kelompok 5 (menarik diri)
DESCRIPTION
firdaTRANSCRIPT
KONSEP MEDIS
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL MENARIK DIRI
A. Definisi
Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang
berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif
(rawlins 1995).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau memahami suatu kebutuhan atau mengharapkan untuk
melibatkan orang lain akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut
(carpenito hal 1927, 2000).
Prilaku menarik diri adalah merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (rawlins
1995 hal 336).
Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (depkes
1995).
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Penarikan diri sebagai pola
tingkah laku terdapat secara umum di klinik pada berbagai klien dan bukan
hanya pada klien dengan gangguan jiwa.
B. Etiologi/ Faktor penyebab
Dalam kasus menarik diri ada beberapa faktor penyebab yang perlu diketahui :
1. faktor tumbuh kembang.
Pada masa tumbuh kembang individu, ada beberapa tugas perkembangan yang
harus diperhatikan atau dipenuhi tahap demi tahap secara spesifik. Apabila tugas-
tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tugas
perkembangan lain dalam bentuk saling percaya tidak terpenuhi sehingga
individu tersebut tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain. Saling percaya
ini terjadi pada fase trust vs mistrust yaitu pada umur 0 – 1 tahun (erikson, 1963).
2. Faktor komunikasi dalam keluarga.
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan sosial, dalam teori ini termasuk komunikasi yang tidak jelas dimana
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan, membatasi untuk
berhubungan di lingkungan keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial yang disebabkan oleh norma keluarga yang salah atau setiap
anggota keluarga yang tidak produktif, misalnya usia lanjut, penyakit kronis, dan
penyandang cacat.
4. Faktor biologis
Faktor keturunan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan
sosial. Struktur otak yang abnormal seperti atropi otak, menurunkan beban otak
secara drastis perubahan ukuran dan bentuk sel di dalam limbik dan area vertikal.
C. Proses terjadinya
Terjadi prilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Faktor pendukung dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya prilaku menarik diri.
Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa, terhadap hubungan
dengan orang lain. Menghindar dari dari orang lain, tidak mampu meneruskan
keinginan dan merasa tertekan, keadaan ini dapat menimbulkan prilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu meneruskan prilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri. Kegiatan diri
sendiri hampir terabaikan (haber, dkk 1987).
Perkembangan hubungan sosial dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bayi.
Bayi sangat bergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologisnya dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang
sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya : menangis
untuk semua kebutuhan. Respon lingkupan (ibu atau pengasuh) terhadap
kebutuhan harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri akan
respon/perilakunya dan rasa percaya diri terhadap orang lain (menurut ericson).
Kegagalan pemenuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain akan
mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dengan orang lain serta
menarik diri (haber, dkk 1981 hal 90)
2. Pra sekolah
Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan
keluarga khususnya ibu (pengasuh) anak menggunakan kemampuan
berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan luar
keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
khususnya pemberian pengalaman yang positif terhadap perilaku anak yang
adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk
mengembangkan kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam
hubungan dengan lingkungan disertai respon keluarga yang negatif akan
mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri, ragu,
menarik diri, dan lingkungan kurang percaya diri, pesimis takut perilaku salah
(hober, dkk 1987 hal 91).
3. Anak sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya pada lingkungan
sekolah. Pada usia ini mulai mengenal kerjasama, kompromi. Komplik sering
terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten.
Teman dan orang dewasa di luar keluarga (guru, orang tua, dan teman)
merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan orang tua/teman, kurangnya
dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang
tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya putus asa karena tidak
mampu menarik diri dan lingkungannya (hober, dkk 1987 hal 91).
4. Remaja
Pada usia anak mengembangkan hubungan intern dengan teman sebaya dan
sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat
tergantung sedangkan hubungan dengan orang tua mulai independen.
Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua
akan mengakibatkan dalam identitas ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan
rasa percaya diri yang kurang.
5. Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan independen dengan orang tua
dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan
saran dan pendapat orang lain seperti : memilih pekerjaan, memilih karir,
melangsungkan perkawinan.
Kegagalan dalam fase ini akan mengakibatkan individu menghindari hubungan
intim menjauhi orang lain, putus asa akan karir.
6. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan
orang tua, khususnya individu yang telah menikah maka peran menjadi orang tua
dan mempunyai hubungan dewasa merupakan situasi tempat menguji
kemampuan saling ketergantungan individu yang perkembangannya baik akan
dapat mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang baru
dan mendapat dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian
hanya tertuju pada diri sendiri, produktivitas dan kreatifitas berkurang, perhatian
dengan orang lain berkurang.
7. Dewasa lanjut
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik itu kehilangan fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan) anggota
keluarga (kematian orang tua) individu tetapi memerlukan hubungan yang
memuaskan dengan orang lain, individu yang mempunyai perkembangan yang
baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui
bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya.
D. Klasifikasi menarik diri
1) Menarik diri autistik.
Suatu keadaan dimana klien mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitarnya secara wajar
dan hidupnya dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Klien menunjukkan
gejala mandiri (isolasi diri).
Kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal menurun. Prilaku
streotipic dan manerisme, ketegangan jiwa bertambah sehingga pasien tidak
memiliki semangat lagi, respon terhadap orang lain kurang sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam membina komunikasi verbal dan non verbal
sehingga responnya sangat aneh, misalnya kalau berbicara terjadi incoherensi
neologisme, mutisme, latah (echolalia).
2) Regresif
Regresif adalah suatu keadaan pasien yang mengalami kemunduran ke masa
perkembangan yang lebih dini. Regresif dapat bermanifestasi dalam bentuk
perilaku antara lain :
Sikap yang tidak berdaya, seperti bergantung (dependent) selalu ingin
dilayani.
Menggigit kuku.
Tidak dapat mengurus diri sendiri termasuk makan atau minum, mandi
dan lain-lain.
Tingkah laku kekanak-kanakan, merengek, menangis, mengadat cara
berbicara seperti anak kecil, buang air besar/buang air kecil di
sembarang tempat.
Mencari makan makanan bekas atau sampah.
Hilangnya rasa malu, misalnya muntah-muntah.
3) Katatonik
Katatonik adalah suatu keadaan pasien yang sedikit atau sama sekali tidak
menghiraukan alam sekelilingnya tetapi ia tidak memberi reaksi pada saat itu.
Katatonik ada 2 macam yaitu : katatonik stupor dan katatonik exitasi.
Katatonik stupor
Pasien menunjukkan negativistik yaitu menolak secara aktif terhadap semua
pengaruh luar, yang bertujuan merubah sikap dan tingkah lakunya pasien
menolak makan dan menolak tugas yang diberikan, pasien sedikit bergerak,
tetapi jika makanan diletakkan didepannya ia akan makan kalau pasien di
dudukkan di wc akan buang air besar.
Katatonik exitasi
Pasien menunjukkan sikap exitasi yaitu sikap yang lama, tetapi dengan tiba-
tiba pasien menyerang lingkungan, misalnya memukul orang, menendang,
berjingkrak-jingkrak, meloncat dan berdansa-dansa. Pasien menunjukkan
sikap aneh, sikap yang menurut secara otomatik sehingga tubuh pasien dapat
diletakkan pada sikap yang canggung, pasien mempertahankan sikap ini
selama beberapa menit lalu kembali lagi ke sikap semula (corea flexibility).
Ada juga pasien menunjukkan kekakuan yang luar biasa sehingga tubuhnya
dapat diletakkan di antara kedua kursi (rigiditas). Pasien suka mengulang
gerakan-gerakan yang ada di sekitarnya tanpa ekspresi muka tanpa ada unsur
humor. Pembicaraan klien sukar di mengerti karena ia menciptakan kata-kata
baru, karena tidak ada perhatian terhadap kebutuhan sendiri, pasien sering
menaglami gangguan fisik antara lain oedem,a jari-jari, bau khas, berat badan
menurun, atropi sendi-sendi kaku, adanya gangguan tidur, juga disertai
dengan gangguan irama tidur (tidur siang, malam kurang tidur).
