arsip - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan...

31
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG Tahun Sidang Masa Persidangan Rapatke Jenis Rapat Sifat Rapat H ari/tangg al Waktu Deng an Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir PIMPINAN PANSUS PENAT AAN RU ANG (RDPU TANGGAL 16 MARET 2006) 2005-2006 IV Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Kamis, 16 Maret 2006 Pukul 09.00 WIB Rektor Universitas Indonesia (UI), lnstitut Teknologi Bandung (ITB), lnstitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Mada (UGM), Universitas (UNDIP), Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS), d n Universitas Trisakti (USAKTI} Ruang Rapat Komisi V DPR RI M. Nasir Dja ii, S.Ag./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Dra. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V DPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 18 orang Anggota Pansus 1. M. Nasir Djamil, S.Ag./F-PKS 1. FRAKSI P. GOLKAR 6. FRAKSI K. BANGSA 1. Drs. H. Sulaeman Efendi 2. H. M. Malkan Amin 3. Markum Singodimejo 2. FRAKSI PDIP 1. Ben Vincent Djeharu 2. Nusyirwan Soejono 3. Ida Bagus Nugroho, S.H. 3. FRAKSI PPP 1. H. Romzi Niham, S.IP. 4. FRAKSI P. DEMOKRAT 1. Ir. H. Hussein Abdul Azis, M.T. 1. H. M. Arsa Suthisna 2. Taufikurrahman Shaleh 7. FRAKSI PKS 1. Syamsu Hila! 2. Ir. Wahyudin Munawir 3. Ir. Abdul hakim, M.M. 8. FRAKSI BPD 1. - 9. FRAKSI PBR 1. - ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 02-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapatke Jenis Rapat Sifat Rapat H ari/tangg al Waktu Deng an

Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir

PIMPINAN PANSUS

PENAT AAN RU ANG

(RDPU TANGGAL 16 MARET 2006)

2005-2006 IV

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Kamis, 16 Maret 2006 Pukul 09.00 WIB Rektor Universitas Indonesia (UI), lnstitut Teknologi Bandung (ITB), lnstitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas ~ajah Mada (UGM), Universitas ~Diponegoro (UNDIP), Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS), d n Universitas Trisakti (USAKTI} Ruang Rapat Komisi V DPR RI M. Nasir Dja ii, S.Ag./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Dra. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V DPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 18 orang Anggota Pansus

1. M. Nasir Djamil, S.Ag./F-PKS

1. FRAKSI P. GOLKAR 6. FRAKSI K. BANGSA 1. Drs. H. Sulaeman Efendi 2. H. M. Malkan Amin 3. Markum Singodimejo

2. FRAKSI PDIP 1. Ben Vincent Djeharu 2. Nusyirwan Soejono 3. Ida Bagus Nugroho, S.H.

3. FRAKSI PPP 1. H. Romzi Niham, S.IP.

4. FRAKSI P. DEMOKRAT 1. Ir. H. Hussein Abdul Azis, M.T.

1. H. M. Arsa Suthisna 2. Taufikurrahman Shaleh

7. FRAKSI PKS 1. Syamsu Hila! 2. Ir. Wahyudin Munawir 3. Ir. Abdul hakim, M.M.

8. FRAKSI BPD 1. -

9. FRAKSI PBR 1. -

ARSIP D

PR RI

Page 2: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

5. FRAKSI PAN 1. Ir. Afni Achmad

KETUA RAPAT (M. NASIR DJAMILIF·PKS): Assalamu'a/aikum wr. wb.

10. FRAKSI PDS 1. Pastor Saut M. Hasibuan

Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua, mudah-mudahan semua kita dianugerahkan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga dapat menjalankan tugas-tugas kita keseharian.

Pertama, kami menyampaikan terima kasih Pansus Penataan Ruang atas kehadiran Bapak-bapak yang merupakan undangan kami untuk memberikan masukan dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang. Dalam hal ini telah hadir di depan kita bersama Rektor Universitas Trisakti, kemudia11 juga Rektor Universitas Diponegoro, kemudian juga Rektor lnstitut Pertanian Bogor mungkin diwakili, kemudian juga Rektor ITB diwakili, dan juga yang mewakili Rektor Univeristas Gadjah Maha, dan jU!)a yang mewakili Rektor UNKRIS.

Bapak/lbu sekalian, kami informasikan bahwa daftar hadir pada kesempatan RDPU ini berjumlah 16 orang dari 8 fraksi, dan karena memang RDPU itu tidak mesti kuorum, jadi dengan demikian RDPU ini kita buka.

(RAPAT DIBUKA)

Bapak/lbu sekalian yang kami hormati, sesuai dengan undangan yang diberikan kepada para perguruan tinggi yang memang telah hadir di depan kita bersama, bahwa pertemuan kita hari ini akan mendengarkan masukan-masukan terkait dengan yang akan dibahas oleh DPR menyangkut dengan RUU tentang Penataan Ruang, dan mudah-mudahan saja masukan-masukan ini bisa menambah wawasan kami dan tentu juga bagi fraksi-fraksi nantinya ketika memb13rikan Daftar lnventarisasi Masalah. Begitupun mungkin harus kita sepakati bahwa pertemuan ini kita akan selesaikan pad a pukul 16.00, nanti kalau memang ada hal-hal yang perlu kita tam bah, perlu penjelasan dan sebagainya, nanti kita akan lihat apakah memang perlu diperpanjang atau tidak, kita selesaikan sampai pukul 16.00.

Sebelumnya kami juga ingin memperkenalkan Pimpinan Pansus bahwa yang memimpin Pansus Penataan Ruang ini, yang diketuai oleh Bapak Ir. Rachman Syagaff, beliau dari Fraksi Persatuan Pembangunan, kemudian pimpinan lainny,a Wakil Ketua Pak Syarfie Hutauruk dari Fraksi Golkar, kemudian ada Pak Rendy Lamadjido dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan saya sendiri Pak Nasir Djamil dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Demikian Bapak/lbu sekalian, Pimpinan yang menduduki posisi di Pansus RUU Penataan Ruang.

Kemudian juga ada teman-teman dari Anggota Pansus, saya pikir diperkenalkan masing­masing saja, mulai dari Golkar dan seterusnya.

F·PG (H. M. MALKAN AMIN): Terima kasih Pak Ketua. Bapak-bapak sekalian, saya H. Muhammad Malkan Amin dari Fraksi Partai Golkar,

Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan. Terima kasih.

F·PD (HUSSEIN ABDUL AZIZ): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'a/aikum wr. wb. Selamat sore dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya Hussein Abdul Aziz dari Fraksil Partai Demokrat, Daerah Pemilihan OKI II. Terima kasih.

F·PAN (AFNI ACHMAD): Terima kasih. Saya Afni Ahmad dari Fraksi Partai Amanat Nasional, daerah pemilihan wilayah Jakarta II.

2

ARSIP D

PR RI

Page 3: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

F·PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Terima kasih Pimpinan. Nusyirwan Soejono dari POI Perjuangan, Jawa Teng:ah V.

F·PDIP( BEN VICENT DJEHARU): Saya Ben Vincent Ojeharu dari Fraksi POI Perjuangan, daerah pemilihan Papua. Terima kasih.

F-PKS (SY AMSU HILAL): Assa/amu'alaikum wr. wb. Nama saya Syamsu Hilal dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, daerah pemilihan Jawa

Barat I, Bandung, Cimahi. Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.

F·PG (SULAEMAN EFENDI): Saya Sulaiman Efendi dari Fraksi Golkar, Komisi II, daerah pemilihan Provinsi Bengkulu.

F·KB (ARSA SUTHISNA): Assalamu'a/aikum wr. wb. Nama saya Arsa Suthisna dari FKB, daerah pemilihan Banten. Terima kasih.

F·PKS (WAHYUDIN MUNAWIR): Assa/amu'alaikum wr. wb. Wahyudin Munawir nama saya, dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, daerah pemilihan

Jawa Barat VIII. Terima kasih.

F-PPP (ROMZI NIHAM): Assalamu'alaikum wr. wb. Nama Romzi Niham, Komisi II, dari PIPP, daerah pemilihan Sumatera Selatan II.

F-PDIP (IDA BAGUS NUGROHO): Assalamu'alaikum, selamat sore. Nama saya Ida Bagus, Oapil IX Jatim, Fraksi POI Perjuangan.

F·KB (T AUFIKURRAHMAN SHALEH): Assalamu'a/aikum wr. wb. Nama saya Taufikurrahman Saleh dari pemilihan daerah Oapil IX Lamongan, dari Fraksi

Kebangkitan Bangsa. Wassalamu'alaikum.

F·PG (MARKUM SINGODIMEJO): Terakhir barangkali Pak, saya Markum Singodimejo dari Ponorogo, Golkar. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih segenap Anggota Pansus Penataan Ruang yang tadi sudah

memperkenalkan diri. Sekarang kita memulai Rapat Oengar Pendapat ini untuk mendapatkan masukan-masukan dan tentu kita tidak tahu dari mana, apakah dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri atau dari tengah ke kiri/kanan seperti apa, atau kita mulai dari Universitas Trisakti untui< mulai memberikan masukan kepada Pansus, nanti mungkin digilir terus UNOIP, IPB, ITB, UGM, UNKRIS dan seterusnya. Bisa Pak ya? Silahkan Rektor Triksakti, mungkin ada tim yang ingin diperkenalkan, silahkan!

REKTOR USAKTI (MUFTI): Terima kasih Bapak Pimpinan,

3

ARSIP D

PR RI

Page 4: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Semua Anggota DPR yang hadir, Kawan-kawan dari berbagai Universitas yang diundang. Saya kemari dengan kawan-kawan, ada dekan dari PBSB Dr. Eka, dekan dari Teknik

Lingkungan Kampus. Kita memang sudah sedik:it membaca hanya belum dikaji secara mendalan: sekali. Kalau masih ada waktu mungkin kita bisa diskusikan kernbali di kampus, nanti kita berikar masukan secara tertulis lebih mendalam. Ada beberapa hal mendasar yang ingin saya sampaikan. Pertama sekali kalau kita lihat dari Menimbang, Menimbang ini cukup terinci di sini, tapi rnenurut saya belum terlalu tajam, katakanlah visinya mau ke mana, sementara itu di masyarakat kita melihat ada degredasi kerusakan lingkungan di mana-mana, tata ruang itu tidak beres di mana­mana. Bagaimana kita mengangkat ini, dibutuhkan kearifan, bukan hanya kearifan pemerintah, tap I juga kearifan lokal, Freport misalnya, di situ banyak kearifan lokal yang diinjak-injak, kemudian kaitannya dengan public civility, ini kan mau semakin beradab, ini tidak ada sama sekali di sin1 soal public civility. Kemudian, kita lihat tata ruang pengalaman Jepang, Skandinavia, dan sebagainya, bahkan Papua Noegini, itu tata ruang dikaitkan dengan How Participatory Comunity Basic, bagaimana kolektif itu, Jepang misalnya, tidak ada pemalakan, tidak ada illegal Jogging dan sebagainya, karena itu memang comunity basic-nya, sehingga timbul pertanyaan pada saya, di sini tidak dirumuskan katakanlah misalnya pertanyaan how participatories, participatories development yang mau kita kembangkan, ini tidak ada sama sekali. Saal misalnya mem-built up ini secara kolektif dengan mengurangi kerakusan regional misalnya, itu kurang sekali dipertajam.

Kemudian tidak menyinggung sama sekali kaitan yang berkait dengan soal-soal social cost, selalu ini kita ngomong kalau Indonesia, tata ruang, macam-macam itu nanti kaitannya dengan ganti rugi bukan ganti untung, tapi di sini social cost sama sekali tidak ada, mestinya penataan ruang juga harus menimbulkan social benefit, satu rumusan kalau bisa satu pasal tentang social cost dan social benefit. lni perkara di mana-mana yang paling besar ini kan penggusuran, atas nama pembangunan pasar tradisional digusur, kemudian di situ dibangun mall besar atas nama, itu yang terjadi, mestinya ini memberikan batasan-batasan, rambu-rambu sehingga jangan terjadi begitu, social cost itu harus menurut saya perlu, social benefit dengan penataan lingkungan dan sebagainya. Hal-hal itu saya pikir itu perlu lebih dalam dipermasalahkan, baik orang bicara soal human right, tapi kadang-kadang orang juga tidak sebut dengan human obligation seperti memellihara, ini kita lihat ini, Jakarta, Tanjung Priok, dan sebagainya itu makin kotor sekarang, semua produk buang di situ. Kenapa, ini tidak ada human oblilgation itu kan, yan~1 ditekankan hak-hak asasi saja, tapi kewajiban sebagai warganegara yang memelihara lingkungan kurang ditekankan, sehingga saya tidak lihat di sini hal-hal seperti ini. Misalnya, membuang apa saja di kali, termasuk diantaranya Freport, itu juga semua buangnya di kali dan sebagainya. Hal­hal seperti itu saya kira perlu lebih bisa dimasukkan di dalam Menimbang ini, supaya di sin kelihatan visinya, kan Pembukaan UUD 45 ngomong kecerdasan itu. Rumusan-rurnusan tentang kemanusiaan, hak-hak dasar dan sebagainya. Social cost ini memang kita perlu lihat, kemudian persoalan yang berkaitan dengan charing behavior, soal charing, ini kan empatiness, charing behavior, ini hampir tidak ada, semua buang sampah dimana-mana, dan sebagainya. Charing ini jug a tidak dipersoalkan, pad ah al soal ini jug.a tata ruang tan pa so al behavior dipersoalkan, behavior approach tidak dipersoalkan, kami tidak menjadi masalah, sehingga saya pikir mungkin perlu ada tambahan itu, masuknya di mana itu, Bapak-bapak Anggota DPR yang handal, tajam, terpercaya, dan arif itu pasti tahu masukannya, di mana, yang penting dapat masukan dari kita. lni yang perlu dilihat sehingga membangkitkan suatu budi pekerti berlingkungan, sekarang ini kita ber­P4 ria, semua ingin punya sertifikat P4, tapi budi pekerti kita hilang, sehingga keluhuran, empatiness, charing behavior kita kaitkan dengan keluhuran budi pekerti, jika nanti bisa masuk kepada pendidikan tata ruang, pendidikan memelihara lingkung1an, kan menjadi bagus, sehingga itu bisa dijadikan pijakan di sekolah-sekolah. Kemudian kalau saya lihat tata ruang ini, banyak heavy-nya kepada tata ruang darat, udaranya tidak diomong di sini, kurang banyak diomong. Kemudian soal laut kurang, pelabuhan ke pelabuhan dan sebagainya, kebanyakan di darat ini, apa mungkin kaitan dengan megapolitan dan seba9ainya, tapi soal laut, soal udara, itu kurang tajam dipersoalkan. lni bagaimana mencari keseimbangan antara udara, darat dan laut, bagaimana itu dimunculkan.

Kemudian, hal-hal yang lain adalah berkaitan dengan tentang bagaimana membangkitkan semangat untuk memelihara lingkungan, semangat untuk memelihara public space, kita lihat banyak taman-taman di Jakarta habis untuk porn bensin, habis untuk buat pos hansip, jadi bagaimana semangat, semangat bahwa ada public space yang memang harus dipelihara, ada

4

ARSIP D

PR RI

Page 5: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

jiwa, ada semangat yang seperti itu. Kalau hal-hal itu kita bisa angkat dengan bagus juga di dalam undang-undang ini paling tidak dia memberi rambu-rambu, tidak usah semua itu diatur, tapi paling tidak memberikan satu rambu-rambu dalam 'Menimbang'-nya ini, memberikan bentuk-bentuk patokan-patokan sehingga orang itu bukan hanya soal managing saja tetapi soal moral, soal character building yang memelihara lingkungan yang ditata itu, dan di situ kan perlu pendekatan kolektif. Di masyarakat kita ini ada yang namanya hak-hak rakyat kolektif dan sebagainya, kemudian juga ada karena kepentingan pemerintah mengatur. Kecuali itu hal yang sama sekali kurang dipersoalkan di sini adalah daya dukung lingkungan, daya dukung ekosistem. Kita ambil contoh misalnya Jakarta, menurut saya Bung Karna hebat sekali dulu, Bung Karna sudah mikir lbukota di Kalimantan/Palangkaraya tata ruangnya, karena memang dia lebih space besar. Mu\ai dengan Badan Perancang Nasional, kalau Bapak-bapak Anggota DPR bisa ada waktu sedikit baca mungkin pikiran-pikiran Sadan Perancang Nasional tentang tata ruang, itu mulai dari beliau pemikiran-pemikiran, sebab beban Jakarta terlalu besar, dia pusat kota pelabuhan, pus at pendidikan, pusat pemerintah, pusat perdagangan, jadi pusat itu, jadi badan itu, badan pacla satu­satu wi\ayah. lni mesti di-re/ease bagaimana itu, Bung Karna sudah mulai dulu, kemudian tidak diteruskan, kemudian sentraisasi perencanaan. BAPPENAS buat rencana kemudian orang provinsi yang harus mengikut, padahal sebenarnya tidak begitu, mestinya desa-desa dilibatkan, suatu proses membuat perencanaan, desa-desa berkumpul, kecamatan, kabupaten, provinsi, baru naik ke BAPPENAS, kan buttom up, prosesnya itu. Proses-proses itu saya kira juga perlu dimasukkan supaya ada suatu daya dobrak, daya yang betul-betul mau mengangkat kembali, kan kita mau mempunyai suatu opini tertentu, atau kata orang Sumatera Barat membangkit batang terandang, karena kita memang ada masalah, tapi itu memang harus diangkat dari bawah, dan baga:mana melibatkan masyarakat. lni kan tiba-tiba mau megapolitan tiba-tiba datang proses tanpa sosialisasi akhirnya ramai ribut, bagaimana seni melibatkan ltu, dalam tata ruang juga kalau perlu.

Dalam Undang-undang ini menurut saya kalau bisa diberikan rambu-rambu tentang prosesnya, bukan hanya hasil akhirnya tapi prosesnya, bagaimana proses itu bisa dipakai secara terukur, tajam, dan memihak kepada berbagai pihak yang menjadi stakeholders.

Terima kasih dan selamat siang.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Mufti. Kami memang tidak membatasi narasumber untuk berbicara dalam hitungan beberapa

menit, kami persilahkan maksudnya waktu secukupnya, tapi tadi Pak Mufti mempergunakan waktu sekitar 1 O men it.

Terima kasih, lanjutkan Pak Edy!

