menarik diri

28
BAB l PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positip dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan klien tetap dengan menarik diri yang akhirnya mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) tidak adequat. Penyaji/kelompok mengangkat permasalahan gangguan hubungan sosial : menarik diri sebagai topik pembahasan yang akan diseminarkan . Hal ini karena selama kelompok praktek di rumah sakit Jiwa Pusat Grogol Jakarta di ruang Elang II terdapat 22 klien dari 26 klien adalah menarik diri (90%). Melihat kondisi tersebut diatas kami kelompok terdorong mengambil topik “ Asuhan Keperawatan klien Tn. M dengan masalah utaman menarik diri” dengan harapan dapat bersama tim keperawatan ruang elang II untuk mem berikan asuhan keperawatan.

Upload: rudhy-saputra

Post on 06-May-2017

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: menarik diri

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positip dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan klien tetap dengan menarik diri yang akhirnya mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) tidak adequat.

Penyaji/kelompok mengangkat permasalahan gangguan hubungan sosial : menarik diri sebagai topik pembahasan yang akan diseminarkan . Hal ini karena selama kelompok praktek di rumah sakit Jiwa Pusat Grogol Jakarta di ruang Elang II terdapat 22 klien dari 26 klien adalah menarik diri (90%).

Melihat kondisi tersebut diatas kami kelompok terdorong mengambil topik “ Asuhan Keperawatan klien Tn. M dengan masalah utaman menarik diri” dengan harapan dapat bersama tim keperawatan ruang elang II untuk mem berikan asuhan keperawatan.

B. TUJUAN

Tujuan kelompok lX mengambil kasus Tn. M dengan masalah utama menarik diri adalah :

1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima.

2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan proses keperawatan.

3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.

Page 2: menarik diri

C. PROSES PENULISAN MAKALAH.

Dalam menuliskan laporan kasus ini, kelompok mahasiswa mendiskusikan kasus-kasus diruang Elang II, memutuskan untuk mengambil salah satu kasus untuk seminar yaitu menarik diri, kemudian kelompok melakukan studi literatur yang terkait dengan kasus, selanjutnya melakukan asuhan keperawatan pada klien yang dimaksud. Asuhan keperawatan dilakukan mulai minggu ke tiga (17 April 1997) sampai dengan minggu ke tujuh (16 Mei 1997). Akhirnya disusun secara tertulis dalam bentuk makalah untuk diseminarkan.

Page 3: menarik diri

BAB ll

GAMBARAN KASUS

Tn.M, 33 tahun, agama Islam, belum kawin, SMP (tidak lulus), Alamat : Slipi Petamburan. Jakarta Barat.Klien pindahan dari ruang Elang I ke elang II tiga bulan lalu. Pertama kali masuk rumah sakit akhir tahun 1978 selama tiga bulan, kemudian pulang. Masuk rumah sakit kedua tahun 1990, sempat cuti sampai tahun 1995. Sejak tahun 1995 tersebut sampai saat ini belum pernah pulang. Penampilan tampak kurus, BB: 42,5 Kg, TB : 176 cm, tidur telanjang posisi fetus. Rambut acak-acakan, ikal, kotor, pandangan mata kosong terarah pada satu arah, mata banyak kotoran. Gigi kuning, mulut kotor dan bau. Tubuh tampak kotor dan berbau dikerumuni lalat. Kuku tangan panjang, kotor kehitaman disela-sela kuku, disela-sela jari tangan terdapat luka bekas garukan, klien selalu melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari-jari tangan kanan dan kiri bergantian. Kedua kaki bersisik dan terdapat luka-luka kecil bekas garukan. Klien sering menyendiri di pojok ruangan, kadang bicara sendiri (mulut komat-kamit), tidak berespon terhadap sapaan perawat, tidak pernah berinteraksi dengan klien lain maupun perawat, beranjak dari tempatnya hanya pada waktu makan, tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas di ruangan. Suka merebut makanan dari klien lain saat makan. Menururt ibu klien ketika berumur 13 tahun pernah terserempet truk hingga mengalami gegar otak dan dirawat di rumah sakit selama sembilan hari. Sejak itu klien tampak lebih pendiam, menyendiri dan jarang bicara dengan keluarganya. Tahun berikutnya klien mengalami kejang karena tetanus dan hanya berobat ke mantri. Pada umur 16 tahun klien mengalami stress karena takut tidak lulus sekolah dan mengeluh pelajaran sulit, sulit konsentrasi dan bahkan pernah berkeliling kota tanpa tujuan sejak pulang sekolah sampai petang hari. Klien tampak seperti orang bingung, suka bicara sendiri, sering marah tanpa sebab,, dijauhi temannya, marah tak terkendali, memecah kaca jendela lalu memukul ibu dan kemudian dibawah ke RSJP Jakarta.

