analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap … · analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap ......

76
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS YUZA ANZOLA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: duongdiep

Post on 06-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS

YUZA ANZOLA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

RINGKASAN

YUZA ANZOLA. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tanggapan perusahaan Pascatindakan Komplain Melalui Media Massa Kompas. Di bawah bimbingan LILIK NOOR YULIATI.

Penilitian ini secara umum bertujuan menganalisis tingkat kepuasan

konsumen terhadap tanggapan perusahaan pascatindakan komplain. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yakni : (1) mengidentifikasi produk dan jasa yang dikomplain oleh konsumen, (2) mengidentifikasi perilaku komplain konsumen, (3) menganalisis tanggapan perusahaan pasca tindakan komplain, (4) menganalisis hubungan karakteristik konsumen (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan) dengan tindakan komplain yang dilakukan, (5) menganalisis hubungan tanggapan perusahaan pascakomplain dengan tingkat kepuasan konsumen, dan (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen pasctindakan komplain melalui surat kabar harian Kompas.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga akhir Mei 2008. Penelitian dilakukan di wilayah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi). Pemilihan contoh penelitian dilakukan secara purposive dengan kriteria contoh adalah melakukan tindakan komplain melalui Kompas dan telah memperoleh tanggapan dari pihak perusahaan. Berdasarkan hasil pengambilan data diperoleh 44 contoh dengan proses pengambilan data yang berbeda. Menurut teknik pengambilan data diperoleh sembilan orang diwawancarai secara langsung, 25 orang diwawancarai via telepon, dan 10 orang diwawancarai melalui pos.

Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer pada penelitian ini berupa karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), karakteristik produk/jasa yang dikomplain (penyebab dan masalah produk yang dikomplain), alasan melakukan komplain, perilaku komplain (proses penyampaian komplan melalui Kompas dan selang waktu penyampaian komplain), tanggapan perusahaan (selang waktu penyampaian tanggapan serta tindakan penanganan komplain), dan perilaku pascatanggapan perusahaan terhadap komplain yang meliputi tingkat kepuasan contoh. Data sekunder pada penelitian ini meliputi jenis produk/jasa yang dikomplain oleh konsumen, masalah yang dikomplainkan, kronologis pengaduan, serta identitas contoh yang komplain melalui kompas.

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, scoring, dan analisis data. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. seluruh data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 13.0 for windows. Tingkat kepuasan dianalisis dengan menggunakan rentang skala yang telah ditentukan. Untuk menganalisis hubungan variabel menggunakan uji korelasi spearman. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi menggunakan uji regresi linier.

Lebih dari separuh contoh (61.4%) mengaku memilih surat kabar Kompas sebagai tempat menyampaikan komplain. Alasan contoh melakukan komplain melalui Kompas karena Kompas merupakan surat kabar nasional yang dikenal banyak orang dan dibaca oleh berbagai usia.

Lebih dari separuh contoh (70.5%) yang melakukan tindakan komplain adalah laki-laki. Lebih separuh contoh (61.4%) berada pada usia 18-40 tahun). Sebagian besar (88.6%) contoh telah menikah dan persentase terbesar pendidikan terakhir contoh adalah S1. Pekerjaan contoh sangat beragam dari pegawai negeri, wiraswasta, hingga professional. Pendapatan rata-rata keluarga berkisar antara Rp 1.500.000-30.000.000. Lebih dari separuh contoh (59.1%) bertempat tinggal di wilayah Jakarta.

Masalah produk atau jasa yang paling banyak dikomplain oleh contoh melalui surat kabar Kompas adalah masalah produk dan jasa perbankan, yaitu sebanyak 13 orang (29.5%) dan diikuti oleh permasalahan Telekomunikasi sebesar 15.9 persen. Selanjutnya diperingkat ketiga permasalah yang dikomplainkan oleh contoh adalah Toko dan supermarket yaitu sebesar 11.4 persen contoh.

Hampir separuh contoh (45.1%) mengelukan masalah yang dihadapinya adalah seputar pelayanan pihak perusahaan produk ataupun jasa. Kemudian diikuti masalah produk atau jasa tersebut (30.7%), seperti kualitas, usia produk, fasilitas, dan lain-lain. Sisanya adalah masalah mengenai sistem transaksi, yaitu sebesar 24.1 persen.

Sebagian besar contoh (86.4%) mengaku respon yang dilakukan oleh pihak perusahaan mayoritas adalah permintaan maaf atas kegagalan produk atau jasa yang diproduksinya serta lamanya merespon komplain contoh. Lebih dari separuh contoh (65.9%) mengaku kecepatan tanggapan atau respon perusahaan sangat buruk. Menurut sepertiga contoh kecepatan tanggapan atau respon perusahaan terhadap komplain yang dilayangkan sudah baik. Separuh contoh (50.0%) mengaku, kecepatan proses penanganan komplain masih sangat buruk. Lebih dari separuh contoh (55.5%) mengaku ketuntasan penanganan komplain yang dilakukan pihak perusahaan sudah baik. Hampir separuh contoh (45.5%) mengaku ketuntasan pananganan komplain masih buruk. Pihak perusahaan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan baik.

Secara keseluruhan hampir seluruh contoh merasakan ketidakpuasan terhadap penanganan komplain yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Ketidakpuasan yang dirasakan contoh terhadap tanggapan perusahaan ini dapat disebabkan oleh pihak perusahaan yang kurang tanggap terhadap permasalahan contoh dan kurang efektif dan optimalnya penanganan komplain yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin contoh dengan tindakan komplain (p<0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan perusahaan dengan tingkat kepuasan contoh (p<0.05).