REKTOR UNDIP (EDY): Perlu pantun, baik, saya siap ini, ini kan mau merevisi Undang-undang Tahun 1992, Tahun

1992 kan eranya masih Orde Baru, sekarang 2006 sudah menjadi Orde Reformasi berarti harus ada pembaharuan perubahan paradigma. Pantunnya, kalau dulu kita bilang "karena nila setitik rusak susu sebelanga" sekarang kita bilang "karena nila setitik rusak susu se payudara", soalnya anak sekarang tidak tahu belanga itu apa jadi harus ada pembaharuan, jadi harus bisa dicerna payudara lebih bagus daripada belanga, ini mohon maaf pada lbu Budi Tjahyati, saya tidak enak, untung belum ada Undang-undang Pornografi,. saya bisa kena bicara payudara di depan sidang yang terhormat ini, karena perkara tata ruang beliau biangnya.

Kalau kita lihat pada masa yang silam itu di dalam penataan ruang itu memang betul yang disebutkan lebih top down betul bottom up, berarti nuansa bottom up-nya perlu diangkat. Barangkail perlu ada pasal yang menyebutkan sebelum tata ruang itu disahkan harus sudah ada bukti partisipasi penduduk, ini kan syarat, kalau dulu ada pengesahan dari menteri misalnya, ini mesti ~arus dibalik, sebelum ada bukti kelibatan penduduk dalam penyusunan tata ruang, tata ruang 1tu belum absah .

. Yang kedua, terlalu birokratik, sekarang mesti harus lebih demokratik, jadi people centers. Berart1 pada saat penyusunan tata ruang itu harus diwajibkan, kan dulu seminar diadakan pada saat akhir penyusunan tata ruang, pada saat itu kalau ada kesalahan yang mendasar itu tidak mungkin untuk diubah, jadi harusnya pada bagian depan, jadi di depan ini yang kita bicara sebetulnya masalah kota ini apa, tujuannya kemana, segala macam, ini yang melibatkan rakyat luas, dan pada akhirnya ketemu lagi. Jadi pelibatan penduduk pemberdayaan nuansa itu mesti

5

ARSIP D

PR RI

Page 6: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

muncul di sini. Jadi yang dulu lebih cool oriented pencapaian tujuan jangka panjang, sekarang harusnya lebih problems oriented, jadi sebenarnya masalah kota-kota itu, mulai dari provinsi, kabupaten/kota, itu karena dulu ada kecenderungan penyeragaman, sekarang kita sadari apalagi dengan adanya otonomi daerah itu mestinya ada pemberagaman, yang Papua nuansa Papuanya muncul, yang Jawa nuansa Jawa muncul, yang Padang nuansa Padang muncul, ini kan keberagaman yang indah sekali, itu yang secara konseptual perubahan paradigmanya memang harus ada terobosan baru, jangan sekedar perbaikan kecil-kecil di dalam penataan ruang, karena perubahan dari yang birokratik ke demokratik itu loncatan yang luar biasa, jadi kita harus berani membikin terobosan. Puisinya, ini puisi jangan dihitung menitnya, yang menulis sastra namanya 8astrawan, yang menulis drama namanya dramawan, yang menulis sejarah namanya sejarawan, yang belum ditulisi itu namanya perawan, ini kan ada penyimpangan di sini, jadi saat-saat tertentu kita harus berusaha menyimpang dari kecenderungan.

Kemudian, yang tidak kalah penting adalah, tadi disebutkan oleh Pak Tobi tentang alam, tapi sebetulnya kalau mau lengkap mestinya harus pertama pro people, jadi rakyat yang jadi primadona, karena sekarang kita melihat ada kecenderungan bunuh diri secara budaya. Jadi keaneka ragamanan budaya yan ada di daerah-daerah itu makin lama makin hilang bahkan warisan budaya peninggalan sejarah pada dibongkar segala macam ini mesti menjadi perhatian utama dalam undang-undang ini, supaya orang-orang yang membongkar bangunan bersejarah itu harus ada sanksinya, kalau tidak ini hilang semauanya warisan budaya yang kita miliki. 8aya merasa risau waktu ke Yogya dilapori orang Yogya ternannya Pak Radjiman bosnya Pesanggrahan peninggalan dari Hamengku Buwono I, itu sekarang sudah dibongkar diganti menjadi mall di sarnping Hotel Ambarukmo, kemudian ada rencana alun-alun di bawahnya akan dijadikan tempat parkir dan juga pertokoan, ini mengerikan betul karena alun-alun dengan keratonnya itu merupakan kesatuan yang tidak bisa diacak-acak dengan begitu saja, kalau dibawah alun-alun ada tempat parkir segala kita bayangkan getaran, debu, asap bau pasti al<an mengganggu keratonnya. Kalau sampai Jogya saja ada kemungkinan jadi rusak begitu bayangkan yang lain-lain. Jadi Undang-undang Penataan Ruang ini penting sekali untuk menyadarkan aspek budaya masuk, tidak sekedar berkutat seputar perencanaan tata ruang secara fisik.

Kemudian, yang tidak kalah pentingnya adalah tadi sudah fruniture, propeople, projabs, kita harus menata ruang kita dengan pemikiran untuk bisa memberi peluang lapangan kerja baik sektor formal maupun informal dua-duanya, baik yang modern maupun yang tradisional, itu ad al ah ibarat kaki kanan dan kaki kiri, tidak bisa yang kaki lima bongkar semua, pasar tradisional bongkar semua. lni keunikan kita bakalan hilang karena sebenarnya k!ta situasinya adalah situasi yang dualistik, kota kita sekaligus modern tapi masih tradisional, jadi ada kaki limanya ada mallnya, ini kombinasi yang harus dijaga jangan mengalahkan salah satu.

Kemudian yang berikutnya adalah pro tecnology. Karena tidak bisa tidak, kota kita suatu saat pasti terutama kota besar mulai bergerak keatas, bertingkat, pakai lift segala macam. Dengan demikian teknologi juga harus menjadi pertimbangan karena suatu saat nanti barangkali kita harus siap anak cucu kita tinggal di appartemen/flat/rumah susun dan sebagainya. Jadi kita mesti ada pemikiran nanti adanya pemerataan policitiq deve/oopment, kota-kota kita jadi semakin kompak, ada pemikiran tentang konservasi .energi mengenai pabrik public transformation, mengenai masalah yang berkaitan dengan daur ulang dan sebagainya, ini yang secara umum.

Kemudian kalau hal-hal yang lebih detail sebenarnya kami ingin mohon waktu untuk bisa menyusun apa usulan-usulan yang lebih dikaitkan dengan RUU ini, karena terus terus kami baru terima kemarin, datang kesini makanya tidak sempat membikin makalah segala macam itu, tapi saya ingat menurut Prof. Dr. Umar Kayam bobot dari satu paparan itu tergantung dari tebal tipisnya makalah makin tipis makin berbobot, jadi kalau tidak ada makalahnya makin bagus sekali. l.agipula saya ingat waktu itu kan Rektor UNAIR, lni kan namanya dengar pendapat bukan tulis pendapat, ya cuma omong-omong saja. Tapi kami terus terang kepingin ada waktu yang longgar karena kita pu.nya ~~ ITB ada jurusan plan~logi. mulai 81, 82, 83, UNDIP Jiuga punya, saya pikir lebih bag us Tnsaks1 JUga punya. Apa mungk1n k1ta ada waktu sedikit, sehingga nanti komentar kita sebenarnya tertulis dan sudah kita bicarakan dengan mereka yang kompeten dalam bidang ini. " ~ay~. k.ira itu saja, ja.di jangan setengah-setengah. Saya akhiri dengan puisi faforit saya, Indonesia d1JaJah Belanda t1ga setengah abad, Indonesia dijajah Jepang tiga setengah tahun

Indonesia dijajah Orde Baru tiga setengah dekade, Indonesia adalah bangsa yang setangah~ setengah" Jadi jangan setengah-setengah kita serius mohon waktu.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.

6

ARSIP D

PR RI

Page 7: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Edy, kayanya Pak Edy cocok juga jadi Rektor IKJ. Terima kasih. Kami

lanjutkan pada IPB.

WAKIL REKTOR IPB: Pimpinan Pansus RUU Penataan Ruang yang terhormat, Saudara Anggota, Rekan-rekan dari perguruan tinggi yang saya horrnati, Assalamu'alaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Pertama kami menyampaikan permohonan maaf Pak Rektor kami sedang bertugas k•3luar

negeri, tidak bisa hadir, dan meminta saya, saya adalah Wakil Rektor Bidang Akademik, yang saat ini diminta sebagai pelaksana harian Rektor di IPB. Saya ke sini ditemani atau saya hanya mengantar teman-teman kami yang barangkali pakarnya di dalam penataan ruang, ada Pak Ernan, Kepala Pusat Kajian Pengembangan Wilayah IPB bersama dengan Pak Setiadji, kemudian lbu Dr. Siti Nurisah pakar di dalam arsitektura landscape, mereka mungkin yang nanti akan banyak bicara . Yang pertama, tentu kami menyambut baik adanya rencana revisi dari Undang-undang tentang Penataan Ruang Tahun 1992 ini, karena dengan adanya ini sebetulnya kami barangkali dari pertanian ITB yang patut barangkali bersyukur dan mungkin akan banyak mengambil banyak keuntungan dari sini dengan adanya revisi ini, karena saya kira sebagian konstituen kami yang dengan UU yang lama ini barangkali kurang terlindungi, ya misalnya saja didalam hal konversilahan dari pertanian ke nonpertanian,, pembalakan, dan juga tergusurnya petani dan sebagainya itu, masih be 1lum terakomodir didalam UU yang lama.

Kemudian kalau kita perhatian juga diidalam UU yang lama nampaknya terlalu sangat normatis sehingga kurang terukur dan kurang jelas. Kemudian seperti yang tadi sudah disampaikan juga bahwa di dalam melihat kawasan ataupun ruang ini terlalu bias administratif sehingga tidak melihat kawasan ini sebagai suatu bioregion. Demikian juga seperti tadi sudah disampaikan bahwa ada bias kontinental hanya melihat darat padahal kita punya laut, punya udara, tetapi tidak terlihat di dalam undang-undang yang lama. Mudah-mudahan dengan yang baru akan nampak disitu. Kemudian sering terlihat pendekatannya lebih dominan dalam pendekatan ekonomi, jadi semua hanya diukur dengan itu tanpa, padahal nilai lingkungan saya kira barangkali sulit hanya diukur dari harga rupiah. Misalnya kita melihat barangkali pabrik atau bangunan jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan harga gabah, atau barangkali kalau hutan hanya dilihat dari nilai kayunya, padahal tidak hanya itu, sehingga saya kira tadi bahwa kami sangat bergembira dengan adanya ini. Dan kami juga tentu memberikan apresiasi kepada barangkali penyusun dari RUU ini sehingga sekarang ini siap untuk dibahas, dan meskipun saya kira tim kami dan kawan-kawan ikut dari awal di dalam menyusun ini, tetapi nampaknya masih ada bet:ierapa yang masih harus dilengkapi dan beberapa penekanan, seperti yang tadi kami sampaikan terutama barangkali bagi kami bagaimana nanti agar Undang-undang ini bisa menjamin, tidak dengan seenaknya atau dengan mudah mengkonversi dari lahan pertanian menjadi lahan-lahan yang non pertanian. Saya kira ini akan sangat besar dampaknya kedepan terutama di dalam fungsi' security yang tentu kaitannya nanti dengan ke'tahanan nasional. Kami sudah mencoba membuat masukan-masukan ini di dalam bentuk makalah dan secara rinci saya kira Pak Ernan dan kawan­kawan akan menyambung apa yang saya sampaikan. Silahkan!

IPB (EMAN/KAPUS KPW): T erima kasih Bapak Pimpinan.

Kami sudah menyusun makalah, apa yang kami sampaikan sebenarnya sudah tertuang dalam makalah yang tertulis, walaupun dalam waktu yang sangat singkat. Tapi kami di sini akan memberikan beberapa highlight saja mengenai hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan revisi Undang-undang Penataan Ruang. Di sini kami mengingatkan bahwa dalam kenyataannya sistem penataan ruang riasional maupun daerah ini secara umum efektif sebagai pendorong, pengendali, pemanfaatan ruang secara efisien dan konduktif, yang juga kurang efisien, kurang efektif di dalam menciptakan keberimbangan dan pemerataan pembangunan antarwilayah, juga kurang efektif di dalam upaya-upaya mengurangi degradasi, kerusakan, serta peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta di dalarn upaya-upaya mewujudkan sistem pertahanan keamanan. Dan kami melihat ada beberapa issue permasalahan-permasalahan, tadi sudah disinggung oleh bapak rektor kami.

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Pertama, aspek-aspek tujuan di dalam penataan ruang yang nampaknya terlalu normatif dan memerlukan hal yang lebih terukur dan proporsional. Kita juga melihat permasalahan­permasalahan menyangkut produk-produk perencanaan yang masih terbatas, lemah kualitasnya, kecenderungan bias terhadap perencanaan-perencanaan yan!~ hanya berbasis pada wilayah administratif. Padahal banyak permasalahan yang tidak bisa ditangani kalau tidak dikelola dalam konteks wilayah fungsional. Bias daratan atau kontinental, ini juga sudah disinggung oleh yang tadi. Lalu juga aspek pemanfaatan dan terutama lagi aspek pengendalian yang lemah, jadi dibandingkan aspek-aspek perencanaan penataan ruang di sisi pengendalian sangat-sangat lemah. Dan kami juga melihat sistem penataan ruang kita selama ini bias perkotaan. ltu membuat seolah-olah kawasan pedesaan itu bukan kawasan yang perlu direncanakan. Padahal sama pentingnya, sama-sama perlu direncanakan.

Selanjutnya, di sini kami menyampaikan butir-butir secara singkat rekomendasi: Yang pertama, sangat penting untuk dilakukan penguatan-penguatan di dalam sistem

pengendalian, terutama untuk mempertegas sistem sanksi yang kuat. Bahkan Kami merekomendasikan sanksi pidana, penguatan, dan keterpaduan organisasi pelaksana peraturan penataan. Jadi sistem pelaksana yang menindaklanjuti dari perencanaan nampaknya memerlukan penguatan-penguatan kelembagaan. Diperlukan juga pengembangan suatu sistem tata ruang yang bercirikan sebagai suatu negara kepulauan. Sebetulnya tata ruang negara kepulauan dengan area wilayah laut yang luas memiliki kekhasan. Jadi, itu harus terlihat di dalam Undang-undang Penataan Ruang. Kita perlu dicantumkan mengenai prinsip-prinsip tata ruang laut, kepulauan, dan memperlihatkan keterpaduan antara penataan ruang darat dan laut. Perlunya penguatan dan penekanan penataan ruang kawasan pedesaan sangat penting untuk menciptakan keberimbangan dan keterkaitan pembangunan desa dan kota atau urbangoligis dan mengurangi berbagai ketertinggalan pedesaan serta melindungi ruang-ruang pertanian yang subur.

Kelima, memuat mekanisme insentif dan disinsentif yang mengatur hubungan fungsional antarwilayah. Jadi, sekarang banyak permasalahan-permasalahan lingkungan, permasalahan­permasalahan yang harus dipecahkan oleh lintas wilayah administratif. Namun kita sangat miskin dengan mekanisme-mekanisme yang bisa menjembatani ha! tersebut, misalnya mekanisme transfer fiskal. Sehubungan dengan adanya surplus lingkungan satu tempat dengan tempat lain dan sebagainya.

Perlunya memuat pengaturan hak-hak komunal dan lokal serta memberikan ruang partisipasi masyarakat k.omunal lokal di dalam penataan ruang. Tadi sudah disinggung cukup panjang oleh bapak Tobing, memperhitungkan evaluasi ekonomi yang menyeluruh. Jadi, tidak didasarkan atas penilaian ekonomi mekanisme pasar, penguatan kapasitas aturan main, dan kelembagaan lokal. Jadi menyangkut aturan-aturan sampai ke hal yang sifatnya kelembagaan lokal.

Dan bukti terakhir, sangat pentingnya untuk melakukan perlindungan ruang terbuka hijau, baik di perkotaan dalam konteks wilayah, baik yang bersifat alami maupun buatan. Pada batas minimal yang dibutuhkan oleh suatu kawasan sangat penting, bahwa suatu kawasan, apakah itu perkotaan, apakah itu wilayah memiliki ketegasan, kejelasan luas minimum ruang terbuka hijau yang harus dipertahankan.

!tu saja catatan-catatan singkat kami dan jabaran yang lebih rinci ada di dalam makalah. T erima kasih. Assalamu 'afaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Selanjutnya kita beralih ke !TB, silahkan!

WAKIL ITB: Terima kasih. Assalamu'a/aikum wr. wb .

. Pimpinan Pansus, para Anggota Dewan yang terhorrnat dan para hadirin yang saya hormat1.

Terima kasih, atas kesempatan yang diberikan dan kami, mohon maaf bahwa Pak Rektor tidak bisa hadir, beliau sedang ke luar negeri dan sayangnya disposisinya mendadak. Jadi, kami tidak menyiapkan secara lengkap apa yang diperlukan sebagai masukan di dalam Rapat Dengar Pendapat ini. Tetapi sebenarnya untuk diketahui pula, bahwa kami tidak sepenuhnya lepas dari

8

ARSIP D

PR RI

Page 9: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

dokumen Rancangan Undang-Undang, yang Bapak/lbu sekalian akan bahas, karena beberapa kali kami memang terlibat di dalam memberikan masukan untuk penyusunan naskahnya. Oleh karena itu, sudah tentu kami menyambut baik Rancangan Undang-undang revisi Penataan Ruang ini, karena sebenarnya apa yang perlu diketahui oleh Bapak/lbu sekalian di dalam membahasnya adalah, kenapa diperlukan revisi? Sebenarnya kan begitu? Kenapa yang lama perlu direvisi? Dan dalam hal apa dia tidak berfungsi sebagai peraturan perundangan. Tentunya di sini ada beberapa hal penting di dalam menyikapi ini, karena memang diperlukan sebenarnya penelitian yang lebih mendalam mengenai keefektifan dari undang-undang yang lama, sehingga diperlukan undang­undang yang baru, sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan undang-undang yang baru. Mudah-mudahan sambil jalan ini di dalam masa pembahasannya, hal itu bisa dilakukan oleh rekan-rekan kami juga dari universitas-universitas yang ada ini untuk mencermati itu, sehingga kita bisa memberikan masukan yang sangat tajam, dimana kelemahan dari undang­undang yang lama, sehingga itu yang kita akan ubah di sini, tetapi yang baik jangan ditinggalkan, sebenarnya begitu, yang baik, masih valid dan bahkan mungkin itu menjadi suatu ciri khas dari penataan ruang untuk konteks Indonesia, saya kira perlu dipertahankan. Sebagai contoh misalnya, wawasan nusantara yang lama itu, di Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, saya kira itu sesuatu yang khas Indonesia yang mungkin harus tetap dipertahankan. Mudah-mudahan di Rancangan Undang-undang itu masih ada yang baru, karena itu menjadi satu aspek yang penting untuk kita sebagai negara kesatuan.