Dari data-data tersebut diatas muncul masalah keperawatan : menarik diri, harga diri rendah, ADL berkurang, kebersihan diri kurang,potensial halusinasi.dan ideal diri tinggi.

Page 4: menarik diri

MASALAH KEPERAWATAN

1. Menarik diri

D.S : Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien lebih pendiam dan sering menyendiri dikamar.

D.O : Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak berespon sapaan perawat, tidak berinteraksi dengan klien lain dan perawat, beranjak dari tempatnya hanya saat pembagian makan.

2. Harga diri rendah

D.S : Ibu mengatakan sejak gegar otak klien mengeluh sulit konsentrasi, mengatakan pelajaran di sekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus SMP, menjadi pengangguran dan mengatakan malu dan sering diejek temannya.

D.O : Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila didekati, bila ditanya klien menunduk dan melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekan jari tangan.

3. Gangguan ADL

D.S. Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya menyendiri dan tiduran, tidak melakukan kegiatan apa-apa.

D.O : Klien tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas lingkungan, klien beranjak dari tempatnya hanya waktu makan

4. Kebersihan diri kurang

D.S :

D.O : Badan kotor , berbau dan dikerumuni lalat, rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor dan berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari tangan terdapat luka kecil bekas garukan, kuku tangan kotor dan panjang, kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan kuku kaki panjang dan kotor.

Page 5: menarik diri

5. Potensial Halusinasi

D.S: Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.

D.O : Klien tampak komat-kamit, tertawa sendiri.

6. Ideal diri tinggi

D.s : Ketika dikenalkan dengan klien lain, klien sering mengatakan bahwa saya mahasiswa Pajajaran.

Ibu mengatakan klien tidak lulus SMP

D.O : Klien tidak lulus SMP.

PROBLEM TREE

Potensial Halusinasi

Gangguan ADL Kebersihan diri kurang

MENARIK DIRI

HARGA DIRI RENDAH

IDEAL DIRI TINGGI

Page 6: menarik diri

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN.

Menurut Stuart and Sundeen, salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu dan tingkah laku primitif antara lain pembicaran yang autistik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi.

Pada kasus Tn. M, yang kami kelola, awal kejadiannya disebabkan oleh perasaan kekecewaan terhadap kegagalan yang membuat merasa rendah diri, lalu menutup diri/menarik diri dan isolasi diri dari lingkungan. Klien tidak peduli terhadap segala kegiatan/aktivitas di ruangan, kurang memperhatikan kebersihan diri yang berakibat lanjut pada kemungkinan terjadinya halusinasi.

B. I . TINDAKAN KEPERAWATAN : MENARIK DIRI

1. Psikoterapeutik.

1.1 Bina hubungan saling percaya

Buat kontrak dengan klien : memperkenalkan nama perawat dan waktu interaksi dan tujuan.

Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.

Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.

1.2 Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka

Bicarakan dengan klien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana

Page 7: menarik diri

Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.

Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan perawat. Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaanya 1.3 Kenal dan dukung kelebihan klien

Tunjukkan cara penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara menceritakan perasaanya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.

Bahas bersama klien tentang koping yang konstruktif Dukung koping klien yang konstruktif Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.1.4 Bantu klien mengurangi cemasnya ketika hubungan interpersonal

Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi. Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin. Temani klien beberapa saat dengan duduk disamping klien. Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap,

dimulai dari klien dengan perawat, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu klien dan seterusnya.

Libatkan klien dalam aktivitas kelompok.2. Pendidikan kesehatan

Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar, berolah-raga, bermain musik, cara berhubungan denganorang lain : keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri. Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan

hubungan dengan klien. Anjurkan pada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam aktivitas

dilingkungan masyarakat.3. Kegiatan hidup sehari-hari

Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya sendiri.

Bimbing klien berpakaian yang rapi Batasi kesempatan untuk tidur Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti : majalah, surat kabar,

radio dan televisi. Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.

4. Terapi Somatik

Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar (benar klien, obat,dosis, waktu dan cara)

Pantau reaksi obat

Page 8: menarik diri

Catat pemberian obat antipsikotik yang telah dilaksanakan. Pastikan apakah obat yang telah diminum, periksa tempat-tempat yang

memungkinkan klien menyimpan obat.

