titrasi argentometri

21
TITRASI ARGENTOMETRI I. TUJUAN Menentukan kadar natrium klorida dengan titrasi argentometri menggunakan metode fajans. II. PRINSIP II.1 Reaksi Pengendapan Reaksi pada saat terdapatnya zat yang memisahkan diri dari suatu larutan menjadi suatu fasa padat dan mengendap. II.2 Hasil Kali Kelarutan Harga/konstanta kesetimbangan untuk melarutkan suatu garam. Untuk larutan jenuh, harga Ksp berbanding lurus dengan hasil kali larutannya. II.3 Kelarutan Massa maksimum zat terlarut untuk dapat larut dalam suatu pelarut. III. REAKSI III.1 Reaksi standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida metode mohr NaCl (aq) + AgNO 3 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq)

Upload: aprianti-ramdhani

Post on 26-Jun-2015

4.396 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan akhir titrasi argentometri... bila ada kekurangan harap di maklum dan diharapkan koreksiannya... semoga bermanfaat (^^,)/

TRANSCRIPT

Page 1: TITRASI ARGENTOMETRI

TITRASI ARGENTOMETRI

I. TUJUAN

Menentukan kadar natrium klorida dengan titrasi argentometri menggunakan

metode fajans.

II. PRINSIP

II.1 Reaksi Pengendapan

Reaksi pada saat terdapatnya zat yang memisahkan diri dari suatu larutan

menjadi suatu fasa padat dan mengendap.

II.2 Hasil Kali Kelarutan

Harga/konstanta kesetimbangan untuk melarutkan suatu garam. Untuk larutan

jenuh, harga Ksp berbanding lurus dengan hasil kali larutannya.

II.3 Kelarutan

Massa maksimum zat terlarut untuk dapat larut dalam suatu pelarut.

III. REAKSI

III.1 Reaksi standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida metode

mohr

NaCl (aq) + AgNO3 (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (s)

(Christian, 1994).

Page 2: TITRASI ARGENTOMETRI

III.2 Reaksi penentuan konsentrasi sampel natrium klorida metode fajans

NaCl (aq) + AgNO3 (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Ag+ + Fl- AgFl (s)

(Christian, 1994).

IV. TEORI DASAR

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,

Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan

yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu

cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri

(Day & Underwood, 2001).

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan

menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida

(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :

1. Indikator

2. Amperometri

3. Indikator kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan

kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan

antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang

dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya

kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog

dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :

Page 3: TITRASI ARGENTOMETRI

1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen

/analit.

2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.

(Skoog et al.,1996)

Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur

dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan

standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam

dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).

Metode-metode dalam titrasi argentometri

1. Metode Mohr; metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan

larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan

perak klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan

bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna

merah

2. Metode Volhard; Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan

larutan baku kalium atau amonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat ditetapkan

secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai

indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam

lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam,

sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga

titik akhir tidak dapat ditunjukkan

3. Metode Fajans; Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan

bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak

memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.

Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid

(Estie,2010).

Page 4: TITRASI ARGENTOMETRI

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu.

Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih

umum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :

Pengendapan terjadi jika Q > Ksp

Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp

Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp

(Petrucci, 1989).

Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam

tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam

tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga

tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.

Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga

tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1989).

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak

(yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan

dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak

aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan

interval kelarutan yang besar dalam air (Oxtoby et al., 2001).

Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan lewat jenuh

merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu dapat bergeser bila suhu dinaikkan.

Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena

umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang bersifat

eksotermik dalam melarut. Sedangkan pengaruh tekanan udara, tekanan udara di atas cairan

berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan

tetapi kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial gas tersebut di

permukaan bertambah besar (Syukri, 1999).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

Page 5: TITRASI ARGENTOMETRI

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis,dll.

(Pantang, 2010).

V. ALAT DAN BAHAN

V.1 Alat

a. Batang pengaduk

b. Buret

c. Corong saring

d. Gelas kimia

e. Gelas ukur

f. Kaca arloji

g. Labu Erlenmeyer

h. Labu ukur

i. Neraca analitis

j. Pipet tetes

k. Volum pipet

V.2 Bahan

a. Akuades

b. Idikator fluorescence

c. Kalium kromat

d. Natrium klorida

e. Perak nitrat

V.3 Rangkaian Alat

Page 6: TITRASI ARGENTOMETRI

Gambar 5.3 Rangkaian Alat Titrasi Argentometri

VI. PROSEDUR

VI.1 Pembuatan larutan natrium klorida 0,0401 N

Natrium klorida yang sebelumnya telah dikeringkan dalam oven, ditimbang

sebanyak 0,2344 gram dengan menggunakan neraca analitis. Natrium klorida

yang tertimbang dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades hingga

tanda batas. Sebelum ditandabataskan, dinding labu ukur dikeringkan dengan

tisu. Kemudian larutan natrium klorida dihomogenkan.

