kelompok 5 (menarik diri)

33

Upload: amhyer-poex

Post on 17-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

firda

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 5 (Menarik Diri)
Page 2: Kelompok 5 (Menarik Diri)

KONSEP MEDIS

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL MENARIK DIRI

A. Definisi

Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang

berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif

(rawlins 1995).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan di mana individu atau kelompok

mengalami atau memahami suatu kebutuhan atau mengharapkan untuk

melibatkan orang lain akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut

(carpenito hal 1927, 2000).

Prilaku menarik diri adalah merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (rawlins

1995 hal 336).

Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik

perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (depkes

1995).

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa

tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Penarikan diri sebagai pola

tingkah laku terdapat secara umum di klinik pada berbagai klien dan bukan

hanya pada klien dengan gangguan jiwa.

Page 3: Kelompok 5 (Menarik Diri)

B. Etiologi/ Faktor penyebab

Dalam kasus menarik diri ada beberapa faktor penyebab yang perlu diketahui :

1. faktor tumbuh kembang.

Pada masa tumbuh kembang individu, ada beberapa tugas perkembangan yang

harus diperhatikan atau dipenuhi tahap demi tahap secara spesifik. Apabila tugas-

tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tugas

perkembangan lain dalam bentuk saling percaya tidak terpenuhi sehingga

individu tersebut tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain. Saling percaya

ini terjadi pada fase trust vs mistrust yaitu pada umur 0 – 1 tahun (erikson, 1963).

2. Faktor komunikasi dalam keluarga.

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya

gangguan sosial, dalam teori ini termasuk komunikasi yang tidak jelas dimana

anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan, membatasi untuk

berhubungan di lingkungan keluarga.

3. Faktor sosial budaya

Isolasi sosial yang disebabkan oleh norma keluarga yang salah atau setiap

anggota keluarga yang tidak produktif, misalnya usia lanjut, penyakit kronis, dan

penyandang cacat.

4. Faktor biologis

Faktor keturunan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan

sosial. Struktur otak yang abnormal seperti atropi otak, menurunkan beban otak

secara drastis perubahan ukuran dan bentuk sel di dalam limbik dan area vertikal.

Page 4: Kelompok 5 (Menarik Diri)

C. Proses terjadinya

Terjadi prilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan

faktor presipitasi. Faktor pendukung dan sosial budaya merupakan faktor

predisposisi terjadinya prilaku menarik diri.

Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak

percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa, terhadap hubungan

dengan orang lain. Menghindar dari dari orang lain, tidak mampu meneruskan

keinginan dan merasa tertekan, keadaan ini dapat menimbulkan prilaku tidak

ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak

mampu meneruskan prilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,

menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri. Kegiatan diri

sendiri hampir terabaikan (haber, dkk 1987).

Perkembangan hubungan sosial dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bayi.

Bayi sangat bergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan

biologisnya dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang

sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya : menangis

untuk semua kebutuhan. Respon lingkupan (ibu atau pengasuh) terhadap

kebutuhan harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri akan

respon/perilakunya dan rasa percaya diri terhadap orang lain (menurut ericson).

Kegagalan pemenuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain akan

mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dengan orang lain serta

menarik diri (haber, dkk 1981 hal 90)

Page 5: Kelompok 5 (Menarik Diri)

2. Pra sekolah

Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan

keluarga khususnya ibu (pengasuh) anak menggunakan kemampuan

berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan luar

keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga

khususnya pemberian pengalaman yang positif terhadap perilaku anak yang

adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk

mengembangkan kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam

hubungan dengan lingkungan disertai respon keluarga yang negatif akan

mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri, ragu,

menarik diri, dan lingkungan kurang percaya diri, pesimis takut perilaku salah

(hober, dkk 1987 hal 91).

3. Anak sekolah

Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya pada lingkungan

sekolah. Pada usia ini mulai mengenal kerjasama, kompromi. Komplik sering

terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten.

Teman dan orang dewasa di luar keluarga (guru, orang tua, dan teman)

merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.

Kegagalan dalam membina hubungan dengan orang tua/teman, kurangnya

dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang

tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya putus asa karena tidak

mampu menarik diri dan lingkungannya (hober, dkk 1987 hal 91).

