158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · dari...

32
Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat ke Jenis Rapat Hari, tanggal Waktu Sifat Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Anggota Hadir Hadir Mitra NAMA ANGGOT A : 1. Ir. H.A. Rahman Syagaff 2. Ors. H.M. Syarfi Hutauruk 3. Ir'. H. Rendhy A.L., MBA 4. Abdullah Azwar Anas 5. M. Nasir Djamil, S.Ag 158 RISALAH RAPAT PROSESPEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG PENAT AAN RU ANG II 2006-2007 3 Rapat Kerja Kamis, 23 Nopember 2006 09.00 WIS Terbuka Ruang Rapat Komisi V DPR RI (KK. V) Ir. H.A. Rahman Syagaff Ora. Hani Yuliasih Mendapatkan masukan dalam rangka Pembahasan RUU Penataan Ruang. 29 dari 50 orang Anggota. Pejabat Dept. Keuangan RI 6. Dr. H. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS 7. H. Andiwahab Dt. Majokayo, SM. HK 8. Mahadi Sinambela 9. Ors. Kahar Muzakir 10. Ors. H. Sulaeman Effendi 11. Ors. H. Riswan Tony DK 12. Ors. Enggartiasto Lukita 13. Ir. H. Soeharsojo 14. Dr. H.M. Markum Singodimejo 15. Hasanuddin Murad, SH 16. HM. Malkan Amin 17. Suryana 18. Ors. H. Sumaryoto 19. L. Soepomo SW. 20. Imam Soeroso 21. Ida Bagus Nugroho, SH 22. Ir. H. Heri Akhmadi ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

Masa Persidangan

Tahun Sidang Rapat ke Jenis Rapat Hari, tanggal Waktu Sifat

Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Anggota Hadir Hadir Mitra

NAMA ANGGOT A : 1. Ir. H.A. Rahman Syagaff 2. Ors. H.M. Syarfi Hutauruk 3. Ir'. H. Rendhy A.L., MBA 4. Abdullah Azwar Anas 5. M. Nasir Djamil, S.Ag

158

RISALAH RAPAT PROSESPEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG PENAT AAN RU ANG

II

2006-2007 3 Rapat Kerja Kamis, 23 Nopember 2006 09.00 WIS Terbuka

Ruang Rapat Komisi V DPR RI (KK. V) Ir. H.A. Rahman Syagaff Ora. Hani Yuliasih Mendapatkan masukan dalam rangka Pembahasan RUU Penataan Ruang. 29 dari 50 orang Anggota. Pejabat Dept. Keuangan RI

6. Dr. H. Bomer Pasaribu, SH, SE, MS 7. H. Andiwahab Dt. Majokayo, SM. HK 8. Mahadi Sinambela 9. Ors. Kahar Muzakir 10. Ors. H. Sulaeman Effendi 11. Ors. H. Riswan Tony DK 12. Ors. Enggartiasto Lukita 13. Ir. H. Soeharsojo 14. Dr. H.M. Markum Singodimejo 15. Hasanuddin Murad, SH 16. HM. Malkan Amin 17. Suryana 18. Ors. H. Sumaryoto 19. L. Soepomo SW. 20. Imam Soeroso 21. Ida Bagus Nugroho, SH 22. Ir. H. Heri Akhmadi

ARSIP D

PR RI

Page 2: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

159

23. Nusy\rwan Soejono 24. Drs.::ffon Vincent Djeharu, MM

· 25. Willenll M. Tutuarima, SH 26. H. Rotnzi Niham, S.IP 27. Drs .. HBT. Achda 28. H. Rusnain Yahya 29. Dra. Lela Maryana Mukti 30. Teuku Riefky Harsya 31. Maruahal Silalahi 32. Ir. H. Hussein Abdul Aziz, MT 33. Ir. H. Roestanto Wahidi D, MM 34. E.E. Mangindaan, SE, S. IP 35. Ir. Tjatur Sapto Edy, MT 36. Ir. Cecep Rukmana, MM 37. Hj. Nidalia Djohansyah Makki 38. Ir. Afni Achmad 39. Ir. Abdul Hadi Djamal, MM 40. Drs. H.M. Dachlan Chudori 41. H. Taufikurrahman Saleh, SH, MSI. 42. H. Ali Mubarak, Amd, Par. 43. Drs. H.M. Arsa Suthisna, MM 44. Ir. Abdul Hakim, MM 45. Syamsu Hilal 46. Ir. Wahyudin Munawir 47. Drs. H. Moh. Darus Agap 48. Ny. Etha Bula 49. L. Gede Syamsul Mujahidin, SE 50. Pastor Saut M. Hasibuan

., ,11

! ii ARSIP D

PR RI

Page 3: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

160

KETUA ~PAT (DRS. H.M. SYARFI HUTAURUK):

Bapak lbu yang kami hormati. Bapak-bapak, lbu-ibu anggota Pansus Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang, Pak

Dirjen Anggaran yang mewakili Menteri Keuangan, kemudian yang mewakili Dirjen Perimbangan Keuangan, kemudian yang mewakili Dirjen Pajak yang kami hormati, kemudian dari unsur Pemerintah dari Dirjen Tata Ruang Departemen Pekerjaan Umum, hadirin yang kami hormati, dengan mengucapkan Bismillahirohmannirohim Rapat Dengar Pendapat Pansus Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang resmi kami buka..

( KETOK PALU 3X)

Pak Dirjen, hadirin yang kami hormati, bahwa hari ini atas nama Pimpinan Pansus Penataan Ruang dan seluruh anggota Pansus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kehadiran Pak Dirjen bersama seluruh stat dari Departemen Keuangan baik yang mewakili Dirjen Perimbangan Keuangan maupun Dirjen Pajak dalam rangka dengar pendapat dengan Pansus Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang terhadap hari ini Dewan Perwakilan Rakyat sedang melakukan Revisi Undang-Undang tentang Penataan Ruang.

Dari berbagai hal yang selama ini kita telalh lakukan mulai sejak Pebruari tahun 2006 kita telah mengundang beberapa stickholder yang ada, baik dari Perguruan Tinggi maupun dari Asosiasi Pemerintahan Propinsi, Kabupaten, Asosiasi DPRD Propinsi dan Kabupaten, dan kemudian kita juga telah berkeliling berbagai daerah tentang sosialisasi Rancangan Undang­Undang Penataan Ruang. Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang ini 65 Pasal, ada beberapa hal, jadi usulan yang berkembang di daerah sebagai pemakai tata ruang termasuk soal insentif dan disinsentif

Salah satu contoh Pak Dirjen kami katakan waktu kita berkunjung ke Kalimantan Tengah, Gubernurnya menyatakan bahwa kira-kira lebih daripada 67 persen daerah kami ini adalah Hutan Lindung, jika kami konsisten tentang itu, berarti peningkatan pendapatan asli daerah kami tidak bisa diapa-apakan ini daerah, kalau kami juga mengikuti Tata Ruang ini kami pelihara, lalu kami dapat insentif apa? ada juga menyatakan sekarang ini bahwa Kalimantan Tengah itu menyatakan adalah Paru-paru Dunia termasuk bukan hanya APBN tetapi dunia memberikan apa terhadap Kalimantan Tengah sehingga dia bisa bertahan menjadi Paru-paru Dunia. Mungkin juga daerah­daerah lain, daerah lain juga begitu baik itu di Subang, Kalimantan Selatan maupun daerah-daerah lain tadi contoh waktu dialog sementara kita dengan Dirjen Tata Ruang seperti orang Jakarta sangat membutuhkan air dari Bogar atau dari Cianjur, tetapi orang Jakarta tidak pernah memikirkan memberikan apa kepada orang Bogar dan orang Cianjur. Pada saat kering orang Jakarta mungkin agak marah kepada orang Bogar kenapa air tidak datang lagi dari Bogar, tetapi pemeliharaan terhadap air itu oleh orang Bogar orang Jakarta termasuk kita ini semua tidak pernah memikirkan pendapatan apa bagi mereka yang mempertahankan itu.

Oleh sebab itu jelas disini baik dari naskah draft Pemerintah maupun dari usulan-usulan berbagai s,tickholder yang ada bahkan tegas Perguruan Tinggi menyatakan harus ada mekanisme insentif dan disentif. lnsentif dan disentif tentunya tidak ada pada jajaran Departemen Pekerjaan Umum atau DPR ini berada pada jajaran Departemen Keuangan, karena Departemen Keuanganlah yang akan menganggarkan apakah itu dalam bentuk insentif pajak atau pemberian peningkatan DAU, OAK dan lain-lain, inilah saatnya kita berdialog dalam rangka mempertinggi kualitas dar;i mutu substansi dari pada undang-undang ini.

ARSIP D

PR RI

Page 4: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

161

Bapak, lbu sekalian yang kami hormati. Nanti tentunya kita akan berdialog, apalagi saya lihat Pak Mangindaan ini yang pernah

membuat Tata Ruang di daerahnya akan memberikan pendalaman nanti materi, oleh sebab itu hanya ini pengantar kami sementara, kami persilakan dari jajaran Departemen Keuangan, apakah itu melalui Dirjen Anggaran dulu itu kami persilak:an sepenuhnya, nanti setelah apa akan kita buatkan pendalaman materi.

Terima kasih kami persilakan.

F-PKS (K.H. IR. ABDUL HAKIM, MM) : Pimpinan sebagaimana biasa perkenalan terlebih dahulu.

KETUA RAPAT :

lnilah dia Pak Abdul Hakim, bukan manusia namanya kalau tidak lupa, yang tidak lupa itu hanya Malaikat oleh sebab itu kami terima kasih diingatkan. Sebelumnya Pak Dirjen kami perkenalkan satu persatu rombongan yang ada kalau dalam absen cukup banyak, tetapi sementara mereka ke Pansus lain, dalam diri kami ini sekarang ini ada 2 atau 3 Pansus, jadi ini nanti sebentar lagi akan banyak juga yang datang ada hilir mudik, oleh sebab itu nanti, kalau itu kejadiannya kami mohon dimaafkan bukan karena tidak disiplin tapi memang banyaknya tugas­tugas dari pada anggota Pansus yang lain, yang hadir pertama dari : Pak Markum Singodimedjo ini dari Fraksi Partai Golkar daerah pemilihan Jawa Timur dari Komisi IV, kemudian Pak Ali Mubarak dari Fraksi PKB daerah Pemilihan Jawa Tengah khususnya Pekalongan Komisi VII yang melakukan pertambangan di daerah Hutan Lindung, kemudian F'ak, ini belum absen ini, Pak William Tutuarima dari POI P Komisi VII juga dari Pemilihan Jawa Tengah, kemudian Pak Dahlan Hudori dari Fraksi PKB, Komisi berapa Pak X, kemudian lbu Eta Bulo dari Komisi V Fraksi BPD daerah Papua, kemudian Pak Imam Suroso dari POI P Jawa Timur Komisi VI, kemudian Pak Cecep Rukmana dari PAN daerah Jawa Barat Komisi VI juga, kemu1dian Pak Ii Mangindaan Ketua Komisi II .sehari-hari dari Fraksi Partai Demokrat daerah pemilihan Sulawesi Utara dan ini berpengalaman soal tata Ruang, kemudian Pak Maruahal Silalahi dari Partai Demokrat daerah Pemilihan Sumatera Utara Komisi IV, kemudian sebelah kanannya Pak Abdul Hakim dari PKS pemilihan Lampung dari Komisi V, kemudian Pak Darus Akap dari BPD daerah pemilihan Sumatera Selatan Komisi V. Hadirin yang kami hormati, hadir ini juga Pak Dirjen, Pansus ini agak bahagia karena memang seUap ada RDP partner kami dari Pemerintah dari Pekerjaan Umum juga lengkap hadir, dihadiri oleh Dirjen Penataan Ruang dan dan kawan-kawan Pak Hermanto Dardad, kami persilakan.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Terima kasih Bapak Pimpinan, Bapak-bapak Pajak serta Direktur Jenderal Perimbangan Keuangari pada saat yang sama terdapat Pansus juga Pak, dapat kami sampaikan bahwa kami tidak berpretensi Pak bahwa kami memberikan permasalahan yang berkenaan dengan Departemen Keuangan yaitu lnsentif didalam _triminologi dalam triminologi Keuangan Negara Pak itu kita kenal.

F~PDl·P (WILLEM M TUTUARIMA, SH) :

lntrupsi Pimpinan. Kita inikan butuh nara sumber, jadi kehadiran beliau itu sangat diperlukan dalam rangka

menentukan kebijakan selanjutnya, tapi kalau saat ini hanya dicatat kemudian nanti dilaporkan, apakah tidak sebaiknya kita tunda.

Terima kasih.

:'i

ARSIP D

PR RI

Page 5: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

162

KETUA RAPAT :

S[aya juga tadi ingin mengklarifikasi Pak William, memang ini RDP bukan pengambil keputusankarena memang betul nara sumber apa yang berkembang dalam sosialisasi dialog kita tentang Rancangan Undang-Undang itulah yang supaya memang pihak Departemen Keuangan lebih tahu, karena yang menentukan pasal demi pasal itu nanti adalah kita sendiri bukan hasil ini, cuma hanya kita bahwa ini akan terjadi kalau ini kita lakukan itu seperti itu jadi bukan, belum keputusan, kira-kira begitu silakan Pak Amariyadi.

F-PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM) :

Pimpinan nambahin Pak maksudnya supaya nanti terarah mereka kita itu ingin mendapatkan konsep mereka, masukan terhadap undang-undang gitu, bukan, tadikan bahasanya saya mau nampung, jadi kita yang akan memberikan terus nampung kemudian disampaikan keatasan, seharusnya kan Pak Dirjen ini menyampaikan kepada kita kalau RUU nya seperti ini ada disenertied, idenya seperti ini, ini, ini, yang bagus ini begini gitu seharusnya ada satu konsep yang matang terhadap undang-undang ini bukan dibalik Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik. Jadi.

F · PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SILALAHI):

Saya rasa tadi memang jelas Pimpinan telah mengutarakan bahwa setelah kita membahas RUU ini kita sosialisasikan ke seluruh daerah iyakan, bahwa kita pingin memang daerah-daerah itu sesuai dengan peruntukannya mau kita atur di dalam undang-undlang ini, sehingga ada daerah yang keberatan, contoh soal misalnya Tanah Toraja okelah kami pelihara keindahan lingkungan ini semua, tetapi darimana pendapatan kami, ini juga masalahnya, padahal kami ini adalah sumber air kepada 5 (lima) Kabupaten di bawah kami sana, di Sulawesi Selatan itu contoh, jadi bagaimana kira-kira kita mengkonsepkan atau bagaimana kira-kira pendapat Bapak tentang itu agar satu daerah yang memang penghasilannya hanya memungkinkan dari situ, kan begitu Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Oleh sebab itu mungkin dari Dirjen Anggaran dan dari Departemen Keuangan secara keseluruhan ini sudah menangkap aspirasi apa yang berkembang ini di Rancangan Undang­Undang ini kita berikan kesempatan kepada beliau-beliau untuk melakukan pendalaman, dan kita juga akan.memberikan pendalaman terhadap ini, itu Pak Amatriyodi.

Kami persilakan.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Jadi kami ulangi bahwa didalam terminal memang kita kenal ada hal-hal yang kita sebut dengan eksternalitis, eksternalatan maupun juga ketidakmanfaatan pada suatu daerah lokal tertentu yang juga dirasakan oleh daerah-daerah yang lain seperti Tata Ruang ini tadi seperti yang saya sampaikan, kemanfaatan dari Tata Ruang ini tidak hanya bisa dirasakan oleh daerah itu saja tapi juga l~bih luas, maka yang lebih luas ini yang lebih ini ada bagian-bagian daerah yang merasakan justru ketidak manfaatan dari situ, dari kemanfaatan yang dirasakan oleh orang lain. Jadi kita contohkan juga Pertahanan Keamanan, Pertahanan Keamanan itukan dirasakan oleh seluruh bangsa tidak bisa dicountain oleh satu. Kalau pertahanan kebangsaan ini yang merasakan semua siapa yang harus membiayai tentunya negara karena memang tidak bisa dipisah-pisah gitu, itu juga b~gitu Tata Ruang ini kemanfaatannya tidak semua dirasakan oleh daerah bisa juga dirasakan oleh, malah diseksternalistis bisa dilaksanakan oleh satu daerah seperti yang Bapak tadi contohkan tadi, yang merasakan adalah daerah sekitarnya yang ini tidak merasakan. Tetapi kemudian beban ini siapa yang harus menanggung, kalau kemanfaatan itu pada yang lain siapa

ARSIP D

PR RI

Page 6: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

163

yang harus menangung pengaturan ini dan itu persoalannya, apakah negara yang mengatur itu padahal yang merasakan sebagian saja daripada daerah itu.