5. Lingkungan Terapeutik

Pindahkan barang-barang yang dapat membahayan klien maupun orang lain dari ruangan.

Cegah agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri dalam jangka waktu yang lama.

Beri rangsangan sensori seperti : suara musik, gambar hiasan di ruangan.

B.2. TINDAKAN KEPERAWATAN ; HARGA DIRI RENDAH

1. Psikoterapeutik

1.1. Bina hubungan saling percaya

Kenalkan nama, tugas, waktu kerja perawat kepeda klien. Jelaskan kepada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa

yang dikatakan. Nyatakan kesediaan perawat membantu klien. Dengarkan klien dengan penuh perhatian akan minat pernyataan klien

1.2 . Bantu klien memperluas kesadaran dirinya.

Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti : hubungannya dengan orang lain, pekerjaan dan hubungannnya dengan anggota keluarga yang lain tentang cita-citanya.

Tanyakan pada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya.

Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebat.1.3. Bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya

Anjurkan klien menyebutkan atau menuliskan minimal lima kelebihan yang dimiliki.

Dukung pernyataan klien tentang kelebihan yang telah dimiliki klien Bicarakan dengan klien kekurangan yang dimilikinya serta jelaskan

bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.1.4. Bantu klien mengevaluasi diri

Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah dicapai. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien : sebab-sebab

kegagalan, cara mengatasinya serta respon terhadap kegagalan.

Page 9: menarik diri

Jelaskan pada klien kegagalan yang dialami dapat menjadikan pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.

1.5. Bantu klien membuat rencana yang realistik

Tanyakan pada klien tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai. Bantu klien memilih prioritas tujuan yang pasti dapat dicapai. Bicarakan dengan klien konsekwensi dari tujuan yang telah dipilih dan

memberi contoh, bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.1.6. Bantu klien membuat keputusan mencapai tujuan

Beri klien kesempatan untuk melakukan yang telah dipilih. Tunjukkan keberhasilan yang telah dicapai dan memberi penghargaan

yang sesuai. Ikutkan klien dalam kelompok Beri dukungan positip untuk mempertahankan dan meningkatkan

kemampuan klien. 2. Pendidikan kesehatan

Anjurkan klien untuk mengikuti latihan ketrampilan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.

Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungannya dengan tiap anggota keluarga

Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain.

Beri informasi pada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah: karakteristik harga diri rendah,cara merawat klien, sistem rujukan dan fasilitas

3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

3.1 Pemenuhan nutrisi dan cairan

Jelaskan pada klien bahwa cara makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatan.

Jelaskan bahwa kondisi fisi yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

Sajikan makanan secara menarik Pantau berat badan klien secara teratur

3.2. Bantu klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal yang dimiliki.

Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai. Beri kegiatan pada klien secara bertahap Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.

Page 10: menarik diri

.

4. Lingkungan terapeutik

4.1.Lingkungan fisik

Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat yang dapat digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.

Tata ruangan secara menarik seperti : tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik yang ceria, acara televisi berupa film komidi yang lucu.

Beri kesempatan pada klien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari atau kamar khusus.

4.2. Lingkungan sosial

Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak pribadi klien), misalnya : tindakan pengikatan, pemberian obat baik oral maupun parenteral.

Terima klien sebagaimana adanya dengan tidak mengejek dan merendahkan.

Sertakan keluarga dalam penyelesaian masalah klien. Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai

kelebihan dan kekurangan.

B.3. TINDAKAN KEPERAWATAN : POTENSIAL HALUSINASI SEHUBUNGAN DENGAN MENARIK DIRI.

1.Psikoterapeutik

1.1. Bina hubungan saling percaya

Bicara dengan klien secara jujur, singkat, sering, jelas, mudah dimengerti dan tentang topik yang nyata.

Dengarkan pernyataan tentang halusinasi klien tanpa menentang maupun menyetujui.

Perhatikan secara cermat ungkapan klien Nyatakan kepada klien bahwa perawat mengerti perasaannya.

1.2 Bimbing klien mengungkapkan perasaannya.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan halusinasinya Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas Katakan kepada klien bahwa perawat tidak mengalami apa yang

dialami oleh klien tanpa menyangkal/menyalahkan pernyataannya. Ajak klien bicara hal-hal yang nyata ada di lingkungannya.

