dpr-riberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/1-20170529-022813-3113.pdfforum rapat kerja yang kita...
TRANSCRIPT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT KOMISI IV DPR-RI
PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG UNDANG
ATAS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996
TENTANG PANGAN
Tahun Sidang : 2011-2012
Masa Persidangan : III
Rapat ke :
Jenis Rapat : Rapat Kerja
Sifat Rapat : Terbuka
Dengan : Menteri Pertanian, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Perdagangan RI
Hari/Tanggal : Senin, 10 Juli 2012
Waktu : 10.00 WIB
Tempat
:
Ruang Rapat Komisi IV DPR-RI
Gedung Nusantara DPR-RI, Senayan-Jakarta
Acara : Membicarakan pembahasan RUU tentang Pangan ke Tingkat I.
Ketua Rapat : H.M. ROMAHURMUZIY, ST, MT
Sekretaris Rapat : Aris Subiakto, S. Sos, M.AP.
Hadir Anggota : dari 49 orang Anggota Komisi IV DPR-RI
Hadir Mitra Kerja : Menteri Pertanian, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Perdagangan RI beserta jajarannya
ANGGOTA KOMISI IV DPR-RI :
1. H.M. ROMAHURMUZIY, ST, MT
2. IR. E. HERMAN KHAERON, M.Si
3. FIRMAN SOEBAGYO, SE,MH
4. IR. H. M. ALI YACOB
5. DRS. JAFAR NAINGGOLAN, MM
6. HJ. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM
7. ADIYAMAN AMIR SAPUTRA, S.IP
8. SRI HIDAYATI
ARSIP D
PR-RI
2
9. IR. DJOKO UDJIANTO
10. IR. H.M.ROSYID HIDAYAT
11. MAIMARA TANDO
12. DRS. H. YUSRAN ASPAR, M.Si
13. DR. IR. MOHAMMAD JAFAR HAFSAH
14. DRS. H. MARZUKI DAUD
15. Hj. NURLIAH, SH, MH
16. ADI SUKEMI, ST, MM
17. R. (Hc) IR. H. SISWONO YUDO HUSODO
18. H. HARDISOESILO
19. H. GUSTI ISKANDAR SUKMA ALAMSYAH, SE
20. ROBERT JOPPY KARDINAL
21. IAN SIAGIAN
22. SUDIN
23. DJUWARTO
24. DR. MUHAMMAD PRAKOSA
25. IR. MINDO SIANIPAR
26. DRS. I MADE URIP, M.Si
27. BAHRUDIN SYARKAWIE
28. HONING SANNY
29. MA’MUR HASANUDDIN, MA
30. HERMANTO
31. Hb. IR. NABIEL AL MUSAWWA, M.Si
32. VIVA YOGA MAULADI, M. Si
33. H. SUKIMAN, S.Pd, MM
34. INDIRI CHUNDA THITA SYAHRUL, SE, MM
35. H. HENDRA S SINGKARU, SE
36. DRS. H. WAN ABU BAKAR, MS, M.Si
37. DRS. H. ZAINUT TAUHID, SA’ADI, M.Si
38. H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi, MS
39. DRS. H. IBNU MULTAZAM
40. PEGGY PATRICIA PATIPPI
41. H. BUDI HERYADI, SE, SH
42. ANAK AGUNG JELANTIK SANJAYA
43. DRS. H.A. MURADY DARMANSYAH
ANGGOTA YANG IZIN :
1. Hj. ANNA MU’AWANAH, SE, MH
2. ANTON SUKARTONO SURATTO
7.
ARSIP D
PR-RI
3
3. DR. CAPT. ANTHON SIHOMBING
4. IR. MARKUS NARI, M. Si
5. H. ROFI’ MUNAtWAR, Lc
6. TAMSIL LINRUNG
ARSIP D
PR-RI
4
JALANNYA RAPAT :
KETUA RAPAT (M. ROMAHURMUZIY, S.T. M.T.):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua.
Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR RI yang kami hormati,
Saudara Menteri Pertanian yang terhormat beserta seluruh jajarannya,
Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakili beserta seluruh
jajarannya,
Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang mewakili beserta jajarannya,
Yang terhormat Saudara Menteri Perdagangan atau yang mewakili beserta jajarannya,
Yang terhormat Saudara Menteri Perindustrian atau yang mewakili beserta jajarannya,
Hadirin yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang telah memberikan kita kesempatan untuk berjumpa pada malam hari ini dalam
forum Rapat Kerja yang kita harapkan bisa menghasilkan kemajuan bagi rakyat kita, karena yang
akan kita rapatkan pada malam hari ini adalah satu hal yang sudah cukup lama kita bahas, paling
tidak selama 2 masa sidang ini.
Pada malam hari ini sesuai dengan rapat-rapat DPR RI pada Masa Persidangan IV yang akan
segera berakhir pada Jumat ini dan juga sesuai dengan keputusan Rapat Badan Musyawarah tanggal
29 Maret dan Rapat Intern Komisi IV DPR RI tanggal 15 Mei 2012, maka hari ini, Selasa tanggal 10
Juli 2012 kita menyelenggarakan Rapat Kerja dalam rangka pengambilan keputusan Rancangan
Undang-Undang tentang Pangan pada pembicaraan tingkat I.
Sesuai dengan laporan dari Sekretariat Komisi IV telah hadir 27 dari 51 Anggota Komisi IV
yang berarti rapat ini telah dihadiri lebih dari separuh jumlah Anggota Komisi IV yang terdiri atas lebih
dari separuh unsur fraksi. Sesuai dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 245 ayat (1), maka kuorum telah
tercapai. Dengan demikian sesuai Pasal 240 Peraturan Tata Tertib DPR RI, Rapat Kerja ini kami buka
dan kami nyatakan terbuka untuk umum.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 19.30 WIB)
Rapat Kerja kita akan diselenggarakan sampai dengan Pukul 21.00. Namun apabila belum
selesai akan kita lanjutkan sesuai dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 219 ayat (1) atau sesuai
kesepakatan kita. Acara kita pada malam hari ini:
1. Pengantar Pimpinan Komisi IV;
2. Laporan Panja;
3. Pembacaan naskah Rancangan Undang-Undang atau nanti mungkin bisa kita singkat, karena kita
sudah sama-sama mengikutinya secara marathon rapat-rapat 2 masa sidang ini;
4. Pendapat mini fraksi sebagai sikap akhir;
5. Pendapat mini pemerintah sebagai sikap akhir;
6. Penandatanganan naskah RUU; dan
ARSIP D
PR-RI
5
7. Pengambilan keputusan untuk melanjutkan pada pembicaraan tingkat II dalam Rapat Paripurna.
Apakah bisa disetujui?
(RAPAT:SETUJU)
Sesuai dengan mekanisme pembahasan yang telah disetujui dalam Rapat Kerja tanggal 18
Januari 2012 dan sesuai pula dengan keputusan Rapat Kerja pembahasan Rancangan Undang-
Undang tentang Pangan tanggal 26 Januari 2012, pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Pangan lebih lanjut diserahkan kepada Panitia Kerja serta hasil kerja atau pembahasan oleh Panitia
Kerja dilaporkan dalam Rapat Kerja. Untuk itu kami persilakan kepada Saudara Ir. Herman Khaeron
(Pimpinan Panitia Kerja) untuk melaporkan hasil pembahasannya.
Silakan, Pak Herman.
WAKIL KETUA (Ir. E. HERMAN KHAERON, M.Si.):
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
LAPORAN PANITIA KERJA
DALAM
RAPAT KERJA PEMBAHASAN TINGKAT I
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN
MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG 2011-2012
TANGGAL 10 JULI 2012
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua.
Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR RI yang kami hormati,
Yang terhormat Saudara Menteri Pertanian beserta jajaran,
Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara Menteri Perindustrian atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara Menteri Perdagangan atau yang mewakili beserta jajarannya,
Hadirin yang kami hormati,
Pertama-tama marilah puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat
melaksanakan Rapat Kerja dalam keadaan sehat wal’afiat.
Berdasarkan keputusan Rapat Kerja pembahasan RUU tentang Pangan tanggal 26 Januari
2012, Panitia Kerja yang terdiri dari 4 orang Pimpinan dan 21 orang Anggota Komisi IV DPR RI yaitu:
1. M. ROMAHURMUZIY, S.T. M.T. (Ketua Komisi/Fraksi PPP)
2. Ir. E. HERMAN KHAERON, M.Si. (Wakil Ketua/Fraksi Partai Demokrat)
3. FIRMAN SOEBAGYO, S.E. (Wakil Ketua/Fraksi Partai Golkar)
4. DRS. H. IBNU MULTAZAM (Wakil Ketua/Fraksi PKB)
5. DRS. JAFAR NAINGGOLAN, M.M. Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
6. SRI HIDAYATI, S.P. Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
ARSIP D
PR-RI
6
7. ANTON SUKARTONO SURATTO
Sekarang sudah diganti oleh:
8. MAIMARA TANDO Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
9. Ir. H. M. ROSYID HIDAYAT Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
10.DRS. H. YUSRAN ASPAR, M.Si. Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
11.ADI SUKEMI, S.T., M.M. Anggota dari Fraksi Partai Demokrat
12.HJ. TETTY KADI BAWONO Anggota dari Fraksi Partai Golkar
13.DR. (HC) Ir. H. SISWONO YUDO HUSODO Anggota dari Fraksi Partai Golkar
14.H. HARDISOESILO Anggota dari Fraksi Partai Golkar
15.IAN SIAGIAN Anggota dari Fraksi PDI Perjuangan
16.SUDIN Anggota dari Fraksi PDI Perjuangan
17.H. DJUWARTO Anggota dari Fraksi PDI Perjuangan
18.HONING SANNY Anggota dari Fraksi PDI Perjuangan
19.HERMANTO, S.E. M.H.
Yang kemudian di-BKO oleh:
1. HB. Ir. NABIEL AL MUSAWA, M.Si. Anggota dari Fraksi PKS
2. H. MA’MUR HASANUDDIN, M.A. Anggota dari Fraksi PKS
3. VIVA YOGA MAULADI, M.Si. Anggota dari Fraksi PAN
4. H. SUKIMAN, S.Pd., M.M. Anggota dari Fraksi PAN
5. H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si. Anggota dari Fraksi PPP
6. HJ. MIRATI DEWANINGSIH T., S.T. Anggota dari Fraksi PKB
7. ANAK AGUNG JELANTIK SANJAYA Anggota dari Fraksi PKB
8. DRS. H. A. MURADY DARMANSJAH Anggota dari Fraksi Hanura
Bapak/Ibu yang kami hormati,
Berdasarkan keputusan Rapat Kerja tanggal 26 Februari 2012 tersebut Panitia Kerja mulai
bekerja atau melakukan pembahasan dari tanggal 27 Januari 2012 Masa Persidangan III Tahun 2011-
2012 sampai dengan tanggal 10 Juli 2012 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2011-2012. Sesuai
dengan mekanisme pembahasan yang telah disetujui dalam Rapat Kerja tanggal 18 Januari 2012,
Panitia Kerja membahas substansi Rancangan Undang-Undang atau materi lain yang diputuskan
dalam Rapat Kerja. Selain itu Panitia Kerja juga telah membentuk Tim Perumus, Tim Kecil dan Tim
Sinkronisasi. Hasil kerja dari 3 (tiga) tim tersebut sudah disetujui oleh Panitia Kerja.
Sesuai dengan mekanisme yang telah disepakati, Panitia Kerja bertanggungjawab dan
melaporkan hasil kerjanya pada Rapat Kerja. Oleh karena itu Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja
bersama pemerintah yang diwakili oleh Saudara Kepala Badan Ketahanan Pangan, Prof. Dr. Ir.
Ahmad Suryana, M.S. bersama Tim Panja pemerintah lainnya dengan didampingi oleh Ahli Bahasa
dan Ahli Hukum tentunya serta berkat kerja keras, kesungguhan dan keinginan luhur Pimpinan dan
Anggota Panitia Kerja dan pemerintah pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pangan
ARSIP D
PR-RI
7
yang menjadi tanggung jawab Panitia Kerja dapat diselesaikan tepat waktu dan hasilnya dapat kami
laporkan sebagai berikut:
1. Dalam RUU ini mendelegasikan ke dalam 18 peraturan pemerintah, 1 peraturan presiden, 1
peraturan menteri, 1 peraturan daerah dan 1 peraturan kepala daerah.
2. Rancangan Undang-Undang tentang Pangan yang semula terdiri dari 16 bab menjadi 17 bab
dengan jumlah pasal yang semula 146 pasal menjadi 157 pasal.
3. Konsideran Mengingat terdapat pengurangan pasal pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang semula mengacu pada Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A,
Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H dan Pasal 33 ayat (1) menjadi Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A,
Pasal 28C ayat (1) dikarenakan Rancangan Undang-Undang Pangan merupakan RUU usul
inisiatif DPR.
4. Bab tentang Ketentuan Umum menghapuskan definisi “menteri”, karena RUU ini menugaskan
penyelenggaraan pangan kepada kementerian yang sudah ada, tetapi kepada lembaga
pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan. Lembaga ini sebenarnya
bukan merupakan lembaga baru yang menangani masalah pangan, tetapi menguatkan lembaga
pangan yang sudah ada dengan mengubah bentuk kelembagaannya, sehingga mempunyai
kewenangan lebih dibandingkan sebelumnya. Dalam Ketentuan Umum juga ada penambahan
beberapa definisi seperti definisi penganekaragaman pangan, pangan segar, pembudidaya ikan,
cadangan pangan masyarakat, bantuan pangan, krisis pangan, pangan produk rekayasa genetik,
pelaku usaha pangan dan ekspor-impor pangan. Penambahan beberapa definisi tersebut sebagai
konsekuensi dari adanya pengaturan halal tersebut dalam batang tubuh.
5. Pada Bab Keterjangkauan Pangan ditambahkan substansi baru tentang bantuan pangan.
6. Membuat bab baru tentang pengawasan yang mengatur tentang pengawasan terhadap
penyelenggaraan pangan secara keseluruhan, tidak hanya sebatas pada keamanan, label dan
iklan pangan.
7. Menghilangkan bab tentang tugas dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah, karena
pengaturannya dilekatkan pada pasal-pasal terkait penyelenggaraan pangan yang harus
dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
8. Menghilangkan bab tentang pembiayaan dengan alasan karena dalam RUU ini lembaga yang
dibentuk adalah lembaga pemerintahan yang pendanaannya dibebankan kepada APBN, sehingga
tidak perlu ada pengaturan tentang pembiayaan.
9. Membuat bab baru tentang penyidikan. Bab ini mengatur tentang penyidikan yang dilakukan
penyidik pegawai negeri sipil.
Hadirin yang kami hormati,
Setelah melalui proses pembahasan, maka sistematika Rancangan Undang-Undang tentang
Pangan menjadi sebagai berikut:
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Asas, Tujuan dan Lingkup Pengaturan
ARSIP D
PR-RI
8
Bab III Perencanaan
Bab IV Ketersediaan Pangan yang terdiri dari:
Bagian I Umum
Bagian II Produksi Pangan Dalam Negeri
Paragraf 1 Potensi produk pangan
Paragraf 2 Ancaman produk pangan
Bagian III Cadangan Pangan Nasional
Paragraf 1 Umum
Paragraf 2 Cadangan pangan pemerintah
Paragraf 3 Cadangan pangan masyarakat
Bagian IV Ekspor Pangan
Bagian V Impor Pangan
Bagian VI Penganekaragaman Pangan
Bagian VII Krisis Pangan
Bab V Keterjangkauan Pangan terdiri dari:
Bagian I Umum
Bagian II Distribusi Pangan
Bagian III Pemasaran Pangan
Bagian IV Perdagangan Pangan
Bagian V Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Pokok
Bagian VI Bantuan Pangan
Bab VI Konsumsi Pangan dan Gizi
Bagian I Konsumsi Pangan
Bagian II Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Bagian IV Perbaikan Gizi
Bab VII Keamanan Pangan terdiri dari:
Bagian I Umum
Bagian II Sanitasi Pangan
Bagian III Pengaturan Bahan Tambahan Pangan
Bagian IV Pengaturan Hasil Rekayasa Genetik dan Iradiasi Pangan
Paragraf 1 Pangan hasil rekayasa genetik
Paragraf 2 Iradiasi pangan
Bagian V Standard Kemasan Pangan
Bagian VI Jaminan Keamanan dan Mutu Pangan
Bagian VII Jaminan Produk Halal bagi yang Dipersyaratkan
Ini tentunya masih dalam pembahasan untuk pengambilan keputusan.
Bab VIII Label dan Iklan Pangan
Bagian I Label Pangan
ARSIP D
PR-RI
9
Bagian II Iklan Pangan
Bab IX Pengawasan
Bab X Sistem Informasi Pangan
Bab XI Penelitian dan Pengembangan Pangan
Bab XII Kelembagaan
Bab XIII Peran serta Masyarakat
Bab XIV Penyidikan
Bab XV Ketentuan Pidana
Bab XVI Ketentuan Peralihan
Bab XVII Ketentuan Penutup
Bapak/Ibu yang kami hormati,
Sampai dengan pembahasan tanggal 10 Juli 2012, Panitia Kerja belum dapat menyelesaikan
beberapa pasal dan ayat terkait ketentuan halal yang dipersyaratkan atau sesuai dengan keyakinan
masyarakat. Oleh karena itu perlu mendapatkan persetujuan Rapat Kerja hari ini. Pasal dan ayat
dimaksud adalah:
- Pasal 1 angka 4 dan angka 5
- Pasal 37
- Pasal 47 ayat (1) huruf b
- Pasal 57 huruf b dan huruf c
- Pasal 58 ayat (2)
- Pasal 65 ayat (1)
- Pasal 67 huruf f
- Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2)
- Pasal 94 ayat (3) huruf e
- Pasal 99 ayat (1)
- Pasal 103 ayat (1)
Namun demikian telah dapat dirumuskan usulan baru sebagai alternatif pengganti kata halal
yang dipersyaratkan sebagai bagian usulan pemerintah atau sesuai dengan keyakinan masyarakat
sebagai draft DPR yaitu:
1. Usul rumusan Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, Fraksi PKS, Fraksi PAN, Fraksi PKB,
Fraksi Gerindra dan Fraksi Hanura yaitu tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan
budaya masyarakat.
2. Usul rumusan PDI Perjuangan yaitu kembali kepada rumusan awal: sesuai dengan keyakinan
masyarakat.
3. Usul rumusan PPP: halal sesuai dengan yang dipersyaratkan dan tidak bertentangan dengan
keyakinan dan budaya masyarakat.
ARSIP D
PR-RI
10
Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR RI yang kami hormati,
Yang terhormat Saudara Menteri Pertanian, Saudara Menteri Dalam Negeri atau yang
mewakili, Saudara Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakili, Saudara Menteri Perindustrian atau
yang mewakili, Saudara Menteri Perdagangan atau yang mewakili,
Hadirin yang kami hormati,
Sebelum mengakhiri laporan ini, kami atas nama Pimpinan dan Anggota Panitia Kerja
mengucapkan terima kasih kepada Sekretaris Jenderal DPR RI beserta jajarannya dan kepada para
pihak yang telah membantu kelancaran tugas dan tanggung jawab Panitia Kerja.
Demikian laporan Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang tentang Pangan. Semoga Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta meridhoi hasil kerja kita.
PIMPINAN PANITIA KERJA
Ir. E. HERMAN KHAERON, M.Si./A-483
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, Pak Herman.
Demikian laporan dari Panitia Kerja dan kita sudah sama-sama dengarkan semua bahwa
masih ada hal yang harus kita putuskan terkait dengan beberapa pasal yang tadi sudah dilaporkan
tentang ketentuan halal yang dipersyaratkan atau sesuai dengan keyakinan masyarakat. Sudah ada
juga rumusan dari beberapa fraksi dimana 7 fraksi mengusulkan tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan dan budaya masyarakat, kemudian dari Fraksi PDI Perjuangan sesuai dengan keyakinan
dan budaya masyarakat, dari PPP halal yang sesuai dengan yang dipersyaratkan dan tidak
bertentangan dengan keyakinan dan budaya masyarakat. Untuk itu saya menawarkan kepada forum
Rapat Kerja ini untuk memberikan pendapat sekali lagi dari masing-masing fraksi terkait dengan apa
yang telah dilaporkan oleh Pimpinan Panja tadi untuk kita ambil keputusan terkait dengan persoalan
ini. Untuk itu yang pertama saya mengundang Fraksi Partai Demokrat, kami persilakan.
F-PD (Ir. H. M. ROSYID HIDAYAT):
Terima kasih, Saudara Pimpinan.
Rekan-rekan Anggota Komisi IV, Bapak Menteri beserta jajaran dari kementerian terkait,
Saya minta Ketua pertama kali mempertanyakan dahulu kepada fraksi yang belum sepakat.
Karena yang 7 fraksi ini sudah tidak ada masalah. Jadi bisa dipertanyakan kepada Fraksi PPP,
kemudian Fraksi PDI Perjuangan, apakah masih tetap atau sudah ada perubahan pemikiran untuk
bersama-sama kawan-kawan yang lain.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, menyambut usulan Pak Rosyid dari Fraksi Demokrat, kalau begitu saya langsung saja
tanya dahulu kepada Fraksi PDI Perjuangan, apakah masih sama dengan usulan ini atau sudah
berubah?
ARSIP D
PR-RI
11
F-PDIP (HONING SANNY):
Tidak, sama saja seperti yang…
KETUA RAPAT:
Baik, PPP? Kami persilakan, Pak Zainut. Sudah hadir? Ini dia. Pak Syaiful, silakan.
F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si.):
Tetap sesuai usulan rumusan. Tapi sepertinya salah ketik di situ, halal sesuai dengan yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan keyakinan dan budaya masyarakat. Bukan tidak bertentangan, tapi
dan sesuai.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Coba, kalau begitu halal sesuai dengan yang dipersyaratkan dan sesuai dengan keyakinan
dan budaya masyarakat. Betul begitu, Pak Syaiful?
F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si.):
Selanjutnya untuk koreksi usulan rumusan Fraksi PDI Perjuangan, sepanjang yang saya
ketahui bahwa bunyinya adalah sesuai dengan keyakinan masyarakat. Tidak ada dalam pembicaraan
tadi dan budaya masyarakat.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Coba, karena ini dikoreksi oleh fraksi lain. Coba, benar tidak ini?
