laporan argentometri fix
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur
dan sifat kimia atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai
terjadinya reaksi kimia atau suatu materi yang di ciptakan atau
memusnahkan serta dapat dijelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan
dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi dan energi.
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan
menimbang zat secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara
kedua menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan
jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode
titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar
suatu larutan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat
disebut larutan baku atau larutan standar,sedangkan indicator adalah zat
yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal
dengan istilah titik akhir titrasi (Nana Sutresna, 2008).
Titrasi argentometri biasa juga di sebut dengan titrasi pengendapan
yang merupakan titrasi yang memperlihatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titran. Jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran di tambahkan
analit,tidak adanya interpensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi
mudah diamati.
Argentometri adalah titrasi pengendapan yang menggunakan larutan
standar AgNO3 sebagai larutan bakunya. Pada titrasi argentometri ada empat
metode yaitu metode Mohr,metode Volhard, metode liebig, dan metode K.
Vajans (Gandjar,2007).
Pada praktikum kali ini dimana akan menentukan kadar Cl– dalam
kloramfenikol dengan menggunakan metode tanpa pemijaran dan pemijaran
(volhard).
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami cara pembakuan AgNo3 dan K2SCN
dengan menggunakan metode Mohr dan Metode Volhard.
2. Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar kloramfenikol
secara titrasi argentometri dengan menggunakan metode volhard
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk menentukan cara pembakuan AgNo3 dan K2SCN dengan
menggunakan metode Mohr dan Metode Volhard
2. Untuk Menentukan atau menetapkan kadar klorida dalam
kloramfenikol dengan menggunakan titrasi argentometri atau cara
pengendapan dengan metode volhard.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Prosedur analitis
yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya
diketahui disebut analisis volumetri (Keenan, 1998).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik
akhir titrasi (Brady, 1999).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa
yang relative tidak larut atau endapan (Gandjar,2007).
AgNO3 + Cl AgCl + NO3
Ada tiga titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu
(skogg,1965) :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak
yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan
penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikro elektrode perak
dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia,
biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam
larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator
titrasi netralisasi, yaitu (skogg,1965) :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari
reagen /analit.
2. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit.
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung sutu larutan-larutan
jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.
Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan
terdisosiasi menjadi m kation dan n anion. Titrasi argentometri ialah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk
garam perak yang sukar larut (Susanti, 2003).
Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan
dipergunakan indikator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi
dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi pengendapan ini. Dalam
titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator yang telah
sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr menggunakan ion
kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard
menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna
dengan ion tiosianat, SCN. Dan metode Fajans menggunakan indikator
adsorpsi (Underwood.2004).
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr,
metode Volhard, Metode K. Fajans, dan metode Leibig.
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan
titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah (Gandjar,2007).
2. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan
larutan baku kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil
kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara
jelas dengan garam besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat
sebagai indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi
(III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus
dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna
0,7 – 1 % sebelum titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti
pada waktu akan mencapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya
ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereksi
dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan
asam klorida, bromide, dan iondida dalam suasana asam
(Gandjar,2007).
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada
titik ekuivalen, indicator terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak
membeikan warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan
(Gandjar,2007).
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indicator, akan tetapi ditunjukan dengan terjadi kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan akali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojongan akan larut kembali
karena akan terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut
(Gandjar,2007).
II.2 Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat
dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut masing-masing
tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku adalah bahan kimia
yang dapat digunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standard
solution) dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder
(secondary standard solution).
a. Larutan Baku Primer
Larutan baku primer yaitu larutan yang dapat diketahui kadarnya dan
stabil pada proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan.
Adapun syarat – syarat larutan baku primer (Muchtaridi, 2007) :
1) Mempunyai kemurnian yang tinggi
2) Rumus molekulnya pasti
3) Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
4) Berat ekivalen yang tinggi (agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)
5) Larutan stabil didalam penyimpanan
b. Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder, yaitu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembekuan dengan larutan atau secara langsung
tidak dapat diketahuis kadarnya dan kestabilannya didalam proses
penimbangan, pelarutan dan penyimpanan (Muchtaridi, 2007).