Page 11: menarik diri

1.3. Bantu dan bimbing klien menemukan cara menyelesaikan masalah (koping) yang konstruktif.

Tanyakan kepada klien perasaanya bila terjadi halusinasi, apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaanya tersebut, serta manfaat dari cara yang telah digunakan.

Bicara dengan klien saat terjadi halusinasi (misal : saat berbicara dengan orang lain, saat melakukan kegiatan)

Bersama klien merencanaan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

Bimbing klien melakukan kegiatan yang tepat. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah

dipilihnya. Bimbing klien untuk mencoba cara yang lain.

1.4. Beri penghargaan/pujian atas keberhasilan klien

2. Pendidikan kesehatan

2.1 Bimbing klien mengontrol halusinasinya.

Sarankan kepada klien agar segera memberitahukan perawat bila halusinasinya timbul.

Bersama klien membuat rencana kegiatan yangsesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.

Bimbing klien melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat. Beri informasi kepada klien tempat dia minta bantuan apabila sulit

mengendalikan diri saat halusinasinya timbul. 2.2 Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat obat terhadap kesehatan, efek samping yang mungkin timbul serta cara-cara mengatasinya.

2.3. Jelaskan kepada keluarga tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi serta fasilitas kesehatan yang dapat digunakan.

3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

3.1. Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

Jelaskan kepada klien bahwa makan, minum yang cukup perlu untuk kesehatannya

Ajak klien ke ruang makan Bujuk klien untuk makan bilak klien menolak jak klien makan bersama klien lain

Page 12: menarik diri

Ijinkan klien mengganti makanan apabila dia mempunyai persepsi salah terhadap makanan terrentu.

3.2 Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri

3.3 Bimbing klien melakukan kegiatan

4. Terapi Somatik

Sediakan dan beri klien obat dengan memperhatikan lima benar Tanyakan alasan klien tidak minum obat Bicarakan dengan dokter jika klien menolak minum obat Ajak bicara klien untuk meyakinkan bahwa obatnya sudah betul-betul

diminum. Beri pujian atas kerja sama klien.

5. Lingkungan terapeutik.

5.1 Siapkan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realistik

Sediakan alat petunjuk waktu Beri tanda/nama pada setiap tempat di ruangan Kenalkan secara bertahap tentang waktu dan tempat

5.2. Siapkan lingkungan sosial

Panggil klien sesuai dengan nama panggilan yang disukainya. Sediakan dan pakai papan nama petugas Kenalkan nama setiap interaksi dengan klien Sertakan klien dalam kegiatan kelompok Kenalkan klien pada tempat-tempat umum di sekitar rumah sakit

Page 13: menarik diri

BAB IVPELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN

Pelaksanaan proses keperawatan dalam bab ini disajikan dalam bentuk umum dan yang telah dilakukan pada klien. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.

1. Diagnosa keperawatan : Potensial halusinasi sehubungan dengan perilaku menarik diri.

Tujuan : Klien mampu meningkatkan dan memperluas hubungan saling percaya dengan orang lain.

Tindakan :

Membina hubungan saling percaya, melakukan interaksi singkat dan sering, membantu mengenal perasaan yang menyebabkan menarik diri, membantu klien untuk berinteraksi dengan perawat dan klien lain, mendorong klien untuk melibatkan diri dalam kegiatan ruangan.

Evaluasi :

Klien mau berkomunikasi dan mau berinteraksi dengan perawat, klien lain, serta mengikuti kegiatan ruangan dan TAK : gerak, lagu, mau ikut kegiatan ruangan ; membersihkan ruangan.

Tindak lanjut :

Pertahankan hubungan saling percaya, tingkatkan stimulus secara terus menerus, ingatkan setiap ada kegiatan.

2. Diagnosa Keperawatan : Penampilan diri kurang adequat (kebersihan diri kurang) sehubungan dengan kurangnya stimulus eksternal.

Tujuan : Klien mau meningkatkan kebersihan diri dan menerima stimulus eksternal

Page 14: menarik diri

Tindakan :

Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, membantu klien dalam upaya kebersihan diri, menyediakan sarana untuk kebersihan diri ; sabun mandi, sikat gigi, odol, handuk, pakaian, sandal, mendorong klien untuk melaksanakan kebersihan diri secara mandiri, memotivasi klien untuk mempertahankan kebersihan secara teratur dan terus menerus, memberi dorongan pada keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pemeliharaan kebersihan diri klien.

