proposal - rehabilitasi psikososial

28
PROPOSAL PENYULUHAN REHABILITASI PSIKOSOSIAL Disusun oleh: Silpi Hamidiyah 1102010270 Pranindya 1102010270

Upload: silpi-hamidiyah

Post on 28-Sep-2015

112 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

RSJ BUNGA RAMPAI

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENYULUHAN

REHABILITASI PSIKOSOSIAL

Disusun oleh:Silpi Hamidiyah1102010270

Pranindya1102010270

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTAMEI 2015SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTITAS

Topik

:

Sub Topik

: Rehabilitasi PsikososialHari/Tanggal:

Waktu

:

Sasaran

:

Tempat

:

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui Rehabilitasi Psikososial, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari penyuluhan ini memahami manfaat rehabilitasi psikososial.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat:

1. Memahami penatalaksanaan psikososialIV. MATERI (TERLAMPIR)V. MEDIA

1. Laptop

2. LCD

3. Microphone

4. Leaflat

VI. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN

NOKegiatanPenyuluhanAudianceWaktu

1.Pembukaan Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri Menjawab salam

Memperhatikan5 menit

2.Isi Menyampaikan pengetahuannya

Mendengarkan dan memperhatikan penyampaian materi45 menit

3.Penutup Menyimpulkan materi

Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya

Menutup dan mengucapkan salam Mendengarkan dan memperhatikan

Aktif mengajukan pertanyaan

Menjawab salam10 menit

BAB I

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGSkizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi 1 sampai 1,5 %. Sesuai dengan angka tersebut, penelitian Epidemological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institue of Mental Helath (NIHM) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3 %. Prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan wanita adalah sama, tetapi terdapat perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun dan untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi terapi somatik dan psikososial. Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Modalitas psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen obat dan harus mendukung regimen tersebut. Sebagian besar pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaian kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikososial. B. BATASAN DAN PENGERTIAN

Referat ini membahas mengenai penatalaksanaan psikososial skizofrenia.

BAB II2.1 Definisi SkizofreniaSkizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. 2.2 Pedoman diagnostikBerikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.

- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

(c) Halusinasi auditorik:

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara).- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e)Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

(f)Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;(h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir (self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.2. 3 Penatalaksanaan Skizofrenia2.3.1 Terapi Somatik (Medikamentosa)Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati skizofrenia. Terdapat tiga kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal.2.3.2 Terapi PsikososialPenatalaksanaan skizofrenia yang berhasil membutuhkan perhatian yang lebih besar daripada sekedar penatalaksanaan farmakologis. Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stresor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita.Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :1. Psikoedukasi

Terapi ini memberikan edukasi kepada pasien dan perhatian mereka terhadap penyakitnya. Hal ini meningkatkan pengetahuan mereka tentang gejala dan terapi, pelayanan yang tersedia dan rencana pemulihan. Sehingga mereka dapat memonitor tanda peringatan relaps secara dini dan membuat rencana bagaimana merespon tanda ini serta belajar untuk mencegah relaps. Informasi dan edukasi dapat diberikan melalui video, pamflet, websites, atau diskusi dengan dokter.2. Terapi keluarga

Berbagai terapi berorientasi keluarga berguna dalam pengobatan skizofrenia. Karena pasien skizofrenia selalu dipulangkan dalam keadaan remisi parsial. Keluarga seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat dan intensif. Pemusatan perhatian terapi adalah situasi yang segera serta mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang berasal dari dalam keluarga maka pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara tepat.

Setelah pemulangan pasien dari rumah sakit, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannnya. Sering kali anggota keluarga, mendorong keluarganya yang menderita skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia ataupun dari penyangkalan tentang keparahan penyakit. Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti dengan penyakit skizofrenia tanpa harus merasa kecil hati. Ahli terapi dapat menerangkan episode psikotik itu sendiri dan peristiwa-peristiwa yang memicu terjadinya episode tersebut. Tetapi dalam prakteknya ahli terapi sering tidak memperdulikan episode psikotik, sehingga seringkali menambah rasa malu penderita terhadap peristiwa tersebut dan tidak dapat mengambil manfaat dari peristiwa tersebut sebagai bahan diskusi, pendidikan dan pengertian. Bagi anggota keluarga seringkali ditakuti oleh gejala psikotik. Terapi keluarga selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam strategi penurunan stres dan penyelesaian masalah serta melibatkan kembali pasien dalam aktivitas.Tujuan terapi keluarga adalah:1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.