4. Remaja

Page 6: Kelompok 5 (Menarik Diri)

Pada usia anak mengembangkan hubungan intern dengan teman sebaya dan

sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat

tergantung sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen.

Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua

akan mengakibatkan dalam identitas ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan

rasa percaya diri yang kurang.

5. Dewasa muda

Pada usia ini individu mempertahankan hubungan independen dengan orang tua

dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan

saran dan pendapat orang lain seperti : memilih pekerjaan, memilih karir,

melangsungkan perkawinan.

Kegagalan dalam fase ini akan mengakibatkan individu menghindari hubungan

intim menjauhi orang lain, putus asa akan karir.

6. Dewasa tengah

Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan

orang tua, khususnya individu yang telah menikah maka peran menjadi orang tua

dan mempunyai hubungan dewasa merupakan situasi tempat menguji

kemampuan saling ketergantungan individu yang perkembangannya baik akan

dapat mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.

Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang baru

dan mendapat dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian

hanya tertuju pada diri sendiri, produktivitas dan kreatifitas berkurang, perhatian

dengan orang lain berkurang.

Page 7: Kelompok 5 (Menarik Diri)

7. Dewasa lanjut

Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik itu kehilangan fungsi

fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan) anggota

keluarga (kematian orang tua) individu tetapi memerlukan hubungan yang

memuaskan dengan orang lain, individu yang mempunyai perkembangan yang

baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui

bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya.

D. Klasifikasi menarik diri

1) Menarik diri autistik.

Suatu keadaan dimana klien mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan

hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitarnya secara wajar

dan hidupnya dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Klien menunjukkan

gejala mandiri (isolasi diri).

Kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal menurun. Prilaku

streotipic dan manerisme, ketegangan jiwa bertambah sehingga pasien tidak

memiliki semangat lagi, respon terhadap orang lain kurang sehingga

mengakibatkan kegagalan dalam membina komunikasi verbal dan non verbal

sehingga responnya sangat aneh, misalnya kalau berbicara terjadi incoherensi

neologisme, mutisme, latah (echolalia).

2) Regresif

Regresif adalah suatu keadaan pasien yang mengalami kemunduran ke masa

perkembangan yang lebih dini. Regresif dapat bermanifestasi dalam bentuk

Page 8: Kelompok 5 (Menarik Diri)

perilaku antara lain :

Sikap yang tidak berdaya, seperti bergantung (dependent) selalu ingin

dilayani.

Menggigit kuku.

Tidak dapat mengurus diri sendiri termasuk makan atau minum, mandi

dan lain-lain.

Tingkah laku kekanak-kanakan, merengek, menangis, mengadat cara

berbicara seperti anak kecil, buang air besar/buang air kecil di

sembarang tempat.

Mencari makan makanan bekas atau sampah.

Hilangnya rasa malu, misalnya muntah-muntah.

3) Katatonik

Katatonik adalah suatu keadaan pasien yang sedikit atau sama sekali tidak

menghiraukan alam sekelilingnya tetapi ia tidak memberi reaksi pada saat itu.

Katatonik ada 2 macam yaitu : katatonik stupor dan katatonik exitasi.

Katatonik stupor

Pasien menunjukkan negativistik yaitu menolak secara aktif terhadap semua

pengaruh luar, yang bertujuan merubah sikap dan tingkah lakunya pasien

menolak makan dan menolak tugas yang diberikan, pasien sedikit bergerak,

tetapi jika makanan diletakkan didepannya ia akan makan kalau pasien di

dudukkan di wc akan buang air besar.

Page 9: Kelompok 5 (Menarik Diri)

Katatonik exitasi

Pasien menunjukkan sikap exitasi yaitu sikap yang lama, tetapi dengan tiba-

tiba pasien menyerang lingkungan, misalnya memukul orang, menendang,

berjingkrak-jingkrak, meloncat dan berdansa-dansa. Pasien menunjukkan

sikap aneh, sikap yang menurut secara otomatik sehingga tubuh pasien dapat

diletakkan pada sikap yang canggung, pasien mempertahankan sikap ini

selama beberapa menit lalu kembali lagi ke sikap semula (corea flexibility).