F-PDIP (HONING SANNY):
Saya mau cerita soal asal-muasal dari perdebatan yang melelahkan ini. Sebenarnya
perbedaan itu muncul di ujung ketika tiba-tiba ada usulan dari pemerintah yang berkaitan dengan
memasukkan lagi halal dalam terminologi ini. Urusan DPR sudah selesai dan sudah kita putuskan di
Panja tanggal 28 Januari yang isinya adalah seperti yang di dalam rumusan itu. Saya membacakan
kembali sekedar me-refresh: “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta sesuai dengan keyakinan dan
budaya untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.” Ini tidak pernah kita bahas
sampai kita sepakati dibahas hari ini sambil meminta pendapat dari pemerintah posisinya bagaimana
dengan usulan inisiatif DPR. Ketika pemerintah menarik usulannya tiba-tiba kita berbeda.
Lalu pertanyaan sikap PDI Perjuangan ke mana, kembali ke kesepakatan awal yang sudah
kita putuskan tanggal 28. Di dalam keputusan itu ada kata keyakinan dan budaya yang baru kita
tambahkan lagi masyarakat siang tadi. Jadi tidak ada lagi hal yang baru. Ini tanggal 12. Lalu
pertanyaannya adalah apakah sepakat atau tidak dengan itu? Itu bukan bagian dari kompromi, itu
usulan yang lain yang kebetulan ada banyak fraksi yang sama usulannya. Tetapi nilainya bukan
berarti karena banyak lebih baik daripada yang sendiri. Tidak bisa begitu konstruksi berpikirnya.
Begitu, Ketua.
Terima kasih.
ARSIP D
PR-RI
12
KETUA RAPAT:
Baik.
Saudara-saudara sekalian,
Ada 3 (tiga) rumusan saya kira, 2 (dua) rumusan yang cukup berbeda dengan 1 (satu)
rumusan yang mencoba mencari jalan tengah. Untuk itu sesuai dengan apa yang tadi disampaikan
dan dimintakan Pak Rosyid masing-masing fraksi yang berbeda, terutama PDI Perjuangan dan Fraksi
PPP, yang ada dalam rumusan ini tetap mengusulkan yang sama. Fraksi PDI Perjuangan kembali
kepada rumusan awal Rancangan Undang-Undang inisiatif yang pernah kita sampaikan pada Rapat
Panja tanggal 28 Januari 2012, sementara Fraksi PPP juga sesuai dengan apa yang telah tercantum
dan dikoreksi di layar yang ditampilkan di depan. Untuk itu kembali saya undang dengan adanya
rumusan yang masih disampaikan 2 fraksi ini, pendapat dari masing-masing fraksi terlebih dahulu
sebelum yang lain, kami persilakan Fraksi Demokrat kembali.
F-PD (Ir. H. M. ROSYID HIDAYAT):
Terima kasih, Pimpinan.
Bapak/Ibu yang saya hormati,
Pertama kali tentu saya mengapresiasi pendapat Fraksi PDI Perjuangan maupun Fraksi
PPP. Tetapi selama pembahasan belum berakhir ketok palu di Paripurna, apapun bisa berubah.
Bahwa dahulu kita pernah bersepakat kalau kemudian ada rumusan yang dipandang oleh kawan-
kawan baik kenapa tidak. Jadi kalau sekian fraksi mengusulkan, itu adalah bagian dari presentasi.
Tetapi saya justru yang surprise adalah usulan dari PPP, dimana tadi dikatakan oleh Pal Honing juga
bahwa baru muncul pada hari ini dan saya berharap usulan-usulan khususnya dari PPP ini tidak
sedang dalam rangka untuk mencari simpati atau minta simpati kepada masyarakat kalau misalnya itu
terpaksa harus diputus di Paripurna. Tetapi kalau masalah ini nanti tidak bisa disepakati, kami
cenderung untuk ditunda saja pembahasannya ke masa persidangan berikutnya. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, mungkin dari Fraksi Partai Golkar ada pendapat? Silakan.
F-PG (………):
Terima kasih, Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Yang kami hormati Pimpinan dan Bapak-bapak dari Eksekutif,
Kami dari Fraksi Golkar memang tadi sore kita mempermasalahkan seolah-olah hanya satu
pasal saja tentang masalah halal. Tetapi kalau kita breakdown, ada 11 pasal terikat terkait. Berarti
memang harus dikaji ulang kembali. Karena di sini tampak bahwa masalah halal masuk di dalam
target capaian produksi, keanekaragaman, Ipteknya, kemudian impor pangan, konsumsi per kapita.
Apakah harus juga memasukkan kata halal di dalam setiap pasal di dalam 11 item yang tadi
disampaikan oleh Pimpinan? Jadi ini memerlukan pengkajian ulang yang lebih mendalam. Terutama
juga adanya 18 peraturan pemerintah, berarti kami anggap mungkin ini perlu guideline dari Panja ini
sendiri untuk bisa memberikan gambaran apa saja yang akan diatur dalam peraturan pemerintah.
ARSIP D
PR-RI
13
Tidak lepas begitu saja, karena kami khawatir wilayah ranah PP itu sudah pada pemerintah, kami
tidak akan terlibat lagi, tapi tetap ini tanggungjawabnya adalah tanggung jawab DPR terhadap
jalannya undang-undang maupun implementasi di lapangan. Mungkin dari Fraksi Partai Golkar
mengusulkan agar ditunda untuk satu masa sidang lagi.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Baik, selanjutnya Fraksi PDI Perjuangan ada yang baru yang ingin disampaikan? Fraksi
Partai Golkar mengusulkan penundaan satu masa sidang lagi.
F-PDIP (IAN SIAGIAN):
Terima kasih, Pimpinan.
Setelah kita bertemu panjang lebar begini, Fraksi PDI Perjuangan menginginkan menunda
pengesahan Rancangan Undang-Undang ini dengan harapan beberapa poin krusial di atas dapat
diselesaikan dengan baik.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Untuk lebih jelasnya menunda masa sidang berikut atau…? Begitu? Oke, baik.
Selanjutnya Fraksi PKS. Silakan, Habib.
F-PKS (HB. Ir. NABIEL AL MUSAWA, M.Si.):
Terima kasih, Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Selamat malam bagi Rekan-rekan sekalian.
Sebelum bicara tunda-menunda, kami ingin menyampaikan posisi dari Fraksi PKS. Pada
Rapat Panja kemarin posisi Partai Keadilan Sejahtera masih pada apa yang tercantum mirip dengan
apa yang disampaikan oleh Rekan-rekan dari PPP, halal sesuai dengan yang dipersyaratkan,
kemudian garis miring sesuai dengan keyakinan budaya masyarakat. Kemudian karena kami melihat
bahwa negara ini bukan hanya satu agama saja, kita tidak melihat mayoritas-minoritas, maka
kemudian kami bergeser, kami menyatakan bahwa garis miring itu diganti dengan dan sesuai. Artinya
ada egaliter di situ, kesesuaian antara seluruh agama, seluruh keyakinan. Pada posisi tadi ketika
laporan dari Timus kepada Panja, karena kami meyakini bahwa salah satu sila di dalam Pancasila itu
adalah Persatuan Indonesia dan persatuan itu dijiwai juga oleh sila yang lain yaitu permusyawaratan,
ada musyawarah, ada demokrasi. Tetapi ingat bahwa musyawarah, persatuan, demokrasi itu juga
dijiwai oleh sila yang jauh lebih penting dari itu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu demi
menjaga persatuan, kesatuan, kemudian kita bermusyawarah, kita adalah orang yang menghargai
demokrasi, maka sikap Fraksi Partai Keadilan Sejahtera sampai tadi siang adalah kami menyetujui
usulan dari sebagian besar teman-teman yaitu yang dibawah, tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan dan budaya masyarakat. Kenapa kami tetap pada ada kata-kata agama, keyakinan dan
budaya? Saya kira tadi kita sudah membahas panjang lebar. Pimpinan Panja, Pak Herman juga
ARSIP D
PR-RI
14
melihat bagaimana tadi dibahas antara keyakinan dengan agama itu juga tidak sama. kita perlu
perinci tentang masalah tadi.
Kemudian saya ingin mengomentari sedikit Saudara saya yang mulia di sebelah ini, Pak
Honing. Kalau menurut fraksi kami perubahan itu tidak ada yang salah. Bahkan undang-undang ini
saja adalah revisi dari Undang-Undang Pangan sebelumnya. Jadi kalaupun dalam pembahasan ada
perubahan, saya kira itu suatu hal yang wajar. Apalagi sudah diketok. Kalau belum diketok masih
mungkin kita untuk berubah. Oleh karena itu maka kami pada posisi terakhir kami sepakat dengan
usulan teman-teman tadi yang mempersatukan keseluruhannya, tidak ada halal sesuai yang
dipersyaratkan, tapi tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Saya kira
mungkin sampai malam ini sikap fraksi kami demikian. Kalau memang tidak dicapai kesepakatan,
kami mengusulkan untuk ditambah masa sidang.
Terima kasih, Pimpinan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Terima kasih, Fraksi PKS.
Selanjutnya Fraksi PPP, ada hal baru yang mau disampaikan? Maaf, Fraksi Partai Amanat
Nasional. Ini tidak ada urusan dengan paling terakhir ini. Silakan, Pak.
F-PAN (H. SUKIMAN, S.Pd., M.M.):
Terima kasih, Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua.
Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi IV yang saya hormati,
Saudara Menteri beserta seluruh jajarannya yang hadir pada kesempatan malam hari ini,
Tentu memang berkaitan dengan menyangkut perbedaan dan dinamika didalam konteks
pembahasan saya pikir tidak perlu saya sampaikan, karena memang ini sudah cukup panjang dan
walaupun memang kita menghindari perbedaan-perbedaan dalam konteks pasal-pasal dan bab-bab
yang krusial ini. Tetapi pada akhirnya memang terpaksa kita harus bertemu di forum Raker ini.
Semestinya memang bisa diselesaikan di Tim Perumus ataupun di Panja waktu itu. Tetapi itulah
dinamika dalam konteks pembahasan begitu pentingnya RUU Pangan ini. Karena apa? Karena
memang banyak nasib yang menggantungkan dan mengharapkan ada sebuah kebijakan atau
regulasi yang memang berpihak dalam rangka kepentingan masyarakat kita. Oleh karena itu memang
berkaitan dengan kenapa terjadi perbedaan, saya juga memperkuat apa yang disampaikan saudaraku
Pak Nabiel bahwa terus terang kenapa kami mengambil fungsi berkaitan dengan ada 6 fraksi, tentu ini
ada dasar pertimbangannya. Karena memang politik ini adalah kompromi. Tadinya terus terang posisi
kita tetap mencantumkan dalam posisi halal. Tetapi justru kata halal itulah yang menjadi substansi
yang sangat mendasar ketika awal mulanya, sehingga dengan pertimbangan dengan mencantumkan
agama, keyakinan dan budaya, 3 (tiga) unsur ini, maka saya yakin harapan kami tadinya kenapa
ARSIP D
PR-RI
15
Gerindra, PKS, PKB dan Hanura juga mengambil posisi tidak bertentangan dengan agama, keyakinan
dan budaya masyarakat dengan harapan supaya bisa mengakomodir perbedaan-perbedaan itu, itu
sebenarnya. Tapi posisi awalnya terus terang sama dengan apa yang disampaikan oleh saudaraku
Nabiel tadi bahwa menyangkut usulan yang disampaikan saudaraku dari PPP itu sebenarnya. Oleh
karena itu terakhir saya sekali lagi berharap bahwa RUU ini harus kita selesaikan, tapi dengan tidak
kita paksakan. Saya yakin Insya Allah didalam perbedaan-perbedaan ini mudah-mudahan dengan
ditambahnya masa sidang ada harapan kita ada titik temu, paling tidak ada buah tangan dari Komisi
IV dengan mitra kerja (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian dan
Kementerian Hukum dan HAM serta Menteri Dalam Negeri).
Saya pikir itu yang saya ingin sampaikan. Sekali lagi saya berharap kepada Pimpinan ini
harus tetap kita selesaikan dengan catatan itu. Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan dari kita
bersama bisa kita selesaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam.
Terima kasih, Fraksi Partai Amanat Nasional.
Selanjutnya Fraksi PPP.
F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si.):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Saudara Pimpinan dan Anggota DPR dari Komisi IV beserta para Menteri yang saya hormati,
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan berpendapat bahwa halal itu adalah sesuatu yang
sangat prinsip di dalam masyarakat di tanah air Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai ini.
Halal tidak hanya dibahasakan sehari-hari oleh orang Islam, tetapi juga halal sudah bisa dimengerti
oleh seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu Fraksi PPP tetap dengan apa yang telah kami
sampaikan dan kami, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, mengusulkan untuk dibawa ke dalam
tahap II, diambil keputusan dalam Rapat Paripurna.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam.
Terima kasih.
Selanjutnya Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.
F-PKB (PEGGI PATRICIA PATTIPI):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,
Posisi F-PKB pada keputusan ini, usulan rumusan undang-undang ini, meminta jika masih
terdapat perbedaan supaya untuk dibahas selanjutnya pada masa sidang yang akan datang.
Itu saja pendapat dari Fraksi PKB.
ARSIP D
PR-RI
16
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih.
Selanjutnya Fraksi Partai Gerindra.
F-PARTAI GERINDRA (ANAK AGUNG JELANTIK SANJAYA):
Terima kasih, Pimpinan.
Kami dari Partai Gerindra sebenarnya sangat berharap undang-undang ini bisa selesai dan
bisa kita dukung bersama. Di awal memang kami dari Partai Gerindra sangat menghargai perbedaan-
perbedaan ini. Yang penting kami inginkan adalah satu musyawarah dan mufakat secara bersama.
Namun kami juga menghargai pendapat dari rekan-rekan yang masih berbeda dengan kami. Namun
kita harapkan ini tidak tertunda terlalu lama, karena ini sangat penting bagi kelangsungan kehidupan
perekonomian bangsa kita ke depan dan masalah pangan adalah merupakan satu persoalan negara
kita yang perlu segera mendapat penanganan dan diatur sebaik-baiknya oleh berbagai pihak,
berbagai kementerian dan berbagai golongan masyarakat. Kami mengharapkan ini bukanlah suatu
penundaan yang lama nantinya. Kami dari Partai Gerindra tetap mengharapkan adanya kesepakatan
lebih lanjut dan pemikiran kita bersama, karena musyawarah mufakat ini adalah satu-satunya jalan
untuk kita saling berkoordinasi. Awalnya kami dari Partai Gerindra juga melihat masalah halalpun
kalau mau dicantumkan tetap dengan kedua, dengan kata-kata dan. Namun karena banyak kompromi
yang berkembang, kemudian dari Demokrat menghasilkan suatu usulan yang kami rasa mewakili
semua aspirasi yang ingin kita tuangkan menjadi suatu kesepakatan bersama, kami sepakat dengan
pendapat yang terakhir yaitu tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
yang kami anggap ini sudah mewakili semua. Untuk itu Partai Gerindra sama dengan rekan-rekan
yang lain, kalau ini belum bisa kita ambil kesepakatan saat ini, kami tidak ingin membawa ini ke
Paripurna, tapi mohon bisa diperpanjang dalam satu periode masa persidangan ke depan. Yang kita
harapkan betul-betul kita semua bersatu didalam mendukung terselesaikannya Undang-Undang
Pangan ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, Fraksi Hanura belum hadir. Ada? Coba, mungkin bisa di-anu Fraksi Hanura. Mungkin
dipikirnya agak lama, Pak. Dipikirnya baca. Kami persilakan, Fraksi Partai Hanura. Bukan Pendapat
Mini Fraksi, Pak. Ini kaitan masih adanya 3 (tiga) perbedaan ini atau 3 (tiga) rumusan ini.
F-PARTAI HANURA (DRS. H. A. MURADY DARMANSJAH):
Bapak Pimpinan yang saya hormati dan Wakil, Anggota Panja dan semuanya,
Pak Menteri beserta jajarannya,
Saya diminta memberi pendapat. Mungkin yang lain sudah memberi pendapat, saya sendiri
harus mengutarakan apa. Tadi juga saya sudah menyampaikan saya pada dasarnya bottom line-nya
atau intinya apa yang terbaik untuk masyarakat dan rakyat itulah yang saya setujui. Sekiranya dengan
semangat inti itu adalah jangan sampai undang-undang ini menjadikan permasalahan baru bagi kita.
ARSIP D
PR-RI
17
Tadi ada hal-hal yang krusial yang sedikit, masalah halal, masalah agama. Saya kembalikan saja ke
forum maunya bagaimana yang enak, nanti kita cari celahnya. Pendapatnya sudah kami sampaikan
tadi.
Demikian, Pak.
KETUA RAPAT:
Baik. Terima kasih, Fraksi Partai Hanura.
Jadi kalau dilihat dari pendapat 9 fraksi ini memang ada 3 (tiga) yang saya coba rangkum.
Yang pertama, Fraksi Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan, soal perpanjangan 1 masa
sidang itu Fraksi Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan, kemudian PKS, kemudian Partai
Amanat Nasional dan PKB, Gerindra, Hanura juga. Kemudian ada alternatif juga dari Fraksi PPP
untuk langsung dibawa ke Paripurna dan ada alternatif yang ditawarkan dari meja Pimpinan yaitu kita
selesaikan sebelum Paripurna. Tentu tidak pada malam hari ini, dengan rapat pada Hari Kamis pagi.
Barangkali terjadi kompromi dari apa yang sekarang ini masih berbeda. Untuk itu saya mengundang
tanggapan pemerintah terhadap 3 (tiga) opsi ini, apakah masih kita akan ambil…
INTERUPSI F-PARTAI HANURA (DRS. H. A. MURADY DARMANSJAH):
Pimpinan, sebelum diluncurkan ke pemerintah, sedikit saya menambahkan. Sebenarnya pada
dasarnya kan kita itu dari awal sudah satu pemikiran dan satu jiwa dan muruah dalam menyusun ini.
Hanya ada 2 hari ini saja terjadi perbedaan. Sebetulnya salah satu perbedaan ada di fraksi Bapak. Ini
bukan di kami. Setelah ditanya saya jelaskan, tadi itu ada salah satu item yang menyebutkan kata-
kata halal itu adalah kata-kata utuh subyeknya, tapi tafsirnya/maknanya itu adalah tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, itu maknanya. Jadi sebenarnya tidak perlu kita
perdebatkan. Karena akibat dari adanya usulan dari pemerintah yang menawarkan alternatif, maka
berkembanglah menjadi begini. Kalau dalam hal ini saya sebenarnya tidak begitu penting masalah ini
kita permasalahkan. Betapa memalukan masuk ke pers bila menyatakan menunda sidang hanya
gara-gara masalah agama dan halal itu. Padahal masalah itu tidak penting, tidak mengganggu. Ada
atau tidak dicantumkan di undang-undang ini, itu tidak mengganggu pengertian undang-undang ini. Itu
pemahaman dari saya. Jadi sekiranya teman-teman…, ini kan dari tokoh-tokoh penting sudah ada,
dari Ketua dari PPP, runding saja lah antara PDIP dengan Bapak. Kalau kami ini gampang, kami pasti
setuju rumusan ini. Kenapa harus ditunda? Itu yang terpenting jangan sampai istilah orang kampung
saya itu gara-gara masakah gulai tidak enak lalu lari ke halaman teriak-teriak. Kami tidak mau yang
model begitu. Tidak enak masakan ibunya lalu dia lari ke halaman, teriak-teriak, lempar rumah supaya
tetangga melihat hebat sekali anak itu. Saya tidak mau yang begitu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi kesimpulannya gulainya harus diperbaiki kalau tidak enak, kan begitu. Itulah makanya
kita undang…
ARSIP D
PR-RI
18
INTERUPSI F-PARTAI HANURA (DRS. H. A. MURADY DARMANSJAH):
Jangan lari ke lapangan lah. Kita juga mau bicara di forum Paripurna itu, mau juga disorot TV.
Tapi kan kepentingan negara yang kita pikirkan.
KETUA RAPAT:
Baik, kami undang pemerintah menanggapi 3 (tiga) hal tadi.
MENTERI PERTANIAN:
Terima kasih, Pak Ketua.
Wakil Ketua dam Anggota Panja yang saya hormati,
Bahwa Rancangan Undang-Undang Pangan ini adalah inisiatif dari DPR, oleh karena itu
semestinya memang di DPR sudah satu suara ketika disampaikan kepada pemerintah. Ketika
kemudian pemerintah menyampaikan daftar inventarisasi masalah dan sudah dibahas dan pada
akhirnya ada sesuatu yang terjadi benturan, dimana pada akhirnya pemerintah menarik diri dari tim
tersebut, artinya kami menyesuaikan dengan usulan awal yang substansinya ini ada di rumusan yang
ketiga. Oleh karena itu pada dasarnya pemerintah sudah menarik usulannya dan kami sepakat
dengan usulan yang ketiga ini yang sudah disetujui oleh banyak fraksi. Oleh karena itu sekiranya
memang bisa dimusyawarahkan lebih baik lagi dari fraksi-fraksi, itu akan lebih baik kalau memang
pada masa sidang ini bisa disahkan ataupun diundangkan.
Saya kira itu.
Terima kasih, Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Baik, kalau memang demikian saya usulkan saja, kita coba cari titik temu lagi untuk sekali lagi
Rapat Kerja pada Hari Kamis Jam 10.00 agar kita memiliki ruang untuk kembali barangkali dalam satu
malam, besok Pilkada, kita pilih-pilih nomornya nanti bisa pilih Nomor 7 misalnya. Nanti ada
perubahan. Jadi nanti kalau…, tapi ini saya tanyakan dahulu kepada Pak Menteri rencana Hari Kamis
Jam 10.00, karena kebetulan kita Hari Kamis Jam 14.00 itu ada Rapat Bamus untuk satu-satunya
tempat dimana memungkinkan kita menjadwalkan pada Paripurna penutupan tahun sidang ini,
sehingga Hari Jumat kita bisa Paripurnakan, sementara Jam 14.00 kita juga ada RDP dengan Bulog
dan Jam 19.00 kita ada Raker dengan KKP. Karena itu waktu yang tersedia hanya tinggal Hari Kamis
Jam 10.00 dan akan kita dahului dengan Rapat Panja nanti Jam 09.00, mana tahu ada perubahan.
INTERUPSI F-PKS (HB. Ir. NABIEL AL MUSAWA, M.Si.):
Pimpinan…
KETUA RAPAT:
Silakan, Pak Nabiel.