Evaluasi :

Klien mau mengerti tentang pentingnya kebersihan, dapat menyebutkan manfaat kebersihan diri, mau melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat, mau melakukan kebersihan diri secara mandiri, keluarga membantu dalam hal penyediaan fasilitas dan alat kebersihan; sabun mandi, pasta gigi, serta memberikan dorongan pada saat kunjungan.

Tindak lanjut :

Ingatkan setiap ada kegiatan kebersihan diri dan kolaborasi dengan staf ruangan untuk penyediaan fasilitas dan alat kebersihan diri dan pemberian stimulus secara kontinyu

3. Diagnosa Keperawatan : Potensial kambuh sehubungan dengan tidak terprogramnya kegiatan hidup sehari-hari.

Tujuan : Klien tidak kambuh dan mampu meningkatkan ADL.

Tindakan :

Membantu : klien mengidentifikasi pentingnya kegiatan sehari-hari, memilih kegiatan yang disenangi , mendorong klien untuk berperan dalam kegiatan ruangan, membuat program aktivitas harian, mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu terapi gerak dan nyanyi, membantu keluarga untuk mengidentifikasi kegiatan klien selama di rumah, membantu keluarga untuk memberi dukungan tentang persiapan kegiatan selama di rumah.

Evaluasi :

Klien mau mengungkapkan beberapa kegiatan yang senang dilakukan : menyanyi bersama diiringi musik, mau ikut serta kegiatan diruangan: membuang sampah pada tempatnya, menyapu, mengepel , mau ikut TAK : gerak dan lagu yang diprogramkan oleh perawat.

Page 15: menarik diri

Tindak Lanjut :

Pertahankan tindakan yang sudah dilakukan oleh klien, kolaborasi dengan perawat untuk kelanjutannya dan buat program secara terorganisir dan berkelanjutan.

Page 16: menarik diri

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. M, dimana proses terjadinya menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yang ada yakni disebabkan oleh harga diri yang rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari lingkungan, tidak mau bergaul sesamanya, tidak peduli segala aktivitas dan tidak memperhatikan penampilannya.

Adapun tindakan keperawatan menarik diri yang paling utama dan pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat antara lain : kontak sering dan singkat, memberi dukungan, mendengarkan ungkapan klien.

Kontak sering dan singkat pada klien hanya mampu 20 menit kemudian dilakukan modifikasi dengan melakukan kontak selama 10 menit dengan jangka waktu 30 menit.

Klien mau menerima tindakan tersebut dan berhasil dengan baik.

Tindakan keperawatan tentang penampilan diri oleh karena kebersihan diri yang kurang adalah membantu upaya kebersihan diri. Peran perawat adalah memberikan stimulasi yang terus menerus dan menyiapkan fasilitas dan alat-alat kebersihan diri. Stimulasi yang kami lakukan adalah memberikan dorongan, mengingatkan klien untuk mandi, menggosok gigi, cuci rambut dan memotong kuku yang panjang.

Modifikasi yang kami lakukan adalah kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk memfasilitasi alat kebersihan diri dan memberikan stimulasi terus menerus pada klien.

Terapi aktivitas kelompok : gerak dan nyanyi yang dilakukan pada Tn M sangat membantu klien untuk mengisi waktu luang. Hal ini karena, selama ini belum ada kegiatan yang terprogram untuk klien menarik diri di ruangan.

Kelompok juga mengenalkan klien kepada klien lain sebelum mengikuti TAK. Klien ternyata mau memperkenalkan diri pada acara sosialisasi yang direncanakan.

Page 17: menarik diri

Dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut yang ditemukan pada Tn M dapat diselesaikan seluruhnya.

Dari pengumpulan data yang dilakukan pada klien menarik diri sudah sesuai antara teori dengan kasus yang diambil, data-data yang mempunyai persamaan antara lain : hipoaltivitas, tidur berlebihan, mondar-mandir/sikap mematung dan melakukan gerakan secara berulang.

Pada saat pengambilan data, kelompok mengalami kesulitan karena klien lebih banyak diam dan sulit untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal di data yang didapatkan lebih banyak data non verbal.

Pada kasus Tn M ini,klien ada riwayat gangguan mental organik sehingga dalam waktu tertentu klien menjadi menarik diri. Mengingat lamanya perilaku menarik diri, klien akan menurun dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari dan kebersihan diri.

Setelah dianalisa, kasus ini muncul empat diagnosa keperawata, anatara lain :

1. Potensial halusinasi sehubungan dengan perilaku menarik diri.

Intervensi/implementasi pada diagnosa keperawatan ini difokuskan pada perilaku menarik diri. Kunci utama mengatasi masalah diatas adalah membina hubungan saling percaya anatar perawat dan klien lain. Dengan demikian seluruh intervensi pada masalah sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran dapat dilakukan bersama klien.

