, Seorang mengalami penurunan komunikasi

verbal, tidak mengikuti kegiatan, banyak berdiam diri di kamar, tidak mau

berinteraksi dengan orang lain, acuh terhadap lingkungan sekitar, berperilaku

kurang spontan dalam menghadapi masalah, aktivitas menurun dan ekspresi

wajah kurang berseri, menceritakan perasaan kesepian, merasa tidak aman

berada dengan orang lain, mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain, merasa bosan pada aktivitas sehari-hari, tidak mampu berkonsentrasi dan

membuat keputusan, merasa tidak berguna, merasa tidak yakin dapat

melangsungkan hidup dan merasa ditolak oleh orang lain. Adapun gejala-gejala

perilaku menarik diri yang menjadi acuan peneliti untuk penyusunan alat ukur

perilaku menarik diri pada lansia yaitu mengacu pada pendapat Yosep & Sutini

(2004). Alasan peneliti memilih gejala tersebut karena pada gejala tersebut

menjelaskan secara spesifik mengenai perilaku menarik diri dan lebih detail

membagi perilaku menarik diri secara subjektif dan objektif.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

8

3. Perilaku Menarik Diri pada Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Menurut Laksamana

(1983), perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan

`senesens` dan perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah perubahan-

perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubahan ’senilitas’ adalah

perubahan¬-perubahan patologik permanen disertai dengan makin memburuknya

kondisi badan pada usia lanjut. Perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya

adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi.

Oleh karena itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problem

fisik dan mental.

Menurut Santrock (2002), ada dua pandangan tentang definisi orang

berusia lanjut atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang

Indonesia. Menurut pandangan orang Barat, yang tergolong orang berusia lanjut

atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas, dimana usia ini

akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Pandangan orang

Indonesia memerlihatkan lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun,

karena di Indonesia usia 60 tahun dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai

tampak ciri-ciri ketuaan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

9

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, yang dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah

fase akhir dari rentang kehidupan. Manusia lanjut usia adalah seseorang yang

karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial

(Murwani & Priyantari, 2011).

Menurut Musri (Wicaksono, 2011), Proses menua (aging) adalah proses

alami disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Masalah

kesehatan jiwa pada lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas

pada pasien-pasien geriatri dan psikogeriatri sebagai bagian dari Gerontologi,

yaitu ilmu yang memelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek

fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, diantaranya

adalah teori sosial. Teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan

menjelaskan bahwa adanya perilaku menarik diri yang dialami oleh seseorang di

masa tersebut (Maryam dkk, 2008). Teori tersebut merupakan teori sosial

tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh

Gumming & Henry (Maryam dkk, 2008). Kemiskinan yang diderita oleh lansia

dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara

perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Proses penuaan

mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai menurun, baik secara kualitas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

10

maupun kuantitas, oleh sebab itu masyarakat juga perlu memersiapkan kondisi

agar para lansia tidak menarik diri (Maryam Dkk, 2008). Menarik diri

merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menghindari

interaksi dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan orang lain

(Prabowo, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sabri (2002) di Kecamatan

Cakung (Jakarta Timur), didapatkan hasil penelitian bahwa 62,5% lansia

memunyai psikososial sehat dan 37,5% mengalami gangguan pada masalah

kesehatan psikososial. Hasil studi pendahuluan tersebut diperoleh data bahwa

dari 10 orang lansia, 6 diantaranya memiliki tanda dan gejala menarik diri

dengan keluhan diantaranya perasaan kesepian, lebih suka menyendiri, merasa

tidak nyaman berada didekat orang lain dan gejala objektif seperti menolak saat

diajak berinteraksi, dan tampak menyendiri di dalam ruangan, sedangkan alasan

lansia menarik diri diantaranya mengatakan karena ditinggal pasangan,

kehilangan pekerjaan dan sahabat karib serta keinginan untuk tidak berinteraksi

dengan orang lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang yang berusia

lanjut memiliki risiko tinggi terhadap problem fisik dan mental, karena

perubahan-perubahan yang dihadapi lansia seperti perubahan dan atau

mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Sejalan dengan teori

sosial disebutkan adanya teori penarikan diri yang di alami oleh seorang lansia.

Proses penuaan menyebabkan interaksi sosial seorang lansia menurun, sehingga

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

11

membuat lansia menarik diri dari lingkungan sosialnya. Penarikan diri seorang

lansia dari lingkungan sosialnya merupakan bentuk tingkahlaku mereka yang

berkaitan dengan penghindaran terhadap hubungan sosial dengan orang lain,

melarikan diri dari kesulitan, mengamanan mengambil jarak, berupa tindakan

menarik diri dari aktivitas dan lingkungan sosial.