Ada juga pasien menunjukkan kekakuan yang luar biasa sehingga tubuhnya

dapat diletakkan di antara kedua kursi (rigiditas). Pasien suka mengulang

gerakan-gerakan yang ada di sekitarnya tanpa ekspresi muka tanpa ada unsur

humor. Pembicaraan klien sukar di mengerti karena ia menciptakan kata-kata

baru, karena tidak ada perhatian terhadap kebutuhan sendiri, pasien sering

menaglami gangguan fisik antara lain oedem,a jari-jari, bau khas, berat badan

menurun, atropi sendi-sendi kaku, adanya gangguan tidur, juga disertai

dengan gangguan irama tidur (tidur siang, malam kurang tidur).

E. Gejala-gejala menarik diri

Perilaku menarik diri merupakan reaksi pada masa kritis yang bersifat

sementara atau dimanifestasikan prilaku yang bermacam-macam, reaksi tersebut

menandakan adanya usaha pertahanan pada situasi yang gawat, sehingga

individu mengadakan pembatasan (isolasi diri) dengan dunia luar dan

menempatkan reaksi terhadap rangsang dari lingkungannya.

Gejala-gejala menarik diri, antara lain :

Page 10: Kelompok 5 (Menarik Diri)

1. Fisik

Penurunan/peningkatan bb yang berlebihan (secara drastis).

Kesehatan fisik menurun.

Kurang berminat dalam kegiatan rekreasi.

Aktivitas menurun.

2. Emosi

Merasa terasing/sendiri.

Takut, cemas, sedih.

Merasa tidak berguna.

Merasa tidak mampu.

Sensitif.

Kemampuan mengungkapkan berkurang.

3. Sosial

o Keinginan untuk melakukan aktivita sosial berkurang.

o Sulit untuk membina hubungan dengan orang lain.

o Derajat ketergantungan kepada orang lain meningkat.

o Peran sosial berkurang.

4. Intelektualnya

Persepsi tidak realistis.

Kemampuan mengingat berkurang.

Tidak mampu realistis.

Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

Page 11: Kelompok 5 (Menarik Diri)

Sulit mengambil keputusan.

KONSEP KEPERAWATAN

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL MENARIK DIRI

Page 12: Kelompok 5 (Menarik Diri)

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan.

Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien agar dapat

memberi arah kepada tindakan keperawatan, keberhasilan proses keperawatan

sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.

Dalam pengkajian tentang kasus menarik diri secara teoritis (direktorat jenderal

pelayanan medik 1998) diperoleh data sebagai berikut :

Pasien duduk menyendiri, misalnya pada saat makan, apatis, tidak ada perhatian

terhadap lingkungan, ekspresi sedih afek tumpul (hanya bereaksi bila ada

stimulus misalnya ekspresi wajah klien nampak sedih ketika ditanyakan hal-hal

mengenai keluarganya, komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak nampak

bercakap-cakap dengan orang lain/perawat, bicara terbatas sampai mutisme, tidak

ada kontak mata, klien lebih sering menunduk, berdiam diri di kamar/tempat

terpisah klien kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang lain.

Klien memusatkan percakapan atau pergi jika diajak berbicara, tidak melakukan

kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri (personal hygiene) dan kegiatan

rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur

(melingkar), kurang tidur atau gangguan irama tidur, sikap tubuh tertentu (corea

fleksibilitas), kurang percaya diri, penampilan diri menurun, kadang panik

dengan tiba-tiba, halusinasi dan waham.

B. Diagnosa keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Page 13: Kelompok 5 (Menarik Diri)

2. gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping

keluarga yang tidak efektif.

3. aktivitas intolerance berhubungan dengan menarik diri.

4. gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan menarik

diri.

5. defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, berhias berhubungan dengan

aktivitas intolerance.

6. koping individu yang tidak efektif/kurang percaya dalam mengambil

keputusan.

C. Perencanaan

Tujuan perencanaan terbagi 2 : yaitu tujuan umum (jangka panjang) dan

tujuan khusus (jangka pendek) yang berorientasi pada data.

Adapun tujuan umum pada klien menarik diri adalah :

1) Terciptanya hubungan saling percaya, yang ditujukan dengan interaksi yang

memuaskan dan menyenangkan.

2) Klien mampu menyalurkan dan meningkatkan aktivitasnya ke arah yang

positif.

3) Klien mampu mengembangkan dan harga dirinya.

4) Klien dapat meningkatkan kemampuan melakukan komunikasi.