E. Gejala-gejala menarik diri
Perilaku menarik diri merupakan reaksi pada masa kritis yang bersifat
sementara atau dimanifestasikan prilaku yang bermacam-macam, reaksi tersebut
menandakan adanya usaha pertahanan pada situasi yang gawat, sehingga
individu mengadakan pembatasan (isolasi diri) dengan dunia luar dan
menempatkan reaksi terhadap rangsang dari lingkungannya.
Gejala-gejala menarik diri, antara lain :
1. Fisik
Penurunan/peningkatan bb yang berlebihan (secara drastis).
Kesehatan fisik menurun.
Kurang berminat dalam kegiatan rekreasi.
Aktivitas menurun.
2. Emosi
Merasa terasing/sendiri.
Takut, cemas, sedih.
Merasa tidak berguna.
Merasa tidak mampu.
Sensitif.
Kemampuan mengungkapkan berkurang.
3. Sosial
o Keinginan untuk melakukan aktivita sosial berkurang.
o Sulit untuk membina hubungan dengan orang lain.
o Derajat ketergantungan kepada orang lain meningkat.
o Peran sosial berkurang.
4. Intelektualnya
Persepsi tidak realistis.
Kemampuan mengingat berkurang.
Tidak mampu realistis.
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
Sulit mengambil keputusan.
KONSEP KEPERAWATAN
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL MENARIK DIRI
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan, keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung kepada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Dalam pengkajian tentang kasus menarik diri secara teoritis (direktorat jenderal
pelayanan medik 1998) diperoleh data sebagai berikut :
Pasien duduk menyendiri, misalnya pada saat makan, apatis, tidak ada perhatian
terhadap lingkungan, ekspresi sedih afek tumpul (hanya bereaksi bila ada
stimulus misalnya ekspresi wajah klien nampak sedih ketika ditanyakan hal-hal
mengenai keluarganya, komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak nampak
bercakap-cakap dengan orang lain/perawat, bicara terbatas sampai mutisme, tidak
ada kontak mata, klien lebih sering menunduk, berdiam diri di kamar/tempat
terpisah klien kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan orang lain.
Klien memusatkan percakapan atau pergi jika diajak berbicara, tidak melakukan
kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri (personal hygiene) dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur
(melingkar), kurang tidur atau gangguan irama tidur, sikap tubuh tertentu (corea
fleksibilitas), kurang percaya diri, penampilan diri menurun, kadang panik
dengan tiba-tiba, halusinasi dan waham.
B. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping
keluarga yang tidak efektif.
3. aktivitas intolerance berhubungan dengan menarik diri.
4. gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan menarik
diri.
5. defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, berhias berhubungan dengan
aktivitas intolerance.
6. koping individu yang tidak efektif/kurang percaya dalam mengambil
keputusan.
C. Perencanaan
Tujuan perencanaan terbagi 2 : yaitu tujuan umum (jangka panjang) dan
tujuan khusus (jangka pendek) yang berorientasi pada data.
Adapun tujuan umum pada klien menarik diri adalah :
1) Terciptanya hubungan saling percaya, yang ditujukan dengan interaksi yang
memuaskan dan menyenangkan.
2) Klien mampu menyalurkan dan meningkatkan aktivitasnya ke arah yang
positif.
3) Klien mampu mengembangkan dan harga dirinya.
4) Klien dapat meningkatkan kemampuan melakukan komunikasi.
5) Klien mampu mengembangkan perasaannya secara verbal dan non verbal.
6) Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
7) Klien dapat menggunakan koping yang efektif.