4. Intervensi untuk Penurunan Perilaku Menarik Diri

Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi & Lukitaningsih (2014), Ariyanti &

Nursalim (2013), Purwandari (1997), Keliat (2009), terdapat beberapa metode

untuk penurunan perilaku menarik diri, yaitu :

a. Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku. Teknik ini merupakan

pendekatan dalam konseling yang menekankan hubungan kolaboratif antara

konselor dan konseli. Konseli didorong untuk menerima tanggung jawab

terhadap kesulitannya sendiri, sekaligus merencanakan dan melaksanakan

perlakuan. Konselor mengajarkan cara-cara berpikir rasional, membantu

mengidentifikasi, memerdebatkan dan memodifikasi keyakinan irasional, dan

memasilitasi upaya-upaya yang lebih rasional bagi klien. Konseling

kelompok rasional emotif perilaku mengajak anggota kelompok untuk

mengidentifikasi permasalahan secara bersama-sama yang diakibatkan oleh

keyakinan atau pemikiran negatif dan mengubah proses berfikir negatif ke

pemikiran lebih positif. Hasil penelitian Pratiwi & Lukitaningsih (2014)

menjelaskan bahwa penerapan konseling kelompok rasional emotif perilaku

dapat menurunkan perilaku menarik diri pada siswa. Hasil analisis

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

12

menjelaskan bahwa penerapan konseling kelompok rasional emotif perilaku

dapat menurunkan perilaku menarik diri (withdrawl) pada siswa. Adanya

perbedaan perilaku menarik diri siswa sebelum dan setelah dilakukan

intervensi terlihat subyek AA yang mengalami penurunan skor dari 114

menjadi 87, subyek AX mengalami penurunan skor dari 114 menjadi 82,

subyek BA mengalami penurunan skor dari 113 menjadi 85, subyek BJ

mengalami penurunan skor dari 117 menjadi 86, subyek BR mengalami

penurunan skor dari 124 menjadi 100, subyek BT mengalami penurunan skor

dari 117 menjadi 89, subyek BY mengalami penurunan skor dari 117

menjadi 90, subyek CE mengalami penurunan skor dari 115 menjadi 88.

b. Konseling kelompok Adlerian. Teknik ini merupakan suatu model konseling

yang berorientasi pada keutuhan dan keunikan individu untuk mengarahkan

dirinya sendiri. Tujuan konseling ini membentuk manusia dewasa yang utuh

dan sehat secara pribadi dan sosial. Manusia dewasa yang sehat

dikonseptualisasikan sebagai individu yang memerlihatkan kemandirian, baik

secara fisik maupun emosi, produktif, dan mampu menjalin kerja sama

dengan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi maupun tujuan sosial. Hasil

penelitian Ariyanti & Nursalim (2013) menjelaskan adanya penurunan

perilaku menarik diri setelah dilakukan penerapan konseling kelompok

Adlerian pada siswa kelas VII-C MTS Wringinano. Hasil penelitian

memerlihatkan adanya penurunan skor setelah diberi perlakuan. Terdapat 7

subyek dalam penelitian ini yaitu Melon, Jambu, Melati, Sepatu, Apel, Ceri

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

13

dan Mangga. Hasil analisis per individu berdasarkan hasil pre-test dan post-

test menunjukkan bahwa semua subyek penelitian mengalami penurunan

perilaku menarik diri. Untuk subyek Melon mengalami penurunan skor dari

104 menjadi 101, subyek Jambu mengalami penurunan skor dari 105 menjadi

100, subyek Melati mengalami penurunan skor dari 108 menjadi 103, subyek

Sepatu mengalami penurunan skor dari 105 menjadi 99, subyek Apel

mengalami penurunan skor dari 105 menjadi 98, subyek Ceri mengalami

penurunan skor dari 109 menjadi 103, subyek Mangga mengalami penurunan

skor dari 110 menjadi 102. Jadi dapat disimpulkan bahwa konseling

kelompok Adlerian dapat menurunkan perilaku menarik diri pada siswa kelas

VII-C MTS Wringinanom.

c. Pelatihan Strategi Berteman. Teknik ini merupakan pelatihan yang dilakukan

pada remaja yang menarik diri di sekolah. Pelatihan ini memberikan strategi

berteman pada peserta pelatihan. Hasil penelitian Purwandari (1997)

menjelaskan bahwa pelatihan strategi berteman efektif untuk mengurangi

kecenderungan perilaku menarik diri pada remaja awal. (t=22,14, p < 0,01).

Pelatihan strategi berteman ini diberikan kepada kelompok eksperimen

sebanyak 8 sesi dan tiap sesi berlangsung sekitar 60 menit. Pelaksanaan

pelatihan dua kali serninggu selama dua minggu. Materi pelatihan terdiri dari

ceramah, diskusi, latihan ketrampilan dan gladian. Alat ukur yang dipakai

adalah skala perilaku menarik diri. Pengukuran dilakukan tiga kali, yaitu

sebelum perlakuan, satu hari setelah perlakuan dan enam minggu setelah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

14

perlakuan. Adapun Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan strategi

berteman efektif untuk mengurangi kecenderungan perilaku menarik diri

remaja awal.

d. Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi

modalitas yang dilakukan kepada sekelompok orang yang memiliki masalah

kelompok yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi dan kelompok

yang digunakan sebagai target perilaku (Keliat, 2005). Terapi Aktivitas

Kelompok terbagi menjadi empat jenis, TAK Stimulasi Persepsi, TAK

Stimulasi Sensoris, TAK Orientasi Realitas dan TAK Sosialisasi. Menurut

Keliat & Akemat (2009), TAK untuk pasien menarik diri adalah TAK

Sosialisasi, karena TAK Sosialisasi merupakan upaya memasilitasi

kemampuan sosialisasi klien dengan masalah hubungan sosial. Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan teknik ini merupakan upaya

memasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial

secara kelompok. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target perilaku. Pada kelompok terjadi dinamika interaksi

saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi tempat lansia melatih

perilaku baru yang adaptif untuk memerbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumaila (2015)

menjelaskan bahwa terdapat perubahan kemampuan sosialisasi pada lansia di

Panti Sosial Tresna Wherda Ilomata Kota Gorontalo setelah dilakukan Terapi

Aktivitas Kelompok Sosialisasi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

15

Dari beberapa uraian di atas, maka disimpulkan bahwa upaya atau metode

yang dapat digunakan untuk penurunan perilaku menarik diri dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitu Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku, Konseling

Kelompok Adlerian, Pelatihan Strategi Berteman dan Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi. Pada penelitian ini, peneliti memilih metode Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi untuk penurunan perilaku menarik diri pada lansia. TAK Sosialisasi

merupakan salah satu jenis dalam terapi aktivitas kelompok.