J8:di menurut kami, bisa saja dari negara, kalau negara itu direpresentasikan oleh APBN tentunya, tetapi bisa saja atau tentunya APBN itu perwakilan mungkin dari Pajak dalam bentuk keinginan-keinginan dan segala macam itu, tetapi kalau ini dirasakan oleh sebagian saja tidak cukup menurut saya kewajiban itu diletakan di Pemerintah Pusat atau di Negara harus yang memang terbatas disitu saja, jadi misalnya kalau kasus tadi mengatakan bahwa yang merasakan atau yang. merasakan itu adalah terbatas Jakarta dan Cianjur, maka yang harus menanggung sebenarnya Jakarta saja tidak perlu itu ditanggung oleh seluruh daerah-daerah di Indonesia, tidak boleh oleh APBN karena APBN itu yang memanfaatkan adalah seluruh Indonesia. Jadi harus dibatasi juga barangkali ini Pak luasnya seperti apa, kalau pertahanan keamanan itukan jelas seluruh tidak bisa kita, jadi APBN yang menanganii, sekarang kalau hal seperti ini, jadi kalau tadi ada ide bahwa kalau untuk ini dilakukan insentifnya melalui OAK atau DAU, ini jadi misalnya saja Pak ya, kalau ada suatu daerah yang tidak boleh membangun daerahnyasesuai dengan keinginan masyarakat disana, maka mereka perlu diberikan ongkos apa ditutupi ongkos diberikan insensif dalam bentuk misalnya DAK untuk menjaga tetap daerah itu tidak digunakan untuk seperti keinginan masyarakat tersebut, karena itu maka dia diberikan menurut, tapi OAK ini sebetulnya berasal dari sumber APBN yang sebetulnya bisa juga dialokasikan untuk daerah-daerah yang lain, jadi sebetulnya yang terbebani itu adalah juga daerah-daerah lain diseluruh Indonesia ini iya toh. Jadi barangkali harus dipikirkan tidak semua insentif dan disinsentif itu dibebankan kepada APBN, tetapi harus juga dibebankan kepada APBD daerah-daerah yang terkait saja gitu, tidak bisa misalnya tadi Ketua mengatakan ada masalah di Sumedang, pengairan itu dilakukan hanya untuk daerah-daerah lndramayu, tidak seluruh Indonesia, adalah tidak adil menurut saya kalau kemudian insentif yang diberikan kepada daerah Sumedang itu berasal dari APBN, yang sebetulnya APBN itu adalah juga hak daripada daerah-daerah yang lain, mustinya berasal tentunya daerah-daerah. Jadi ini demikian rupa kalau memang dia ingin, jadi disini barangkali ada hubungan, harus dibuat hubungan antara daerah-daerah itu untuk mereka bekerja sama dalam yang lebih besar untuk saling memberikan insentif untuk hal itu Pak.

Jadi itu barangkali pemikiran kami secara umum mengenai bagaimana kita menangani insentif dalam hal tata ruang ini, karena kita melihat ada sihap daripada pengaturan Tata Ruang ini, bisa saja dia mengatur nasional bisa juga dia mengatur hanya beberapa daerah saja, kalau hanya beberapa daerah ini saja yang terkena kemudian yang menanggung itu harus seluruhnya barangkali adalah kurang adil dari segi, jadi disitu memang didalam ilmu keuangan negara memang kita kenal hal-hal semacam ini Pak, jadi itu barangkalii yang bisa kita sumbangkan didalam hal ini Pak, kita juga barangkali harus lebih mendefinisikan secara jelas Pak, jadi kalau memang itu manfaatnya atau dismanfaatnya itu hanya pada beberapa daerah berarti yang malah harus menanggung juga harus daerah itu sendiri, sama juga dengan barang-barang pribadi, kalau yang memanfaatkan bisa kita sendiri misalnya kaya baju ini pak, yang memanfaatkan kita sendiri tidak orang lain yang memanfaatkan, berarti kita yang harus membeli, masa harus orang lain yang memberikan untuk kita adalah tidak, jadi didalam dunia ini kita mengenal barang-barang publik, barang-barang privat , dan barang-barang diantara itu, yang barang-barang privat itu adalah barang-barang yang kita pakai sendiri yang tidak bisa kita share dengan orang lain, tapi ada barang-barang publik seperti pertahanan keamanan, dan yang lain-lain dan lingkungan itu juga merupakan suatu barang publik tentunya harus ditanggung oleh negara karena memang tidak bisa dia tidak ada pasarnya. Kalau yang penataan ruang ini juga barangkali dia adalah barang publik tapi yang terbatas oleh beberapa daerah saja. Mungkin untuk itu barangkali, makanya yang harus menanggung adalah daerah-daerah yang mendapat manfaat itu saja. Jadi mungkin sementara Pak itu mungkin untuk mendrigel kearah pembicaraan kita saja Pak.

ARSIP D

PR RI

Page 7: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

164

KETUA RAPAT:

T~rima kasih Pak Amat Riyodi dari Dirjen Anggaran, kita selanjutnya persilakan, sebelumnya kita mintakan, saya perkenalkan Pak Malkan Amin mi dari Fraksi Partai Golkar daerah Sulawesi Selatan di Komisi V yang sehari-hari sering berhubungan dengan Pak Dirjen Anggaran karena ini Panitia Anggaran dari Komisi V, kemudian, saya perkenalkan dulu Pak Ali, Pak L. Soepomo dari Fraksi POI P dari Jawa Timur, kemudian Pak Andi Wahab dari Fraksi Partai Golkar Sumatera Barat Komisi II.

Silakan Pak Ali.

F-PKB (H. ALI MUBAROK, AMO, PAR) : Saya ini agak apakah tanya jawab ini nunggu kepada selesai keseluruhannya apakah bisa

satu per satu yang sud ah dibicarakan.

KETUA RAPAT:

Kita sepakati kita selesaikan saja dulu supaya lebih konprehensif kita memberikan pendalaman. Selanjutnya kami mintakan kepada Pak Heru Subiantoro dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

DIRJEN PERIMBANGAN KEUANGAN (HERU SUBIANTORO) :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Saya Heru Subiantoro Pak. Terima kasih atas undangannya yang disampaikan kepada

kami sekali lagi mohon maaf Pak Dirjen tidak bisa hadir di dalarn acara ini. Kami sependapat dengan Bapak Dirjen Anggaran bahwa ini merupakan persoalan barang publik Pak, embarmens, kami juga melihat perkembangan yang sangat menarik bahwa masyarakat khususnya ini mulai memperhatikan hal-hal yang mencakup mengenai masalah lingkungan. Kebetulan di dalam perhitungan-perhitungan DAU ini memang variabel ini belum pernah dimasukan terus terang saja, tentu saja .kalau itu terJadi, maka kalau ini disepakati mungkin formula itu sendiri harus dirubah sepanjang kita sepakat.

Cuma ada hal-hal kami merasakan ada hal-hal teknis bagaimana itu membatasi manfaat itu tadi didalam wilayah tertentu, ambil contoh misal~nya soal air tadi Pak, air itukan merembes dari hulu, bagaimana air itu tidak boleh masuk ke wilayah lain kan sulit sekali itu secara teknis bagaimana, sebab dasar hitungnya bagaimana ini, teknis ini saya belum terbayangkan Pak, harus ada kesepakatan dulu secara teknis hitungan baru kemudian kita lihat bahwa ini dapat sekian, dapat sekian, begitu Pak otomatis maka itu harus diserahkan kepada Pemerintah Pusat seperti apa yang disampaikan oleh Pak Royadi ini pemikiran kami Pak.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Baik. Untuk selanjutnya kepada Dirjen Pajak Pak Maizar Anwar.

DIRJEN PAJAK (MAIZAR ANWAR) :

T erima kasih Pak. Bapak Pimpinan yang terhormat, Bapak-bapak Anggota Dewan yang saya hormati, juga

tadi saya kemari dengan Dirjen Pajak yang kebetulan sekarang sedang ada di Komisi XI Pak RUU Pajak, lagi membahas RUU Pajak, dan beliau menugaskan kepada kami untuk menghadiri rapat Pansus kita ini.

Kalau dilihat dari segi pajak Pak sesungguhnya kami sangat menyadari bahwa bagaimana daerah itu melihat potensi yang sesungguhnya yang ada di daerah itu sangat potensi untuk usaha bisa meningkatkan pendapatan daerah mereka, tapi sayangnya karena ada aturan itu tidak boleh diutak-atik sehingga mereka punya lahan, punya wilayah tapi tidak memperoleh apa-apa disitu.

ARSIP D

PR RI

Page 8: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

165

Dalam konteks ini kita RUU Penataan Ruang ini memang mengikat, membatasi kewenangan wilayah untuk mengolah barang yang ada diwilayahnya itu sendiri, kemudian kalau kita lihat dari segi apa yang harus kita berikan kepada daerah dari segi pajak sesungguhnya kalau pajak itu seperti PPN, PPh itu menyangkut dengan penghasilan seseorang atau pendapatan seseorang, karena ini menyangkut dengan lahan mungkin akan lebih kena dengan PBB barangkali Pak, kalau PBB sesungguhnya daerah-daerah yang memperoleh kenikmatan dari fasilitas penataan ruang tadi katakanlah seperti air tadi yang punya lahan sumber air adalah di daerah Sumedang misalnya tetapi yang memperoleh di daerah Cirebon dan sebagainya. Akibat adanya irigasi itu sesungguhnya daerah itu semakin menjadi subur, kalau semakin lebih subur berarti daerah itu memperoleh manfaat, sehingga hasilnya makin meningkat dan nilai tambahnya makin tinggi, PBB nya juga seharusnya lebih tinggi lagi dia makin subur, tetapi bagaimana dengan daerah yang memberi konstribusi tadi tidak meperoleh apa-apa, justru itu kalau kami lihat disini kalau lahan itu misalnya untuk penghijauan tapi masih dikuasai oleh masyarakat itu dari segi PBB nya itu bisa kita lihat ini karena untuk kepentingan umum sebenarnya bisa dibebaskan, sebab untuk penghijauan tapi lahan masih dikuasai tapi bukan mereka tidak boleh memperoleh apa-apa disitu tapi mereka tetap menguasai lahan itu bisa kita fasilitasnya kita tidak kita kenakan karena untuk kepentingan umum bisa tidak dikenakan PBB atau dia masih memperoleh manfaat disitu misalnya sedikit untuk tanaman-tanaman palawija dan sebagainya itu, lahannya itu, setiap lahannya itu harus kena membayar PBB tetapi karena sebagian untuk kepentingan umum itu bisa diberi insentif pengurangan karena fasiltas penurunan nilai jual kena pajaknya apakah 20 persen atau 10 persen.

Jadi dari segi perpajakan saya kira disitu barangkali yang bisa Pak dari segi PBB yang mungkin bisa kita berikan tetapi dari pajak lainnya itu karena ini tidak merupakan penghasilan tidak merupakan dagangan ini juga barangkali, tetapi konstribusi dari pajak kepada daerah cukup besar misalnya dari PBB sendiri yang daerah-daerah yang tidak juga tidak punya penghasil migas mungkin itu bisa kita beri bagi daerah penghasil kemudian ada insentif PBB juga dari bentuk lain, pemerataan penerirnaan PBB yang 10 persen itu kita bagi rata kepada daerah, kemudian juga penerimaan dari DPATP itu juga kita bagi rata kepada daerah yang tidak punya BPHGB itu juga daerah memperoleh tambahan dari pajak itu. lltu setiap daerah Tingkat II kita berikan insentif seperti itu yaitu pemerataan PBB yang 10 persen bagi ..... terus dikembalikan kedaerah walaupun PBB nya katakanlah 100 juta tapi dia bisa menerima lebih besar dari itu termasuk PBB dan DPATP.

Kemudian kalau daerah juga mencapai target itu dikasih insentif lagi, kemudian daerah yang tidak punya penghasilan Migas kita ambil dari Migas sesuai dengan keputusan kebijakan Pemerintah itu sebagian dari pendapatan PB Migas itu kita berikan kepada daerah yang tidak menghasilkan tadi. Saya kira sementara dari saya itu dulu Pak yang bisa kami berikan dari segi perpajakan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Ada tambahan ? Tidak ada tambahan, kalau tidak ada tambahan kita bukan tanya jawab.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Sedikit saja Pak. Jadi kita sekarang perlu mendifinisikan kemanfaatan itu, apakah itu kemanfaatan secara

nasional apakah kemanfaatan itu hanya dijelaskan oleh lokal saja, regional saja, dengan demikian jadi sebetulnya insentif dan diinsentif itu kalau memang itu dirasakan secara nasional maka tentulah dia ke APBN, tapi kemudian APBN inikan sebetulnya sudah dibebankan oleh DAU dengan bagi hasil dengan DAK. Jadi nanti sebetulnya sudah ada sumber-sumber keuangan yang kepada daerah, kemudian kalau memang itu kemanfaatannya memang hanya regional saja, maka sebetulnya di undang-undang mengenai Otonomi Daerah itu memang ada kerjasama antar daerah itu, jadi kerjasama antar daerah itu jadi misalnya kalau memang dikontir dalam propinsi saja, maka insentif dan diinsentif itu diselesaikan di tingkat propinsi itu saja, dan sebetulnya menggunakan APBD, caranya bisa macam-macam Pak, jadi dari APBD itukan komponennya macam-macam Pak ada DAU, ada DAK, ada Bagi Hasil ada PAD juga. Dari komponen-komponen ini yang sebenarnya

ARSIP D

PR RI

Page 9: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

166

bahkan juga disitu ada utang dan segala macam, itu yang bisa juga nanti kalau memang dari kompenen-komponen itulah saling mereka mengomset diantara itu, dan bahkan kalau memang dia hanya sa.tu kabupaten saja yang merasakan itu adalah masyarakat tentunya kabupaten itu saja yang seharusnya menanggung itu dan memberikannya kepada masyarakat tidak harus kabupaten lain ikut menanggung hal-hal semacam itu. Jadi disini tentunya ada membahasan, dan itu saya rasa sudah sesuai dengan sistematika jadi sejalan dengan itu Pak.

KETUA RAPAT:

Baik Pak Amat Riyodi, Pak Heru Subiantoro, dan Pak Maizar, nampaknya Bapak lbu sekalian pesan dari Rancangan Undang-Undang Tata Ruang ini soal insentif sudah masuk, pesan itu sudah masuk karena Pak Dirjen menyatakan tadi bahwa 11tu kalau melihat luas cakupannya, kalau itu nasional, seluruh nasional maka itu APBN kalau itu regional maka dia antar prapinsi, kalau itu sebuah kawasan propinsi, maka APBD nya antar mungkin kerja samanya ini pesan undang-undang ini sudah masuk, sementara Pak Subiantora mekanisme untuk komponen DAU dan OAK kalau itu memang kita sepakati bisa saja akan terjadi perubahan di tingkat nasional dalam menyusun DAU dan OAK kan begitu kalau ada kesepakatan, kemudian pajak. Bisa saja insentif pajak dalam bentuk PBB nampaknya pesan ini sudah masuk tinggal kita mendalami Bapak-lbu sekalian yang kami hormati oleh sebab itu kami buka terment pertanyaan untuk pendalaman kami persilakan, ya Pak Malkan Amin, Pak Cecep, Pak Ali Mubarak, lbu Etabuno, ini biasanya Pak Mangindaan, Pak Hakim.

Baik kami persilakan Pak Maruahal.

F · PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SILALAHI):

Baik. Terima kasih Pimpinan. Teri ma kasih Pak Dirjen beserta seluruh staf, say a langsung saja kita ke contoh karena

apa yang dibilang oleh Pak Pimpinan bahwa sudah masuk saya belum mengerti dimana masuknya atau belum merasakan masuknya itu bagaimana begitukan Pak. Saya langsung ke contoh tadi, katakan kalau yang saya contohkan tadi itu adalah Tanah Toraja, bahwa yang menikmati hanya 5 kabupaten dibawahnya bolehlah itu Pak, tetapi ba!~aimana kita agar kelima yang dibawahnya itu membuat itu, itu yang tidak ada sekarang didalam Perda-perda daripada kelima kabupaten dibawahnya itu tidak ada bagaimana mengganti kerugian yang ada diatas belum ada. Yang kedua bagaimanc~ kalau contoh soal bahwa kita akan moratorium penebangan kayu dari seluruh Kalimantan, karena hasil daripada kesepakatan Rio de Jenera Tahun 1995 Indonesia adalah paru­paru dunia, dan kita katakanlah bahwa paru-paru dari Indonesia itu adalah Kalimantan moratorium penebangan kayu berarti hasil mereka akan tidak ada, ini siapa yang menanggung, Dunia, Indonesia, atau APBN, APBD. Yang Ketiga, saya barusan pulang Pak dari Pandeglang, itu Bupati Pandeglang itu luar biasa, Pandeglang tidak bisa pabrik industri satu, yang kedua Pandeglang ada sedikit hutan produksinya mau diusulkan dan sudah diusulkan ke Departemen Kehutanan, hutan praduksi ganti dengan hutan lindung artinya tidak bisa di tebang, terus penghasilan bagaimana ? lni karena kami laporkan dengan Bapak DPR bagaimana kira-kira Pemerintah Pusat atau APBN menambah pendapatan kami, ini kira-kira bagaimana Pak langsung saja masuknya itu bagaiamana.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Maksudnya dia mempertahankan Hutan Lindung, silakan Pak Malkan.