Hasil Uji Regresi Linier menjelaskan terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kepuasan contoh. Jenis kelamin dan pendidikan contoh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan (p<0.01). Kecepatan respon tanggapan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan contoh (p<0.05).

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP

TANGGAPAN PERUSAHAAN PASCATINDAKAN KOMPLAIN MELALUI MEDIA MASSA KOMPAS

YUZA ANZOLA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Judul : Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tanggapan Perusahaan Pascatindakan Komplain Melalui Media Massa Kompas

Nama Mahasiswa : Yuza Anzola Nomor Pokok : A54104064

Disetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA NIP. 131.861.465

Diketahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131.124.019

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tanggapan Perusahaan Pasca

Tindakan Komplain Melalui Media Massa Kompas”. penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan,

yaitu kepada:

1. Ir. Lilik Noor Yuliati. MFSA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak waktunya untuk membimbing, memberikan jalan dan

pencerahan bagi penulis.

2. Ir. M.D Djamaludin MSc selaku dosen penguji skripsi yang telah

membantu proses penyempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Retnaningsih MSi terima kasih karena telah menyediakan waktunya

untuk memandu jalan seminar.

4. Kedua orang tua Papa dan Mama, kepada adik tercinta (Ike dan Desty),

atas segala cinta dan kasih sayang, doa yang tulus, serta dukungan kalian

hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Muhammad Rezka Pradana Ramdhani, atas segenap cinta, kasih sayang

dan perhatian serta dukungan, selama ini.

6. Teman-temanku Henny (teman seperjuangan), Friska, Yessa, dan Mbak

Mei yang telah membantu dan selalu memberikan semangat dan

dukungan.

7. Teman-teman GMSK 41 (Ima, Mbak Eka, Ermitha, Aklesta, Noni, aQsa,

Vika, Venny, Ida, Handaru, dan lain-lain)

Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Bogor, Juli 2008 penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 1986, dari Ayah

Zamzami dan Ibu Yusnarti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan SD di Bogor pada tahun 1998. Pada tahun

2001 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 06 Bogor. Penulis

kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 02 Tembilahan Riau dan lulus

pada tahun 2004.

Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB (Institut Pertanian

Bogor) melalui Jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah). Penulis memilih program

Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Selama

kuliah penulis pernah mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang

bertempat di daerah Cianjur. Selain itu, penulis juga pernah bekerjasama dalam

proyek ACTIVIA.

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. v

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………........ vii

PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1 Latar Belakang ………………….………………………………….… 1 Perumusan Masalah……………….………………………………….. 3 Tujuan ………………………………………………………………... 3

Manfaat Penelitian …………………………………………………... 4 TINJAUAN PUSTAKA 5

Kepuasan dan ketidakpuasan ………………………………………… 5 Perilaku Komplain ……………………………………………….. 8 Saluran komplain ………………………………………………… 9 Surat kabar Kompas …………………………………………….... 10 Faktor yang mempengaruhi perilaku komplain ………………….. 11

Tanggapan Perusahaan ………………………………………………. 13 Produk dan Jasa ……………………………………………………… 14 Karakteristik Konsumen ……………………………………………... 16

Usia .............................................................................................. 17 Jenis Kelamin …………………………………………………….. 17 Pendidikan dan Pekerjaan ………………………………………... 17 Pendapatan ……………………………………………………….. 18

KERANGKA PEMIKIRAN …………………………………………… 19

METODE PENELITIAN 22 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………. 22 Pengambilan Contoh ………………………………………………… 22 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ………………………………... 23 Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………. 24 Definisi Operasional ………………………………………………… 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………… 28 Karakteristik Contoh ………………………………………….….….. 30 Karakteristik Produk/jasa yang Dikeluhkan…………………………. 34 Tingkat Kepuasan Pra Komplain …………………………….……... 44 Perilaku Komplain ………………………………………….….……. 46 Tanggapan Perusahaan ……………………………………………… 50

Analisis Hubungan dan Faktor pengaruh …………………………… 55

KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….…………… 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 62

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Metode pengolahan dan analisis data ……………………………….….. 25

2 Sebaran contoh berdasarkan alasan pemilihan Kompas sebagai media penyampaian komplain ……………..……………………………

28

3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ……………………………... 31

4 Sebaran contoh berdasarkan usia ……………………………………….. 31

5 Sebaran contoh berdasarkan status pernikahan ………………….….….. 31

6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ……………………....... 32

7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan …………………………….…… 33

8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga ……………………… 33

9 Sebaran contoh berdasarkan wilayah tempat tinggal ………………...…. 34

10 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik produk atau jasa yang dikeluhkan …………………………………………………………

35

11 Sebaran contoh berdasarkan masalah yang dikeluhkan seputar produk dan Jasa ………………………………………………….

36

12 Sebaran contoh berdasarkan alasan penyampaian komplain ………….... 37

13 Sebaran contoh berdasarkan kepuasan pascapembelian produk/jasa dilihat dari perbandingan harapan dan kinerja serta Analisis GAP…….

45

14 Sebaran contoh berdasarkan mengetahui keberadaan rubrik “surat pembaca” di Surat Kabar Kompas ……………………………….

46

15 Cara penyampaian komplain kepada perusahaan/toko yang bersangkutan sebelum melalui Kompas ………………………………...

47

16 Sebaran contoh berdasarkan tujuan menyampaikan komplainnya melalui surat kabar Kompas ………………………………

48

18 Sebaran contoh berdasarkan lama tanggapan perusahaan pasca penyampaian komplain melalui surat kabar Kompas……………...

50

19 Sebaran contoh berdasarkan jenis respon perusahaan …………………... 51

20 Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap proses tindakan perusahaan pascakomplain .........................................................