Di pihak lain, sebenarnya memang dari kami sendiri melihat ada beberapa kendala di dalam penerapan undang-undang yang lama itu, akibat kita sangat cepat berubah di aalam paradigma-paradigma pembangunan maupun pemerintahan, terutama dulu kan karena Undang­undang Nomor 22 Tahun 1999, dimana Undang-undang tentang Penataan Ruang yang lama memang cenderung sangat melihat struktur itu top down (dari atas ke bawah), sedangkan Unjang­undang Nomor 22 Tahun 1999 jauh lebih ekstrim lagi, dia ekstrim sebaliknya, bahwa dari bawah1 ke atas (bottom up). lni menimbulkan kesulitan di lapangan sebenarnya, sehingga penataan ruang sepertinya atau rencana tata ruang itu akhirnya conflicating, antara rencana tata ruang provinsi misalnya dengan rencana tata ruang kabupaten/kota. Kalau dahulu rencana tata ruang kabupaten/kota itu bisa diikat oleh rencana tata ruang provinsi secara struktural. Tetapi sekarang bikin sendiri-sendiri, sehingga rencana tata ruang provinsi ini yang sepertinya kehilangan identitas. Apa yang harus dimuat di dalam rencana tata ruang provinsi, ini terkait dengan hierarki, maksud saya begitu, karena ada di Rancangan Undang-Undang itu masih hierarki tata ruang. Mudah­mudahan ini nanti bisa disinkronkan lagi juga dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 juga sudah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dimana di sana kewenangan provinsi sudah diberikan lagi untuk melakukan pengawasan preventif untuk hal, khususnya penataan ruang. Di sana disebut untuk penataan ruang termasuk anggaran penataan ruang dan satu lagi saya lupa itu harus dengan sepertujuan gubernur atau Menter! Dalam Negeri. Jadi tidak seperti yang lalu lagi. Mudah-mudahan hal ini1 bisa kita lihat sebagai suatu hal yang sinkron antara kepentingan struktural dari penataan ruang yang memang harus dijaga dengan sistem kewenangan yang pada waktu yang lalu ini menimbulkan persoalan di dalam penataan ruang cii daerah.

Kemudian, dari sisi substantif tentunya adalah bahwa yang lama ini selalu kita ke~;ulitan di dalam /aw enforcement sebenarnya, kenapa tata ruang tadi disebut oleh Trisakti, misalnya amburadul di sana dan sebagainya, karena sebenarnya memang lemahnya di situ, tidak dilakukan law enforcement terhadap peraturan daerah-peraturan daerah rencana tata ruang. Pelanggaran terhadap rencana tata ruang dan sebagainya, sepertinya dibiarkan.

Kemudian, salah satu lagi dimana praktek yang lama di dalam memanfaatkan undang­undang atau menerapkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 adalah di dalam hal pengendalian. Dimana di sana disebutkan ada peninjauan kembali rencana tata ruang. Sekarang sudah menjadi sesuatu hal yang umum di daerah atau di mana pun di Indonesia, kalau pemerintah daerah melaksanakan evaluasi rencana tata ruang, karena dipersyaratkan oleh Undang-undang 5 tahun 1960, minimum satu kali melakukan evaluasi, itu sudah bisa ditebak oleh umum, bahwa yang akan dilakukan adalah melakukan pemutihan pelanggaran rencana tata ruang. Jadi hal-hal yang faktual di lapangan sudah melanggar rencana tata ruang, kemudian dimasukkan ke dalam rencana tata ruang yang baru sebagai sesuatu hal yang sah, yang formal. lni adalah hal-h2I yang kemudian kita lihat men.iadi pokok utama di dalam masalah penataan ruang di kita. Nah, tentunya kita tidak ingin mengulang hal yang itu. Kami menyambut baik pemasukan pasal-pasal yang

9

ARSIP D

PR RI

Page 10: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

terkait dengan sanksi misalnya, karena dahulu tidak ada di Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, sehingga sulit sekali untuk melakukan law enforcement .. Nah, mudah-mudahan nanti kita bisa lebih tajam lagi di dalam mengatur sanksi itu, karena sanksi banyak sekali dalam penataan ruang, bisa administratif, bisa pidana, bisa perdata, dan yang lain-lain. Dan mudah-mudahan itu nanti bisa, bisa lebih tajam dirumuskan.

Kemudian, satu hal lagi adalah bagaimana kita dengan Undang-undang tentang Penataan Ruang itu bisa mendudukkan penataan ruang itu sebagai kerangka integrasi. Untuk mengoptimasikan, mensinergikan, dan meminimasi konflik antar berbagai kegiatan sektor yang ada di daerah maupun secara nasional. Kita sudah tahu bahwa konflik ini selalu terjadi di dalam konteks penataan ruang, antara kepentingan lingkungan atau lindung dengan pertambanqan, permukiman misalnya dan dengan pertanian dan yang lain-lain. Nah, justru kekuatan dari Undang­undang Penataan Ruang ini seharusnya nantinya harus mampu dia menjadi tools atau bukan tools saja, kerangka integrasi tadi.

Nah, ini yang saya kira perlu kita pertajam lagi di dalam undang-undang ini, sehingga dia mampu mendudukkan berbagai kerangka kegiatan ini secara optimum, sinergis tadi, dan tidak conflicating satu dengan yang lain.

Satu hal lagi tentunya adalah lingkup, lingkup penataan ruang. Kalau tadi terkait dengan hierarki, sekarang ini mungkin saya hanya memberikan beberapa poin penekanan saja di dalam focus dengar pendapat kali ini. Kita tahu, bahwa di dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Lingkup Penatan Ruang itu ada tiga yaitu, perencanaan tata ruang, kemudian pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Nah, sebenarnya di dalam literatur-literatur perencanaan atau penataan ruang tiga hal itu disebutkan sebagai pembuatan rencana. Kita masukkan itu ke perencanaan atau plan marking di sana, kemudian development promotion. Nah, kita jad 1 di situ jadi pemanfaatan ruang saya tidak tahu, apakah ini pas betul, kemudian development regulation atau development controle. Nah, tentunya persoalannya pada waktu yang lama itu odalah adanya gap di pemanfaatan ruang antara rencana dengan apa yang dikehendaki.

Dan apa yang terjadi di lapangan, karena di dalam pemanfaatan ruang ini kalau kita mengikuti tiga tadi, ada plan marking, kemudian development promotion dan development controle, maka justru lemahnya adalah kaitannya dengan development promotion ini, perencanaan ini. Bagaimana pembangunan atau treathment terhadap ruangi itu dilaksanakan sebenarnya, ini tentunya di sini undang-undang ini terkait dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004. Nah, saya kurang melihat mungkin keterkaitan dari hal-hal yang diatur di dalam Rancangan Undang-Undang ini dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pemban!~unan Nasional itu sendiri, karena sebenarnya ini hal yang sangat terkait. Kenapa demikian? Karena motif dari para stakeholders penataan ruang itu sendiri sangat banyak. Kenapa? Akhirnya kegiatan Penataan Ruang itu sendiri harus jadi wadah interegrasi, integrator begitu dari berbagai motif tadi. Dari motif geopolitik ya kita mengatakan kawasan perbatasan misalnya, atau pulau-pulau terluar dan yang lain-lain, itu adalah kita bisa katakan itu adalah motif geopolitik, apakah motif geopolitik itu oleh negara atau oleh masyarakat atau yang lain-lain. Saya kira ini perlu menjadi perhatian.

Dan motif ekonomi tadi sudah banyak disebut, bahkan mungkin nomor satu di kita, kalau kita mau memanfaatkan ruang yang pertama adalah motif ekonomi, baru kemudian motif sosial Padahal kita lihat bahwa undang-undar:ig kita yang pertama menyebut-menyebut pembagian ruang, lni adalah sebenarnya Undang-undang Agraria, Undang-undang Pokok Agraria/UUPA. Di sana padahal kita melihat napas dari Undang-undang Pokok Agiraria itu adalah kepentingan sosial. bahkan hak milik itu masih mempunyai fungsi sosial. Di sana disebutkan begitu. Oleh karena itu. motif sosial ini tentunya akan sangat banyak mewarnai di dalam penerapan rencana tata ruang1 yang dahulu maupun nanti masa depan akan sangat menjadi hal yang utama.

Jadi persoalan-persoalan konflik dan yang lain-lain, terutama antara kepentingan publik dengan kepentingan privat. Dan juga okupasi dari ruang··ruang publik oleh kepentingan­kepentingan, baik ekonomi maupun sosial, kita bisa lihat PKL yang ke mana-mana dan yang lain­lain merampas hak-hak publik untuk menikmati ruang publik: dan sebagainya. ltu menjadi suatu hal yang biasa di Indonesia, tentunya itu kita tidak boleh biarkan, ke depan begitu.

Kemudian, juga kepentingan atau motif budaya, jadi kita sudah punya banyak sekali geopolitik, ekonomi, sosial, budaya. lni ju:ga menjadi satu persoalan kita, bagaimana masyarakat atau kita di Indonesia ini, masyarakatnya mampu menggunakan ruang untuk kepentingan budaya. lni sering kali menjadi hal yang tidak terakomodasi di dalam penataan ruang kita.

10

ARSIP D

PR RI

Page 11: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Kemudian, yang banyak sekali atau menggejala dan juga menjadi sangat kuat, karena ini didukung dari paradigma global adalah kepentingan atau motif untuk lingkungan hidup, yang menjadi wadah besarnya dari tujuan-tujuan penataan ruang. Nah, sering kali ini yang konflik. Padahal tujuan utama kita menata ruang sebenarnya di dalam hal yang pendek adalah me­manage atau mengelola pertumbuhan, growth management. lni pertentangannya selalu adalah melandaskan pada ekonomi dan yang riielandlaskan pada environment atau lingkungan hidup. Nah, undang-undang ini tentunya adalah' harus mampu menjawab itu, mewadahi atau menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada saat ini terhadap seluruh stakeholders ini, karena kita tidak b1sa pilah-pilah begitu. lni ada semua stakeholders dengan berbagai motifnya itu akan menggunakan ruang di tempat kita, kita harus tampung, kita harus penuhi kebutuhannya.

Yang kedua, kita harus juga melihat mengantisipasi kemungkinan persoalan-persoalan yang muncul ke depan. Jadi, dua hal ini yang saya kira nanti bisa menjadi hal-hal yang Bapc1k/lbu pergunakan untuk membahas pasal-pasal yang ada di Rancangan Undang-Undang. Untuk lebih condong, apa mementingkan atau memberikan keadilan kepada para stakeholders yang dengan motif-motif yang berbeda. Tentunya kita tiidak hanya mengatakan bahwa lingkungan hidup nomor satu, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak bisa menggunakan ruang. Nah, ini juga tidak bisa, oleh karena itu sebaiknya hal-hal yang mendasar, seperti ini yang digunakan sebagai tolak ukur untuk kita mengatakan, bahwa semua kepentingan tersebut harus bisa memanfaatkan, memperoleh manfaat dari penataan ruang.

Saya sebenarnya fokusnya ke sana, mungkin itu saja Bapak/lbu sekalian. lni hanya menambahkan, karena sebagian sebenarnya kami sudah memberikan masukan juga kepada para penyusunnya. Dan juga tadi sebagian sudah disampaikan oleh rekan-rekan kami dari universitas yang lain. Mudah-mudahan hal-hal yang singkat tadi bisa memberikan wacana lain bagi Bapak/lbu sekalian untuk mencermati Rancangan Undang-·Undang tentang Penataan Ruang ini.

T erima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb

KETUA RAPAT: Wa 'alaikumsalam wr. wb. Terima kasih. Selanjutnya, kami persilakan UGM!

WAKIL UGM: Para Pimpinan Pansus yang saya hormat, Para Anggota Dewan yang kami hormati, Para undangan yang kami hormati pula,, Assalamu'alaikum wr. wb. Kami mendapat tugas dari rektor untuk menyampaikan materi dalam rangka dengar

pendapat ini. Memang tidak langsung rektor akan menghadapi, sudah menugaskan ke program studi Magister Penanganan Kota dan Daerah. Dan saya kebetulan dari Pusat Studi Pengembangan Pembangunan Regional bersama Tim yang lain, yang juga pada waktu yang lalu yang ikut terlibat.

Kemudian, ingin menyampaikan di sini, hanya ada beberapa pesan dari pihak rektorat: Yang pertama, masalah proses, artinya bahwa kalau saat ini sedang merevisi dan proses

merevisinya ini nampaknya masih memerlukan berbagai penyempurnaan lagi. lntinya bahwa mohon menurut teman-teman lain waktu untuk penyempurnaan tadi. Karena apa? Karena beberapa hal yang terkait selain yang diutarakan dari berbagai teman tadi adalah juga beberapa yang ingin kami usulkan.

:'~ng pertama, kait~nnya dengan mengapa perlu peyempurnaan tadi, karena tadi juga sudah d1singgung rekan dan ITB, bahwa untuk mengevaluasi itu tentu ada pertanyaan-pertanyaan yang mengapa ini dievaluasi dan juga untuk kepentingan revisi tadi. Saya kira berbagai kendala kait~nnya in:plementasi, kaitannya dengan tadi tidak ada law enforcement. Say a kira itu men1~d1kan k1ta bahwa menyatakan undang-undang yang lalu tidak efektif, sehingga untuk menjadi efekt1f pengalaman yang lalu itu menjadi penting, antara lain karena misalnya kesesuaian antara hasil dan tujuan yang ingin dicapai katanya dengan tata ruang. Kemampuan dalam mengakomodasikan dinamika perubahan disamping kemudian untuk dilaksanakan. Untuk itu, kami sudah menulis, m~skipun Pak Eko tadi menyatakan kandel makalahnya mungkin tidak juga sama mutu kandel-nya lidak masalah, yang penting kami sudah mengajukan pemikiran Pak Eko terima kasih. Demikian! '

I I

ARSIP D

PR RI

Page 12: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Pertama, kaitannya dengan nuansa arti dari penataan ruang sendiri sebetulnya kami ingin mengusulkan, bukan penataan ruang, ruang ditata, itu nampaknya hanya menganggap ruang tidak ada yang menggunakan. Justru kami ingin mengusulkan, penatagunaan ruang, yang ditata yang menggunakan itu, karena kita ingin menata ruang itu gampang, tetapi menata yang menggunakan ruang itu yang sangat sulit. Contohnya sampai sekarang ini kan sedang menggunakan banyak dipengaruhi oleh berbagai hal kepentingan dan sebagainya. Sedang saat ini materi Rancangan Undang-Undang sendiri, kalau itu lebih tertuang kepada materi teknis perencanaan, belum menyinggung pelaksanaan, belum menyinggung bagaimana mengawasi, mengendalikan, lalu terjadi kesenjangan antara rencana di satu sisi dan pelaksanaan penggunaan ruang sisi satu sendiri, yang itu tentunya dengan nuansanya sendiri atau bahasa koran saya selalu menggunakan RBWK, rencananya bagus wilayahnya kacau begitu. ltu tadi, karena yang menggunakan ruang yang tidak ditata. Untuk itu, berarti mengusulkan sebetulnya, karena Rancangan Undang-Undang yang lalu itu bernuansa pemerintah yang mengatur. Mungkin lebih banyak kepada tugas-tugas pemerintah. Sebetulnya, pemerintah sebagai pemegang public policy itu mengatur bagaimana berbagai pengguna tadi di dalam menggunakan ruang, artinya masyarakat saat ini mungkin dengan kemerdekaannya merampas dan sebagainya, ataukah juga menggusur dan sebagainya, perlu artinya bagaimana masyarakat menggunakan ruang hak tadi, hak asasi dan juga hak kewajiban dan itu harus juga dilengkapi. Lalu bagaimana pemerintah mengontrolnya, lalu siapa yang melakukan pengendalian dan sebagainya. Saya kira yang lama belum memberitahukan institusi, regulasinya, dan sebagainya, sehingga untuk itu diperlukan, nuansanya adalah bagaimana kita mendalami penggunaan ruang tadi. Kemudian, bagaimana mengatur penggunaan ruang supaya haknya dipenuhi, juga kewajibannya dipenuhi, tetapi normatifnya ruang kota, ruang desa, ruang wilayah, ruang darat, ruang laut, itu juga dipegang secara normatif, karena saat ini nampaknya tidak demikian, apalagi nµansa Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang seharusnya dibaca desentralisasi, tapi kah dibaca otonomi-otonomi itu ingin menjadi raja-raja kecil. Kabupaten tidak merasa di bawah subordinasi dari provinsi, harusnya kan secara fungsional ruang itu tetap subordinasi, sehingga ada keterkaitan semacam tadi Pak, sehingga secara umum demikian.

Kami ingin mengusulkan dan kami juga sudah mengusulkan ada beberapa perubahan struktur. Kemudian juga mungkin sampai kepada batang tubu~1 sudah ada usulan-usulan secara rinci, tapi itu yang kami ingin lakukan, bahwa bagaimana hak kewajiban masyarakat, hak kewajiban swasta, menggunakan ruang yang kecil, sedang, besar itu tentunya berbeda, sanksi­sanksi kalau ada penyimpangan. Lalu 'lembaga yang mengawasi/mengendalikan, pemerintah secara hierarkis dari pusat, provinsi ke, bawah, itu kan sub ordinasinya/koordinasinya menjadi enable-nya dan sebagainya. lni kan merfierlukan berbagai peninjauan kembali posisi-posisi, lalu juga fungsi, lalu sampai kepada hak dan kewajiban, sehingga itu tadi, kami mengusulkan untuk diperlukan waktu meninjau. Meskipun konsep yang terakhir itu sudah juga beberapa 21da, tapi nampaknya batang tubuh yang terungkap di sana tidak sepenuhnya mewadahi naskah akademis yang sudah diseminarkan dan lain-lain, sehingga diperlukan lagi secara fasih kita membaca pasal per pasal terkait dengan beberapa hal tadi, baik untuk kepentingan sosial, ekonomi, budaya tadi.

Jadi kami melengkapi dari pemikiran yang diajukan teman-teman tadi lebih mengarah, kearah itu perlu diadakan memfasihkan, itu termasuk prosesnya di berbagai tingkatan, karena sekarang yang diatur adalah menggunakan ruang, berarti kembali kita harus mulai dari bawah, menyadarkan bagaimana menggunakan ~uang ltadi. Sudah proses dari bawah dibawa ke atas, lalu nanti bagaimana lembaganya yang menqngani dari atas ke bawah. Jadi bottom up and top down tadi juga dipertemukan dengan berbagai tingkatan yang berbeda. Hak dan kewajibannya termasuk sanksi dan lain sebagainya. Saya kira itu secara garis besar.