F-PG (H.M. MALKAN AMIN) :

Terima kasih. Saya tidak tangkap secara keseluruhan apa yang Pak Dirjen, Pak Amat kemukakan

esensinya saja yang saya dapat, jadi buntutnya, tapi yang pasti saya ingin mengajak pihak Pemerintah dari aspek Departemen Keuangan tentunya, memanfaatrkan pembahasan Tata Ruang ini dari sekarang kedepan itu bisa seperti apa agar bisa menjadi pendapatan negara yang pada akhirnya pendapatan negara ini bisa dikembalikan kepada masyarakat dimana wilayah-wilayah

ARSIP D

PR RI

Page 10: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

.• 1.,.

167

penataan ruang itu tadi ada pada tanggungjawabnya itu yang pertama. Yang kedua, saya juga ingin mengajak Pak Dirjen wakil Pemerintah disini untuk memberikan masukan kepada Pansus kita ini agar Penataan Ruang dikemudian hari tidak berdampak merugikan Keuangan Negara seperti apa yang'!'terjadi selama ini, dan sebenarnya ada wilayah-wilayah yang potensial, tetapi karena tidak ada :koordinasi yang baik antara unsur-unsur lembaga Pemerintah, sehingga itu bias begitu saja Pak;i padahal itu barangkali kalau diefektifkan atau dibuat sesuai dengan rencana apalagi undang-u.ndangnya sudah, pengin kita manfaatkanlah, Pemerintah manfaatkan di Departemen Keuangan manfaatkan pembahasan tata ruang ini diberikan masukan yang cukup agar dua hal ini benar-benar bisa terwujud produknya nanti, jadi kallau sudah dalam proses pelaksanaan undang­undang ini, maka tidak perlu lagi ada tunjuk menunjuk kalau ada pembiasan apakah pada aset pendapatan negara mestinya harus ada menjadi tidak ada, dan juga bukan menjadi tidak ada saja tetapi ada kerugian dari pada sumber-sumber pendapatan negara bisa menimbulkan kerugian dikemudian hari.

Umpamanya saja bila terjadi penataan ruang disatu kawasan itu bisa menimbulkan bencana alam mau tak mau kan Pemerintah Departemen Keuangan mengambil koceknya memberikan lagi kepada bakornas, bakornas lagi menyerahkan kepada daerah-daerah yang tertimpa bencana alam itu, tetapi dari aspek-aspek keuangan sebenarnya inti hal yang menurut saya yang kita hadirkan Departemen Keuangan itu menyangkut mengenai masalah pajak, menyangkut mengenai masalah apa tadi yang menjadi tanggung jawab Pak Dirjen mengatakan bahwa kalau itu tidak usah di nasionalkan tidak usah, mungkin dengan wilayah-wilayah tertentu saja itu bisa. Kalau menurut saya tetapi ini tidak bertentangan dengan apa yang Pak Dirjen katakan, Pak Amat, tetapi menurut undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sudah dibagi habis oleh Propinsi itu undang-undang, propinsi wilayahnya itu sudah dibagi habis oleh Kabupaten/Kota begitu terus menerus sampai Desa dan sampai Dusun, artinya apa, tidak ada statement Pemerintah yang bisa mengatakan perhitungan saya bahwa disitu itu bukan menjadi tanggung jawab Negara hanya dilihat masalahnya apa yang terjadi, itu menjadi persoalan, tetapi itu kewenangan dan tanggung jawab negara, tetapi tanggung jawab negara diserahkan kepada Pemerint~h setempat ini kamu selesaikan persoa~annya karena ini masih dalam skop, dan ini harus menjadi ukuran nasional kita Pak, bahwa tanggung jawab negara, sama dengan jalan Pak, menurut saya apakah itu statusnya jalan nasional harus dibayar APBN apakah itu jalan propinsi, apakah itu jalan Kabupaten/Kota, apakah itu jalan lingkungan, tetapi itu tetap bagian dari tanggung jawab jalan nasional, lalu nanti biayanya diberikan kesempatan kepada wilayah-wilayah dibawah nasional it~ bukan soal, tetapi harus ada statement dari Pemerintah bahwa seluruh permasalahan yang terjadi di Negara Keatuan Republik Indonesia itu adalah menjadi tanggung jawab negara, lalu nanti siapa yang mewakili negara untuk menyelesaikan masalahnya itu boleh Propinsi, boleh Kabupate~/Kota, boleh Kecamatan, boleh Desa tidak ada masalah karena itu adalah merupakan perangkat yang sudah diatur menurut undang-undang oleh Negara Republik Indonesia, saya kira itu Pak Ketua. Terima kasih.

'"

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Malkan. kami lanjutkan Pak Ati Mubarak.

F-PKB (H. ALI MUBAROK, AMO., PAR.) :

Terima kasih Pimpinan. Saxa lihat apa yang dijelaskan oleh seluruh dari pada kawan-kawan kita dari Departemen

Anggaran dan semuanya itu cukup jelas namun yang kita butuhkan disini adalah masukan dari pada mereka yang agak signifikan Pak, diantaranya satu yang sangat penting disini adalah kita menyusun Tata Ruang yang kira-kira bersangkut dengan masalah Perpajakan apa yang kira-kira bisa diberikan, ini yang kami harapkan ini Pak ... diantaranya satu kita lihat Pak misalnya masalah pada pembikinan Jalan Toi. 'Kadang-kadang dalam pembikinan jalan tol ini boleh dikatakan untuk kepenting~n nasional sering disini terjadi apa yang disebut ketentuan mengenai masalah PBB ataupun p~rpajakan sering terjadi apa yang disebut tumpang tindih dalam arti kata kadang-kadang masih merupakan haightcoss, kalau saya harapkan dari pajak disini bisakah memberikan insentif kepada hal~hal yang bersangkutan kepada tata ruang yang masalahnya adalah untuk kepentingan nasional bu~an untuk kepentingan pribadi inilah, jadi apakah iinsentif disitu bisa ditentukan apa

ARSIP D

PR RI

Page 11: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

168

tidak Pak kira-kira dari perpajakan apakah itu untuk kepentingan nasional dalam pembuatan jalan tol mciupun didalam pembuatan waduk-waduk maupun perairan dan sebagainya itu bagaimana caranya uqtuk insentif pajak itu supaya agar bebannya menjadi rin!~an sehingga proyek daripada Pemerintan tersebut bisa berjalan dengan baik.

Terus kemudian Pak mengenai masalah dari pada ketentuan tersebut nanti kita berpikir kepada manfaat-manfaat daripada ketentuan perpajakan untuk selanjutnya daripada proyek daripada pembikinan Undang-Undang Tata Ruang ini Pak, yang lain yang akan kami tanyakan Pak diantaranya adalah mengenai masalah seperti sekarang terjadi apa yang disebut tumpang tindih mengenai masalah penguasaan Hutan Lindung dan juga bukan Hutan Lindung, kadang-kadang disini ada hutannya sudah tidak ada tapi masih dalam posisi hutan lindung sehingga didalam pelaksanaannya untuk menyusun tata ruang atau untuk menyusun proyek dalam daerah hutan lindung tersebut kita sering menghadapi kendala ini Pak, ini bagaimana coba kira-kira apakah bisa ditentukan kepada masalah dari perpajakan untuk sedikit membantu dengan masalah ini, termasuk kepada masalah tanah-tanah yang sampai sekarang banyak yang menjadi sengketa Pak, sehingga didalam menyusun tata ruang atau pembangunan di dalarn wilayah daerah tertentu juga terganjal karena tanah tersebut menjadi masih hal yang sangat sengketa apakah bisa dilihat dari segi keuangannya disini dari perpajakannya dilihat untuk membantu didalam masalah ini supaya lebih selesai begitu Pak gampang untuk selesainya begitu Pak, saya kira begitu Pimpinan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Waalaikum Salam. Supaya jangan berat ke kiri kita mintakan sebelah kanan Pak Abdul Hakim.

F-PKS ( K.H. IR. ABDUL HAKIM, M.M. ) :

Terima kasih Pimpinan. Dalam Draft Rancangan Undang-Undang nya di Pasal 41 memang sudah tertera terkait

dengan persoalan apa yang kita diskusikan ini, terkait dengan masalah insentif dan disinsentif persoalannya adalah pada tataran implementasi, saya kira karena terkait dengan persoalan tata ruang inijuga ada yang namanya tata ruang nasional, tata ruang nasional diantaranya mengatur kawasan strategis nasional, oleh karena itu saya kira mau tidak mau memang implementasi insentif da9 disinsentif inipun juga, juga menyangkut kewenangan Pemerintah Pusat, juga dengan demikian qda yang namanya tata ruang wilayah propinsi itu adalah terkait dengan guna propinsi, saya kira para nara sumber pada kesempatan ini, kedepan jug a kita harus bagaimana memikirkan tentang implementasinya, oleh karena saya kira ingin melakukan pendalaman terkait dengan, dari aspek regulasi dari sistem perpajakan dan sistem keuangan kita. apakah sudah memungkinkan untuk bisa menjawab ini ketika kemudian Pasal 411 ini menjadi salah satu Pasal yang disepakati terkait dengan insentif dan disinsentif dukungan perangkat regulasi baik yang ada di perpajakan ataupun disistem keuangan yang lain apakah sudah mendukung akan diberlakukannya Pasal 41 ini, itu barangkali pertanyaan saya, kalau demikian dukungan-dukungan regulasi tersebut belum memungkinkan alternatif apa yang bisa Bapak usulkan supaya barangkali kalau kita nantinya harus merombak, memperbaiki berbagai regulasi-regulasi untuk bisa dilaksanakannya Pasal 41 ini terlalu lama, kira-kira alternatif apa, apakah kemudian nantinya di peraturan pemerintahnya kaitan dengan tata ruang ini nanti lebih rinci terkait dengan disentif itu apa saja aspeknya saya kira kita membutuhkan itu sesungguhnya, kalau untuk apa namanya payungnya itu sudah didukung melalui RUU Pasal 41 nya tinggal pada tataran implementasinya tentu harus ada dukungan regulasi­regulasi yang lainnya, ini akan terkait dengan Undang-Undang Perpajakan yang lain, terkait dengan Pe,raturan Pemerintah yang lain, barangkalii kami mohon penjelasan lebih lanjut dari pada Dirjen pada kesempatan ini kaitan dengan dukungan regulasi yang lainnya kalau ini diberlakukan Pak.

Terima kasih.

ARSIP D

PR RI

Page 12: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Hakim. lbuEtha Bula.

169

Fi BINTANG PELOPOR DEMOKRASI (NY. ETHA BULO):

Terima kasih Pimpinan. Bapak-bapak Dirjen atau yang mewakili, tadi kita banyak menyinggung mengenai soal

insentif Pak, karena saya dari Papua Pak dan saya harus menyuarakan ini. Kepada Bapak-bapak Dirjen bagaimana sistem pengalokasian insentif khusus alokasi anggaran bagi kawasan yang daerahnya banyak dieksploitasi terutama kami di Papua Pak. Adanya transparansi akan kekayaan sumber daya alam kami Pak apakah sudah cukup pemberian dari keuangan terutama Bapak­bapak Dirjen ini berapa sebenarnya yang kami harus dapat, kalau tadi saya dengar Bapak-bapak memberikan 10 persen apakah 3 triliun itu sudah 10 persen, apalagi ini Freepot Pak, tolong Pak kami minta itu di audit betul berapa banyak kekayaan alam Papua yang di eksploitasi Pak.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Baik. Pak Cecep.

F-PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM) :

Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaralkatuh. Sebenarnya saya senang sekali bahwa dari Departemen Keuangan intinya ada satu

prinsip yang bisa dipegang yaitu masalah tadi eksternalistis itu ada manfaat dan tidak manfaat, bahwa itu nanti anggarannya bisa dimasukan ke dalam DAU, OAK, dan Pajak juga, hanya sekarang ini belum ada ukuran-ukuran yang dimasukkan ke dalam DAU, dan OAK itu seperti misalnya contohnya, OKI dan Jawa Barat, OKI membutuhkan Air, OKI harus mendapatkan perlindungan dari banjir, Jawa Barat harus bisa menjaga kelestarian alamnya, tidak ada dana, kurang, sekarang apakah kerja sama antar Propinsi sehingga terjadi APBD yang memberikan tambahan kepada Jawa Barat atau didalam bentuk DAU atau OAK itu, ukurannya apa, ini yang tadi saya tangkap dari Departemen Keuangan itu belum ada hitungan-hitungannya, kami hitung sekarang itu berdasarkan penduduk saja, oleh karena itu di dalam Undang-undang Tata Ruang ini kita harus (l1erumuskan kalau terjadi seperti ini bagaimana proses perimbangan keuangannya itu yang harus kita rumuskan nanti, dan kalau bisa itu Departemen Keuangan memberikan masukan pada RUU ini Pak kalau terjadi seperti itu.

Dilain pihak ada istilah insentif dan disinsentif di dalam masalah pembangunan, kalau misalnya sptu wilayah sudah ditentukan bahwa ini hutan lindung, tetapi ternyata di bawahnya ada kandungan tambang emas misalnya, itu harus dibongkar dan segala macam, kita ada kasus pada periode yang lalu bahwa hutan lindung yang sudah di eksplorasi bahwa sudah ada kandungan­kandungan ini, sehingga kita memutuskan apa diteruskan apa tidak ini kita harus rumuskan juga masalah insentif dan disinsentif boleh hutan lindung sementara ini bisa dibuka untuk pertambangan, tetapi ada disinsentif sekian persen dari pendapatan ini untuk mengembalikan kepada hutan lindung kalau misal pertambangannya habis, jadi pengertiannya bahwa ada perimbang~n keuangan baik itu di APBN, APBD pada saat ada satu wilayah ada kepentingan bersama yang eksternalistis itu, itu harus dirumuskan di dalam Tata Ruang begitu Pak.

Ker:nudian kedua, adalah harus ada disinsentif dan insentif pada saat bahwa satu tata ruang ditentukan fungsinya dan berubah karena ada kepentingan ekonomis misalnya. Demikian juga masa!ah pajak Pak, sekarang itu Jawa Barat hanya kebagian limbahnya, kerusakan lingkungan 1 tetapi pajak yang menikmati adalah OKI karena perusahaan-perusahaannya perusahaan OKI, ini gimana, kalau hanya dari PBB saja itu tidak bisa mendapatkan hasil untuk mengembalikan lingkungan-lingkungan itu, oleh karena itu harus ada misalnya tingkat-tingkat retribusi yang harus digariskan lagi di dalam sistem perpajakan ini kalau memang tata ruang ini

ARSIP D

PR RI

Page 13: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

170

ada daerah-daerah yang eksternal, ektrafikasi, lingkungan-lingkungan yang diambil misalnya, batunya, apanya segala macam begitu, ini belum dirumuskan karena nilai-nilai retribusi itu tidak senilai dengan keuntungan DKI yang mengambil manfaat dari Batu, Pasir dan segala macam untuk pembangunan di DKI sendiri misalnya, ini contoh-contoh ini harus tiga hal ini yang saya kira mohon masukan dari Departemen Keuangan bagaimana perimbangan keuangannya apakah DAU, dan DAK bisa dirumuskannya bagaimana kalau terjadi seperti tadi Toraja dan seperti Jawa Barat dan DKI ini, dan tadi masalah perimbangan pengambilan pajak, jangan ditarik dulu ke Pusat karena intinya kalau sudah ke Pusat Pak kalau di tarik lagi ke daerah itu lama Pak. ltu saya kira yang saya ingin sampaikan, terima kasih atas pendangannya tetapi kita ingin usulan konkrit Pak di dalam Undang-Undang Tata Ruang gimana supaya nyekrup nanti dengan Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang Anggaran.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa'allaikum Salam. Kalau tidak ada tambahan.

F · PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SllLALAHI):

Saya tambahkan Ketua. Tadi memang oleh Pak Lukman bagaimana RUU Pasal 41 ini memang nanti kaitannya

dengan Undang-Undang Perpajakan yang sedang dibahas sekarang ada tidak sinkronisasi pembuatan undang-undang di kita, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pak Mangindaan. Baik Bapak-lbu sekalian, ini beberapa pendalaman yang diberikan oleh anggota Pansus

yang terhormat kepada Pak Dirjen, dan seluruh jajaran Departemen Keuangan kami persilakan.

D.IRJEN ANGGARAN (AMATYORDI) :

Bapak-bapak dan lbu anggota Pansus RUU Penataan Ruang dalam rangka tata ruang ini. Sebagaimana kita sama-sama mengetahui juga Pak bahwa kita semuanya bertindak maupun bergerak mengambil langlah-langkah selalu di dalam konsteks Peraturan perundang-undangan yang ada khususnya dibidang kita, jadi kalau masalah APBN, masalah insentif yang berasal dari APBN tentunya kita perlu melihat undang-undangr yang berkenaan dengan hal-hal seperti yang Pak Imam katakan. Yang undang-undang Regulasinya itu tentunya Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang APBN itu sendiri, kemudian karena ini berkeriaan dengan Daerah dia harus juga kita melihat Undang-Undang mengenai Perimbangan Keuangan Daerah, karena DAU, DAK dan Bagi Hasil itu semua diatur dalam Undang-Undang Perimbangan Keuangan Daerah

Ii

Jadi disitulah kita harus melihat apakah, kita tidak bisa tentunya keluar dari sana, tadi barangkali kita sudah sepakat barangkali Pak disini bahwa kita membutuhkan suatu mekanisme pemberian insentif atau bisa juga disinsentif bila dari kebijalkan-kebijakan yang diambil dalam kerangka Tata Ruang ini itu memberikan manfaat ataupun kerugian bagi daerah tertentu, tentunya kita harus memberikan dia insentif untuk bisa kemudian dia melakukan hal-hal yang meskipun tetap merugikan dia tetapi dia karena kemanfaatannya itu kepada yang lain yang lebih besar daripada itu, maka dia perlu diberi insentif itu barangkali kita sepakat mengenai itu Pak, masalahnyp itu sekarang ada 2.