52

21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepuasan terhadap penanganan komplain perusahaan ……...…….………………..

54

23 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan tindakan komplain yang dilakukan ………………………………………………..

56

24 Sebaran contoh berdasarkan proses tindakan perusahaan pascakomplain terhadap tingkat kepuasan ………………………………

58

25 Sebaran berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Kepuasan ………………………………………………………………...

59

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram Konsep Kepuasan Konsumen ............................................... 6

2 Perilaku Konsumen dalam menghadapi ketidakpuasannya ................. 8

3 Kerangka Pemikiran Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Tanggapan Perusahaan Pasca Tindakan Komplain ............................. 22

4 Bagan Pengambilan contoh ………………………………………….. 23

5 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi membaca surat kabar harian Kompas dan website dalam waktu satu minggu ……………………. 30

6 Sebaran contoh berdasarkan selang waktu penyampaian keluhan melalui Kompas setelah kejadian …………………………….. 49

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan tatanan kehidupan Bangsa Indonesia yang bergulir cepat sejak

runtuhnya rezim kekuasaan orde baru. Di era globalisasi saat ini perkembangan

dalam bidang komunikasi, informasi, maupun teknologi berkembang sangat cepat.

Oleh karena itu setiap organisasi baik yang bergerak dalam bidang manufaktur

maupun dalam bidang perindustrian dapat bersaing secara global dalam

meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dan menarik konsumen

sebanyak-banyaknya.

Kemajuan ekonomi dan teknologi dewasa ini semakin berkembang dan

meningkat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya industrialisasi dan

kehidupan sosial masyarakat, sehingga merangsang produsen (perusahaan) untuk

berinisiatif menghasilkan produk dan jasa yang beraneka ragam jenis dan sifatnya.

Membanjirnya produk dan jasa yang beraneka ragam tersebut, merupakan

tantangan bagi para konsumen agar bersikap kritis dan tanggap terhadap produk-

produk yang beraneka ragam yang beredar di pasaran.

Dari sudut pandang lain perubahan ini menyebabkan berbagai perusahaan

yang menyajikan produk atau jasa bersaing sangat ketat. Persaingan ini membuat

produsen menghasilkan produk atau jasa dengan jenis, variasi, dan kualitas yang

beragam. Produsen melakukan berbagai usaha untuk lebih banyak menarik

konsumen dari kalangan rendah maupun kalangan menengah keatas. Usaha yang

dilakukan antara lain promosi barang atau jasa yang disajikan, proses penjualan,

serta penerapan standar suatu produk atau jasa tersebut.

Di negara berkembang seperti Indonesia, pengetahuan perusahaan, serta

konsumen terhadap mutu dan komposisi barang relatif masih rendah, sehingga

pengusaha dan konsumen sering dirugikan karena membeli barang. Tingkat

pengetahuan konsumen akan sangat mempengaruhi proses pengambilan

keputusan dan pola konsumsi produk atau jasa. Konsumen yang memiliki

pengetahuan yang lebih baik jauh lebih responsif dibandingkan dengan konsumen

yang tingkat pengetahuannya rendah (Sumarwan 2004). Konsumen dengan

tingkat pengetahuan yang rendah sering kali dijadikan objek oleh pelaku usaha

dalam persaingan bisnis antara perusahaan-perusahaan yang menyajikan produk

dan jasa.

Spesifikasi suatu produk dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan

seringkali merugikan konsumen. Spesifikasi produk/jasa ini membuat konsumen

seringkali merasa tidak puas terhadap barang atau jasa yang disajikan.

Ketidakpuasan atau rasa kurang terhadap produk atau jasa ini membuat beberapa

konsumen melakukan tindakan komplain terhadap perusahaan yang menghasilkan

produk dan jasa tersebut. Posisi konsumen yang lemah, maka dari itu perlu adanya

lembaga atau wadah tempat mengadukan komplain dan permasalahan yang

sedang dihadapinya. Selain lembaga yang selalu membantu dan menerima segala

keluhan konsumen, konsumen juga memerlukan badan hukum untuk memberikan

perlindungan (Pieris dan Widiarty 2007).

Saat ini banyak lembaga atau media menampung aspirasi ataupun keluhan-

keluhan para konsumen. Tempat konsumen mengadukan keluhan-keluhannya

antara lain dapat melalui lembaga perlindungan konsumen, media massa, media

elektronik, ataupun media internet. Lembaga ataupun media ini diharapkan dapat

membantu konsumen dalam memecahkan masalah yang dihadapi termasuk

keluhannya terhadap produk atau jasa. Akan tetapi perundang-undangan di

Indonesia yang menangani perlindungan konsumen sampai saat ini masih relatif

terbatas. Sehingga keluhan yang dihadapi oleh konsumen seringkali tidak teratasi

(Shidarta 2004).

Media cetak seperti surat kabar dapat digunakan oleh para konsumen

untuk menyebarkan pesan kepada orang lain atau sebagai tempat menyampaikan

keluh kesah yang dihadapinya setelah menggunakan produk atau jasa agar dapat

diterima oleh perusahaan atau pelaku usaha. Surat kabar memiliki peranan penting

bagi konsumen, karena dapat menampung berbagai keluhan konsumen. Selain itu

konsumen dapat menggunakan surat kabar ini sebagai penyalur aspirasi, pendapat

serta kontrol sosial. Salah satu tempat menyalurkan keluhan konsumen adalah

melalui surat kabar harian Kompas yang dapat menerima segala pengaduan

masyarakat tentang produk maupun jasa. Melalui surat kabar Kompas, konsumen

dapat mengadukan berbagai keluhannya, dan melalui Kompas pula akan dicarikan

jalan keluar yang terbaik untuk penyelesaian masalah, sehingga konsumen dapat

merasa puas.