Terapi ini dipilih oleh peneliti, karena dianggap lebih tepat untuk menangani

permasalahan perilaku menarik diri yang dialami oleh lansia. TAK Sosialisasi ini

lebih memasilitasi kelompok untuk mengembangkan kemampuan sosialnya. TAK

Sosialisasi akan memberikan atau memasilitasi dan melatih para lansia dalam

meningkatkan komunikasi dan hubungan sosial mereka yang kaitannya dengan

perilaku menarik diri. Sejalan dengan pendapat Keliat (2009), menjelaskan bahwa

salah satu jenis TAK yang dapat dilakukan untuk orang dengan perilaku menarik diri

adalah TAK Sosialisasi, karena TAK Sosialisasi merupakan upaya memfasilitasi

kemampuan sosialisasi klien dengan masalah hubungan sosial. Terapi ini dianggap

lebih tepat karena melihat kondisi lansia yang sudah menurun, baik fisik dan

kognitifnya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

16

B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan salah satu jenis dari

terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah

upaya memasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah orang dengan masalah

hubungan sosial (Keliat & Pawirowiyono, 2014). TAKS dilaksanakan dengan

membantu seseorang melakukan sosialisasi dengan individu yang ada

disekitarnya. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal

(satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi

dalam kelompok (Keliat & Pawirowiyono, 2014).

Menurut Riyadi & Purwanto (2009), Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi adalah terapi yang memasilitasi psikoterapis untuk memantau dan

meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain,

mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang

berasal dari lingkungan. Menurut Purwaningsih & Karlina (2009), Terapi

aktivitas kelompok sosialisasi merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk

membantu orang lain melakukan sosialisasi dengan individu yang ada

disekitarnya. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan

klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan

sosial.

Adapun tujuan dari TAKS secara umum yaitu agar seseorang dapat

meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Secara khusus

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

17

tujuan dari TAKS yaitu agar seorang mampu memerkenalkan diri, mampu

berkenalan dengan anggota kelompok, mampu bercakap-cakap dengan anggota

kelompok, mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan, mampu

menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain, mampu

bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok dan mampu menyampaikan

pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi (TAKS) dapat disimpulkan bahwa TAKS merupakan jenis terapi

yang dilakukan secara berkelompok dengan memfasilitasi kemampuan

sosialisasi sejumlah orang yang memiliki masalah hubungan sosial.

2. Tahap-Tahap Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Keliat, Wiyono & Susanti (2011), terdapat lima tahap dalam

pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa langkah berikut :

1) Mengidentifikasi peserta yang akan dilibatkan dalam TAK yaitu peserta

yang sehat fisik, telah kooferatif, dapat berkomunikasi dengan baik dan

tidak dalam pengaruh obat yang mengganggu kemampuan konsentrasi.

2) Menetapkan jenis TAK (TAK Stimulasi Persepsi, TAK Stimulasi

Sensoris, TAK Orientasi Realitas dan TAK Sosialisasi). Pada penelitian

ini, peneliti memilih jenis TAK Sosialisasi, karena jenis TAK Sosialisasi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

18

ini merupakan Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang memberikan

atau memasilitasi kemampuan sosialisasi klien dengan masalah hubungan

sosial. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi juga dapat melatih para lansia

dalam meningkatkan komunikasi dan hubungan sosial mereka yang

kaitannya dengan perilaku menarik diri (Keliat, 2009)

3) Memersiapkan alat dan bahan yaitu seseuai dengan alat yang diperlukan,

karena setiap jenis TAK akan berbeda-beda. Menentukan tempat

pelaksanaan dan menetapkan waktu pelaksanaan.

b. Tahap orientasi

Tahap orientasi ini dilakukan setelah kelompok berkumpul di tempat

dilaksanakannya TAK. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi ini

meliputi : mengucapkan salam, memastikan perasaan klien, menjelaskan

tujuan TAK dan menyepakati aturan main TAK.

c. Tahap kerja

Pada tahap kerja, pemimpin kelompok memimpin semua kelompok

peserta untuk melakukan TAK guna mencapai tujuan sesuai dengan jenis

TAK yang dilakukan. Pada Penelitian ini menggunakan TAK Sosialisasi

dengan melibatkan 7 sesi sebagaimana dijelaskan oleh Keliat &

Pawirowiyono (2009) yaitu :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

19

1) Sesi 1. Kemampuan memerkenalkan diri

Pada sesi ini, masing-masing peserta diminta untuk memerkenalkan diri

dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi secara

bergantian dalam kelompok

2) Sesi 2. Kemampuan berkenalan dengan anggota kelompok

Pada sesi ini, masing-masing peserta diminta untuk memerkenalkan diri

sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. Peserta

menanyakan identitas anggota lain : nama lengkap, nama panggilan, asal

dan hobi.

3) Sesi 3. Kemampuan bercakap-cakap dengan anggota kelompok

Peserta menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota

kelompok. Kehidupan pribadi yang dimaksud adalah hal-hal yang

menyangkut kehidupan peserta secara pribadi, misalnya cerita tentang

keluarga, pekerjaan/sekolah atau profesi. Terapis menentukan topik

kehidupan yang akan di ceritakan kepada anggota kelompok lain.