Sat.u adalah siapa yang memberi atau yang menerima disinsentif itu dari siapa kan begitu. Yang kedua berapa, bagaimana kita mengukur masing-masing disinsentif dan insentif itu. Di dalam kerangka Undang-Undang Keuangan Negara yang ada saat ini, baik, ini mungkin kawan dari perpajakanyang akan melihat lebih lanjut dari segi Undang-Undang Perimbangan Keuangan nanti barangkaliPak ini, tetapi dari kerangka keuangan negara yang ada bahwa di kita belum mengenal

ARSIP D

PR RI

Page 14: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

171

hal tersebut, yang ada adalah bahwa setiap Kementrian atau lembaga dia menjadi pengguna anggaran Pak, mereka itu melakukan apa namanya kegiatan-kegiatan, program-program di berbagai q~erah di seluruh nusantara ini berasal dari APBN, bisa saja misalnya seperti yang kami sampaikan; kalau ada satu daerah yang memang perlu diberikan insentif, yang sekarang ada itu adalah melalui KL itu tadi Pak dengan program-programnya itu, mungkin yang tidak terumuskan sebagairnana yang diingini, tapi yang ada sekarang itu seperti itu Pak, jadi kalau toh itu ingin dijadikan j'alan untuk memberikan insentif melalui Kementrian Lembaga, maka perlu diatur disini insentif macam apa saja dan siapa saja yang memberi kalau itu dari APBN, jadi kalau misalnya kemanfaatan misalnya seperti tadi kalau kita berkenaan dengan Hutan Lindung, jadi penataan ruang ini nasional kewenangan nasional ya Pak, kewenangan Pemerintah Pusat, dalam hal tadi misalnya ada perbedaan kepentingan bahwa Hutan Lindung itu dibawahnya ada tambang tentunya di dalam .hal penataan ruang itu harus terlebih dahulu sebelum ditetapkan tata ruang itu harus dibicarakan dulu antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, penataan ruang yang seperti apa yang akan dipakai untuk itu, kalau memang disana ada kemudian kepentingan yang lebih besar untuk menetapkan bahwa itu menjadi hutan lindung sehingga potensi tambang itu tidak tergali dan itu juga bisa merugikan negara, maka harus sudah diatur dalam pengaturan tata ruang tadi berapa besar dan apa yang harus dilakukan untuk penerapan tata ruang tadi itu, jadi samalah barangkali harus diatur itu, diatur besarannya dan darimananya, karena keuangan negara yang sekarang ini hanya melalui bagian anggaran ataupun kementerian lembaga, maka tentunya harus diatur dimana dia diletakan, kalau itu berkenaan dengan hutan lindung, dan itu yang lebih berkepentingan adalah Departemen Kehutanan, maka insentif itu tentunya harus juga dilalui melalui anggarannya Departemen Kehutanan barangkali itu. Jadi sistem yang ada sekarang itu masih seperti itu kecuali kita nanti akan merubah Undang­Undang Keuangan Negara itu dengan memberikan adanya insentif-insentif tersendiri atau juga melalui tadi DAU, seperti disampaikan juga oleh Pak Cecep tadi bahwa kalau memang itu ingin kita salurkan melalui DAU ataupun OAK, maka eksternalistis itu variabelnya harus dimasukkan kesana, harus dimasukkan ke DAU itu, jadi disitu nanti ada perhitungan-perhitungan bahwa adanya konpensasi bagi suatu daerah karena dia harus mempertahankan suatu keadaan yang tentunya akan membawa cost buat dia, cost ini yang sebenarnya dikonfensasi oleh itu karena itu memang terlepas dari pada kesulitan kita nanti memasukan variabelnya Pak tetapi prinsipnya memang harus seperti itu. Masalah nanti variabel apa yang, teknik litu memang itu nanti belakangan barangkali yang harus kita atur, dan itu menjadi persoalan tersendiri apa saja yang variabel­variabel itu. lni pada dasarnya Pak, sistem peraturan perundang-undangan dasar yang ada sekarang itu dari segi keuangan negara hanya bisa disalurkan 2, Belanja Pusat maupun Belanja Daerah. Belanja Pusat lebih banyak kepada masing-masing Departemen, jadi insentif itu kalau mau dibebi:mkan harus melalui masing-masing Departemen sesuai dengan nanti misalnya tata ruang itu mengenai hutan lindung tentunya berkenaan dengan itu, pertanian tentunya barangkali lewat Departemen Pertanian insentif itu. Kemudian kalau dia berkenaan dengan infra struktur jalan dan segala macam tentunya lewat Departemen PU barangkali begitu.

ltulah barangkali sistem insentif-insentif sekarang yang masih bisa kita lakukan dalam kerangka konteks Undang-Undang APBN dan Keuangan Negara yang sekarang, kalau Keuangan Daerah barangkali tadi saya sampaikan mungkin Pak Heru yang bisa menyampaikan, tapi kira-kira seperti itu Pak yang kemudian, kalau lbu Etha Bulo ini memang perlu hal waktu mendalami lagi Pak, sebetulnya berapa yang harus kita berikan kepada daerah Papua ini barangkali juga bukan konteks sekarang ini barangkali mungkin nanti akan kita bisa ... jadi tapi saran ibu akan kami tampung a~an kami sampaikan kepada pejabat-pejabat yang berkewenangan.

F-PG (H.M. MALKAN AMIN) :

Saya interupsi Pak Dirjen melalui Pak Ketua, jadi lbu Etha itu hanya karena kebetulan ketemu dengan Pak Dirjen, jadi tidak ada anunya dengan pembahasan, saya punya kewajiban, karena begini Pak Dirjen saya bukan membela beliau, beliau itu selalu mengaku-ngaku bahwa dia orang Papua, tetapi sebenarnya dia itu kelahiran Sulawesi Selatan ini perlu Pak Dirjen tahu.

ARSIP D

PR RI

Page 15: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

172

KETUA RAPAT : Bf)Jk Pak Dirjen, lanjutkan Pak Heru.

; ;,

DIRJEN PERIMBANGAN KEUANGAN (HERU SUBIANTORO) :

Baik. Bapak Anggota, lbu Anggota Dewan yang kami hormati. Menambahkan apa yang sudah disampaikan oleh Pak Amat bahwa sesungguhnya

didalam perhitungan DAU Pak itu transparan Pak formulanya ada semua transparan dan kami juga merencanakan dari pada bertanya-tanya mengenai berapa bagian masing-masing kita akan memasukan formula itu didalam webset kami, jadi tahu persis itu hitung-hitungannya jelas Pak.

Selama ini penghitungan formula DAU itu didasarkan kepada 3 hal, yang pertama kita melihat fiscalgape lalu fiscal itu daerah yang satu lagi adalah fiscalkepesdi, ini kalau kita rinci kebawah, maka variabel yang ada disitu itu adalah variabel jumlah penduduk ini jelas dari BPS sampai Kabupaten/kota ada, lalu luas wilayah ini juga bisa terukur .. penduduk terukur, lalu indeks kemahalan ini juga bisa terukur lalu kemiskinan ini .iuga ada sumber data tetapi ini juga masih bisa diperdebatkan masalah kemiskinan data mengenai siapa yang anunya ini masih bisa didebat, apalagi kalau kita menyangkut mengenai eksternalistis Pak ukurnya bagaimana ini kalau itu mau dimasukan kedalam variabel ini, inilah yang terus terang kami sulit kalau kita rasakan bahwa itu penting tapi ngukurnya ini bagaimana ini ngukurnya batas-batas tadi itu, kalau itu ketemu ukurannya saya kira itu hal yang mundah untuk apa namanya diperhitungkan Pak, ini mohon maaf ini yang kita belum bisa mengukurnya, mungkin dengan bantuan Bapak-bapak Anggota Dewan kita bisa bersama-sama menditeks ukurannya, tapi sepanjang pengetahuan saya mengekstralistis memang hal yang sulit diukur karena seperti disampaikan Pak Amat bahwa bahwa Pasal ini memang tidak ada, tentu harus ada suatu pendekatan Pak untuk hal ini apa yang bisa didekati dengan persoalan-persoalan ekster saya kira begitu Pak jawaban kami.

Terima kasih.

F-PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM.) :

Pimpinan sebentar saja mau menambah ini. Memang kemarin saya melemparkan idea mengenai caringcapasiti Pak, satu wilayah das

misalnya airnya daya tampung ini, tapi kalau sudah kurang itu bisa sebagai variabel mungkin itu salah satu yang harus kita pikirkan bersama Pak.

Terima kasih.

K~TUA RAPAT : Baik, lanjutkan Pak Maizat.

DIRJEN PAJAK ( MAIZAR ANWAR) :

Terima kasih Pimpinan. Saya menanggapi khusus bidang perpajakan. Saya tadi mencatat diantaranya Pak Malkan masalah penafsiran RUU Tata Ruang

kedepan dapat meningkatkan pendapatan. Saya berpikir memang dari semula waktu saya baca RUU ini kemarin sore ini kalau ruangannya sudah tertata jelas itu banyak memberi fasilitas dalam pertumbuhan di daerah itu terutama pertumbuhan ekonomi ini kalau menyangkut dengan kawasan industri, tapi yang masalah disini kelihatannya masalah Tata Ruang hutan lindung, tapi kalau kawasan sudah tertata itu sudah jelas itu akan mendapat memberi kemudahan dalam pangsa perekonomian di daerah misalnya di kawasan industri. Kawasan-kawasan industri sekarang itu bisa menampung disamping lapangan pekerjaan juga tentunya akan dapat meningkatkan penerimaan dari perpajakan. Disitu memang daerah merasa rugi kawasannya itu terpakai, tetapi dalam bua,t membangun kawasan, menata ruangan didaerah itu memang memerlukan pengorbanan, tapi dibalik itu kita sebenarnya dari segi perpajakannya itu sudah bisa kita hitung kalau seandainya itu kawasan industri disitu tentu harus ada lapangan pekerjaan, kemudian disitu

ARSIP D

PR RI

Page 16: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

173

ada buruh-buruh yang harus bayar PPh kemudian kawasan juga kena PBB misalnya itu sudah berdampak kepada daerrah itu sendiri, dan kemudian kaitannya juga dengan penerimaan untuk daerah itu'. kaitannya dengan penerimaan dari pajak pada buruh tadi itu pihak daerah juga menerima'pagian dari PPh sebesar 20 persen, tadi Pak Cecep juga mengatakan mempertanyakan misalnya Jawa Barat tadi yang menerima banyak adalah OKI itu tapi kalau pabriknya ada diwilayah Jawa Barat misalnya katakanlah di Bekasi memang orangnya tinggal di Jakarta tapi bagian dari pajak penghasilannya itu diterima oleh Bekasi, Bekasi menerima sebesar 20 persen dari PPh tadi selain dari PBB itu dari segi pajaknya Pak,

Juga Pak Ali Mubarak juga menyangkut dengan contoh tata ruang yang menyangkut dengan pajak jalan Toi dan sebagainya tadi dan Waduk itu tad'i Pak, sesunguhnya dari segi pajaknya itu untuk pembebasan tanah apakah itu Waduk atau itu jalan Toi itu dari perpajakan itu sebenarnya tidak ada masalah Pak, kalau dia membebaskan tanah rakyat untuk kepentingan jalan umum misalnya itu dia tidak kena pajak apa-apa hanya saja setelah jadi jalan Toi, karena jalan Toi itu kita bayar maka kita pungut pajak terhadap mereka itu, terhadap pengusaha jalan Toi, termasuk juga misalnya Waduk, kalau Waduk itu untuk pengairan itu tidak kena PBB, kalau Waduk untuk pengairan, tetapi kalau Waduk untuk pembangkit tenaga listrik, karena listrik itu kita bayar dan dijual itu dikenakan pajaknya dan hasilnya untuk daerah, Kemudian siapa yang kita berikan selain dari perpajakan itu misalnya untuk lahan-lahan yang untuk kepentingan umum misalnya hutan lindung tadi, yaitu mereka tidak dikenakan pajak, kemudian hutan lindung seperti yang saya katakan tadi kalau dia dimanfaatkan untuk kepentingan umum itu tidak kita kenakan PBB-nya, sedangkan untuk lahan-lahan yang dimanfaatkan sebahagian untuk hutan lindung, tetapi ditanami tanaman untuk Palawija misalnya didalamnya itu karena ada manfaat juga itu kita beri fasilitas pengurangan nanti dalam PBB,

Yang mungkin jadi pemikiran barangkali Pak mengenai Hutan Lindung ini kalau mungkin dalam Tata Ruang ini pemikiran juga Pak, Sekarang kita sudah mematok suatu kawasan akan menjadi hutan lindung, tetapi didalamnya itu ada nilai yang lebih tinggi dari pada itu, tentu daerah dia merasa di dalam ini ada kandungan Emas atau Batubara misalnya yang ternyata lebih bermanfaat untuk yang lebih banyak, Saya juga mengkonteks ini tidak bisa memutuskan bagaimana barangkali mungkin menjadi pemikiran kita juga Pak dalam menyusun Rancangan Undang-Undang ini kalau ternyata sudah kita patok hutan lindung disatu daerah itu ternyata disitu Emas misalnya kalau diolah menjadi sumber yang lebih tinggi lagi apakah bisa kita korbankan hutan lindung ini, ini sebagai masukan perlu pemik1iran kita juga barangkali di dalam RUU ini Pak, Kemudian juga menyangkut dengan Pasal 41 tadi yang menyangkut dengan Undang-Undang Perpajakan dalam rangka pengendalian Penataan Ruang masalah insentif dan disinsentif tadi menyangkut dengan pembahasan RUU Pajak sekarang ini memang kita sekarang sedang membahas Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, dan Undang­Undang PPh dan PPN barangkali ini karena masih tahap ini hasilnya nanti akan kita lihat Pak apa yang bisa pimasukan di dallam RUU nanti akan saya sampaikan nanti pada Pimpinan juga kita belum bisci memberikan menyangkut dengan RUU yang sedang dibahas ini, barangkali kalau dalam hal , PBB nanti mungkin kalau dirubah RUU nya mungkin banyak sekali yang bisa kita masukan dalam hal inL Saya kira itu yang saya sampaikan Pak,

T erima kasih Pak, Wa,ssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

KETUA RAPAT :

Cukup Pak, ada tambahan ? Bapak-bapak, lbu-ibu Anggota Dewan yang terhormat cukup ?, Baik, Jad1i ini tadi Pak Dirjen tadi disampaikan bahwa bentuk insentif siapa yang memberikan

dan siapa yang mendapatkan, berapajumlahnya, formulasinya seperti apa inilah yang nanti akan digarap oleh. Pansus Penataan Ruang bersama Pemerintah apakah itu dalam bentuk substansi pasal demi pasal atau dalam Penjelasan atau dalam Peraturan Pemerintah, saya pikir nanti apa yang kita perbincang~an pada pagi hari ini dan siang hari ini adalah kebanyakan nanti dalam bentuk insentif dan disinsentifnya mekanismenya ada kebanyakan itu adalah dalam PP, Dalam

ARSIP D

PR RI

Page 17: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

174

bentuk PP ini tentunya kami harapkan tidak hanya berdiri sendiri, Pemerintah itu hanya sebuah otoritas PU saja, tentu PU akan berkoordinasi juga dengan pihak Departemen Keuangan karena PP ini adalah satu kesatuan dengan Pemerintah.

,''\

Baik Bapak, lbu sekalian dari hasil ini kami dapat beberapa catatan bukan kesimpulan ini karena ini · adalah RDP tentang Draft catatan Raker Pansus Penataan Ruang dengan Departemen Keuangan, Direktur Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, dan DirektoratJenderal Pajak tanggal 23 Nopember 2006 :

1. Pansus Penataan Ruang DPR-RI memberikan apresiasi kepada Dirjen Anggaran, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, Direktur Jenderal Pajak atas masukan dan saran berkaitan dengan mekanisme insentif dan disinsentif pada Pembahasan Rancangan Undang­Undang Penataan Ruang sebagai revisi atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1982 tentang Penataan Ruang;

2. Pansus Penataan Ruang DPR-RI mengharapkan agar masukan dan saran, substansi maupun pasal demi pasal dari Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Pajak di formulasikan kedalam sandingan matriks Daftar lnventarisasi Masalah atau DIM Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang yang antara lain meliputi : a. formulasi insentif dan disinsentif yang memperhatikan prinsip keadilan, dan keseimbangan

pembangunan nasional;

b. mekanisme insentif dan disinsentif berdasarkan pada cakupan, baik nasional maupun regional dan daerah;;

c. sumber pendanaan insentif dan disinsentif yang dibebankan pada pendapatan, baik APBN, APBD Tingkat I, maupun APBD Tingkat II yang sesuai dengan formulasi yang ada.