Perumusan Masalah

Sebagian konsumen memiliki permasalahan terhadap berbagai produk dan

atau jasa yang digunakan. Konsumen yang memiliki masalah terhadap

produk/jasa yang digunakan, ada yang langsung mengajukan komplain dan

adapula yang cenderung menutup diri. Konsumen yang mengajukan komplain

melalui lembaga konsumen atau media massa ini, karena konsumen menganggap

masalah yang dihadapinya sangat penting dan butuh penyelesaian agar tidak

saling merugikan. Tindakan komplain yang dilakukan konsumen dengan harapan

pihak yang bersangkutan dapat mendengarkan komplainnya dan dapat

memberikan solusi yang terbaik.

Ketidakpuasan konsumen terhadap produk dan atau jasa dapat

disampaikan melalui lembaga-lembaga konsumen atau melalui media massa,

seperti media cetak, radio, atau televisi. Penyampaian melalui surat kabar

disebabkan karena konsumen tidak dapat menyalurkan komplainnya langsung

kepada pihak yang bersangkutan. Dalam penyampaian komplain konsumen, surat

kabar Kompas menyediakan rubrik “surat pembaca” yang menyediakan tempat

khusus bagi konsumen yang ingin mengutarakan komplainnya.

Dengan menyampaikan komplain konsumen melalui surat kabar harian

Kompas, diharapkan ada umpan balik dari pihak yang bersangkutan untuk

memenuhi tuntutan konsumen dan memuaskan konsumen sehingga konsumen

tetap percaya terhadap produk tersebut dan tetap menggunakan produk tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan

konsumen terhadap tanggapan perusahaan pascatindakan komplain.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitan ini adalah:

1. Mengidentifikasi produk dan jasa yang dikomplain oleh konsumen melalui

media massa Kompas.

2. Mengidentifikasi perilaku komplain konsumen melalui media massa

Kompas.

3. Menganalisis tanggapan perusahaan pascatindakan komplain

4. Menganalisis hubungan karakteristik konsumen (usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan pendapatan) dengan tindakan komplain yang dilakukan.

5. Menganalsis hubungan tanggapan perusahaan pascakomplain dengan

tingkat kepuasan konsumen.

6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan

konsumen pascatindakan komplain melalui media massa Kompas.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

masukan bagi pihak produsen yang menghasilkan suatu produk, agar dapat

memperbaiki usahanya dalam meningkatkan kualitas suatu produk sehingga dapat

meningkatkan kepuasan konsumen dan mencegah terjadinya hal-hal yang

membahayakan konsumen. Selain itu dengan diadakannya penelitian ini dapat

memberikan masukan kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan

kepentingan dan perlindungan konsumen dengan memberikan peraturan-peraturan

atau kebijakan tetntang perlindungan konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen

Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu

produk atau jasa dan harapan-harapannya. Kotler (2002), menyatakan bahwa

kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang dihasilkan dari

perbandingan antara kualitas produk atau jasa yang dirasakan dengan yang

diharapkan. Sumarwan (2004), menyatakan salah satu teori yang dapat

menjelaskan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan konsumen adalah the

expectancy disconfimation model, yang mengemukakan bahwa kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan

yang sesunggguhnya yang dirasakan. Harapan (performance expectation)

merupakan standar kualitas, sedangkan fungsi produk atau jasa yang

sesungguhnya dirasakan konsumen (actual performance) adalah persepsi

konsumen terhadap produk atau jasa.

Engel, et al., dalam Tjiptono (2000) mengungkapkan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan eveluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-

sekurangnya memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan,

sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi

harapan pelanggan. Setelah mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen akan

memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa tersebut.

Kepuasan akan mendorong konsumen untuk mengkonsumsi ulang produk

tersebut. Sebaliknya perasaan ketidakpuasan akan menyebabkan konsumen

kecewa dan menghentikan pembelian atau pemakaian produk atau jasa tersebut

(Sumarwan 2004).

Untuk memahami mengenai kepuasan dan ketidakpuasan seorang

konsumen, Mowen dan Minor (1998) dalam Julianti (2002), menggambarkan

melalui model diskonfirmasi harapan. Kepuasan dan ketidakpuasan pada model

diskonfirmasi harapan terbentuk oleh beberapa hal, yaitu: adanya penggunaan

produk yang sejenis; perilaku yang muncul dalam menggunakan produk; dan

adanya komunikasi antara pihak penjual dengan orang lain. Hal tersebut cukup

mempengaruhi konsumen dalam mengembangkan bentuk sendiri harapannya

terhadap produk. Tahapan selanjutnya konsumen akan membandingkan antara

harapan yang dimilikinya dengan keadaan dari produk tersebut. Jika kualitas

produk di bawah harapan maka konsumen secara emosional merasa tidak puas,

begitu pula sebaliknya jika kualitas produk berada diatas harapannya maka secra

emosional konsumen merasa puas.

Kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai keseluruhan sikap yang

ditunjukkan oleh konsumen setelah menggunakan produk atau jasa. Setelah

menggunakan produk atau jasa tersebut konsumen akan membandingkan persepsi

mereka terhadap kualitas produk atau jasa dengan harapan kinerja produk atau

jasa tersebut sebelum mereka membeli dan menggunakannya. Setelah

membandingkan anatara persepsi dengan harapan akan menimbulkan emosi

positif, netral, ataupun negatif yang dirasakan oleh konsumen. Nilai positif yang

dirasakan oleh konsumen merupakan nilai kepuasan, sedangkan nilai negatif

merupakan nilai ketidakpuasan konsumen yang merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang

sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut.

Menurut Rangkuti (2002) diacu dalam Safaat (2007) menyatakan pada

dasarnya kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan

dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pengertian tersebut dapat diterapkan dalam

penilaian kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu perusahaan tertentu karena

keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan pelanggan. Adapun diagram

konsep kepuasan pelanggan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Diagram konsep kepuasan pelanggan.

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen

Produk/Jasa

Nilai Produk/Jasa Bagi Konsumen

Tingkat Kepuasan Konsumen

Harapan Konsumen Terhadap Produk/Jasa

Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin mendeteksi

adanya cacat. Beberapa konsumen tidak akan menginginkan adanya cacat pada

produk atau jasa yang dibelinya. Hal yang menentukan konsumen merasa sangat

puas, cukup puas, dan tidak puas atau suatu penggunaan produk atau jasa adalah

dilihat dari kemampuan dari produk atau jasa tersebut serta harapan konsumen

(Kotler 1993).

Menurut Kotler (1993), kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap

suatu produk atau jasa akan sangat mempengaruhi tingkah laku konsumen

berikutnya. Konsumen yang merasakan kepuasan maka konsumen akan memiliki

kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk atau jasa itu kembali.

Sedangkan seseorang konsumen yang merasakan ketidakpuasan akan bereaksi

berbeda. Konsumen yang merasakan ketidakpuasan akan mengambil satu atau dua

tindakan. Konsumen mungkin akan mengurangi ketidakpuasannya dengan

meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mungkin konsumen

akan berusaha mengurangi ketidakpuasannya dengan mencari informasi yang

mungkin mengkonfirmasikan produk tersebut sebagai produk yang benilai

rendah. Selain itu mungkin akan mengadukan keluhannya dengan upaya

mendapatkan ganti rugi ataupun respon dari pelaku usaha.

Para pelaku usaha seharusnya menyadari terhadap kemungkinan yang

dilakukan konsumen atas ketidakpuasanya (Gambar 2). Konsumen mempunyai

pilihan antara melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan. Bila konsumen

melakukan tindakan, konsumen dapat melakukan tindakan bersama ataupun

secara pribadi. Tindakan bersama tersebut dapat berupa tindakan komplain kepada

perusahaan atau pelaku usaha, mendatangi pengacara, mengeluh kepada

kelompok-kelompok lain yang mungkin dapat membantu mengurangi

ketidakpuasannya, seperti organisasi-organisasi usaha pribadi ataupun pemerintah.

Atau konsumen dapat menghentikan pembelian atau pemakaian terhadap produk

tersebut. Alternatif lain adalah konsumen mungkin akan memilih menggunakan

hak suara dengan menybarkan kesan buruk yang diterimanya setelah

menggunakan produk tersebut kepada orang lain (Kotler 1993).

Gambar 2 Bagan Perilaku Konsumen dalam menghadapi ketidakpuasannya (Kotler 1993).

Perilaku Komplain Konsumen

Pengaduan atau complaint berasal dari bahasa latin “plangere”. Kata

complaint diartikan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang

mengganggu (Irawan 2002). Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen pasal 4, ada 9 hak–hak konsumen yang penting untuk diketahui yaitu:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan

atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan pengaduannya atas barang dan atau jasa

yang digunakkan.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

Ketidakpuasan konsumen

Tindakan Pribadi

Melakukan Tindakan

Mengadukan keluhan ke prusahaan

Tindakan bersama

Tidak melakukan tindakan

Tindakan hukum

Mengadukan keluhan ke organiasi/ pemerintah

Mengingatkan Orang lain

Menghentikan Pembelian

8. Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan atau penggantian jika

barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang

lain (Shidarta 2004).

Tingkat kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk atau jasa akan

sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen

merasakan suatu kepuasan setelah menggunakan suatu produk atau jasa,

konsumen cenderung menggunakan produk atau jasa itu kembali dan memberikan

respon yang positif. Sebaliknya jika konsumen merasakan ketidakpuasan,

konsumen cenderung meninggalkan produk atau jasa tersebut dan beralih ke

produk atau jasa lain yang labih berkualitas. Beberapa konsumen yang merasakan

ketidakpuasan terhadap suatu produk atau jasa, konsumen melaporkan keluhannya

ke perusahaan, lembaga konsumen, media massa, bahkan melalui jalur hukum

(Kotler 1993).

Adapun beberapa konsumen tidak mengajukan keluhan-keluhan serta

pendapatnya. Hal ini disebabkan karena konsumen menganggap tindakan tersebut

merupakan hal yang sia-sia dan hanya menghabiskan waktu mereka. Selain itu

dengan mengajukan komplain para konsumen beranggapan tidak akan membawa

sesuatu ke arah yang lebih baik, karena para konsumen menganggap keuntungan

mengajukan komplain tidak sebanding dengan kerugian yang dikeluarkan untuk

melakukan hal tersebut. Selain karena faktor waktu dan kerugian, konsumen tidak

melakukan tindakan komplain, karena konsumen tidak mengetahui cara

melakukan tindakan komplain dan kemana harus mengadukan komplain tersebut.

(Garman 1996 dalam Dhamayanti 2002).