2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa.

3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.

4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.Di dalam sesi terapi keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan intensitas emosi dari setiap sesi. Ekspresi emosi yang berlebihan dapat merusak pemulihan pasien skizofrenia dan mengurangi keberhasilan sesi terapi selanjutnya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga 25-50% sedangkan dengan terapi keluarga 5-10%.3. Terapi perilaku-kognitif (Cognitive behavioural therapy)

Cognitive behavioral therapy (CBT) mencakup berbagai intervensi. Pada intinya adalah gagasan bahwa jika pasien dapat tampil dengan model kognitif dari gejala-gejala mereka, mereka akan dapat mengembangkan strategi coping yang lebih adaptif, sehingga dapat mengurangi distres, meningkatkan fungsi sosial, dan bahkan mungkin menurunnya gejala. CBT, melibatkan pertemuan regular antara terapis dan pasien, kemudian yang sering (namun tidak selalu) psikolog klinis (profesi lain termasuk perawat psikiatri komunitas dan psikiater yang menjadi lebih terlibat sebagai terapis terlatih).Paket terapi ini menekankan terhadap agenda perjanjian terapeutik yang umum, dan perhatian yang sungguh-sungguh. Elemen yang relatif tidak spesifik membentuk suatu komponen penting dalam semua paket terapi, termasuk informasi dasar tentang skizofrenia dan terapi farmakologisnya, strategi untuk menangani kecemasan dan depresi, dan intervensi untuk menangkal gejala negatif dan disfungsi sosial. Strategi yang lebih spesifik untuk memenuhi target gejala positif termasuk memformulasikan, bersama dengan pasien, alternatif, model penjelasan yang lebih adaptif untuk delusi dan halusinasi. Bagaimanapun juga terdapat perbedaan penting pada detil antara penelitian yang telah dipublikasikan, contohnya sehubungan dengan memperhatikan lamanya intervensi atau kerjasama dengan keluarga. Perbedaan juga dibuat antara CBT pada skizofrenia akut dan kronis, walaupun hasilnya disajikan dalam kedua tersebut. Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Terapi perilaku kognitif digunakan pada pasien dengan gejala yang menetap. Terapi ini mengajarkan pasien skizofrenia untuk menilai pikiran dan persepsi mereka sebenarnya, tidak mendengar suara-suara (halusinasi) dan tidak bersikap apatis. Terapi ini efektif mengurangi gejala yang berat dan resiko relaps. Selain itu, terapi perilaku kognitif juga membantu dalam menghadapi situasi penuh stres, memperbaiki kemampuan berpikir dan memori serta belajar untuk bersosialisasi.Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus seperti hak istimewa atau pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian perilaku maladaptif seperti berbicara lantang, berbicara sendiri dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan. Penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif merupakan terapi pilihan untuk gejala depresi dan anxietas. Terapi ini juga efektif mengurangi penyalahgunaan obat.4. Rehabilitasi sosial dan vokasional

Rehabilitasi yang fokus pada kemampuan sosial dan bekerja bisa menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit jiwa. Hal ini membantu mereka agar lebih bermanfaat dalam komunitasnya. Rehabilitasi ini bisa dilakukan secara individual ataupun berkelompok, tergantung pada kebutuhan. Program rehabilitasi mencakup konseling vokasional, latihan kerja, permainan simulasi, pekerjaan rumah, konseling pengaturan keuangan, kemampuan komunikasi, belajar menggunakan transfortasi umum dan praktek sosial.Terapi keterampilan sosial (social skills therapy) dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien serta secara alami meningkatkan keberhasilan terapi farmakologis. Beberapa gejala skizofrenia yang paling terlihat adalah menyangkut hubungan pasien dengan orang lain, termasuk kontak mata yang buruk, respon lambat yang tidak lazim, ekspresi wajah yang aneh, tidak adanya spontanitas dalam situasi sosial, persepsi yang tidak akurat atau tidak adanya persepsi emosi terhadap orang lain.5. Terapi KelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