3. Pansus Penataan Ruang menghendaki agar Departemen Keuangan dapat secara optimal sebagai mitra Pansus untuk memberikan pemikiran alternatif dan berbobot dalam penyernpurnaan, dan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang ini.

Demikianlah beberapa catatan yang saya piikir tidak perlu kita diskusikan karena ini adalah erat kaitannya masukan terhadap baik Pansus maupun Pemerintah yang akan datang. Oleh sebab itu Pak Dirjen, maupun Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maupun Pajak kiranya nanti baik dialog kita pada hari inii kami harapkan sambil kita akan masuk kepada penyusunan DIM dan Rapat Kerja dengan Menteri PU dalam pembahasan DIM yang akan datang, karena kita harapkan sekitar Pebruari undang-undang ini sudah bisa diselesaikan, kami harapkan tentunya bukan hanya disini saja masukan-masukan, pasal demi pasal dapat kami terima di masa yang aka~ datang.

Saya pikir ini beberapa catatan, kalau tidak ada lagi Pak Williem ? tidak ada. Dapat kita terima catatan ini ? Baik.

Terima kasih. Akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillah hirobilalamin. Maaf atas segala kekurangan

selama kami memimpin dan teman-teman memberi.kan tanggapan terhadap Direktorat Jenderal di Departernen Keuangan, kemudian atas kehadiran Bapak memberikan masukan-masukan kami ucapkan terima kasih, dengan mengucapkan alhamdulillah hirobil alamin Rapat Dengar Pendapat Departemen Keuangan Republik Indonesia bersama Pansus RUU Penataan Ruang secara resmi kami nyatakan ditutup.

( KETOK 3 X)

ARSIP D

PR RI

Page 18: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

\

175

K~TUA RAPAT (DRS. H.M. SYARFI HUTAURUK): ii·

Bapak lbu yang kami hormati. Bapak-bapak, lbu-ibu anggota Pansus Rancangan Undang·-Undang Penataan Ruang, Pak

Dirjen Anggaran yang mewakili Menteri Keuangan, kemudian yang mewakili Dirjen Perimbangan Keuangan, · kemudian yang mewakili Dirjen Pajak yang kami hormati, kemudian dari unsur Pemerintah dari Dirjen Tata Ruang Departemen Pekerjaan Umum, hadirin yang kami hormati, dengan mengucapkan Bismillahirohmannirohim Rapat Dengar Pendapat Pansus Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang resmi kami buka.

( KETOK PALU 3 X)

Pak Dirjen, hadirin yang kami hormati, bahwa hari ini atas nama Pimpinan Pansus Penataan Ruang'dan seluruh anggota Pansus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kehadiran Pak Dirjen bersama seluruh stat dari Departemen Keuangan baik yang mewakili Dirjen Perimbangan Keuangan maupun Dirjen Pajak dalam rangka dengar pendapat dengan Pansus Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang terhadap hari inii Dewan Perwakilan Rakyat sedang melakukan Revisi Undang-Undang tentang Penataan Ruang.

Dari berbagai hal yang selama ini kita telah lakukan mulai sejak Pebruari tahun 2006 kita telah mengundang beberapa stickholder yang ada, baik dari Perguruan Tinggi maupun dari Asosiasi Pemerintahan Propinsi, Kabupaten, Asosiasi DPRD Propinsi dan Kabupaten, dan kemudian kita juga telah berkeliling berbagai daerah tentang sosialisasi Rancangan Undang­Undang Penataan Ruang. Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang ini 65 Pasal, ada beberapa hal, jadi usulan yang berkembang di daerah sebagai pemakai tata ruang termasuk soal insentif dan disinsentif.

,, S~lah satu contoh Pak Dirjen kami katakan waktu kita berkunjung ke Kalimantan Tengah,

Gubernurnya menyatakan bahwa kira-kira lebih daripada 67 persen daerah kami ini adalah Hutan Lindung, jika kami konsisten tentang itu, berarti peningkatan pendapatan asli daerah kami tidak bisa diapa-apakan ini daerah, kalau kami juga mengikuti Tata Ruang ini kami pelihara, lalu kami dapat insentif apa? ada juga menyatakan sekarang ini bahwa Kalimantan Tengah itu menyatakan adalah Paru-paru Dunia termasuk bukan hanya APBN tetapi dunia memberikan apa terhadap Kalimantan Tengah sehingga dia bisa bertahan menjadi Paru-paru Dunia. Mungkin juga daerah­daerah lainj daerah lain juga begitu baik itu di Subang, Kalimantan Selatan maupun daerah-daerah lain tadi qqntoh waktu dialog sementara kita dengan Dirjen Tata Ruang seperti orang Jakarta sangat membutuhkan air dari Bogar atau dari Cianjur, tetapi orang Jakarta tidak pernah memikirkan memberikan apa kepada orang Bogar dan orang Cianjur. Pada saat kering orang Jakarta myngkin agak marah kepada orang Bogar kenapa air tidak datang lagi dari Bogar, tetapi pemeliharaan terhadap air itu oleh orang Bogar orang Jakarta termasuk kita ini semua tidak pernah memikirkan;pendapatan apa bagi mereka yang mempertahankan itu.

I

Ole.h sebab itu jelas disini baik dari naskah draft Pemerintah maupun dari usulan-usulan berbagai stickholder yang ada bahkan tegas Perguruan Tinggi menyatakan harus ada mekanisme insentif dan disentif. lnsentif dan disentif tentunya tidak ada pada jajaran Departemen Pekerjaan Umum atau DPR ini berada pada jajaran Departemen Keuangan, karena Departemen Keuanganlah yang akan menganggarkan apakah itu dalam bentuk insentif pajak atau pemberian peningkata11 DAU, OAK dan lain-lain, inilah saatnya kita berdialog dalam rangka mempertinggi kualitas dar.i, mutu substansi dari pada undang-undang ini.

i 1:

Bapak, lbu sekalian yang kami hormati. Nanti tentunya kita akan berdialog, apalagi saya lihat Pak Mangindaan ini yang pernah

membuat Tata Ruang di daerahnya akan memberikan pendalaman nanti materi, oleh sebab itu hanya ini pengantar kami sementara, kami persilakan dari jajaran Departemen Keuangan, apakah

i,!)

ARSIP D

PR RI

Page 19: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

176

itu melalui Oirjen Anggaran dulu itu kami persi1lakan sepenuhnya, nanti setelah apa akan kita buatkan pendalaman materi.

Terima kasih kami persilakan. ''I.

F-PKS (K.H. IR. ABDUL HAKIM, MM) : Pimpinan sebagaimana biasa perkenalan terlebih dahulu.

KETUA RAPAT :

lnilah dia Pak Abdul Hakim, bukan manusia namanya kalau tidak lupa, yang tidak lupa itu hanya Malaikat oleh sebab itu kami terima kasih diingatkan. Sebelumnya Pak Oirjen kami perkenalkan satu persatu rombongan yang ada kalau dalam absen cukup banyak, tetapi sementara mereka ke Pansus lain, dalam diri kami ini sekarang ini ada 2 atau 3 Pansus, jadi ini nanti sebentar lagi akan banyak juga yang datang ada hilir mudik, oleh sebab itu nanti, kalau itu kejadiannya kami mohon dimaafkan bukan karena tidak disiplin tapi memang banyaknya tugas­tugas dari pada anggota Pansus yang lain, yang hadir pertama dari : Pak Markum Singodimedjo ini dari Fraksi Partai Golkar daerah pemilihan Jawa Timur dari Komisi IV, kemudian Pak Ali Mubarak dari Fraksi PKB daerah Pemilihan Jawa Tengah khususnya Pekalongan Komisi VII yang melakukan pertambangan di daerah Hutan Lindung, kemudian P'ak, ini belum absen ini, Pak William Tutuarima dari POI P Komisi VII juga dari Pemilihan Jawa Tengah, kemudian Pak Oahlan Hudori dari Fraksi PKB, Komisi berapa Pak X, kemudian lbu Eta Bulo dari Komisi V Fraksi BPO daerah Papua, kemudian Pak Imam Suroso dari POI P Jawa Timur Komisi VI, kemudian Pak Cecep Rukmana dari PAN daerah Jawa Barat Komisi VI juga, k.emudian Pak Ii Mangindaan Ketua Komisi II sehari-hari dari Fraksi Partai Oemokrat daerah pemilihan Sulawesi Utara dan ini berpengalaman soal tata Ruang, kemudian Pak fv1aruahal Silalahi dari Partai Oemokrat daerah Pemilihan Sumatera Utara Komisi IV, kemudian sebelah kanannya Pak Abdul Hakim dari PKS pemilihan Lampung dari Komisi V, kemudian Pak Oarus Akap dari BPO daerah pemilihan Sumatera Selatan Komisi V. Hadirin yang kami hormati, hadir ini juga Pak Oirjen, Pansus ini agak bahagia karena memang setiap ada ROP partner kami dari Pemerintah dari Pekerjaan Umum juga lengkap hadir, dihadiri oleh Dirjen Penataan Ruang dan dan kawan-kawan Pak Hermanto Oardad, kami persilakan.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Terima kasih Bapak Pimpinan, Bapak-bapak Pajak serta Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan pada saat yang sama terdapat Pansus juga Pak, dapat kami sampaikan bahwa kami tidak berpretensi Pak bahwa kami memberikan permasalahan yang berkenaan dengan Oepartemen Keuangan yaitu lnsentif didalam triminologi dalam triminologi Keuangan Negara Pak itu kita kenal.

F - POI · P (WILLEM TUTUARIMA, SH) lntrupsi :

lntrupsi Pimpinan. Kita inikan butuh nara sumber, jadi kehadiran beliau itu sangat diperlukan dalam rangka

menentukan kebijakan selanjutnya, tapi kalau saat ini hanya dicatat kemudian nanti dilaporkan, apakah tidak sebaiknya kita tunda.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya juga tadi ingin mengklarifikasi Pak William, memang ini ROP bukan pengambil keputusan karena memang betul nara sumber apa yang berkembang dalam sosialisasi dialog kita tentang Rancangan Undang-Undang itulah yang supaya memang pihak Oepartemen Keuangan lebih tahu, karena yang menentukan pasal demi pasal itu nanti adalah kita sendiri bukan hasil ini, cuma hanya kita bahwa ini akan terjadi kalau ini kita lakukan itu seperti itu jadi bukan, belum keputusan,Jira-kira begitu silakan Pak Amariyadi.

ARSIP D

PR RI

Page 20: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

177

F. PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM) :

P,impinan nambahin Pak maksudnya supaya nanti terarah mereka kita itu ingin mendapatkan konsep mereka, masukan terhadap undang-undang gitu, bukan, tadikan bahasanya saya mau nampung, jadi kita yang akan memberikan terus nampung kemudian disa~p~ikan keatasan, seharusnya kan Pak Dirjen ini menyampaikan kepada kita kalau RUU nya sepert1 1ni ada disenertied, idenya seperti ini, ini, ini, yang bagus ini begini gitu seharusnya ada satu konsep yang matang terhadap undang-undang ini bukan dibalik Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik. Jadi.

F · PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SILALAHI):

Saya rasa tadi memang jelas Pimpinan telah mengutarakan bahwa setelah kita membahas RUU ini kita sosialisasikan ke seluruh daerah iyakan, bahwa kita pingin memang daerah-daerah itu sesuai dengan peruntukannya mau kita atur di dalam undang-undang ini, sehingga ada daerah yang keberatan, contoh soal misalnya Tanah Toraja okelah kami pelihara keindahan lingkungan ini semua, tetapi darimana pendapatan kami, ini juga masalahnya, padahal kami ini adalah sumber air kepada 5 (lima) Kabupaten di bawah kami sana, di Sulawesi Selatan itu contoh, jadi bagaimana kira-kira kita mengkonsepkan atau bagaimana kira-kira pendapat Bapak tentang itu agar satu daerah yang memang penghasilannya hanya memungkinkan dari situ, kan begitu Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Oleh sebab itu mungkin dari Dirjen Anggaran dan dari Departemen Keuangan secara keseluruhan ini sudah menangkap aspirasi apa yang berkembang ini di Rancangan Undang­Undang ini kita berikan kesempatan kepada beliau-beliau untuk melakukan pendalaman, dan kita juga akan memberikan pendalaman terhadap ini, itu Pak Amatriyodi.

Kami persilakan.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Jadi kami ulangi bahwa didalam terminal memang kita kenal ada hal-hal yang kita sebut dengan eksternalitis, eksternalatan maupun juga ketidakmanfaatan pada suatu daerah lokal tertentu yang juga dirasakan oleh daerah-daerah yang lain seperti Tata Ruang ini tadi seperti yang saya sampaikan, kemanfaatan dari Tata Ruang ini tidak hanya bisa dirasakan oleh daerah itu saja tapi juga lebih luas, maka yang lebih luas ini yang lebih ini ada bagian-bagian daerah yang merasakar justru ketidak manfaatan dari situ, dari kemanfaatan yang dirasakan oleh orang lain. Jadi kita contohkan juga Pertahanan Keamanan, Pertahanan Keamanan itukan dirasakan oleh seluruh bangsa tidak bisa dicountain oleh satu. Kalau pertahanan kebangsaan ini yang merasakan semua siapa yang harus membiayai tentunya negara karena memang tidak bisa dipisah-pisah gitu, itu juga begitu Tata Ruang ini kemanfaatannya tidak semua dirasakan oleh daerah bisa juga dirasakan oleh, malah diseksternalistis bisa dilaksanakan oleh satu daerah seperti yang Bapak tadi contohkan tadi, yang merasakan adalah daerah sekitarnya yang ini tidak merasakan. Tetapi kemudian ,beban ini siapa yang harus menanggung, kalau kemanfaatan itu pada yang lain siapa yang harus menangung pengaturan ini dan itu persoalannya, apakah negara yang mengatur itu padahal yang merasakan sebagian saja daripada daerah itu.

Jadi menurut kami, bisa saja dari negara, kalau negara itu direpresentasikan oleh APBN tentunya, tetapi bisa saja atau tentunya APBN itu perwakilan mungkin dari Pajak dalam bentuk keinginan-keinginan dan segala macam itu, tetapi kalau ini dirasakan oleh sebagian saja tidak cukup menurut saya kewajiban itu diletakan di Pemerintah Pusat atau di Negara harus yang memang terbatas disitu saja, jadi misalnya kalau kasus tadi mengatakan bahwa yang merasakan atau yang merasakan itu adalah terbatas Jakarta dan Cianjur, maka yang harus menanggung sebenarnya Jakarta saja tidak perlu itu ditanggung oleh seluruh daerah-daerah di Indonesia, tidak

ARSIP D

PR RI

Page 21: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

178

boleh oleh APBN karena APBN itu yang memanfaatkan adalah seluruh Indonesia. Jadi harus dibatasi juga barangkali ini Pak luasnya seperti apa, kalau pertahanan keamanan itukan jelas seluruh tid13k bisa kita, jadi APBN yang menangani, sekarang kalau hal seperti ini, jadi kalau tadi ada ide b~hwa kalau untuk ini dilakukan insentifnya melalui OAK atau DAU, ini jadi misalnya saja Pak ya, kalau ada suatu daerah yang tidak boleh membangun daerahnya sesuai dengan keinginan masyarakat disana, maka mereka perlu diberikan ongkos apa ditutupi ongkos diberikan insensif dalam bentuk misalnya OAK untuk menjaga tetap daerah itu tidak digunakan untuk seperti keinginan masyarakat tersebut, karena itu maka dia diberikan menurut, tapi OAK ini sebetulnya berasal dari sumber APBN yang sebetulnya bisa juga dialokasikan untuk daerah-daerah yang lain, jadi sebetulnya yang terbebani itu adalah juga daerah-daerah lain diseluruh Indonesia ini iya toh. Jadi barangkali harus dipikirkan tidak semua insentif dan disinsentif itu dibebankan kepada APBN, tetapi harus juga dibebankan kepada APBD daerah-daerah yang terkait saja gitu, tidak bisa misalnya tadi Ketua mengatakan ada masalah di Sumedang, pengairan itu dilakukan hanya untuk daerah-daerah lndramayu, tidak seluruh Indonesia, adalah tidak adil menurut saya kalau kemudian insentif yang diberikan kepada daerah Sumedang itu berasal dari APBN, yang sebetulnya APBN itu adalah juga hak daripada daerah-daerah yang lain, mustinya berasal tentunya daerah-daerah. Jadi ini demikian rupa kalau memang dia ingin, jadi disini barangkali ada hubungan, harus dibuat hubungan antara daerah-daerah itu untuk mereka bekerja sama dalam yang lebih besar untuk saling memberikan insentif untuk hal itu Pak.