8) Klien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tujuan khusus pada pasien menarik diri :
1. Toleransi terhadap kehadiran orang lain.
2. Klien ada minat melakukan aktivitas fisik yang terarah.
3. Klien dapat meningkatkan keyakinan diri/percaya diri.
4. Klien mau menjawab pertanyaan dan mau memberi respon terhadap
rangsangan dari luar.
5. Klien mengetahui cara untuk mengungkapkan atau mengekspresikan
perasaannya.
6. Klien ada minat melakukan perawatan diri.
7. Klien dapat mengetahui koping yang tidak konstruktif.
8. Klien ada minat untuk makan dan minum
Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Intervensi :
1.) bina hubungan saling percaya.
rasional :
rasa saling percaya adalah manifestasi klien untuk mengekspresikan perasaannya
secara terbuka kepada perawat.
2.) berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka.
rasional :
hubungan interpersonal yang sehat dibentuk dengan komunikasi yang terbuka.
3.) dekati klien secara kontinyu atau pendekatan berulang-ulang.
rasional :
dengan pendekatan berulang-ulang akan meningkatkan kontak klien perawat dan
klien akan merasa diperhatikan.
4.) beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan penyebab klien tidak mau
bergaul.
rasional :
dengan mengetahui penyebab akan menandakan atau membantu klien untuk
mencari alternatif pemecahan masalah.
5.) diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain
rasional :
dengan mengetahyi manfaat hubungan dengan orang lain akan menimbulkan
minat pada klien menjalin hubungan dengan orang lain.
Diagnosa 2 : gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
koping keluarga yang tidak efektif.
Intervensi :
1) bantu klien untuk memperbaiki kesadaran diri.
rasional :
klien akan mengetahui tentang dirinya.
2) bantu klien untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya.
rasional :
dengan mengenal kelebihan dan kekurangannya klien akan dapat menerima
dirinya.
3) bantu klien mengevaluasi dirinya.
rasional :
dengan mengevaluasi diri, klien akan dapat meningkatkan percaya diri.
4) bantu klien untuk membuat rencana yang realistik.
rasional :
rencana yang realistis akan menimbulkan semangat dan optimisme pada klien.
5) bantu klien membuat keputusan dan bantu klien mencapai tujuannya.
rasional :
mendidik klien untuk bertanggung jawab dan bertindak.
Diagnosa 3 : aktivitas intolerance berhubungan dengan menarik diri.
Intervensi :
1) beri aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien.
rasional :
aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi klien akan memudahkan klien untuk
mengikuti dan tidak memberatkan klien
2) ajak klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik ringan yang terarah.
rasional :
latihan fisik yang terarah dapat memusatkan perhatian klien dan mecegah
kekakuan sendi.
3) fasilitasi klien untuk berperan suatu dalam terapi aktivitas.
rasional :
terapi aktivitas akan dapat membantu klien dalam menyalurkan dorongan emosi
secara wajar dan produktivitasnya serta memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan kemampuan.
4) cegah agar klien tidak berada di dalam ruangan dalam waktu yang lama.
rasional :
mencegah berkembangkan prilaku menarik diri.
5) beri penghargaan yang positif yang dicapai klien.
rasional :
penghargaan yang positif dapat memberi kekuatan untuk mengembangkan prilaku
yang positif.
Diagnosa 4 : gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
menarik diri.
Intervensi :
1) bina hubungan saling percaya.
rasional :
hubungan saling percaya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaannya.
2) pahami keadaan klien dan kemampuan komunikasinya.
rasional :
untuk mengevaluasi keadaan klien dan kemampuan komunikasinya sehingga
memudahkan intervensi selanjutnya.
3) lakukan kontak atau percakapan singkat dan sering.
rasional :
percakapan yang singkat akan menghilangkan/kejenuhan klien.
4) perhatikan bahasa tubuh yang digunakan klien.
rasional :
bahasa tubuh mempunyai arti tersendiri bagi klien.