II.3 Uraian bahan
1. Air suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2 H5OH
Rumus struktur :
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan :Sebagai zat pelarut dan tambahan, juga dapat
membunuh kuman serta dapat mematikan dan
menghambat pertumbuhan jamur
3. Besi (III) amonium sulfat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Besi (III) Amonium Sulfat
Nama lain : Besi (III) amonium sulfat
Rumus molekul : Fe (NH4) (SO4)2
Rumus struktur :
Berat molekul : 964,4
Pemerian : Hablur berwarna lembayung pucat atau serbuk
hablur praktis tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indicator
4. Kalium Kromat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Kalium crhomat
Nama lain : Kalium kromat
Rumus molekul : K2CrO4
Rumus struktur :
Berat molekul : 64,74
Pemerian : Hablur, kuning
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Natrium klorida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Natrii Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus molekul : NaCl
Rumus struktur : Na Cl
Berat molekul : 58,44
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol, sukar larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titrat
6. Nitrit acid (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Acidum nitricum
Nama lain : Asam nitrat
Rumus molekul : HNO3
Rumus struktur :
Berat molekul : 63,012
Pemerian : Cairan Jernih berasap, hampir tidak berwarna
sampai berwarna kuning.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Untuk membuat suasana asam
7. Perak Nitrat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Argenti nitras
Nama lain : Perak nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Rumus struktur :
Berat molekul : 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna
putih, menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol
(95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai titran
8. Kloramfenikol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Chloramphenicolum
Sinonim : Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p
nitrofenil propana-1,3-diol.
RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng
memanjang, putih, tidak berbau, rasa sangat pahit.
Kegunaan : Sebagai titrat
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5
bagian etanol 95% P, sukar larut dalam kloroform
P dan eter P.
Khasiat : Antibiotikum
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
9. Kalium Tiosianat (KSCN) (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Kalium Tiosianat
Nama sinonim : Kalium tiosianat
Rumus kimia : K2SCN
Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur tidak berwarna,meleleh basah
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 15 bagian
etanol mutlak
Kegunaan : sebagai titran
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan yang digunakan
III.1.1 Alat
1. Batang pengaduk
2. Botol cokelat
3. Buret
4. Cawan porselin
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Kaca arloji
8. Kaki tiga dan kasa
9. Labu erlenmeyer
10. Neraca o'haus
11. Pipet tetes
12. Sendok tanduk
13. Statif dan klem
III.1.2 Bahan
1. AgNO3
2. Alkohol
3. Aluminium sulfat
4. Aquadestt
5. CaCO3
6. Kloramfenikol
7. Fe (NH4)(SO4)2
8. HNO3
9. K2Cr2O4
10. Kalium tiosianat
11. Kertas perkamen
12. NaCl
13. NaHCO3
14. Tissue
III.2 Cara kerja
III.2.1 Pembuatan larutan
a. Pembuatan larutan NaCl
1. Ditimbang 0,58 gr NaCL menggunakan neraca o'haus
2. Diukur aquadestt sebanyak 100 ml
3. Dilarutkan 0,58 gr NaCl dengan 100 ml aquadestt dalam gelas kimia
4. Diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk
5. Ditutup menggunakan aluminium foil
b. Pembuatan larutan kalium kromat
1. Ditimbang 0,5 gr kalium kromat menggunakan neraca o'haus
2. Diukur aquadestt sebanyak 10 ml
3. Dilarutkan 0,5 gr kalium kromat dengan 10 ml aquadestt dalam gelas
kimia
4. Diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk
5. Dimasukkan ke dalam botol cokelat dan ditutup rapat
c. Pembuatan larutan besi (III) amonium sulfat
1. Ditimbang 0,5 gr besi (III) amonium sulfat menggunakan neraca
o'haus
2. Diukur aquadestt sebanyak 50 ml
3. Dilarutkan 0,5 gr besi (III) amonium sulfat dengan 10 ml aquadestt
dalam gelas kimia
4. Diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk
5. Dimasukkan ke dalam botol cokelat dan ditutup rapat
d. Pembuatan larutan K2SCN
1. Ditimbang 2,5 gr K2SCN menggunakan neraca o'haus
2. Diukur aquadestt sebanyak 250 ml
3. Dilarutkan 2,5 gr K2SCN dengan 250 ml aquadestt dalam gelas
kimia
4. Diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk
5. Dimasukkan ke dalam botol cokelat dan ditutup rapat
e. Pembuatan larutan AgNO3
1. Ditimbang 2,54 gr AgNO3 menggunakan neraca o'haus
2. Diukur aquadestt sebanyak 150 ml
3. Dilarutkan 2,54 gr AgNO3 dengan 150 ml aquadestt dalam gelas
kimia
4. Diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk
5. Dimasukkan ke dalam botol cokelat dan ditutup rapat
III.2.2 Pembakuan larutan
a. Pembakuan larutan AgNO3 dengan indikator K2CrO4
1. Dimasukkan 2 ml larutan NaCl 0,1 N ke dalam labu erlenmeyer
2. Ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4 dan diperoleh larutan kuning
3. Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah bata
4. Dihitung volume AgNO3
5. Diulangi proses titrasi sebanyak 2 kali
b. Pembakuan K2SCN dengan menggunakan indikator Fe(NH4)(SO4)2
1. Dimasukkan 2 ml larutan AgNO3 0,1 N ke dalam labu erlenmeyer
2. Ditambahkan 4 tetes HNO3 dan indikator Fe(NH4)(SO4)2, sehingga
diperoleh larutan putih keruh
3. Dititrasi dengan larutan K2SCN sampai terjadi perubahan warna dari
putih menjadi merah bata dan terdapat endapan putih
4. Dihitung volume K2SCN
5. Diulangi proses titrasi sebanyak 2 kali
III.2.3 Penetapan kadar Cl- dalam kloramfenikol
a. Dengan pemijaran
1. Ditimbang kloramfenikol sebanyak 0,3 gr, kalsium karbonat
sebanyak 0,5 gr dan natrium bikarbonat sebanyak 0,5 gr
2. Dimasukkan kloramfenikol dan natrium bikarbonat ke dalam cawan
porselin dan dipijarkan sambil diaduk menggunakkan batang
pengaduk, dan ditambahkan kalsium bikarbonat
3. Dilarutkan kedalam 25 ml aquadest
4. Dimasukkan HNO3
5. Dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan AgNO3 sebanyak
25 ml
6. Ditambahkan indikator Fe(NH4)(SO4)2 sebanyak 3 tetes
7. Dititrasi dengan K2SCN hingga terjadi endapan putih dan larutan
merah bata
b. Dengan tanpa pemijaran
1. Ditimbang kloramfenikol sebanyak 0,3 gr
2. Dilarutkan kloramfenikol ke dalam 6 ml aquadest pada gelas kimia
dan diaduk hingga homogen
3. Ditambahkan HNO3 sebanyak 3,5 ml
4. Ditambahkan AgNO3 sebanyak 6 ml
5. Dimasukkan ke dalam erlemeyer.
6. Ditambahkan indikator Fe(NH4)(SO4)2 sebanyak 20 tetes
7. Dititrasi dengan K2SCN hingga terjadi endapan putih dan larutan
merah bata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil pengamatan
No. Titran Titrat
Perubahan warna
Warna awal +
indikatorWarna akhir Indikator
1. AgNO3 NaCl Bening KuningLarutan kuning dan
endapan merahK2CrO4
2. K2SCN AgNO3
Sedikit
keruh
Putih
keruh
Larutan merah dan
endapan putih
Fe(NH4)
(SO4)2
No
.Titran Titrat
Perubahan warnaPerlaku
anWarna awal +
indikatorWarna akhir Indikator
1.