Kemudian peserta menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

mereka secara bergantian antara penanya dan yang menjawab.

4) Sesi 4. Kemampuan bercakap-cakap dengan topik tertentu

Peserta mampu menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, masing-

masing peserta boleh memberikan pendapat. Kemudian memilih topik

yang ingin dibicarakan dan memberi pendapat tentang topik yang dipilih.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

20

(topik yang akan dibahas terlebih dahulu disepakati oleh therapis dan

peserta)

5) Sesi 5. Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

Masing-masing peserta menyampaikan masalah pribadinya. Memilih satu

masalah untuk dibicarakan. Memberi pendapat tentang masalah pribadi

yang dipilih.

6) Sesi 6. Kemampuan bekerjasama

Peserta bertanya dan meminta sesuai kebutuhan pada orang lain,

menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan.

Therapis membuat sebuah permainan yang ada kaitannya dengan

kemampuan bekerjasama antar peserta.

7) Sesi 7. Evaluasi kemampuan sosialisasi

Peserta mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

kelompok yang telah dilakukan dan menyampaikan perasaannya setelah

melakukan kegiatan kelompok.

d. Tahap terminasi

Tahap terminasi digunakan untuk mengakhiri kegiatan TAK Sosialisasi.

Kegiatan terminasi ini meliputi : evaluasi perasaan klien, memberikan pujian,

memberikan tindak lanjut kegiatan dan menyepakati kegiatan TAK Sosialisasi

berikutnya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

21

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan mengamati perilaku klien selama

pelaksanaan TAK Sosialisasi, apakah menunjukkan perilaku yang sesuai yang

direncanakan atau tidak. Caranya yaitu dengan mengisi tabel evaluasi jenis

TAK Sosialisasi.

Adapun tahap tahap dalam TAK Sosialisasi dapat disimpulkan sesuai dengan

pendapat Keliat, Wiyono & Susanti (2011) sebagai berikut : Tahap persiapan, tahap

orientasi, tahap kerja, tahap terminasi dan tahap evaluasi. Ke lima tahap inilah yang

akan dilakukan dalam pelaksanaan TAK Sosialisasi.

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi untuk Penurunan Perilaku

Menarik Diri pada Lansia

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, diantaranya adalah

teori sosial. Teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan menjelaskan bahwa

adanya perilaku menarik diri yang dialami oleh seseorang di masa tersebut (Maryam

dkk, 2008). Penarikan diri seorang lansia disebabkan kemiskinan dan menurunnya

derajat kesehatan. Mereka secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitar.

Oleh sebab itu orang di sekitarnya perlu memersiapkan dan memasilitasi para lansia

agar tidak menarik diri (Maryam dkk, 2008). Penarikan diri pada lansia dapat

menimbulkan resiko gangguan seperti perubahan sensori persepsi (misalnya

halusinasi), mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta adanya keinginan

untuk bunuh diri. Sejalan dengan hasil penelitian terdahulu, tampak bahwa manusia

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

22

yang menjaga hubungan sosial, tinggal serta aktif dalam pertemuan sosial memiliki

tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang kurang

bersosialisasi atau seseorang yang telah berhenti dari keterlibatan aktivitas sosial

(Schulz-Allen, dalam Purwandari 1997).

Peneliti berasumsi, bahwa para lansia tersebut memerlukan perlakuan yang

tepat untuk menurunkan perilaku menarik diri. Salah satu bentuk intervensi untuk

menurunkan perilaku menarik diri dengan pendekatan kelompok adalah melalui

terapi aktivitas kelompok sosialisasi. TAKS merupakan terapi yang memasilitasi

kemampuan sosialisasi klien dengan masalah hubungan sosial yakni menarik diri

(Keliat, 2009). Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2015)

tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan interaksi

sosial pasien isolasi (menarik diri) di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta, hasilnya

menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi dapat meningkatkan

kemampuan interaksi sosial pasien isolasi sosial. Terapi ini dianggap lebih tepat

karena melihat kondisi lansia yang sudah menurun, baik fisik dan kognitifnya. Terapi

ini akan memberikan atau memfasilitasi dan melatih para lansia dalam meningkatkan

komunikasi dan hubungan sosial mereka yang kaitannya dengan perilaku menarik

diri.

Menurut Videbeck (Wakhid & Susilo, 2014), melalui Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi memungkinkan seorang saling mendukung, belajar menjalin

hubungan interpersonal, merasakan kebersamaan dan dapat memberikan masukan

terhadap pengalaman masing-masing klien, sehingga akan meningkatkan kemampuan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

23

bersosialisasi denganorang lain. Peningkatan kemampuan bersosialisasi pada klien

isolasi sosial terjadi karena Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sosialisasi dilakukan

agar klien mampu mengekspresikan perasaan dan latihan perilaku dalam

berhubungan dengan orang lain. TAKS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

interaksi sosial, yaitu agar klien mampu memperkenalkan diri, berkenalan dengan

anggota kelompok, bercakap-cakap dengan anggota kelompok, mampu

menyampaikan topik, mampu membicarakan masalah pribadi, bekerjasama dalam

kelompok serta kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

kelompok.