Kami mengucapkan terima kasih, bahwa ada peluang bagi kami dalam menyampaikan ini, dan juga tentunya mengharapkan ada tenggang waktu di dalam menyempurnakan kembali, agar undang-undang tadi bisa kita terima masyarakat, bisa mengerti, bisa melaksanakan dan te11tunya kotanya sendiri menjadi terabaikan. Kota, wilayah, desa, laut, darat jadi hasilnya semua. Oleh karena itu, terima kasih kami menyampaikan makalah kami.

Assalamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT:: Terima kasih.

12

ARSIP D

PR RI

Page 13: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Selanjutnya, kepada Krisna Dwipayana, tapi sebelumnya kami ingin perk~nalkan'. bahw~ salah seorang Pimpinan juga baru ha~ir, beliau Abdullah Az~ar ~na~, dan Fraks1 Part~1 Kebangkitan Bangsa dan juga tentu ada ~nggota yang sudah had1r, tad1 ket1ka awal belum had1r, sekarang sud ah hadir. Selanjutnya kami. .. 1;.

F-PG (H. M. MALKAN AMIN): : lnterupsi Pimpinan! Supaya Bapak-bapak rektor ini tahu, kalau tidak hadir Anggota itu

tidak, tidak ada ini pak, ada beberapa Pansus-pansus, ini wewenang Pimpinan, jelaskan! Bapak rektor itu kan orang akademis, jadi harus diberitahu jangan sampai kiranya mangkir terus, gaji naik tapi mangkir.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Baik, jadi, Bapak-bapak rektor yang karni hormati, bahwa hampir semua Anggota DPR ini

terlibat dalam berbagai Pansus, jadi bukan satu Pansus, tapi hampir tiga atau empat, lima Pansus, makanya ada Anggota DPR yang terlib~t dalam delapan Pansus, bisa dibayangkan. Jadi kalau, misalnya mereka belum hadir, mereka terllibat dalam Pansus yang lain. Jadi bukan mangkir seperti yang disebutkan Pak Malkan. Jadi memang hari-hari Pansus itu adalah hari Rabu dan hari Kamis, sementara Senin, Selasa itu hari-hari Komisi.

Kami lanjutkan kepada Rektor Unkris atau yang mewakili untuk menyampaikan pendapatnya!

WAKIL UNKRIS (DENNY/KAJUR PWK): Bapak Pimpinan Pansus yang ternormat; Bapak Anggota Dewan yang terhdrmat; Para hadirin sekalian. Terima kasih, atas kesempatan yang diberikan dan undangan kepada Rektor Unkris dalam

hal ini kami mengantarkan Tim kami yait~; Prof. Budi Tjahyati, Ketua Program S2 Perencanaan Wilayah Kata, Djefri, Sekretaris Program 82, Noerwono Kajur Arsitek, dan saya sendiri Denny, Kajur Perencanaan Wilayah Kota.

Di Unkris, kami membentuk tim kecil dan menyampaikan sebuah buku sepatah kata, yang nanti akan kami sampaikan secara resmi kepada Bapak Pimpinan, mohon ijin. Ada beberapa lembar dalam buku tersebut, kami bacak$n saja kesimpulannya Pak, karena waktunya, bahwa di dalam Rancangan Undang-undang yang baru ini, seyoganya memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Memperjelas pengaturan kewenangan penyelenggaraan penataan tata ruang antara

pemerintah pusat, provinsi dan kabup$ten/kota pada ruang yang sama; 2. Memuat ketentuan yang mengatur secara rinci tentang penataan ruang pada kawasan

pedesaan; 3. Memuat ketentuan yang cukup rinci tentang pengaturan kawasan perbatasan sebagai upaya

mencegah keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan 4. Memuat sanksi untuk pejabat pemerlntah yang mengeluarkan ijin pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan rencana tata rua~g. lni hasil tim yang disampaikan, a~alah merupakan tambahannya dan yang utama adalah

yang akan disampaikan oleh lbu Prof. ~udi Tjahyati, bel'iau adalah Mahaguru kita di bidang Perencanaan Wilayah dan Kata yang dul~ namanya Planologi, beliau guru saya juga di Planologi ITB dan menekuni Keilmuan Planologi Pe~encanaan Wilayah Kota itu sejak Tahun 1961 dan kalau sekarang 2006 itu sudah 45 tahun, beliau hienekuni. Beliau nanti akan menyampaikan sesuatunya adalah kalimat-kalimat hasil pemikiran ~elama 45 tahun. Jadi apapun kalimatnya pasti akan berguna dan akan sangat mahal. Untuk tid!ak berlama-lama kita tampilkan lbu Prof. Budi Tjahyati.

UN KRIS (Prof. BUOi T JAHYATl/i?WK): Saya tidak tahu mesti bicara apa kecuali selamat siang Bapak-bapak/lbu-ibu A;1ggota

Dewan yang terhormat dan teman-teman W sini. · I

Kalau mendengarkan apa yang! dipaparkan Pak Denny Kirba dan Bilbran, alangkah tuanya saya. Dari sejak tahun 61 sudah m~nekuni. Jadi bukan main tuanya, tetapi saya sebetulnya membuat semacam makalah, dimana s~ya meruntut asal mula pemikiran membuat Undang­Undang tentang Penataan Ruang yang mulainya dengan pikiran bahwa SWG Schaph Warning

13

ARSIP D

PR RI

Page 14: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Ordonantie and Schaph Warning for Organing yang dulu itu dibuat oleh Belanda yang sebetulnya hanya untuk beberapa kota, tetapi itu merupakan cikal bakal dari penataan ruang.

Kemudian juga adanya perasaan-perasaan, masalah-masalah regional yang perlu ditangani, antara lain ketimpangan-ketimpangan antarpembangunan, antardaerah, kesenjangan antarkota-desa, dan sebagainya, dan sebagainya. Sehingga akhirnya dirasakan perlu untuk waktu itu membuat Rancangan Undang-undang tentang Tata Ruang dan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional, dimana dahulu kala sebelum berkembang lebih lanjut, ini kalau orang tua boleh kan bicara dahulu kala, karena belum pada lahir kan? Bapak-bapak/lbu semua, pada waktu dahulu kala itu, dimulai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional waktu itu, sementara Rencana Undang-undang tentang Tata Ruang itu sudah lama sekali dibicarakan. Yang akhirnya sampai pada hasil ronde ketujuh belas, dan sejak itu 17 a, b, c ,d, e, f, dan seterusnya karena diinginkan berhenti pad a ronde 17, tetapi bersamaan dengan itu disiapkan jug a rencana-rencana ta ta ruang, dim an a disepakati bahwa untuk tingkat nasional bukan suatu rencana tata ruang, tetapi lebih strategi, makanya dulu namanya Strategi Nask:inal Pengembangan Tata Ruang (SNPTR) yaitu untuk menetapkan bahwa kawasan-kawasan yang berkarakteristik seperti apa, itu adalah kawasan-kawasan yang perlu dilindungi. Kawasan lindung istilahnya, karena dia itu melindungi kawasan bawahannya, kawasan di tempat sebelumnya dan sebagainya, seperti tanah-tanah yang di hulu sungai, itu supaya tidak longsor, di bawahnya itu ada daerah yang harus dilindungi. Tanaman tidak boleh diganggu gugat dan sebagainya.

Kemudian dibedakan lagi dengan kawasan budi daya, kawasan mana yang dapat dibudidayakan. Jadi di luar kawasan . lindung itu adalah kawasan budidaya yang dapat dibudidayakan. Kawasan budidaya itu ada yang sudah dibangun ada yang belum dibangun. Sehingga pada waktu tingkat nasional itu ilebih menekankan kepada hal tersebut. Pad a waktu kitE1 membuat rencana tata ruang regional RTRW propvinsi waktu itu, disepakati bahwa tata ruang provinsi itu membentuk struktur. Struktur ruang daripada provinsi lebih ditekankan kepada jaringan jalan, pemanfaatan sumber daya air, dan mengamankan kawasan-kawasan lindung dan memberikan arahan-arahan untuk kawasan budidaya.

Sedangkan di tingkat kabupaten/kota itu betul-betul pemanfaatan ruang. Bagaimana kawasan-kawasan tertentu dimanfaatkan, betul, tadi apa yang disinyalir teman-teman yaitu, bahwa tata ruang itu sebetulnya merupakan suatu yang integratif yang dapat menginteregrasikan kepentingan-kepentingan sektor, kepentingan daerah, kepentingan ada yang namanya politik, yang namanya sosial budaya, yang namariya ekonomi dan sebagainya. ltu dulu gagasan pertama, maka itu yang menjadi apa yang tercantum di dalam undang-undang yang dahulu, Undang-undang Penataan Ruang yang dahulu.

Kemudian saya ingin juga sedikit memberikan masukan, bahwa pada waktu kami menyusun Strategi Nasional Pengembangan Tata Ruang. Pada waktu itu kabupaten­kabupaten/kota, provinsi telah membuat, telah mempunyai atau sedang dalam proses menyusun jug a penataan ruangnya, sehingga yang, kita lakukan itu adalah interaktif, tidak top down. Jadi hanya dari pusat, tetapi kita mencari masukan-masukan dari bawah, dari kabupaten, dari provinsi­provinsi ke nasional. ltu seperti apa yang mereka bayangkan aspirasi penataan ruangnya. Dan kemudian kita susun dan kita kembalikan kepada mereka, apakah ini sudah sesuai dengan aspirasinya dan seterusnya. Jadi memang kesannya top down, karena dilakukan oleh lembaga­lembaga dari pusat, tapi sebetulnya telah melalui proses yang interaktif seperti itu. Sebetulnya satu hal yang memang betul, itu sangat pemerintah oriented. Jadi waktu itu memang pemerintah yang mempunyai ini, parsipatori itu hanya sebatas diajak ngomong, tetapi tidak betul-betul mereka itu yang mengerjakannya sendiri. Jadi barangkali ini yang perlu dibenahi, bahwa kita memang sangat top down, bukan top down sangat pemerintah oriented, masyarakat dilibatkan, tetapi swasta itu kurang banyak dilibatkan, akibatnya rencana-rencana yang dibuat itu kurang banyak memasukkan aspirasi terutama dari swasta, sebab yiang ternyata melakukan pembangunan yang madem, pembangunan happened itu adalah orangi-orang swasta, duitnya ada di mereka. Jadi mereka yang dengan mudah menentukan. Saya mau beli tanah ini, saya mau bikin ini itu, mal-mal, di alun-alun dan sebagainya. Pokoknya keuntungan, kalau swasta barangkali ini mohon maaf, kalau yang ada dari swasta, tapi kesan kami swasta itu lebih kepada profit oriented. Dan waktu dulu itu memang kita kurang banyak, kalau sekarang mestinya kita sudah lari lebih pandai untuk berbicara, dan juga public private partnership itu sudah sangat banyak dikemukakan.

Dengan demikian ada beberapa hal, hal yang sebetulnya memang dulu sudah dilakukan, tetapi mungkin kurang banyak, seperti partisipatori, seperti melibatkan stekeholder yang lainnya,

14

ARSIP D

PR RI

Page 15: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

itu per\u dibenahi. Tetapi yang betu\-betul pleking atau yang betul-betul tidak ada. ltu adalah enforcement dari peraturan perundangan, Perda-perda Tata Ruang segala macam itu tidak ada yang mengawasi, mengontrol, tidak ada yang mengendalikan. Apakah itu karena kelemahan kita tidak mempunyai lembaga-lembaga atau unit-unit yang mengawasi tata ruang pada saat itu atau apakah karena hal-hal yang lain? \ni yang sebetulnya perlu dikaji. Oulu niatnya itu di dalam tata ruang nasional/strategi nasional penataan ruang itu, setelah diidentifisir kawasan-kawasan lindung, kawasan-kawasan budi daya, itu juga diidentifisir pusat-pusat kegiatan, yaitu kota-kota ada pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal. Namun kembali lagi, sangat government oriented. Pemerintah yang menentukan kurang banyak melibatkan aspirasi daerah, aspirasi masyarakat, aspirasi swasta, dan sebagainya.

Yang kedua, itu selain strategi nasional pengembangan perkotaan, waktu itu disebutkan adalah strategi nasional pengembangan' trasportasi (Sistranas). lni Departemen Perhubungan telah menyusun Sistranas, tetapi sayangnya belum ada kesempatan untuk mengkaji. Apakah Sistranas itu telah menggambarkan apa yang kita harapkan semua dan telah menggambarkan apa yang diharapkan pemerintah daerah telah melihat intersektoral, coordination, dan sebagainya. Jadi memang ada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan dari jaman dahulu kala itu.

Bapak/lbu sekalian, setelah mendengarkan, semua membaca itu, beberapa hal yang menurut pendapat saya itu adalah yang p~rlu kita lakukan berikutnya ini, merevisi Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang itu merupakan hal yang sangat mendesak dan penting. Perkembangan pembangunan yang semakin dinamis, perubahan pola pemerintahan yang lebih demokratis, lebih terdesentralisasi, lebih parsipatori mencerminkan dorongan dan komitmen yang kuat terhadap upaya mendukung perwujudan ketertiban dalam setiap aspek penyelenggaraan tata ruang, perlu menegaskan status dan keberadaan Lembaga Koordinasi Penataan Ruang.

Jadi, menurut hemat kami Bapak/lbu sekalian, suatu lembaga yang mengkoordinasi penataan ruang itu amat sangat dipentingkan, karena penataan ruang itu menyangkut hajat dan kepentingan banyak pihak. Banyak stakeholder; pemerintah, swasta, masyarakat, pusat, provinsi, daerah, sektor-sektor, itu sangat penting. Oleh karena itu, keberadaan lembaga koordinasi untuk konteks penataan ruang sangat penting. Penataan ruang mencakup dan mempengaruhi aktivitas berbagai aktor dan sektor pembangunan: Jaman dahulu kala itu sudah ada BKTRN, tetapi saya kurang kenal. Sekarang apakah BKTRN iltu masih ada, apakah perlu diberi viagra, kalau menurut Pak Eko? Barangkali itu, tetapi sebetulmya embrionya sudah ada, dan ini perlu kita hidupkan kembali mungkin perlu diperkuat dengan BKTRD. Jadi tidak hanya di nasional, tapi di daerah pun juga perlu ada.

Dalam konsep Rancangan Undang-Undang ini tidak lagi meneruskan adanya pengaturan untuk menunjuk seorang menteri. Padahal ini barangkali penting mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk penataan ruang. Nah, hemat saya, karena ini menyangkut departemen­departemen, kementerian-kementerian, maka seyoganya yang bertanggung jawab untuk ini adalah seorang menteri, yang ditugasi mengkoordinas:i penataan ruang, yang lingkupnya semakin besar dan kompleksitas yang semakin tinggi.

Dan yang terakhir itu adalah mengenai sanksi pidana, ini betul sekali yang melancar revisi undang-undang ini. Sanksi pidana itu tidqk dapat, tidak harus diicantumkan. Dahulu kala itu waktu Undang-undang Tata Ruang yang da:hulu itu, sanksi perkara, sanksi itu memang betul diperdebatkan lama dengan DPR juga waktu itu. Apakah perlu ada sanksi-sanksi atau tidak? Waktu itu argumentasinya, undang-undang ini merupakan undang-undang payung. Jadi tidak perlu sanksi-sanksi, sanksi itu diadakan di undang-undang yang melaksanakan, seperti perkara jalan di Undang-undang Jalan, seperti perkara kawasan lindung mun!~kin di Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990, pokoknya ada Undang-undang Kawasan Lindung. Mengenai apa dan sebagainya itu semua bisa dikembalikan sektor, tetapi spya dengan Pak Dirjen, ini ternyata banyak sekali yang membutuhkan sanksi-sanksi, sebab mereka bingung, seperti apa yang bisa dilakukan, kalau melanggar itu bagaimana? Apa yang dapat dilak:ukan? Sehingga sanksi itu penting.

Bapak/lbu sekalian sebagai pent!Jtup, maka perlu ada dukungan dalam pelaksanaan dan penerapan Undang-Undang Penataan Ruang, Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian: 1. Penyempurnaan kelembagaan dan kepeningkatan kemampuan aparatur Penataan Ruang; 2. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam Penataan Ruang; 3. Pemantapan sistem penataan tata ruang, rneliputi mekanisme, prosedur, standar dan form 3t

pengelolaan tata ruang;

15

ARSIP D

PR RI

Page 16: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

4. Peningkatan system informasi didal~m Penataan Ruarig dengan menyediakan data yang akurat serta peta yang sesuai serta m~madai.

Apabila kita ingin partisipatif, imaka informasi tentang Penataan Ruang itu perlu disebarluaskan ke pihak-pihak yang interested, yang relevan. Sebelum mengakhiri saya ingin sedikit menambahkan, yaitu tentang k~lembagaan, perlunya koordinasi itu tadi sudah saya sebutkan, tetapi disini kami perlu menebaskan bahwa Penataan Ruang dan rencana-rencana pembangunan itu jangan dianggap sebag~i satu. Penataan ruang itu adalah suatu dimensi spesial dari rencana pembangunan. Rencana pernbangunan itu tetap saja seperti biasa dilakukan, tetapi kemudian diberi dimensi spesial yaitu, derigan penataan ruang itu.

Dan saya mendukung yang dik~mukakan oleh Bapak-Bapak, Rektor-Rektor atau yang mewakili tentang perlunya diadakan pert~muan yang lebih lega, lebih panjang waktunya. Dimana masing-masing Perguruan Tinggi yang dianggap relevan atau pun pihak-pihak yang lain. Diberi kesempatan untuk membaca Undang-undang Penataan Ruang ini dan memberikan tanggapan­tanggapan. Beberapa diantara teman-ternan telah membuat tanggapan-tanggapan secara detil. Tapi saya dengar tadi pak Eko, dia sangat mendukung untuk mohon waktu menyusun usulan yang lebih terkait dengan bahan.

Demikian yang saya dapat saya sampaikan. Pak Denny terima kasih atas kesempatannya. Bapak/lbu Anggota Pansus.

Terima kasih.

UNKRIS (DENNY/KAJUR PWK):' Demikianlah, penjelasan yang le~gkap dari Mahaguru kita, Prof. Budi Tjahyati. Mahon ijin

diberikan apluse Pak!. Dan selanjutnya mphon ijin menyampaikan berkas dari Prof. Budi Tjahyati.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Semua narasumber sudah me~berikan masukan pada Pansus. Dan kini giliran Para

Anggota Pansus untuk memberikan tanggapan ataupun pertanyaan dalam rapat ini. Dan di meja kami sudah ada tujuh orang Anggota yan~ akan bertanya, yakni pak Husein Abdul Azis, kemudian pak Pastor Saut Hasibuan, kemudian pa~ Nusirwan Suyono, kemudian pak Romzy Nihan, lalu pak Syamsul Hilal, dan pak Afni Achmad dan terakhir pak Adi Mubarak, begitupun kalau nanti ada Anggota lain yang ingin menyusul, tentu akan dipersilakan.