Kloramfe
nikol+Ca
CO3+NaH
CO3
K2SCN Bening Kuning
Larutan merah
bata dan endapan
putih
Fe(NH4)
(SO4)2
pemijaran
2.Kloramfe
nikolK2SCN
Sedikit
keruh
Putih
keruh
Larutan merah
bata dan endapan
putih
Fe(NH4)
(SO4)2
Tanpa
pemijaran
Tabel IV.1 Pembakuan larutan AgNO3 dan K2SCN
Tabel IV.2 Penetapan kadar Cl- dalam kloramfenikol
IV. 2 Perhitungan
1) Pembakuan larutan
a. Dik : V2 AgNO3 : 2,2 ml + 1,8 ml = 4 ml2 ml
=2 ml
V1 NaCl : 2 ml
N NaCl : 0,1N
Dit : N AgNO3 : …..?
Peny :
V1.N1 = V2. N2
2ml . 0.1 N = 2ml. N2
N2 =
0,22
=0,1 N(AgNO3)
Jadi, Normalitas AgNO 0,1 N
b. Dik : V1 AgNO3 = 2 ml
N1 AgNO3 = 0,1 N
V2 KSCN = 3,1ml + 2,2 ml
Dit : N2 =……….?
Penye :
V1.N1 = V2.N2
2ml. 0,1 N = 5,3 ml .N2
N2 =
0,25,3
=0 ,03 N
Jadi, Normalitas KSCN 0,03 N
2) Penetapan Kadar Cl-
I. Tanpa Pemijaran
Dik : N KSCN : 0,07 N
N AgNO3 : 0,1 N
V AgNO3 : 6ml
V KSCN : 13 + 8 =
212
=10 ,5 ml
Dit : Kadar Cl- =……?
Peny : Banyaknya Cl = ( V1. N KSCN) – ( V2. N AgNO3) x
Kloramfenikol
( 20,5 .0,07) – (6 . 0,1) x 323,13
( 0,735 – 0,6) x 323, 13
= 4362 mg
Kadar Cl- =
43 ,62mg300mg
x100%
= 0,145 x 100 %
= 14,54%
II. Dengan Pemijaran
Dik : N KSCN : 0,07 N
N AgNO3 : 0,1 N
V AgNO3 : 25 ml
V KSCN 36 ml
Kloramfenikol : 323,13
Dit : Kadar Cl- ……..?
Penye :
Banyaknya Cl = ( V1. N KSCN) – ( V2. N AgNO3) xKloramfenikol
( 36 .0,07) – (25 . 0,1) x 323,13
( 2,52 – 2,6) x 323, 13
( 0,02 . 323,13)
= 6,46 mg
Kadar Cl- =
6 ,46 mg300 mg
x 100 %
= 0,02 x 100 %
= 2%
IV.3 Pembahasan
Sebelum mengetahui tentang argentometri kita harus mengetahui
titrasi itu apa. Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Prosedur
analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya
diketahui disebut analisis volumetri (Keenan, 1998).
Menurut (Gandjar, 2012) Argentometri merupakan metode umum
untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang
membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.
Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan.
Kemudian menurut (Underwood,1992) Argentometri merupakan
salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Pada titrasi atgentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion
Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan.
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan analisis antibiotik
dengan menggunakan titrasi argentometri. Prinsip percobaan tersebut yaitu
reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan
indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Dalam hal ini antibiotik yang
dianalisis yaitu kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang
mempunyai aktifitas bakteriostatik. Alasan digunakan metode
argentometri karena dalam kloramfenikol mengandung unsur Cl-, dimana
Cl- ini merupakan salah satu senyawa halogen sehingga dapat dititrasi
dengan menggunakan metode argentometri.