Jadi itu barangkali pemikiran kami secara umum mengenai bagaimana kita menangani insentif dalam hal tata ruang ini, karena kita melihat ada sihap daripada pengaturan Tata Ruang ini, bisa saja dia mengatur nasional bisa juga dia mengatur hanya beberapa daerah saja, kalau hanya beberapa daerah ini saja yang terkena kemudian yang menanggung itu harus seluruhnya barangkali adalah kurang adil dari segi, jadi disitu memang dldalam ilmu keuangan negara memang kita kenal hal-hal semacam ini Pak, jadi itu barangkali yang bisa kita sumbangkan didalam hal ini Pak, kita juga barangkali harus lebih mendefinisikan secara jelas Pak, jadi kalau memang itw manfaatnya atau dismanfaatnya itu hanya pada beberapa daerah berarti yang malah harws menanggung juga harus daerah itu sendiri, sama juga dengan barang-barang pribadi, kalau yang memanfaatkan bisa kita sendiri misalnya kaya baju ini pak, yang memanfaatkan kita sendiri tidak orang lain yang memanfaatkan, berarti kita yang harus membeli, masa harus orang lain yang memberikan untuk kita adalah tidak, jadi didalam dunia ini kita mengenal. barang-barang publik, barang-barang privat, dan barang-barang diantara itu, yang barang-barang privat itu adalah barang-barang yang kita pakai sendiri yang tidak bisa kita share dengan orang lain, tapi ada barang-barang publik seperti pertahanan keamanan, dan yang lainTlain dan lingkungan itu juga merupakan suatu barang publik tentunya harus ditanggung oleh negara karena memang tidak bisa dia tidak ada pasarnya. Kalau yang penataan ruang ini juga barangkali dia adalah barang publik tapi yang terbatas oleh beberapa daerah saja. Mungkin untuk itu barangkali, makanya yang harus menanggung adalah daerah-daerah yang mendapat manfaat itu saja. Jadi mungkin sementara Pak itu mungkin untuk mendrigel kearah pembicaraan kita saja Pak.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Amat Riyodi dari Dirjen Anggaran, kita selanjutnya persilakan, sebelumnya kita mintakan, saya perkenalkan Pak Malkan Amin ini dari Fraksi Partai Golkar daerah Sulawesi Selatan di Komisi V yang sehari-hari sering berhubungan dengan Pak Dirjen Anggaran karena ini. Panitia Anggaran dari Komisi V, kemudian, saya perkenalkan dulu Pak Ali, Pak L. Soepomo dari Fraksi POI P dari Jawa Timur, kemudian Pak Andi Wahab dari Fraksi Partai Golkar Sumatera Barat Komisi II.

Silakan Pak Ali.

F· PKB (H. ALI MUBAROK, AMO, PAR):

Saya ini agak apakah tanya jawab ini nunggu kepada selesai keseluruhannya apakah bisa satu per s,atu yang sudah dibicarakan.

ARSIP D

PR RI

Page 22: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

179

KETUA RAPAT :

Kita sepakati kita selesaikan saja dulu supaya lebih konprehensif kita memberikan pendalaman. Selanjutnya kami mintakan kepada Pak Heru Subiantoro dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

DIRJEN PERIMBANGAN KEUANGAN (HERU SUBIANTORO) :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Saya Heru Subiantoro Pak. Terima kasih atas undangannya yang disampaikan kepada

kami sekali lagi mohon maaf Pak Dirjen tidak bisa hadir di dalam acara ini. Kami sependapat dengan Bapak Dirjen Anggaran bahwa ini merupakan persoalan barang publik Pak, embarmens, kami juga melihat perkembangan yang sangat menarik bahwa masyarakat khususnya ini mulai memperhatikan hal-hal yang mencakup mengenai masalah lingkungan. Kebetulan di dalam perhitungan-perhitungan DAU ini memang variabel ini belum pernah dimasukan terus terang saja, tentu saja kalau itu terjadi, maka kalau ini disepakati mungkin formula itu sendiri harus dirubah sepanjang kita sepakat. Cuma ada hal-hal kami merasakan ada hal-hal teknis bagaimana itu membatasi manfaat itu tadi didalam wilayah tertentu, ambil contoh misalnya soal air tadi Pak, air itukan merembes dari hulu, bagaimana air itu tidak boleh masuk ke wilayah lain kan sulit sekali itu secara teknis bagaimana, sebab dasar hitungnya bagaimana ini, teknis ini saya belum terbayangkan Pak, harus ada kesepakatan dulu secara teknis hitungan baru kemudian kita lihat bahwa ini dapat sekian, dapat sekian, begitu Pak otomatis maka itu harus diserahkan kepada Pemerintah Pusat seperti apa yang disampaikan oleh Pak Royadi ini pemikiran kami Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik. Untuk selanjutnya kepada Dirjen Pajak Pak Maizar Anwar.

DIRJEN PAJAK (MAIZAR ANWAR) : T erima kasih Pak. Bapak Pimpinan yang terhormat, Bapak-bapak Anggota Dewan yang saya hormati, juga

tadi saya kemari dengan Dirjen Pajak yang kebetulan sekarang sedang ada di Komisi XI Pak RUU Pajak, lagi :membahas RUU Pajak, dan beliau menugaskan kepada kami untuk menghadiri rapat Pansus kita ini.

Kalau dilihat dari segi pajak Pak sesungguhnya kami sangat menyadari bahwa bagaimana daerah itu melihat potensi yang sesungguhnya yang ada di daerah itu sangat potensi untuk usaha bisa meningkatkan pendapatan daerah mereka, tapi sayangnya karena ada aturan itu tidak boleh diutak-atik sehingga mereka punya lahan, punya wilayah tapi tidak memperoleh apa-apa disitu. Dalam konteks ini kita RUU Penataan Ruang ini memang mengikat, membatasi kewenangan wilayah untuk mengolah barang yang ada diwilayahnya itu sendiri, kemudian kalau kita lihat dari segi apa y~ng harus kita berikan kepada daerah dari segi pajak sesungguhnya kalau pajak itu seperti PPN, PPh itu menyangkut dengan penghasilan seseorang atau pendapatan seseorang, karena ini menyangkut dengan lahan mungkin akan lebih kena dengan PBB barangkali Pak, kalau PBB sesungguhnya daerah-daerah yang memperoleh kenikmatan dari fasilitas penataan ruang tadi katakanlah seperti air tadi yang punya lahan sumber air adalah di daerah Sumedang misalnya tetapi yang memperoleh di daerah Cirebon dan sebagainya. Akibat adanya irigasi itu sesungguhnya daerah itu semakin menjadi subur, kalau semakin lebih subur berarti daerah itu memperoleh manfaat, sehingga hasilnya makin meningkat dan nilai tambahnya makin tinggi, PBB nya juga seharusnya lebih tinggi lagi dia makin subur, tetapi bagaimana dengan daerah yang memberi konstribusi tadi tidak meperoleh apa-apa, Jiustru itu kal:au kami lihat disini kalau lahan itu misalnya untuk penghijauan tapi masih dikuasai oleh masyarakat itu dari segi PBB nya itu bisa kita lihat ini kprena untuk kepentingan umum sebenarnya bisa dibebaskan, sebab untuk penghijauan tapi lahan masih dikuasai tapi bukan mereka tidak boleh memperoleh apa-apa disitu tapi mereka tetap menguasai lahan itu bisa kita fasilitasnya kita tidak kita kenakan karena untuk kepentingan umum bisa tidak dikenakan PBS atau dia masih memperoleh manfaat disitu misalnya

ARSIP D

PR RI

Page 23: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

180

sedikit untuk tanaman-tanaman palawija dan sebagainya itu, lahannya itu, setiap lahannya itu harus kena membayar PBB tetapi karena sebagian untuk kepentingan umum itu bisa diberi insentif pengurangan karena fasilltas penurunan nilai jual kena pajaknya apakah 20 persen atau 10 persen.

Jadi dari segi perpajakan saya kira disitu barangkali yang bisa Pak dari segi PBB yang mungkin bisa kita berikan tetapi dari pajak lainnya itu karena ini tidak merupakan penghasilan tidak merupakan dagangan ini juga barangkali, tetapi konstribusi dari pajak kepada daerah cukup besar misalnya dari PBB sendiri yang daerah-daerah yang tidak juga tidak punya penghasil migas mungkin itu bisa kita beri bagi daerah penghasil kemudian ada insentif PBB juga dari bentuk lain, pemerataan penerimaan PBB yang 10 persen itu kita bagi rata kepada daerah, kemudian juga penerimaan dari DPATP itu juga kita bagi rata kepada daerah yang tidak punya BPHGB itu juga daerah memperoleh tambahan dari pajak itu. ltu setiap daerah Tingkat II kita berikan insentif seperti itu yaitu pemerataan PBB yang 10 persen bagi ..... terus dikembalikan kedaerah walaupun PBB nya katakanlah 100 juta tapi dia bisa menerima lebih besar dari itu termasuk PBB dan DPATP.

Kemudian kalau daerah juga mencapai target itu dikasih insentif lagi, kemudian daerah yang tidak punya penghasilan Migas kita ambil dari Migas .sesuai dengan keputusan kebijakan Pemerintah itu sebagian dari pendapatan PB Migas itu kita berikan kepada daerah yang tidak menghasilkan tadi. Saya kira sementara dari saya itu dulu Pak yang bisa kami berikan dari segi perpajakan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Ada tambahan? Tidak ada tambahan, kalau tidak ada tambahan kita bukan tanya jawab.

DIRJEN ANGGARAN (AMAT RIYODI) :

Sedikit saja Pak. Jadi kita sekarang perlu mendifinisikan kemanfaatan itu, apakah itu kemanfaatan secara

nasional apakah kemanfaatan itu hanya dijelaskan oleh lokal saja, regional saja, dengan demikian jadi sebetu,lnya insentif dan diinsentif itu kalau memang itu dirasakan secara nasional maka tentulah dia ke APBN, tapi kemudian APBN inikan siebetulnya sudah dibebankan oleh DAU dengan bagi hasil dengan OAK. Jadi nanti sebetulnya sudah ada sumber-sumber keuangan yang kepada daerah, kemudian kalau memang itu kemanfaatannya memang hanya regional saja, maka sebetulnya

1di undang-undang mengenai Otonomi Daerah itu memang ada kerjasama antar

daerah itu, jadi kerjasama antar daerah itu jadi misalnya kalau memang dikontir dalam propinsi saja, makp

1 insentif dan diinsentif itu diselesaikan di tingkat propinsi itu saja, dan sebetulnya

menggunakan APBD, caranya bisa macam-macam Pak, jadi dari APBD itukan komponennya macam-macam Pak ada DAU, ada OAK, ada Bagi Hasil ada PAD juga. Dari komponen-komponen ini yang sebenarnya bahkan juga disitu ada utang dan segala macam, itu yang bisa juga nanti kalau memang dari kompenen-komponen itulah saling mereka mengomset diantara itu, dan bahkan k()lau memang dia hanya satu kabupaten saja yang merasakan itu adalah masyarakat tentunya kabupaten itu saja yang seharusnya menanggung itu dan memberikannya kepada masyarakat tidak harus kabupaten lain ikut menanggung hal-hal semacam itu. Jadi disini tentunya ada membahasan, dan itu saya rasa sudah sesuai dengan sistematika jadi sejalan dengan itu Pak.

KETUA RAPAT : ,).

Baik Pak Amat Riyodi, Pak Heru Subiantoro, dan Pak Maizar, nampaknya Bapak lbu sekalian pesan dari Rancangan Undang-Undang Tata Ruang ini soal insentif sudah masuk, pesan itu sudah masuk karena Pak Dirjen menyatakan tadi bahwa itu kalau melihat luas cakupannya, kalau itu nqsional, seluruh nasional maka itu APBN kalau itu regional maka dia antar propinsi, kalau itu sebuah kawasan propinsi, maka APBD nya antar mungkin kerja samanya ini pesan undang-undang ini sudah masuk, sementara Pak Subiantoro mekanisme untuk komponen DAU dan OAK kalau itu memang kita sepakati bisa sajia akan terjadi perubahan di tingkat nasional dalam menyusun DAU dan OAK kan begitu kalau ada kesepakatan, kemudian pajak. Bisa saja

ARSIP D

PR RI

Page 24: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

181

insentif pajak dalam bentuk PBB nampaknya pesan ini sudah masuk tinggal kita mendalami Bapak-lbu sekalian yang kami hormati oleh sebab itu kami buka terment pertanyaan untuk pendalaman kami persilakan, ya Pak Malkan Amin, Pak Cecep, Pak Ali Mubarak, lbu Etabuno, ini biasanya Pak Mangindaan, Pak Hakim.

B,aik kami persilakan Pak Maruahal.

F. PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SILALAHI):

Baik. Terima kasih Pimpinan. Terima kasih Pak Dirjen beserta seluruh staf, saya langsung saja kita ke contoh karena

apa yang dibilang oleh Pak Pimpinan bahwa sudah masuk saya belum mengerti dimana masuknya atau belum merasakan masuknya itu bagaimana begitukan Pak. Saya langsung ke contoh tadi, katakan kalau yang saya contohkan tadi itu adalah Tanah Toraja, bahwa yang menikmati hanya 5 kabupaten dibawahnya bolehlah itu Pak, tetapi bagaimana kita agar kelima yang dibawahnya itu membuat itu, itu yang tidak ada sekarang didalam Perda-perda daripada kelima kabupaten dibawahnya itu tidak ada bagaimana mengganti kerugian yang ada diatas belum ada. Yang kedua bagaimana kalau contoh soal bahwa kita akan moratorium penebangan kayu dari seluruh Kalimantan, karena hasil daripada kesepakatan Rio de Jenera Tahun 1995 Indonesia adalah paru­paru dunia, dan kita katakanlah bahwa paru-paru dari !Indonesia itu adalah Kalimantan moratorium penebangan kayu berarti hasil mereka akan tidak ada, ini siapa yang menanggung, Dunia, Indonesia, atau APBN, APBD. Yang Ketiga, saya barusan pulang Pak dari Pandeglang, itu Bupati Pandeglang itu luar biasa, Pandeglang tidak bisa pabrik industri satu, yang kedua Pandeglang ada sedikit hutan produksinya mau diusulkan dan sudah diusulkan ke Departemen Kehutanan, hutan produksi ganti dengan hutan lindung artinya tidak bisa di tebang, terus penghasilan bagaimana ? lni karena kami laporkan dengan Bapak DPR bagaimana kira-kira Pemerintah Pusat atau APBN menambah pendapatan kami, ini kira-kira bagaimana Pak langsung saja masuknya itu bagaiamana.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : M1aksudnya dia mempertahankan Hutan Lindung, silakan Pak Malkan.

F -PG (H.M. MALKAN AMIN) :

Terima kasih. Saya tidak tangkap secara keseluruhan apa yang Pak Dirjen, Pak Amat kemukakan

esensinya saja yang saya dapat, jadi buntutnya, tapi yang pasti saya ingin mengajak pihak Pemerint~h. dari aspek Departemen Keuangan tentunya, memanfaatkan pembahasan Tata Ruang ini dari sekarang kedepan itu bisa seperti apa agar bisa menjadi pendapatan negara yang pada akhirnya pendapatan negara ini bisa dikembalikan kepada masyarakat dimana wilayah-wilayah penataan ruang itu tadi ada pada tanggungjawabnya itu yang pertama. Yang kedua, saya juga ingin mengajak Pak Dirjen wakil Pemerintah disini untuk memberikan masukan kepada Pansus kita ini agar Penataan Ruang dikemudian hari tidak berdampak merugikan Keuangan Negara seperti apa yang terjadi selama ini, dan sebenarnya ada wilayah-wilayah yang potensial, tetapi karena tidak ada koordinasi yang baik antara unsur-unsur lembaga Pemerintah, sehingga itu bias begitu saja Pak, padahal itu barangkali kalau diefektifkan atau dibuat sesuai dengan rencana apalagi undang-undangnya sudah, pengin kita manfaatkanlah, Pemerintah manfaatkan di Departemen Keuangan manfaatkan pembahasan tata ruang ini diberikan masukan yang cukup agar dua hal ini benar-benpr bisa terwujud produknya nanti, jadi kalau sudah dalam proses pelaksanaan undang­undang ini, .maka tidak perlu lagi ada tunjuk menunjuk kalau ada pembiasan apakah pada aset pendapatan negara mestinya harus ada menjadi tidak ada, dan juga bukan menjadi tidak ada saja tetapi ada kerugian dari pada sumber-sumber pendapatan negara bisa menimbulkan kerugian dikemudian hari.