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan terapi dengan pendekatan

kelompok, yang mana kelompok merupakan sejumlah orang yang berkumpul

bersama untuk mencapai suatu tujuan dan dibentuk dengan suatu alasan. Menurut

Johnson (2012), kelompok adalah kumpulan individu yang berhubungan satu sama

lain (saling berinteraksi), dan proses interaksi itulah yang membedakan kelompok

dari perkumpulan. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan

sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang

dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis. Terapi dengan pendekatan kelompok

ini bertujuan untuk menstimulasi seseorang dengan gangguan hubungan interpersonal

(menarik diri), karena di dalam kelompok akan distimulasi langsung untuk

berhubungan dengan orang lain dan meningkatkan sosialisasi dengan memberikan

kesempatan berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan,

memberi tanggapan terhadap pendapat maupun perasaan orang lain.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

24

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan suatu rangkainan kegiatan

yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi seorang dengan

perilaku menarik diri untuk mampu bersosialisasi secara bertahap untuk melatih

kemampuan sosialsasi. Pada Penelitian ini menggunakan TAK Sosialisasi memiliki 5

tahap. Dari ke 5 tahap tersebut pada tahap kerja melibatkan 7 sesi sebagaimana

dijelaskan oleh Keliat, Wiyono & Susanti (2011).

Sesi 1, kemampuan memerkenalkan diri. Pada sesi ini masing-masing peserta

diminta untuk memerkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, asal dan hobi secara bergantian dalam kelompok. Tahap ini bertujuan

untuk melatih peserta berbicara di depan orang lain, memulai pembicaraan dan

berinteraksi dengan orang lain. Saat peserta berlatih berbicara dengan orang lain,

maka peserta akan meningkatkan komunikasi verbalnya dengan orang lain dan mulai

berinteraksi dengan orang. Ketika seseorang peserta mulai berbicara di depan orang

lain, maka akan terjadi penurunan perilaku menarik diri yang ada pada gejala objektif

berupa, meningkatnya komunikasi verbal peserta. Hal ini terlihat dari mulainya

peserta berbicara di depan orang lain dengan menyebutkan nama, asal dan hobinya

(Yosep & Sutini, 2014).

Sesi 2, kemampuan berkenalan dengan anggota kelompok. Pada sesi ini,

masing-masing peserta diminta untuk memerkenalkan diri sendiri: nama lengkap,

nama panggilan, asal dan hobi. Peserta lalu menanyakan identitas anggota lain: nama

lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. Tahap ini bertujuan untuk melatih peserta

berbicara di depan orang lain, mampu memulai pembicaraan dengan orang lain dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

25

berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain, maka perilaku menarik diri akan

terlihat semakin menurun yakni secara objektif meningkatnya komunikasi verbal

peserta terlihat dari mulainya peserta berbicara memerkenalkan dirinya sendiri dan

menanyakan identitas peserta lain. Saat peserta menanyakan identitas peserta lain hal

itu melatih peserta menjalin interaksi dengan orang lain yang awalnya tidak mau

berinteraksi dengan orang lain menjadi mulai berinteraksi dengan orang lain.

Sesi 3, kemampuan bercakap-cakap dengan anggota kelompok. Peserta

menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok. Kehidupan

pribadi yang dimaksud adalah hal-hal yang menyangkut kehidupan peserta secara

pribadi, misalnya cerita tentang keluarga, pekerjaan/sekolah atau profesi. Terapis

menentukan topik kehidupan yang akan di ceritakan kepada anggota kelompok lain.

Kemudian peserta menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi mereka secara

bergantian antara penanya dan yang menjawab. Tahap ini bertujuan untuk melatih

peserta berbicara di depan orang lain, mengekspresikan tentang diri dan kehidupan

pribadinya, sehingga peserta merasa lebih merasa didengarkan oleh orang lain terkait

kondisi kehidupan pribadinya. Tahap ini juga membuat peserta merasa hubungan

yang lebih berarti pada orang lain dan merasa lebih aman berada bersama orang lain.

Dengan kata lain, maka perilaku menarik diri akan terlihat semakin menurun baik

secara objektif dan subjektif. Secara objektif berupa meningkatnya komunikasi verbal

peserta dengan cara berbicara dengan orang lain dan memulai pembicaraan. Peserta

yang awalnya tidak mau berinteraksi dengan orang lain menjadi mulai berinteraksi

dengan orang lain. Secara subjektif berupa subjek merasa hubungan yang tidak

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

26

berarti pada orang lain menjadi merasa lebih berarti dan merasa tidak aman berada

didekat orang lain menjadi merasa lebih aman (Yosep & Sutini, 2014).

Sesi 4, kemampuan bercakap-cakap dengan topik tertentu. Peserta mampu

menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, masing-masing peserta boleh

memberikan pendapat. Kemudian memilih topik yang ingin dibicarakan dan memberi

pendapat tentang topik yang dipilih. (topik yang akan dibahas terlebih dahulu

disepakati oleh therapis dan peserta). Tahap ini bertujuan untuk saling berinteraksi,

memberikan pendapat dengan orang lain. Hal ini membuat peserta merasa lebih

berguna, merasa lebih diterima oleh orang lain dan juga melatih subjek lebih peduli

dengan lingkungan dan atau permasalahan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa

lansia telah memerlihatkan terjadinya penurunan perilaku menarik diri yang ditandai

dengan menurunnya gejala subjektif dan objektif perilaku menarik diri pada lansia.