VI.2 Pengenceran larutan standar perak nitrat

Sebanyak 100 mL larutan perak nitrat 0,3 N diukur, kemudian ditambahkan

akuades hingga 600 mL. larutan perak nitrat dihomogenkan dengan pengadukan

oleh batang pengaduk oleh batang pengaduk. Larutan perak nitrat disimpan

dalam ruangan gelap atau jauh dari sinar matahari.

50

40

30

20

10

0

Buret Erle

nmeyer

Statif

Klem

Page 7: TITRASI ARGENTOMETRI

VI.3 Standarisasi larutan perak nitrat dengan natrium klorida menggunakan metode

fajans

Larutan natrium klorida dipipet sebanyak 25 mL dengan volum pipet dan

dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer. Kemudian larutan tersebut ditambahkan

dengan 2-3 tetes indicator fluorescence. Larutan natrium klorida yang telah

ditetesi indicator, dititrasi dengan perak nitrat hingga terjadi perubahan warna

dari kuning kehijauan menjadi larutan putih keruh dengan endapan berwarna

merah muda keunguan. Titrasi dilakukan duplo.

VI.4 Penentuan konsentrasi sampel natrium klorida dengan larutan perak nitrat

menggunakan metode fajans

Sebanyak 25 mL sampel dipipet dengan volum piipet dan dimasukkan kedalam

labu Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indicator fluorescence.

Larutan sampel dititrasi dengan larutan perak nitrat standar hingga terjadi

perubahan dari kuning kehijauan menjadi putih keruh dengan endapan merah

muda keunguan.

VII. DATA DAN PENGAMATAN

VII.1 Tabel standarisasi perak nitrat oleh larutan natrium klorida

V NaCl (mL) [NaCl] (N) V AgNO3 (mL) [AgNO3] (N)25

25

0,0401

0,0401

18,90

18,90

0,0530

0,0530

VII.2 Tabel penentuan konsentrasi sampel natrium klorida

V NaCl (mL) [NaCl] (N) V AgNO3 (mL) [AgNO3] (N)25

25

0,0560

0,0562

26,43

26,49

0,0530

0,0530

Page 8: TITRASI ARGENTOMETRI

VII.3 Perhitungan

a. Pembuatan larutan standar primer natrium klorida

[NaCl] = massaBe

x1000100

[NaCl] = massaBe

x1000100

0,04N = massa58,5

x1000100

= 0,234458,5

x1000100

Massa = 0,234 gram = 0,0401N

*) masssa teoritis = 0,234 gram

massa tertimbang = 0,2344 gram

b. Pengenceran larutan perak nitrat

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 0,3N = 600mL x 0,05N

V1 = 100mL

Jadi, 100 mL perak nitrat 0,3N diukur dan diencerkan hingga 600mL dengan akuades

c. Standarisasi perak nitrat oleh natrium klorida

mek NaCl = mek AgNO3 *)Vakhir titrasi = 18,9mL

VNaCl x [NaCl] = VAgNO3 x [AgNO3] [NaCl] = 0,0401N

25 x 0,0401N = 18,9mL x [AgNO3] VNaCl = 25mL

[AgNO3] = 0,0530N

d. Penentuan konsentrasi sampel natrium klorida

Page 9: TITRASI ARGENTOMETRI

mek NaCl = mek AgNO3 *)Vakhir titrasi = 26,43mL

VNaCl x [NaCl] = VAgNO3 x [AgNO3] [AgNO3] = 0,0530N

25 x [NaCl] = 26,43mL x 0,0530 VNaCl = 25mL

[NaCl] = 0,0560N

mek NaCl = mek AgNO3 *)Vakhir titrasi = 26,49mL

VNaCl x [NaCl] = VAgNO3 x [AgNO3] [AgNO3] = 0,0530N

25 x [NaCl] = 26,49mL x 0,0530 VNaCl = 25mL

[NaCl] = 0,0562N

[NaCl] rata-rata = 0,0560+0,0562

2

= 0,0561N

KSR = |[NaCl ]sebenarnya− [NaCl ] percobaan|

[NaCl ] sebenarnyax100%

= |0,0561 – 0,0565|

0,0565x 100%

= 0,70%

VIII. PEMBAHASAN

Titrasi argentometri adalah jenis titrasi dimana hasil reaksi titrasinya yaitu endapan

dan ion kompleks (garam yang sukar mengion), proses titrasi ini menggunakan larutan Perak

Page 10: TITRASI ARGENTOMETRI

nitrat sebagai larutan standar. Dalam titrasi argentometri dikenal beberapa metode

berdasarkan pada indikator yang digunakan yaitu metode Mohr ( pembentukan endapan

berwarna), metode Volhard(penentuan zat warna yang mudah larut) dan metode

fajans(indicator adsorpsi) tetapi ada satu metode yang tidak menggunakan indicator yaitu

metode Guy lussac. Dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang proses kerja

terbentuknya endapan dengan metode Mohr untuk standarisasi larutan perak nitrat dan

metode Fajans untuk menentukan konsentrasi sampel natrium klorida.