F-PKS (HB. Ir. NABIEL AL MUSAWA, M.Si.):
Saya ada usulan yang mungkin kalau memang bisa diterima di forum ini. Kalau tadi ketika kita
di Panja ini kita terhalang karena kita tidak seluruh Anggota Komisi IV itu hadir. Kemudian tadi
Pimpinan memberikan usulan untuk penundaan sampai Hari Kamis. Kalau kami boleh punya
pendapat berbeda, bagaimana kalau misalnya sebelum kita bicara Kamis itu mungkinkah kita minta
ARSIP D
PR-RI
19
waktu mungkin 15 menit atau 20 menit bicara sesama intern Komisi IV dahulu, kita minta pemerintah
untuk meninggalkan tempat ini, kemudian kita bicarakan. Seandainya bisa dicapai kesepakatan pada
hari ini saya kira jauh lebih baik daripada kita tunda sampai Kamis. Kalau nanti setelah mungkin 20
menit atau 15 menit atau setengah jam tidak juga dicapai kesepakatan baru kita opsinya adalah
mundur ke hari yang lain.
Terima kasih, Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Baik, ada usulan lain dari Pak Nabiel untuk kita bicarakan pada malam hari ini dengan
skorsing sebentar.
Silakan, Pak Jelantik.
F-PARTAI GERINDRA (ANAK AGUNG JELANTIK SANJAYA):
Saya menambahkan sedikit, Ketua. Mungkin untuk pemahaman kita bersama bahwa kita
sadari undang-undang ini menjadi karya kita dalam tahun ini. Umpama ada pemikiran yang kurang
tepat didalam perumusan ini mungkin bisa ditambahkan di dalam penjelasan supaya semua pemikiran
kita terakomodir. Tetapi yang kita sepakati kan substansinya sudah sama. hanya masalah kata-
katanya saja yang mungkin nanti bisa dituangkan dalam penjelasan.
Terima kasih.
INTERUPSI F-PAN (H. SUKIMAN, S.Pd., M.M.):
Pimpinan…
KETUA RAPAT:
Ya, Pak Sukiman.
F-PAN (H. SUKIMAN, S.Pd., M.M.):
Saya sama dengan semangat yang disampaikan oleh saudaraku Pak Nabiel ini bahwa terus
terang kalau masih bisa kita coba gunakan waktu yang cukup malam ini harapan saya memang
alangkah baiknya bisa kita ajak diskusi sebentar, sehingga mudah-mudahan kita punya pengertian,
sehingga semangat kita untuk menyelesaikan… Karena ini terus terang ketika konsep ini bisa kita
pahami secara bersama, maka dengan mudah apa yang disampaikan Ibu Tetty itu akan mem-
breakdown pasal dan ayat-ayat yang memang akan berkaitan dengan label dan sebagainya. Saya
pikir itu, Pimpinan. Saya sekali lagi berharap cobalah untuk malam ini, mudah-mudahan terketuk
hatinya untuk bisa saling memahami.
Terima kasih, Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Baik, kalau begitu dari meja Pimpinan saya tawarkan untuk kita skors dahulu selama 15 menit
dan pemerintah tidak perlu meninggalkan ruangan ini. Biar saya undang Kapoksi atau wakil-wakil
Poksi untuk bergeser ke ruangan sebelah untuk kita bicarakan. Bisa disetujui? Kita skors dahulu ya
kalau begitu.
INTERUPSI F-PDIP (H. DJUWARTO):
Pak Ketua…
ARSIP D
PR-RI
20
KETUA RAPAT:
Ya, Pak Djuwarto, silakan.
F-PDIP (H. DJUWARTO):
Jangan terburu-buru, Pak Ketua. Jadi saya kira kita memang tidak boleh menyederhanakan.
Jadi saya kira apa yang disampaikan Ibu tetty Kadi tadi bahwa ada implikasi ke pasal-pasal yang lain
ini kan paling tidak perlu ada endapan untuk kita berpikir bagaimana kita harus meletakkan klausul ini
dengan sebaik-baiknya. Karena ini nanti kepentingan ini kan kepentingan untuk membangun negara
kita yang saya kira kita bangun memang dasarnya sudah ada, Pak Ketua. Olah karena itu kalau tadi
diberi alternatif Hari Kamis saya kira kita pakai saja Hari Kamis ini, hari ini kita endapkan, kemudian
kita saling merefleksikan sendiri-sendiri per fraksi ini, kemudian besok kita bicarakan lagi. Begitu, Pak
Ketua.
Terima kasih.
INTERUPSI F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si.):
Pak Pimpinan…
KETUA RAPAT:
Baik, kalau begitu… Silakan, Pak Syaiful
F-PPP (H. SYAIFULLAH TAMLIHA, S.Pi., M.Si.):
Untuk yang kali ini kami sependapat dengan Fraksi PDI Perjuangan.
KETUA RAPAT:
Baik, ada dua usulan. Saya kira begini, dengan tidak mempertentangkan satu sama lain, kita
gabungkan saja. Kita skors dahulu 15 menit, kita kumpul. Manakala memang tidak ketemu kita
lanjutkan Hari Kamis. Jadi menggabungkan semua usulan. Bisa kita setujui ya, skors dahulu 15 menit.
Saya mohon wakil-wakil Poksi untuk bisa berkumpul di ruangan sebelah.
(RAPAT DISKORS PUKUL 20.20 WIB)
KETUA RAPAT:
(SKORS DICABUT PUKUL 21.10 WIB)
Bapak/Ibu sekalian, Pak Menteri beserta Wakil-wakil dari Kementerian, kecuali yang betul-
betul asli Wakil Menteri,
Dari lobi kita tadi saya sampaikan belum dicapai kesepakatan. Karena memang biasa, tadinya
persoalannya satu tetapi begitu ketemu ternyata malah jadi lima persoalannya. Untuk itu ada hal yang
perlu kita mintakan penjelasan kepada pemerintah terkait dengan banyaknya rancangan peraturan
pemerintah yang akan menjadi pendelegasian dari undang-undang ini. Karena sesuai dengan
perjalanan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 yang lalu, dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1996 yang mengamanatkan 12 peraturan pemerintah sampai dengan kita melakukan revisi Undang-
Undang Pangan ini baru 3 (tiga) peraturan pemerintah yang telah diterbitkan. Saya barangkan dari
tahun 1996 sampai 2012 itu 18 tahun, dari 12 amanat PP baru 3 yang selesai. Ini kalau 18 PP itu
berapa tahun dibutuhkan untuk menyelesaikan ini. Jadi kalau 3 saja 18 tahun, yang 18 ini bisa
bertahun-tahun. Untuk itu kami mohon penjelasan terlebih dahulu dari pemerintah, dari 18 peraturan
ARSIP D
PR-RI
21
pemerintah ini mungkin bisa disampaikan terlebih dahulu apa saja rancangan peraturan
pemerintahnya atau tentang apa saja, yang pertama. Yang kedua, kita minta penjelasan dari
pemerintah tentang peraturan pemerintah yang sekarang mungkin sudah mengatur salah satu atau
salah dua atau salah lima dari yang 18 pendelegasian ini. Itu dahulu. Karena tadi menjadi subyek
yang tadi saya katakan termasuk tadi kita bicarakan.
Silakan, Pak Menteri.
MENTERI PERTANIAN:
Terima kasih, Bapak Pimpinan.
Nanti kita akan inventarisir dari amanat yang disampaikan dalam 18 pasal. Ini kan sebetulnya
banyak hal yang kemungkinan nanti bisa digabung. Jadi dalam satu PP, meskipun di amanat ini ka
nada 18 pasal yang mengamanatkan disetujuinya peraturan pemerintah dan 1 pasal yang
mengamanatkan disetujuinya peraturan presiden. Jadi Insya Allah tidak berarti dari 18 pasal itu berarti
setiap pasal itu artinya 1 PP, tidak demikian. Jadi nanti bisa ada yang bisa digabung.
Terima kasih, Pak.
KETUA RAPAT:
Kalau begitu mungkin di dalam ini kita berarti nanti harus diubah ya, Sekretariat. Bukan 18
peraturan pemerintah, tapi 18 pasal yang didelegasikan kepada peraturan pemerintah. Bukan 18
peraturan pemerintah. Ini hal yang berbeda saya kira.
Baik, saya kira kalau memang penjelasannya demikian nanti akan kita dalami. Tetapi saya
menyampaikan hasil kesepakatan kita tadi, kita nanti Hari Kamis Jam 10.00 kita minta lagi untuk
Rapat Kerja dan sebelum itu Jam 09.00 kita Rapat Panja untuk melakukan rekonsiliasi terhadap
perbedaan yang masih terjadi, karena sampai dengan lobi yang tadi kita gelar tetap belum ditemukan
titik temu. Bisa nanti Hari Kamis Jam 10.00 ya? Jadi kita agendakan bersama-sama.
Baik, dengan demikian kita sepakati dahulu Hari Kamis nanti kita akan laksanakan Rapat
Kerja dan didahului dengan Rapat Panja. Untuk itu kepada Fraksi PPP dan PDI Perjuangan saya kira
dua hal ini yang memang tadi sangat diametral ini bisa ditemukan titik temu.
MENTERI PERTANIAN:
Maaf, Pak Ketua. Kalau agak siang bisa Hari Kamis?
KETUA RAPAT:
Jam 11.00?
MENTERI PERTANIAN:
Jam 13.00 atau…
KETUA RAPAT:
Sebentar, Jam 13.00 saya kira tidak masalah. Mungkin Bulog bisa kita pagikan atau sorekan.
INTERUPSI F-PD (Ir. H. M. ROSYID HIDAYAT):
Ketua…
KETUA RAPAT:
Ya, Pak Rosyid.
ARSIP D
PR-RI
22
F-PD (Ir. H. M. ROSYID HIDAYAT):
Acara Hari Jumat itu kalau memang mau dimintakan Paripurna kalau misalnya lolos, itu
Bamusnya Jam 13.00.
KETUA RAPAT:
Ya, Pak Menteri. Ini Bamusnya Jam 13.00 mulainya. Khawatirnya kita sedang rapat di sini
Bamusnya sudah selesai nanti, kita tidak bisa diagendakan Hari Jumat. Atau Jam 12.00? Setelah
Shalat Dzuhur lah, Jam 12.00 lebih sedikit. Baik, kalau begitu Jam 12.00. Saya kira Hari Kamis Jam
12.00. Untuk itu Bulog tetap diadakan Jam 15.00 lah. Baik, nanti kita sesuaikan untuk Bulog.
Baik, dengan demikian kalau tidak ada hal lain kita bisa akhiri Rapat Kerja Penetapan
Rancangan Undang-Undang Pangan ini. Tetapi kepada jajaran Kementerian Pertanian kita masih
akan melanjutkan lagi dengan Rapat Kerja tentang Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2011.
Dengan demikian saya menyampaikan agar besok menghadiri TPS bagi yang ber-KTP Jakarta.
Jangan lupa urusan lain-lain itu tidak penting. Yang penting adalah memilih sesuai dengan pilihan
masing-masing, saya kira begitu. Baik, dengan demikian saya akhiri. Kurang lebihnya mohon maaf.
Wallahul Muwafiq Illa Aqwamith Thoriq.
Dengan membaca Alhamdulillaahirabbil’alamiin, Rapat Kerja pada malam hari ini saya
nyatakan ditutup.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 21.15 WIB)
a.n. Ketua Rapat
Sekretaris Rapat,
TTD
Aris Subiakto, S.Sos,M.AP
NIP. 19590324 198203 1 003
ARSIP D
PR-RI
3
41. ANAK AGUNG JELANTIK SANJAYA
42. DRS. H.A. MURADY DARMANSYAH
ANGGOTA YANG IZIN :
1. IR. H. M. ALI YACOB
2. DARIZAL BASIR
3. DR. IR. MOHAMMAD JAFAR HAFSAH
4. H. HARDISOESILO
5. HERMANTO
6. DRS. I MADE URIP, M.Si
7. HJ. DEWI CORYATI, M.Si
8. DRS. H. WAN ABU BAKAR, MS, M.Si
ARSIP D
PR-RI
4
JALANNYA RAPAT :
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Asalamualaikum, wr, wb.
Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.
Pimpinan Komisi IV dan Anggota DPR-RI yang kami hormati,
Saudara menteri pertanian yang terhormat beserta seluruh jajaran,
Saudara Menteri Hukum dan hak asasi manusia atau yang mewakili,
Saudara menteri dalam negeri atau yang mewakili,
Saudara menteri perdagangan atau yang mewakili,
Saudara menteri perindustrian atau yang mewakili,
Hadirin yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa,
sehingga meskipun kita tunda selama 1 jam dari rencana semula pukul 14.00 tapi bisa berkumpul
bersama untuk melanjutkan agenda-agenda kenegaraan khususnya dalam tugas-tugas konstitusi
kita, mengesahkan peraturan perundang-undangan dan mendengarkan laporan dari panja yang
memang menjadi kewajiban kita semua yang berlangsung beberapa bulan terakhir.
Sesuai acara rapat-rapat DPR-RI masa sidang I tahun 2012-2013 yang telah diputuskan
dalam rapat Bamus DPR-RI tanggal 5 Juli 2012, dan keputusan rapat intern Komisi IV DPR-RI tanggal
4 September 2012, maka pada hari ini kita dapat menyelenggarakan rapat kerja pembahasan tingkat I
yaitu RUU tentang pangan.
Bapak ibu hadirin yang kami hormati,
Menurut laporan dari sekretariat komisi IV telah hadir dan menandatangani daftar hadir 32
dari 51 anggota komisi IV, yang berarti rapat ini telah dihadiri lebih dari separoh jumlah anggota, yang
terdiri dari lebih separuh atas unsur fraksi sesuai dengan tata tertib DPR-RI pasal 245 ayat 1 maka
kourum telah tercapai. Dan sesuai pasal 240 peraturan tata tertib DPR-RIpanitia kerja ini kami buka
dan kami nyatakan terbuka untuk umum.
KETOK PALU 1 X
Rapat kerja hari ini kita mulai dan akan kita akhiri pada pukul 17.00 wib, namun apabila belum
selesai dapat kita lanjutkan sesuai dengan tatib DPR-RI 179 atau sesuai dengan kesepakatan kita
bersama.
Acara rapat kerja pada hari ini adalah :
1. Pengantar pimpinan komisi IV,
2. Laporan panitia kerja,
3. pembacaan naskah RUU,
4. pendapat minifraksi sebagai sikap akhir,
5. pendapat mini pemerintah sebagai sikap akhir,
6. penandatanganan naskah RUU,
7. pengambilan keputusan untuk melanjutkan padapembicaraan tingkat 2 dalam rapat paripurna.
ARSIP D
PR-RI
5
Kalau kita semua pada hari ini bisa sepakati bersama, rencananya nanti rapat paripurna akan
kita gelar pada tanggal 18 oktober 2012 kalau nanti kita sepakati. Apakah acara yang tadi kami
sampaikan bisa disetujui? Sesuai dengan mekanisme pembahasan yang telah disetujui dalam rapat
kerja 18 januari 2012 dan sesuai pula dengan keputusan rapat kerja pembahasan RUU tentang
pangan 26 januari 2012, pembahasan RUU tentang pangan lebih lanjut diserahkan oleh kita semua
pada pantiia kerja serta pembahasan oleh panitia kerja melaporkan dalam rapat kerja yang kita
selenggarakan hari ini. Untuk itu saya minta kepada Ir E. Herman Khairun dan panitia kerja untuk
mempersilakan dan melaporkan apa yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir ini, kami
persilakan pak Herman.
ANGGOTA (IAN SIAGIAN) :
Pimpinan interupsi,
Pimpinan yang terhormat, rekan-rekan komisi IV yang saya hormati,
Mitra kerja pemerintah yang kami hormati,
Para hadirin yang saya muliakan,
Perkenankan saya melihat jalannya proses pengambilan keputusan tingkat I ini, yang setelah
kami membaca pasal-pasal yang sudah ada, saya melihat bahwa pasal ini belumlah kita setujui
semuanya, antara lain beberapa yang saya liat yang saya cari satu harian kata-kata itu, tapi saat ini
ada masuk, antara lain di pasal 39 kalimat terakhir, ini saya coba liat dari beberapa catatan saya, tidak
ada kata-kata ini masuk, tapi saat ini masuk sini.
Saya bisa bacakan. Pemerintah menetapkan kebijakan dan pangan yang tidak berdampak
negatif terhadap keberlanjutan usaha tani, peningkatan produksi, kesejahteraan petani, nelayan,
pembudidaya ikan.Pengertiansaya ini adalah titik, tapi disini ada kata-kata pelaku usaha pangan yang
artinya sangat bertentangn dengan polisi dari pada UU ini. Dengan adanya disini pelaku berarti
koorporasi juga ikut, sebelum itu saya rasa mungkin sidang ini perlu di skors dulu terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik saya kira kita mendengarkan apa yang disampaikan pak Ian, namun tentu kita perlu
dengarkan laporan dari panja tentang masuknya kalimat atau kata pelaku usaha pangan ini, sehingga
saya usulkan tetap dengarkan dulu laporan dari panja, sekaligus tadi menjawab apa yang telah
disampaikan oleh pak Ian, apakah memang sudah selesai ditingkat panja atau belum, saya kira
demikian rekan-rekan ya. Silakan pak Herman.
WATUA (HERMAN KHAERON) :
Terima kasih ketua.
Bismilahirahmanirahim asalamualaikum, wr, wb.
Selamat siang dan selamat sejahtera bagi kita semua, om swastiastu.
Pimpinan dan anggota komisi IV DPR-RI yang kami hormati,
Yang terhormat saudara menteri pertanian beserta seluruh jajarannya,
Saudara menteri dalam negeri atau yang mewakili beserta jajarannya,
Yang terhormat saudara menteri hukum dan ham atau yang mewakili beserta jajarannya,
ARSIP D
PR-RI
6
Saudara menteri perindustrian atau yang mewakili beserta jajarannya,
Yang terhormat saudara menteri perdagangan atau yang mewakili beserta jajarannya,
Hadirin yang kami hormati.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha
kuasa, atas rahmat dan limpahannya karuniannya, sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan
rapat kerja dalam keadaan sehat walafiat.
Berdasarkan keputusan pembahasan RUU tentang pangan 26 Januari 2012, panitia kerja
yang terdiri dari 4 pimpinan dan 21 komisi IV DPR-RI telah melakukan pembahasan, bekerja dari
tanggal 27 januari 2012 sampai tanggal 15 oktober 2012.
Pimpinan dan anggota panja RUU tentang pangan tersebut
1. Sdr.H.M.Romahurmuziy ST.MT ketua komisi IV fraksi PPP
2. E.Herman Khaerun Msi wakil ketua fraksi partai demokrat
3. Firman subagio SE,ME wakil ketua fraksi partai golkar
4. Sdr. Drs Ibnu Multazam wakil ketua fraksi PKB
5. Drs. Jafar Nainggolan anggota fraksi partai demokrat
6. Sri Hidayati SP, Anggota fraksi partai demokrat
7. Anton Sukartono Surato yang kemudian diganti oleh May Maratando anggota fraksi partai
demokrat
8. Sdr.Ir. H.M.Rosid Hidayat anggota fraksi partai demokrat
9. Drs. H. Yusran Aspar Msi anggota fraksi partai demokrat
10. Adi sukaemi ST.MT anggota fraksi partai golkar
11. Hj. Tety Kadi Bawono Anggota fraksi partai golkar
12. DR. Ir. H. Siswono Yudohusodo anggota fraksi partai golkar
13. Sdr. H. Hardi susilo anggota fraksi partai golkar
14. Sdr.Ian Siagian anggota PDI Perjuangan
15. Sdr. Sudin anggota Fraksi PDI Perjuangan
16. Sdr.H. Djuwarto anggota fraksi PDI Perjuangan
17. Sdr. Honing Sanny anggota Fraksi PDI Perjuangan
18. Hermanto SE, MM yang kemudian diganti oleh sdr. Habib Ir. Nabil almusawa dari fraksi PKS
19. H. Ma’mur Hasanuddin anggota Fraksi PKS
20. Sdr. Pipayoga Mauladi Msi anggota fraksi PAN
21. Sdr. H. Sukiman, SPd, MM anggota fraksi PAN
22. Sdr. H. Saifullah Tamliha SPi, MS anggota Fraksi PPP
23. Sdr. Hj. Mirati Dewi Dewaningsih T, ST anggota Fraksi PKB
24. Sdr. Anak Agung Jelantik sanjaya anggota fraksi gerindra
25. Sdr. Murady Darmansyah dari anggota Fraksi Hanura
ARSIP D
PR-RI
7
Secara terprinsip rapat-rapat pelaksanaan pembahasan RUU tentang pangan sbb :
Rapat panitia kerja sebanyak 8 kali dan rapat perumus, tim kecil dan tim sinkronisasi
sebanyak 2 kali. Untuk penyempurnaan rumusan RUU tentang pangan dengan melakukan fokus grup
discussion di perguruan tinggi yaitu Universitas Gajah Mada, Universitas Sumatera Utara dan Institut
Pertanian Bogor.
Selain itu panitia kerja mengundang beberapa pakar dimengkritisi RUU tentang pangan
antara lain Prof. Ir. M. Maksum, prof. DR. D.J. Didik Rachbini, Ir. Drajat Martianto dan DR. Ir. Tri
Panarji Msi, diundang karena beranggapan bahwa RUU tentang pangan terlalu liberal dan tidak
mengutamakan kepentingan dalam negeri serta kepentingan petani.
Bapak ibu yang kami hormati,
Berdasarkan keputusan rapat kerja 26 Januari 2012.Dari 776 dim, 678 dim pembahasannya
diserahkan panitia kerja. Pada tanggal 10 Juli 2012 panitia kerja telah melaporkan hasil
pembahasannya dan laporan tersebut telah disetujui oleh rapat kerja, kecuali ketentuan-ketentuan
yang telah dipersyaratkan sesuai dengan keyakinan masyarakat, panitia kerja menghargai setiap
perbedaan pendapat, pandangan atas ketentuan halal yang dipersyaratkan sesuai dengan keyakinan
masyarakat sebagai dinamika dalam pembahasan RUU ini.
Guna menyamakan persepsi terhadap ketentuan tersebut, panitia kerja pada tanggal 1
oktober 2012 mengundang tokoh-tokoh agama yaitu ketua komisi fatwa MUI, ketua umum
persekutuan gereja-gereja di indonesia, ketua umum pengurus harian parisada hindu dharma
indonesia, ketua umum dewan perwakilan pusat umat budha.
Perbedaan pendapat pandangan tersebut yang semula berpengaruh terhadap 11 norma yang
terdapat dalam batang tubuh RUU tentang pangan menjadi 5 norma dan kelima norma tersebut
adalah pasal 1 angka 4 dan 5, pasal 37 ayat 1, pasal 48 ayat 1 huruf b, pasal 59 huruf b dan pasal 67
ayat 1. Pada rapat panitia kerja tanggal 15 Oktober 2012 telah memutuskan bahwa ketentuan halal
yang dipersyaratkan atau sesuai dengan keyakinan masyarakat menjadi tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan dan budaya masyarakat.