5) Klien mampu mengembangkan perasaannya secara verbal dan non verbal.

6) Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.

7) Klien dapat menggunakan koping yang efektif.

Page 14: Kelompok 5 (Menarik Diri)

8) Klien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tujuan khusus pada pasien menarik diri :

1. Toleransi terhadap kehadiran orang lain.

2. Klien ada minat melakukan aktivitas fisik yang terarah.

3. Klien dapat meningkatkan keyakinan diri/percaya diri.

4. Klien mau menjawab pertanyaan dan mau memberi respon terhadap

rangsangan dari luar.

5. Klien mengetahui cara untuk mengungkapkan atau mengekspresikan

perasaannya.

6. Klien ada minat melakukan perawatan diri.

7. Klien dapat mengetahui koping yang tidak konstruktif.

8. Klien ada minat untuk makan dan minum

Intervensi keperawatan

Diagnosa 1 : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Intervensi :

1.) bina hubungan saling percaya.

rasional :

rasa saling percaya adalah manifestasi klien untuk mengekspresikan perasaannya

secara terbuka kepada perawat.

2.) berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka.

rasional :

hubungan interpersonal yang sehat dibentuk dengan komunikasi yang terbuka.

Page 15: Kelompok 5 (Menarik Diri)

3.) dekati klien secara kontinyu atau pendekatan berulang-ulang.

rasional :

dengan pendekatan berulang-ulang akan meningkatkan kontak klien perawat dan

klien akan merasa diperhatikan.

4.) beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan penyebab klien tidak mau

bergaul.

rasional :

dengan mengetahui penyebab akan menandakan atau membantu klien untuk

mencari alternatif pemecahan masalah.

5.) diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain

rasional :

dengan mengetahyi manfaat hubungan dengan orang lain akan menimbulkan

minat pada klien menjalin hubungan dengan orang lain.

Diagnosa 2 : gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan

koping keluarga yang tidak efektif.

Intervensi :

1) bantu klien untuk memperbaiki kesadaran diri.

rasional :

klien akan mengetahui tentang dirinya.

2) bantu klien untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya.

rasional :

dengan mengenal kelebihan dan kekurangannya klien akan dapat menerima

Page 16: Kelompok 5 (Menarik Diri)

dirinya.

3) bantu klien mengevaluasi dirinya.

rasional :

dengan mengevaluasi diri, klien akan dapat meningkatkan percaya diri.

4) bantu klien untuk membuat rencana yang realistik.

rasional :

rencana yang realistis akan menimbulkan semangat dan optimisme pada klien.

5) bantu klien membuat keputusan dan bantu klien mencapai tujuannya.

rasional :

mendidik klien untuk bertanggung jawab dan bertindak.

Diagnosa 3 : aktivitas intolerance berhubungan dengan menarik diri.

Intervensi :

1) beri aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien.

rasional :

aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi klien akan memudahkan klien untuk

mengikuti dan tidak memberatkan klien

2) ajak klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik ringan yang terarah.

rasional :

latihan fisik yang terarah dapat memusatkan perhatian klien dan mecegah

kekakuan sendi.

3) fasilitasi klien untuk berperan suatu dalam terapi aktivitas.

rasional :

Page 17: Kelompok 5 (Menarik Diri)

terapi aktivitas akan dapat membantu klien dalam menyalurkan dorongan emosi

secara wajar dan produktivitasnya serta memperbaiki, memperkuat, dan

meningkatkan kemampuan.

4) cegah agar klien tidak berada di dalam ruangan dalam waktu yang lama.

rasional :

mencegah berkembangkan prilaku menarik diri.

5) beri penghargaan yang positif yang dicapai klien.

rasional :

penghargaan yang positif dapat memberi kekuatan untuk mengembangkan prilaku

yang positif.

Diagnosa 4 : gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan

menarik diri.

Intervensi :

1) bina hubungan saling percaya.

rasional :

hubungan saling percaya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2) pahami keadaan klien dan kemampuan komunikasinya.

rasional :

untuk mengevaluasi keadaan klien dan kemampuan komunikasinya sehingga

memudahkan intervensi selanjutnya.

3) lakukan kontak atau percakapan singkat dan sering.

rasional :

Page 18: Kelompok 5 (Menarik Diri)

percakapan yang singkat akan menghilangkan/kejenuhan klien.