Silakan pak Husein Abdul Azis! ·

F·PD (HUSSEIN ABDUL AZIS): Terima kasih Pimpinan; Assalamu'alaikum wr. wb. Yang kami hormati Bapak Prof. Dr. Tobi Mutis selaku Rektor Universitas Trisakti,

kebetulan Bos saya di Universitas Trisak~i. Saya adalah anak buah beliau. Salah satu dosen dari Universitas Trisakti. '

Yang kami hormati Bapak-bapak Rektor atau yang mewakili beserta jajarannya. Dan yang kami hormati rekan-rekan Anggota Pansus RUU Tata Ruang beserta para

hadirin yang berbahagia. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, atas masukan-masukan yang diberikan oleh

Bapak-bapak sebagai narasumber karni. Yang mana masukan-masukan itu memang kami perlukan untuk melengkapi Rancangan Undang-Undang yang sedang kami buat ini. Dan mudah­mudahan ini mendapatkan nilai tambah y~ng besar sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Bapak/lbu sekalian, • Kalau kita berangkat dari azas iPenataan Ruang yang mana disana ada keterpaduan,

adanya keserasian, adanya kebersamaaln, yang tadi juga disinggung, bahwa masalah keadilan harus juga menjadi perhatian. Kami mirlta dengan hormat kepada Bapak-bapak sekalian, agar su~aya untuk memperkaya atau untuk :melengkapi Pasal-pasal yang artinya, Bapak/lbu telah t~nma, pada saat waktu kami unda~g, Draftnya itu kami mohonkan agar supaya bisa d1kembangkan agar supaya Rancangan Undang-Undang ini bisa betul-betul berguna dan sesuai apa yang kita inginkan, kalau kita berangkat dari keterpaduan.

Bapak/lbu sekalian yang kami hormati.

16

ARSIP D

PR RI

Page 17: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Memang di sini ada permasalahah, sebagai contoh, bahwa kita di Provinsi DKI Jakarta ini terus terang, antara daerah tetangga kita,1 kebetulan lbu Budi ini adalah sebagai Narasumber kami pada saat waktu kami mengadakan Rapa1t Kerja dengan lbu, yaitu mengenai Rancangan Undang­Undang lbu Kata Negara Republik Indonesia. Jadi lbu, banyak memberikan masukan. lni tidak ada ketepaduan, jadi antara daerah penyangga, dalam hal ini adalah Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi OKI Jakarta. lni timbul suatu permasalahan yang mana sebaga1 contoh, bahwa DKI Jakarta ini salah satu kendala yang utama adalah masalah sampah.

Jadi pada saat waktu OKI Jakarta ini ingin membuang sampah ke Bantar Gebang, maka reaksi daripada Provinsi tetangga itu de

1

mikian kerasnya, sehingga sampai hari ini tidak terjadi penggunaan daerah tetangga untuk pernbuangan sampah. Dan hal ini memang kami perlukan, dan ini perlu juga dimasukan kedalam Pasal-pasal, karena ini sangat-sangat bermanfaat untuk masalah keterpaduan ini, tadi dari pembicara-pembicara, narasumber, bahwa harus ditegakkan sanksi, memang benar Pak! Jadi kalau kita lihat, ini sebagai contoh di Pemda-Pemda khususnya di daerah-daerah kota besar. ltu perubahan ,peruntukan lahan itu sang at menjadi permasalahan yang ada. Dan ini betul-betul, artinya banyak terlaksana dengan tidak adanya sanksi. Sebagai contoh, misalnya ada satu daerah sudah dialokas;ikan untuk daerah hijau, yang mana daerah hijau itu tida~; diperuntukan untuk pemukiman, tapi dengan cara-cara tertentu, sehingga daerah itu bisa berubah warna, yaitu menjadi daerah kuning, ini mohon maaf, tidak ada kaitannya dengan pak Syarf Hutauruk, masalah hijau dan kuning ini. :Jadi itu kenyataan. Dengan tidak ada sanksi, maka itu bisa terjadi terus-menerus. Siapa sih peliakunya?, pelakunya adalah orang-orang Pemda sendiri, untuk merubah peruntukan, karena ujung~ujungnya adalah untuk kepentingan pribadi juga.

Jadi masalah-masalah ini, kami s1etuju sekali, bahwa mengenai sanksi, tadi pak Dirjen juga sudah katakana, bahwa masalah sanksii ini adalah perlu ya pak? Jadi perlu dicantumkan dalam Pasal-pasal. Untuk ini kami harapkan dari Bapak-bapak kira-kira di Pasal-pasal yang perlu kita kenakan sanksi. Yang perlu dimuatkan, apa muatan sanksinya, terutama lbu Prof. Budi barangkali bisa membantu untuk di Pasal-pasal ma~a kira-kira untuk sanksi ini kita berlakukan. Kenapa kami anggap ini perlu?, Karena kalau tidak ad~ sanksi. Ya, seperti yang sekarang inilah, misalnya ada pemukiman-pemukiman yang ada di bantaran kali. Nah, ini kan sudah merupakan hal yang perlu kita perhatikan. Bahkan di pemukiman-pemukiman tersebut yang sebenarnya tidak layak untuk hunian. !tu ada jalur telepon, ada jalur llistrik. Dan itu dii.iinkan untuk hal seperti itu, jadi bagi saudara-saudara kita yang tinggal di tempat terlarang mestinya, yaitu di bantaran kali, itu dengan santai saja sampai hari ini juga masih te0ang-tenang saja, karena tidak ada sanksi, dan tidak ada larangan yang dikenakan kepada itu. l~u adalah merusak lingkungan, merusak tata ruan~1 kita, memang kami juga mengharapkan usulan-usuilan dari bapak ibu sekalian khususnya untuk kota­kota besar, karena tata ruang ini adalah

1berlakunya secara nasional agar supaya bisa digalakkan

atau bisa di konsentrasikan untuk pemu~iman itu, Adalah pengembangannya ke atas yaitu Rusun (rumah susun). Kalau kita lihat di kot,a-kota besar itu yang kita sebut adalah permukiman perkotaan, itu betul-betul sudah sedemikian padat. Bukan hanya Jakarta saja. Jadi alangkah baiknya, kalau ada salah satu Passi un:tuk perkotaan itu sudah mulai dialihkan untuk pengembangannya ke atas, jadi pengembangannya adalah vertikal jadi bukan horisontal.

Dan ini merupakan suatu hal yang penting untuk dimasukan dalam salah satu Pasal barangkali dan ini kami harapkan dari B1apak/lbu sekalian. Barangkali untuk kelanjutan daripada pertemuan kita hari ini. Kami harapkan ju,ga dari para narasumber ini untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya ada sandingan Pasal per Pasal, jadi misalnya Pasal yang artinya terutama Pasal-pasal yang artinya perlu kita perhatikan dan perlu untuk di betul-betul apa ada perubahan atau ada p~nambahan. ltu kami harapkan ada sandingan dari sumbangan pemikiran dari Bapak-bapak, m1salnya Pasal A atau Pasal 2 atau Pasal 3. ltu kira-kira sandingan dari bapak, bagaimana?.

Kami tertarik sekali tadi yang diutarakan oleh Prof. Tobi, bahwa ini kelit1atannya terlalu terkonsentrasi kepada tata ruang yang berhubungan dengan darat, tetapi tata ruang yang berhubungan dengan udara dan laut itu 1 sama sekali atau prosentasenya sangat kecil. lni kami pe~lu jug a .masukan dari. bapak sekalian mengenai hal tersebut. Jadi sekali lagi kami ucapakan tenma kas1h atas kehadiran Bapak/lbu ?ekalian dan terima kasih juga atas masukan-masukan yang tadi sudah dipresentasikan.

Demikian Pimpinan. Wabifahi Taufiq Wafhidayah, wassafamu'afaikum Wr. Wb.

17

ARSIP D

PR RI

Page 18: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

KETUA RAPAT: Terima kasih Bapak Hussein Abdul Aziz. Selanjutnya, Pastor Saut Hasibuan!

F·PDS (PASTOR SAUT M. HASIBUAN): Terima kasih Pimpinan yang saya hormati. Dan rekan-rekan Anggota Pansus, saya sangat menyambut baik kehadiran Bapak-bapak

Rektor dan seluruh jajaran yang turut serta. Selamat datang dan selamat didalam menunaikan, menyelesaikan Pansus yang akan kita

selesaikan ini. Saya merasa terhibur, karena ternyata jajaran para Rektor ini awet muda semua. ltu sesuatu yang lumrah, karena Bapak-bapak Pimpinan ini ternyata sangat senang menghibur dengan lelucon-lelucon yang kami telah terima tadi. Dan bukan hanya lelucon itu yang membuat kami terhibur, ternyata di tengah-tengah hal-hal yang lucu dan menghibur itu ternyata sangat serius, karena apa? pendengaran kami bahwa kekecewaan berat terhadap Penataan Ruang di Indonesia dengan perbandingan-perbandingan atas apa yang bapak amati di negara-negara 12,in.

Dan kedua, bahwa muatan daripada draft yang disampaikan ini mungkin baru separuh yang ada, karena belum memuat bagaimana tata ruang udara, bagaimana tata ruang lautan dan bagaimana tata ruang sumber air dan sebagainya. Dan juga dikemukakan tadi, karena tidak adanya kepastian akan peruntukan-peruntukan dan kawasan-kawasan itu atau sudah pernah ada, sudah legal ada, tetapi karena terlalu banyak yang illegal, terlalu banyak yang illegal, ada illegal loging, ada illegal mailing, ada illegal fishing ada lagi macam-macam illegal yang merusak, dan illegal itu menyesakkan, begitu kan bapak-bapak Profesor?. Sehingga bapak kemarin mungkin harusnya bisa sekian jam atau sekian menit, ternyata bapak harus datang kemari berjam-jam, karena apa? Karena Penataan Ruang kota tidak betul, bercampur aduk. Dan ketika di lakukan tindakan-tindakan illegal tidak ada kompensasi. Alam ini makin rusak atau sudah jerambab, biasanya kalau ada pelanggaran, seperti di luar negeri begitu kan bapak Profesor? membuang rokok, puntung rokok harus ada kompensasi atau lebih berat lagi ada kompensasi, tapi badan juga masuk kurungan. lni barangkali, suka sendiri-suka sendiri rasa, mau suka-sukanya semua. Begitulah yang terjadi di negeri kita ini. Sehingga alam tidak bersahabat lagi, manusia yang diberi Tuhan mandat untuk mengatur supaya bumi, baik bukan jadi mandataris lagi. Banyak sekali mandataris-mandataris sudah sering ada di Indonesia ini, mulai dari mandataris macam-macam, tetapi entah dikembalikan mandatnya atau disalahgunakan mandatnya. Oleh karena itu bapak­bapak Professor kami memohon lagi melalui Pimpinan supaya kekecewaan kita ini belum terlambat, tadi saudara saya sudah mengemukakan SHbetulnya, supaya memperkaya draft Rancangan Undang-Undang ini, karena banyak pemikir-pemikir dan cerdik pandai di pihak akademis ini, yang bisa membuat sandingan dari draft Rancangan Undang-Undang kita. Draft Rancangan Undang-Undang ini kan sudah disampaikan kepada bapak-bapak, alangkah baiknya pada pertemuan mendatang sudah juga mendapat draft sandingan, Jadi konkrit supaya tingkat penghiburan bapak kepada bangsa ini betul-betul nyata yang dirasa kurang ini, yang berlebihan ini. Kami sudah pasti mengundang Departemen-departemen terkait untuk menyempurnakan draft yang telah di buat oleh pemerintah ini.

Saya kira ini permohonan kami kepada bapak-bapak Professor, mohon supaya draft-draft sandingan atau draft kelengkapan, hingga terdapat nanti matrik kenapa demikian? Baik, sekali kita buat ini, maka inilah master untuk Indonesia yang akan dipergunakan oleh setiap kurikulum. Demikian Pimpinan.

Terima kasih atas perhatiannya.

KETUA RAPAT: Terima kasih Bapak Pastor. Pimpinan dan Anggota Pansus yang saya hormati. Dan juga narasumber, tadi kita

menyepakati pertemuan ini akan berakhir pada pukul 16.00 WIB, tapi sekarang sudah pukul 16.00 WIB. Ada 5 orang lagi yang akan memberikan tanggapan atau pertanyaan, karena itu saya meminta agar kita menambah jadwal kita ini. Ada 5 orang lagi, kita perpanjang 30 menit ya. Sepakat ya, 30 menit? Pak Nursyiwan Soejono!

(RAPAT: SETUJU)

18

ARSIP D

PR RI

Page 19: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

F-PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat Bapak-bapak Rektor atau yang mewakili. lbu Budi Tjahyati beserta seluruh Bapak-bapak yang hadir pada siang hari ini. Saya tidak bisa berpantun pak Eko! Jadi langsung saja tentunya apresiasi yang tinggi

terhadap masukan yang telah di sampaikan kepada kami, tidak ada hal yang mungkin bisa kita koreksi atau katakanlah kita beri catatan terhadap apa yang menjadikan masukan tentunya ini kembali kepada usulan rekan-rekan tadi, untuk kita memperoleh sandingan hanya ada beberapa catatan mungkin, apabila bisa dikomentari, diitanggapi, terimakasih. Tapi apabila tidak mungkin ini menjadi sebuah catatan nanti didalam menelaah lebih lanjut berkaitan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini, pak.

Yang pertama, tentunya Rencana L/ndang-undang tentang Penataan Ruang ini diharapkan menjadi sebuah acuan atau katakanlah kepastian program pembangunan atau program kegiatan-kegiatan yang terintegrasi. Didalam Undang-undang tadi sudah disampaikan oleh Bapak dari ITB. Kita tentunya berharap bahwa dari rencana pembangunan jangka menengah, rencana pembangunan jangka panjang kematian keturunannya kembali kepada RKP (Rencana Kerja Pemerintah). ltupun terintegrasi didalam tata ruang tersubut. Untuk itu mungkin sebagai catatan ini tadi, saya hanya melihat bahwa perkembangan terakhir ini, beberapa hal yang berkaitan dengan yudilitas public, ini banyak menimbulkan problem-problem berkelanjutan sampai hari ini. lni bagaimana formulasi didalam Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang ini, apa itu?. Kami mencatat beberapa hal.

Yang pertama, misalnya sebuah contoh adalah yang sering berdatangan di Senayan ini. Saya sudah mengungkapkan juga pada forum k:emarin dengan BBM. ltu warga yang terkena sutet saluran udara tegangan ekstra tinggi. Dan jaringan ini tidak hanya didalam satu daerah saja, tetapi itu menjalur dari Pulau Jawa, Sumatera dan sebagainya.

Kemudian juga menyangkut pipanisasi, itu juga jaringan ini pun sudah terintegrasi oleh lembaga-lembaga regulator yang menangani persoalan gas,, inipun sudah ada jaringannya, memang di dalam Rancangan Undang-Undang ini ada beberapa istilah-istilah, tapi tentunya tidak. terkait dengan apa yang saya sampaikan tadi. Ada yang menyangkut kawasan strategis nasional. lni bagaimana, karna ini terkait pula dengan lingkungan, dengan penduduk, dengan aspek-aspek sosial budaya, jadi penuangan atau katakanlah mohon pendapat atau komen dari yang terhormat Bapak-bapak sekalian dari Perguruan Tinggi, berkaitan dengan hal-hal yang mungkin, mohon maaf bu Budi, yang kira-kira 20-30 tahun yang lalu ini benda-benda ini tidak ada, tapi mau tidak mau pada saat sekarang ada jaringan jalan tol dan sebagainya. lni menimbulkan aspek didalam Penataan Ruang. lni posisioning atau katakanlah penempatannya menjadi bagaimana formulasinya? !tu yang pertama.

Tadi juga sudah disampaikan berkaitan dengan koordinasi, didalam draft Rancangan Undang-Undang ini tidak begitu jelas, bentuk atau katakanlah strukturnya. Tentunya untuk supaya Pak Eko tadi tidak berharap terjadinya setengah-setengah itu ltadi. lnipun juga mungkin menjadi catatan kita, bagaimana penuangannya didalam koordinasi sudah terlihat, bahwa tata ruang ini akan lintas departemen, lintas sektoral, lintas bidang dan sebagainya. lni titipan, mohon maaf yang terhormat Bapak-bapak sekalian. Titipan yang mungkin, apabila kita berjumpa kembali hal­hal ini bisa membantu kami didalam penyusunan pembahasan Rancangan Undang-Undang ini. Saya pikir dua itu saja Pimpinan ! Tidak terlalu banyak-banyak titipannya Pak Eko.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terimakasih Pak Nursyiwan Suryono, selanjutnya Pak Romzi Niham!

F-PPP (ROMZI NIHAM): Assa/amu 'alaikum wr. wb. Bapak-Bapak Rektor dan seluruh jajarannya yang saya hormati. Rekan-rekan saya Pansus Tata Ruang yang saya hormati. Yang pertama, saya sangat tertarik, bahwa tata ruang ini tidak mungkin bisa terlaksana

dengan baik tanpa partisipasi masyarakat, termasuk masalah budaya. Tapi partisipasi ini sampai sekarang masih sekedar wacana. Apalagi bekerja dengan sistim proyek, ini justru partisipasi ini kadang-kadang terpinggirkan, kalau sebelum pemerintahan des a ini be I um bentuk sentralistik

19

ARSIP D

PR RI

Page 20: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

seperti yang sekarang, kalau dulukan beragam pak Eko. Masing-masing Pemerintahan Desa tersendiri sesuai dengan kultur budayanya, maka keselamatan lingkungan itu sangat terjamin, tapi semenjak tahun 1984 kerusakan lingkungan ini sangat dasyat sekali. Untuk itulah sangat di perlukan bagaimana agar bisa terakomodir didalam Undang-undang ini untuk mengkonkritkan partisipasi masyarakat tadi. Apalagi di ceritakan sampai sekarang alun-alun mau di rubah sedemikian rupa, sebagian hancur monumen-monumen budaya bangsa ini.

