dpr-riberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/1-20170607-095842-5701.pdfrapat paripurna ini sebagai ......
TRANSCRIPT
SAMBUTAN PEMERINTAH
PADA
RAPAT PARIPURNA DPR-RI
TENT ANG
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBICARAAN TINGKAT II
RANCANGAN UNDANG-UNDANG (RUU) TENTANG PANGAN
JAKARTA, 18 OKTOBER 2012·
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
• Saudara Pimpinan dan Anggota DPR RI yang terhormat,
• Saudara Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Dalam Negeri, atau pejabat yang mewakili yang kami hormati,
• Para Pejabat dari kementerian/lembaga terkait yang kami hormati,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya pada hari ini kita dapat hadir pada Rapat
Paripurna DPR-RI dalam keadaan sehat wal-afiat. Rapat Paripurna ini sebagai
tahap akhir dari rangkaian proses penyusunan Rancangan Undang-Undang
(RUU) tentang Pangan yang secara intensif telah dibahas Panja Komisi IV DPR
RI dan wakil Pemerintah.
Kami atas nama Pemerintah menyampaikan terima kasih yang sebesar
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pimpinan · dan
anggota DPR RI yang telah berhasil menyelesaikan RUU tentang Pangan ini.
Besar harapan kami, RUU ini dapat disepakati menjadi Undang-Undang tentang
Pangan pada Rapat Paripurna ini.
ARSIP D
PR-RI
Saudara pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,
Sebagaimana kita maklumi bahwa Undang-undang Nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan yang berlaku pada saat ini memiliki beberapa kekurangan yang
perlu disempurnakan. Munculnya kelemahan tersebut karena selama 16 tahun
terakhir telah terjadi perubahan lingkungan strategis yang signifikan baik pada
tingkat nasional maupun global.
Undang-undang Pangan tersebut belum dapat menjawab secara
komprehensif tehadap dinamika dan kompleksitas permasalahan dan
tantangan penyelenggaraan pangan pada saat ini, dan pada masa yang akan
datang. Undang-undang ini juga belum secara komprehensif mengatur
mengenai sistem ketahanan pangan secara utuh, yaitu ketersediaan,
keterjangkauan, serta pemanfaatannya. Pengaturan tentang sasaran
ketahanan pangan, juga belum menyentuh sampai ke tingkat perseorangan.
Hal-hal itulah diantaranya yang mendorong adanya upaya untuk membuat
perubahan atas UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.
Saudara pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,
Sebagaimana kita maklumi bersama, dalam proses penyusunan RUU ini;,
DPR telah melaksanakannya melalui kajian akademis yang mendalam dengan
melibatkan para ahli dari berbagai universitas, para pakar, praktisi, dan pelaku
usaha bidang pangan, serta kalangan organisasi profesi, kemasyarakatan, dan
keagamaan.
Demikian juga dari pihak Pemerintah, pembahasan penyusunan DIM dari
RUU tentang Pangan ini dilaksanakan secara intensif dalam forum lintas
kementerian/lembaga, Kelompok Kerja Dewan Ketahanan Pangan, para ahli
dari perguruan tinggi, dan beberapa lembaga kemasyarakatan di bidang
pangan. Selain lima kementerian yang ditugaskan Presiden, yaitu Kementerian 2
ARSIP D
PR-RI
Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Dalam Negeri, dan Kementerian Hukum dan HAM, kami meliuatkan pula secara
intensif Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Untuk itu, kami mengapresiasi seluruh
pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan RUU tentang
Pangan atas inisiatif DPR ini, baik dalam forum diskusi secara formal maupun
secara informal.
Selanjutnya dalam proses pembahasan RUU ini di tingkat Panja, kami juga
memaklumi bahwa berbagai kalangan dari akademisi, praktisi serta unsur
masyarakat telah memberikan pendapat, kritik dan saran, baik yang bersifat pro
maupun yang bersikap kontra terhadap beberapa substansi dalam RUU ini. Kami
memahami pendapat, kritik, dan saran tersebut telah dimanfaatkan sebagai
masukan yang konstruktif untuk menyempurnakan rumusan RUU tentang
Pangan ini.
