anemia

23
MAKALAH HEMATOLOGI PENDEKATAN DIAGNOSIS ANEMIA Oleh: Andri Arieska Wicaksana 0610710014 Ajen P!"i# Sekarninr!$ 061071%00% Wan &a'ira# (in"i Wan )a#*a 06107101%6 +i,-i A$a.ia Para$i"#a 07107100/6 Pembimbing: dr. Budi. D. Machsoos, SpPD-KHOM, FI!SIM AGIAN ILM PEN)AKIT DALAM +S D SAI2 L ANWA+ 2AK LTAS KEDOKTE+AN NI3+E+SITAS +AWI A)A MALANG 5011

Upload: lilintiwon

Post on 07-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anemia adalah

TRANSCRIPT

MAKALAH HEMATOLOGI

PENDEKATAN DIAGNOSIS ANEMIA

Oleh:Andri Arieska Wicaksana0610710014Ajeng Putih Sekarningrum0610713003Wan Zafirah binti Wan Yahya0610710136Rizqi Amalia Paramitha0710710086

Pembimbing:dr. Budi. D. Machsoos, SpPD-KHOM, FINASIM

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMRSUD SAIFUL ANWARFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVRERSITAS BRAWIJAYAMALANG2011iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Taala Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hanya dengan rahmat serta petunjuk-Nya, penulisan makalah dengan judul : Pendekatan Diagnosis Anemia ini dapat diselesaikan.Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Penyakit Dalam. Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Budi. D. Machsoos, SpPD-KHOM, FINASIM yang telah memberikan bimbingan penulisan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

November, 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiiiiDAFTAR ISIiiiBAB 1 PENDAHULUAN1BAB 2 PEMBAHASAN32.1 Definisi Anemia32.2 Kriteria Anemia32.3 Etiologi dan Klasifikasi42.4 Gejala Anemia62.5 Pemeriksaan Untuk Diagnosis Anemia72.5.1 Anamnesis72.5.2 Pemeriksaan Fisik82.5.3 Pemeriksaan Laboratorium82.6 Pendekatan Diagnosis9BAB 3 KESIMPULAN15DAFTAR PUSTAKA16

BAB IPENDAHULUAN

Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. Disamping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang. Secara umum diperkirakan 24,8% dari populasi di seluruh dunia atau sekitar 1,62 miliar orang menderita anemia. Kelainan ini merupakan penyebab debilitas kronik (chronic debility) yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Oleh karena frekuensinya yang demikian sering, anemia, terutama anemia ringan seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktek klinik.Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Permasalahan yang timbul adalah berapa kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit paling rendah yang dianggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti misalnya kehamilan.Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Hal ini penting karena seringkali penyakit dasar tersebut tersembunyi, sehingga apabila hal ini dapat diungkap akan menuntun para klinisi ke arah penyakit berbahaya yang tersembunyi. Penentuan penyakit dasar juga penting dalam pengelolaan kasus anemi, karena tanpa mengetahui penyebab yang mendasari anemia tidak dapat diberikan terapi yang tuntas pada kasus anemia tersebut.Pendekatan terhadap pasien anemia memerlukan pemahaman tentang patogenesis dan patofisiologi anemia, serta keterampilan dalam memilih, menganalisis serta merangkum hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas pendekatan praktis dalam diagnosis anemia.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi AnemiaAnemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Permasalahan yang timbul adalah berapa kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit paling rendah yang dianggap anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu seperti misalnya kehamilan.Dari sumber yang berbeda menyebutkan bahwa anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen yang tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium (Price, 2006 : 256).

2.2 Kriteria AnemiaParameter anemia yang paling umum dipakai untuk menunjukkan penurunan massa eritrosit adalah kadar hemoglobin, disusul oleh hematokrit dan hitung eritrosit. Pada umumnya ketiga parameter tersebut saling bersesuaian. Yang menjadi masalah adalah berapakah kadar hemoglobin yang dianggap abnormal. Harga normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu perlu ditentukan titik pemilah (cut off point) di bawah kadar mana kita anggap terdapat anemia. Di negara barat kadar hemoglobin paling rendah untuk laki-laki adalah 14 g/dl dan 12 g/dl pada perempuan dewasa pada permukaan laut. Peneliti lain memberikan angka yang berbeda yaitu 12 g/dl (hematokrit 38%) untuk perempuan dewasa, 11 g/dl (hematokrit 36%) untuk perempuan hamil, dan 13 g/dl untuk laki-laki dewasa. WHO menetapkan cut off point anemia untuk keperluan penelitian lapangan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Anemia menurut WHOKelompokKriteria Anemia

Laki-laki dewasaWanita dewasa tidak hamilWanita hamilAnak (0,5-5,0 tahun)Anak (5-12 tahun)Remaja (12-15 tahun)< 13 g/dl 1g/dl per minggu. Anemia hemolitik intravaskular juga sering terjadi dengan cepat, seperti misalnya akibat salah transfusi atau episode hemolisis pada anemia akibat defisiensi G6PD, 3) Anemia yang timbul akibat leukimia akut, 4). Krisis aplastik pada anemia hemolitik kronik.Anemia yang timbul pelan-pelan biasanya disebabkan oleh 1). Anemia defisiensi besi, 2). Anemia defisiensi folat atau vitamin B12, 3). Anemia akibat penyakit kronik, 4). Anemia hemolitik yang bersifat kongenital.