Yang kedua, saya tertarik agar diatur lahan pertanian itu tidak cenderung berkurang dar IPB tadi, karena berkurangnya lahan pertanian itu sekaligus akan merubah persoalan lingkungan itu sendiri, tapi yang menjadi masalah sawah sekarang justru cenderung berkurang, karena bertani gabah itu tidak menjanjikan untuk perbaikan hidup. lni bagaimana kita mengaturnya agar ini betul­betul bisa terjamin, artinya lahan pertanian itu ceriderung konstan. kalaupun tidak bertambah, jadi didalam penataan ruang ini.

Kemudian yang ketiga, tata ruang dalam kerangka terintegrasi, sekarang ini kan sudah ada Tata Ruang Tingkat Nasional, Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten. Bahkan ada daerah yang mengatur tata ruang itu spesial, ada daerah untuk perkantoran, ada daerah bisnis, ada daerah pemukiman, tapi nyatanya tidak bisa jalan, sepanjang satu tempat sudah menjadi pemukiman, maka dia akan berkembang juga menjadi daerah bisnis dan seterusnya. Jadi tidak bisa dipisah-pisahkan perkembangan lingkungan itu. Nah, terintegrasi ini agar harmonis itu bagaimana kita mengaturnya didalam Pasal-pasal di Undang-undang yang sedang dibahas sekarang ini. Kemudian juga saya tertarik tadi tentang judul Undang-undang ini bukan Undang­undang tentang Tata Ruang, tapi tentang Undang-undang Pengaturan Pengguna Tata Ruang, ini juga menarik, jadi pengguna ini yang diatur. Bagaimana dia bakal menggunakan ruang ini, ini sangat diperlukan masukan yang lebih konkrit untuk jadi diskusi, karena dari judul ini akan menimbulkan filosofi yang berbeda, harap pembahasan lebih lanjut.

Kemudian saya menarik sekali tadi dari1 lbu, disebutkan bahwa Tingkat Provinsi itu adalah tingkat struktur, tapi penggunaan, itu diatur. pada Tingkat Kabupaten/Kota, dalam masalah ini apakah yang tingkat nasional itu cukup dalam bentuk, artinya undang-undang dalam bentuk standar. Jadi akan menjadi acuan standar bagi Provinsi, Acuan standar bagi Kabupaten/Kota dalam membuat Peraturan Daerah tentang tata ruang ini, karena memang kejelasan perbedaan kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah ini memang perlu konkrit agar tidak terjadi tumpangtidih, jadi tidak jelas mana yang oleh pusat dan mana yang oleh daerah ini. Saya kirn ini yang saya ingin, artinya sangat berterimakasih kepada Bapak-bapak Rektor dan lbu, seandainya nanti ada masukan dalam bentuk tertulis konkrit yang bisa kami bandingkan dengan draft yang sudah ada ini, karena Undang-undang yang sedang di bahas ini sudah menghadirkan 6 Perguruan Tinggi hari ini. Justru nanti menghasilkan Undang-undang begitu diketok dia disahkan menjadi Undang-undang, tapi juga sekaligus pikiran kita perlu segera direvisi, sehingga Undang-undang itu menjadi kontraproduktif, karena kalau satu Undang-undang menurut saya kalau berlakunya kurang dari 20 tahun, Undang-undang ini tidak efisien dan cenderung menimbulkan pemborosan. Saya kira demikian.

Sekali lagi terima kasih Bapak-bapak Rektor dan lbu yang telah memberikan masukan­masukan secara tertulis sangat kami harapkan untuk bahan pernbahasan lebih lanjut.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Terima kasih, pak Romzi. Selanjutnya Pak Syamsu Hila!!

F·PKS (SY AMSU HILAL): Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum wr. wb. Bapak Pimpinan terima kasih atas waktunya. Dan yang lainnya kami hormati Bapak Rektor dan yang mewakilinya serta dan jajarannya

juga kami hormati pula. . Sebagaimana tadi diungkapkan bahwa kebutuhan akan adanya Undang-undang Penataan

Ruang inikan juga salah satunya disebabkan, karena sejak era reformasi itu. Dan adanya Undang­undang Nornor 22 tahun 1999, kemudian 32 Tahun 2004, itu rnenyebabkan daerah-daerah l<urang konsentrasi atau kurang peduli terhadap Penataan Ruang, karena mernang mereka mungkin berkejaran dengan bagaimana rneningkatkan pendapatan daerah rnereka. Sehingga sisi Penataan Ruang mereka seolah-olah terabaikan. Oleh karena itu adanya Rancangan Undang-Undang ini

20

ARSIP D

PR RI

Page 21: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

hanya merupakan penyempurnaan dari Rancangan .undang-undang sebelumnya . ~ent~ng penataan ruang juga, ingin mengembalikan peran pusat d1dal.am pen~taan ru~ng, se~ert1 1tu k1ra­kira semangatnya. lni bukan berarti bahwa penataan ruang d1 kembahkan lag1 sepert1 masa yang lalu, top down, akan tetapi juga kita baca secara menyeluruh Rancangan Undang-Undang ini juga ada poin-poin atau Pasal-pasal yang men¥ebutkan tentang bottom up begitu pak. Oleh karena itu pada kesempatan yang berharga ini.

Kami menginginkan kepada para Bapak-bapak sekalian memang lebih ahli dalam Penataan Ruang ini, karena kita juga tadi melihat bahwa Penataan Ruang itu bukan sekedar menata sebuah ruangan yang mungkin ruangan kosong atau ruangan yang cuma satu, dua dimensi, tapi juga multidimensi.

Disana menyangkut urusan-urusan sosial, ekonomi, budaya. Kemudian juga, bahkan kalau kita lihat juga melibatkan berbagai macam kepentingan. Dan bagaimana menyatukan kepentingan-kepentingan ini, sehingga kita bisa menghasilkan sebuah Undang-undang yang integral yang integrative. Semua kepentingan-kepentingan dasar-dasar pemikirannya tercakup didalam Undang-undang ini. Sehingga sebagaimana yang dikatakan oleh rekan tadi, bahwa Undang-undang ini bisa berlaku lama, tidak, baru diberlakuk.an kemudian direvisi lagi. Oleh karena itu kami menginginkan masukan-masukan tentang bagaimana kita menata sebuah ruang nusantara ini, Indonesia ini secara integral. Secara integrative mulainya dari mana, kalau kita melihat dari Rancangan Undang-Undang ini memang sebagaimana dikatakan masukan dari Bapak Rektor dari IPB tadi, bahwa lebih berat ke darat, bahkan daratnya juga lebih berat ke kota, kalau kita lihat ada Pasal-pasal tentang bagaimana menata ruang perkotaan. Sementara menata ruang pedesaan itu tidak ada. Apakah mungkin nanti? terutama dari IPB itu mengusulkan Pasal-pasal, misalnya, Penataan Ruang itu dibagi menjadi tiga misalnya, jadi penataan ruang daratan, penataan ruang laut dan udara juga, misalnya seperti itu. Dan juga diklarifikasikan lagi bagaimana menata ruang perkotaan yang kemudian di integrasikan dengan kepentingan pedesaan. Sehingga kalau kita lihat tujuan dari Rancangan Undang-Undang ini meskipun dikatakan sangat normative oleh IPB tadi, salah satunya kan bagaimana menciptakan ruang nusantara yang nyaman, nyaman dalam arti kata bahwa, bukan hanya dirasakan oleh segeliintir orang saja, misalnya orang-orang perkotaan saja merasa nyaman dengan Penataan Ruang yang kita buat akan tetapi orang.orang yang desa juga tidak merasa terhimpit, dia merasa nyaman tinggal di desanya tata ruangnya di tata sedemikian rupa, sehingga dia tidak punya keinginan untuk pergi ke kota, yang menyebabkan seperti sekarang ini berbagai masalah yang muncul di kota-kota besar. Oleh karena itu memang ini merupakan tantangan yang sangat berat, sangat berat kedepan. Sehingga kita mengingin sebuah Rancangan Undang-Undang yang terintegratif.

Saya juga tertarik dengan usulan yang tadi dari saya, saya lupa, dari UNKRIS tentang judul Undang-undang Penata Gunaan Ruang. Memang saya juga melihat, bahwa kalau Penataan Ruang ini sangat multidimensi dan menyanglkut berbagai macam system, maka bisa jadi mungkin ada usulan misalnya Rancangan Undang-Undang tentang sistem Penata Gunaan Ruang misallya begitu, karena memang harus terintegratif mengaitnya berbagai system. Jadi walaupun ini sekedar penamaan, tapi saya kira dengan misalnya menambahkan system kedepan, ini sekedar bahan pemikiran saja buat Bapak-bapak nanti memberikan masukan kepada kami, ini menunjukar: bahwa Penataan Ruang ini harus bersifat integrative kedepan, termasuk juga tadi yang kita inginkan juga masukan-masukan bagaimana sebuah ruang itu kan tidak seperti, kita menginginkan bahwa sebagaimana yang dikatakan juga bahwa, seringkali kita membuat Penataan Ruang perencanaan penataan ruang itu dikalahkan, jadi terlambat setelah muncul masalah-masalah yangi ada, maka kita baru merasakan pentingnya Penataan Ruang, tadinya tidak kedepan kita membuat antisipatif, jadi perencanaan itukan seharusnya antisipatif, ibarat kalau kita membangun sebuah gedung atau hotel kan sejak awal kan sudah diperhitungkan tentang fungsi-fungsinya, kemudiar· apa yang dibutuhkan misalnya seperti itu. Meskipun kelihatannya agak sulit ,Jakarta mungkin berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa kita sekarang ini. Tapi paling tidak beberapa hal didalam perencanaan Penataan Ruang kedepan itu kita harus antisipatif sifatnya, sehingga perkembangan-perkembangan, industri, teknologi dan seterusnya itu bisa diantisipasi cengan adanya RUU ini seperti ini. Sekarang juga kita memang menimbulkan masalah antara kepentingan pertumbuhan ekonomi yang disitu kita memacu sekuat-kuatnya dibidang industn misalnya, dengan dampak dari industri tersebut yang dikatakan menimbulkan limbah dan seterusnya yang akhirnya merusak lingkungan. Nah, ini juga kalau tidak ditata dengan baik, maka terus terang memang kedepan juga akan selalu menimbulkan masalah, apa yang kita lakukan

21

ARSIP D

PR RI

Page 22: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

kalau tidak di back up oleh adanya Undang-undang yang mengatur tentang penataan ruang. Jadi mungkin ini beberapa pain yang saya, sampaikan. Deng an i~i. masukan kedepa.n sehingga masukan-masukan dari Bapak-bapak Re:ktor sekalian dan para 1a1arannya tentunya Juga sangat kami butuhkan, terutama memang masukan tertulis yang nantinya juga bisa dijadikan bahan dalam penyusunan, terutama di PanjaJpanja nantinya jadi seperti itu. Sehingga Rancangan Undang-Undang yang kita harapkan sebagaimana saya katakan tadi yaitu, sebuah Rancangan Undang-Undang yang integrative yang bisa menjawab berbagai macam tantangan. ltu Pimpinan atas waktunya.

Terima kasih, Wassalamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Selanjutnya perlu kami informa~ikan, bahwa Pak Ali Mubarak sudah tidak berada di

ruangan lagi. Jadi penanya hanya tinggal :satu; Pak Afni Achmad, demikian terima kasih.

F-PAN (AFNI ACHMAD): Terima kasih Saudara Pimpinan. Sebelum saya melanjutkan, saya nanti menyampaikan bahwa sebentar \agi saya akan

minggat ke ruangan yang lain, karena ada kegiatan lain yang harus saya kejar yang terlambat setengah jam.

Bapak sekalian, teman-teman Anggota Komisi V yang terhormat dan tamu-tamu kita yang dihormati. Mungkin berbeda terhormat sama dihormati Pak Eko,, karena terhormat biasanya nggak sengaja, tetapi kalau di hormati itu nieman9 kemauan. Jadi memang dasar integritas dan intelektualitas yang Bapak-bapak miliki. Mungkin kita sepakat bahwa ruang itu adalah tadi, ruang, tidak ada satu pun teknologi di dunia ini Uisa menciptakan ruang. Dan di ruang itulah terjadi konflik kepentingan, karena ada keinginan memiliki. Nah, tadi Bapak mengatakan untuk mengatasi konflik itu mesti ada partisipasi, tetapi tidak tahu betapa susahnya partisipasi dan mahalnya dan melelahkan. Di tengah-tengah tiadanya guardians visi ke depan tentang apa yang kita mau capa1. Nah, kalau lbu dari UN KRIS menyesal, karena itu jaman dulu lebih kepada mobilisasi. Saya pikir itu takdir sejarah, karena demokrasi berkaitan erat dengan pendidikan. Jamannya Bung Karna memang harus begitu, karena pendidikan kita normal. Nah, ketika terjadi perubahan dimasyarakat akibat perubahan pendidikan. Pemimpi~-pemirnpin kita tidak sadar. Tetap mau mobilisasi, itu persoalan. Jadi saya pikir kita tidak perlu menya\ahkan masa lampau. Tapi bagaimana kita secara cerdas menemukan solusi masa depan. 'Nah, persoalan sekarang bagaimana mencari kompromi pak, antara partisipasi dan mobilisasi tadi. Kalau dibiarkan terus partisipasi sampai kapan ini persoalan Tata Ruang bisa kita selesaikan. Tawar-menawar yang berkepanjangan bukan hanya bagian dari kepentingan kita, tapi kepentingan luarpun ikut campur tangan dalam tawar-monawar itu. Kasus dibabatnya hutan kita oleh penambangan itu juga ikut campur tangan luar. Exon Mobil juga persoalan, Cepu juga campur tangan luar. Jadi jangan kita berpikir hanya kita saja yang berkepentingan tata ruang dalam negeri kita ini. Nah, sampai berapa lama kita berkompromi dalam situasi macam ini di bawah suasafla yang tidak tahu ke mana arah kita pergi. \ni persoalan mendasar. Saya terpancing kita berbicara ini. Karena memang saat inilah kita bicara hal yang makro Pak. Nanti kalau kita masuk ke DIN1 baru Ma bicara pasal per pasal ...

Soal-soal konflik tadi karena itu tadi, kepentingan-kepentingan yang tidak menemukan definisi Pak, apakah persoalan hak azasi atau persoalan kepentingan nasional, kan begitu persoalannya. Pembangunan jalan tol sementara pihak pemerintah mengatakan bagian dari kepentingan publik, tetapi si pemilik tanah kok bisa dibilang kepentingan publik, wong ini kemudian tolnya punya investor, ini yang menjadi problem-problem yang berkepanjangan. Jadi pertanyaan saya kepada Bapak-bapak bagaimana: kita menunjukkan kompromi ini, agak berat mungkin jawabnya Pak, saya karena saya juga ngga tahu jawabannya apa. Yang kedua Pak, ada existing kenyataan yang hari ini yang kita tahu itu. melanggar, tapi tadi Bapak dari ITB mengatakan itu kita akompli dalam keadaan, nah ngga usah jauh-jauh Pak, di sekitar gedung ini, ada Hotel Mulia daerah ini kawasan ini dulu diperuntukan kata Bung Karna kawasan olah raga dan kawasan parlemen, tapi muncullah Plaza Senayan, muncullah Mulia, nah pertanyaan sekarang apakah kita akan menerima realitas itu, mengampuninya dan kemudian memutihkannya menjadi suatu kenyataan atau kita merombak kata Bung Karno merevolusi itu, ini juga persoalan Pak. Nah gara­gara kita suka memutih-mutihkan masalah kesalahan, maka ini menjadi pelajaran buata aparat kita paling-paling nanti juga diputihkan. Nah memang sayangnya dulu ada pikiran ada undang-undang

22

ARSIP D

PR RI

Page 23: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

payung ada undang-undang dibawah payung, padahal undang-undang kan levelnya sepertinya sama gitu Pak, di bawah undang-undang Qi atas undang-undang cuma ada Undang-Undang Oasar atau dulu ada namanya Tap MPR, tapi ada juga anak undang-undang nah konyolnya lagi di bawah undang-undang itu ada namanya PP, dibawah PP ada Kepmen dan seterusnya seterusnya terjadi pemelintiran distorsi makin berkepanjangan Pak, yang akhirnya yang berkuasa apa, kepentingan­kepentingan bisnis, hari ini saya pikir persoalannya bukan persoalan kepentingan antara pemerintah dan pemilik atau pengguna lahan,, tadi (tidak jelas) persoalan kepentingan-kepentingan bisnis yang dari luar dan dari dalam. Pemikiran-pemikiran global soal ekonomi kita pak, apakah ekonomi kita terkendali atau pasar bebas, apakah kita mau privatisasi atau mau kita atur banyak hujatan kita kepada ekonomi yang terkendali, BUMN yang dikuasai pemerintah, sementara kita melihat China, China yang begitu maju ekonominya hari ini politiknya otoriter, ini fonomena yang menarik pak, sehingga perlu Menteri Luar Negeri Amerika kemari menyatakan China bahaya buat Amerika. Jadi model apa Pak Matias ini yang tokoh reformis yang angkatan dari Kampus ini kira­kira kita kedepan kaya apa Pak, atau memang sejarah kita rneski begitu mobilisasi kemudian partisipasi lalu balik lagi mandulnya ke mobilisasi atau bagaimana. Dan mengapa ini menjadi keresahan kita alami Pak, karena kami tahu bahwa ya mungkin kita semua tahu bahwa keputusan­keputusan politik itu menentukan hajat hidup kita bersama, dan kami bagian daripada p,·oses kebijakan-kebijakan politik itu, kita kita semua Pak, undang-undang ini mengikat kita semua nanti, kalau undang-undang ini tidak berkualitas dan kami sadar kami tidak kompeten di dalam ilmu ini, Bapak-bapak lebih bertanggungjawab jadi kalau undang-undang ini nanti membuat rakyat tidak menjadi sengsara Bapak yang lebih berdosa pada kami , nah kan boleh dong provokasi penting supaya keluar itu, ini politisi Pak bedanya begitu pak, nah mari kita kompromi Pak, kami menyerahkan kepentingan rakyat kepentingan yang lebih luas Bapak memberikan masukan­masukan yang lebih rinci, Bapak tidak boleh secara akademis hanya berteriak di menara gading perguruan tinggi mengatakan ini salah dan ini benar tapi tidak memberikan solusi yang sebenarnya bagaimana harus dilakukan, jadi ini problem Pak, seperti teman saya katakan soal sutet ini pemerintah kok kayaknya diamin aja orang sudah mulutnya cli apa di jahit padahal persoalan memindahkan tanah haknya dia ketempat lain saja, apakah pemerintah cukup terlalu miskin untuk membelikan tanah orang-orang itu, tapi saya pikir memang kayaknya pemimpin kita ini cuek Pak, Raju ditahan delapan berapa tahun hanya bertahi, tapi yang membuat rampok negeri ini diundang ke lstana, bagaimana Pak, negara kita yang di istana negara yang dijaga kawat ketat itu bisa hilang Laptop itu luar biasa. Jadi ini Pak, ihi masalah kita bersama Pak, jadi bukan persoalan SBY sendirian Pak Ajis, ya tadi persoalan bangsa kita, kita dalam krisis besar, apakah negara ini masih ada atau akan inalillahi, terima kasih Pak, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan nambah satu, ngambek tidak mau mendengar solusi tadi, inilah penyakit manajemen kita Pak, jadi kita dibuat terpaksa mondar-mandir jadi nanti mungkin kita akan lebih detil di dalam pembahasan DIM Pak, tapi saya semangat penilaian Bapak sangat luar biasa pada rakyat, mudah­mudahan terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Afni. Bapak, lbu sekalian, pukul setengah lima yang kita sepakati itu tadi tinggal dua menit lagi

sementara ada dua orang lagi yang ingin bertanya dan tentu kami tidak ingin membatasi hElk-hak konstitusional Anggota DPR, nah karena itu ada dua orang lagi penanya yaitu Pak Wahyudin Munawir dan Abdul Hakim, karena itu karni minta kesepakatan kita bersama untuk menambah jadwal rapat kita ya sampai pukul lima dan ini tentu terakhir ya kita tidak nambah lagi, kita cukupkan jam lima dan tentu nanti kita berharap agar kedua penanya bisa membatasi mencukupkan diri ya dengan waktu kemudian nanti kita beri kepada narasumber ya karemi ada enam orang dan berharap juga waktu yang kita berikan bisa cukup buat mereka. Rencana itu kita tambah sampai pukul tujuh belas ya, sepakat ya?