4) perhatikan bahasa tubuh yang digunakan klien.

rasional :

bahasa tubuh mempunyai arti tersendiri bagi klien.

5) libatkan klien dalam interaksi klien dan perawat.

rasional :

peran serta klien dapat meningkatkan interaksi bagi klien dan perawat.

Diagnosa 5 : defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, berhias berhubungan

dengan aktivitas intolerance.

Intervensi :

1) kaji persepsi klien tentang perawatan diri dan kaitannya dengan penampilan

dirinya mulai dari rambut sampai kaki.

rasional :

untuk mengetahui persepsi klien tentang perawatan diri sehingga memudahkan

intervensi selanjutnya.

2) beri penjelasan tentang pentingnya perawatan diri klien dapat merubah

prilakunya yang negatif.

3) bimbing klien untuk melaksanakan perawatan diri dengan bantuan minimal.

rasional :

bantuan minimal dapat mencegah ketergantungan klien dan regresi.

4) beri penghargaan atas perkembangan/kemajuan yang dicapai oleh klien.

rasional :

Page 19: Kelompok 5 (Menarik Diri)

penghargaan yang tulus dapat memudahkan prilaku yang positif.

Diagnosa 6 : koping individu yang tidak efektif/kurang percaya dalam mengambil

keputusan.

Intervensi :

1) tanyakan cara penyelesaian masalah (koping) yang biasa digunakan klien.

rasional :

untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan untuk memudahkan

intervensi selanjutnya.

2) jelaskan kepada klien mengenai koping yang tidak efektif.

rasional :

penjelasan pada klien akan macam-macam koping yang efektif sehingga dapat

menggunakan atau memilih yang terbaik bagi klien.

3) bimbing klien untuk mengemukakan koping yang efektif.

rasional :

karena klien kurang percaya diri dalam mengambil keputusan.

4) motivasi keluarga untuk mendorong klien menggunakan koping yang efektif.

rasional :

dukungan keluarga sangat berarti bagi klien

5) beri pujian/penghargaan atas keberhasilan klien.

rasional :

dukungan yang positif dapat meningkatkan percaya diri dan dapat

mengembangkan prilaku positif.

Page 20: Kelompok 5 (Menarik Diri)

D. Implementasi

Penerapan tindakan keperawatan (implementasi) dilaksanakan sesuai dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun tiap-tiap diagnosa keperawatan.

Namun yang harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan keperawatan,

sebaiknya perawat melihat permasalahan klien. apakah permasalah klien masih

perlu diberikan asuhan keperawatan atau masalah klien sudah teratasi.

E. Evaluasi

Evaluasi pada klien menarik diri adalah :

1) klien dapat mengadakan hubungan interpersonal yang efektif.

2) klien mampu menyalurkan aktivitasnya ke arah yang positif.

3) klien dapat mengembangkan dan meningkatkan harga dirinya.

4) klien mampu meningkatkan komunikasinya baik verbal maupun non verbal.

5) klien dapat melakukan kegiatan perawatan diri secara mandiri.

6) klien dapat meningkatkan pengungkapan perasaan secara positif baik verbal

maupun non verbal.

7) klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah.

8) klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya makan/minum secara wajar.

9) keseimbangan cairan dan makanan tetap terjaga.

POHON MASALAH

Page 21: Kelompok 5 (Menarik Diri)

Resiko tinggi dakan

kekerasan

Perubahan persepsi

sensori (halusinasi

pendengaran) CP

Gangguan interaksi

sosial(menarik diri)

Harga diri rendah

Koping keluarga

inefektif (kurang

pengetahuan

keluarga merawat

Regimen therapy

inefektif

Resiko tinggi

kekambuhanDefisit

perawatan diri

Intoleransi

aktifitas

Curiga

Page 22: Kelompok 5 (Menarik Diri)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, SKp, M. APP. SC, dkk, (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.

Depkes RI, (2000), Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Keperawatan Jiwa, Cetakan I.

Lynda Juall Carpenito;(2000), Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,Edisi 6, EGC Jakarta.

Mary C Townsend, Mc., (1998) : Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,Edisi 3, EGC.

W.F Maramis, , SPj, Dr., (1990), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Penerbit Airlangga University Press.

W. M. Roan, Dr, dkk (1989); Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Schizofrenia , Jakarta.