Saudara pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,
Pemerintah menilai RUU tentang Pangan ini telah memuat hal-hal yang
mendasar, strategis, dan memberikan arah bagi pembangunan pangan dan
ketahanan pangan yang dapat mengatasi berbagai persoalan pangan nasional
dan global. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut;
Di dalam RUU tentang Pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan
pangan diletakkan sebagai landasan filosofis atau ruh bagi keseluruhan isi
Undang-Undang ini. Indonesia sebagai negara besar harus berdaulat dalam
pembangunan ketahanan pangan dan tidak boleh dikendalikan oleh pihak
manapun jalam menentukan kebijakan pangannya. Kebijakan pembangunan 3
ARSIP D
PR-RI
pangan juga diarahkan untuk mendorong kemandirian pangan, yang
dicerminkan oleh penyediaan beranekaragam pangan dari produksi dalam
negeri dengan pemanfaatan sumber daya dan sumber pangan domestik secara
optimal. Impor pangan pokok merupakan pilihan terakhir dalam memenuhi
penyediaan pangan, manakala produksi pangan dalam negeri tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan. Kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan
pangan pokok ini perlu dicapai dan dijaga keberlanjutannya, mengingat bahwa
hal ini bukan hanya aspek ekonomi semata, tetapi juga berkaitan dengan
aspek-aspek sosial, budaya, politik, bahkan merupakan bagian penting dari
ketahanan nasional.
Ruang lingkup yang diatur dalam RUU ini telah mencakup pengaturan
penyelenggaraan pangan yang komprehensif, yang meliputi pengaturan dalam
subsistem: (i) ketersediaan pangan, (2) keterjangkauan pangan, dan (3)
pemanfaatan pangan, yaitu konsumsi pangan dan gizi. Pengaturan mengenai
konsumsi pangan dan gizi ini diarahkan untuk lebih menjamin pemenuhan
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan arnan, terutama bagi kelompok
yang rawan pangan, antara lain wanita hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak
usia dini. RUU ini juga mengatur aspek penting yang terkait dengan sistem
pangan, seperti keamanan pangan, penelitian dan pengembangan, sistem
informasi, peran serta masyarakat, dan pengawasan dan penyidikan pangan.
Dalam rangka mengakomodir perkembangan sistem ketatanegaraan,
khususnya sistem desentralisasi pemerintahan, RUU tentang Pangan juga
mengatur tentang peran dan tanggungjawab Pemerintah dan pemerintah
daerah untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan.,
Ke depan pemerintah daerah diharapkan akan lebih berperan antara lain dalam
pengelolaan cadangan pangan, pengembangan pangan lokal, percepatan
diversifikasi pangan, pembinaan dan penanganan keadaan darurat pangan.
4
ARSIP D
PR-RI
Hal penting lainnya adalah bahwa Pemerintah bersama masyarakat
bertanggu11g jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Selain dalam
kegiatan usaha pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan, peran
masyarakat dapat diimplementasikan dengan menyampaikan permasalahan,
masukan, dan/atau saran penyelesaian masalah pangan tersebut kepada
Pemerintah atau pemerintah daerah.
Terwujudnya kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan
pangan nasional merupakan komitmen nasional yang dikelola secara
terintegrasi dan terkoordinasi lintas sektor oleh Pemerintah dengan melibatkan
pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan. hal tersebut,
kami memahami perlunya dibentuk lembaga Pemerintah yang cukup kuat
untuk membantu Presiden dalam penyelenggar.aan pangan. Untuk maksud
tersebut, RUU inl memberikan arahan bagl pembentukan lembaga pemerintah
yang menangani bidang pangan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden. Lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan
tersebut mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang pangan.
Saudara pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat,
Pada kesempatan ini sekali lagi kami ingin menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota DPR RI yang berhasil
mewujudkan RUU tentang Pangan yang sebentar lagi akan disahkan menjadi
Undang-Undang.
Dapat kami informasikan, bahwa di dalam RUU tentang Pangan ini
terdapat 11 pasaljayat yang mengamanatkan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah, 10 pasal/ayat memerintahkan pengaturan lebih lanjut dengan/atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah, satu pasal mengamanatkan Peraturan
Presiden, dan beberapa peraturan menteri/kepala lembaga dan peraturan
5
ARSIP D
PR-RI
daerah. Setelah disahkannya RUU ini menjadi Undang-Undang, tugas
Pemerintah yang akan segera harus dilakukan adalah menyelesaikan berbagai
peraturan perundang-undangan yang diamanatkan tersebut, sehingga Undang
Undang ini dapat diimplementasikan dalam rangka membangun kedaulatan,
kemandirian, dan ketahanan pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan.
Pada akhir sambutan ini, kami sampaikan bahwa atas nama Pemerintah
kami menyetujui Rancangan Undang-Undang ini untuk disahkan menjadi
Undang-Undang. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada pimpinan dan
anggota DPR RI serta semua pihak yang telah berperan dan berpartisipasi aktif
mewujudkan lahirnya Undang-Undang tentang Pangan.
Semoga Allah SWT meridhoi amal bakti kita sekalian. Amin.
Terima kasih.
Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Jakarta, 18 Oktober 2012 Republik Indonesia
, m dan H~M,
6
ARSIP D
PR-RI