Larutan perak nitrat harus dilindungi dari cahaya matahari, dan paling baik disimpan

dalam botol coklat. Hal ini dikarenakan perak nitrat mudah terurai atau terdekomposisi oleh

cahaya.

AgNO3 (aq) Ag2O (s) + HNO3(aq)

(Rivai, 1995).

Oleh karena itu, larutan perak nitrat distandarisasi terlebih dahulu terhadap natrium

klorida. Natrium klorida bersifat tidak higroskopis, namun udara lembab dapat membuat

padatan natrium klorida juga menjadi lembab, sehingga untuk hasil yang akurat, natrium

klorida harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dan didinginkan sebelum ditimbang.

Pada percobaan titrasi pengendapan argentometri ini, hal pertama yang dilakukan

adalah pembuatan larutan baku primer. Natrium klorida ditimbang kemudian dikeringkan

terlebih dahulu didalam oven. Natrium klorida mudah mengikat air di udara sehingga jika

terlalu lama disimpan dikhawatirkan natrium klorida yang akan digunakan banyak

mengandung air, yang akan berpengaruh dalam penimbangan. Setelah dingin natrium

klorida kemudian ditimbang kembali sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemudian dilarutkan

dalam labu ukur dengan akuades hingga tanda batas.

Selanjutnya dilakukan pembakuan larutan satandar sekunder dalam hal ini perak

nitrat dengan menggunakan metode mohr. Larutan natrium klorida dimasukan kedalam

Erlenmeyer kemudian ditambahkan indicator kalium kromat. Larutan harus bersifat netral,

tidak terlalu asam maupun basa (pH antara 6-8). Larutan natrium klorida tersebut kemudian

Page 11: TITRASI ARGENTOMETRI

dititrasi dengan perak nitrat. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan yang berwarna putih,

yaitu endapan perak klorida. Jika ion perak ditambahkan kedalam suatu larutan yang

mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi

rendah maka perak klorida akan mengendap terlebih dahulu, endapan yang dihasilkan

berwarna putih. Pada titik akhir, ion perak yang berlebih diendapkan sebagai perak kromat

yang berwarna merah bata.

Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida seperti natrium

klorida dengan perak nitrat sebagai peniter dan kalium kromat sebagai indikator. Ketika

natrium klorida dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator kalium

dikromat yang kemudian dititrasi sedikit demi sedikit dengan perak nitrat akan terbentuk

endapan putih yang merupakan perak klorida. Dan ketika natrium klorida sudah habis

bereaksi dengan perak nitrat sementara jumlah perak nitrat masih ada maka perak nitrat

akan bereaksi dengan indikator kalium kromat yang berwarna merah bata. Dalam titrasi ini,

perlu dilakukan secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar ion perak tidak

teroksidasi menjadi perak oksida yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.

Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna suspensi dari kuning

manjadi kuning-coklat. Perubahan ini terjadi karena timbulnya perak kromat saat hampir

mencapai titik ekivalen, hampir semua ion klorida berikatan manjadi perak klorida. Larutan

standar yang digunakan dalam metode ini adalah perak nitrat yang memiliki normalitas

0,0530 N, adanya indikator kalium kromat menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir

dengan titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan

titik akhir adalah perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan ion perak . Pada

analisa ion klorida terjadi reaksi :

Ag+(aq) + Cl-

(aq) AgCl(s)

sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi :

Page 12: TITRASI ARGENTOMETRI

2Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) Ag2 CrO4 (s)

Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi

pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion

indikator tanpa mengendapkan zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka akan

tenrbentuk endapan perak hidroksida yang selanjutnya terurai menjadi perak oksida

sehingga titran terlalu banyak terpakai.

2Ag+(aq) + 2OH-

(aq) 2AgOH (s) Ag2O(s) + H2O(l)

Bila pH terlalu rendah, ion kromat sebagian akan berubah manjadi dikromat.

2H+ + 2CrO42- Cr2O7

2- + H2O

Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak menimbulkan

endapan atau sangat lambat.

Selama titrasi Mohr larutan harus diaduk secara baik bila tidak secara lokal akan

terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen

tercapai dan dioklusi oleh endapan perak klorida yang terbentuk kemudian, akibatnya titik

akhir menjadi tidak tajam.