Terapi kelompok ini mencakup dari yang usaha yang menekankan pada dukungan dan peningkatan terhadap kemampuan sosial, penyembuhan spesifik yang bersifat simtomatis, hingga pada konflik intrapsikis yang belum terpecahkan. Jika dibandingkan dengan terapi individual, dua kekuatan utama dari terapi kelompok ini adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dengan segera dari teman sebaya pasien dan kesempatan bagi masing-masing pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap orang-orang yang memperoleh transferensi yang bervariasi. Baik persoalan individu dan interpersonal dapat diselesaikan dengan psikoterapi kelompok.Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas yang dijabarkan antara lain:

1. Gejala samaSetiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga mereka dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.

Jika sekelompok orang yang sedang mempunyai masalah mau menceritakan pengalamannya, dan mencurahkan emosinya kepada orang lain, maka akan tercipta perasaan empati satu sama lain. Lewat terapi ini mereka diajak berkumpul, dan saling membagikan cerita maupun perasaan yang sedang dialaminya terutama mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Tanpa sadar momen ini akan memancing inisiatif dan pemikiran terpendam dari masing-masing anggota untuk keluar. 2. Kategori samaDalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien tahap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan lebih mudah tercapai.3. Jenis kelamin samaPengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.

4. Kelompok umur hampir samaTingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.

5. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapiTerlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.

Kelebihan dari cara ini adalah bisa diterapkan dalam kondisi apa pun. Disamping itu, juga melatih seseorang untuk sedikit demi sedikit memunculkan pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga tidak mudah menyerah dengan keadaan. Di sini, berbagai ide sangat dihargai dan pasti didengarkan terutama ketika perasaan sebagai satu saudara sudah didapat. Orang yang memiliki tipe introvert akan terpancing untuk mencurahkan dan mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok.

Tahapan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Buatlah satu kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima orang atau lebih dan mereka telah saling mengenal .

2. Bukalah seluruh kesulitan, beban hidup yang dialami berkaitan dengan fokus perkara yang akan dibahas.

3. Dengarkanlah dan hormatilah lawan bicara untuk mencurahkan semua perasaannya satu-persatu sampai tuntas, bahkan sampai menangis-pun boleh justru itu sangat efektif dan bagus untuk mengeluarkan emosi.

4. Bukalah sesi di mana seluruh individu bebas untuk menimpali dan memotong lawan bicaranya dengan tujuan utama memberikan satu solusi yang berguna. Arahkan bersama untuk memikirkan apa yang terbaik bagi kelompok dan masyarakat.

Kekuatan utama terletak pada kemampuan verbal dan curhat dari anggota, karena proses penyembuhan terjadi di sini. Segala luka-luka batin dan beban yang mengganjal dikeluarkan secara lugas dan ini membuat pertahanan diri manusia mulai terbuka sehingga orientasi ke arah diri sendiri atau ego-nya berkurang.

