anfis repro wanita

42
BAB II KONSEP DASAR A Anatomi dan fisiologi 1. Anatomi organ dan reproduksi wanita Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan organ interna. Organ eksterna berfungsi dalam kopulsi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilitas sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin. a. Organ eksterna, terdiri atas : 1). Mons pubis Mons pubis atau mons veneris adalah bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan anterior simphisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis tertutup rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu (escutcheon). 2). Labia mayora Merupakan dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak dibawahnya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dan mons pubis dan menyatu menjadi perineum. Pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi oleh pubis lanjutan dan mons veneris. Secara embirologis labia mayora homolog dari skrotum pada pria. Setelah melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi tidak terlalu menonjol dan pada usia lanjut biasanya menjadi keriput, panjang 6

Upload: kinanti-devia-larasati

Post on 20-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

anatomi fisiologi reproduksi wanita

TRANSCRIPT

Page 1: Anfis Repro Wanita

BAB II

KONSEP DASAR

A Anatomi dan fisiologi

1. Anatomi organ dan reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan organ

interna. Organ eksterna berfungsi dalam kopulsi, sedangkan organ interna

berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilitas sel telur dan perpindahan

blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk

pertumbuhan dan kelahiran janin.

a. Organ eksterna, terdiri atas :

1). Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah bantalan berisi lemak yang

terletak dipermukaan anterior simphisis pubis. Setelah pubertas

kulit mons pubis tertutup rambut ikal yang membentuk pola

distribusi tertentu (escutcheon).

2). Labia mayora

Merupakan dua buah lipatan kulit dengan jaringan lemak

dibawahnya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dan mons

pubis dan menyatu menjadi perineum. Pada wanita menjelang

dewasa ditumbuhi oleh pubis lanjutan dan mons veneris. Secara

embirologis labia mayora homolog dari skrotum pada pria. Setelah

melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi tidak terlalu

menonjol dan pada usia lanjut biasanya menjadi keriput, panjang

6

Page 2: Anfis Repro Wanita

labia mayora 7 – 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm, dan agak

meruncing pada ujung bawah. Pada nullipara kedua sisi labia

terletak berdekatan sehingga menutupi sama sekali jaringan

dibawahnya. Sedangkan multipara labia mayora bisa terbuka lebar.

Labia mayora berlanjut menjadi monspubis, dibagian posterior

sedangkan pada daerah medial bergabung menjadi komisura

posterior. Pada labia mayora banyak terdapat kelenjar minyak.

Dibawah kulitnya terdapat jaringan ikat pada yang kaya akan

serabut elastin dan jaringan lemak, tetapi hampir tidak ditemukan

unsur otot. Pada bagian bawah kulit terdapat gumpalan lemak yang

merupakan bagian terbesar labia, pada jaringan lemak ini terdapat

suatu pleksus venosus yang sebagai akibat trauma eksternal dapat

robek dan membentuk hematoma.

3) Labia minora

Jaringan berwana kemerahan yang kedua sisinya menyatu pada

ujung atas vulva disebut labia minora atau nimfe. Labia minora

merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang terletak disebelah

dalam labia mayora. Labia mayora adalah lipatan jaringan yang

tipis dan bila terbuka terlihat lembab dan kemerahan, menyerupai

selaput mukosa. Jaringan ini ditutupi oleh epitel gepeng berlapis

dengan banyak tonjolan papilla, tidak ditemukan folikel rambut

namun banyak terdapat folikel sebasea dan kadang-kadang terdapat

kelenjar keringat.

7

Page 3: Anfis Repro Wanita

4) Klitoris

Klitoris identik dengan penis pada pria kira-kira sebesar kacang

hijau sampai cabai rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris-klitoris

terdiri dari :

a). Glans

Glans terdiri dari sel-sel berbentuk fusi tormis

b). Korpus

Terdapat 2 korpora kavernosa, dimana pada dindingnya

terdapat serabut otot polos

c). Krura

Bentuknya tipis dan panjang berawal dipermukaan inferior

ramus iskiopubis menyatu tepat dibawah pertengahan arkus

pubis membentuk korpus klitoris. Panjang klitoris jarang

melebihi 2 cm bahkan dalam keadaan ereksi sekalipun dan

posisinya sangat berlipat karena tarikan labia minora.

Akibatnya ujung klitoris mengarah ke bawah dan menuju liang

vagina.