2.8.6 Pendekatan Berdasarkan Beratnya AnemiaDerajat anemia dapat dipakai sebagai petunjuk ke arah etiologi. Anemia berat biasanya disebabkan oleh 1). Anemia defisiensi besi, 2). Anemia aplastik, 3). Anemia pada leukemia akut, 4). Anemia hemolitik didapat atau kongenital seperti misalnya pada thalassemia major, 5). Anemia pasca perdarahan akut, 6). Anemia pada gagal ginjal kronis stadium terminal.Jenis anemia yang lebih sering bersifat ringan sampai sedang, jarang sampai derajat berat ialah 1). Anemia akibat penyakit kronik, 2). Anemia pada penyakit sistemik, 3). Thalassemia trait. Jika pada ketiga anemia tersebut dijumpai anemia berat, maka harus dipikirkan diagnosis lain atau adanya penyebab lain yang dapat memperberat derajat anemia tersebut.

2.8.7 Pendekatan Berdasarkan Sifat Gejala AnemiaSifat-sifat gejala anemia dapat diapaki untuk membantu diagnosis. Gejala anemia lebih menonjol dibandingka gejala penyakit dasar dijumpai pada anemia defisiensi besi, anemia aplastik, anemia hemolitik. Sedangkan pada anemia akibat penyakit kronik dan anemia sekunder lainnya (anemia akibat penyakit sistemik, penyakit hati atau ginjal) gejala-gejala penyakit dasar sering lebih menonjol.

2.8.8 Pendekatan Diagnostik Berdasarkan Tuntunan Hasil LaboratoriumPendekatan diagnosis dengan cara gabungan hasil penilaian klinis dan laboratorik merupakan cara yang ideal tetapi memerlukan fasilitas dan keterampilan klinis yang cukup. Di bawah ini akan dipaparkan algoritma pendekatan diagnostik anemia berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

Gambar 1. Algoritme pendekatan diagnosis anemia

AnemiaHapusan darah tepi dan indeks eritrosit (MCV,MCH,MCHC)Anemia hipokrom mikrositerAnemia normokrom normositerAnemia makrositer

Anemia hipokrom mikrositerBesi serumMenurunBesi sumsum tulang (-)Besi sumsum tulang (+)TIBCFerritin N/TIBCFerritinAnemia defisiensi besi beratAnemia akibat penyakit kronikNormalFerritin NElektroforesis HbRing sideroblas dalam sumsum tulangHbA2HbFThalassemia betaAnemia sideroblastikGambar 2. Algoritme pendekatan diagnosis pasien dengan anemia hipokrom mikrositer

Anemia normokrom normositerRetikulositNormal/MenurunAnemia aplastikDisplastikHipoplastikSumsum tulangAnemia pada sindrom mielodiplastikTumor ganas hematologi(leukemia, mieloma)NormalLimfoma kankerInfiltrasiAnemia pada leukemia akut/mielomaAnemia mielopsitikFaal hatiFaal ginjalFaal tiroidPenyakit kronikAnemia pada gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik, hipotiroid, penyakit kronikMeningkatRiwayat perdarahan akutTanda hemolisis positifAnemia pasca perdarahan akutTest CoombPositifNegatifAIHARiwayat keluarga positifEnzimopatiMembranopatiHemoglobinopatiAnemia mikroangiopatiObat/ParasitGambar 3. Algoritme pendekatan diagnosis anemia normokrom normositer

Gambar 4. Algoritme pendekatan diagnostik anemia makrositer

Anemia makrositerRetikulositMeningkatNormal/MenurunAnemia defisiensi besi, asam folatSumsum tulangNon megaloblastikFaal tiroidFaal hatiDisplastikAnemia pada hipotiroidismeAnemia pada penyakit hati kronikSindrom mielodisplastikMegaloblastikB12 serum rendahAsam folat serum rendahAnemia defisiensi besiAnemia defisiensi asam folat

BAB IIIKESIMPULAN

Sekitar 24,8% penduduk di seluruh dunia menderita anemia yang merupakan masalah yang dijumpai pada negara kaya, berkembang, dan miskin. Anemia berdampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Oleh karena frekuensinya yang sedemikian sering, anemia terutama yang ringan seringkali tidak mendapat perhatian dan dilewati oleh para dokter di praktik klinik.Untuk kepentingan klinis dipakai kriteria Hb < 10 g/dl atau hematokrit 30%. Anemia dapat diklasifikasikan menurut etiopatogenesis maupun etiologi dan morfologi. Di mana gabungan keua klasifikasi ini dapat sangat bermanfaat untuk kepentingan diagnosis. Dalam pemeriksaan anemia diperlukan pemeriksaan klinis an pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari pemeriksaan penyaring, pemeriksaan seri anemia, pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus. Pendekatan diagnosis anemia dapat dilakukan secara klinis, tetapi yang lebih baik adalah dengan menggabungkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakta IM. 2006. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2. Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. 2006. Anemia Defisiensi Besi Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.3. Benoist dB, McLean E, Egli I, Cogswell M. 2008. Worldwide Prevalence of Anaemia 199320054. Widjanarko A, Sudoyo AW, Salonder H. 2006. Anemia Aplastik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.5. Marks PW, Glader B. Approach to anemia in the adult and child. In: Hoffman R, Benz EJ, Shattil SS, et al, eds. Hematology: Basic Principles and Practice . 5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2008:chap 34.6. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta7. Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.8. Laboratorium Patologi Klinik FK Unibraw Malang. 2007: Malang.