argentometri (1).docx

5
ARGENTOMETRI Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat memahami prinsip-prinsip dasar titrasi argentometri, untuk menetapkan kadar NaCl dengan indikator K2CrO4 dan menetapkan kadar KI dengan indikator eosin. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Terdapat empat metoda penentuan titik akhir titrasi pengendapan, yaitu metode mohr, metode volhard, metode fajan, dan metode liebig. Metoda yang digunakan dalam praktikum penentuan titik akhir titrasi yang kami lakukan hanya menggunakan metoda mohr dan metode fajans. Metode Mohr digunakan untuk pembakuan kadar AgNO3 dan penetapan kadar klorida dalam NaCl pada suasana netral dengan larutan baku perak nitrat menggunakan indikator k2cro4. Sedangkan metode fajans digunakan untuk pembakuan kadar Agno3, dimana yang dititrasi adalah larutan KI menggunakan indikator eosin dalam suasana asam (dengan asam asetat pekat). Hal pertama yang dilakukan adalah pembakuan AgNO3 dengan NaCl dan KI 1. Pembakuan AgNO3 dengan NaCl (Metode Mohr) Tujuan dari standarisasi ini adalah untuk mengetahui kadar AgNO3 yang sesungguhnya. Pembuatan larutan baku perak nitrat, yang dilakukan pertama yaitu menimbang AgNO3 sebanyak 16,99 gram dengan seksama. Masukkan labu takar untuk

Upload: tarynuryana

Post on 03-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARGENTOMETRI (1).docx

ARGENTOMETRI

Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat memahami prinsip-prinsip dasar titrasi

argentometri, untuk menetapkan kadar NaCl dengan indikator K2CrO4 dan menetapkan

kadar KI dengan indikator eosin. Argentometri merupakan metode umum untuk

menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan

dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga

dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan

senyawa yang relatif tidak larut atau endapan.

Terdapat empat metoda penentuan titik akhir titrasi pengendapan, yaitu metode

mohr, metode volhard, metode fajan, dan metode liebig. Metoda yang digunakan dalam

praktikum penentuan titik akhir titrasi yang kami lakukan hanya menggunakan metoda

mohr dan metode fajans. Metode Mohr digunakan untuk pembakuan kadar AgNO3 dan

penetapan kadar klorida dalam NaCl pada suasana netral dengan larutan baku perak nitrat

menggunakan indikator k2cro4. Sedangkan metode fajans digunakan untuk pembakuan

kadar Agno3, dimana yang dititrasi adalah larutan KI menggunakan indikator eosin dalam

suasana asam (dengan asam asetat pekat). Hal pertama yang dilakukan adalah pembakuan

AgNO3 dengan NaCl dan KI

1. Pembakuan AgNO3 dengan NaCl (Metode Mohr)

Tujuan dari standarisasi ini adalah untuk mengetahui kadar AgNO3 yang

sesungguhnya. Pembuatan larutan baku perak nitrat, yang dilakukan pertama yaitu

menimbang AgNO3 sebanyak 16,99 gram dengan seksama. Masukkan labu takar untuk

dilarutkan dengan aquadest hingga 1000 ml. Saat pengambilan dan penimbangan serbuk

maupun larutan AgNO3 harus dilakukan secara hati2, karena sifat AgNO3 adalah korosif,

akan menyebabkan rasa gatal bila terkena kulit dan meninggalkan bekas hitam. Kemudian

larutan dimasukkan ke dalam buret untuk dilakukan standarisasi. Langkah selanjutnya yaitu

dengan menimbang NaCl sejumlah 100 mg sebanyak 3x untuk 3x titrasi masing2 dilarutkan

dalam 25 ml aquades. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes kalium kromat 5 % untuk dititrasi.

K2CrO4 disini berfungsi sebagai indikator, pemilihan K2CrO4 sebagai indikator karena

suasana sistem cenderung netral, sesuai dengan syarat titrasi menggunakan metode mohr.

Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi

Page 2: ARGENTOMETRI (1).docx

membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi

semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO4 2- dari K2CrO4 (indikator) yang

ditandai dengan perubahan warna, dari putih kekuningan menjadi merah bata. Saat itulah

AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl,disebut dengan titik akhir titrasi. Prosedur diatas

dilakukan sebanyak 3x agar data kuantitatif didapat lebih akurat. Reaksi yang terjadi dari

titrasi di atas adalah :

AgNO3 + NaCl AgCl putih + NaNO3

Kalau NaCl sudah habis, maka kelebihan 1 tetes AgNO3 :

AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 merah bata + 2 KNO3

Dari hasil pembakuan AgNO3 metode mohr ini didapatkan rata-rata

normalitas AgNO3 adalah 0,101 N. Normalitas dapat dikatakan memenuhi syarat karena

telah mendekati 0,1 N. Dimana dalam FI IV dijelaskan bahwa 16,99 mg AgNO3 setara

dengan 1 ml ammonium tiosianat normalitas 0,1 N.

2. Pembakuan AgNO3 dengan KI (Metode Fajans)

Pembakuan AgNO3 selanjutnya menggunakan metode fajans. Larutan perak nitrat yang

digunakan sama dengan larutan perak nitrat yang dipakai pada metode mohr. Timbang KI

sujumlah 250 mg sebanyak 3x untuk 3x titrasi, masing2 dilarutkan dengan aquadest 25 ml,

aduk2 hingga homogen. Masukkan larutan KI dalam erlenmeyer. Tambahkan 1,5 ml asam

asetat pekat untuk mendapatkan suasana asam, karena pada metode fajans ini

membutuhkan susana asam untuk mendapatkan TAT yang tepat. Lalu tambah 2-3 tetes

larutan eosin sebagai indikator adsorbsi menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.

Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan

menyebabkan timbulnya warna. Titrasi perlahan-lahan larutan KI dengan AgNO3 dalam

suasana asam dengan indikator eosin didapat perubahan warna dari kuning berangsur2

menjadi larutan dengan endapan berwarna merah muda, saat itulah terjadi titik akhir titrasi.

Reaksi yang terjadi adalah :

KI + Ag NO3 AgI merah muda + KNO3

Dari pembakuan di atas didapatkan rata2 normalitas AgNO3 0,102 N. Normalitas

dapat dikatakan memenuhi syarat karena telah mendekati 0,1 N. Dimana dalam FI IV

Page 3: ARGENTOMETRI (1).docx

dijelaskan bahwa 16,99 mg AgNO3 setara dengan 1 ml ammonium tiosianat normalitas 0,1

N.

3. Penetapan Kadar Clorida dlm NaCl dengan metode mohr

Tahap yang dikerjakan hampir sama pada saat penetapan kadar. Hanya saja jumlah NaCl

di timbang sejumlah 250 mg sebanyak 3x penimbangan untuk 3x titrasi. Larutkan masing2

NaCl yang sudah ditimbang dalam 25 ml aquadest. Tambah 2-3 tetes indikator k2cro4, titrasi

dengan AgNO3 yang telah diketahui normalitasnya. Terjadi perubahan warna larutan dari

putih kekuningan hingga didapatkan TAT dengan endapan berwarna merah bata. Tetapi

pada salah satu larutan hasil titrasi didapatkan TAT berwarna orange, bukan merah bata.

Emnurut Ibu Musinah, hal tersebut disebabkan karena larutan terkontaminasi dengan asam.

Sehingga dimana seharusnya penetapan kadar dengan metode mohr dilakukan pada

suasana netral tidak tercapai dan merubah hasil akhir titrasi. Kemungkinan besar suasana

asam diperoleh karena kondisi erlenmeyer yang kurang bersih atau pemakaian pipet yang

terkontaminasi asam asetat. Dari hasil penetapan kadar clorida dari NaCl menggunakan

metode Mohr didapatkan kadar 99,79 %. Kadar yang didapatkan sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan dalam FI IV, dimana di dalam FI IV dikatakan kadar NaCl tidak kurang dari

99,0% dan tidak lebih dari 101,0%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebaiknya penimbangan NaCl dan KI dikerjakan terhadap zat baku yang telah dikeringkan

terlebih dahulu. Agar proses penimbangan tepat dan tidak dipengaruhi oleh air. Karena NaCl

dan KI bersifat higroskopis, artinya mudah untuk berikatan dengan H2O, yang menyebabkan

zat menjadi lebih lembek dan lebih berat.

1) Rata2 normalitas AgNO3 metode mohr = 0,101 N

2) Rata2 normalitas AgNO3 metode fajans = 0,102 N

3) Kadar NaCl metode mohr = 99,79%

Kesimpulanne tlg tambahi y cii. .

Page 4: ARGENTOMETRI (1).docx