Pimpinan dan anggota komisi IV DPR-RI serta para menteri, pamerintahbeserta jajaran
yang kami hormati,
UU no.7 tahun 1996 tentang pangan terdiri dari 14 bab dan 65 pasal, sedangkan draft RUU
tentang pangan yang dipersiapkan oleh DPR-RI terdiri dari 16 bab 143 pasal. Saat pembahasan
terjadi perubahan-perubahan yang sangat signifikan sehingga sampai saat ini jumlah bab menjadi 17
bab dan menjadi 145 pasal.
Secara ringkas RUU tentang pangan dalam masing-masing bab memuat mengenai :
Bab 1 mengenai ketentuan umum, memuat 41 definisi yang diatur,
Bab 2 azas lingkup dan pengaturandilakukan penyempurnaan dengan menegaskan bahwa
penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan
manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan
dan ketahanan pangan
ARSIP D
PR-RI
8
bab 3 perencanaan; memuat mengenai perencanaan pangan yang terintegrasi dengan
perencanaan pembangunan untuk merancang penyelenggaraan pangan kearah kedaulatan pangan,
ketahanan pangan, kemandirian pangan.
Bab 4 ketersediaan pangan; memuat mengenai pengelolaan stabilisasi pasokan dan harga
pokok pangan, cadangan pangan pokok pemerintah dan distribusi pangan pokok untuk mewujudkan
kecukupan pangan pokok yang bergizi bagi masyarakat. Bab ini juga memuat mengenai keutamaan
produk pangan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan.
Bab 5 keterjangkauan pangan; memuat mengenai tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah dalam mewujudkan keterjangkauan pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan
perseorangan melalui distribusi pangan, pemasaran pangan, perdagangan pangan, stabilitasi
pasokan dan harga pangan pokok serta bantuan pangan.
Bab 6 konsumsi pangan dan gizi; memuat mengenai peningkatan pemenuhan kuantitas dan
kualitas konsumsi pangan masyarakat, keanekaragaman konsumsi pangan status gizi masyarakat.
Bab 7 keamanan pangan; memuat mengenai upaya untuk mencegah kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu tidak terpenuhinya standar mutu dan
komposisi serta kadaluarsa dan membahayakan kesehatan manusia
WATUA (HERMAN KHAERON) :
Bab 7 keamanan pangan; memuat mengenai upaya untuk mencegah kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu tidak terpenuhinya standar mutu dan
komposisi serta kadaluarsa yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Bab 8 label dan iklan pangan ; memuat isi dari informasi dalam label dan iklan, kewajiban
mencantumkan label dan keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak menyesatkan.
Bab 9 tentang pengawasan ; mengenai bentuk pengawasan dan wewenang pengawasan
dalam penyelenggaraan pangan.
Bab 10 sistem informasi pangan ; memuat mengenai cakupan pemerintah dan pemerintah
daerah pusat data dan informasi serta data dan informasi yang disediakan.
Bab 11 penelitian dan pengembangan pangan; memuat mengenai tujuan dan pengembangan
pangan. Kewajiban pemerintah melaksanakan penelitian dan pengembangan pangan secara terus
menerus, kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi penyebaran pemanfaatan dan
penerapan hasil penelitian pangan serta mekanisme kerja dengan lembaga peneliti internasional.
Bab 12 tentang kelembagaan pangan ; memuat mengenai pembentukan lembaga
pemerintahan yang menangani bidang pangan, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Bab 13 peran serta masyarakat; memuat mengenai lingkup peran serta masyarakat.
Bab 14 penyidikan ; memuat mengenai lingkup tugas dan tanggung jawab sipil tertentu
dibidang pangan dan kewenangannya.
Bab 15 ketentuan pidana ; disempurnakan dengan membandingkan ketentuan pidana dalam
UU no.7 tahun 96 tentang pangan. Ketentuan ini juga melarang pelaku usaha pangan menyimpan
ARSIP D
PR-RI
9
melebihi jumlah maksimal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang mengakibatkan harga
pangan pokok menjadi mahal atau melambung tinggi, sanksi pidana dikenakan paling lama 7 tahun
atau denda paling banyak 100 milyar.
Tindak pidana penimbun merupakan tindak pidana yang dianggap tindak pidana yang serius,
untuk pidana denda diperberat karena pelaku pada umumnya mendapat keuntungan yang besar,
tidak serta merta memidana petani karena rumusannya bersifat dellik materiil karena terdapat unsur
kesengajaan yang harus dibuktikan terlebih dahulu oleh penegak hukum.
Unsur mencari keuntungan dan yang mengakibatkan harga pangan pokok menjadi mahal
atau melambung tinggi merupakan rambu yang ketat agar penegakan hukum tidak serta merta
memidanakan petani. Selain itu dalam ketentuan pidana juga terdapat rumusan bahwa pejabat atau
penyelenggara yang membantu tindak pidana dalam RUU ini dipidana dengan pemberatan 1/3 dari
ancaman pidana masing-masing.
Bab 16 ketentuan peralihan ; memuat mengenai ketentuan bahwa lembaga pemerintah yang
menangani bidang pangan, yang sudah ada pada saat berlakunya UU ini tetap menjalankan tugasnya
sampai terbentuknya lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan berdasarkan ketentuan
UU ini. Dan pemerintah yang diamanatkan dalam UU ini harus telah terbentuk paling lambat 3 tahun
sejak UU ini diundangkan.
Bab 17 ketentuan penutup ; memuat mengenai pencabutan dan tidak berlakunya UU no.7
tahun 1996 tentang pangan.
Hadirin yang kami hormati,
RUU tentang pangan memiliki perbedaan paradigma dengan UU pangan no.7 tahun 1996
tentang pangan, dalam UU no.7/96 tentang pangan dalam konsideran menimbang bahwa pangan
yang aman, bermutu, bergizi, beragam tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama yang
harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang perlindungan bagi
kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan dalam RUU tentang pangan disebutkanbahwa negara berkewajiban mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup aman, bermutu dan bergizi
seimbang baik pada tingkat nasional, daerah serta perseorangan secara merata diseluruh wilayah
negara republik indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya lokal kelembagaan
dan budaya lokal.
Oleh karena itu terlihat bahwa RUU tentang pangan yang baru ini memberikan kewajiban bagi
negara untuk mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan pangan yang berbasis pada pemanfaatan
sumber daya lokal secara optimal melalui pemenuhan pangan yang cukup, terjangkau, aman dan
bergizi. Dalam RUU tentang pangan terdapat 11 ayat yang mengamantkan disusunnya peraturan
pemerintah, 10 ayat yang mengamanatkan peraturan lebih lanjut dengan dan atau berdasarkan
peraturan pemerintah, peraturan presiden, satu peraturan menteri, satu peraturan daerah dan satu
peraturan kepala daerah.
ARSIP D
PR-RI
10
Saudara menteri, hadirin yang kami hormati,
RUU tentang pangan berpihak kepada masyarakat dan petani serta jauh dari semangat
liberal, jadi kami ingin memberikan garis bawah RUU tentang pangan berpihak kepada masyarakat
dan petani serta jauh dari semangat liberal, hal ini bisa dilihat dari pasal-pasalyang ada didalamnya
seperti pasal 14, pasal 15, pasal 28.
Sebagai contoh pasal 14 ayat 1; dalam RUU tentang pangan berbunyi bahwa sumber
penyediaan pangan berasal dari produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan nasional. RUU
ini juga memberikan perlindungan kepada petani maupun konsumen sebagaimana terlihat dalam
pasal 15 mengenai stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok. Dimana pemerintah berkewajiban
melakukan stabillisasi pasokan dan harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen yang
dilakukan untuk melindungi pendapatan dan daya beli petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku
usaha pangan.
RUU keamanan pangan mempersyaratkan keamanan pangan sebagaimana diatur dalam
pasal 67 sampai pasal 95 ; keamanan pangan menjadi penting sebagai upaya untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman dikonsumsi.
Salah satu bentuk pengawasan terhadap keamanan pangan ini adalah kewajiban memiliki ijin
edar bagi pangan olahan, namun kewajiban ini dikeualikan terhadap pangan olahan yang diproduksi
oleh industri rumah tangga.
Selesainya pembahasan RUU tentang pangan bertepatan dengan hari pangan sedunia ke-32
yang jatuh pada tanggal 16 Oktober 2012, tema dari hari pangan sedunia adalah agree culture key to
fidding the world, semangat dalam RUU inisesuai dengan tema tersebut yaitu kewajiban negara untuk
memberikan pangan yang cukup sehat, aman dan terjangkau bagi rakyatnya.RUU tentang pangan
merupakan upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya
lokal secara optimal yang dilakukan dengan penganekaragaman dan pengutamaan produksi pangan
dalam negeri.
Pimpinan dan anggota Komisi IV yang kami hormati,
Saudara Menteri pertanian beserta jajarannya,
Saudara menteri dalam negeri atau yang mewakili beserta jajarannya,
Menteri hukum dan ham atau yang mewakili beserta jajarannya,
Menteri perindustrian, menteri perdagangan atau yang mewakili beserta jajarannya,
Hadirin yang kami hormati.
Sebelum mengakhiri laporan panitia kerja,harapan RUU tentang pangan dapat disetujui oleh
Komisi IV DPR-RI bersama dengan pemerintah dan dilanjutkan pada rapat paripurna tanggal 18
oktober 2012 untuk pengambilan keputusan tingkat II, hal ini dikarenakan tanggal tersebut momentum
yang tepat, bertepatan dengan puncak hari pangan sedunia.
ARSIP D
PR-RI
11
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan pada
Prof. DR. Ahmad Suryana MS selaku koordinator panja dari pemerintah, silakan berdiri pak, jajaran
kementerian pertanian, kementerian perindustrian, kementerian dalam negeri, kementerian
perdagangan, kementerian hukum dan ham, serta jajaran dari badan pengawasan obat dan makanan
yang telah melakukan pembahasan RUU ini dengan tekun dan cermat, dalam suasana yang pernuh
dengan suasana demokratis.
Pada pimpinan dan anggota panja pembahasan RUU tentang pangan komisi IV, pimpinan
panja menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas semangat, motivasi, kerja
keras dan waktu yang telah dicurahkan sampai selesainya RUU ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan pada semua pihak yang telah membantu dalam
pembahasan RUU ini. Kami sampaikan pula ucapan terima kasih kepada sekretaris jenderal DPR-RI,
deputi bidang perundang-undangan ibu Yayuk dkk, sebelah kiri saya kira, deputi bidang persidangan
dan KSAP dan sekretariat komisi IV DPR-RI yang telah banyak membantu secara keahlian, teknis dan
administratif dalam pembahasan RUU tentang pangan.
Demikian laporan panitia kerja RUU tentang pangan, dengan harapan RUU tentang pangan
ini disetujui dalam rapat kerja hari ini dan dapat disahkan dalam rapat paripurna untuk menjadi UU.
Semoga Allah SWT tuhan yang maha pengasih dan penyayang memberikan rahmat dan hidayahnya
serta meridhoi hasil kerja kita, aamiin YRA, asalamualaikum,wr, wb ketua panitia kerja Ir. E. Herman
Khaeron Msi, anggota 483.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih pak Herman dan silakan pak Djuwarto
ANGGOTA PDIP ( DJUWARTO ):
Interupsi pak ketua,
Terima kasih pimpinan dan anggota komisi IV yang saya hormati,
Pak menteri beserta jajarannya yang saya hormati juga,
Jadi saya mendukung apa yang disampaikan pak Ian ini, untuk di skors dulu karena memang
ada pasal yang menurut kami agak krusial karena tadi dari laporan pak pimpinan dan juga dari proses
awal kita dulu, begitu beratnya kita menambahkan didalam klausul-klausul itu soal kedaulatan dari
mulai ketahanan pangan sampai kedaulatan, sehingga ini kita bukan main-main karena kita
menghadapi pengusaha di indonesia ini susah bener, pengusaha kita ini jauh, tidak seperti yang lain-
lain seperti didunia, kita ini hanya pengantar saja, jadi kita ini benar-benar menjadi prinsip untuk
melakukan kontrol terhadap pengusaha. Seperti diusulkan oleh pak Ian tadi, tidak sampai pada
pembudidaya ikan, saya kira kalau prosesnya dilakukan dariproses pembentukan UU, barangkali kita
sudah tidak ada masalah lagi karena kita ada timsin, timus, kemudian rapat dengan komisi begitu.
Karena ini tidak ada, maka mohon ini diskors dulu untuk mencermati soal pelaku usaha ini, karena
pelaku usaha di kita ini perlu dikoreksi benar, saya kira itu pak terima kasih.
ARSIP D
PR-RI
12
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Berdasarkan dokumen yang ada, bahan rapat panja tanggal 19 september 2012 sudah
disetujui adanya terminologi pelaku usaha pangan pada pasal 39 dan pada saat itu dari fraksi PDIP
hadir lengkap pak Ian Siagian, pak Honing Sanny, pak Djuwarto. Tapi kalau memang kemudian atas
persetujuan yang waktu itu sudah diberikan cermati terlebih dahulu, saya kira saya tawarkan kepada
forum kalau mau skors dulu barangkali kawan-kawan dari PDIP akan melakukan pendalaman terlebih
dahulu terhadap persoalan ini, bagaimana? Kita skors 5 menit dulu untuk memberikan kesempatan
kepada kawan-kawan dari fraksi PDIP, cukup 5 menit?
ANGGOTA PDIP (HONING SANNY) :
Saya hanya ingin mendudukan soal saja, prinsipnya perdebatan kita adalah kita bukan tidak
mau memasukan unsur pelaku usaha tetapi dalam konteks UU ini kebijakan pemerintah berkaitan
dengan importasi pangan, ini di poin 39 itu jangan kemudian meletakan nelayan, pembudidaya ikan,
petani, berada pada posisi yang sejajar dengan pelaku usaha pangan. Kalau itu kita tetap sepakati
akan sangat membahayakan, karena konstruksi berfikir pemerintah soal impor dan konstruksi berfikir
pengusaha tentang impor berbeda, oleh karena itu untuk pasal 39 ; pelaku usaha pangan kita
keluarkan saja, yang lain-lain ok kita jalan. Jadi pak Herman kalau seandainya disepakati tidak perlu
diskor, pelaku usaha pangan kita hilangkan saja dari pasal itu, kita jalan terus, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Silakan pak Herman
WATUA (HERMAN KHAERON) :
Baik saya kira kita menghargai terhadap koreksi yang diberikan oleh pak Ian Siagian dan
tentunya sudah menjadi perdebatan pada waktu itu, mengenai pencantuman terhadap pelaku usaha
pangan didalam dampak yang terjadi karena impor, dulu sebetulnya berorientasi kepada pelaku
pangan kecil artinya bahwa bukan petani, nelayan dan pembudidaya ikan yang secara faktual mereka
memang terimbas, tapi memang tadinya kita memikirkan, ini sebetulnya ada diperdebatan panja pada
waktu itu ditambahkan pelaku usaha panganpun memang ada usaha kecil dan mikro yang itupun
perlu dilindungi pasal afirmatif menurut saya, namun kalaupun toh mau ditambahkan pelaku usaha
pangan mikro kecil ini juga bagian pasal afirmatif, kami serahkan kepada floor kalau memang ada
pendapat lain, saya kira itu ketua, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik definisi pelaku usaha pangan sebagaimana tentang ketentuan umum poin 39,
disebutkan pelaku usaha pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih sistem
agribisnis pangan itu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran,
perdagangan dan penunjang, memang tidak ada keterangan ini pelaku usaha kecil atau domestik.
Karenanya saya kembalikan kepada floor atas usulan kalimat atau anak kalimat pelaku usaha pangan
ini dihilangkan dari pasal 39, apakah bisa saya minta pendapat dari masing-masing fraksi sebelum
masuk kepemerintah, mungkin ada keterangan dari pemerintah dulu sebelum kita ke masing-masing
fraksi, agar lebih jelas dulu? Dan juga perlu dipastikan apakah kata pelaku usaha pangan ada dipasal
ARSIP D
PR-RI
13
lain atau tidak, jangan-jangan kita hilangkan juga disini ternyata tidak ada, jadi untuk apa kita
masukkan di definisi di pasal ketentuan umum begitu. Saya usulkan sebelum masing-masing fraksi
berpendapat, dari pemerintah ada pandangan soal ini.
MENTERI (SUSWONO) :
Memang dicatatan kami ini sebetulnya rumusan ini sudah disetujui pada rapat panja tanggal
22 februari 2012, berdasarkan informasi yang kami peroleh sebetulnya untuk mengakomodir seperti
pelaku-pelaku usaha didalam negeri yang skalanya kecil, nah contohnya seperti itu. Tapi pada
dasarnya kami sendiri tidak keberatan kalau memang itu harus dihapus, tapi yang jelas bagaimana
untuk mengakomodir punya usaha dibidang pangan yang bukan skala besar begitu, apakah itu tinggal
diberikan penjelasan atau didalam definisi atau bukan untuk pelaku usaha besar.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Kalau di pasal penjelasan sudah cukup jelas itu.
MENTERI (SUSWONO) :
Kalau kita lihat di pasal 55 pak ketua, ini ada juga di ayat 2 dan pelaku usaha pangan mikro
dan kecil, disitu ada pasal 55 ayat 2.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik saya tawarkan kepada floor, karena ini ada beberapa alternatif saya kira, kemungkinan
saya coba rangkumkan, pertama pelaku usaha pangan didrop dari pasal 39, yang kedua ditambahkan
pelaku usaha pangan mikro dan kecil, ditambahkan kata mikro dan kecil sebagaimana pada pasal 55
ayat 1 dan yang ketiga tadi juga muncul usulan pelaku usaha pangan domestik. Jadi ada 3 usulan ini
di drop mikro dan kecil atau ditambahkan pelaku usaha pangan domestik atau dalam negeri. Mungkin
dari sini saya bisa mintakan pendapat fraksi-fraksi yang terlebih dahulu,mohon kepada fraksi partai
demokrat.
ANGGOTA FPD (ROSID HIDAYAT) :
Saya kira kalau lihat konteks dari pasal 39 ini, sebetulnya tidak ada juga tidak masalah, kalau
ditambah pelaku usaha pangan mikro dan kecil itu sebetulnya setara tapi tidak adapun juga tidak apa-
apa. Jadi saya kira lebih cenderung kalau memang mau dihapus silakan saja, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik selanjutnya fraksi partai golkar
ANGGOTA FPG (SISWONO YUDO HUSODO) :
Saudara pimpinan,
Meniadakan pelaku usaha pangan ini saya kira tidak tepat, karena kalau kita baca pelaku
usaha pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih sistem agribisnis pangan dan
seterusnya. Setiap orang di 38 adalah orang perseorangan atau koorporasi baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum artinya termasuk pelaku usaha kecil.
Jadi menurut hemat saya kalau ini ditiadakan tidak tepat, kalau dikasih tambah domestik juga
tidak pas, karena yang domestik itu juga ada yang raksasa, maka menurut hemat saya yang paling
tepat adalah yang konsisten adalah kepada pasal sesudahnya juga membagi pelaku usaha pangan itu
ARSIP D
PR-RI
14
ada yang mikro dan kecil, oleh karena itu ijinkan kami mengusulkan kalaupun disempurnakan maka
bunyinya dan pelaku usaha pangan mikro dan kecil, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik selanjutnya fraksi PDIP
ANGGOTA PDIP (IAN SIAGIAN) :
Terima kasih pimpinan,
Rekan-rekan komisi IV yang kami hormati,
Jadi saya kembali dulu bagaimana ini pasal masuk, memang kami berempat ikut tapi saya
rasa waktu itu sudah lelah kita dan dengan pengertian dulu akan dibacakan kembali, ada kejanggalan
disini, maaf ya pak bahwa pengalaman saya diholtikultura bahwa semua pasal-pasal ini dibacakan
dulu supaya kita bisa cek dan recek kembali, tetapi UU ini kok tidak ada begitu, oleh sebab itu saya
minta kita sama-sama mencermati pasal 39 ini.
Ini masalah impor barang masuk ke indonesia, pemerintah menetapkan kebijakan dan
peraturan impor pangan yang tidak berdampak negatif, nah ini terhadap usaha tani, peningkatan
produksi kesejahteraan petani, nelayan, pembudidaya ikan. Kalau kita lihat kesejahteraan pelaku
usaha pangan juga ini sudah membuka jalan mengimpor, oleh sebab itu PDIP tetap menginginkan jadi
titik di pembudidaya ikan, yang lain-lain tidak berpengaruh karena ini menyangkut barang masuk ke
indonesia begitu.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik terima kasih pak Ian, selanjutnya fraksi PKS
ANGGOTA PKS (NABIEL AL MUSAWWA) :
Bismilahirahmannirahim,
Asalamualaikum, wr, wb,
Salam sejahtera buat kita sekalian.
Kami dari PKS ketika membaca ini, pertama kami ingin mengingatkan bahwa pembahasan ini
sudah sedemikian lama pimpinan, apa yang disampaikan oleh saudara-saudara kami tadi, itu
sebetulnya kalau ingin disampaikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya seharusnya sudah
disampaikan. Dan kami ingin mengingatkan juga bahwa beberapa waktu yang lalu kita sudah
berkonsultasi dengan pimpinan DPR, ketika kita berkonsultasi dengan wakil ketua DPR sudah
sepakati disana, bahwa hanya 2 hal yang kemudian kita bicarakan dan menjadi 1 hal dan kemudian
disepakati ada catatan dan sebagainya, tapi itu semua sudah berlalu sekian lama.
Nah oleh karena itu kami dari fraksi PKS mengajak kepada kita sekalian di forum ini untuk kita
konsisten dengan apa yang sudah kita bahas sebelumnya, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua kami ingin menyampaikan masukan terkait dengan kekhawatiran
saudara kami dari fraksi PDIP bahwa pasal 39 itu sebetulnya sebagaimana tadi disampaikan oleh
yang terhormat saudara kami dari fraksi partai golkar, itu sebetulnya sama dengan pasal 55 jadi
bahasanya adalah pelaku usaha pangan mikro dan kecil.
ARSIP D
PR-RI
15
Kemudian yang ketiga pimpinan, tadi pagi kebetulan kami diminta menjadi pembicara disatu
seminar yang digagas oleh satu perhimpunan jurnalis indonesia, dalam acara sekitar 2 jam lebih itu,
dari jurnalis kawan-kawan dari wartawan itu memesankan kepada kami ‘tolong perhatikan pengusaha
kecil, jangan sampai UU ini kemudian merugikan terhadap pengusaha kecil, sampai kemudian
didesak prof. Suryana juga hadir disana, kami dipesankan pengusaha kecil jangan sampai kemudian
terabaikan oleh UU ini.