Gejala objektif berupa menjadi semakin lebih meningkatnya komunikasi verbal

peserta terlihat dari mampunya peserta menyampaikan topik pembicaraan dan

memberikan pendapat pada peserta lain. Peserta yang awalnya tidak peduli terhadap

lingkungan dan permasalahan disekitar menjadi lebih peduli dengan lingkungan dan

atau permasalahan orang lain (Yosep & Sutini, 2014). Adapun gejala subjektif dari

perilaku menarik diri peserta berupa merasa tidak berguna bagi orang lain menjadi

merasa lebih berguna, karena mulai merasa mampu memberikan pendapat pada orang

lain, kemudian peserta merasa ditolak oleh oranglain menjadi merasa lebih diterima

oleh orang lain, karena merasa pendapat mereka didengarkan oleh peserta lain (Yosep

& Sutini, 2014).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

27

Sesi 5, kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi. Masing-masing peserta

menyampaikan masalah pribadinya, memilih satu masalah untuk dibicarakan dan

masing-masing memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih. Tahap ini

bertujuan untuk mengungkapkan masalah pribadinya, sehingga peserta merasa lebih

diperhatikan, lebih didengar, lebih memiliki harapan yang lebih baik dalam hidupnya,

merasa lebih berarti dan adanya perasaan aman berada bersama orang lain. Hal ini

menunjukkan bahwa lansia telah memerlihatkan terjadinya penurunan perilaku

menarik diri yang ditandai dengan menurunnya gejala subjektif dan objektif perilaku

menarik diri pada lansia. Gejala objektif berupa meningkat komunikasi verbal peserta

terlihat dari mulai mau berbicara dengan orang lain dan memulai pembicaraan. Gejala

subjektif berupa perasaan yang awalnya ditolak atau merasa tidak diperhatikan

menjadi lebih diterima atau lebih diperhatiakan, perasaan tidak aman saat berada

bersama orang lain menjadi merasa lebih aman berada bersama orang lain, merasa

kesepian menjadi tidak kesepian, karena sudah merasa ada teman yang bisa

mendengarkan keluhan atau masalah pribadinya dan menjadi memiliki teman dekat

(Yosep & Sutini, 2014).

Sesi 6, kemampuan bekerjasama. Peserta bertanya dan meminta sesuai

kebutuhan pada orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan

permintaan. Therapis membuat sebuah permainan yang ada kaitannya dengan

kemampuan bekerjasama antar peserta. Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan

kebosanan peserta dalam aktivitas sehari-harinya, membuat subjek merasa lebih

banyak teman sehingga mengurangi rasa kesepiannya karena sudah berinteraksi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

28

dengan orang lain, berbagi cerita, pendapat dan saling membantu saat ada kesulitan.

Hal ini menunjukkan bahwa lansia telah memerlihatkan terjadinya penurunan

perilaku menarik diri yang ditandai dengan menurunnya gejala subjektif dan objektif

perilaku menarik diri pada lansia. Gejala objektif berupa meningkatnya komunikasi

verbal peserta dengan cara berbicara dengan orang lain dan memulai pembicaraan.

Peserta yang awalnya tidak mau berinteraksi dengan orang lain menjadi mulai

berinteraksi dengan orang lain dan berhubungan dengan orang lain. Peserta yang

tidak peduli terhadap lingkungan, permasalahan disekitar menjadi lebih peduli

dengan lingkungan dan atau permasalahan orang lain dengan cara saling bekerjasama

saat peserta lain mengalami kesulitan dan lebih spontan atau langsung merespon

terhadap masalah yang dihadapi (Yosep & Sutini, 2014). Gejala subjektif berupa

perasaan kesepian menjadi merasa memiliki banyak teman dan mengurangi rasa

kesepiannya karena berbagi cerita, pendapat dan saling membantu saat ada kesulitan.

Perasaan ditolak oleh orang lain menjadi merasa diterima oleh orang lain, karena

masing-masing dari mereka saling memberikan pendapat dan saling bekerjasama

antar satu sama lainnya (Yosep & Sutini, 2014).

Sesi 7, evaluasi kemampuan sosialisasi. Peserta mampu menyampaikan

pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan dan

menyampaikan perasaannya setelah melakukan kegiatan kelompok. Tahap ini

bertujuan agar peserta lebih memahami makna dari kegiatan yang dilakukan. Peserta

diharapkan mampu merasakan sesuatu yang berarti selama proses kegiatan kelompok

ini dan mampu mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan kelompok.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

29

Jika kemampuan ini dimiliki, maka lansia akan mampu menurunkan gejala perilaku

menarik diri baik gejala objektif maupun gejala subjektif. Gejala objektif berupa,

komunikasi verbal menurun, menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang

terdekat, apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar), berperilaku kurang spontan dalam

menghadapi masalah, aktivitas menurun, ekspresi wajah kurang berseri dan tidak mau

berinteraksi dengan orang lain (Yosep & Sutini, 2014). Gejala subjektif berupa,

menceritakan perasaan kesepian, perasaan tidak aman berada bersama orang lain,

tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna, merasa

tidak yakin dapat melangsungkan hidup, merasa ditolak oleh orang lain dan merasa

bosan pada aktivitas sehari-hari (Yosep & Sutini, 2014).

Berdasarkan penjelasan di atas, dengan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

akan diterapkan pada subjek penelitian lansia dengan perilaku menarik diri.