Pendapat lain dikemukakan oleh Kotler (2002), yaitu konsumen tidak

mengajukan komplainnya dikarenakan konsumen beranggapan bahwa tindakan

komplain bukan merupakan suatu tindakan yang penting. Selain itu konsumen

beranggapan permasalahan yang dihadapai tidak akan ada jalan keluarnya. Jika

konsumen merasakan ketidakpuasan terhadap produk atau jasa, konsumen

cenderung meninggalkannya dan beralih ke produk atau jasa yang jauh lebih baik

dan dapat memuaskan konsumen.

Menurut Irawan (2002), ada lima alasan mengapa konsumen enggan

melakukan tindakan komplain. Pertama konsumen beranggapan masalah yang

dihadapi relatif tidak penting dan bisa diatasi sendiri. Kedua, karena konsumen

yakin perusahaan tidak akan melakukan tindakan apapun atas komplain

konsumen. Ketiga dan keempat, konsumen tidak tahu cara untuk menyatakan

komplain dan konsumen tidak tahu harus mengatakan pada siapa. Alasan kelima,

konsumen lebih menyukai menggunakan jasa perusahaan atau jasa pihak ketiga

untuk menyelesaikan masalahnya.

Media Massa Sebagai Saluran Komplain

Konsumen seringkali tidak mengetahui kemana masalah yang dihadapi

harus diadukan ketika dirugikan oleh pihak produsen, khususnya produsen

makanan yang merupakan komodoti yang sering dikonsumsi oleh konsumen.

Untuk mengatasi hal tersebut konsumen dapat menggunakan lembaga konsumen

atau media massa sebagai wadah yang dapat menerima segala keluhan konsumen.

Lembaga konsumen yang dapat menampung berbagai keluhan konsumen

diantaranya adalah YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Badan POM

dan lain-lain. Lembaga konsumen ini berfungsi menampung berbagai keluhan

konsumen dan membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang

dihadapi berhubungan dengan keluhannya seputar produk dan jasa.

Media massa itu sendiri memiliki arti yaitu sebagai wadah atau alat yang

digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber yang terpercaya kepada

masyarakat. Media massa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu media cetak dan

media elektronik, kedua media ini memiliki fungsi yang sama dalam hal

penyampaian pesan kepada masyarakat.

Surat kabar merupakan media massa yang menyediakan forum untuk

berlangsungnya dialog antara berbagai pemikiran masyarakat. Selain sebagai

tempat penyediaan forum, surat kabar juga dapat berperan sebagai tempat

menyaluran aspirasi-aspirasi serta permasalahan dan keluhan yang dihadapi oleh

masyarakat. Surat kabar terbit secara teratur setiap hari, seminggu sekali, ataupun

dua kali seminggu. Isi surat kabar biasanya bersifat umum yang berhubungan

dengan segala aspek kehidupan masyarakat.

Selain sebagai wadah menyaluran informasi, aspirasi, dan penyampaian

keluhan masyarakat, surat kabar ini juga memilki fungsi lain diantaranya adalah

fungsi mendidik, fungsi menghubungkan, fungsi penyalur, dan pembentuk

pendapat umum selain itu dapat berfungsi sebagai fungsi kontrol sosial dalam

masyarakat (Rachmadi 1990 diacu dalam Dhamayanti 2003).

Menurut Moore (1987) diacu dalam Dhamayanti (2003), Complaint adalah

ungkapan rasa tidak senang atau tidak puas. Sejalan dengan definisi diatas suatu

surat complaint harus secara hati-hati diorganisir untuk menyatakan hal yang

relevan dengan fakta. Berdasarkan Hermann (1988) diacu dalam Dhamayanti

(2003), ada beberapa hal yang perlu disampaikan dalam surat komplain, yaitu:

1. Surat pernyataan masalah yang jelas, tanggal dan tempat pembelian.

2. Suatu uraian yang jelas tentang langkah-langkah yang telah dilakukan

untuk memecahkan masalah dan hasil yang ingin diperoleh,

3. Suatu usulan tentang perbaikan, penggantian atau pembayaran ganti

rugi, dan

4. Pengiriman fotokopi nama, alamat atau nomor telepon pelanggan yang

digunakan untuk pengembalian ganti rugi atau digunakan sebagai

dokumen untuk memperkuat suatu klaim.

Surat Kabar Kompas

Kompas didirikan pada tanggal 28 Juni 1965 sampai saat ini kompas

merupakan surat kabar harian terbesar di Indonesia. Kompas memiliki predikat

sebagai surat kabar harian nasional yang telah tersebar keseluruh propinsi

Indonesia. Kompas merupakan bagian dari surat kabar harian nasional yang

menyadiakan berbagai informasi yang dapat disampaikan kepada khalayak.

Kompas ini juga menyalurkan aspirasi masyarakat serta menerima berbagai

permasalahan dan keluhan yang dihadapi oleh masyarakat. Di dalam surat kabar

harian kompas ini menyediakan rubrik surat pembaca yang berjudul “Redaksi

YTH”. Rubrik surat pembaca ini berfungsi menampung berbagai aspirasi para

pembaca. Isi surat pembaca dalam surat kabar harian Kompas, pada umumnya

berisi pendapat-pendapat masyarakat, permasalahan atau komplain yang dihadapi

masyarakat, kritk dan saran, atau dapat digunakan sebagai wadah diskusi yang

menyangkut segala kepentingan umum dalam kehidupan masyarakat.