Nah oleh karena itu pimpinan, kami dari fraksi PKS itu setuju pasal 39 diperbaiki supaya tidak
multitafsir dengan pengusaha besar kekhawatiran rekan-rekan dari PDIP, maka jadi pelaku usaha
pangan mikro dan kecil. Saya kira demikian, asalamualaikum, wr, wb.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik terima kasih, memang kelebihan habib itu kebijaksanaannya begitu, selanjutnya fraksi
PAN
ANGGOTA FPAN (SUKIMAN) :
Terima kasih pimpinan,
Asalamualaikum, wr, wb.
Pimpinan dan seluruh anggota Komisi IV yang saya hormati,
Pak menteri beserta seluruh jajarannya,
Tentu berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh teman kami dari fraksi PDIP bisa kami
pahami tentang kekhawatiran yang disampaikan, namun memang kalau kita lihat berkaitan dengan
perdebatan dan diskusinya sudah cukup panjang dalam kontek kita memikirkan keberpihakan kita
khususnya kepada usaha mikro dan kecil itu, karena bagaimanapun khusus didalam pasal 39, saya
pikir supaya terjadi konsistensi didalam komitmen kita, maka memang apa yang disampaikan oleh
fraksi golkar dan PKS tadi perlu untuk kita pertimbangkan bagaimana mengeluarkannya atau
mendrop, tetapi menambah mikro dan kecil, sehingga kita konsisten dengan pasal 55 ayat 2 itu.
Sebagaimana yang kita lihat di pasal 55 ayat 2 bahwa mikro dan kecil, saya pikir menyangkut
konsistensi dan tidak multi tafsir dalam memahami UU ini, saya pikir itu sikap dari fraksi kami, artinya
ditambahkan saja kalimat bahwa pemerintah menetapkan kebijakan dan peraturan impor pangan
yang tidak berdampak negatif terhadap keberlanjutan usaha tani peningkatan produksi, kesejahteraan
petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan, mikro dan kecil, saya pikir itu pimpinan.
Terima kasih.
Wasalamualaikum, wr, wb.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih fraksi PAN, selanjutnya fraksi PPP
ANGGOTA PPP (SAIFULLAH TAMLIHA) :
Asalamualaikum, wr, wb.
Terima kasih pimpinan, rekan-rekan yang terhormat,
Saudara menteri pertanian yang saya hormati,
ARSIP D
PR-RI
16
Fraksi PPP menghormati perjalanan rapat yang diikuti oleh PDIP. Seandainya bisa ditunjukan
laporan rapat yang mengatakan bahwa tidak pernah masuknya kata pelaku usaha pangan, kami akan
menghormati terhadap perjalanan rapat itu, namun demikian jika tidak bisa dibuktikan dengan
dokumen rapat sebelumnya, maka kami fraksi PPP juga sependapat pelaku usaha pangan mikro dan
kecil.
Terima kasih pimpinan.
Asalamualaikum, wr, wb.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Waalaikumsalam.
Terima kasih.
Selanjutnya fraksi partai Gerindra, mohon maaf selanjutnya fraksi PKB
ANGGOTA FKB (MIRATI) :
Terima kasih pimpinan,
Asalamualaikum, wr, wb.
Pak menteri yang saya banggakan beserta jajarannya,
Kami dari fraksi PKB, kalau meneliti dari seluruh pasal 39 kita baca baik-baik pasti memang
menimbulkan bias terkait dengan pelaku usaha pangan. Usaha pangan itu ada yang besar, kecil dan
sedang. Sedang disini adalah tidak berdampak negatif, kalau pelaku usaha besar pasti kuat, tidak
begitu berdampak kebijakan impor pangan yang ada, jadi kami fraksi PKB penambahan pasal 39 ;
pemerintah menetapkan kebijakan dan peraturan impor pangan yang tidak berdampak negatif
terhadap keberlanjutan usaha tani, peningkatan produksi, kesejahteran petani, nelayan, pembudidaya
ikan dan pelaku usaha pangan mikro dan kecil, sesuai dan sinkron dengan pasal-pasal berikutnya.
Terima kasih pimpinan.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Makasih fraksi PKB, selanjutnya fraksi Gerindra
ANGGOTA GERINDRA (ANAK AGUNG JELANTIK) :
Terima kasih pimpinan,
Pak menteri beserta jajarannya,
Melihat dari pada konteks ini, kami melihat dalam hal pangan ini ada urutan dari hulu sampai
kehilir, kalau kita tidak memperhatikan pelaku usaha pangan ini, berarti kita hanya fokus kepada
primer saja, produk primer yang selama ini kita ingin hindari, kita ingin menambahkan nilai tambah itu
justru melalui proses-proses pengolahan dan sebagainya, ini yang perlu kita kejar juga kita hidupkan,
bukan berarti kita membela impor, justru peraturan ini untuk bisa mendukung industri pangan kita.
Jadi hilirnya jangan kita lupakan, selama ini yang sering kita sampaikan pengolahan ini belum
kita garap penuh, disinilah letaknya tetapi tentu kita tidak ingin apa yang diinginkan teman-teman dari
PDIP,dalam hal ini saya setuju kalau diberi tambahan supaya tidak mengaburkan, tadi maksud inti kita
namun hanya pemahamam kita sedikit perlu ditambahkan, dikayakan bahwa kita sangat
ARSIP D
PR-RI
17
membutuhkan proses pengolahan yang justru menjadi nilai tambah dan juga peluang kerja bagi
masyarakat luas. Saya setuju kalau ini ditambah dengan pelaku usaha pangan, mikro dan kecil.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik terima kasih fraksi partai gerindra, selanjutnya fraksi partai Hanura.
ANGGOTA F. HANURA (MURADY DARMANSYAH) :
Terima kasih pak pimpinan.
Asalamualaikum, wr, wb. Dan Seluruh anggota Komisi IV, pak menteri, esselon 1 dan dari
perdagangan, dari hukum dan ham dan dari instansi lain yang hadir disini.
Menyimak pemahaman dari pasal 39, kalau secara redaksional dan kalau tidak ada koreksi
dari teman dari PDIP tentu pada kalimat terakhir pelaku usaha pangan, ini memang belum lengkap
pak pimpinan. Namun kita baca di pasal 40 itu sudah ada pengamannya bahwa impor pangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 dan 39 dilakukan sesuai dengan perundang-undangan, sudah
ada saringan lain lagi yang mengamankan suatu kebijakan-kebijakan.
Tapi karena ada organ lain yang bisa kita tempelkan disini, istilah mikro dan kecil itukan
sebenarnya satu kalimat, saya satu saja jangan pakai mikro, lebih mudah dipakai UU ini oleh pemakai
dan rakyat, jadi saya sependapat dengan teman-teman terdahulu untuk menghindarkan perasaan bias
dan multi tafsir. Ini mulai dia kritik saya, makanya saya tanya kepada drafternya nanti. Jadi usulan
saya, saya sependapat dengan usulan golkar, kalimat ini kita sempurnakan, atas inisiatif ini kita terima
kasih teman-teman PDIP dalam menyempurnakan pasal-pasal ini, demikian mungkin dari pendapat
kami.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Ditambahkan kalimat pelaku usaha pangan kecil saja tanpa mikro
ANGGOTA FPD (ROSYID HIDAYAT) :
Interupsi pimpinan
Memperhatikanaspirasi yang berkembang, maka dari fraksi demokrat, kalau harus
ditambahkan pelaku usaha pangan, maka pelaku usaha pangan yang mikro dan kecil, ataukah yang
kecil saja, ataukah mikro saja nani tergantung dari juru bahasa yang bisa menjelaskan. Intinya bahwa
pelaku usaha pangan yangkecil saja yang jadi pengetahuan dari pasal 39 ini.
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Pak Marsanto dulu baru pak Saiful
ANGGOTA FPDIP (MARSANTIO) :
Jadi saya ingin meluruskan pak, UKM itu usaha kecil dan mikro, itu merupakan aset dan juga
besarnya karyawan dan perputaran modalnya itu sendiri kecil dan mikro, jadi tidak sama pak, terima
kasih.
ARSIP D
PR-RI
18
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Silakan pak Saiful
ANGGOTA PPP (SAIFULLAH TAMLIHA) :
Saya mengartikan mikro dan kecil itu orang kecil memegang mic, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik sebelum pak Djuwarto, saya hanya ingin mengingatkan saja bahwa kita memiliki UU
no.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah yang didalamnya mendefinisikan secara
tepat apa yang dalam usaha mikro, mana yang kecil dan siapa yang menengah.
ANGGOTA PDIP (DJUWARTO) :
Terima kasih pak ketua.
Jadi saya kira untuk menjernihkan ini, ini kita skors dulu kemudian temen-temen dari masing-
masing fraksi karena pengertian mikro itukan susah, inikan pengalaman saya soal mikro memang
agak susah, misalnya soal kredit saja, itu nilanya tidak tanggung-tanggung sekitar berapa, saya kira
ini kemudian bisa dipakai menjadi alat untuk kepentingan pelaku-pelaku usaha yang lain begitu.
Kemudian membuat kita soal perlindungan kita terhadap tani, nelayan ini menjadi kabur, padahal ini
soal impor. Kita inikan bikin UU ini ketahanan aja tidak pakai impor, kita minta kedaulatan, masuklah
kedaulatan, kemandirian kemudian ketahanan, ini prinsip yang berkaitan dengan perlindungan kita
terhadap rakyat kita yang ada di petani, kemudian nelayan sampai sekarang betul-betul hanya dipakai
sebagai catatan saja, tidak diindungi bener, apalagi soal impor, saya kira tidak mungkin impor. Jadi
saya kira pak ketua, usul saya ini diskors beberapa menit kemudian temen-temen diberi kesempatan
untuk melakukan kesepahaman.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Sebelum yang lain, saya tawarkan skors tapi rekan bapak dari fraksi yang sama tidak usah di
skors, dari pak Honing, jadi saya tidak jadi skors pak, jadi untuk menjelaskan saja kalau tadi pak
Djuwarto belum jelas apa yang dimaksud usaha mikro? No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil
dan menengah. Bab 6 kriteria pasal 6 ayat 1 ; kriteria usaha mikro adalah sbb atau kalau ini masih
kurang jelas juga berarti perlu amandemen UU ini. a;memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta
rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau b;memiliki hasil tahunan paling banyak
300 juta rupiah, di ayat selanjutnya tentu adalah kriteria tentang usaha kecil dan usaha menengah.
Jadi saya rasa sudah cukup jelas definisi tentang kriteria usaha mikro itu seperti apa. Untuk
itu mengingat tadi sudah kita putar tentang pendapat umumnya mengerucut pada usulan tambahan
pangan mikro dan kecil yang sejalan dengan pasal 55 dengan RUU yang telah kita bahas,
menyisakan fraksi PDIP yang masih memiliki pandangan yang masih berbeda,untuk itu saya kembali
lagi saya tanyakan kepada PDIP tetap masih pada usulannya untuk mendrop atau bagaimana? Kami
persilakan.
ANGGOTA PDIP (HONING SANNY) :
Baik harus mau katakan tidak aib kalau kemudian sebelum kita putuskan ada hal yang kita
koreksi, jadi bukan berarti bahwa kesepakatan itu tidak bisa kita bongkar. Yang kedua soal
ARSIP D
PR-RI
19
menambahkan mikro dan kecil dalam konteks pelaku usaha yang ada dalam pasal 39, kemudian
supaya kongkordan dengan pasal 55, menurut saya kalau itu menjadi pilihan maka kita harus
mendefinisikan kembali dan masuk dalam ketentuan umum karena itu syarat membuat UU.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita mendefinisikan itu supaya kita membedakan dengan definisi
apa itu pelaku usaha mikro dan kecil, PDIP tidak ada pada posisi asal berbeda dengan teman-teman
tetapi struktur berfikir dan cara kita menyelesaikan UU tetap dalam kerangka dasar UU itu sendiri yaitu
UU no.12 tahun 2012 tentang tata cara penyusunan UU, saya pikir begitu.
Silakan teman-teman memilih pada dasarnya PDIP menerima tapi dengan catatan
mendefinisikan kembali dalam ketentuan umum apa itu pelaku usaha mikro dan kecil, begitu ketua.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik usulan tambahan untuk memasukan mikro dan kecil pada ketentuan umum, hanya perlu
dicari apakah kongkordan dengan itu ada penggunaan kalimat pelaku usaha pangan yang tanpa
mikro dan kecil didalam UU ini, kalau itu kemudian ada maka kriteria umumnya harus tetap pelaku
usaha pangan, pasal 39 ini kita definisikan perlindungan terhadap mikro dan kecilnya, nah ini mungkin
bisa dilihat dipasal yang terkait dengan penggunaan terma pelaku usaha pangan apakah ada yang
tidak dimaksudkan sbg mikro dan kecil, kalau itu ada maka mungkin akan kita tetapkan sebagai apa
adanya, ini usulan dari meja pimpinan. Pak Herman kemudian pak Rosyid.
WATUA (HERMAN KHAERON) :
Terima kasih ketua,
Jadi saya sebagai pimpinan panja tentunya ingin mengklarifikasi beberapa hal, pertama
bahwa memang pasal ini sudah ada sejak Pebruari dan kami membahasnya sempat terhenti dalam
pembahasan ini dan tentunya kemudian disepakati didalam panja. Beberapa kali memang dalam
pembahasan panja ada hal-hal yang terkait dengan pasal-pasal krusial waktu hari senin di rapat intern
maupun di rapat panja, kami juga menyampaikan silakan kalau ada hal-hal yang berkaitan dengan
keberatan yang sudah dicantumkan didalam rancangan yang akan diambil pada pengambilan
keputusan tingkat I.
Tentunya ruang itu masih terbuka untuk koreksi, namun saya kira lebih penting bahwa
kesepakatan itu sudah kita ambil keputusan bahwa kemarenpun pada waktu rapat panja kami masih
mempersilakan beberapa hal untuk dikritisi tentunya kita kembalikan kepada hasil keputusan rapat
konsultasi yang dipimpin pak Pramono Anung, bahwa krusial kita adalah pengambilan keputusan
kepada perbedaan masalah halal yang dipersyaratkan.
Kemudian diambil sebuah keputusan dan tentunya keputusan ini yang kemudian kita rapatkan
kembali, takut ada yang tersisa.Kami menghormati kalau masih ada yang merasa bahwa tidak
membahas ini, tapi saya ingin klarifikasi juga sebetulnya hal ini sudah dibahas, tetapi kalau kemudian
ada batasan pasal ini menjadi pasal yang afirmatif, sayakira definisi sebagai kongkordannya adalah
definisi terhadap pelaku usaha pangan.
ARSIP D
PR-RI
20
Mengenai mikro dan kecil itu strukturnya sudah diatur dalam UU yang tentunya tidak
terpisahkan dari UU ini, selalu bahwa UU ini tidak terpisahkan daripada UU lainnya, ini saya sebagai
klarifikasi,
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Silakan pak Rosyid.
ANGGOTA FPD (ROSYID HIDAYAT) :
Orang kecil megang mic, saya kira begini. jadi kalau misalnya disitu pelaku usaha pangan
mikro dan kecil tidak lagi dipermasalahkan kalau terpaksa harus kita masukan, maka kalau tidak ada
lebih dari 2 yang menyebutkan, seingat saya ini adalah satu-satunya karena yang lainnyaadalah
industri rumah tangga kalau banyak kita masukan diketentuan umum, saya kira tinggal copy paste.
Maksudnya begini, kalau memang lebih dari 2, harus dimasukan dalam ketentuan umum
begitu.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Ini saya sampaikan saja antara lain bahwa terma pelaku usaha pangan ini ada dipasal 17,
pasal 52, pasal 53. Jadi ada beberapa yang tidak selalu merujuk kepada mikro dan kecil sehingga
memang didalam definisi umum harus ada pelaku usaha pangan, adapun mikro dan kecil saya kira
tadi sudah sampaikan ada didalam UU no.20 tahun 2008 tentang kriteria apa yang dimaksud usaha
mikro dan apa yang dimaksud usaha kecil, silakan pak Saiful.
ANGGOTA PPP (SAIFULLAH TAMLIHA) :
Terima kasih pimpinan.
Saya ingin menyampaikan apa yang sudah disampaikan oleh kapoksi saya tadi, makasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Selanjutnya pak Yusran silakan
ANGGOTA FPD (YUSRAN ASPAR) :
Terima kasih pimpinan,
Rekan-rekan yang saya hormati,
Pak menteri dan jajarannya yang saya hormati.
Pak toro barangkali kembali ke pasal tadi slidenya, barangkali tetap pak, pelaku usaha
pangan sampai disitu kalimatnya karena diketentuan umum memang pelaku usaha pangan, kemudian
di pasal 39 ini diberikan penjelasan bahwa yang dimaksud pelaku usaha pangan dalam pasal 39 ini
adalah mikro dan kecil, jadi di penjelasan, jadi kita tidak menambah lagi ketentuan umum, itu yang
pertama.
Yang kedua kalau kita menampilkan pelaku usaha pangan di pasal 39 ini tidak pas juga pak,
karena faktanya dilapangan ada, ambil contoh kalau boleh saya ilustrasi pedagang bakso pelaku
usaha pangan, impor jeroan, kita melarang dia teriak, kita mematikan usaha mereka barangkali,
pertimbangan impor itu seperti itu barangkali, kapan kita melakukan impor dan tidak mematikan
pelaku usaha pangan, contoh lain lagi misalnya kedelai, tahu dan tempe, itu impor berlebihan maka
ARSIP D
PR-RI
21
mati petani, tetapi kita tidak impor kasian juga pelaku usaha pangan tempe dan tahu, jadi pemerintah
harus memperhatikan betul kapan kuota yang pas sehingga tidak mematikan semua ini, jadi tetap
pelaku usaha pangan harus ada, karena fakta dilapangan memang ada dan harus kita lindungi.
Terima kasih pak.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik saya kira usulan pelaku usaha pangan mikro dan kecil pada pasal 39 bisa kita
sempurnakan baru kita kemudian masuk kepada pembacaan RUU dan pendapat mini fraksi, bisa jadi
tambahkan terma mikro dan kecil. Boleh saya ketok pak Djuwarto? Belum.
ANGGOTA PDIP (DJUWARTO) :
Sebentar pak ketua. Saya kira kita inikan tidak bermain dengan UU, kalau usaha kecil ini tidak
mungkin impor kenapa diberi peluang disini, kan begitu. Jadi maksud kita inikan impor ini daripada
dipakai peluang oleh pengusaha besar yang berpura-pura kecil, inikan samadengan kita ini tidak
melindungi apa yang disepakati, saya kira begitu pak ketua.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik dengan mengakomodir seluruh catatan rapat terutama apa yang disampaikan oleh fraksi
PDIP, saya kira kita semua kemudian menjadi eling lan waspodo, kita tambahkan terma mikro dan
kecil pada pasal 39 sebagaimana tadi disampaikan yang ada, kita bisa setujui bersama? Silakan pak
Ian.
ANGGOTA PDIP (IAN SIAGIAN) :
Biar lebih arif kalau kita skors dulu, memang tadi pak Honing mengatakan tidak perlu di skors
kalau itu dihapus, dan saya akui itu, kalau memang tadi dihapus tapi untuk ini sedikit-sedikit sudah
panas ini, di skors dululah 10 menit, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Ya pak Sukiman silakan.
ANGGOTA PAN (SUKIMAN) :
Pada prinsipnya kalau pimpinan dan teman-teman menyetujui, dari fraksi PAN tentu saya pikir
untuk skors fraksi PDIP bisa kami pahami, tetapi dalam konteks konsulidasi di fraksinya, tapi untuk
yang lain kebetulan sudah jelas dan tegas sikapnya itu harus kita sepakati skors atas dasar
permintaan fraksi PDIP dalam rangka mensolidkan dalam rangka konteks apakah ini bisa diterima,
tapi itu harus clear karena terus terang dari kita sudah bisa diterima, ini forum rapat masalahnya,
Terima kasih pimpinan.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik, masih ada pintu saya kira buat fraksi PDIP bagaimana rakor kita dengan pimpinan DPR
pada waktu itu yang dipimpin oleh wakil ketua bidang korinbang, yang kebetulan ada difraksi PDIP
juga pak Pramono Anung untuk menyampaikan minderhide nota manakala tidak tercapai kesepakatan
dengan apa yang oleh 8 fraksi lainnya telah diusulkan tambahan terma mikro dan kecil, bisa kita
sahkan? Silakan pak sis.
ARSIP D
PR-RI
22
ANGGOTA FPG (SISWONO YUDO HUSODO) :
Saudara pimpinan terlebih dahulu saya ingin menyampaikan terima kasih fraksi PDIP yang
dengan kepekaannya hal-hal yang bisa berdampak negatif, telah membuat kita menyepakati
penambahan pelaku usaha pangan mikro dan kecil, saya kira itu hal yang sangat baik. Selanjutnya
setelah mendengarkan penjelasan pak Honing terakhir, kesan saya justru penambahan ini sesuai
dengan harapan dari rekan-rekan yang disampaikan PDIP, hanya ada catatan nomenklatur
pengusaha pelaku usaha pangan dan kecil apakah perlu ada di ketentuan umum, maka kami mohon
pengertian dari rekan-rekan PDIP bahwa subjeknya adalah pengusaha pangan, mikro dan kecil
adalah keterangan dan nomenklatur pengusaha mikro dan kecil ini sudah terlalu jelas karena sudah
diatur dalam UU tersendiri, sama saja bahwa itu keterangan dari suatu pokok.
Dibagian-bagian lain mengenai cadangan pangan penyaluran cadangan pangan, kita tidak
perlu ada dikententuan umu dengan apa yang disebut penyaluran cadangan pangan, yang diperlukan
adalah cadangan pangannya. Jadi keterangan terhadap pokoknya ini tidak perlu ada didalam
ketentuan umum, pimpinan sekiranya dimungkinkan kalau bisa kita sepakat bulet tentu lebih baik, tadi
ada peluang minderhideshot, tapi kami berharap kiranya tampaknya apa yang kita cantumkan
tambahan ini adalah semangat dibalik koreksi pengusaha adanya pelaku usaha pangan yang
dikhawatirkan yang besar, terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih pak Siswono atas usulannya yang sangat simpatik, jadi ingin kembalikan
kepada floor tentunya dengan ucapan terima kasih kepada PDIP atas usulannya membuat kita
kembali kritis terhadap persoalan ini, sehingga saya tanyakan lagi kepada floor untuk melakukan revisi
dalam bentuk penambahan terma mikro dan kecil, sehingga pasal 39 nantinya yang akan
disampaikan pandangan mini fraksinya, oleh masing-masing fraksi berbunyi pemerintah menetapkan
kebijakanperaturan dan impor pangan yang tidak berdampak negatif terhadap keberlanjutan usaha
peningkatan produksi, kesejahteraan petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan
mikro dan kecil, bisa kita setujui bersama?