ARSIP D

PR RI

Page 25: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

182

Umpamanya saja bila terjadi penataan ruang disatu kawasan itu bisa menimbulkan bencana alam mau tak mau kan Pemerintah Departemen Keuangan mengambil koceknya memberikEih lagi kepada bakornas, bakornas lagi menyerahkan kepada daerah-daerah yang tertimpa bencana alam itu, tetapi dari aspek-aspek keuangan sebenarnya inti hal yang menurut saya yang kita hadirkan Departemen Keuangan itu menyangkut mengenai masalah pajak, menyangkut mengenai masalah apa tadi yang menjadi tanggung jawab Pak Dirjen mengatakan bahwa kalau itu tidak usah di nasionalkan tidak usah, mungkin dengan wilayah­wilayah tertentu saja itu bisa. Kalau menurut saya tetapi ini tidak bertentangan dengan apa yang Pak Dirjen katakan, Pak Amat, tetapi menurut undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sudah dibagi habis oleh Propinsi itu undang-undang, propinsi wilayahnya itu sudah dibagi habis oleh Kabupaten/Kota begitu terus menerus sampai Desa dan sampai Dusun, artinya apa, tidak ada statement Pemerintah yang bisa mengatakan perhitungan saya bahwa disitu itu bukan menjadi tanggung jawab Negara hanya dilihat masalahnya apa yang terjadi, itu menjadi persoalan, tetapi itu kewenangan dan tanggung jawab negara, tetapi tanggung jawab negara diserahkan kepada Pemerintah setempat ini kamu selesaikan persoalannya karena ini masih dalam skop, dan ini harus menjadi ukuran nasional kita Pak, bahwa tanggung jawab negara, sama dengan jalan Pak, menurut saya apakah itu statusnya jalan nasional harus dibayar APBN apakah itu jalan propinsi, apakah itu jalan Kabupaten/Kota, apakah itu jalan lingkungan, tetapi itu tetap bagian dari tanggung jawab jalan nasional, lalu nanti biayanya diberikan kesempatan kepada wilayah-wilayah dibawah nasional itu bukan soal., tetapi harus ada statement dari Pemerintah bahwa seluruh permasalahan yang terjadi di Negara Keatuan Republik Indonesia itu adalah menjadi tanggung jawab negara, lalu nanti siapa yang mewakili negara untuk menyelesaikan masalahnya itu boleh Propinsi, boleh Kabupaten/Kota, boleh Kecamatan, boleh Desa tidak ada masalah karena itu adalah merupakan perangkat yang sudah diatu1r menurut undang-undang oleh Negara Republik Indonesia, saya kira itu Pak Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Malkan. kami lanjutkan Pak Ali Mubarak.

F · PKB (H. ALI MUBAROK, AMO. PAR.) ::

Terima kasih Pimpinan. Saya lihat apa yang dijelaskan oleh seluruh dari pada kawan-kawari kita dari Departemen

Anggaran dan semuanya itu cukup jelas namun yang kita butuhkan disini adalah masukan dari pada mereka yang agak signifikan Pak, diantaranya satu yang sangat penting disini adalah kita

· menyusu~ Tata Ruang yang kira-kira bersangkut dengan masalah Perpajakan apa yang kira-kira bisa diberikan, ini yang kami harapkan ini Pak ... diantaranya satu kita lihat Pak misalnya masalah pada pembikinan Jalan Toi. Kadang-kadang dalam pembikinan jalan tol ini boleh dikatakan untuk kepentingan nasional sering disini terjadi apa yang disebut ketentuan mengenai masalah PBB ataupun perpajakan sering terjadi apa yang disebut tumpang tindih dalam arti kata kadang-kadang masih merupakan haightcoss, kalau saya harapkan dari pajak disini bisakah memberikan insentif kepada ha,l~hal yang bersangkutan kepada tata ruang yang masalahnya adalah untuk kepentingan nasional bukan untuk kepentingan pribadi inilah, jadi apakah insentif disitu bisa ditentukan apa tidak Pak kira-kira dari perpajakan apakah itu untuk kepentingan nasional dalam pembuatan jalan tol maupun1 didalam pembuatan waduk-waduk maupun perairan dan sebagainya itu bagaimana caranya untuk insentif pajak itu supaya agar bebannya menjadi ringan sehingga proyek daripada Pemerintah, tersebut bisa berjalan dengan baik.

Terus kemudian Pak mengenai masalah dari pada ketentuan tersebut nanti kita berpikir kepada manfaat-manfaat daripada ketentuan perpajakan untuk selanjutnya daripada proyek daripada pembikinan Undang-Undang Tata Ruang ini Pak, yang1 lain yang akan kami tanyakan Pak diantaranya adalah mengenai masalah seperti sekarang terjadi apa yang disebut tumpang tindih mengenai masalah penguasaan Hutan Lindung dan juga bukan Hutan Lindung, kadang-kadang disini ada hutannya sudah tidak ada tapi masih dalam posisi hutan lindung sehingga didalam pelaksanaannya untuk menyusun tata ruang atau untuk menyusun proyek dalam daerah hutan lindung ters.ebut kita sering menghadapi kendala ini Pak, ini bagaimana coba kira-kira apakah bisa

ARSIP D

PR RI

Page 26: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

183

ditentukaQ ~epada masalah dari perpajakan untuk sedikit membantu dengan masalah ini, termasuk kepada m~salah tanah-tanah yang sampai sekarang banyak yang menjadi sengketa Pak, sehingga didalam menyusun tata ruang atau pembangunan di dalam wilayah daerah tertentu jug a terganjal karena tanah tersebut menjadi masih hal yang sangat sengketa apakah bisa dilihat dari segi keuangannya disini dari perpajakannya dilihat untuk membantu didalam masalah ini supaya lebih selesai begitu Pak gampang untuk selesainya begitu Pak, saya kira begitu Pimpinan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Waalaikum Salam. Supaya jangan berat ke kiri kita mintakan sebelah kanan Pak Abdul Hakim.

F · PKS ( K.H. IR. ABDUL HAKIM, M.M" ) :

Terima kasih Pimpinan. Dalam Draft Rancangan Undang-Undang nya di Pasal 41 memang sudah tertera terkait

dengan persoalan apa yang kita diskusikan ini, terkait dengan masalah insentif dan disinsentif persoalannya adalah pada tataran implementasi, saya kira karena terkait dengan persoalan tata ruang ini juga ada yang namanya tata ruang nasional, tata ruang nasional diantaranya mengatur kawasan strategis nasional, oleh karena itu saya kira mau tidak mau memang implementasi insentif dan disinsentif inipun juga, juga menyangkut kewenangan Pemerintah Pusat, juga dengan demikian ada yang namanya tata ruang wilayah propinsi itu adalah terkait dengan guna propinsi, saya kira ,para nara sumber pada kesempatan ini, kedepan jug a kita harus bagaimana memikirkan tentang implementasinya, oleh karena saya kira ingin melakukan pendalaman terkait dengan, dari aspek regulasi dari sistem perpajakan dan sistem keuangan kita apakah sudah memungkinkan untuk bisa menjawab ini ketika kemudian Pasal 41 ini menjadi salah satu Pasal yang disepakati terkait dengan insentif dan disinsentif dukungan perangkat regulasi baik yang ada di perpajakan ataupun disistem keuangan yang lain apakah sudah mendukung akan diberlakukannya Pasal 41 ini, itu ba'rangkali pertanyaan saya, kalau demikian dukungan-dukungan regulasi tersebut belum memungkinkan alternatif apa yang bisa Bapak usulkan supaya barangkali kalau kita nantinya harus merombak, memperbaiki berbagai regulasi-regulasi untuk bisa dilaksanakannya Pasal 41 ini terlalu lama, kira-kira alternatif apa, apakah kemudian nantinya di peraturan pemerintahnya kaitan dengan tata ruang ini nanti lebih rinci terkait dengan disentif itu apa saja aspeknya saya kira kita membutuhkan itu sesungguhnya, kalau untuk apa namanya payungnya itu sudah didukung melalui RUU Pasql 41 nya tinggal pada tataran implementasinya tentu harus ada dukungan regulasi­regulasi yang lainnya, ini akan terkait dengan Undang-Undang Perpajakan yang lain, terkait dengan Peraturan Pemerintah yang lain, barangkali kami mohon penjelasan lebih lanjut dari pada Dirjen pada kesempatan ini kaitan dengan dukungan regulasi yang lainnya kalau ini diberlakukan Pak.

Te.rima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih Pak Hakim. lb

1u Etha Bulo.

"I

ARSIP D

PR RI

Page 27: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

184

F. BINTANG PELOPOR DEMOKRASI (NY. ETHA BULO):

Tetima kasih Pimpinan. Bapak-bapak Dirjen atau yang mewakili, tadi kita banyak menyinggung mengenai soal

insentif Pak, karena saya dari Papua Pak dan saya harus menyuarakan ini. Kepada Bapak-bapak Oirjen bagaimana sistem pengalokasian insentif k.husus alokasi anggaran bagi kawasan yang daerahny~ banyak dieksploitasi terutama kami di Papua Pak .. Adany~ transparansi akan kekayaan sumber daya alam kami Pak apakah sudah cukup pembenan dan keuangan terutama Bapak­bapak Dirjen ini berapa sebenarnya yang kami harus dapat, kallau tadi saya dengar Bapak-bapak memberikan 10 persen apakah 3 triliun itu sudah 10 persen, apalagi ini Freepot Pak, tolong Pak kami minta itu di audit betul berapa banyak kekayaan alam Papua yang di eksploitasi Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik. Pak Cecep.

F · PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM) :

Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sebenarnya saya senang sekali bahwa dari Departemen Keuangan . intinya ada satu

prinsip yang bisa dipegang yaitu masalah tadi eksternalistis itu ada manfaat dan tidak manfaat, bahwa itu nanti anggarannya bisa dimasukan ke dalam DAU, OAK, dan Pajak juga, hanya sekarang ini belum ada ukuran-ukuran yang dimasukkan ke dalam DAU, dan OAK itu seperti misalnya contohnya, OKI dan Jawa Barat, OKI membutuhkan Air, OKI harus mendapatkan perlindungan dari banjir, Jawa Barat harus bisa menjaga kelestarian alamnya, tidak ada dana, kurang, sekarang apakah kerja sama antar Propinsi sehingga terjadi APBD yang memberikan tambaha~,kepada Jawa Barat atau didalam bentuk DAU atau OAK itu, ukurannya apa, ini yang tadi saya tangkap dari Departemen Keuangan itu belum ada hitungan-hitungannya, kami hitung sekarang, ,i_tu berdasarkan penduduk saja, oleh karena itu di dalam Undang-undang Tata Ruang ini kita haru$1 rrierumuskan kalau terjadi seperti ini bagaimana proses perimbangan keuangannya itu yang harus kita rumuskan nanti, dan kalau bisa itu Departemen Keuangan memberikan masukan pada RUU: .ini Pak kalau terjadi seperti itu.

1: !'

Dilain pihak ada istilah insentif dan disinsentif di dalam masalah pembangunan, kalau misalnya satu wilayah sudah ditentukan bahwa ini hutan lindung, tetapi ternyata di bawahnya ada kandungan tambang emas misalnya, itu harus dibongkar dan segala macam, kita ada kasus pada periode yang lalu bahwa hutan lindung yang sudah di eksplorasi bahwa sudah ada kandungan­kandungan)ni, sehingga kita memutuskan apa diteruskan apa tidak ini kita harus rumuskan juga masalah . ipsentif dan disinsentif boleh hutan lindung sementara ini bisa dibuka untuk pertambangan, tetapi ada disinsentif sekian persen dari pendapatan ini untuk mengembalikan kepada ~utan lindung kalau misal pertambangannya habis, jadi pengertiannya bahwa ada perimbangan keuangan baik itu di APBN, APBD pada saat ada satu wilayah ada kepentingan bersama·yang eksternalistis itu, itu harus dirumuskan di dalam Tata Ruang begitu Pak.

Kerriudian kedua, adalah harus ada disinsentif dan insentif pada saat bahwa satu tata ruang ditentukan fungsinya dan berubah karena ada kepentingan ekonomis misalnya. Demikian juga mas~lah pajak Pak, sekarang itu Jawa Barat hanya kebagian limbahnya, kerusakan lingkungan, tetapi pajak yang menikmati adalah DKI karena perusahaan-perusahaannya perusahaan, OKI, ini gimana, kalau hanya dari PBS saja itu tidak bisa mendapatkan hasil untuk mengemb,alikan lingkungan-lingkungan itu, oleh karena itu harus ada misalnya tingkat-tingkat retribusi yang harus digariskan lagi di dalam sistem perpajakan ini kalau memang tata ruang ini ada daerah-daerah yang e:ksternal, ektrafikasi, lingkungan-lingkungan yang diambil misalnya, batunya, apanya segala macam begitu, ini belum dirumuskan karena nilai-nilai retribusi itu tidak senilai dengan keuntungan DKI yang mengambil manfaat dari Batu, Pasir dan segala macam untuk pembangunan di DKI sendiri misalnya, ini contoh-contoh ini harus tiga hal ini yang saya kira

ARSIP D

PR RI

Page 28: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

':.1

185

mohon masukan dari Departemen Keuangan bagaimana perimbangan keuangannya apakah DAU, dan OAK bisa dirumuskannya bagaimana kalau terjadi seperti tadi T oraja dan seperti Jawa Barat dan OKI ini, dan tadi masalah perimbangan pengambilan pajak, jangan ditarik dulu ke Pusat karena infir\fya kalau sudah ke Pusat Pak kalau di tarik lagi ke daerah itu lama Pak. ltu saya kira yang sayii'ingin sampaikan, terima kasih atas pendangannya tetapi kita ingin usulan konkrit Pak di dalam Undang-Undang Tata Ruang gimana supaya nyekrup nanti dengan Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang Anggaran.

Teri ma kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa'allaikum Salam. Kalau tidak ada tambahan.

F - PARTAI DEMOKRAT (MARUAHAL SILALAHI):

Saya tambahkan Ketua. Tadi memang oleh Pak Lukman bagaimana RUU Pasal 41 ini memang nanti kaitannya

dengan Undang-Undang Perpajakan yang sedang dibahas sekarang ada tidak sinkronisasi pembuatan undang-undang di kita, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Mangindaan. Baik Bapak-lbu sekalian, ini beberapa pendalaman yang diberikan oleh anggota Pansus

yang terhormat kepada Pak Dirjen, dan seluruh jajaran Departemen Keuangan kami persilakan. ·1·1

:; I

DIRJEN ANGGARAN (AMATYORDI) :

Bc:ipak-bapak dan lbu anggota Pansus RUU Penataan Ruang dalam rangka tata ruang ini. Sebagaima,na kita sama-sama mengetahui juga Pak bahwa kita semuanya bertindak maupun bergerak rn.engambil langlah-langkah selalu di dalam konsteks Peraturan perundang-undangan yang ada khususnya dibidang kita, jadi kalau masalah APBN, masalah insentif yang berasal dari APBN tentunya kita perlu melihat undang-undang yang berkenaan dengan hal-hal seperti yang Pak Imam katakan. Yang undang-undang Regulasinya itu tentunya Undang-Undang Perpajakan, Undang-Unciang APBN itu sendiri, kemudian karena ini berkenaan dengan Daerah dia harus juga kita melihat Undang-Undang mengenai Perimbangan Keuangan Daerah, karena DAU, OAK dan Bagi Hasil itu semua diatur dalam Undang-Undang Perimbangan Keuangan Daerah.

Jadi disitulah kita harus melihat apakah, kita tidak bisa tentunya keluar dari sana, tadi barangkal( kita sudah sepakat barangkali Pak disini bahwa kita membutuhkan suatu mekanisme pemberian insentif atau bisa juga disinsentif bila dari kebijakan-kebijakan yang diambil dalam kerangka Tata Ruang ini itu memberikan manfaat ataupun kerugian bagi daerah tertentu, tentunya kita harus memberikan dia insentif untuk bisa kemudian dia melakukan hal-hal yang meskipun tetap merugikan dia tetapi dia karena kemanfaatannya itu kepada yang lain yang lebih besar daripada itu, maka dia perlu diberi insentif itu barangkali kita sepakat mengenai itu Pak, masalahnya itu sekarang ada 2.