Dalam argentometri ada beberapa metode yang diketahui yaitu
metode Mohr, Volhard, K.Fajans, dan Liebig. Namun pada praktikum kali
ini dilakukan metode Volhard, karena metode Volhard dapat digunakan
juga untuk menetapkan kadar klorida, bromide, dan iodida. Titrasi Ag
dengan NH4SCN dengan garam besi (III) ammonium sulfat sebagai
indikatornya adalah contoh metode Volhard (Gandjar, 2012).
Sebelum dilakukan percobaan penetapan kadar pada kloramfenikol,
langkah pertama yang dilakukan yaitu pembuatan larutan standarisasi serta
pembakuan dari masing-masing larutan yang akan digunakan diantaranya
NaCl, Kalium kromat, Besi (III) ammonium sulfat, KSCN, dan AgNO3.
Pada pembuatan larutan baku langkah awal yang dilakukan adalah
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dibersihkan alat
yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%.
Pada pembuatan larutan NaCl hal pertama dilakukan yakni
menimbang NaCl sebanyak 0,58 gr menggunakan neraca o’haus.
Kemudian ditimbang air bebas CO2 sebanyak 100 ml, alasan digunakannya
air bebas CO2 atau aquadest karena apabila air tidak bebas CO2 maka CO2
tersebut akan bereaksi dengan larutan AgNO3 sehingga membentuk
AgCO3 yang dapat mengganggu dan mengeruhkan larutan yang akan
dititrasi serta mempengaruhi bilangan oksidasinya (Imam rahayu, 1994).
Setelah itu dilarutkan 0,58 gr NaCl dengan 100 ml air bebas CO2 dalam
gelas kimia, dan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga homogen.
Dalam pembuatan larutan kalium kromat pertama-tama ditimbang
0,5 gr kalium kromat menggunakan neraca o’haus, kemudian diukur air
bebas CO2 sebanyak 10 ml. Kemudian dilarutkan 0,5 gr kalium kromat
dalam air bebas CO2 sambil di aduk menggunakan batang pengaduk dan
dimasukkan ke dalam botol coklat dan ditutup rapat. Tujuan dari
penggunaan botol coklat yakni agar kalium kromat tidak mudah
teroksidasi oleh cahaya, selain itu dilihat dari pemerian dari kalium kromat
itu sendiri yaitu terlindung dari cahaya (Dirjen POM, 1979). Selanjutnya
pembuatan larutan Besi (III) ammonium sulfat, hal pertama yang
dilakukan yakni dengan menimbang besi (III) ammonium sulfat sebanyak
0,5 gr menggunakan neraca o’haus, setelah itu di ukur aquadest sebanyak
50 ml. Dilarutkan 0,5 gr besi (III) ammonium sulfat dalam 50 ml aquadest
dan diaduk hingga homogeny menggunakan batang pengaduk.
Dimasukkan ke dalam botol coklat dan ditutup rapat.
Kemudian pembuatan larutan KSCN, pertama-tama ditimbang 2 gr
KSCN menggunakan neraca o’haus. Kemudian diukur aquadest sebanyak
250 ml aquadest, dan dilarutkan 2 gr KSCN dalam aqudest sebanyak 250
ml sambil di aduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk.
Dimasukkan larutan KSCN kedalam botol coklat Tujuan dari penggunaan
botol coklat yakni agar KSCN tidak mudah teroksidasi oleh cahaya.
Terakhir yakni pembuatan larutan AgNO3, dimana AgNO3 ditimbang
sebanyak 2,54 gr menggunakan neraca o’haus. Kemudian diukur aquadest
sebanyak 150 ml, selanjutnya dilarutkan 2,4 gr AgNO3 dalam 150 ml
aquadest dan diaduk hingga homogen menggunakan batang pengaduk.
Dimasukkan larutan AgNO3 ke dalam botol coklat.