Rangkaian teknik-teknik yang terdiri dari 5 tahap. Dari 5 tahap tersebut, pada tahap

kerja terdapat 7 sesi yaitu kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan

dengan anggota kelompok, kemampuan bercakap-cakap dengan anggota kelompok,

kemampuan bercakap-cakap dengan topik tertentu, kemampuan bercakap-cakap

masalah pribadi, kemampuan bekerja sama dan evaluasi kemampuan sosialisasi. TAK

Sosialisasi ini dilakukan dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat menurunkan

perilaku menarik diri pada lansia.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

30

D. Landasan Teori

Menurut Pawlin (Prabowo, 2014), menarik diri merupakan suatu upaya yang

dilakukan seseorang dengan menghindari interaksi dengan orang lain atau

menghindari hubungan dengan orang lain. Menurut Adler (Alwisol, 2004), perilaku

menarik diri merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang

sebagai coping terhadap situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Menarik diri juga

berupa kecenderungan untuk malarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui

mengambil jarak pada orang lain, berupa tindakan menarik diri dari aktivitas dan

lingkungan sosial. Ketika seseorang dihadapkan pada masalah dan tidak mampu

diselesaikan, maka seseorang akan cenderung menarik diri sebagai coping terhadap

situasi yang tidak menyenangkan.

Menurut Yosep & Sutini (2014), seseorang yang mengalami perilaku menarik

diri dapat dilihat dari gejala subjektif dan gejala objektif. Gejala gejala tersebut

diantaranya, menghindari hubungan dan atau berinteraksi dengan orang lain,

menyendiri, merasa tidak aman berada didekat orang lain, komunikasi verbal

menurun, aktivitas dan atau kegiatan sehari-hari menurun dan merasa rendah diri.

Perilaku menarik diri dapat dialami seorang lansia, seperti dijelaskan dalam

teori sosial dalam proses penuaan menyebutkan, bahwa penarikan diri cenderung

dialami seseorang pada masa tuanya. Teori tersebut merupakan teori sosial tentang

penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming & Henry

(Maryam dkk, 2008). Kemiskinan yang diderita oleh lansia dan menurunnya derajat

kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

31

pergaulan sekitarnya. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, oleh sebab itu masyarakat juga perlu

memersiapkan kondisi agar para lansia tidak menarik diri (Maryam Dkk, 2008).

Untuk menurunkan perilaku menarik diri pada lansia, pada penelitian ini

digunakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sebagai salah satu metode yang

berguna untuk menurunkan perilaku menarik diri, dimana metode ini merupakan

terapi dengan pendekatan kelompok dan suatu rangkainan kegiatan yang dilakukan

untuk membantu dan memfasilitasi seorang dengan perilaku menarik diri untuk

mampu bersosialisasi secara bertahap. Terapi aktivitas kelompok sosilisasi adalah

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memasilitasi

kemampuan sosialisasi sejumlah orang dengan masalah hubungan sosial (Keliat &

Pawirowiyono, 2014). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terdiri dari 5

tahap. Dari ke 5 tahap tersebut pada tahap kerja melibatkan 7 sesi sebagaimana

dijelaskan oleh Keliat & Pawirowiyono (2009). Menerapkan Terapi aktivitas

kelompok sosialisasi untuk lansia yang mengalami perilaku menarik diri dapat

menurunkan perilaku menarik diri meliputi gejala objektif dan gejala subjek. Gejala

subjektif seperti, Perasaan kesepian, merasa tidak aman berada dengan orang lain,

mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, merasa bosan pada

aktivitas sehari-hari, tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa

tidak berguna, merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup dan merasa ditolak

oleh orang lain. Gejala objektif seperti, komunikasi verbal menurun, tidak mengikuti

kegiatan, banyak berdiam diri di kamar, tidak mau berinteraksi dengan orang lain,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

32

apatis (acuh terhadap lingkungan sekitar), berperilaku kurang spontan dalam

menghadapi masalah, aktivitas menurun dan ekspresi wajah kurang berseri.

Terapi ini mengarahkan pada aktivitas kelompok sosialisasi, supaya individu

dalam kelompok dapat belajar secara bertahap bersosialisasi dengan orang lain.

Adapun tujuan dari TAKS secara umum yaitu agar seseorang dapat meningkatkan

hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Secara khusus tujuan dari TAKS

yaitu agar seorang mampu memerkenalkan diri, mampu berkenalan dengan anggota

kelompok, mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok, mampu

menyampaikan dan membicarakan topik percakapan, mampu menyampaikan dan

membicarakan masalah pribadi pada orang lain, mampu bekerja sama dalam

permainan sosialisasi kelompok dan mampu menyampaikan pendapat tentang

manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi

ini mengacu pada tujuan secara khusus terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu

kemampuan memerkenalkan diri, kemampuan berkenalan dengan anggota kelompok,

kemampuan bercakap-cakap dengan anggota kelompok, kemampuan bercakap-cakap

dengan topik tertentu, kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, kemampuan

bekerjasama dan evaluasi kemampuan sosialisasi.

Kemampuan memerkenalkan diri, yaitu kemampuan menyebutkan nama

lengkap, nama panggilan, asal dan hobi secara bergantian dalam kelompok. Tahap ini

bertujuan untuk melatih peserta berbicara di depan orang lain, memulai pembicaraan

dan berinteraksi dengan orang lain. Saat peserta berlatih berbicara dengan orang lain,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

33

maka peserta akan meningkatkan komunikasi verbalnya dengan orang lain dan mulai

berinteraksi dengan orang. Kemampuan berkenalan dengan anggota kelompok, yaitu

kemampuan peserta memerkenalkan diri sendiri dan berkenalan dengan orang lain.

Tahap ini bertujuan untuk melatih peserta berbicara di depan orang lain, mampu

memulai pembicaraan dengan orang lain dan berinteraksi dengan orang lain.