5) libatkan klien dalam interaksi klien dan perawat.
rasional :
peran serta klien dapat meningkatkan interaksi bagi klien dan perawat.
Diagnosa 5 : defisit perawatan diri : mandi, berpakaian, berhias berhubungan
dengan aktivitas intolerance.
Intervensi :
1) kaji persepsi klien tentang perawatan diri dan kaitannya dengan penampilan
dirinya mulai dari rambut sampai kaki.
rasional :
untuk mengetahui persepsi klien tentang perawatan diri sehingga memudahkan
intervensi selanjutnya.
2) beri penjelasan tentang pentingnya perawatan diri klien dapat merubah
prilakunya yang negatif.
3) bimbing klien untuk melaksanakan perawatan diri dengan bantuan minimal.
rasional :
bantuan minimal dapat mencegah ketergantungan klien dan regresi.
4) beri penghargaan atas perkembangan/kemajuan yang dicapai oleh klien.
rasional :
penghargaan yang tulus dapat memudahkan prilaku yang positif.
Diagnosa 6 : koping individu yang tidak efektif/kurang percaya dalam mengambil
keputusan.
Intervensi :
1) tanyakan cara penyelesaian masalah (koping) yang biasa digunakan klien.
rasional :
untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan untuk memudahkan
intervensi selanjutnya.
2) jelaskan kepada klien mengenai koping yang tidak efektif.
rasional :
penjelasan pada klien akan macam-macam koping yang efektif sehingga dapat
menggunakan atau memilih yang terbaik bagi klien.
3) bimbing klien untuk mengemukakan koping yang efektif.
rasional :
karena klien kurang percaya diri dalam mengambil keputusan.
4) motivasi keluarga untuk mendorong klien menggunakan koping yang efektif.
rasional :
dukungan keluarga sangat berarti bagi klien
5) beri pujian/penghargaan atas keberhasilan klien.
rasional :
dukungan yang positif dapat meningkatkan percaya diri dan dapat
mengembangkan prilaku positif.
D. Implementasi
Penerapan tindakan keperawatan (implementasi) dilaksanakan sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun tiap-tiap diagnosa keperawatan.
Namun yang harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan keperawatan,
sebaiknya perawat melihat permasalahan klien. apakah permasalah klien masih
perlu diberikan asuhan keperawatan atau masalah klien sudah teratasi.
E. Evaluasi
Evaluasi pada klien menarik diri adalah :
1) klien dapat mengadakan hubungan interpersonal yang efektif.
2) klien mampu menyalurkan aktivitasnya ke arah yang positif.
3) klien dapat mengembangkan dan meningkatkan harga dirinya.
4) klien mampu meningkatkan komunikasinya baik verbal maupun non verbal.
5) klien dapat melakukan kegiatan perawatan diri secara mandiri.
6) klien dapat meningkatkan pengungkapan perasaan secara positif baik verbal
maupun non verbal.
7) klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah.
8) klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya makan/minum secara wajar.
9) keseimbangan cairan dan makanan tetap terjaga.
POHON MASALAH
Resiko tinggi dakan
kekerasan
Perubahan persepsi
sensori (halusinasi
pendengaran) CP
Gangguan interaksi
sosial(menarik diri)
Harga diri rendah
Koping keluarga
inefektif (kurang
pengetahuan
keluarga merawat
Regimen therapy
inefektif
Resiko tinggi
kekambuhanDefisit
perawatan diri
Intoleransi
aktifitas
Curiga
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat, SKp, M. APP. SC, dkk, (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Depkes RI, (2000), Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Keperawatan Jiwa, Cetakan I.
Lynda Juall Carpenito;(2000), Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,Edisi 6, EGC Jakarta.
Mary C Townsend, Mc., (1998) : Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,Edisi 3, EGC.
W.F Maramis, , SPj, Dr., (1990), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Penerbit Airlangga University Press.
W. M. Roan, Dr, dkk (1989); Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Schizofrenia , Jakarta.