5) Vulva

Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong,

berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir

kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum

8

Page 4: Anfis Repro Wanita

6) Vestibulum

Merupakan daerah berbentuk buah amandel yang dibatasi labia

minora dilateral dan memanjang dari klitoris diatas hingga fourchet

dibawah. Vestibulum adalah jaringan fungsional pada wanita yang

berasal dan urogenital pada embrio. Pada tahap kematangan

terdapat 6 buah lubang uretra, vagina, 2 kelenjar saluran kelenjar

bartholini dan kadang kala terdapat duktus dari kelenjar

vestibularis mayor yaitu kelenjar bartholini. Kelenjar ini terletak

dibawah otot konstriktor vagina dan kadang kala ditemukan

tertutup sebagian oleh bulbus vestibularis.

7) Introitus vagina

Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. Dilindungi oleh

labia minora, dapat dilihat jika bibir kecil dibuka, ditutupi oleh

selaput dara (hymen)

8) Selaput dara (hymen)

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya

berlubang membentuk semilunaris, anulinaris, tapisan, septata atau

fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau hymen

imperforate, hymen akan robek pada koitus apalagi setelah

bersalin. Sisanya disebut kuruntula hymen atau sisa hymen.

9) Orifisium uretra eksterna (lubang kemih)

2/3 bagian bawah uretra terletak tepat diatas dinding depan vagina

dan bermuara pada meatus uretra. Meatus uretra terletak pada garis

9

Page 5: Anfis Repro Wanita

tengah vestibulum 1-1,5 cm dibawah arkus pubis, letaknya dekat

dengan bagian atas liang vagina dan biasanya terlihat menonjol

berkerut-kerut.

10) Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4

cm. Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma peluis

dan urogenital. Perineum terdiri dari otot yang dilapisi dengan kulit

menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

b. Organ internal

1). Vagina

Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang

keatas dan kebelakang mulut vulva hingga uterus. Dinding anterior

vagina memiliki panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding

posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai

saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran

menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai jalan lahir saat

persalinan.

Dinding vagina terdiri dari 4 lapisan :

a). Lapisan epitel gepeng berlapis, pada lapisan ini tidak terdapat

kelenjar tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk

memberikan kelembababan.

b). Jaringan efektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik.

c). Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler.

10

Page 6: Anfis Repro Wanita

d) Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih.

Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat

servik menjulur kedalam kubah vagina terbentuk sebuah

selokan melingkar yang mengelilingi serviks. Fornik ini terbagi

menjadi empat bagian. Fornik posterior, anterior, dan dua buah

fornik lateral.

2) Uterus

Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh

peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang

gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga

panggul antara kandung kemih dianterior dan rectum di posterior.

Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10

cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah

melahirkan antara 50-70 gram sedangkan wanita yang belum

pernah melahirkan beratnya 80 gr atau lebih.

Uterus terdiri atas :

a). Fundus uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi

berinsersi ke uterus. Didalam klinik penting diketahui sampai

dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya kehamilan dapat

diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.

11

Page 7: Anfis Repro Wanita

b) Korpus uteri

Merupakan bagian uterus yang terbesar, rongga yang terdapat

pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri

terdiri dari 3 lapisan = serosa, muskola, dan mukosa.

Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.

c) Servik uteri

Servik merupakan bagian uterus dengan bagian khusus, terletak

dibawah istimus. Servik memiliki serabut otot polos, namun

terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin

serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan

secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika

saluran kelenjar serviks tersumbat dapat terbentuk kista retensi

berdiamater beberapa millimeter yang disebut sebagai folikel

nabothian.

Secara histolik uterus terdiri atas :

a). Endometrium di corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri

Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa

yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil.

Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan

jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk.

Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm.

endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan

12

Page 8: Anfis Repro Wanita

jaringan mesenkim antar kelenjar yang ada didalamnya banyak

terdapat pembuluh darah.

Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan sel

kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterine

berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini

menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga

rongga uterus tetap lembab.

b) Miometrium

Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar

uterus dan terdiri atas kumpulan otot polos yang disatukan

jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya.

Menurut Schwalm dan Dubnauszky, 1996 banyak serabut otot

pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kearah kaudal,

sehingga pada serviks otot hanya merupakan 10 % dari massa

jaringan. Selama masa kehamilan terutama melalui proses

hipertrofi, miometrium sangatmembesar, namun tidak terjadi

perubahan yang berarti pada otot diserviks.

c) Lapisan serosa, yakni peritorium visceral

Uterus sebenarnya terapung-apung dalam ronga peluis dengan

jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.

Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah :

13

Page 9: Anfis Repro Wanita

(1). Ligamentum cardinal sinistra et dextra (mackenrodt)

Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplai uterus

tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari

serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis.

Didalamnya banyak pembuluh darah antara lain vena dan

arteri uterina.

(2). Ligamentum sakro uterinum sinistra et dextra

Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak

bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan

kanan, kearah sacrum kiri dan kanan.

(3). Ligamentum rotundum sinistra et dextra

Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi

dan berjalan dari sudut uteri kiri dan kanan, kedaerah

inguinal kiri dan kanan.

(4). Ligamentum latum sinistra et dextra

Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus

kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

Dibagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur

(ovarium sinistra et dextra).

(5). Ligamentum infudibula pelvicum

Yaitu ligamentum yang menahan tuba fallopi berjalan dari

arah infundibulum kedinding pelvis. Didalamnya terdapat

urat-urat saraf. Saluran-saluran limfe, arteri dan vena

14

Page 10: Anfis Repro Wanita

ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik dan

corpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah

sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan didaerah plika

vesiaka uterine. Uterus diberi darah oleh arteri uterine

sinistra et dextra yang terdiri dari ramus eksenden dan

desenden. Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi

uterus adalah arteri ovarica sinistra et dextra. Inversasi

uterus terdiri atas system saraf simpatis, parasimpatis dan

serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada

dalam panggul disebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal

dari saraf sacral 2,3 dan 4 dan selanjutnya memasuki

pleksus frankenhauser.yang dari system simpatis masuk

kedalam rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus

melalui bifurkasia aorta dan promontorium tenus kebawah

dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut

memberi intervasi pada miometrium dan endometrium.

Kedua system simpatik dan parasimpatik mengandung

unsure motorik dan sensorik. Simpatik menimbulkan

kontraksi dan vasokontriksi sedangkan parasimpatik

mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.

3) Tuba fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu

uterina hingga suatu tempat didekat ovarium dan merupakan jalan

15

Page 11: Anfis Repro Wanita

ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14

cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumenya dilapisi oleh

membran mukosa.

Tuba fallopi terdiri atas :

a). Pars interstisialis

Bagian yang terdapat di dinding uterus

b). Pars ismika

Merupakan medial tuba yang sempit seluruhnya

c). Pars ompularis

Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi

d). Pars infundibulun

Bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan

mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk

menangkap telur untuk kemudian menyalurkan kedalam tuba.

4) Ovarium

Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel,

fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis

dan sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm,

lebar 1,5-5 cm, dan tebal 0,6-1 cm. setelah menopause ovarium

sangat kecil. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga

panggul dan menempel pada lekukan dinding lateral pelvis diantara

iliaka eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik

16

Page 12: Anfis Repro Wanita

fossa ovaroca weldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum

melalui mesovarium.

Struktur umum pada ovarium dapat dibedakan menjadi :

a). Korteks

Ketebalannya sesuai dengsn usia dan menjadi semakin tipis

dengan bertambahnya usia. Dalam lapisan inilah ovarium dan

folikel de graaf. Bagian yang paling luar dari korteks yang

kusam dan keputih-putihan dikenal sebagai tunika albuginea,

dimana permukaannya terdapat lapisan tunggal epitel muboid

yaitu epitel germinal dari waldeyer.

b). Medulla

Terdiri atas jaringan penyambung longgar yang

berkesinambungan dengan yang dari mesovarium. Terdapat

sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah

kecil serat otot polos yang berkesinambungan, serat otot

berfungsi dalam pergerakan ovarium.

Ovarium disuplai oleh saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

Saraf simpatis berasal dari ovarica yang menyertai pembuluh

ovarica, beberapa berasal dari pleksus yang mengelilingi

cabang ovarica dari arteri uterina.

2. Fisiologi post partum

Perubahan fisiologi post partum menurut (Farrel, 2002 : 225) antara lain :

17

Page 13: Anfis Repro Wanita

a. Involusio

Yaitu proses fisiologis pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan

sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil

karena sytoplasmanya yang berlebihan dibuang.

1). Involusio uterus

Terjadi setalah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena

kontaksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan

pemeriksaan tinggi fundus uteri.

a). Setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama TFU 1-2 jari

dibawah pusat.

b). Pada hari ke-6 TFU normalnya berada dipertengahan simphisis

pubis dan pusat

c). Padahari ke-9 TFU sudah tidak teraba

2). Involusio tempat melekatnya placenta

Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi

tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta

trombosis pada endometrium terjadi pembekuan skar sebagai

proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada

endometrium ini memungkinkan untuk implantasi dan

pembentukan plasenta pada kehamilan yang akan datang.

b. Lochea

Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari

jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang

senggama.

18

Page 14: Anfis Repro Wanita

Menurut pembagiannya :

1). Lochea rubra

Berwarna merah, terdiri dari lendir dan darah, terdapat pada hari kesatu

dan kedua.

2). Lochea sanguinolenta

Berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah dan pada hari ke 3-6

post parfum.

3). Lochea alba

Berwarna putih / jernih, berisi leukosit, sel epitel, mukosa servik dan

bakteri atau kuman yang telah mati, pada hari ke 1-2 minggu setelah

melahirkan.

3. Adaptasi fisik

a. Tanda-tanda vital

Suhu meningkat, dehidrasi karena perubahan hormonal tetapi bila suhu

diatas 38 0C dan selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum perlu

dipikirkan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, endometritis dan

sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau ke 3 post

partum dapat menyebabkan kenaikan suhu, walaupun tidak selalu.

b. Adaptasi kardiovaskuler

1). Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik + 20 mmHg

dapat terjadi pada saat ibu berubah posisi berbaring keduduk.

Keadaan sementara sebagai kompensasi kardiovaskuler

19

Page 15: Anfis Repro Wanita

terhadap penurunan tekanan dalam rongga panggul dan perdarahan.

2) Denyut nadi berkisar 60 – 70 kali permenit, berkeringat dan

menggigil mengeluarkan cairan yang berlebihan dari sisa-sisa

pembakaran melalui kulit sering terjadi terutama malam hari.

c. Adaptasi traktus urinarius

Selama proses kehamilan persalinan kandung kemih mengalami

trauma yang dapat mengakibatkan oedem dan menghilangkan

sensitifitas terhadap tekanan cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan

tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna.

Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil

selama 2 hari pertama setelah melahirkan.

d. Adaptasi system gastrointestinal

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal

meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan namun

asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1-2 hari.

e. Adaptasi system endokrin

Perubahan buah dada, umumnya produksi ASI baru berlangsung pada

hari ke 2-3 post partum, buah dada tampak membesar, keras dan nyeri.

f. Adaptasi system musculoskeletal

Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan

mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas

setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor.

20

Page 16: Anfis Repro Wanita

g. Perineum

Setelah partus perineum menjadi kendor karena sebelumnya meregang

oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendor dari keadaan sebelum melahirkan

(nuliparia).

h. Laktasi

Setelah partus, pengaruh menekan dari esterogen dan progesterone

terhadap hipofisis hilang penuh hormon-hormon hipofisis kembali

antara lain, laktogenic hormone (prolaktin) yang akan menghasilkan

pula mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruh

akibat kelenjar-kelenjar susu dilaksanakan. Umumnya produksi air

susu baru berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum.

4. Adaptasi fungsional

Ada 3 fase pada ibu post partum, yaitu :

a. Fase taking in (fase dependent)

1) Selama 1-2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada ibu dan

ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri.

2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan

keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai ibu dan ia lebih

mempercayakan kepada orang lain dan ibu akan lebih baik

meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahatnya.

21

Page 17: Anfis Repro Wanita

3) Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan

tentang pengalaman kehamilan, melahirkan dan rasa

ketidaknyamanan.

b. Fase taking hold (fase independent)

1) Ibu sudah menunjukkan perluasan focus perhatiannya yaitu dengan

memperlihatkan bayinya.

2) Ibu mulai tertarik melakukan perawatan pada bayinya.

3) Ibu mulai terbuka menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan

bayinya.

c. Fase letting go (fase interpenden)

Fase ini merupakan suatu keadaan menuju peran baru

1) Ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya lebih

meningkat.

2) Mengenal bayi bahwa bayi terpisah dari dirinya.

(Bobak, 2004)

B. Sectio Caesaria

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus.

(Wiknjosastro, 1999)

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina

(Rustam Mochtar, 1998)

22

Page 18: Anfis Repro Wanita

Post partum adalah suatu masa yang dimulai setelah partus selesai

dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Wiknjosastro,1999 )

Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum

uteri

(Wiknjosastro, 1999)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partum dengan

sectio caesaria atas indikasi letak sungsang adalah suatu cara melahirkan

janin dengan cara pembedahan pada dinding depan perut atau vagina

karena janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan

bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

2. Macam-macam pembedahan Sectio Caesaria

Sectio caesaria dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :

a. Sectio caesaria klasik (Menurut Sanger)

Lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah rahim dengan indikasi:

1). Sectio caesaria yang diikuti dengan sterilisasi

2). Terdapat penbuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi

robekan segmen bawah rahim dan perdarahan

3). Pada letak lintang

4). Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul

23

Page 19: Anfis Repro Wanita

Keuntungan :

Mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas

Kerugian :

Kesembuhan luka operasi relatif sulit, kemungkinan terjadi ruptur uteri

pada kehamilan berikutnya lebih besar, kemungkinan terjadi

perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

a. Sectio caesaria transperitoneal profunda (Menurut Kehrer)

Sectio caesaria yang merupakan persalinan dengan morbiditas dan

mortalitas rendah adalah persalinan yang paling konservatif.

Indikasi dari ibu :

1). Primigravida dengan kelainan letak

2). Primipara tua dengan disertai : kelainan letak, disproporsi

sefalo pelvik

3). Terdapat kesempitan panggul

4). Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsi-eklamsi

Indikasi dari bayi :

a). Fetal distress / gawat janin

b). Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin

c). Kegagalan persalinan vakum

Keuntungan :

Segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan baik, tidak banyak

menimbulkan perlekatan

Kerugian :

24

Page 20: Anfis Repro Wanita

Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin, terjadi

perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan

b. Sectio caesaria ekstraperitonial (Menurut Water / Latzco)

Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan

antibiotika, dan untuk menghindarkan kemungkinan infeksi yang

dapat ditimbulkannya. Tujuannya menghindari kontaminasi kavum

uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus

3. Indikasi sectio caesaria :

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

b. Panggul sempit

Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias

naturalis ialah CV : 8 cm. Panggul depan CV : 8 cm dapat dipastikan

tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan

sectio caesaria, CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus

percobaan, baru setelah gagal dilakukan sectio caesaria sekunder

c. Disproporsi sefalo pelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran

kepala dengan panggul

d. Ruptur uteri mengancam

e. Partus lama (Prolanged labor)

f. Partus tidak maju

g. Distorsia servik

h. Preeklamsi dan hipertensi

i. Mal presentasi janin

25

Page 21: Anfis Repro Wanita

1. Letak lintang

Greenhill dan easman sama-sama sependapat

a. Bila ada kesempitan panggul, maka sectio caesaria adalah cara

yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin, hidup dan

besar biasa

b. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong

dengan sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul

sempit

c. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong

dengan cara-cara lain

2. Letak sungsang

Macam-macam letak sungsang

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan

beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut :

a. Letak sungsang murni (frank breech)

Terjadi bila diperiksa teraba bokong, kedua kaki menjungkit

keatas sampai kepala bayi, kedua kaki bertindak sebagai spalk

b. Letak bokong kaki sempurna (complete breech)

Terjadi bila diperiksa teraba bokong, kedua kaki berada di

samping bokong

c. Letak bokong tak sempurna (incomplete breech)

Terjadi bila diperiksa teraba bokong, disamping bokong teraba

satu kaki

26

Page 22: Anfis Repro Wanita

d. Letak kaki (incomplete breech lain)

Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau

lutut, dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak

lutut bila lutut terendah

(Ida Bagus, 1998)

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :

1. Sudut ibu

a. Keadaan rahim

1). Rahim arkuatus

2). Septum pada rahim

3). Uterus duplek

4). Mioma bersama kehamilan

b. Keadaan placenta

1). Placenta letak rendah

2). Placenta previa

c. Keadaan jalan lahir

1). Kesempitan panggul

2). Deformitas tulang panggul

3). Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran

keposisi kepala

2. Sudut janin

Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak

sungsang :

27

Page 23: Anfis Repro Wanita

a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat

b. Hidrosefalus atau anensefalus

c. Kehamilan kembar

d. Hidromnion atau oligohidramnion

e. Prematuritas

Dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih luas

sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin

merupakan bagian terbesar dan keras serta paling berat. Melalui hukum

gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas pinggul. Dengan

gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotundum dan kontraksi

braxon hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk kepintu atas panggul.

(Ida Bagus, 1998: 361).

4. Manifestasi klinik

a. Pernafasan

1). Pernafasan meningkat karena hipoventilasi, posisi salah, pembalut

ketat pada dada dan abdomen atas, kegemukan.

2). Kecepatan pernafasan turun karena pengaruh obat : anestesi,

narkotika, sedative.

b. Tekanan darah

1). Meningkat jika dalam keadaan cemas, nyeri, distensi, kandung

kemih.

2). Tekanan darah turun jika terjadi shock karena kehilangan cairan

atau hemoragi.

28

Page 24: Anfis Repro Wanita

c. Suhu

1). Terjadi kenaikan karena reaksi stress

2). Suhu turun karena dinginnya ruang operasi dan ruang pemulihan

d. Nadi

1). Meningkat karena nyeri, cemas, dilatasi perut.

2). Kecepatan nadi turun karena kebanyakan dosis digitalis.

e. Kenyamanan

1). Terdapat nyeri, mual, tumpah.

2). Sikap tidur nyaman dan memperlancar ventilasi.

(Long, 1996)

5. Fase-fase penyembuhan luka

a. Fase I (termasuk respon inflammatory) berlangsung selama 3 hari

1) Penutupan luka (darah membeku)

2) Fagositosis jaringan rusak dan bakteri

3) Pembentukan arus darah ke luka

b. Fase II berlangsung 3 – 14 hari setelah bedah

1) Kolagen dikumpulkan

2) Regenarasi sel epitel

3) Luka, granulasi jaringan

c. Fase III berlangsung dari minggu kedua sampai minggu keenam

1) Tambahan pengumpulan kolagen

2) Pembuluh darah terjepit

3) Luka : pertumbuhan jaringan menarik tinggi

29

Page 25: Anfis Repro Wanita

d. Fase IV berlangsung beberapa bulan setelah bedah

1) Kolagen menciut dan memadat

2) Luka : membentuk ceruk parut, tipis dan putih

(Long, 1996 : 69)

6. Komplikasi

Komplikasi akibat sectio caesaria antara lain :

a. Infeksi Puerperal (nifas)

Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan

sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum / ada factor-faktor yang

merupakan gejala infeksi

1) Infeksi bersifat ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan

dehidrasi dan perut sedikit kembung

3) Berat dengan peritonitis sepsis ileus paralitik. Hal ini sering kita

jumlah pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah terjadi

infeksi intraportal karena ketuban yang telah lama

Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan

antibiotic yang adekuat dan tepat

b. Perdarahan

Rata-rata darah hilang akibat sectio caesaria 2 kali lebih banyak

daripada yang hilang dengan kelainan melalui vagina. Kira-kira 800-

1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah yang

terputus dan terbuka, atonia uteri dan pelepasan pada plasenta

30

Page 26: Anfis Repro Wanita

c. Emboli pulmonal

Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat

mobilisasi di bandingkan dengan melahirkan melalui vagina (normal)

d. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi

e. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang

(Rustam, 1998)

7. Pengkajian Fokus

a. Biodata

1) Identitas pasien

Yang berisi : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat

2) Penanggung jawab

Yang berisi : Nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

§ Pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar jahitan sectio

caesaria

2) Riwayat penyakit sekarang

§ Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka jahitan sectio caesaria

3) Riwayat penyakit dahulu

§ Apakah pernah dilakukan section caesaria sebelumnya

§ Apakah ada abortus pada kehamilan sebelumnya

31

Page 27: Anfis Repro Wanita

§ Apakah ada perdarahan pada kehamilan sebelumnya

§ Apakah mempunyai riwayat hipertensi

§ Apakah mempunyai riwayat diabetes mellitus

§ Apakah mempunyai riwayat jantung

§ Apakah mempunyai riwayat asma

4) Riwayat penyakit keluarga

§ Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami section

caesaria

§ Adakah didalam keluarga pernah mengalami abortus

§ Adakah didalam keluarga pernah mengalami perdarahan /

anemia

§ Adakah didalam keluarga mempunyai riwayat hipertensi,

diabetes mellitus, asma, jantung

5) Riwayat kehamilan

G P A

HPHT dan HPL

6) Riwayat persalinan

7) Riwayat haid / menstruasi

§ Menarche pada umur

§ Siklus haid (teratur 28 hari)

§ Gangguan menstruasi (dismenorea, amenorea, dll)

32

Page 28: Anfis Repro Wanita

8. Pola Kesehatan Fungsional

a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 – 800 ml

b. Integritas ego

§ Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai

ketakutan, marah dan menarik diri

§ Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima

peran dalam pengalaman kelahiran

§ Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi

situasi baru

c. Eliminasi

§ Kateter mungkin terpasang : urin jernih, pucat

§ Bising usus tidak ada, samar atau jelas

d. Makanan / cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal

e. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anesthesia spiral

epidural

f. Nyeri / ketidaknyamanan

§ Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber :

misalnya trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung

kemih / abdomen, efek-efek anesthesia

§ Mulut sering kering

33

Page 29: Anfis Repro Wanita

g. Pernafasan

Bunyi paru jelas dan vesikuler

h. Keamanan

§ Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering atau utuh

§ Jalur parenteral, bila digunakan, paten, dan sisi bebas eritema,

bengkak dan nyeri tekan

(Doenges, 2001)