Untuk membantu orang dengan kepribadian yang benar-benar tertutup, bisa juga diberi sesi khusus sebelum diskusi dimulai. Yakni mempersilahkan menggambar pengalaman yang paling traumatis dalam hidupnya pada suatu kertas besar kemudian saling menceritakan pengalamannya. Ini sangat membantu, khususnya untuk yang bertipe introvert agar mencurahkan emosi yang belum terselesaikan dan mempersiapkan masuk dalam topik pembicaraan.Ada beberapa macam kegiatan pengganti selain menggambar. Misalnya menggunakan tanah liat dibentuk menjadi semacam benda yang mewakili perasaannya. Dengan cara yang sama mereka akan mengungkapkan apa yang dialami saat itu.Setelah tahapan ini berhasil, kelompok terapi tersebut diharapkan membentuk satu grass root yang kokoh, kemudian dibuat jaringan yang tersusun dari tim-tim diskusi dengan tilikannya masing-masing yang menjadi komponen dan elemen inti dari wadah ini. 6. Kelompok Menolong Diri Sendiri (self-help group)Kelompok menolong diri sendiri adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individu secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah homogenitasnya. Anggota staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi pengalaman mereka, baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil, satu sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan dan menghilangkan perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.Kelompok menolong diri sendiri menekankan keterpaduan yang cukup kuat pada kelompok tersebut. Karena anggota kelompok memiliki masalah dan gejala yang sama, ikatan emosional yang kuat dan karakteristik kelompok sendiri adalah berkembang, sehingga anggotanya dapat menyandang kualitas kesembuhan magis. Contoh dari Kelompok menolong diri sendiri adalah Alcoholic Anonymous (AA), Gamblers Anonymous (GA) dan Overtreaters Anonymous (OA).Pergerakan kelompok menolong diri sendiri adalah semakin naik. Kelompok memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya dengan memberikan penerimaan, dukungan yang saling menguntungkan dan bantuan dalam menghadapi pola perilaku maladaptasi atau keadaan perasaan yang biasanya belum berhasil dengan kesehatan mental tradisional dan profesional medis. Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung: kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan; kelompok terapi membantu anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka seharusnya atau adanya.7. Intervensi Krisis (crisis support)

Suatu krisis adalah respon terhadap peristiwa yang berbahaya dan dialami sebagai keadaan yang menyakitkan. Sebagai akibatnya, krisis cendrung memobilisasi reaksi yang kuat untuk membantu orang menghilangkan gangguan dan kembali ke keadaan keseimbangan emosional yang ada sebelum onset krisis. Jika hal tersebut terjadi, krisis dapat diatasi tetapi disamping itu, orang belajar bagaimana menggunakan reaksi adaptif. Selain itu, dengan memecahkan krisis pasien mungkin berada dalam keadaan pikiran yang lebih baik, lebih unggul dibandingkan onset kesulitan psikologis. Tetapi jika pasien menggunakan reaksi maladaptif, keadaan menyakitkan akan menjadi kuat, krisis akan mendalam dan perburukan regresif akan terjadi yang menghasilkan gejala psikiatrik. Gejala tersebut, selanjutnya akan berkristalisasi ke dalam pola perilaku neurotik yang membatasi kemampuan pasien untuk berfungsi secara bebas. Tetapi, kadang-kadang situasi tidak dapat distabilkan; reaksi maladaptif baru diperkenalkan; dan akibatnya dapat dalam roporsi yang membahayakan yang menyebabkan kematian oleh bunuh diri. Dalam hal tersebut, krisis psikologis adalah menyakitkan dan mungkin dipandang sebagai titik percabangan untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk.

Situasi krisis adalah berhenti dengan sendirinya dan dapat berlangsung kapan saja dari beberapajam sampai minggu. Krisis seperti itu ditandai oleh fase awal, dimana kecemasan dan ketegangan timbul. Fase tersebut diikuti oleh suatu fase dimana mekanisme memecahkan masalah digerakkan. Mekanisme tersebut mungkin berhasil, tergantung pada apakah adaptif atau maladaptif.

Pasien selama periode kekacauan adalah reseptif terhadap bantuan minimal dan mendapatkan hasil yang berarti. Dengan demikian semua jenis bantuan telah dianjurkan untuk tujuan tersebut. Beberapa adalah terbuka yang lainnya membatasi waktu yang tersedia atau jumlah sesion.

Teori krisis membantu kia mengerti orang normal yang sehat yang berada dalam krisis dan mengembangkan alat terapetik yang ditujukan untuk mencegah kesulitan psikologis di masa depan.