(RAPAT: SETUJU) Pak Wahyudin!

F·PKS (WAHYUDIN MUNAWIR): Terima kasih Bapak Pimpinan. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

23

ARSIP D

PR RI

Page 24: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Saudara-saudara anggota Pansus yang saya hormati, Para narasumber yang saya hormati. Sedikit saja, saya memahami bahwa ini multi dimensional, multi interes, multi disipliner,

dinamikanya sangat dahsyat sekali. Mahon pertimbangan saja kalau ada wawasan ada wacana karena eksisting kita Jawa ini sudah bebannya sangat dahsyat 120 juta penduduknya. Dalam bayangan Saya itu ini harus ada suatu pembatasan tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena bagaimanapun daya dukung SOM, SDA dan berbagai daya dukung lainnya tentu saja tidak akan memenuhinya, suatu saat ini akan tenggelam Jawa ini, oleh karenanya kita harus memetakan ada pembatasan di Jawa kemudian mengalihkannya ke luar Jawa dan tentu saja ini harus penataan di luar Jawa seirama sedemikian rupa. Nah untuk itu tentu saja perlu energi yang sangat besar, perlu pemimpin yang sangat besar, yang punya kemauan untuk itu dan disitu juga diperlukan sangsi yang sangat besar. lni sebuah apa namanya wacana yang barangkali Bapak-bapak bisa menyambutnya dan kemudian menuangkan dalam sebuah tatanan yang lebih rill lagi dalam bentuk poin-poin yang bisa dimasukan kedalam inti-inti di dalam RUU ini, itu saja barangkali walaupun disini bisa saja dikembangkan tapi karena waktu yang sudah membatasi saya cukup garis besarnya saja.

Demikian, terima kasih, Wassalamu'alaikum Warahmatu/lahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Abdul Hakim!

F-PKS (ABDUL HAKIM): Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan anggota Pansus, Bapak dan lbu tamu undangan kami yang kami muliakan, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore dan salam sejahtera untuk. kita semua. Saya ingin memperdalam dari hal-hal yang dasar karena tentu barangkali kalau dari hal­

hal yang dasar kita belum sepemahaman belum semisi, sevisi, barangkali nanti di dalam rumusan­rumusannya barangkali akan mempersulit, oleh karenanya saya sempat berfikir seringkali dalam dialog-dialog ini ada kerancuan di dalam memahami apa itu tata ruang dan apa yang dikatakan dengan penataan ruang, saya bolak-balik saya baca naskah akademisnya, seringkali pembicaraan terjebak kepada persoalan tata ruang itu sendiri, nah oleh karenanya pada kesempatan ini barangkali Saya ingin mendapatkan pendalaman terkait dengan persoalan ini karena sering kali kemudian masukan-masukan ataupun statemen-statemen kemudian kita berbicara tentang tata ruang itu sendiri misalnya kita bagaimana menempatkan sesuatu padahal itu sudah berbicara tentang persoalan tata ruang, padahal yang Saya baca dan yang Saya pahami dari Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang ini dia hanyalah sekedar mengatur norma-norma, ukuran­ukuran, dan pagar-pagar bagaimana nantinya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional itu dibuat kemudian Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dibuat kemud1ian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kota bahkan tadi ada usulan terkait dengan tata ruang pedesaan sekalipun, itu yang baru saya coba pahami apakah memang itu yang dikehendaki dengan rancangan undang-·undang ini hanya mengatur pagar-pagar ataupun norma-norma atau standar-standar bagaimana membuat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Propinsi, Kabupaten, f<:ota bahkan kalau kemudian nanti bisa ditambah pedesaan dan sebagainya. Oleh karena itu saya ingin mendapatkan pendalaman ataupun barangkali pemahaman terlebih dahulu persoalan ini terkait dengan istilah tata ruang dan penataan ruang mana batasan-batasannya begi:tu barangkali supaya tidak rancu nanti berif:utnya ini yang pertama. Kemudian yang kedua saya pun juga mencoba untuk membaca naskah akademis bahwa dalam naskah akademis ini muatan-muatan yang ingin dibuat itu paling tidak ada sembilan materi, tadi barangkali dari UGM sudah mengomentari bahwa belum ada sinkronisasi antara naskah akademis yang ada dengan materi rancangan undang-undang itu barangkali Saya minta komentar dari pembicara-pembicara yang lain dari Bapak dan lbu dari yang mewakili ataupun daerah (tidak jelas) barangkali bagaimana komentar Bapak dan lbu terkait dengan kesesuaian antara naskah akademis yang itu sudah melibatkan Bapak dan !bu dari perguruan tinggi saya baca daftar pustakanya juga melibatkan ITB melibatkan IPB, UGM dan perguruan­perguruan tinggi, sampai sejauh mana sinkronisasi antara naskah akademis yang ada kernudian dengan rancangan undang-undang yang ada pada saat sekarang ini, barangkali ini saja dua hal

24

ARSIP D

PR RI

Page 25: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

yang ingin saya perdalam dari diskusi kali ini, terima kasih Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa'a/aikum sa/am. Terima kasih Pak Abdul Hakim, kami persilahkan kepada seluruh narasumber dan tentu

saja kami tidak ingin membatasi Bapak-bapak sekalian, tapi memang waktu yang tersedia untuk kita lebih kurang dua puluh lima menit lagi karena itu waktu kami persilahkan untuk menjawab tanggapan atau pertanyaan dari para anggota Pansus, terima kasih.

UNDIP (EKO BUDIHARDJO): Saya mohon ijin terlebih dulu karena harus ngejar pesawat ini dan segera pulang ke

Semarang. Jadi yang jelas saya hargai ini apa pertemuan semacam ini karena pada masa-masa yang silam itu kita selalu dikaget-kagetkan terus tahu-tahu sud ah ada undang-undang. Di undang­undang Sisdiknas saja rektor-rektor tidak diajak bicara, jadi setelah itu pada saat Undang-Undang Guru dan Dasen mulai kemudian lbu Kata Negara kita ikut segala macam ini saya kira bagus sekali tapi tadi kalau terus di lemparkan kesalahannya kepada para rektor Saya ingatkan gurindamnya Taufik Ismail. Harimau mati meninggalkan belang, pengusaha mati meninggalkan utang, wakil rakyat mati meninggalkan undang-undang, rakyat mati tinggal tulang belulang, nah itu. Jadi ini tetap tugasnya DPR kita kan cuma membantu tadi diprovokasi ya baiklah, rektor mati meninggalkan utang juga ini, rektor kan rakyat kecil dan memang betul ini perlu ada ketegasan terutama sekali yang menyangkut sangsi kan dulu karena tidak ada sangsi itu akibatnya puisinya begini, banyak ruang banyak AC, banyak uang banyak ACC, nah itu banyak sekali izin-izin yang keluar padahal harusnya itu tidak izinnya tidak mesti keluar, akibatnya rakyat kebanjiran air dan longsoran pejabat kebanjiran uang dan sogokan. lni masalah besar yang harus di at8si disini harus ada sangsi dan Saya tidak puas kalau itu judulnya kan cuman sangsi administratif mesti harus ada sangsi pidana tadi rekan sudah menyampaikan. Kemudian yang menyangkut masalah koordinasi segala macam ini memang kelemahan kita yang .mesti juga harus diatur disini karena sudah mulai ada model-model pembangkangan ini dia, Bupati tidak taat pada Gubernur itu ada Kepala Desa saja sampai ke Presiden segala macam itu ini kan ketentuan mengenai tata ruang itu mulai dari Rencana Tata Ruang Nasional yang sifatnya strategik seperti yang dikatakan Bung Budi kem:.idian sampai yang propinsi yang strukturnya itu sampai ke yang pengaturan fisik yang biasanya menyangkut tataguna lahan, jaringan transportasi, infrastruktur ini mesti harus ada apa urut-urutan yang jelas sehingga nantinya orang itu tahu persis untuk sekala ini ini apa yang harus dimasukan dan kalau toh ada yang ada yang melanggar itu kualitas pelanggarannya bagaimana supaya sangsinya juga jelas, memang tidak boleh hanya terperangkap pada pshycale planing saja ke:rena masti harus dilengkapi dengan komuniti planing jadi rencana yang menyangkut masalah manusianya dan resourhce planing yang menyangkut masalah sumber dayanya, jadi tidak ada gunanya misalnya kita membikin tata ruang bagus sekali itu yah indah digambar tapi tidak bisa dilaksanakan karena tidak dikaitkan dengan resorse planingnya itu baik mengenai masalah keuangannya maupun kelembagaannya. Perlu beli tadi disebut brosur-brosur berdebar-debar terus, karena proses itu kalau di kampus memang sih dianggap sebagai orang yang paling pandai saking pandainya proses itu bisa bikin soal yang dia sendiri tidak bisa menjawab, tapi kalau urusan kaya gini ini, ini kan ya saya sudah mengatakan sepandai pandai proser ada bodohnya, sebodoh­bodoh wakil rakyat ada pandainya, saya merasa sekarang kaya diadili oleh wakil rakyat ini (tertawa) jadi gitu masing-masing kan dengan police masing-masing kalau kita memang tekadnya niatnya lillahi taala, kepengin kontribusi saya percaya ini nanti akan menjadi myzone tonggak sejarah, rancangan undang-undang yang dibahas secara serius kalau bersungguh-sungguh dan hasilnya nanti betul-betul akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas. Memang sistem saja tidak cukup karena tadi kan disebutkan ini sistem penataan ruang sistim tidak cukup mesti harus ada sintennya, sinten itu sumberdaya manusianya ini Bu Budi ini yang mulai dari kecil sampai besar terus menggulati dunia penataan ruang, ini kan menyiapkan sintennya, tapi sistem dan sinten saja tidak cukup kalau tidak ada pintennya, pinten ini pendanaannya. Jadi ya kaya dunia pendidikan, Menteri Pendidikan kan bilang sistem makin kita perbaiki dengan apa namanya problem base planing ada komuniti base ada kuri kulum berbasis kompetensi segala macam, tapi ~alau. gaji gur~ ~et~p ~eperti se~arang ya bagaimana kita bisa menerapkan sistem yang dibuat baik 1tu, d1 dalam 1ni k1ta JUga mest1 harus memahami masalah karena satu saja dari sistem sintenen

25

ARSIP D

PR RI

Page 26: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

tidak ada ya punten saja katanya mohon maaf. Perkara kedepan tadi kan di katakan kita har~~ berfikir ke depan memang kita mesti optimislah tidak usah pesimis melihat carut-marut kaya g1ni saya percaya makin lama keadaan pasti akan menjadi lebih baik, puisi saya puisi favorit saya judulnya bayangkan. Bayangkan bila bumi ini tidak bundar tapi persegi, bayangkan bila matahari tidak muncul dari ufuk timur tapi dari ufuk barat kan tidak mungkin ya, ngga apa-apa wong cuma mbayangkan, bayangkan bila Nabi Adam bukannya makan buah kuldi tapi jambu klutuk, bayangkan bila SBY dan Jusuf Kala bukannya Presiden dan Wakil Presiden tapi pemain sinetron dan penyanyi dangdut, bayangkan bila kita tidak bisa lagi membayangkan apa yang kepingin kita bayangkan, lah ini baru sengsara, jadi kita punya bayangan yang bagus ke depan dan pesan itu saya akhiri dan saya mohon pamit.

Wassalamu'alaikum Warahmatuffahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Eko Budihardjo, kalau ngga mikirin kejar pesawat kita tidak kasih.

Pertama ini Pak ya. Baik selanjutnya kami persilahkan UGM!

WAKIL UGM: Mohon maaf kami juga ingin berlari begitu Pak karena ditugasi lagi, ya saya kira kita

menangkap apa yang menjadi keresahan atau kegalauan kita bersama karena namanya memang undang-undang ini kan kita pakai sebagai satu aturan dimana disatu sisi bahwa aturan itu adalah demi kepentingan masyarakat cuma tadi saya katakan bahwa masing-masing memiliki kepentingan tapi juga memiliki pengaruh-pengaruh kepenti11gan yang di luarnya itu, sedang di sisi lain bahwa wilayah yang kita atur atau ruang yang kita atur memangi juga memiliki tadi apakah karunia ataukah juga takdir dan sebagainya sehingga memang kita harus juga mengatur rambu­rambu tadi Pak itu tadi ada pertanyaan apakah kita hanya sekedar mengatur rambu-rambu saya kira pengaturannya tadi saya bertingkat secara nasional memang itu yang strategi tadi atau yang rambu-rambu tetapi tingkat propinsi yang mengkoordinasikan tetapi aturan-aturan yang di Kabupaten kota itu justru yang operasional, bagaimana mengawasi bagaimana mengendalikan, karena semua saat ini karena semua pelaku itu kan di Kabupaten Kata, sehingga kita di tingkat bawah aturannya juga secara hirarkis, sehingga implikasi tadi apakah kita juga sudah melakukan di sana bahwa nanti akan diperlukan sekian PP,sekian Perda dan sebagainya. Nall kalau undang­undang itu lalu berhenti tidak ada dan sebagainya itu saya kira itu lalu menjadi juga sampai ke bawah tadi tidak menjadi terlaksana begitu, nah kalau kita boleh mengacu yang dari Malaysia bahwa mereka memiliki formulasi yang pertama itu adalah apa namanya kejujuran lalu yang kedua itu konsekuensi pada aturan yang di bawahnya lagi menerbitkan aturan tadi sampai ketingkat bawah sehingga antara yang diatur di atas sampai kebawah menjadi konsisten begitu, nah sehingga nampaknya memang itu tadi kita perlukan melihat posisi yang kita atur tadi Pak, kalau ini menjadi undang-undang misalnya memang itu hanya berada di tingkat atas, kemudaian nanti Perda Propinsi yang mengkoordinasikan Perda yang di tingkat bawah itu yang lebih mengatur sehingga kita masing-masing ruang yang akao digunakan tadi memang yang kawasan lindung seperti apa kawasan budidaya harusnya seperti apa, masing-masing memang sudah ada arahnya begitu. Nah kemudian yang menggunakan suasananya harus bagaimana masyarakat hak dan kewajiban tinggal seperti itu tadi, nah kami nampaknya sudah memiliki beberapa penilaian yang teknis tapi yang belum juga kami sampaikan kepada tim yang lalu juga tetapi ini kalau mungkin tadi artinya masih ada waktu saya kira kami akan mencoba melengkapi dan sambil menanyakannya di berbagai hal bagaimana konsep partisipasi juga gitu karena PP 69/96, ya PP 69/96 saya kira juga itu baru administratip tapi belum ke arah operasional, bagaimana partisipasi masyarakat, tetapi juga iklim sendiri memang secara politis harus kita bicarakan karena nampaknya saat ini kalau kita sebenarnya filosofis kita itu adalah gotong royong, kemudian kita terjemahkan kedalam apa namanya musyawarah untuk mufakat melalui perwakilan tetapi kita operasionalnya masih menggunakan sistem demi kepentingan orang banyak harus kita lakukan. Saat ini kita sedang bergeser kearah barat individualisme tetapi dualisme itu kita tidak belajar kepada apa namanya, apa namanya konflik resolusi sehingga kalau yang dicalonkan menjadi Pilkada kalah kita demo dan merusak. Kita tidak menemukan bagaimana resolusinya, nah itu memang juga harus ditempatkan di sana, sampai ke arah bagaimana di bawah bahwa kalau barat itu menganut kalau merugikan pelaksanaannya itu harusnya pihak yang paling sedikit, nah sampai tadi Pak artinya mulai dari yang paling atas kearah kebawah sampai kearah bawah lagi bagaimana operasi dari

26

ARSIP D

PR RI

Page 27: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

pagar-pagar tadi salah tingkat bawah, saya kira itu memang diperlukan menujunya sampai kesana. saya kira itu Pak artinya pemikiran-pemikiran kami disinari dan diperlukan berapa PP dan sebagainya berapa aturan yang ada di tingkat bawah. Untuk itu kami mohon maaf kami harus juga berlari tapi kami akan berkomunikasi lebih lanjut Pak.

Terima kasih semoga bermanfaat, Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak, mudah-mudahan sampai selamat di tempat tujuan, selanjutnya.

WAKIL UNKRIS (DENNY/KAJUR PWK): Assalamu'a/aikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Kami dari Unkris akan disampaikan oleh lbu Profesor, terima kasih.