Setelah dievaluasi pada saat interaksi klien mau berkomunikasi, berinteraksi dan mengikuti kegiatan kelompok sehingga perlu dipertahankan hubungan saling percaya setiap interaksi.

2. Harga diri rendah sehubungan dengan ideal diri yang tinggi

Harga diri rendah disebabkan keinginan dan cita-cita melanjutkan pendidikan tidak tercapai. Saat interaksi klien sering mengungkapkan ‘saya mahasiswa Pajajaran” . Keinginan yang tidak tercapai tersebut menyebabkan darga diri rendah sehingga klien menarik diri.

Implementasi yang telah kami lakukan memang sebagian berhasil. Kendala yang timbul karena erbatasnya waktu dinas (2 hari dalam seminggu). Hal ini berakibat apa yang telah kami lakukan dalam minggu lalu akan diulang-ulang dan bina hubungan lagi dengan klien.

Page 18: menarik diri

Kesulitan lain adalah upaya untuk mengungkapkan perasaan klien tentang kelebihan dan kekurangannya. Hal ini karena klien sulit mengungkapkan kata-kata.

3.Penampilan diri yang kurang adequat : kebersihan diri sehubungan dengan stimulus eksternal yang kurang. Peran perawat sangat penting didalam meningkatkan stimulus yang positip dan terus menerus. Adapun implementasi yang telah kami lakukan adalah : mempertahankan hubungan saling percaya, menganjurkan dan melibatkan klien langsung dalam kegiatan sehari-hari dan memberikan pujian atas kegiatan yang telah dapat dilakukan agar klien dapat mempertahankan atau meningkatkannya.

Kendala yang dialami adalah bila stimulus tidak dilakukan secara terus menerus pada klien ini maka klien akan kembali ke fase sebelumnya yaitu tidak peduli akan kebersihan diri dan penampilannya. Kurangnya fasilitas dan alat kebersihan diri seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi dan pakaian mendukung perilaku klien untuk tidak melakukan kebersihan dirinya.

4. Potensial kambuh sehubungan dengan ADL yang tidak terprogram.

Selama di rumah sakit klien tidak peduli terhadap kegiatan diruangan, karena tidak adanya stimulus yang terprogram dan terus menerus terhadap aktivitas yang positip.Untuk itu kelompok memberikan tiindakan berupa aktivitas yang terprogram dengan tetap mempertahankan hubungan saling percaya dan merencanakan jadwal harian bersama klien.

Diantara kegiatan tersebut antara lain : membersihkan ruangan, menyiram/ mengepel lantai, mandi denga prosedur yang benar, menggosok gigi dan terapi aktivitas kelompok.

Kendala yang muncul antara lain kurangnya terprogram setiap kegiatan di ruangan dan hanya monoton satu kegiatan saja yang dilakukan.

Page 19: menarik diri

BAB VI

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Gangguan hubungan sosial: menarik diri mempunyai beberapa masalah keperawatan anatara lain

1. Potensial halusinasi2. Harga diri rendah3. Penampilan diri kurang adequat, dan4. Potensial kambuh karena ADL yang tak terprogram.

Pada setiap diagnosa keperawatan, perihal tindakan keperawatan kelompok mencoba melakukan implementasi sesuai dengan standart asuhan keperawatan.. Ternyata banyak hal yang dapat diterapkan dalam kasus ini.

Setiap intervensi keperawatan juga selalu membina hubungan saling percaya sebab merupakan awal untuk dapat melakukan intervensi yang lain. Intervensi yang dilakukan juga melibatkan keluarga sebagai suatu sistem keluarga dan staf ruangan sebagai team kerja kelompok.

Evaluasi dilakukan setiap saat interaksi guna memperoleh respon verbal dan non verbal.

B. SARAN

1. Setiap melakukan hubungan interaksi dengan klien gangguan hubungan sosial menarik hendaknya perawat menciptakan hubungan saling percaya.

Page 20: menarik diri

2. Keluarga merupakan suatu sistem, perlu dilibatkan dalam setiap intervensi keperawatan sehingga keluarga mampu membeikan dukungan yang positip pada klien.

3. Standart asuhan keperawatan jiwa merupakan panduan bagi perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan jiwa , mengevaluasi proses tindakan keperawatan jiwa.