Satu adalah siapa yang memberi atau yang menerima disinsentif itu dari siapa kan begitu. Yang kedua berapa, bagaimana kita mengukur masing-masing disinsentif dan insentif itu. Di dalam kerangka Undang-Undang Keuangan Negara yang ada saat ini, baik, ini mungkin kawan dari perpajakan yang akan melihat lebih lanjut dari segi Undang-Undang Perimbangan Keuangan nanti barangkali P,ak ini, tetapi dari kerangka keuangan negara yang ada bahwa di kita belum mengenal hal terseb,ut, yang ada adalah bahwa setiap Kementrian atau lembaga dia menjadi pengguna anggaran Pak, mereka itu melakukan apa namanya kegiatan-kegiatan, program-program di berbagai d~erah di seluruh nusantara ini berasal dari APBN, bisa saja misalnya seperti yang kami sampaikan kalau ada satu daerah yang memang perlu diberikan insentif, yang sekarang ada itu

ARSIP D

PR RI

Page 29: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

186

adalah melalui KL itu tadi Pak dengan program-programnya itu, mungkin yang tidak terumuskan sebagaimana yang diingini, tapi yang ada sekarang itu seperti itu Pak, jadi kalau toh itu ingin dijadikan jalan untuk memberikan insentif melalui Kementrian Lembaga, maka perlu diatur disini insentif macam apa saja dan siapa saja yang memberi kalau itu dari APBN, jadi kalau misalnya kemanfaatan misalnya seperti tadi kalau kita berkenaan dengan Hutan Lindung, jadi penataan ruang ini nasional kewenangan nasional ya Pak, kewenangan Pemerintah Pusat, dalam hal tadi misalnya ada perbedaan kepentingan bahwa Hutan Lindung itu dibawahnya ada tambang tentunya di dalam hal penataan ruang itu harus terlebih dahulu sebelum ditetapkan tata ruang itu harus dibicarakan dulu antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang bersangkutan, penataan ruang yang seperti apa yang akan dipakai untuk itu, kalau memang disana ada kemudian kepentingan yang lebih besar untuk menetapkan bahwa itu menjadi hutan lindung sehingga potensi tambang itu tidak tergali dan itu juga bisa merugikan negara, maka harus sudah diatur dalam pengaturan tata ruang tadi berapa besar dan apa yang harus dilakukan untuk penerapan tata ruang tadi itu, jadi samalah barangkali harus diatur itu, diatur besarannya dan darimananya, karena keuangan negara yang sekarang ini hanya melalui bagian anggaran ataupun kementerian lembaga, maka tentunya harus diatur dimana dia diletakan, kalau itu berkenaan dengan hutan lindung, dan itu yang lebih berkepentingan adallah Departemen Kehutanan, maka insentif itu tentunya harus juga dilalui melalui anggarannya Departemen Kehutanan barangkali itu. Jadi sistem yang ada sekarang itu masih seperti itu kecuali kita nanti akan merubah Undang­Undang Keuangan Negara itu dengan memberikan adanya insentif-insentif tersendiri atau juga melalui tadi DAU, seperti disampaikan juga oleh Pak Cecep tadi bahwa kalau memang itu ingin kita salurkan melalui DAU ataupun OAK, maka eksternalistis itu variabelnya harus dimasukkan kesana, harus dimasukkan ke DAU itu, jadi disitu nanti ada perhitungan-perhitungan bahwa adanya konpensasi bagi suatu daerah karena dia harus mempertahankan suatu keadaan yang tentunya akan membawa cost buat dia, cost ini yang sebenarnya dikonfensasi oleh itu karena itu memang terlepas dari pada kesulitan kita nanti memasukan variabelnya Pak tetapi prinsipnya memang harus seperti itu. Masalah nanti variabel apa yang, teknik itu memang itu nanti belakangan barangkali . yang harus kita atur, dan itu menjadi persoalan tersendiri apa saja yang variabel­variabel itu. lni pada dasarnya Pak, sistem peraturan perundang-undangan dasar yang ada sekarang itu dari segi keuangan negara hanya bisa disalurkan 2, Belanja Pusat maupun Belanja Daerah. Belanja Pusat lebih banyak kepada masing-masing Departemen, jadi insentif itu kalau mau dibebankan harus melalui masing-masing Departemen sesuai dengan nanti misalnya tata ruang itu mengenai hutan lindung tentunya berkenaan dengan itu, pertanian tentunya barangkali lewat Depa;rtemen Pertanian insentif itu. Kemudian kalau dia berkenaan dengan infra struktur jalan dan segala macam tentunya lewat Departemen PU barangkali begitu.

ltulah barangkali sistem insentif-insentif sekarang yang masih bisa kita lakukan dalam kerangka konteks Undang-Undang APBN dan Keuangan Negara yang sekarang, kalau Keuangan Daerah barangkali tadi saya sampaikan mungkin Pak Heru yang bisa menyampaikan, tapi kira-kira seperti itu Pak yang kemudian, kalau lbu Etha Bula ini memang perlu hal waktu mendalami lagi Pak, sebetulnya berapa yang harus kita berikan kepada daera'h Papua ini barangkali juga bukan konteks sekarang ini barangkali mungkin nan ti akan kita bisa .... iadi ta pi saran ibu akan kami tampung akan kami sampaikan kepada pejabat-pejabat yang berkewenangan.

F - PG (H.M. MALKAN AMIN) :

Saya interupsi Pak Dirjen melalui Pak Ketua, jadi lbu Etha itu hanya karena kebetulan ketemu dengan Pak Dirjen, jadi tidak ada anunya dengan pembahasan, saya punya kewajiban, karena begi.ni Pak Dirjen saya bukan membela beliau, beliau itu selalu mengaku-ngaku bahwa dia orang Papua, tetapi sebenarnya dia itu kelahiran Sulawesi Selatan ini perlu Pak Dirjen tahu.

KETUA RAPAT : Baik Pak Dirjen, lanjutkan Pak Heru.

ARSIP D

PR RI

Page 30: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

187

DlijJEN PERIMBANGAN KEUANGAN (HERU SUBIANTORO) : Baik. E3'apak Anggota, lbu Anggota Dewan yang kami hormati. Menambahkan apa yang sudah disampaikan oleh Pak Amat bahwa sesungguhnya

didalam perhitungan DAU Pak itu transparan Pak formulanya ada semua transparan dan kami juga merencariakan dari pada bertanya-tanya mengenai berapa bagian masing-masing kita akan memasukan formula itu didalam webset kami, jadi tahu persis itu hitung-hitungannya jelas Pak.

Selama ini penghitungan formula DAU itu didasarkan kepada 3 hal, yang pertama kita melihai fiscalgape lalu fiscal itu daerah yang satu lagi adalah fiscalkepesdi, ini kalau kita rinci kebawah, maka variabel yang ada disitu itu adalah variabel jumlah penduduk ini jelas dari BPS sampai Kabupaten/kota ada, lalu luas wilayah ini juga bisa temkur, penduduk terukur, lalu indeks kemahalan ini juga bisa terukur lalu kemiskinan ini juga ada sumber data tetapi ini juga masih bisa diperdebatkan masalah kemiskinan data mengenai siapa yang anunya ini masih bisa didebat, apalagi kalau kita menyangkut mengenai eksternalistis Pak ukurnya bagaimana ini kalau itu mau dimasukan kedalam variabel ini, inilah yang terus terang kami sulit kalau kita rasakan bahwa itu penting tapi ngukurnya ini bagaimana ini ngukurnya batas-batas tadi itu, kalau itu ketemu ukurannya saya kira itu hal yang mundah untuk apa namanya diperhitungkan Pak, ini mohon maaf ini yang kita belum bisa mengukurnya, mungkin dengan bantuan Bapak-bapak Anggota Dewan kita bisa bersama-sama menditeks ukurannya, tapi sepanjang pengetahuan saya mengekstralistis memang hal yang sulit diukur karena seperti disampaikan Pak Amat bahwa bahwa Pasal ini memang tidak ada, tentu harus ada suatu pendekatan Pak untuk hal ini apa yang bisa didekati dengan persoalan-persoalan ekster saya kira begitu Pak jawaban kami.

Terima kasih .

. !i F·PAN (IR. CECEP RUKMANA, MM.) :

Pimpinan sebentar saja mau menambah ini. Memang kemarin saya melemparkan idea mengenai caringcapasiti Pak, satu wilayah das

misalnya airnya daya tampung ini, tapi kalau sudah kurang itu bisa sebagai variabel mungkin itu salah satu:yang harus kita pikirkan bersama Pak.

Teri ma kasih.

KETUA RAPAT : Baik, lanjutkan Pak Maizat.

··1

DIRJEN PAJAK ( MAIZAR ANWAR) : ,,,i.

T~rima kasih Pimpinan. Saya menanggapi khusus bidang perpajakan. S~ya tadi mencatat diantaranya Pak Malkan masalah penafsiran RUU Tata Ruang

kedepan dapat meningkatkan pendapatan. Saya berpikir memang dari semula waktu saya baca RUU ini ke.marin sore ini kalau ruangannya sudah tertata jelas itu banyak memberi fasilitas dalam pertumbuhan di daerah itu terutama pertumbuhan ekonomi ini kalau menyangkut dengan kawasan industri, t9pi yang masalah disini kelihatannya masalah Tata Ruang hutan lindung, tapi kalau kawasan sudah tertata itu sudah jelas itu akan mendapat memberi kemudahan dalam pangsa perekonomian di daerah misalnya di kawasan industri. Kawasan-kawasan industri sekarang itu bisa menampung disamping lapangan pekerjaan juga tentunya akan dapat meningkatkan penerimaan dari perpajakan. Disitu memang daerah merasa rugi kawasannya itu terpakai, tetapi dalam bu~t membangun kawasan, menata ruangan didaerah itu memang mernerlukan pengorbanan, tapi dibalik itu kita sebenarnya dari segi perpajakannya itu sudah bisa kita hitung kalau seandainya itu kawasan industri disitu tentu harus ada lapangan pekerjaan, kemudian disitu ada buruh~buruh yang harus bayar PPh kemudian kawasan juga kena PBB misalnya itu sudah berdampak kepada daerrah itu sendiri, dan kemudian kaitannya juga dengan penerimaan untuk daerah itu kaitannya dengan penerimaan dari pajak pada buruh tadi itu pihak daerah juga

ARSIP D

PR RI

Page 31: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

1: '

188

menerima bagian dari PPh sebesar 20 persen, tadi Pak Cecep juga mengatakan mempertanyakan misalnya Jawa Barat tadi yang menerima banyak adalah OKI itu tapi kalau pabriknya ada diwilayah .Jawa Barat misalnya katakanlah di Bekasi memang orangnya tinggal di Jakarta tapi bagian darf· pajak penghasilannya itu diterima oleh Bekasi, Bekasi menerima sebesar 20 persen dari PPh)1*Ji selain dari PBS itu dari segi pajaknya Pak.

j~ga Pak Ali Mubarak juga menyangkut dengan contoh tata ruang yang menyangkut dengan pajak jalan Toi dan sebagainya tadi dan Waduk itu tadi Pak, sesunguhnya dari segi pajaknya itu untuk pembebasan tanah apakah itu Waduk atau itu jalan T al itu dari perpajakan itu sebenarnya tidak ada masalah Pak, kalau dia membebaskan tanah rakyat untuk kepentingan jalan umum misalnya itu dia tidak kena pajak apa-apa hanya saja setelah jadi jalan Toi, karena jalan Toi itu kita bayar maka kita pungut pajak terhadap mereka itu, terhadap pengusaha jalan Toi, termasuk juga misalnya Waduk, kalau Waduk itu untuk pengairan itu tidak kena PBS, kalau Waduk untuk pengairan, tetapi kalau Waduk untuk pembangkit tenaga listrik, karena listrik itu kita bayar dan dijual itu dikenakan pajaknya dan hasilnya untuk daerah. Kemudian siapa yang kita berikan selain dari perpajakan itu misalnya untuk lahan-lahan yang untuk kepentingan umum misalnya hutan lindung tadi, yaitu mereka tidak dikenakan pajak, kemudian hutan lindung seperti yang saya katakan tadi kalau dia dimanfaatkan untuk kepentingan umum itu tidak kita kenakan PBB-nya, sedangkan untuk lahan-lahan yang dimanfaatkan sebahagian untuk hutan lindung, tetapi ditanami tanaman untuk Palawija misalnya didalamnya itu karena ada manfaat juga itu kita beri fasilitas pengurangan nanti dalam PBB.

Yang mungkin jadi pemikiran barangkali Pak mengenai Hutan Lindung ini kalau mungkin dalam Tata Ruang ini pemikiran juga Pak. Sekarang kita sudah mematok suatu kawasan akan menjadi hl.Jtan lindung, tetapi didalamnya itu ada nilai yang lebih tinggi dari pada itu, tentu daerah dia merasa di dalam ini ada kandungan Emas atau Batubara misalnya yang ternyata lebih bermanfaat untuk yang lebih banyak. Saya juga mengkonteks ini tidak bisa memutuskan bagaimanp barangkali mungkin menjadi pemikiran kita juga Pak dalam menyusun Rancangan Undang-Undang ini kalau ternyata sudah kita patok hutan lindung disatu daerah itu ternyata disitu Emas misalnya kalau diolah menjadi sumber yang lebih tinggi lagi apakah bisa kita korbankan hutan lindqng ini, ini sebagai masukan perlu pemikiran kita juga barangkali di dalam RUU ini Pak. Kemudian juga menyangkut dengan Pasal 41 tadi yang menyangkut dengan Undang-Undang Perpajakan dalam rangka pengendalian Penataan Ruang masalah insentif dan disinsentif tadi menyangkut dengan pembahasan RUU Pajak sekarang ini memang kita sekarang sedang membaha~ Rancangan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, dan Undang­Undang PPh dan PPN barangkali ini karena masih tahap ini hasilnya nanti akan kita lihat Pak apa yang bisapimasukan di dailam RUU nanti akan saya sampaikan nanti pada Pimpinan juga kita belum bisa memberikan menyangkut dengan RUU yang sedang dibahas ini, barangkali kalau dalam hal. PBS nanti mungkin kalau dirubah RUU nya mungkin banyak sekali yang bisa kita masukan d,alam hal ini. Saya kira itu yang saya sampaikan Pak.

T erima kasih Pak. W~ssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT : ' '

Cukup Pak, ada tambahan ? Bapak-bapak, lbu-ibu Anggota Dewan yang terhormat cukup ?. Baik. Jadi ini tadi Pak Dirjen tadi disampaikan bahwa bentuk insentif siapa yang memberikan

dan siapa yang mendapatkan, berapa jumlahnya, formulasinya seperti apa inilah yang nanti akan digarap oleh Pansus Penataan Ruang bersama Pemerintah apakah itu dalam bentuk substansi pasal de~Lpasal atau dalam Penjelasan atau dalam Peraturan Pemerintah, saya pikir nanti apa yang kita perbincangkan pada pagi hari ini dan siang hari ini adalah kebanyakan nanti dalam bentuk inseptif dan disinsentifnya mekanismenya ada kebanyakan itu adalah dalam PP. Dalam bentuk PP ini tentunya kami harapkan tidak hanya berdiri sendiri, Pemerintah itu hanya sebuah

.i

ARSIP D

PR RI

Page 32: 158 - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-022148-2176.pdf · Dari hal-hal yang berkembang, dari draft dan naskah Pemerintah 12 Bab Rancangan Undang-Undang

189

otoritas PU saja, tentu PU akan berkoordinasi juga dengan pihak Departemen Keuangan karena PP ini adalah satu kesatuan dengan Pemerintah.

Baik, lbu sekalian dari hasil ini kami dapat beberapa catatan bukan kesimpulan ini karena 1rn adalah RDP tentang Draft catatan Raker Pansus Penataan Ruang dengan Departemen Keuangaf1, Direktur Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, dan Direktorat Jenderal Pajak tanggal 23 Nopember 2006 :

4. Pansus Penataan Ruang DPR-RI memberikan apresiasi kepada Dirjen Anggaran, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, Direktur Jenderal Pajak atas masukan dan saran berkaitan dengan mekanisme insentif dan disinsentif pada Pembahasan Rancangan Undang­Undang Penataan Ruang sebagai revisi atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1982 tentang Penataan Ruang;

5. Pansus Penataan Ruang DPR-RI mengharapkan agar masukan dan saran, substansi maupun pasal demi pasal dari Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Pajak di formulasikan kedalam sandingan matriks Daftar lnventarisasi Masalah atau DIM Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang yang antara lain meliputi :

a. formulasi insentif dan disinsentif yang memperhatikan prinsip keadilan, dan keseimbangan pembangunan nasional;

b. mekanisme insentif dan disinsentif berdasarkan pada cakupan, baik nasional maupun regional dan daerah;

c. sumber pendanaan insentif dan disinsentif yang dibebankan pada pendapatan, baik APBN, APBD Tingkat I, maupun APBD Tingkat II yang sesuai dengan formulasi yang ada.

6. Pansus Penataan Ruang menghendaki agar Departemen Keuangan dapat secara optimal sebagai mitra Pansus untuk memberikan pemikiran alternatif dan berbobot dalam penyempurnaan, dan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penataan Ruang ini.

Demikianlah beberapa catatan yang saya pikir tidak perlu kita diskusikan karena ini adalah erat kaitannya masukan terhadap baik Pansus maupun Pemerintah yang akan datang. Oleh sebab itu Pak Dirjen, maupun Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maupun Pajak kiranya nanti baik dialog kita pada hari ini k.ami harapkan sambil kita akan masuk kepada penyusunan DIM dan Rapat Kerja dengan Menteri PU dalam pembahasan DIM yang akan datang, karena ki.ta harapkan sekitar Pebruari undang-undang ini sudah bisa diselesaikan, kami harapkan tentunya bukan hanya disini1 saja masukan-masukan, pasa~ demi pasal dapat kami terima di masa yang akan datang.

Saya pikir ini beberapa catatan, kalau tidak ada lagi Pak Williem ? tidak ada. Dapat kita terima catatan ini ? Baik.

Terima kasih. Akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillah hirobilalamin. Maaf atas segala kekurangan

selama kami memimpin dan teman-teman memberikan tanggapan terhadap Direktorat Jenderal di Departemen Keuangan, kemudian atas kehadiran Bapak memberikan masukan-masukan kami ucapkan terima kasih, dengan mengucapkan alhamdulillah hirobil alamin Rapat Dengar Pendapat Departemen Keuangan Republik Indonesia bersama Pansus RUU Penataan Ruang secara resmi kami nyatakan ditutup.

(KETOK PALU 3 X)

ARSIP D

PR RI