Selanjutnya dilakukan pembakuan terhadap larutan yang telah
dibuat. Larutan baku adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
dengan tepat. Larutan baku dibagi menjadi 2 yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder, larutan baku primer terdiri atas K2CrO4, NaCl,
Asam oksalat, Asam benzoate dll. Sedangkan larutan baku sekunder terdiri
dari AgNO3, KmNO4, Fe(SO4)2 (Nana Sutresna, 2007). Dalam praktikum
yang akan digunakan 2 larutan baku yaitu AgNO3 dan KSCN.
Pada pembakuan AgNO3 dengan menggunakan metode Mohr,
dimana pada metode Mohr ini menggunakan K2Cr2O4 sebagai indikator.
Langkah pertama AgNO3 sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam buret.
Kemudian dimasukkan NaCl sebanyak 2 ml dalam erlenmeyer setelah itu,
ditambahkan 3 tetes indikator K2Cr2O4, akan terlihat perubahan warna dari
putih bening sampai kuning kehijauan. Setelah itu dititrasi dengan
menggunakan larutan AgNO3 dan terbentuknya endapan. Perubahan warna
endapan tersebut terjadi karena timbulnya AgCrO4 (Skogg, 1965). Setelah
itu, dicatat volume AgNO3 yang digunakan, dan titrasi diulangi sebanyak 2
kali (duplo). Tujuan dari duplo itu sendiri untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan yang terjadi. Volume AgNO3 yang digunakan dalam menitrasi
yaitu 2 ml dan berdasarkan perhitungan didapatkan normalitas AgNO3
adalah 0,1 N.
Selanjutnya pembakuan KSCN menggunakan metode Volhard,,
Yang dimana pada metode ini menggunakan besi (III) ammonium sulfat
sebagai indikator (Gandjar, 2012). Pada awalnya larutan baku AgNO3 0,1
N, AgNO3 pada pembakuan KSCN merupakan titran. Kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer setelah itu, ditambahkan 4 tetes HNO3,
penambahan HNO3 ini bertujuan untuk mengasamkan sampel yang dimana
pada pembakuan ini menggunakan metode volhard. Karena metode
volhard biasanya dilakukan dalam suasana asam (Gandjar, 2012).
Selanjutnya ditambahkan 3 tetes besi (III) ammonium sulfat sebagai
indikator, kemudian larutan tersebut akan tampak berubah menjadi larutan
berwarna putih keruh. Kemudian dititrasi lagi dengan menggunakan
KSCN hingga terjadi perubahan warna dari larutan putih sampai merah
bata, dan membentuk endapan berwarna putih. Setelah itu, dicatat volume
yang digunakan dan titrasi diulangi lagi sebanyak 2 kali (duplo). Volume
AgNO3 yang digunakan dalam menitrasi yaitu 2 ml dan berdasarkan
perhitungan didapatkan normalitas KSCN adalah 0,03 N.
Setelah larutan yang digunakan telah dibakukan, langkah selanjutnya
dilakukan penetapan kadar kloramfenikol. Dalam hal ini dilakukan
perlakuan yang berbeda, dimana salah satu cara dilakukan dengan
pemijaran dan tanpa adanya pemijaran.
Pertama-tama yang dilakukan untuk perlakuan dengan adanya
pemijaran yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
selanjutnya disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol 70%.
Kemudian ditimbang masing-masing bahan yang digunakan yaitu
kloramfenikol sebanyak 0,3 gr, kalsium karbonat sebanyak 0,5 gr dan
natrium bikarbonat sebanyak 0,5 gr. Selanjutnya dimasukkan
kloramfenikol dan natrium bikarbonat kedalam cawan porselin dan
dipijarkan sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk,
kemudian ditambahkan kalsium bikarbonat dan dipijarkan bersama.
Selanjutnya hasil pijaran dilarutkan dalam 25 mL aquadest dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan HNO3 sebanyak 15 mL
dan AgNO3 sebanyak 25 mL. Kemudian ditambahkan indikator Fe(NH4)
(SO4)2 sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan K2SCN. Pada akhir titrasi
didapatkan adanya endapan putih yang terbentuk dan larutan berwarna
merah gelap.