Kemampuan bercakap-cakap dengan anggota kelompok, yaitu Peserta

menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok. Kehidupan

pribadi yang dimaksud adalah hal-hal yang menyangkut kehidupan peserta secara

pribadi. Terapis menentukan topik kehidupan yang akan di ceritakan kepada anggota

kelompok lain dan peserta menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi mereka

secara bergantian antara penanya dan yang menjawab. Tahap ini bertujuan untuk

melatih peserta berbicara di depan orang lain, mengekspresikan tentang diri dan

kehidupan pribadinya, sehingga peserta merasa lebih merasa didengarkan oleh orang

lain terkait kondisi kehidupan pribadinya. Tahap ini juga membuat peserta merasa

hubungan yang lebih berarti pada orang lain dan merasa lebih aman berada bersama

orang lain.

Kemampuan bercakap-cakap dengan topik tertentu, yaitu kemampuan peserta

menyampaikan topik yang ingin dibicarakan dan memberikan pendapat. (topik yang

akan dibahas terlebih dahulu disepakati oleh therapis dan peserta). Tahap ini

bertujuan untuk saling berinteraksi, memberikan pendapat dengan orang lain. Hal ini

membuat peserta merasa lebih berguna, merasa lebih diterima oleh orang lain dan

juga melatih subjek lebih peduli dengan lingkungan dan atau permasalahan orang

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

34

lain. Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, yaitu masing-masing peserta

menyampaikan masalah pribadinya, memilih satu masalah untuk dibicarakan dan

memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih. Tahap ini bertujuan untuk

mengungkapkan masalah pribadinya, sehingga peserta merasa lebih diperhatikan,

lebih didengar, lebih memiliki harapan yang lebih baik dalam hidupnya, merasa lebih

berarti dan adanya perasaan aman berada bersama orang lain.

Kemampuan bekerjasama, yaitu kemampuan peserta bertanya dan meminta

sesuai kebutuhan pada orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai

dengan permintaan. Therapis membuat sebuah permainan yang ada kaitannya dengan

kemampuan bekerjasama antar peserta. Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan

kebosanan peserta dalam aktivitas sehari-harinya, membuat subjek merasa lebih

banyak teman sehingga mengurangi rasa kesepiannya karena sudah berinteraksi

dengan orang lain, berbagi cerita, pendapat dan saling membantu saat ada kesulitan.

Evaluasi kemampuan sosialisasi, yaitu peserta menyampaikan pendapat

tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan dan menyampaikan

perasaannya setelah melakukan kegiatan kelompok. Tahap ini bertujuan agar peserta

lebih memahami makna dari kegiatan yang dilakukan. Peserta diharapkan mampu

merasakan sesuatu yang berarti selama proses kegiatan kelompok ini dan mampu

mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan kelompok. Jika kemampuan

ini dimiliki, maka lansia akan mampu menurunkan gejala perilaku menarik diri.

Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka berpikir yang peneliti buat diterangkan

pada Bagan Kerangka Teoritis berikut ini.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

35

: Intervensi

: Hasil intervensi

Bagan 1. Kerangka teoritis tentang perilaku menarik diri pada lansia.

a. Kemampuan memerkenalkan diri

b. Kemampuan berkenalan dengan anggota

kelompok

c. Kemampuan bercakap-cakap dengan

anggota kelompok

d. Kemampuan bercakap-cakap dengan topik

tertentu

e. Kemampuan bercakap-cakap masalah

pribadi

f. Kemampuan bekerjasama

g. Evaluasi kemampuan sosialisasi

Gejala subjektif (Perasaan kesepian,

merasa tidak aman berada dengan orang

lain, mengatakan hubungan yang tidak

berarti dengan orang lain, merasa bosan

pada aktivitas sehari-hari, tidak mampu

berkonsentrasi dan membuat keputusan,

merasa tidak berguna, merasa tidak yakin

dapat melangsungkan hidup dan merasa

ditolak oleh orang lain).

Gejala objektif (komunikasi verbal

menurun, tidak mengikuti kegiatan,

banyak berdiam diri di kamar, tidak mau

berinteraksi dengan orang lain, apatis

(acuh terhadap lingkungan sekitar),

berperilaku kurang spontan dalam

menghadapi masalah, aktivitas menurun

dan ekspresi wajah kurang berseri.

Gejala Perilaku Menarik Diri secara subjektif dan objektif menurun

Subjektif :

1. Perasaan mulai diterima oleh orang lain

2. Merasa lebih aman saat berada bersama

orang lain

3. Merasa hubungan yang mulai berarti

dengan orang lain

4. Merasa lebih berguna

Objektif

1. Mau berinteraksi dengan orang lain

2. Ikut berkumpul dengan orang lain saat

melakukan aktivitas

3. Tidak menyendiri sendiri di kamar

4. Lebih memerhatikan kebersihan

5. Ekspresi bahagia

6. Peduli terhadap lingkungan sekitar

Perilaku Menarik Diri Lansia Terapi AKtivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menarik Diri pada ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/718/4/TESIS BAB II.pdf · A. Perilaku Menarik Diri pada Lansia ... Menurut Al-Mighwar ... (Wicaksono,

36

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan perilaku menarik diri pada lansia antara kelompok eksperimen

yang diberi perlakuan berupa terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)

dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Kelompok eksperimen

memerlihatkan skor perilaku menarik diri lebih rendah dibandingkan kelompok

kontrol.

2. Ada penurunan perilaku menarik diri pada kelompok eksperimen antara

sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).

Setelah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi skor perilaku menarik

diri lebih rendah dibandingkan sebelum diberi Terapi Aktivitas Kelompok

Sosialisasi.