Kelemahan titrasi Mohr adalah jika terjadi kelebihan titran akan menyebabkan

indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, sehingga titik akhir titrasi tidak akurat.

Selain itu indikator kalium kromat juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan

warna kalium kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat titik akhir

sulit dilihat karena kalium kromat bereaksi dengan perak nitrat membentuk perak dikromat

yang berwarna krem.

Selanjutnya digunakan metode fajans untuk penentuan konsentrasi sampel natrium

klorida. Metode ini menggunakan indikator adsorpsi yaitu suatu zat yang dapat diserap oleh

Page 13: TITRASI ARGENTOMETRI

permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna akibat modifikasi struktur

organiknya. Dalam percobaan ini menggunakan larutan baku perak nitrat dengan sampel

berupa larutan yang mengandung ion klorida. Kemudian larutan natrium klorida

ditambahkan indikator adsorpsi, yaitu indicator fluorescence, sehingga larutan akan berubah

menjadi warna kuning kehijauan. Fluoresence dalam larutan berair akan mengalami

penguraian sebagian menjadi ion hidrogen dan ion fluor, yang bermuatan negatif. Ion fluor

ini akan memberikan warna kuning kehijauan pada larutan, selain itu juga indikator adsorpsi

jika disuasana basa akan berwarna kuning kehijauan. Jika larutan perak nitrat ditambahkan

ke larutan natrium klorida yang telah mengandung zat indikator adsorpsi (fluoresence), titik

akhir ditentukan oleh perubahan warna dari kuning kehijauan sampai terbentuknya endapan

berwarna merah muda, jika didiamkan akan terbentuk endapan berwarna keunguan dengan

larutan yang tidak berwarna. Terbentuknya endapan karena adanya hubungan dengan hasil

kali kelarutan dimana jika ditambahkan suatu garam dengan satu ion-sekutu akan

menghasilkan endapan garam padat, dalam proses ini ion sekutu adalah perak nitrat, ion

perak maupun ion klorida merupakan ion sekutu yang jika ditambahkan garam klorida

menghasilkan endapan perak klorida.

Pada awal titrasi, ion dari indikator adsorpsi yang bermuatan negatif tidak bereaksi

dengan larutan perak nitrat dan larutan natrium klorida karena berlebihnya ion klorida yang

bermuatan negatif tetapi perubahan warna tercapai disebabkan oleh titik kesetaraan yang

telah dicapai dimana ion perak berlebih yang menyebabkan ion dari zat indikator berubah

menjadi positif karena terikat dengan ion perak berlebihan sehingga timbul warna merah

bata pada endapan.

Jika ion klorida yang berlebih, ion klorida dengan fluoresence tidak akan bereaksi :

Ag+ + FL- (AgCl) (AgFL)

Ion klorida tergantikan oleh ion perak karena ion klorida terpolarisasi sehingga kuat

diadsorsi.

Indikator adsopsi ini bersifat ionik dan membuat endapan berwarna akibat sifatnya yang

Page 14: TITRASI ARGENTOMETRI

menyerap warna membuat endapan tampak warna muda. Jadi akibat perubahan warna ini

bukan proses pengendapan tetapi proses penyerapan atau perpindahan warna ke

permukaan endapan yang dihasilkan.

IX. KESIMPULAN

Sampel natrium klorida dapat diketahui konsentrasinya dengan titrasi argetometri

metode fajans yaitu 0,0561N dari konsentrasi sebenarnya 0,0565N dan KSR 0,70%.

Page 15: TITRASI ARGENTOMETRI

DAFTAR PUSTAKA

Christian, G.D. 1994.Analytical Chemistry. Fifth Edition. John Wiley & Sons. New York.

Day, R.A & A.L.Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh Lis Sopyan.

Erlangga.Jakarta.

Estie.2008.Desain Praktikum Kimia Analisis.

http://estie.files.wordpress.com/2008/03/halaman-isi.pdf

Isnawati,R. 2010. Standarisasi Larutan AgNO3.

http://yi2ncokiyute.blogspot.com/2010/07/standarisasilarutanagno3.html

Oxtoby, D.W., H.P. Gillis, N.H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, diterjemahkan

oleh S.S. Achmadi. Edisi keempat. Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Pantang, M.A. 2010. Argentometri.

http://muhammadcank.files.wordpress.com/2010/02/ kelarutan .doc

Petrucci, R. H. 1989.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, diterjemahkan oleh A.

Suminar. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Rivai, H.1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta.

Skoog, D.A., D.M. West, F.J. Holler. 1996. Fundamental Of Analytical Chemistry. Seventh

Edition. Saunders College Publishing. New York.

Page 16: TITRASI ARGENTOMETRI

Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, diterjemahkan oleh A.H.

Pudjaatmaka. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung