anemia
DESCRIPTION
AnamiaTRANSCRIPT
ANEMIA GIZI BESI
Anemia gizi besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah lebih rendah dari
keadaan normal, sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah
mempertahankan kadar Hb pada tingkat normal.
Tanda-tanda klinis dari anemia gizi besi antara lain:
a. Lelah, lesu, lemah, leth, dan lalai (5L)
b. Bibir pucat
c. Nafas pendek
d. Denyut jantung meningkat
e. Konstipasi
f. Nafsu makan berkurang
g. Mudah mengatuk
Penyebab anemia:
Penyebab utama anemia gizi besi adalah karena konsumsi zat besi yang tidak
cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri
dari nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan
tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang
dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan
yang rendah absorbsi zat besinya.
Faktor pangan:
Rendahnya pemasukan zat besi dari makanan (intake)
Ada dua jenis zat besi yang terdapat di dalam makanan yaitu : zat besi yang
berasal dari hem dan bukan hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan penyusun
hemoglobin dan myoglobin, zat besi jenis ini terkandung didalam daging, ikan dan
unggas, serta hasil olahan darah.
Zat besi dari hem ini terhitung sebagai fraksi yang relatif kecil dari seluruh
masukan zat besi. Zat besi yang bukan berasal dari hem, merupakan sumber yang lebih
penting dan ditemukan dalam tingkat yang berbeda-beda pada seluruh makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan
kacang-kacangan serta serealia, dalam jumlah yang sedikit terdapat di dalam daging,
telur dan ikan.
Rendahnya penyerapan zat besi (absorbsi)
Penyerapan zat besi terjadi dalam lambung dan usus bagian atas yang masih
bersuasana asam, banyaknya zat besi dalam makanan yang dapat dimanfaatkan oleh
tubuh tergantung pada tingkat absorbsinya. Tingkat absorbsi zat besi dapat dipengaruhi
oleh pola menu makanan atau jenis makanan yang menjadi sumber zat besi.
Zat besi yang terkandung dalam makanan dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk
kimianya, penyantapan bersama dengan faktor-faktor yang mempertinggi dan atau
menghambat penyerapannya, status kesehatan dan status zat besi individu yang
bersangkutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghambatan penyerapan itu adalah tannin
dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, asam folat, kalsium dam
serat dalam bahan makanan, zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang
tidak larut dalam air, sehingga sulit untuk di absorbsi. Protein nabati maupun protein
hewani tidak meningkatkan absorbsi zat besi. Tetapi bahan makanan yang disebut meat
factor seperti daging, ikan dan ayam, apabila hadir dalam menu makanan walaupun
dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan absorbsi zat besi bukan hem yang berasal
dari serealia dan tumbuh tumbuhan. Jadi apabila didalam menu makanan sehari-hari
tidak hadir bahan makanan tersebut di atas, maka absorbsi zat besi dari makanan akan
sangat rendah perlu diketahui bahwa susu, keju dan telur tidak meningkatkan absorbsi zat
besi .
Taraf gizi besi seseorang juga akan mempengaruhi absorbsi zat besi, semakin
tingginya kebutuhan akan zat besi maka, akan semakin besar tingkat absorbsinya.
Misalnya: pada masa pertumbuhan, pada masa hamil, penderita anemia dan infeksi atau
infeksi kecacingan. Dengan kata lain penyerapan zat besi berkaitan dengan status besi
masing-masing individu.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperan dalam meningkatkan absorbsi
zat besi adalah vitamin C, yaitu meningkatkan absorbsi zat besi bukan hem sampai empat
kali lipat. sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung vitamin C baik
dimakan untuk mencegah anemia kurang besi. Hal ini disebabkan bukan saja karena
bahan makanan itu mengandung zat besi yang banyak, tetapi mengandung vitamin C
yang mempermudah absorbsi zat besi.
Faktor non pangan:
Penyakit: infeksi dan malaria
Infeksi kecacingan merupakan faktor penyebab terpenting oleh karena
prevalensinya di Indonesia cukup tinggi, terutama cacing tambang yang dapat
menimbulkan anemia gizi, yaitu menyebabkan terjadinya perdarahan menahun. Apabila
jumlah cacing semakin meningkat maka, kehilangan darah akan semakin meningkat,
sehingga mengganggu keseimbangan zat besi karena zat besi yang dikeluarkan lebih
banyak dari zat besi yang masuk.
Perdarahan
Seseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan sel-sel darah
merah dari tubuhnya. Perdarahan dapat terjadi eksternal maupun internal. Pendarahan
mendadak dan banyak disebut perdarahan eksternal, misalnya pada waktu kecelakaan.
Perdarahan dapat pula terjadi karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang
menyebabkan penekanan terhadap pembuatan sel sel darah merah. Adapula perdarahan
kronis, yaitu perdarahan sedikit demi sedikit, tapi terus menerus. Penyebabnya antara
lain; kanker pada saluran pencernaan, tukak lambung, wasir dan lain lain. Perdarahan
yang terus-menerus dapat menyebabkan anemia.
Kecacingan
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering
ditemukan di negara-negara berkembang. Infeksi kecacingan pada manusia oleh cacing
gelang, cacing cambuk maupun cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan yang
menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh dan akhirnya menyebabkan
timbulnya anemia kurang besi.
Anemia dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat bila melebihi prevalensi seperti
berikut:
Kelompok Prevalensi
Bu hamilAnak balitaAnak usia sekolah (6-12 tahun)Wanita dewasaPekerja berpenghasilan rendahPria dewasa
63,5%55,5%24%-35%30%-40%30%-40%20%-30%
Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin dalam darah
Derajat Kadar Hb (g/dl)Ringan SedangBerat * untuk ibu hamil
> 107-10> 7< 8
Nilai ambang batas Hb dalam menentukan anemia gizi besi
Kelompok umur Kadar Hb (g/dl)Anak umur 6 bl - 5 thAnak 6 th - 14 thLaki-laki dewasaWanita dewasaIbu hamil
<11<12<13<12<11
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi
1. Suplementasi zat besi
Suplementasi zat besi merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatan
kadar zat besi dalam jangka waktu yang singkat. Suplementasi biasanya dtujukan untu
kelmpo rawan antara lain ibu hamil, balita, WUS dan anak usia sekolah. Selama ini
upaya penanggulangan anemia gizi besi difokuskan kepada ibu hamil dengan
suplementasi tablet besi folat (200 mg FeSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan
memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut.
Kel. sasaran Bumil Bayi (6–12 bl) Bayi (13–60 bl) Usia sekolah WUS & remajaFrekuensi
Dosis Pengobatan
Setiap hariMin. 90 butir
1 x 1 tablet3 x 1 tablet
Setiap hariSlm 60 hari
1 x ½ sndk3 x ½ sendok
Setiap hariSlm 60 hari
1 x 1 sendok3 x 1 sendok
2 x semingguSlm 90 hari
1 x ½ tablet3 x ½ tablet
1 x semingguSlm 10 mgg10 hr slm mens1 x 1 tablet3 x 1 tablet
Dosis pemberian suplementasi zat besi:
1 tablet ferosulfat: 200 mg = 60 mg Fe, 0,25 mg folat
1 sendok sirup: 30 mg Fe
2. Fortifikasi
Fortifkasi adalah penambahan suatu zat gizi kedalam bahan pangan untuk
meningkatkan mutu pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan dari program ini
dapat diterapan pada populasi besar dann biaya yang relafif murah. Sedangkan
kesulitannya adalah pada tahap identifikasi bahan pangan yang akan difortifikasi. Sifat
zat besi yang reaktif dan cenderung merubah penampilan bahan yang difortifikasi
menjadi pertimbangan dalam memlih bahan pangan yang sesuai.
3. Modifikasi menu
Modifikasi menu di tingkat rumah tangga dilakukan dengan pendekatan KIE
(komunikasi, informasi, dan edukasi). Pendekatan KIE diberikan oleh petugas kesehatan
pada saat pelaksanaan posyandu yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang anemia gizi besi dan memotivasi agar meningkatkan konsumsi makanan sumber
zat besi.
4. Pengendalian penyakit parasit
Pengendalian dilakukan di daerah endemik malaria dengan pemberian obat cacing
pada murid SD (anak sekolah), pekerja perkebunan, tambang, sebagai langkah untuk
mengatasi masalah infeksi oleh penyakit parasit, khususya kecacingan.