Permasalahan dan komplain yang dipublikasikan melalui surat kabar harian

kompas merupakan kasus-kasus untuk kepentingan umum, akan tetapi kasus yang

terdapat dalam surat pembaca yang merupakan kepentingan pribadi juga akan

dimuat disurat kabar harian kompas ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komplain

Perilaku komplain konsumen sudah banyak mengalami kemajuan terutama

di Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku komplain

konsumen yang kian meningkat, diantaranya adanya keterbukaan serta kebebasan

dalam mengutarakan pendapat dan keluhan yang dirasakan. Selain itu, saat ini

sudah banyak perusahaan atau lembaga-lembaga yang menyediakan saluran bagi

konsumen untuk mengajukan pendapat serta keluhannya (Irawan 2002).

Tindakan komplain yang dilakukan oleh konsumen adalah untuk

memperoleh tanggapan dari pihak perusahaan atau memperoleh ganti rugi.

Menurut Mowen dan Minor (2002), perilaku komplain mengarah kepada dua

tujuan utama, yaitu untuk memperoleh ganti rugi baik berupa barang atau uang

senilai kerugian yang konsumen alami. Tujuan yang kedua adalah untuk

membantu pihak perusahaan dalam memperbaiki citra perusahaan yang turun

akibat kegagalan dalam memproduksi barang atau jasa.

Konsumen yang melakukan tindakan komplain cenderung berpendidikan

tinggi, penghasilan lebih tinggi dari nilai rata-rata, dan berada dalam kategori usia

dewasa. Pada umumnya konsumen yang melakukan tindakan komplain lebih

terbuka kepada orang lain mengenai keluhan atau masalah yang dihadapinya

(Engel et al 1995).

Menurut Mowen dan Minor (2002), terdapat beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku komplain konsumen, yaitu (1) Tingkat ketidakpuasan

konsumen yang semakin meningkat; (2) Meningkatnya sikap komplain

konsumen; (3) banyak menfaat yang diperoleh dari sikap komplain; (4)

perusahaan disalahkan atas suatu masalah; (5) produk tersebut penting bagi

konsumen; (6) meningkatnya sumber-sumber serta lembaga yang dapat

menampung berbagai komplain konsumen.

Ketidakpuasan konsumen yang kian meningkat menyebabkan peningkatan

perilaku komplain. Selain itu dengan banyaknya saluran dan lembaga konsumen

yang dapat menerima dan menampung keluhan konsumen semakin memudahkan

konsumen untuk menyampaikan komplainnya. Adapun faktor-faktor lainnya yang

menentukan apakan konsumen akan mengajukan komplainya, antara lain :

1. Kepentingan produk atau jasa, harga, serta waktu yang diperlukan dalam

konsumsi. Menurut Mowen dan Minor (2002), produk dan jasa yang

dikomplainkan biasanya merupakan produk atau jasa yang bernilai sangat

penting

2. Pengetahuan serta pengalaman konsumen. Perilaku komplain dapat

dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya (Mowen dan Minor 1998 diacu

dalam Dhamayanti 2003)

3. Kesulitan dalam memperoleh ganti rugi. Apabila konsumen tidak dapat

memperoleh ganti rugi sesuai dengan dengan kerugian yang dialami,

konsumen cenderung mengambil tindakan komplain agar didengar oleh

pihak yang bersangkutan.

4. Peluang keberhasilan dalam mengajukan komplain (Engel et al 1995).

Tanggapan Perusahaan

Setelah konsumen mengadukan komplain kepada pihak perusahaan atau

pelaku usaha, biasanya pihak perusahaan akan segera memberikan tanggapannya

kepada konsumen perihal produk atau jasa yang digunakan. Perusahaan atau

pelaku uasaha haruslah sangat berhati-hati dalam memberikan tanggapan kepada

konsumen. Konsumen yang melakukan pengaduan kepada perusahaan tentang

rasa ketidakpuasannya terhadap produk atau jasa yang digunakan, menandakan

bahwa konsumen masih memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk

memperbaiki produk atau jasa yang dihasilkan guna meningkatkan kepuasan

konsumen kembali.

Di dalam menyelesaikan permasalahan keluhan yang diajukan konsumen

menurut Irawan (2002) terdapat dua kata kunci utama dalam membantu

memecahkan permasalahan. Kata kunci yang pertama adalah kecepatan

penanganan masalah dan yang kedua adalah ketepatan penyelesaian masalah yang

dikeluhkan oleh konsumen. Konsumen yang mengadukan keluhannya jika

mendapatkan tanggapan dari pihak perusahaan dan diberikan penyelesaian

tingkat kepuasannya lebih tinggi daripada yang tidak menyampaikan keluhan.

Dalam memberikan tanggapan kepada konsumen perihal keluhan yang

diadukan, pihak perusahaan haruslah membuat langkah-langkah yang sesuai.

Langkah pertama dalam menanggapai keluhan konsumen adalah dengan membuat

sistem-sistem, yaitu dengan melakukan pengelompokan jenis masalah yang

diadukan oleh konsumen. Pengelompokan ini dilakukan agar mempermudah

dalam pencarian jalan keluar permasalahan yang dihadapi oleh konsumen.

Kemudian langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat standar

pelayanan keluhan yang meliputi tanggung jawab perusahaan dan proses

penanganannya (Irawan 2002).

Sampai pada tingkat tertentu, semua organisasi-organisasi dinilai sangat

cepat kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan atau kejadian yang

sedang berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan pihak organisasi ataupun

perusahaan dalam menanggapi adanya kebutuhan konsumen dikesempatan

pertama maupun kemampuan dalam hal mengadakan layanan yang sempurna dan

lebih cepat dari para pesaing lainnya (Armistead dan Clark 1999 diacu dalam

Dhamayanti 2002). Menurut Engel et al (1995), usaha yang sunguh-sungguh

untuk memperbaiki masalah yang terjadi dapat meningkatkan kepercayaan

konsumen bahwa perusahaan tersebut benar-benar peduli. Selain itu dengan

adanya sikap kepedulian dari pihak perusahaan dapat meningkatkan tingkat

kepuasan konsumen.