KETOK PALU 1 X
Baik agenda selanjutnya setelah pembacaan laporan panja adalah persetujuan kita untuk
menerima laporan panja yang nantinya akan dilanjutkan dengan pembacaan naskah RUU, apakah
laporan panitia kerja yang telah disampaikan dan dibacakan oleh saudara Herman Khaeron bisa kita
setujui?
KETOK PALU 3 X
ANGGOTA PDIP (HONING SANNY) :
Saudara ketua yang terhormat,
Berkaitan dengan perbedaan, ketua tadi tidak membacakan minderhidenota dari PDIP karena
itu menjadi catatan tidak terpisahkan, kemudian menjadi bagian kesepakatan ketita bersama-sama
dengan wakil ketua DPR, begitu saya hanya memberi catatan karena itu dokumen penting yang harus
ada.
ARSIP D
PR-RI
23
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Jadi ada catatan keberatan untuk yang terkait dengan pelaku usaha pangan ini? Oh baik-baik.
Tapi nanti ada pandangan mini fraksi, baru nanti kita akan persetujukan. Agenda berikutnya adalah
pembacaan naskah RUU, jadi ada 17 bab 154 pasal yang akan kita dengarkan pembacaan
naskahnya satu demi satu, kalimat demi kalimat, namun dengan demikian kami menawarkan kepada
forum yang terhormat bahwa naskah RUU ini perlu dibacakan secara keseluruhan atau tidak? karena
memang dimeja anggota yang terhormat atau seluruh anggota rapat kerja yang mewakili pemerintah
sudah terdapat naskahnya, silakan pak Herman.
WATUA (HERMAN KHAERON) :
Saya berpendapat, saya kira untuk pembacaan naskah ini diabaikan, tapi itu tetap bagian dari
tidak terpisahkan acara rapat ini, melihat pengalaman-pengalaman kita terhadap keputusan RUU
holtikultura, saya kira memang ini cukup mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota saja, terima
kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Ada usulan untuk menjadikan apa yang terlampir dalam meja kita masing-masing yang
merupakan RUU pangan yang telah kita baca, kita telaah bersama-sama didalam tim panja untuk
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rapat kerja kita pada hari ini, bisa disetujui?
KETOK PALU 1 X
Selanjutnya adalah agenda pandangan mini fraksi yang akan dibacakan oleh masing-masing
juru bicara masing-masing fraksi, untuk itu kami persilakan terlebih dahulu dari partai Hanura bapak
Drs. AMD
PANDANGAN MINI FRAKSI-FRAKSI
ANGGOTA F.HANURA (MURADY DARMANSYAH) :
Pimpinan rapat yang saya hormati,
Rekan komisi IV, pak menteri dari pertanian, hukum dan ham, perdagangan dan seluruh
jajaran. Saya membacakan pandangan fraksi partai hanura DPR-RI terhadap RUU tentang pangan.
Asalamualaikum, wr, wb.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Pimpinan anggota panja yang kami hormati,
Alhamdulilah segala puji serta syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkah dan limpahan karunianyalah sehingga kita diberi kesehatan dan diberikan kesempatan untuk
menghadiri UU ini.
Pimpinan dan anggota panja yang kami hormati,
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dalam UUD 1945 sebagai komponen dasar
untuk mewujudkan SDM yang berkualitas, disamping itu negara berkewajiban menjamin ketersediaan,
keterjangkauan dan keamanan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang,
baik pada tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga secara merata seluruh wilayah RI.
ARSIP D
PR-RI
24
Dalam perkembangan pembangunan pangan di indonesia tidak begitu menggembirakan pada
periode agustus 2011-februari 2012 imppor beras indonesia mencapai 1,8 juta ton, hal ini menunjukan
bahwa impor beras dilakukan pemerintah masih cukup tinggi. UU no.7 tahun 1996 tentang pangan
sudah tidak sesuai lagi dengan dinamika perkembangan kondisi ekonomi eksternal, internal,
demokratisasi, desentralisasi, globalisasi, penegakan hukum dan beberapa peraturan yang lain.
Secara politik dalam penilaian pangan harus meletakan dasar-dasar yang berazaskan adanya
kedaulatan, kemandirian, ketahanan, keamanan, mandat dan lestari, pemerataan dan keadilan. Dan
berkelanjutan untuk tercapainya ketahanan pangan. Oleh karena itu diperlukan UU yang kuat untuk
mengatur pangan tersebut.
Pimpinan dan anggota panja yang kami hormati.
Bahwa pembahasan tentang UU pangan sudah melalui tahapan dan proses pembahasn yang
cukup panjang, RUU ini memang merupakan inisiatif DPR-RI namun harus ada kesamaan pemikiran
dengan pemerintah, pembahasan secara intensif di Komisi IV telah menjaring pendapat dan aspirasi
yang berkembang dimasyarakat dan juga mendapat pendapat pakar yang ahli dari berbagai disiplin
ilmu serta saran dari berbagai pihak yang telah dilakukan. RUU ini berusaha menjawab masalah yang
terkait dengan pangan meliputi perencanaan pangan, ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan,
konsumsi pangan, keamanan pangan, labeling dan iklan pangan, pengawasan, lembaga pangan,
peran serta masyarakat dan penyidikan terkait dengan pelanggaran yang memerlukan sangsi pidana.
RUU ini secara politik sudah mengedepankan adanya kedaulatan dalam mengatur kebijakan
disektor pangan dan adanya pengawasan penyelenggaraan pangan dilakukan oleh pemerintah.
Pengawasan tersebut dilakukan terhadap ketersediaan dan atau kecukupan pangan pokok yang
aman, bergizi dan keterjangkauan oleh daya beli masyarakat. Persyaratan keamanan pangan, mutu
pangan dan pangan dan persyaratan labeling pangan iklan pangan. Disamping itu RUU pangan ini
memuat pidana baik bagi pihak yang melakukan kegiatan secara perorangan, koorporasi atau
kelompok yang dapat mengganggu pangan atau yang bersifat spekulatif dengan melakukan monopoli
pangan atau merusak kualitas pangan seperti menggunakan bahan yang membahayakan tubuh atau
tidak memenuhi standar yang telah ditentukan. Hal ini merupakan langkah maju untuk tercapainya
kedaulatan pangan dan kementerian pangan yang selama ini diharapkan.
Pimpinan panja yang kami hormati.
Menyikapi hal tersebut diatas maka fraksi Hanura bersikap dan mengusulkan :
1. RUU pangan ini untuk dapat dilanjutkan pembahasannya hingga dapat disahkan menjadi UU
pangan di sidang paripurna DPR-RI dalam masa sidang ke-4 2011/2012.
2. Kami menyetujui dan sependapat dengan semua rumusan-rumusan termasuk yang berhubungan
dengan keamanan pangan yang diperjelas dengan adanya bab 6 bagian ke-8 ‘jaminan produk
halal yang dipersyaratkan, kami melihat adanya ruang sempit yang menjadikan perbedaan antara
fraksi untuk hal ini.
3. Berdasarkan hal tersebut diatas, setelah melalui pembahasan yang komperehensif di fraksi, maka
dengan mengucapkan bismilahirahmanirahim fraksi partai Hanura menyatakan setuju dengan
ARSIP D
PR-RI
25
RUU tentang pangan yang merupakan perubahan UU no.7/1996 untuk disahkan menjadi UU.
Sekian pendapat fraksi partai Hanura kami sampaikan, atas perhatiannya terima kasih.Bekerja
untuk keunggulan bangsa, saatnya hati nurani bicara.
Asalamualaikum, wr, wb.
Ketua Sunardi ditandatangani dan Saleh Husein sekretaris ditandatangani.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Bisa disampaikan kepada pimpinan dan juga kepada pemerintah, jangan lupa fotonya. Baik
kami ucapkan terima kasih kepada juru bicara partai Hanura, selanjutnya kita naik dulu ke fraksi partai
Demokrat, juru bicara ibu Sri Hidayati SP.
ANGGOTA FPD (SRI HIDAYATI) :
Terima kasih bapak pimpinan.
Bismilahirahmannirahim.
Kami akan membacakan pandangan mini akhir fraksi secara singkat, namun bagian lain yang
tidak kami bacakan tidak terpisah dari apa yang kami tulis dan nanti kami serahkan. Pendapat akhir
mini fraksi partai demokrat tentang RUU perubahan atas UU no.7 1996 tentang pangan, juru bicara
Sri Hidayati anggota 470.
Asalamualaikum, wr, wb.Salam sejahtera bagi kita semua,
Yang terhormat pimpinan komisi IV DPR-RI,
Saudara menteri pertanian RI beserta jajarannya,
Saudara menteri perindustrian atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara menteri perdagangan RI atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara menteri dalam negeri RI atau yang mewakili beserta jajarannya,
Saudara menteri hukum dan ham atau yang mewakili beserta jajarannya,
Para anggota komisi IV DPR-RI dan hadirin yang kami muliakan.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga kita masih bisa mengemban amanat rakyat dan dapat
menjalankan tugas konstitusional sebagai anggota DPR-RI untuk menyampaikan pendapat akhir mini
terhadap RUU tentang perubahan atas UU no. 7 tahun 1996 tentang pangan pada rapat kerja komisi
IV DPR-RI pada hari ini.
Terkait dengan beberapa hal seperti masalah halal, meskipun halal sudah menjadi domain
internasional, namun dari diskusi yang berkembang, fraksi partai demokrat mengusulkan rumusan
kata halal sesuai yang dipersyaratkan atau tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat diganti
dengan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. kemudian bila
dipandang perlu dapat dijelaskan dalam bagian penjelasan.
Selanjutnya untuk kelembagaan, lembaga pemerintah yang menangani bidang pangan, fraksi
demokrat sangat mendukung dengan adanya lembaga ini yang kedepannya mampu menjalankan
otoritas dibidang pangan baik dalam hal pengadaan, penyimpanan dan atau distribusi pangan pokok
ARSIP D
PR-RI
26
dan pangan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintahserta dapat berkoordinasi dengan lembaga lain
dan menugaskan BUMN untuk tugas-tugas tersebut,
Saudara pimpinan, saudara menteri dan anggota komisi IV DPR-RI yang terhormat,
Akhirnya dengan mengucapkan bismilahirahmanirahim fraksi partai demokrat menyatakan
menerima dan menyetujui RUU perubahan atas UU no.7 1996 tentang pangan dapat dilanjutkan ke
pembicaraan tingkat II paripurna DPR-RI. Demikian pendapat akhir minifraksi partai demokrat dalam
rapat kerja komisi IV hari ini, semoga Allah SWT tuhan yang maha esa senantiasa memberikan
ridhonya kepada kita semua, wabilahitaufik walhidayah, wasalamualaikum, wr, wb.salam sejahtera
untuk kita semua.Jakarta 16 oktober 2012 pimpinan fraski partai demokrat, ketua DR. Hj. Nurhayati
Aliasegaf, sekretaris Saan Mustafa ditandatangani
Asalamualikum, wr, wb
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Waalaikumsalam, ini langsung menukik pada pokok persoalan. Dipersilakan disampaikan
kepada pimpinan dan pemerintah. Baik terima kasih, selanjutnya fraksi partai Gerindra, juru bicara
Anak Agung Jelantik.
ANGGOTA F. GERINDRA (ANAK AGUNG JELANTIK) :
Terima kasih ketua,
Asalamualaikum, wr, wb. Salam sejahtera bagi kita semua, om swastiastu.
Yang kami hormati saudara pimpinan, anggota komisi IV yang saya hormati,
Saudara menteri pertanian beserta jajaran,
Saudara menteri perindustrian beserta jajaran,
Saudara menteri perdagangan beserta jajaran,
Saudara menteri dalam negeri beserta jajaran,
Saudara menteri Hukum dan ham beserta jajaran,
Hadirin yang berbahagia,
Sebagaimana diamanatkan pada UUD negara tahun 1945 bahwa bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalam negara RI adalah anugrah tuhanYang maha kuasa untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat indonesia, dimana salah satu kekayaan
indonesia berupa tanaman pangan, tanaman pangan sebagai bagian dari kekayaan hayati yang
sangat penting sebagai sumber pangan nasional dan berperan besar untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat menyangkut aspek sosial, ekonomi dan lingkungan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu fraksi partai gerindra DPR-RI memandang perlu adanya UU yang lebih
komperehensif mengatur tentang pangan, RUU pangan yang sekarang sedang kita godok ini
diharapkan mampu menjadi daya ungkit bagi pembangunan pangan dimasa depan, dengan kata lain
UU pangan ini diharapkan menjadi landasan dalam mengembangkan produk-produk pangan yang
mampu berdaya saing dan terdesentralisasi dimasa depan. Melalui payung hukum inilah kita
harapkan untuk segera bisa berbenah diri, kita harus mampu melahirkan benih-benih pangan yang
ARSIP D
PR-RI
27
berkualitas, kita harus mampu menjaga dan memelihara varietas yang kita miliki dan tidak lupa
mengembangkan varietas tanaman pangan yang lebih bermutu.
Partai Gerindra selama ini telah menjadikan petani sebagai salah satu basis utama
konsituennya, dimana kami telah didatangi beberapa kelompok masyarakat dan individual seperti
KTNA, petani, dsb, kelompok LSM pertanian yang pada intinya agar RUU pangan ini segera diproses
untuk disahkan menjadi UU.
Aspirasi mereka harus kita layani sebagai wujud dukungan politik kita kepada pemerintah dan
DPR, dalam mengemban amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
khususnya para petani melalui jalur legislasi. Memperhatikan kondisi-kondisi real diatas, kami dari
fraksi partai gerindra RUU pangan ini dapat menjadi momentum yang bagi pemerintah untuk
mengembangkan dan melindungi pangan indonesia yang lebih berpihak kepada kepentingan petani,
rakyat dan kebenaran. Partai gerindra telah mencatat beberapa issue terkait persoalan pangan
seperti :
1. Persoalan pengaturan penyediaan tanah lahan pangan menjadi maslah pengembangan
pangan di indonesia dan berkelanjutan
2. Pengembangan usaha pangan di indonesia ini dikelola oleh petani=petani kecil dengan
kemampuan dan skill yang terbatas, maka mereka belum mampu mengembangkan usaha
bisnis yang menjanjikan, namun baru sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Harga komoditas pangan diindonesia cenderung ditentukan oleh pedagang atau tengkulak,
pedagang besar dan pemilik modal lainnya, sehingga petani cenderung tidak berdaya dan
dirugikan manakala musim panen raya tiba.
4. Membanjirnya produk pangan luar negeri yang masuk di indonesia dan telah menyebabkan
produk-produk pangan lokal kalah bersaing, yang pada gilirannya merugikan petani, kesehatan
konsumen dalam negeri dan berkurangnya pendapatan negara.
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan pola kemitraan untuk
membantu peningkatan pendapatan petani dirasakan masih kurang
6. infrastruktur yang mendukung pengembangan indonesia seperti sarana penyimpanan, jalan,
pelabuhan, sarana transportasi, dsb dirasakan belum optimal sehingga hal ini menghambat
pengembangan prospek usaha pangan.
7. RUU pangan yang ada pada saat ini diharapkan dapat memastikan terpenuhinya hak-hak
rakyat atas pangan, karena lebih melihat pada aspek ketersediaan dan melihat pangan hanya
sebagai komoditas. Segala hal yang berhubungan dengan pangan seharusnya diletakan dalam
skema kedaulatan pangan secara utuh dan ramah lingkungan memastikan adanya
perlindungan lahan-lahan pangan dan dari industri ekstraktif seperti dan pembangunan
infrastruktur dan industri.
8. Keanekaragaman pangan nonpadi belum diakomodir secara penuh, selain itu tidak ada
pengakuan pemberdayaan dan perlindungan peran nelayan, baik nelayan
ARSIP D
PR-RI
28
ANGGOTA F. GERINDRA (ANAK AGUNG JELANTIK) :
Segala hal yang berhubungan dengan pangan seharusnya diletakan dalam skema
kedaulatan pangan secara utuh dan ramah lingkungan dan memastikan adanya perlindungan
lahan-lahan pangan dan dari industri ekstraktif seperti perkebunan kelapa sawit,
pertambangandan pembangunan infrastruktur dan industri.
8. Keanekaragaman pangan nonpadi belum diakomodir secara penuh, selain itu tidak ada
pengakuan pemberdayaan dan perlindungan peran nelayan, baik nelayan tangkap maupun
nelayan budidaya dalam penyediaan pangan.
Hadirin yang kami hormati,
Berdasarkan serangkaian temuan-temuan issue aktual sebagaimana dikemukakan diatas,
maka fraksi partai gerindra telah merekomendasikan beberapa hal signifikan yang perlu dibahas lebih
lanjut sbb :
1. Berkaitan dengan perkembangan rencana pengolahan lahan untuk pangan maka pemerintah
perlu mengatur penggunaan lahan untuk sektor ini secara adil dan berkepastian hukum, jadi
sesuai tata ruang khususnya bagi petani-petani kecil yang bergerak di bidang pangan dengan
mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan.
2. Pemerintah belum mendorong pengembangan petani yang mempunyai kemampuan atau skill
dan sentuhan teknologi untuk meningkatkan daya saing yang tercermin dari peningkatan mutu,
citarasa, keberhasilan pasokan dan keefesienan guna mencapai jangkauan pasar yang lebih
luas.
3. Untuk mengatur stabilitas harga komoditas pangan atau mengatur tata niaga pangan yang
bertujuan untuk melindungi para petani pangan dari permainan pihak ketiga.
4. Terkait dengan serbuan produk pangan dari negara lain, hal ini perlu diatur di RUU pangan
misalnya keharusan produk impor harus memenuhi standar yang sudah tercantum di dalam RUU
tersebut.
5. Berkaitan dengan masalah pembiayaan sektor pangan, diharapkan agar RUU pertanian dijadikan
sebagai salah satu perangkat hukum yang mendukung political will pemerintah dalam
pengembangan sektor pangan.
6. Pendapatan dan perlindungan produk pangan perlu ditingkatkan untuk menjaga khasanah
kekayaan bangsa indonesia agar tidak di klaim sebagai milik negara lain.
7. Didalam RUU pangan ini, alokasi anggaran seharusnya diprioritaskan untuk mendorong sektor
yang mengawasi hajat hidup orang banyak, utamanya sub sektor pertanian dan sebaliknya. Jadi
diharapkan hal ini akan berpengaruh kepada APBN kita.
8. Substansi revisi UU pangan harus menjadi benteng ditengah maraknya UU sektoral yang
eksploitasi SDA, saya tidak bicarakan secara lengkap, jadi hanya pokok-pokoknya saja.
9. RUU pangan yang baru harus tegas menyatakan keberpijakannya pada upaya untuk melindungi
petani kecil pada perindustrian pangan dan melindungi pasar lokal dan nasional.
ARSIP D
PR-RI
29
10. Dalam RUU ini perlu diatur pula tata produksi, tata reproduksi sampai kepada tata konsumsi,
karena dalam RUU ini yang ada hanya menitikberatkan pada masalah distribusi dan daya beli
masyarakat.
11. Perlu dicermati bahwa draft RUU pangan nantinya diperkirakan akan bentrok dengan RUU
jaminan produk halal, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru, karena RUU
jaminan produk halal bersifat wajib, mandatori sedangkan UU pangan sifatnya sukarela.
12. Pemerintah perlu meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan sektor
pangan seperti sarana jalan, gudang penyimpanan, transportasi dsb.
13. Pemerintah daerah perlu menyediakan lahan untuk pengembangan lahan pertanian sedangkan
pemerintah pusat perlu mengalokasikan pendanaan untuk pengembangan lahan pertanian
didaerah demi terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Fraksi partai gerindra sebagai gerakan indonesia raya yang ingin mewujudkan indonesia jaya
dengan menciptakan kemakmuran rakyat semesta mendukung dan mendorong RUU pangan
dibawa kejenjang selanjutnya untuk disyahkan menjadi UU pangan. sehinggaRUU ini benar-
benar mampu mengangkat motivasi petani indonesia untuk terdorong mengembangkan
usahanya dibidang pangan, karena pada kenyataannya usaha di bidang pangan ini jauh
menjanjikan dibandingkan dengan perkembangan usaha konvensional.
Pimpinan dan hadirin yang saya muliakan,
Demikian beberapa hal yang menjadi perhatian partai gerindra untuk terwujudnya rakyat yang
makmur dan mencukupi pangan, atas perhatian dan kerjasama yang diberikan kami ucapkan terima
kasih, wasalamualaikum, wr, wb. Salam sejahtera untuk kita semua, om santi santi.
Jakarta 16 oktober 2012
Pimpinan Fraksi gerakan indonesia raya, ditanda tanganioleh wakil ketua H. Ahmad husaini
dan sekretaris Edi Prabowo Subianto, MPA. sekian.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih juru bicara fraksi partai gerindra, selanjutnya kami mengundang juru bicara
fraksi partai golkar sdr, HJ. Teti Kadi Bawono.
ANGGOTA FPG (TETI KADI) :
Pendapat fraksi partai Golongan Karya DPR-RI tentang RUU pangan.
Yang kami hormati bapak pimpinanbeserta seluruh jajaran komisi IV,
Yang kami hormati bapak menteri pertanian beserta jajaran,
Yang kami hormati bapak menteri dalam negeri serta jajarannya atau yang mewakili,
Bapak menteri perdagangan atau yang mewakili beserta jajarannya,
Bapak menteri hukum dan ham atau yang mewakili,
Kepala Badan POM atau yang mewakili,
Para hadirin yang kami hormati,
Asalamualaikum, wr, wb salam sejahtera untuk kita semua,
ARSIP D
PR-RI
30
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah kami memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan limpahan dan hidayahnya
kepada kita semua, sehingga kita dapat mengikuti rapat siang ini untuk menyampaikan pandangan
fraksi yang merupakan tahapan penting dari pembahasan RUU tentang pangan.
Para hadirin yang kami hormati,
Pasal 28h ayat 1 UUD 45 menjelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan salah satunya adalah memperoleh ketersediaan jaminan pangan.
Selain itu indonesia juga telah memiliki UU no.11 tahun 2005goverment of economic yang berjanji
untuk menjamin hak-hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam menikmati semua hak
ekonomi, sosialdan budaya sebagaimana yang telah ditentukan dalam goverment tersebut.