UN KRIS (Prof. BUOi T JAHYATI): Terima kasih Pak, penyambung lidah rakyat. Sebetulnya saya komentarnya singkat saja,

pertama-tama saya mengharapkan agar ada kesempatan untuk kita kami ini atau kita atau bagaimana betul-betul mengadakan kajian yang lebih yang lebih teliti itu saya ngga tahu apakah dilevel DIM atau apa tapi dengan persandingan pasal-perpasal ini saya pikir kok kayaknya agak perlu tapi saya ngga tahu bangaimana ini Bapak-bapak ini ada yang perlu lari-lari mengejar pesawat terbang ada yang lari-lari mengejar kereta api dan sebagainya, tapi nanti saya yakin bisa diselesaikan. Lalu keduanya itu mengenai pertanyaan tadi apa itu penataan ruang dan apa itu tata ruang sebetulnya itu didalam draf undang-undang rancangan undang-undang itu ada di halaman tiga dan di undang-undang yang lama juga ada di halaman tiga, jadi itu sebetulnya kalau mau dibacakan tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Sedangkan penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara spasial, jadi perencanaan dulu pemanfat lalu pengendalian. Lalu yang berikutnya itu adalah mengenai ini, saya pikir di dalam kita membahas segala sesuatu ini kelihatannya kita perlu memilah-milah, memisah-misahkan mana yang itu diatur dalam undang-undang, mana yang itu ada di dalam Rencana Tata Ruang Nasional, mana yang ada di dalam Rencana Pembangunan Nasional, kita punya MRPJP itu rencana pembangunan nasional tapi rencana tata ruangnya apakah kita masih bisa memaka1 RTRWN yang tahun yang berapa PP 47 atau apa masih bisa dipakai atau nggak. Komentar yang terakhir adalah mengenai perlunya pemimpin yang kuat karena ini melibatkan suatu koordinasi yang multi sektor multi dimensi multi macam-macam, multi interes dan sebagainya sehingga ini membutuhkan sesuatu kesepakatan mempunyal suatu badan yang akan dapat membahas itu atau ada pemimpin yang mungkin kuat tetapi ini perllu kesepakatan bersama. Mungkin dalam suasana demokrasi seperti ini sebaiknya badan koordinasi itu yang terbaik dengan segala bentuk-bentuk dan jajarannya.

Kira-kira demikian saja yang dapat kami sampaikan terima kasih, Wassa/amu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa'alaikum salam. Selanjutnya kami persilahkan!

WAKIL REKTOR IPB: Terima kasih, Saya kira apa yang diinginkan oleh Bapak-bapak karni sudah melakukannya membuat

suatu rekomendasi terhadap undang-undang penataan ruang ini bahkan saya kira secara tertulis p~sal de~i pasal ~an saya sudah membuatnya tentu saya kira masih ada beberapa hal yang perlu d1lengkap1 dan tad1 beberapa hal yang barangkali belum ada di sini akan coba kami \akukan kalau memang kami diberi waktu untuk melakukannya, saya kira itu saja tapi mungkin ada tambahan dari yang lain silahkan!

IPB (EMAN/KAPUS KPW): Terima kasih.

27

ARSIP D

PR RI

Page 28: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Pertama, kami sangat senang bahwa nuansa di sini perhatian terhadap pentingnya sanksi, nampaknya mendapatkan penekanan begitu dan kami berharap bahwa undang-undang yang nanti kita rumuskan benar-benar mampu memperkuat sistem pengendalian penataan ruang karena inilah sisi terlemah dari sistim penataan ruang kita. Kalau yang kedua kami juga sangat mengapresiasi tentang perhatian terhadap pentingnya upaya-upaya kita di dalam mengfllola mengendalikan sumberdaya-sumberdaya pertanian, pertama lahan-lahan pertanian dan Juga tentang pentingnya penataan ruang kawasan pedesaan yang menyangkut pembangunan pedesaan, karena tadi sudah disampaikan bahwa penataan ruang juga adalah pada dasarnya alat cara kita untuk melakukan upaya-upaya menyeimbangkan pembangunan secara spasial, supaya tidak ada ketimpangan-ketimpangan pembangunan penataan ruang adalah salah satu apa instrumen untuk penyeimbangan pembangunan d_iantaranya adalah keseimbangan pembangunan perkotaan dan pedesaan. Kita harus secara jelas memberikan arah bahwa pedesaan juga merupakan tempat yang dapat menjadi tempat yang nyaman dan mensejahterakan, sekarang ada suatu situasi ya seolah-olah masyarakat desa untuk hidup sejahtera itu pilihannya apakah dia bermigrasi ke kota atau harus membuat desanya menjadi kota, padahal kita tidak mungkin menjadikan Indonesia semua menjadi kota, dan pedesaan harus dapat menjadi tempat yang nyaman dan mensejahterakan bagi masyarakat di tempatnya dan kita harus memperjuangkan dengan jelas dan penataan ruang adalah salah satu caranya di dalam hal itu. Betul sekali kami nanti ingin sekali memberikan masukan-masukan yang lebi'h rinci mengenai bagaimana penataan ruang pedesaan ini, jadi dalam kontek tertentu nampaknya sekaran ada juga rnmangat dari pemerintah untuk melakukan pembangunan-pembangunan pedesaan ya pembangunan infrastruktur, pengembangan agropolitan dan sebagainya, juga sangat penting nanti memang tadi dipertanyakan oleh Bapak-bapak yang terhormat mengenai pentingnya bagaimana kita merumuskan sistem apa, partisipasi masyarakat di dalam penataan ruang ini, dan sebenarnya bukan hanya di dalam penataan ruang kita perlu merumuskan secara mendasar tentang bagaimana sistem partisipasi masyarakat di dalam pembangunan, karena ini sudah menjadi suatu paradigma yang harus kita tindak lanjuti dan kami memandang walaupun tadi kita sudah memiliki Peraturan Pemerintah PP 69 Tahun 96 tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang nampaknya di dalam konteks saat ini dengan paradigma yang baru sudah tidak memadai lagi begitu, dan kita perlu memberikan penekanan di dalam undang-undang. Dan yang terakhir, lnsya Allah nanti kami akan menindaklanjuti harapan-·harapan yang disampaikan di dalam memberikan masukan mengenai persandingan-persandingan per bab, pasal per pasal, di dalam undang­undang penataan ruang ini di samping masukan tentang bagaimana kira-kira struktur kedepan turunan-turunan dari undang-undang penataan ruang ini, saya rasa itu saja masukan yang bisa kami sampaikan.

Terima kasih, Wassalamu'alaikum Warahmatu/lahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa'a/aikum salam. Dari ITB dipersilahkan!

WAKIL ITB: Ya, balk, ada empat hal yang saya respon untuk menambahi saja tadi persoalan di dalam

tata ruang dan penataan ruang tadi sebenarnya saya ingin menjelaskan tidak perdefinisi tapi mudahnya saja untuk untuk kita semua, sebenarnya kalau kita bicara tata ruang inipun tata ruang sebenarnya begitu yang Bapak duduk di sana kita di sini, ini tata ruang jadi ini wujud atau kondisi tatanan komponen ruang, nah balk direncanakan maupun tidak nah saya tidak tahu siapa yang merencanakan seperti ini kan begitu yang men.iadikan seperti ini itu adalah melalui proses yang namanya penataan ruang sebenarnya begitu yah, jadi intinya kalau tata ruang itu tadi wujud atau kondisi tatanan komponen ruang yang baik direncanakan atau tidak ya kondisinya seperti itu, sedangkan penataan ruang ini lebih merupakan proses apa penyusunan pengubahan dari rona awal tata ruang awal menjadi tata ruang yang dikehendaki begitu ya yang direncanakan nah !nti~ya disitu ada tiga hal yang perlu dilakukan yaitu merencanakannya sendiri begitu, kem~dian Jad1 merencanakan tata ruang seperti yang dikehendaki yang tentunya berbeda dengan rona awal sebenarnya begitu yah. Kemudian yang kedua adalah usaha mengatur atau melakukan treatmen terhadap ruang itu ke arah yang tadi yang direncanakan seperti itu, apa saja yang perlu dilakukan kalau tadinya seperti ini kita ingin ubah jadi sini, apa yang treatmen yang harus dilakukan misalnya

28

ARSIP D

PR RI

Page 29: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

disini kita mau ubah tidak membuat begini atau tidak berhadap-hadapan kita har:Js ini harus digeser kesini ini harus di ini apa yang harus dibeli dan sebagainya, saya kira itu mudahnya saja, baru yang ketiga adalah usaha mengendalikan tadi proses-proses perubahan itu ke arah yang menjamin bahwa itu akan tercapai kepada rencar)a yang di tuju begitu, jadi intinya itu tadi yang menanyakan bahwa bedanya disitu ya, lebih kepada proses atau usaha yang dilakukan untuk menuju rona akhir yang diharapkan beQitu. Nah yang kedua tadi mengenai muatan yah antara RUU dengan naskah akademik ini mungkin nanti yang sebenarnya harus menjawab pihak Dirjen Tata Ruang begitu ya, tetapi memang ini proses kemarin agak sedikit apa namanya ada persoalan begitu RUU sudah diserahkan kepada Bapak, lbu tetapi naskah akademik menyusul begitu yah. Nah di dalam proses menyusulkan itu ada berbagai pemikiran baru sebenarnya dari kami-kami ini untuk coba di masukan dulu kedalam naskah akademik karena RUU nya sudah ada di Bapak, lbu begitu ya jadi sekaligus nanti di dalam proses-proses sekarang ini kita sinkronkan lagi sebenarnya begitu yah karena nanti akan ada tambahan-tambahan lagi bahkan nanti kalau kami ini dari Universitas membuat apa namanya tadi persandingan-persandingan dan sebagainya itu akan melengkapi itu lagi begitu ya, karena naskah akademik tetap harus disempurnakan begitu. Kemudian yang ketiga tadi dikatakan oh tadi menanggapi yah mungkin yang bagaimana kalau Jawa ini kemudian distop kemudian dialihkan saja keluar Jawa ya memang tadi disebutkan juga bahwa perlu energi atau cost yang sangat besar saya kira begitu ya, termasuk sangsi dan sebagainya tetapi kembali bahwa siapa sih yang mengisi ruan9 itu begitu yah, kalau kita katakan bahwa tadi sudah disebutkan juga bahwa yang melakukan itu adalah swasta atau pasarlah katakanlah begitu ya pasar itu bisa global bisa nasional bisa lokal dan sebagainya dan pasar itu mempunyai mekanisme sendiri yah dimana dia akan selalu aplikasinya itu lebih kepada tadi ya, bagaimana profit itu muncul begitu yah, di samping benefit ya kalau benefit itu kan lebih kepada kita kepentingan kita benefit tapi mereka profit begitu. Nah usaha untuk itu tentunya insentif itu harus besar-besaran diberikan kepada tadi ya pasar untuk mau pindah atau tidak mellirik la~Ji Jawa tetapi keluar Jawa, nah ini yang usaha yang sangat berat ya costnya sangat besar begitu dan dalam tanda kutip seringkali tidak signifikan hasilnya begitu ya, kita coba rnisalnya dalam pemindahan lbu Kota Kabupaten katakanlah begitu ya kita katakan ibu kota kabupaten dipindahkan ke wilayah yang ingin kita kembangkanlah begitu supaya tidak ngumpul di sini begitu, tapi apa jadinya kita lihat ya Soreang kemudian dimana lagi yang tidak berkembang ya tetap ya, karena apa tidak dilirik pasar. Jadi yang sebagai kota administratif oke ya pusat administratif begitu ibu kota, tetapi tadi kalau kita mengkaitkan derigan daya dukung yah sebenarnya tekanan yang lebih ke ekonomi dan penduduk tidak berhasil begitu yah karena tetap begitu atau bahkan lebih parah, parahnya lagi yang memerintah di Soreang misalnya tetap tinggalnya di Bandung. Nah ini kan ada persoalan-persoalan yang tadi ya cost yang sangat besar dan apa yang bisa dilakukan itu tadi solusinya adalah kita mau menanggung pemberian insentif·-insentif yang sangat besar kepada tadi untuk kompensasi pasar yah, karena mereka tidak mau satu senpun rugi sebenarnya kan begitu yah, harus ada profit. Kemudian yang terakhir itu mengenai sangsi itu harusnya ada dirnana tadi persoalannya begitu yah kita semua sepakat harus ada sangsi tapi dimana. Nah kalau tadi kita katakan bahwa penataan ruang itu diperencanaan kemudian pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang ya tentunya harus terse bar disana baik katakan begitu yah. Misalnya kita atur norma perencanaan harus partisipatif misalnya, nah bagaimana kalau ada kabupaten misalnya membuat rencana tidak partisipatif, nah ini yang harus kena sangsi juga begitu jadi tidak hanya kemasyarakat saja tetapi termasuk kepada pihak yang, apa namanya menyelenggarakan proses penataan ruang itu sendiri begitu, jadi kena sangsi begitu yah apakah tidak boleh disahkan yah rencana tata ruang ya paling tidak kan itu itu administrasi sangsi administratif ya atau yang lain begitu, itu dari situ. Kemudian mugkin dari substansi yah dari apa dan sebagainya itu kita bisa diterka. Kemudian dari pemanfaatan misalnya yah karena tadi untuk mengubah dari rona awal ke rona akhir dari sesuai rencana perlu program-program pembangunan kan begitu yah. Nah bagaimana kita menjamiin bahwa proses perencanaan atau pengubahan rona tadi dari awal ke akhir itu dianggarkan misalnya di APBD yah atau diprogramkan di dalam RPJP. RPJN dan RKP tadi yang disebutkan begitu yah. Nah tentunya ini misalnya dengan mudah bisa kita lihat kalau kita mau sebenarnya dalam penyusunan mus apa musyawarah pembangunan daerah begitu yah yang ujung-ujungnya nanti di Rakorbang bisa saja Mendagri itu cukup membuat satu persyaratan begitu bahwa program-program yang di apa akan disetujui itu harus sesuai misalnya atau merupakan jabaran dari rencana ruang yang sudah ada di daerah itu ya atau di Kabupaten itu dan sebagainya, sehingga ini memaksa sekaligus semua sektor itu mempelajari

29

ARSIP D

PR RI

Page 30: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

mengenai rencana tata ruang di daerah itu begitu ya, nah sekarang tidak sehingga ya orang mengusulkan program dan sebagainya tidak perduli apakah itu sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang. Dan yang terakhir tentunya di dalam pengendalian, ya karena disitu ada perizinan begitu yah, nah tadi termasuk yang memberikan izinpun kalau itu menyalahi rencana tata ruang harusnya kena sangsi, di kita kan sekarahg tidak, ya justru yang minta izin itu yang kena sangsi begitu, nah ini prinsip k:eadilan di dalam pemberian sanksi itu maksud saya yang harus kita cantumkan di dalam apa RUU ini.

Mungkin itu saja terima kasih maaf agak panjang, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Terakhir Pak! (tidak jelas).

REKTOR USAKTI (MUFTI): Mungkin cuma satu menit saja Pak, soalnya saya jam lima ini kita mesti pulang jadi saya

pikir begini, konsep ini memang terlalu. heavy Pemerintahlah, jadi memang harus kita buat sandingannya saya kira kita setuju itu, kita harus buat sandingannya ter, heavy Pemerintah. Pemerintah di Indonesia itu menggerakkan ekonomi berapa persen sih, paling cuma dua puluh persen dari GOB, delapan puluh persen ~an digerakan oleh masyarakat. Jadi konsep ini kan ada kesombongan pemerintah buat saya, in1i yang harus kita rombak, delapan puluh persen itu partisipasi masyarakat pak, nangkap penjahat juga di pinggir jalan itu delapan puluh lima persen itu oleh masyarakat, lima belas persen itu oleh polisi. Jadi kesombongan-kesombongan macam begitu yang harus kita rombak saya kira itu pertama. Yang kedua bagaimana menggerakkan partisipasi masyarakat, itu saya kira kekuatan dan n1emberikan rambu-rambu sangsi masa, kalau perlu ada satu bab khusus tentang yang namanya sosial responsibility dalam pendayagunaan ruangan yang sekarang di luar negeri itu namanya conporate social responsibility. Zaman Belanda Pak, lima belas persen dari semua keuntungan perusahaan itu didedigasikan untuk kepentingan komunitas, barangkali itu yang perlu kita. Kemudian, yang keempat yang menurut saya perlu kita bangun sekarang itu adalah suatu sort mark. Suatu semangat bahwa kita mau melihat sesuatu yang baru, dan kalau Saya lihat konsep ini Pak, ini ~embagian wilayah ini wilayah administrasi pemerintah. Kawasan tata ruang di !Indonesia ini daerah gempa bagaimana, kawasan gempa bagaimana, kawasan hutan bagaimana, kawasan pen~ngkapan ikan bagaimana itu ngga ada disini, jacli ya ini adminsstrasi pemerintah, ini sama kaya ~ikin KUD, KUD menurut pusat kecamatan harus diatur koperasi yang dibina pemerintah kan mati, semua, jadi yang dibangun oleh masyarakat itu masih hidup semua. Jadi saya kira hal-hal seperti itu kita mesti merombak ini paradigmanya, kalau masih begini-begini saja ngga usah undang universitas.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, terima kasih. Akhirmya kita sudah bisa menyelesaik.an pertemuan ini dengan baik, dan akhirnya Bapak,

!bu sekalian Pimpinan Pansus beserta s'egenap Anggota Pansus Rancangan Undang-undang Penataan Ruang memberikan apresiasi terhadap masukan dan saran, baik lisan maupun tulisan dari lnstitut Teknologi Bandung, kemudian1 juga ada lnstitut Pertanian Bogor, kemudian juga ada UNDIP, kemudian juga ada Trisakti, kemudian UGM, dan UNKRIS dan semua itu diharapkan nanti bisa membuat rancangan undang-undang tentang penataan ruang ini bisa lebih baik. Kemudian juga kami menghendaki agar Perguruan Tinggi terutama yang hadir pada hari ini bisa memberikan masukan dan saran yang lebih detail khususnya mengenai substansi pasal demi pasal walaupun tadi juga sudah disampaikan bahwa sedang dibuat dan sudah dibuat ya dalam rangka untuk meningkatkan kesempurnaan undang-undang penataan ruang yang sedang dalam pembahasan itu, dan kami juga Bapak ibu sekalian mendodrong agar lembaga pendidikan tinggi misalnya mengadakan forum bersama dalam rangka memberikan kajian dan masukan yang konferhensip terhadap rancangan undang-undang penatqian ruang ini sehingga ini akan menjadi akan lebih baik. Demikian barangkali catatan kami terhadap pertemuan pada sore hari ini dan sekali lagi Pimpinan Pansus dan segenap Anggota Pansus ~enyamnpaikan permohonan maaf jika ada anggota Pansus yang belum sempat hadir ketika kita mengakhiri pertemuan ini dan juga ada Anggotci

30

ARSIP D

PR RI

Page 31: ARSIP - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-020925-8403.pdf · dewan perwakilan rakyat republik indonesia risalah rapat pembahasan rancangan undang·undang

Pansus yang harus keluar dari ruangan ini sebelum apa namanya rapat ini kita akhiri, mudah­mudahan semua kita bisa berada dalam kondisi yang sehat wal afiat.

Demikian akhirnya Pimpinan, mohon minta izin untuk kita mengakhiri dan menutup rapat ini. Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 17.00 WIB)

a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

~ Ora. Hani Juliasih

NIP. 210001453

31

ARSIP D

PR RI