Intervensi krisis ditawarkan kepada orang yang tidak mampu atau terganggu secara parah oleh suatu krisis.Kriteria Pemilihan

Kriteria yang digunakan untuk memilih pasien adalah riwayat penyakit situasi berbahaya yang spesifik yang belum lama terjadi yang menghasilkan kecemasan, suatu peristiwa pencetus yang diperkuat oleh kecemasan, bukti-bukti jelas bahwa pasien dalam keadaan krisis psikologis seperti yang ditentukan sebelumnya, motivassi tinggi untuk mengatasi krisis, suatu potensi untuk membuat penyesuaian psikologis sama atau lebih tinggi dari yang ada sebelum perkembangan krisis, dan derajat tertentu pengalaman psikologis, suatu kemampuan untuk mengenali alasan psikologis untuk kesulitan sekarang.Persyaratan dan Teknik

Intervensi krisis menghadapi orang di pertengahan krisis dimana pada intinya adalah kecepatan. Terapi memerlukan pengertian bersama tentang psikodinamika yang terlibat dan kesadaran bagaimana hal tersebut bertanggung jawab untuk krisis. Partisipan adalah bekerjasama, bertujuan untuk memecahkan krisis. Disamping itu, pasien dan juga ahli terapi secara aktif berperan serta dalam terapi.

Teknik yang digunakan adalah penenteraman, sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Perawatan singkat di rumah sakit mungkin ditambahkan sebagai bagian terapi. Semua manuver terapi ditujukan untuk menurunkan kecemasan pasien. Lama intervensi krisis adalah bervariasi dari satu atau dua sesion sampai beberapa wawancara selama periode satu atau dua bulan. Persyaratan teknik untuk intervensi krisis adalah penegakan suatu rapport yang cepat dengan pasien yang bertujuan untuk menciptakan ikatan terapetik; meninjau kembali langkah-langkah yang telah menyebabkan krisis; mengerti reaksi maladaptif yang digunakan pasien untuk menghadapi krisis; memusatkan perhatian hanya pada krisis; belajar menggunakan cara adaptif untuk menghadapi krisis; menghindari perkembangan gejala; menggunakan perasaan transferensi yang positif terhadap ahli terapi, untuk mentransformasikan pekerjaan ke dalam pengalaman belajar; mengajari pasien bagaimana menghindari situasi yang membahayakan yang kemungkinn menimbulkan krisis di masa depan; dan mengakhiri intervensi dengan segera setelah bukti-bukti menyatakan bahwa krisis telah terpecahkan dan pasien jelas mengerti semua langkah yang menyebabkan perkembangan dan pemecahan krisis.Hasil Akhir

Hasil akhir terapi terletak pada kemampuan pasien untuk menjadi lebih siap untuk menghindari atau jika perlu untuk menghadapi bahaya di masa depan. Disamping itu, berdasarkan beberapa pengamatan objektif pasien, pengalaman terapetik telah memungkinkan mereka mendapatkan tingkat fungsi emosional yang lebih tinggi dari sebelum krisis. Dengan demikian, intervensi krisis bukan hanya terapetik tetapi juga preventif.8. Konseling

Berbicara dengan seseorang adalah salah satu penatalaksanaan skizofrenia yang terpenting. Dokter tempat pasien berkonsultasi akan memberi dukungan selama dan setelah episode psikosis muncul.

9. Terapi PsikomotorTerapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan tubuh sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai gejala yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi. Analisa yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta responnya dalam perubahan perilaku dengan tujuan mendapatkan perilaku yang paling sesuai dengan dirinya.

10. Terapi Rekreasi

Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.11. Terapi Seni (Art therapy)Terapi seni ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari, lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga mendapatkan berbagai bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati orang lain dan dirinya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat memberikan berbagai kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam berbagai terapi tersebut.BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Penatalaksanaan skizofrenia yang berhasil membutuhkan perhatian yang lebih besar daripada sekedar penatalaksanaan farmakologis. Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial.2. Penatalaksanaan psikososial bagi pasien skizofrenia terdiri atas:

psikoedukasi

terapi keluarga

terapi perilaku kognitif

rehabilitasi sosial dan vokasional

terapi kelompok

kelompok menolong diri sendiri

intervensi krisis

konseling

terapi psikomotor

terapi rekreasi

terapi seni

3.2 Saran1. Tenaga kesehatan hendaknya tidak hanya terpaku pada penatalaksanaan somatik saja, tetapi juga penatalaksanaan psikososial harus lebih diperhatikan.

2. Tenaga kesehatan, pasien sendiri dan keluarga hendaknya saling bekerjasama dalam penatalaksanaan skizofrenia agar diperoleh hasil yang maksimal.1