Selanjutnya untuk perlakuan dengan tanpa adanya pemijaran yaitu
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya disterilkan alat
yang digunakan menggunakan alkohol 70%. Kemudian ditimbang bahan
yang digunakan yaitu kloramfenikol sebanyak 0,3 gr dan dilarutkan dalam
6 mL aquadest dan dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
HNO3 sebanyak 3,5 mL dan AgNO3 sebanyak 6 mL. Kemudian
ditambahkan indikator Fe(NH4)(SO4)2 sebanyak 20 tetes dan dititrasi
dengan K2SCN. Pada akhir titrasi didapatkan adanya endapan putih yang
terbentuk dan larutan berwarna merah gelap.
Selama titrasi, Ag(SCN) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila
NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe (III) membentuk warna merah
gelap [FeSCN]+2. Pada metode Volhard, untuk menentukan ion klorida,
suasana haruslah asam, karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis.
AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak
bereaksi (Khopkar, 2010). Dalam hal ini HNO3 yang digunakan bersifat
untuk memberikan suasana asam.
Selanjutnya berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada akhir
titrasi dari masing-masing perlakuan persamaannya adalah terbentuknya
endapan putih dan larutan berwarna merah gelap baik dengan adanya atau
tanpa adanya pemijaran. Sedangkan perbedaan hasil kadar dari percobaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan literatur. Hasil perhitungannya, yaitu
untuk penetapan kadar kloramfenikol dengan tanpa pemijaran didapatkan
14,56%, sedangkan untuk penetapan kadar kloramfenikol dengan adanya
pemijaran yaitu 2%. Persentase yang didapatkan yaitu sangatlah jauh
berbeda dari segi adanya pemijaran maupun tanpa adanya pemijaran. Hal
ini karena kemungkinan dengan adanya pemanasan dapat menyebabkan
terjadinya degradasi pada kloramfenikol, sehingga kadar persentase yang
didapatkan sangat sedikit atau berbeda jauh.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam pembakuan AgNo3 dengan menggunakan metode Mohr. Dimana
menggunakan K2Cr2O4 sebagai indikator. Dan hasil dari pembakuan
AgNo3 terlihat perubahan warna dari putih bening sampai kuning
kehijauandan terbentuk endapan putih. Dan dalam pembakuan KSCN
menggunakan metode volhard,, dimana pada metode ini menggunakan
besi (III) ammonium sulfat sebagai indikator, dan hasil dari pembakuan
tersebut dititrasi menggunakan KSCN hingga terjadi perubahan warna
dari larutan putih-merah bata, dan membentuk endapan berwarna putih.
2. Pada penetapan kadar kloramfenikol dengan tanpa pemijaran didapatkan
14,56 % sedangkan untuk penetapan kadar kloramfenikol dengan
adanya pemijaran yaitu 2%. Persentase yang didapatkan sangatlah jauh
berbeda dari segi adanya pemijaran maupun tanpa adanya pemijaran.
V.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah mengenai
kelengkapan alat-alat laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk
mengefisiensikan proses berjalannya praktikum agar praktikan lebih efektif
dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara :
Jakarta.
Day and Underwood., 1992. Kimia Analisis Kuantitatif, edisi kelima, Penerbit
Erlangga : Jakarta
Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: jakarta
Dirjen POM.1995. Farmakope indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Gandjar,G.I dan Rohman, A 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Gandjar, G.I dan Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis . Pustaka Belajar :
Yogyakarta
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.
Khopkar, (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia
Muchtaridi S. 2007. Kimia 3. Yudisthira : Jakarta
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College
Publishing
Susanti. 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia : Makassar
Sutresna, N. 2008. Kimia Dasar. Gramedia : Jakarta
Underwood A.L. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Erlangga :
Jakarta