9. Pemeriksaan Diagnostik

§ Jumlah darah lengkap, hemoglobin (Hb) / hematokrit (Ht) : mengkaji

perubahan dan kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan

darah pada pembedahan

§ Urinalisasi kultur urine, darah, vagina, dan lokhea : pemeriksaan

tambahan didasarkan pada kebutuhan individual

34

Page 30: Anfis Repro Wanita

Tak

ing

in

Dep

end

en

butu

h nd

perl

iun

gan

Km

ele

ahan

fi

sik

D

efis

itt

ipe

raw

aan

dri

aki

hol

Tng

d

jB

ela

ar

peru

bah

an

baru

Kur

ang

mi

info

ras

uK

rang

a

uan

pe

nget

h

i

Let

tng

go

aM

ampu

men

yesu

ikan

u

rde

ngan

kel

aga

M

andi

ri

as

Lak

ti

Pm

en

urun

an h

oron

tog

en d

nes

ra

pro

gest

eron

a h

oon

Pen

ingk

atn

rm

kpr

ola

tin

SA

I ke

luar

Pe

sa

otn

il

ia

efek

tfn

y

lakt

asi

dk

A

eua

t

- l

lre

fek

his

ap k

uit

-

ml

Bay

ien

oak

Tid

ak A

deku

at

iT

dak f

efek

tiny

a ak

ti

las

U

teru

s

iK

ontr

aks

ute

rus

m

enin

gkat

Ga

angg

uan

ras

nym

:a

an

nye

ri

ruon

u

Pen

una

n t

s o

tot

dan

oti

um

ilta

s us

s t

un

ur

nsi

iK

ot

pas

Luk

a po

st

on c

aer

a

sect

isa

i

Nye

ri

ru

Te

put

snya

i

ik

ont

nuta

s

ai

jr

ngan

Per

dar

ahan

D

efis

itvo

lum

e an

cair

n

muk

P

itu

ask

uman

iIn

vas

bakt

eri

Ris

iko

in

feks

i

ern

Into

la

si

at

k

ifit

as

ii

Per

ubah

an f

sol

ogis

ol

Per

ubah

an p

sik

ogis

Fk

r i

ii

ato

ndka

s

es

S

ctio

Cae

aria

a s

Let

kun

gsan

g

alP

ers

inan

Tin

daka

n pe

mbe

daha

n

os s

ii

Pt

ect

on c

aesa

ra

ont

Sp

an

Sum

ber

:

Bo

ba

k, 2

004

dkk

10. Pathways

35

Page 31: Anfis Repro Wanita

11. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma

pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih

(Doengoes, 2001).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan

dan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

(Doengoes, 2001).

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan

tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2000).

d. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah

dalam pembedahan (Doengoes, 2001).

e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan

tonus otot sekunder terhadap anestesi, kurang masukan, nyeri perineal /

rektal (Doengoes, 2001).

f. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi

(Carpenito, 2000).

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (Doengoes,

2001).

h. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan

dan kebutuhan perawatan diri berhubungan dengan kurangnya

informasi (Doengoes, 2001).

36

Page 32: Anfis Repro Wanita

12. Fokus Intervensi

Dx.l

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,

efek anestesi, efek hormonal distensi kandung kemih (Doengoes, 2001).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang

Kriteria hasil:

1. Klien mengungkapkan berkurangnya nyeri

2. Klien tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat

Intervensi :

1. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan

Rasional :

Membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membantu membedakan

nyeri pasca operasi dan terjadinya komplikasi (misalnva : ileus, retensi

kandung kemih atau infeksi, dehidens luka).

2. Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi.

Rasional :

Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat.

3. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi

Rasional :

Merilekskan otot, dan mengalihkan perhatian dan sensori nyeri.

4. Anjurkan ambulasi dini

Rasional :

37

Page 33: Anfis Repro Wanita

Menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk

menghilangkan ketidaknyamanan.

5. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional :

Meningkatkan kenyamanan.

Dx.2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan

terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan (Doengoes,

2001).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat meningkatkan dan

melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri.

Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang

menurunkan toleransi aktivitas.

Intervensi:

1. Kaji respon klien terhadap aktivitas

Rasional:

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan

kelemahan, keletihan yang berkenaan dengan aktivitas.

2. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien

sadar

Rasional :

Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien.

38

Page 34: Anfis Repro Wanita

3. Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional :

Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk

beraktivitas, klien dapat rileks.

4. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

Rasional :

Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena kebutuhan

aktivitas sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan keluarga dan perawat.

5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional :

Aktivitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh para klien sesuai yang

diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping

emosional.

Dx.3

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh

terhadap bakteri sekunder pembedahan (Carpenito, 2000).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolaesa)

2. Tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37° C)

Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda vital

39

Page 35: Anfis Repro Wanita

Rasional :

Suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color)

2. Kaji luka pada abdomen dan balutan

Rasional:

Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan

tehnik antiseptik

Rasional:

Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme infeksius.

4. Catat / pantau kadar Hb dan Ht

Rasional:

Resiko infeksi Post Partum dan pemyembuhan buruk meningkat bila kadar

Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

5. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional: Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

Dx.4

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam

pembedahan (Doengoes, 2001).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat

diminimalkan.

Kriteria hasil: Membran mukosa lembab, kulit tidak kering, Hb : 12 gr

Intervensi:

1. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

40

Page 36: Anfis Repro Wanita

Rasional:

Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasikan

pengeluaran cairan / kebutuhan pengganti dan menunjang intervensi.

2. Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan, misal : privasi,

posisi duduk, air yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hangat diatas

perineum.

Rasional:

Meningkatkan, relaksasi, otot perineal dan memudahkan upaya

pengosongan.

3. Catat munculnya mual / muntah Rasional:

Masa Post Op, semakin lama durasi anestesi semakin besar resiko untuk

mual. Mual yang lebih dan 3 hari Post Op mungkin dihubungkan untuk

mengontrol rasa sakit atau terapi obat lain.

4. Periksa pembalut, banyaknya perdarahan

Rasional:

Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hemoragi

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai program Rasional:

Mengganti cairan yang telah hilang.

Dx. 5

Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus

otor sekunder terhadap anestesi, kurang masukan, nyeri perineal / rectal

(Doengoes, 2001).

41

Page 37: Anfis Repro Wanita

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan

eliminasi BAB: Konstipasi

Kriteria hasil : Klien mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya / optimal

dalam 4 hari pasca partum

Intervensi:

1. Auskultasi terhadap adanya bising pada keempat kuadran

Rasional:

Menentukan kesiapan terhadap pemberian makan per oral.

2. Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan

Rasional:

Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus

paralitik.

3. Anjurkan cairan oral adekuat (6-8 gelas / hari), peningkatan diet makanan

serat.

Rasional:

Cairan dan makanan serat (buah-buahan dan sayuran) dapat merangsang

eliminasi dan mencegah konstipasi.

4. Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan ambulasi

dini.

Rasional:

Latihan kaki mengencangkan otot-otot abdomen dan memperbaiki

motilitas abdomen.

42

Page 38: Anfis Repro Wanita

5. Kolaborasi pemberian pelunak feses

Rasional:

Melunakkan feses, merangsang peristaltik, dan membantu mengembalikan

fungsi usus.

Dx.6

Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi

(Carpenito, 2000).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan laktasi efektif

Kriteria hasil:

1. Klien dapat membuat suatu keputusan

2. Klien dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau

meningkatkan menyusui yang berhasil.

Intervensi:

1. Kaji isapan bayi, jika lecet pada putting.

Rasional:

Menentukan kemampuan untuk memberikan perawatan yang tepat.

2. Anjurkan tehnik Breast Care dan menyusui yang efektif.

Rasional:

Memperlancar laktasi.

3. Anjurkan pada klien untuk memberikan ASI ekslusif.

Rasional:

ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayi sebagai pertumbuhan

optimal.

43

Page 39: Anfis Repro Wanita

4. Berikan informasi untuk rawat gabung

Rasional:

Menjaga, meminimalkan tidak efektifhya laktasi.

5. Anjurkan bagaimana cara memeras, menangani, menyimpan dan

mengirimkan / memberikan ASI dengan aman.

Rasional:

Menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi.

Dx.7

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (Doengoes, 2001).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit keperawatan tidak

terjadi.

Kriteria hasil:

1. Klien mendemontrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri.

2. Klien mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

Intervensi:

1. Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan

Rasional:

Nyeri dapat mempengaruhi respons emosi dan perilaku sehingga klien

mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan fisik.

44

Page 40: Anfis Repro Wanita

2. Tentukan tipe-tipe anestesia

Rasional:

Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarahkan untuk berbaring

datar dan tanpa bantal untuk 6-7 jam setelah pemberian anestesia.

3. Ubah posisi klien setiap 1 -2 jam

Rasional:

Membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis.

4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi, gosokan

punggung dan perawatan perineal).

Rasional:

Memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan kesejahteraan.

5. Berikan pilihan bila mungkin (jadwal mandi, jarak selama ambulasi).

Rasional:

Mengizinkan beberapa otonomi meskipun tergantung pada bantuan

profesional.

6. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional:

Menurunkan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi kemampuan

untuk melaksanakan perawatan diri.

45

Page 41: Anfis Repro Wanita

Dx.8

Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis,

periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri (Doengoes,

2001).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengerti tentang

perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan

perawatan bayi.

Kriteria hasil: Klien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan

fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.

Intervensi:

1. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar

Rasional:

Penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan Ibu,

maturasi dan kompetensi.

2. Kaji keadaan fisik klien

Rasional:

Ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima

penyuluhan.

3. Berikan inforaiasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal.

Rasional:

Membantu klien mengenali perubahan normal.

4. Diskusikan program latihan yang tepat sesuai ketentuan.

Rasional:

46

Page 42: Anfis Repro Wanita

Program latihan dapat membantu torus otot-otot, meningkatkan sirkulasi,

menghasilkan gambaran keseimbangan tubuh dan meningkatkan perasaan

sejahtera.

5. Demontrasikan teknik-teknik perawatan diri

Rasional:

Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru.

47