Pimpinan rapat dan hadirin yang berbahagia,
Dalam catatan sejarah nasional, presiden Soekarno dalam pidatonya telah mengingatkan
kepada kita semua bahwa pangan merupakan soal mati hidupnya suatu bangsa, dan apabila
kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka bersiaplah menunggu malapetaka. Didalam UUD 45
juga telah mengamanatkan kepada kita bahwa kedaulatan pangan sesungguhnya merupakan hak
setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk
menetapkan sistem pertanian, peternakan dan perikanan tanpa adanya sub ordinasi dari kekuatan
pasar internasional, maka konsekwensi dari hal tersebut adalah negara memiliki kewajiban untuk
menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan keamanan pangan yang cukup, aman, bermutu dan
bergizi diseluruh wilayah negara kesatuan RI.
Sedangkan prasyarat utama untuk menegakan kedaulatan pangan antara lain adalah hak
untuk mendapatkan akses atas pangan, penggunaan SDA secara berkelanjutan, pangan untuk
pangan dan tidak menjadikan pangan sebagai komoditas yang diperdagangkan, pembatasan
penguasaan pangan oleh koorporasi serta pemberian akses kepada petani kecil.
Para menteri, pimpinan rapat dan hadirin yang berbahagia,
Sebagaimana diketahui UU no.7/1996 tentang pangan telah hampir digunakan 15 tahun, tapi
saat ini berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara telah banyak mengalami perubahan
dalam bidang pengaturan negara, dulu kita dihadapkan pada pengelolaan negara yang sentralistik
tetapi sekarang sistem kenegaraan kita telah berubah dan lebih menekankan pada usaha
desentralisasi yang memerlukan partisipasi potensi bangsa yang ada. Selain itu UU no.7/ 1996 masih
sangat umum dan masih menitikberatkan pada sektor industri pangan, sehingga implementasinya
menemui berbagai kendala khususnya penegakan hukum dan tidak sesuai dengan kondisi saat
ini.Maka perubahan atas UU no.7 tahun 1996 sangat mutlak diperlukan seiring dengan perubahan
zaman.
Berdasarkan permasalahan diatas maka FPG DPR-RI perlu menyampaikan pandangan
terhadap RUU pangan antara lain :
ARSIP D
PR-RI
31
1. Fraksi golkar DPR-RI berpendapat bahwa ketahanan pangan bukan hanya berarti pangan harus
menjamintersedia, harus memperhatikan 2 hal fundamental lainnya yaitu kedaulatan pangan dan
kemandirian pangan, kedaulatan pangan dalam arti kebijakan pangan diterapkan oleh kita sendiri
sedangkan kemandirian pangan yang dapat diproduksi didalam negeri harus dipenuhi dari dalam
negeri.Kita harus memahami meskipun didalam kondisi pangan didunia bersifat interpendensi
tetapi pangan tetap bisa menjadi alat politik untuk menekan negara lain.
2. Fraksi partai golongan karya berpendapat bahwa kelembagaan pangan nasional dibentuk berada
dan bertanggung jawab serta memiliki otoritas dan bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan
politik pangan nasional untuk menjamin ketersediaan pangan nasional.
3. Fraksi golongan karya berpendapat bahwa kebijakan impor pangan untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan
pangan nasional tidak mencukupi atau tidak dapat diproduksi didalam negeri berdasarkan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Fraksi partai golongan karya DPR-RI berpendapat bahwa dalam penugasan khusus kepada,
BUMN untuk pengadaan pangan pokok dan strategis tidak dibawa dalam mekanisme pasar,
untuk mencegah terjadinya permaianan yang tidak sehat bagi kepentingan ketersediaan pangan
nasional.
5. Selain itu FPG mendorong crew kecil dan menengah mendapatkan peran penting dalam
kedaulatan pangan dan ketahanan pangan dengan memberikan akses yang menjamin
kesejahteraannya.
Pimpinan dan anggota DPR-RI yang berbahagia,
Fraksi partai golkar berharap tentang pangan ini dilakukan bukan hanya melakukan
paradigma terhadap pembangunan nasional tetapi juga dapat merumuskan pokok-pokok kebijakan
dan landasan hukum untuk pangan nasional yang disesuaikan dengan kondisi nasional dan global
yang pada akhirnya akan mampu mewujudkan bangsa dan berdaya saing melalui efesiensi,
modernisasi dan nilai tambah pertanian serta mampu bersaing dipasar lokal dan internasional.
Selain itu revisi ini juga harus mampu merumuskan aturan untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup dalam jumlah maupun harga yang terjangkau dengan didukung oleh
sumber-sumber yang beragaman lokal. Dalam kesempatan ini FPG memberikan apreasiasi terhadap
kerjasama telah dilakukan oleh seluruh fraksi yang ada di komisi IV sehingga pembahasan tentang
RUU pangan ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan rumusan yang optimal.
Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, maka fraksi partai golongan karya DPR-RI
menyatakan menyetujui RUU tentang pangan untuk dibawa pada pembahasan tingkat II. Demikian
pandangan FPG DPR-RI sampaikan semoga Allah SWT tuhan yang maha esa selalu melimpahkan
ridhonya kepada kita dan dalam menunaikan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara, pimpinan
fraksi golongan karya indonesia ditandatangani.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Diucapkan terima kasih kepada juru bicara fraksi partai golkar
ARSIP D
PR-RI
32
MENTERI (SUSWONO) :
Ketuakami belum melaksanakan sholat ashar, kalau bisa discors 15 menit dulu
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik saya mengusulkan untuk scors 15 menit sampai pukul 17.15 kita lanjutkan lagi, rapat
discors
KETOK PALU 1 X
RAPAT DISCORS
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Dari partai kebangkitan bangsa, ibu Hj. Mirati Dewaningsih dipersilakan.
ANGGOTA FKB (MIRATI DEWANINGSIH) :
Terima kasih pimpinan, saya akan membacakan pandangan akhir fraksi secara singkat.
Pandangan mini akhir fraksi partai kebangkitan atas RUU tentang pangan disampaikan oleh
juru bicara fraksi partai kebangkitan bangsa Mirati Dewaningsih, nomor anggota A173.
Asalamualaikum, wr, wb.
Yang terhormat pimpinan rapat,
Yang terhormat saudara menteri,
Yang terhormat saudara anggota dewan serta hadirin yang berbahagia.
Segala puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkenan melimpahkan
curahan rahmat taufik dan hidayahnya, sehingga kita bersama-sama rapat kali ini dalam rangka
pengambilan keputusan akhir atas RUU tentang pangan. Shalawat dan salam senantiasa kita tujukan
kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan kepada umat manusia untuk
selalu menjunjung tinggi kebenaran, memegang teguh kejujuran serta menegakan prinsip-prinsip
keadilan.
Selanjutnya perkenankanlah fraksi partai kebangkitan bangsa menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menampaikan
pendapat fraksi terhadap RUU ini.
Pimpinan rapat, para anggota dewan serta para hadirin yang terhormat,
Masalah kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan bagi suatu bangsa yang serius dan
regulasi secara kongrit demi keberlangsungan bangsa indonesia, memang sejak 1996 indonesia telah
memiliki UU no.7/1996 tentang pangan yang kemudian dilakukan revisiatasnya dan telah dilakukan
pembahasan sehingga menjadi RUU tentang pangan, hal ini menunjukan bahwa komitmen kita
mengenai pangan kiranya patut diberikan apresiasi dalam pembahasan mengenai RUU tentang
pangan ini memang telah mencapai hasil yang optimal.
Kami mencatat beberapa hal substansial terkait dengan pasal-pasal mengenai kedaulatan,
kemandirian, ketahanan, keamanan pangan, masalah produksi, ketersediaan pangan serta
penyelenggaraan pangan yang sejalan dengan pandangan kami. Keseluruhan atas pembahasan RUU
pangan ini dimaksudkan untuk pemenuhan hak atas pangan kepada setiap warga negara terlebih
ARSIP D
PR-RI
33
terhadap kelompok masyarakat rentan yaitu petani, nelayan dan pembudidaya ikan demi tercapainya
kedaulatan kemandirian pangan nasional.
Saudara menteri, saudara pimpinan, saudara anggota dewan serta para hadirin yang
terhormat.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan semua proses yang berlangsung di dewan
selama ini dan dengan memohon ridho rahmat dan hidayah Allah SWT mengucap
bismilahirahmannirahim, fraksi partai kebangkitan bangsa menyatakan menyetujui RUU tentang
pangan. Semoga RUU ini segera dapat disyahkan menjadi UU dan segera ditindak lanjuti dengan
peraturan pelaksanaannya sebaik-baiknya, demikian pandangan fraksi partai kebangkitan bangsa
atas RUU tentang pangan ini, atas perhatian pimpinan rapat, para anggota dewan dan teman-teman
wartawan dan hadirin fraksi partai kebangkitan bangsa menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya serta memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.
wasalamualaikum, wr, wb
Jakarta 16 oktober 2012
Ketua Marwan Jafar ditanda tangani, sekretaris Muhammad Hanif Zahiri ditanda tangani
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih ibu Mirati, selanjutnya dipersilakan disampaikan kepada pimpinan dan
pemerintah. Diucapkan terima kasih kepada juru bicara fraksi PKB, selanjutnya juru bicara PDIP
saudara Ian Siagian dipersilakan.
ANGGOTA PDIP (IAN SIAGIAN) :
Pandangan mini fraksi partai PDIP terharap revisi UU no.7/1996 tentang pangan,
disampaikan oleh Ian Siagian nomor anggota A323.
Asalamualaikum, wr, wb. Salam sejahtera untuk kita semua, om swastiastu, merdeka!!
Saudara pimpinan dan anggota komisi IV DPR-RI yang terhormat,
Saudara menteri pertanian, menteri perdagangan, menteri perindustrian, menteri dalam
negeri, hukum dan ham atau yang mewakili.
Para pejabat dan kementerian/lembaga terkait, para hadirin yang saya hormati.
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena anugrah berkat dan
kasihnyalah sehingga kita masih diberikan kekuatan dan nikmathingga kita saat ini. Pada kesempatan
yang berbahagia ini ijinkan kami fraksi PDIP menyampaikan terima kasih yang tulus dan mendalam
atas perhatian dan kerjasama fraksi-fraksi dan pemerintah, sehingga RUU tentang pangan yang
merupakan revisi UU no.7 tahun 1996 tentang pangan dapat dirampungkan dan siap disampaikan
dalam sidang paripurna dewan yang akan datang.
Pimpinan dan segenap anggota komisi IV yang kami hormati,
Setelah melalui pembahasan yang panjang dan melelahkan, akhirnya kita dapat menyatukan
beberapa pandangan dalam hal revisi dari UU no.7 tahun 1996 tentang pangan ini, sekalipun
beberapa poin krusial yang membedakan pandangan PDIP dengan fraksi-fraksi lainnya sebagai
ARSIP D
PR-RI
34
upaya bersama berusaha menyelesaikan RUU pangan, maka pimpinan DPR mengambil inisiatif untuk
membantu menyelesaikan perbedaan bahwa hendaknya perbedaan itu harus diberi ruang, sebaliknya
kamipun menghargai pandangan dan pendapat fraksi lain berkaitan dengan UU ini.
Perbedaan itu hendaknya tidak menyurutkan langkah kita sebagai komponen bangsa yang
menginginkan masyarakat dan bangsa indonesia lebih maju khususnya dalam memajukan kedaulatan
pangan nasional yang dicita-citakan. Melalui kesempatan ini ijinkan kami menyampaikan poin
perbedaan yang menurut kami perlu mendapatkan perhatian dan pemahaman kita bersama. Fraksi
PDIP tetap konsisten pada pendapatnya untuk menggunakan kata sesuai keyakinan dan budaya
masyarakat daripada kata halal pada UU pangan. Karena pencantuman jenis dan asal kandungan
dari produk pangan dan label iklan dianggap sudah cukup, sehingga konsumenlah yang dapat menilai
langsung apakah produk tersebut layak atau halal bagi mereka.
Pencantuman halal juga tidak bersifat mandatori dari UU ini, sehingga pencantuman pasal 95
yang menyatakan penerapan sistem jaminan kehalalan pangan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan dianggap tidak relevan. Dalam UUD 1945 pasal 29 disebutkan agama dan kepercayaan
bukan keyakinan, karena keyakinan menurut kamus bahasa indonesia (KBI) adalah 1. kepercayaan
dan sebagainya yang sungguh-sungguh, kepastian, ketentuan. 2.Bagian agama atau religi yang
berwujud konsep yang keyakinan (kepercayaan pada penganutnya).
Bahwa berdasarkan penjelasan dan pemahaman ini, fraksi PDIP tetap menggunakan kata
keyakinan dan budaya, karena kata keyakinan sudah merangkum kata kepercayaan.
Saudara pimpinan dan segenap anggota komisi IV DPR-RI yang kami hormati.
Demikianlah pendapat mini fraksi PDIP dengan tidak bermaksud menghambat pengesahan
RUU ini, fraksi PDIP DPR mengajukan minderhide nota terhadap perbedaan diatas dan menjadikan
sebagai sebagian tidak terpisahkan dalam melaporkan perubahan RUU pangan dalam rapat
paripurna.
Akhirnya fraksi partai PDIP menyatakan RUU pangan ini setuju untuk diajukan pada rapat
paripurna pengambilan keputusan tingkat II, semoga dengan lahirnya UU ini produksi pangan
indonesia dapat berdaulat dinegeri yang sejak dahulu terkenal dengan semboyan gemah ripah loh
jinawi toto tentrem, sekian dan terima kasih.
Merdeka!
Jakarta 16 oktober 2012
Pimpinan Poksi fraksi PDIP DPR-RI
Ketua Mindo Sianipar A389,sekretaris Honing sanny A405 ditandatangani
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Diucapkan kepada juru bicara fraksi PDIP pak Ian Siagian, suatu ketika ada orang batak yang
sudah cukup lama di jawa, orang solo tepatnya dan kemudian lama dia bicara ‘kalian pikir aku masih
batak, aku panggil istriku aja jeng, katanya begitu’ itu cerita tentang gemah ripah tadi.
Dan selanjutnya saya mengundang juru bicara saudara fraksi PPP bapak Saifullah Tamliha.
ARSIP D
PR-RI
35
ANGGOTA PPP (SAIFULLAH TAMLIHA) :
Asalamualaikum ,wr, wb. (salawat).
Yang terhormat saudara pimpinan rapat,
Saudara menteri pertanian RI,
Saudara menteri perindustrian atau yang mewakili,
Saudara menteri perdagangan atau yang mewakili,
Saudara menteri dalam negeri RI atau yang mewakili,
Saudara menteri hukum dan ham RI yang saya hormati,
Yang terhormat rekan-rekan anggota dewan dan para hadirin sekalian yang berbahagia,
Ijinkanlah saya pada kesempatan ini, saya Saifullah Tamliha nomor anggota A313
menyampaikan pendapat akhir mini fraksi PPP DPR-RI terhadap RUU tentang pangan. Pangan
merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa indonesia, mengingat pangan adalah
kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat
secara bersama-sama. Namun kita menyadari bahwa hingga saat ini bahwa kebutuhan pangan
nasional belum dapat dipenuhi secara mandiri, bahkan dibeberapa daerah kita masih menyaksikan
kekurangan pangan dan gizi buruk.
Demikian pula halnya dengan produksi pangan nasional, beberapa komoditas pangan kita,
jika kita tidak ingin menyebut semuanya masih impor sebagai alasan untuk mengimpornya, akankah
kondisi demikian akanterus dibiarkan dan kita lanjutkan saja dan tentunya tidak. Kita harus bersiap
dan bahkan bertindak untuk mengatasi berbagai kendala pengadaan berbagai komoditas pangan
mengingat krisis pangan dunia sudah didepan mata.’
Fraksi PPP berpandangan bahwa RUU tentang pangan ini merupakan salah satu ikhtiar
bersama kita untuk membangun ketersediaan, kemandirian, ketahanan, kedaulatan, serta keamanan
pangan kita menuju bangsa yang baidatum toyibatum warabun gofur.
Fraksi PPP juga memahami bahwa RUU tentang pangan ini sudah cukup komperehensif dan
menyeluruh dalam rangka mengatur pengelolaan pangan nasional, karena memang persoalan
pangan memang bukanlah persoalan satu kementerian saja, namun meliputi berbagai sektor yang
ada dalam sistem pemerintahan, bukan saja masalah pemerintahan pusat semata tapi juga
permasalahan pemerintah daerah.
Oleh karena itu kemauan politik dan dukungan yang besar harus diberikan oleh berbagai
kementerian dan pemerintah daerah kepada penuntasan masalah pangan ini, RUU ini dan kebijakan
pemerintah mengenai masalah pangan ini harus bisa disinergikan dengan sektor-sektor
pembangunan lainnya demi keberhasilan pembangunan pangan nasional.
Menyangkut Produk pangan , PPP mencatat negeri ini beberapa kali didera oleh issu produk
pangan yang tidak halal untuk dikonsumsi, issu tersebut telah menyudut energi bangsa dan
meresahkan masyarakat umum, menurut fraksi kami hal itu bisa terjadi karena tidak adanya kepastian
hukum mengenai ketentuan kehalalan produk dan peraturan perundang-undangan.
ARSIP D
PR-RI
36
Oleh karena itu PPP dalam pembahasan RUU tentang pangan ini telah mengusulkan dalam
pasal 1 angka 4 dan angka 5 dalam pasal 3, pasal 37, pasal 48 ayat1 huruf i, pasal 59 huruf i dan c,
pasal 60 ayat 2 dan pasal 67 ayat 1. Rumusannya adalah halal sesuai dengan yang dipersyaratkan
dan tidak bertentangan dengan budaya dan keyakinan masyarakat. Fraksi kami menilai ini penting
untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan baik kepada produsen, pedagang maupun
konsumen produk pangan di indonesia.
Meski demikian, fraksi PPP DPR-RI dengan ikhlas menerima pendapat mayoritas pendapat
fraksi-fraksi dengan mencantumkan kalimat tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya
masyarakat. Namun demikian kami berterima kasih kepada fraksi-fraksi lainnya yang telah
mengakomodir pendapat fraksi PPP tentang adanya jaminan produk halal beserta label dan iklan
halal.
Demikianlah pendapat akhir mini fraksi partai PPP, dan selanjutnya dengan mengucapkan
bismilahirahmannirahim fraksi partai PPP menyatakan dapat menyetujui RUU tentang pangan untuk
selanjutnya dapat dibahas dalam rapat paripurna dewan dalam rangka pengambilan keputusan
menjadi UU pangan. Dan akhirnya kepada saudara pimpinan rapat,rekan-rekan anggota dewan serta
hadirin sekalin, serta pemerintah kami ucapkan atas kesabarannya memperhatikan pendapat akhir
mini fraksi kami.
Terima kasih wabilahitaufik walhidayah, wasalamualalikum, wr, wb.
Jakarta 16 oktober 2012
Pimpinan fraksi partai PPP, rumah besar DPR-RI
Ketua DRS. Hasrul Azwar MM, sekretaris kyai H. Muhammad Arwani
Wasalamualaikum, wr, wb.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Terima kasih disampaikan kepada juru bicara fraksi partai PPP, selanjutnya kami persilakan
juru bicara fraksi PKS saudara H. Ma’mur Hasanudin MA.
ANGGOTA PKS (MA’MUR HASANUDIN) :
Pandangan mini fraksi partai keadilan sejahtera terhadap RUU tentang pangan disampaikan
oleh Ma’mur Hasanudin, nomor anggota A67.
Yang kami hormati pimpinan dan anggota komisi IV DPR-RI,
Yang kami hormati bapak menteri pertanian,
Menteri perindustrian atau yang mewakilinya,
Menteri perdagangan atau yang mewakilinya,
Menteri dalam negeri atau yang mewakilinya,
Menteri hukum dan ham atau yang mewakilinya serta rekan-rekan wartawan dan hadirin
sekalian yang berbahagia.
Asalamualaikum, wr, wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kita semua
untuk hadir dalam rangka rapat kerja komisi IV DPR-RI yang terhormat untuk menjalankan tugas-
ARSIP D
PR-RI
37
tugas kenegaraan kita dalam agenda penyampaian pandangan mini fraksi terhadap RUU tentang
pangan.
Pangan dimasa lalu, saat ini apalagi dimasa depan jadi issu besar bangsa diseluruh dunia,
pangan perlu menjadi dasar yang kuat bagi negara kita untuk menjadi perhatian serius pada setiap
issu yang muncul diseluruh belahan nusantara kita. Sebagai bentuk perhatian negara terhadap issu
pangan adalah negara kita memiliki UU nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.
16 tahun UU nomor 7/1996 telah diberlakukan dan 16 pula terjadi perkembangan dan
perubahan yang begitu pesat terhadap issu pangan dinegara tercinta ini. Untuk Itu fraksi keadilan
sejahtera menyambut baik dan mendorong agar dilakukan revisi terhadap UU nomor 7/1996 tentang
pangan.
Hadirin yang kami hormati,
Fraksi keadilan sejahtera merasa perlu mengingatkan kembali bahwa substansi dasar
dilakukan revisi terhadap UU nomor 7/1996 tentang pangan, sebagaimana tercantum dalam naskah
akademik RUU pangan yang sedang dibahas, bahwa pangan merupakan kebutuhan yang paling
utama.
Alasan lain yang sangat mendesak, pada revisi UU pangan adalah pembangunan pangan di
indonesia yang dahulu dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya bermata
pencaharian sebagai petani dan pernah menjadi negara swasembada beras. Namun akhir-akhir ini
indonesia lebih dikenal sebagai pengimpor pangan yang sangat agresif, derasnya impor tidak
terbendung dengan adanya regulasi yang ada saat ini.
UU nomor 11/2005 tentang pengesahan komponen internasional tentang hak-hak ekonomi,
sosial dan budaya, pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia, juga menjadi rujukan sebagai
pertimbangan untuk merevisi UU pangan. Sangat umumnya UU nomor 7/1996 tentang pangan
dengan menitikberakan kepada sektor industri pangan, mengakibatkan munculnya beberapa kendala
dengan penegakan hukum, Menyangkut penerapan sangsi yang relatif dan tidak sesuai lagi dengan
era otonomi daerah serta perkembangan dimasyarakat, sehingga perlu diganti dengan UU yang baru.
Hadirin yang saya hormati,
Kami fraksi partai keadilan sejahtera menyambut baik dalam RUU pangan ini menunjukan
bahwa bangsa ini mempunyai 4 pilar regulasi pangan nasional, yakni kedaulatan pangan dan
kemandirian pangan sebagai landasan filosofis atau ruh dari RUU pangan. Kemudian ketahanan
pangan dan keamanan pangan menjadi ukuran kinerja yang bertujuan untuk menghasilkan
perseorangan yang sehat dan produktif secara berkelanjutan.
Agar 4 pilar pangan itu dapat berjalan sesuai dengan yang diamanatkan UU, maka fraksi
partai keadilan sejahtera juga berpendapat perlunya sebuah kelembagaan yang mempunyai otoritas
yang kuat untuk mengkoordinasikan berbagai kebijakan dan program terkait pangan. Untuk ini fraksi
partai keadilan sejahtera mendukung keberadaan lembaga pemerintah yang menangani dibidang
pangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
ARSIP D
PR-RI
38
Hadirin yang saya hormati,
Sebagai wujud dari kedaulatan pangan, sudah semestinya bangsa ini memberikan
perlindungan kepada segenap penduduk bangsa indonesia yang jumlahnya begitu besar mencapai
ratusan juta jiwa, dimana penduduk muslim sebagai mayoritasnya, bentukperlindungan itu salah
satunya adalah terkait dengan pentingnya aspek kehalalan bagi produk pangan.
Terkait dengan kata halal, sangat penting untuk muncul di RUU pangan, berkaitan dengan
rasa aman secara biologis karena ini menyangkut keyakinan beragama. Produk pangan dinegara-
negara dimana kaum muslimin menjadi minoritaspun, kehalalan sangat dilindungi sebagaimana
tertuang pada kodek elementarium FAO, sementara itu masyarakat di indonesia yang sangat
majemuk yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan sangat perlu perlidungan makanan yang
sehat dan aman sesuai dengan standar gizi maupun keyakinan yang dimiliki penduduknya.
Untuk itu maka fraksi partai keadilan sejahtera tetap dengan usulan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Dimana kalimat tersebut telah merepresentasikan
penduduk indonesia yang sangat beragaman agama, keyakinan dan budayanya.
Hadirin yang saya hormati,
Setelah kami mencermati dan mengikuti pembahasan yang terjadi dalam rapat-rapat panja,
maka fraksi partai keadilan sejahtera dengan mengucapkan bismilahirahmannirahim sepakat untuk
melakukan pembahasan RUU tentang pangan ini pada pembicaraan tingkat II atau rapat paripurna
DPR-RI. Demikianlah pendapat fraksi partai keadilan sejahtera kami sampaikan,
wasalamualaikum, wr, wb.
Jakarta 16 oktober 2012
Pimpinan fraksi partai keadilan sejahtera DPR-RI
Ketua DR. Muhammad Hidayat Nur wahid MA, sekretaris kyai H. Ir. Abdul Hakim
Dua-duanya ditandatangani dan di stempel
Wasalamualaikum, wr, wb
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Diucapkan terima kasih pada juru bicara fraksi PKS. Selanjutnya kami persilakan kepada juru
bicara fraksi PAN saudara H.Sukiman Spd. MM
ANGGOTA FPAN (SUKIMAN) :
Pendapat akhir mini fraksi PAN DPR-RI terhadap RUU tentang pangan dibacakan oleh
H.Sukiman Spd. MM, nomor anggota A135.
Bismilahirahmannirahim. Asalamualaikum ,wr ,wb. Salam sejahtera bagi kita semua.
Pimpinan dan anggota dewan yang kami hormati,
Saudara menteri pertanian RI yang kami hormati,
Saudara menteri perindustrian RI atau yang mewakili yang kami hormati,
Saudara menteri perdagangan RI atau yang mewakili yang kami hormati
Saudara menteri dalam negeri RI atau yang mewakili yang kami hormati,
Saudara menteri hukum dan ham RI atau yang mewakili yang kami hormati,
ARSIP D
PR-RI
39
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa, atas
segala karunia taufik dan hidayahnya sehingga kita dapat menghadiri sidang yang mulia ini, dalam
rangka keputusan pada pembicaraan tingkat I RUU tentang pangan.Swasembada kemandirian dan
kedaulatan pangan merupakan masalah pokok yang sangat penting yang harus dicapai oleh bangsa
indonesia, untuk itu diperlukan adanya payung hukum yang lebih komperehensif, yang mampu
menjamin tercapainya swasembada, kemandirian dan kedaulatan pangan bagi bangsa indonesia.
RUU tentang telah menguraikan secara lengkap dan komperehensif tentang pangan, namun
pada kesempatan ini kami akan menyampaikan beberapa catatan sebagai pendapat akhir terhadap
hasil pembahasan terhadap RUU tentang pangan sbb :
1. RUU ini memiliki makna yang sangat strategis untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan bagi
negara dan bangsa indonesia, negara yang berdaulat adalah negara yang telah memiliki
kedaulatan pada sektor pangan, artinya kedaulatan pada sektor pangan ini memiliki peranan
yang sangat penting dalam kedaulatan negara.Indonesia sesungguhnya belum dapat dikatakan
negara berdaulat, karena urusan pangan rakyatnya masih sangat tergantung pada impor pangan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya ternyata masih menggantungkan diri pada
negara lain, inilah masalah yang sangat serius yang terpaksa harus dihadapi bangsa ini.
Kebutuhan masyarakat terhadap masalah daging, gula, terigu, susu, buah-buahan dan bahkan
garampun terpaksa harus impor dari negara lain. Untuk itulah bukti ketidakseriusan negara
mengurus pangan masyarakatnya, sungguh sangat ironi apabila negara tropis yang memiliki
kelimpahan Sumber daya air, tanah, sinar matahari, SDM, ternyata tidak bisa mandiri dan
berdaulat dalam urusan pangan. Kelimpahan air tanah dan sinar matahari merupakan modal
dasar dan jaminan kelimpahan produksi pangan, namun sesungguhnya masih ada kendala pada
faktor tanah, dimana sumber daya tanah sebagian tidak bisa diusahakan karena telah dimiliki
atau dikuasai oleh kelompok dunia sebagai HGU, lahan perkebunan, areal HPH, areal kuasa
pertambangan dan lahan tidur dan inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa sangat
sulit untuk mendapatkan lahan untuk pengembangan pangan.
2. Tataniaga pangan nasional dari dulu sampai sekarang telah memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap carut marutnya manajemen pangan nasional, kelompok pengusaha besar dan
cartel pangan nasional telah puluhan tahun lamannya menguasai stok pangan masyarakat,
petani produksi pangan sangat terbukti tidak berdaya menghadapi para tengkulak pangan dan
pemerintah tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk mengendalikan kejahatan para cartel
pangan nasional. Bulog kurang memiliki kemampuan dalam mengatasi gejolak harga pangan
nasional, karena bulog hanya mengurus masalah beras. Dan akhir-akhir ini saja baru mulai
didorong untuk komoditas lain.Ketidakberdayaan bulog dalam menjalankan fungsi sebagai
bumper pangan, terbukti telah memberikan konstribusi besar terhadap masalah pangan nasional
yang merepotkan masyarakat.
3. Data pokok perberasan dan data pokok pangan nasional sangat tidak akurat, simpang siur,
manajemen pangan masih amburadul, distribusi dan perdagangan pangan kurang terkoordinasi
ARSIP D
PR-RI
40
dengan baik. Sejujurnya ini merupakan permasalahan yang sangat serius yang akan memicu
krisis pangan dan dipastikan akan mengganggu kehidupan masyarakat yang akan menjadi
pemicu keresahan sosial, serta akhirnya akan mengganggu stabilitas keamanan dan bangsa
indonesia. Hal-hal tersebut yang sudah diatur secara komperehensif dalam RUU pangan, namun
masih diperlukan adanya koordinasi data pangan yang lebih baik, agar data pokok tentang
pangan dapat lebih akurat dan uptodate.
4. Saat ini bank dunia akan dinaikan investasi pada sektor pangan lebih dari 2x lipat, dengan
memberikan akses yang cukup besar pada kelompok besar untuk terlibat langsung pada
produksi pangan, dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia serta agar terhindar
dari krisis pangan. Kondisi ini akan memberikan dampak negatif serius kepada petani produsen
pangan, karena pada umumnya kalau kelompok dunia emas produksi pangan, maka akan terjadi
penguasaan lahan yang tidak sehat yang akhirnya akan memberikan tekanan lahan pada
produksi masyarakat petani. Pengalaman pahit bangsa indonesia terutama pada saat mengatur
bulog, dimana hasilnya bulog menjadi sangat lemah dan kurang dapat diperan menjadi pangan
nasional. Hendaknya menjadi catatan bagi bangsa ini agar RUU pangan juga sudah
mengantisipasi permasalahan tersebut dengan baik. Hal penting yang harus diwaspadai, adalah
adanya gelombang serangan komoditas pangan dari negara produsen yang ingin menguasai
masalah perut masyarakat indonesia sehingga bangsa indonesia tidak akan pernah mandiri
dalam urusan pangan. Hal ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi bangsa indonesia
diluar ancaman krisis energi yang pasti akan terjadi dan akan sulit dihindari.
5. Krisis pangan menurut pendapat kami akan sangat sulit dihindari oleh bangsa indonesia selama
tidak dibuat perubahan yang radikal terhadap manajemen pangan nasional, diperlukan revolusi
kebijakan penyelenggaraan manajemen pangan nasional serta penataan yang serius terhadap
lembaga yang mengatur manajemen pangan nasional. Kelembgaan pangan yang ada harus
berani membuka diri terhadap kelemahan dan kesemrawutan selama ini, agar dapat direstorasi
dengan komperehensif, sehingga mampu menjalankan manajemen pangan yang telah
diperbaharui sebagaimana amanah dalam RUU baru ini. Walaupun UU pangannya sudah
diperbaharui tetapi kalau pola pikir SDM kelembagaan tidak berubah, maka UU pangan tersebut
akan tetap mandul dan tidak berfungsi. Untuk itu diperlukan adanya restorasi dan revolusi pola
pikir tersebut. Kemandekan pola pikir manajemen mesti harus dihentikan dan harus diperbaiki,
mengikuti amanah UU pangan yang ditetapkan.
6. Penambahan jumlah penduduk indonesia yang cukup besar, lahan pertanian yang semakin
sempit, sulitnya mencari lahan pertanian baru, perubahan iklim tekanan yang sangat besar dari
Negara pengekspor pangan, Manajemen pangan nasionaly merupakan factor utama pemicu
munculnya krisis pangan bagi bangsa Indonesia. Untuk itu diperlukan revolusi manajemen
penyelenggaraan pangan yang lebih radikal agar krisis pangan dapat dihindari. Selain itu
diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh elemen yang terkait dengan penyelenggaraan
ARSIP D
PR-RI
41
pangan agar mau mengikuti atau melaksanakan manajemen pangan baru sebagaimana amanah
UU pangan yang akan kita tetapkan.
7. Impor, impor pangan selama ini telah menjadi issu pangan yang sangat serius bangsa Indonesia,
bahkan akhir-akhir ini impor pangan semakin besar kuantitasnya, sehingga telah menguras
devisa Negara dari jumlah yang sangat besar. Indonesia merupakan pangsa pasar pangan yang
sangat besar sejak dulu sampai dengan masa yang akan datang, hal ini ditunjang dengan
kenaikan jumlah produk yang sangat besar, yang tidak disertai dengan peningkatan penyediaan
pangan yang sepadan dengan jumlah kenaikan jumlah penduduk. Artinya, negara produsen
pangan memiliki kepentingan yang sangat besar dengan Indonesia, untuk itu maka diperlukan
pengaturan yang lebih baik dan lebih terukur terhadap masalah impor dan ekspor pangan.
Pimpinan serta hadirin yang saya hormati,
Berdasarkan pandangan dan pertimbangan tersebut diatas, dengan mengucapkan
bismilahirahmannirahim Fraski PAN dengan ini menyetujui RUU tentang pangan untuk dilanjutkan
pada pembicaraan tingkat II. Demikian pendapat akhir mini fraksi PAN terhadap RUU pangan,
semoga Allah SWT meridhoi hasil kerja kita dalam memenuhi amanat yang telah diberikan rakyat.
Demikian, wabilahitaufik walhidayah, wasalamualaikum, wr, wb.
Jakarta 16 oktober 2012
Pimpinan fraksi PAN DPR-RI
Tertanda dan ditandatangani serta dicapkan
Ketua IR. H. Sapto Edi dan Sekretaris H. Teguh Juwarno MSi
Terima kasih.
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY):
Terima kasih diucapkan kepada juru bicara fraksi PAN, saya pikir tadi pandangan mini fraksi
PDIP, Teryata fraksi PAN. Sudah disampaikan seluruh pandangan mini fraksi ke-9 fraksi dan
selanjutnya dipersilakan kepada pemerintah untuk menyampaikan pendapat mini sebagai sikap akhir,
kami persilakan.
MENTERI (SUSWONO) :
Terima kasih ketua.
Bismilahirahmannirahim, asalamualaikum, wr, wb.
Saudara ketua dan anggota Komisi IV DPR-RI yang terhormat,
Jajaran kementerian atau yang mewakili yaitu perdagangan, perindustrian, dalam negeri,
hukum dan ham, para pejabat dari kementerian dan lembaga terkait, hadirin sekalian yang
berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan
rahmat dan karunianya, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri rapat kerja komisi IV DPR-RI
dengan pemerintah dalam keadaan sehat walafiat. Rapat kerja adalah merupakan pelaksanaan salah
satu tugas konstitusional kita yang sangat penting dan strategis yaitu pengambilan keputusan
pendapat akhir pada tingkat I RUU tentang pangan.
ARSIP D
PR-RI
42
Atas nama pimpinan kementerian pertanian, kementerian perindustrian, kementerian dalam
negeri, kementerian hukum dan HAM dan selaku wakil pemerintah kami menyampaikan ucapaan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pimpinan dan anggota Komisi
IV DPR-RI atas kerja keras dalam menyusun dan menyepakati pasal demi pasal dari 776 tim RUU
tentang pangan.
Perbedaan pendapat dan pandangan dalam proses RUU ini kami pandang sebagai satu
dinamika yang positif dan sehat dalam rangka mencari rumusan pengaturan pangan nasional yang
sesuai dengan prinsip-prinsip kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Melalui kerja keras, saling
pengertian dan rasa kebersamaan dari seluruh anggota dewan yang terhormat dan juga pemerintah,
alhamdulilah RUU ini akhirnya RUU ini dapat disusun secara komperehensif dan nantinya dapat
menjadi payung hukum bagi penyelenggaraan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
dengan berlandaskan pada kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan.
Saudara pimpinan dan anggota dewan yang terhormat,
Sebagaimana kita maklumi bahwa UU no.7/1996 tentang pangan yang berlaku pada saat ini
masih perlu disempurnakan, munculnya kelemahan tersebut karena selama 16 tahun terakhir telah
terjadi perubahan lingkungan yang secara signifikan baik pada tingkat nasional maupun global. UU
pangan tersebut belum dapat menjawab secara komperehensif terhadap dinamika dan kompleksitas
permasalahan dan tantangan penyenggaraan pangan pada saat ini dan pada masa yang akan
datang. UU ini juga belum secara mengenai system ketahanan pangan secara utuh yaitu
ketersediaan, keterjangkauan serta manfaatnya. Pengaturan penyediaan pangan selama ini juga
belum menyentuh sampai ketingkat perseorangan, hal-hal itulah diantaranya yang kami pahami
sehingga muncul adanya upaya untuk membuat perubahan atas UU tahun 1996 tentang pangan.
Saudara pimpinan dan anggota dewan yang terhormat,
Pemerintah menilai RUU tentang pangan ini telah memuat hal-hal yang mendasar, strategis
dan memberikan arah bagi pembangunan pangan dan ketahanan pangan yang dapat mengatasi
berbagai masalah nasional dan global. Beberapa diantaranya adalah sbb : didalam RUU tentang
pangan ini kemandirian pangan dan kedaulatan pangan diletakan sebagai landasan filosofis atau ruh
bagi keseluruhan isi dari UU ini.
Indonesia sebagai Negara besar harus berdaulat dalam kedaulatan pembangunan ketahanan
pangan dan tidak boleh dikendalikan oleh pihak manapun dalam menentukan kebijakan pangannya.
Kebijakan pembangunan pangan juga diarahkan untuk mendorong kemandirian pangan yang
dicerminkan penyediaan keberanekaragaman pangan dari produksi dalam negeri dengan
pemanfaatan sumber pangan domestik secara optimal.
Impor pangan pokok merupakan pilihan terakhir dalam memenuhi penyediaan pangan,
manakala produksi pangan dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan. Kemandirian
dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok ini perlu dicapai dan dijaga keberlanjutannya, mengingat
bahwa hal ini bukan hanya aspek ekonomi semata tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek sosial,
budaya, politik bahkan merupakan bagian penting dari ketahanan nasional.
ARSIP D
PR-RI
43
Ruang lingkup yang diatur dalam RUU ini telah mencakup pengaturan penyelenggaraan
pangan yang komperehensif, yang meliputi dalam pengaturan dalam subsistem :
1. Ketersediaan pangan
2. Keterjangkauan pangan
3. Pemanfaatan pangan.
RUU ini juga mengatur aspek penting yang terkait dengan sistem pangan seperti keamanan
pangan, penelitian dan pengembangan, sistem informasi, peran serta masyarakat dan pengawasan
serta penyidikan pangan. Dalam rangka mengakomodir perkembangan sistem ketatanegaraan
khususnya sistem desentralisasi, RUU tentang pangan juga mengatur tentang peran dan tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah untuk mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan
pangan.
Kedepan pemerintah daerah diharapkan akan lebih berperan antara lain dalam pengelolaan
cadangan pangan, pengembangan pangan lokal, percepatan difersifikasi pangan, pembinaan dan
penanganan keadaan darurat pangan. Hal penting lainnya adalah bahwa pemerintah bersama
masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, selain dalam kegiatan untuk
mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dapat diimplementasikan dengan menyampaikan
permasalahan, masukan dan atau saran penyelesaian masalah pangan tersebut atau pemerintah atau
pemerintah daerah.
Terwujudnya kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan nasional
merupakan komitmen nasional yang dikelola secara terintegrasi dan terkoordinasi lintas sektor oleh
pemerintah dengan melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan hal
tersebut kami memahami perlunya dibentuk lembaga pemerintah yang cukup kuat untuk membantu
presiden dalam penyelenggaraan pangan.
Saudara Ketua dan anggota Komisi IV DPR-RI yang terhormat,
Sebagaimana kita maklumi bahwa didalam RUU tentang pangan ini terdapat 11 pasal atau
ayat yang mengamantkan disusunya peraturan pemerintah, 10 pasal atau ayat mengamanatkan lebih
lanjut dengan dan atau berdasarkan peraturan pemerintah dan satu pasal mengamanatkan
disusunnya peraturan presiden. Dengan selesainya RUU tentang pangan ini, tugas pemerintah yang
harus segera diselesaikan adalah berbagai turunannya tersebut agar amanat dari RUU dapat segera
diimplementasikan dalam rangka membangun kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan
ketahanan pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan.
Harapan kami RUU tentang pangan ini dapat memfasilitasi penyelenggaraan ketahanan
pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan serta sekaligus menjamin kesejahteraan petani,
nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan lainnya. Akhirnya kami atas nama pemerintah
menyetujui RUU tentang pangan ini untuk dibawa pada pembahasan tingkat II. Semoga upaya dan
kerja keras ini mendapat ridho Allah SWT.
Asalamualaikum, wr, wb.
ARSIP D
PR-RI
44
PIMPINAN RAPAT (ROMAHURMUZIY) :
Baik jadi semua sudah menyampaikan pendapat mininya dari fraksi-fraksi sudah, dari
pemerintah juga sudah, sehingga saya kira saya perlu menanyakan kepada forum rapat yang
terhormat, apakah dengan telah disampaikannya pandangan mini dengan mengakomodir catatan
keberatan atau minderhide nota dari fraksi PDIP tentang persoalan halal yang dipersyaratkan yang
tercantum dibeberapa pasal dan didalam RUU pangan ini. Apakah RUU tentang pangan dapat
disetujui dan dilanjutkan dalam tingkat II dan dalam rapat paripurna DPR-RI?
KETOK PALU 1 X
Baik dengan demikian maka kita sudah menunaikan tugas berat kita dan terasa juga sebagai
legislator sekarang sudah setahun, hampir dua tahun lebih belum mengesahkan UU lagi, selanjutnya
kita tandatangan pak menteri, masing-masing perwakilan menteri dan pemerintah.
Sebelum mengakhiri rapat kerja pada siang sore sampai dengan malam hari ini, kami atas
nama Komisi IV DPR-RI mengucapkan terima kasih kepada seluruh pimpinan komisi IV DPR-RI, pada
pimpinan panja RUU pangan komisi IV DPR-RI saudara Herman Khaeron, kepada pemerintah yang
dalam hal ini diwakili atau dikoordinir oleh kepala badan ketahanan pangan, Ir. Rahmat Suryana.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada sekretariat jenderal DPR-RI masih ada disini ibu
YAyuk, kepada tim asistensi sekretariat jenderal DPR-RI tentunya selama 9 bulan kita melakukan
proses RUU ini, baik dari komisi IV DPR-RI maupun sekretariat jenderal yang dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran mengawal, menyempurnakan dan melengkapi telah kita tandatangani
bersama. Harapan kita tentu ini bias memenuhi harapan seluruh masyarakat tentang perlunya
kelembagaan kerangka kerja dan kebijakan yang utuh tentang kebijakan pangan nasional kedepan
dan tidak ada gugatan-gugatan lagi di MK kalau ini dikatakan sempurna, tapi itulah dikatakan sebagai
sebagian konsekwensi bersama dan dinamika berbangsa dan bernegara, kalaupun ada namanya juga
usaha jadi kita pahami saja sebagai dinamika bersama dan memang akan pasti kita jalani.
Saya kira dengan demikian maka kita akhiri, untuk perlu kami sampaikan bahwa rapat
paripurna untuk pengambilan keputusan tingkat II untuk RUU yang telah kita bersama, dijadwalkan
pada tanggal 18 Oktober 2012 kamis, 2 hari dari hari ini. Tentu ini menjadi hadiah untuk pada saat
yang sama dilakukannya puncak hari pangan sedunia tingkat nasional di Palangkaraya sehingga kita
sama-sama bekerja untuk bangsa Indonesia, saya kira bapak menteri juga ada tugas disana, silakan
dari tim pemerintah siapa yang hadir, harapan kita ini betul-betul bias terus kita undangkan.
Apabila tidak ada hal-hal lain yang perlu kita bicarakan lagi, maka bisa kita akhiri, pak
Sukiman mau menambahkan lagi. Baik kalau tidak ada hal lain, sekali kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang hadir pada kesempatan siang, sore dan malam hari ini. Saya akhiri dengan
ucapan alhamdulilah hirabbil alamin, kurang lebihnya mohon maaf,
ARSIP D
PR-RI