Di dalam menagani komplain yang diajukan konsumen perusahaan

haruslah pintar. Hal pertama yang sebaiknya dilakukan oleh peruasahaan adalah

dapat mengutarakan ucapan ”terima kasih” kepada konsumen atas keluhan yang

disampaikan. Hal yang kedua yang dapat dilakukan adalah ”penyampaian

permohonan maaf” kepada konsumen. Pada dasarnya penggunaan kata terima

kasih dan permohonan maaf ini dapat meredakan emosi yang dirasakan oleh

konsumen (Irawan 2002). Perusahaan yang mencoba lari dari tanggung jawabnya

akan dipandang sebagai hal yang negatif. Sedangkan perusahaan yang

mengangani keluhan konsumen dengan baik akan dianggap sebagai hal yang

positif, dan konsumen akan memberikan penghargaan tertinggi kepada perusahaan

karena telah berusaha menangani keluhan konsumen dan memberikan penjelasan

dan penyelesaian yang dihadapi oleh konsumen (Mowen dan Minor 2002 diacu

dalam Dhamayanti 2002).

Produk dan Jasa

Kemajuan teknologi menimbulkan berubahan cepat dan signifikan terhadap

produk pangan, elektronik, otomotif, industri farmasi, kosmetik, alat kesehatan,

dan obat-obatan. Dengan teknologi yang semakin canggih industri tersebut

mampu memproduksi berbagai produk dalam skala besar. Dengan dukungan

kemajuan teknologi dan transportasi produk pangan dapat menyebar kebeberapa

tempat dalam waktu yang singkat dan mampu menjangkau seluruh lapisan

masyarakat (Pieris & Widiarty 2007).

Menurut Kotler (2002), mutu produk merupakan keseluruhan ciri dan sifat

produk yang mempengaruhi kemampuannya untuk kebutuhan yang dinyatakan

maupun yang tersirat. Mutu produk adalah kunci untuk menciptakan nilai dan

kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu

suatu produk. Suatu produk dikatakan bermutu bagi konsumen apabila produk

tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dengan tepat.

A. Dimensi Kualitas Barang

1. Kinerja, yaitu kinerja utama dari karakteristik pengoperasian.

2. Fitur, yaitu karakteristik tambahan dari produk

3. Reliabilitas, yaitu probabilitas kerusakan atau ketidakberfungsian produk.

4. Daya tahan, yaitu umur suatu produk

5. Pelayanan, yaitu mudah dan cepat diperbaiki suatu produk jika terjadi

kerusakan

6. Estetika, yaitu bagaimana produk mudah dilihat, dirasakan dan didengar.

7. Sesuai dengan spesifikasi, yaitu kesesuaian suatu produk dengan

spesifikasi yang ditawarkan

8. Kualitas penerimaan, yaitu seberapa jauh pengaruh citra merek dan faktor-

faktor yang tidak berwujud dalam mempengaruhi persepsi konsumen

mengenai kualitas produk

Jasa adalah jenis bisnis yang menjual bantuan, keahlian dan memberikan

produk tidak berwujud yang pekerjaannya dilakukan oleh satu orang untuk

memberikan manfaat bagi orang lain. Menurut Kotler (2002) dalam Sitio (2005),

jasa adalah suatu tindakan atau keinginan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak

kepihak yang lain, yang pada dasarnya tidak berwujudan tidak dapat

mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Keegan, et al (1995) dalam

Rahmatika (2004), ada dua jenis tipe jasa yaitu basic service product dan

faciliating service. Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Terdapat empat karakteristik produk jasa yang membedakannya dengan barang,

yaitu Intangibiliti (tidak berwujud), inseparability (tidak terpisahkan), variability

(bervariasi), dan perishability (mudah lenyap).

B. Dimensi Kualitas Jasa

1. Berwujud, yaitu termasuk fasilitas fisik, peralatan dan penampilan

perorangan

2. Reliabilitas, yaitu kemampuan atau keterhandalan suatu pelayanan yang

disediakan untuk melayani konsumen

3. Tanggapan, yaitu pemberian pelayanan yang tanggap dan cepat yang untuk

konsumen

4. Jaminan, yaitu pengetahuan dan etika pegawai serta kemampuan mereka

dalam membangkitkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan

5. Empati, yaitu kepedulian akan kemampuan pegawai dan perhatian individu

Karakteristik Konsumen

Menurut Sumarwan (2004), konsumen diartikan kedalam dua jenis yaitu

konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu merupakan

konsumen yang membeli suatu produk atau jasa hanya digunakan untuk

kebutuhan diri sendiri. Sedangkan konsumen organisasi merupakan konsumen

yang membeli produk atau jasa dan digunakan untuk kepentingan bersama

(organisasi/kelompok).

Menurut YLKI (1985), jika ditinjau dari segi sikap konsumen terhadap

produk atau jasa yang dikonsumsi, maka terdapat dua jenis konsumen yaitu

konsumen pasif dan konsumen aktif. Konsumen pasif adalah konsumen yang

hanya menerima apa adanya saja atau apa yang disajikan produsen atau penjual,

hal ini berakibat produsen dalam menetapkan kebijakan penjualannya, kadang-

kadang kurang memperhatikan selera atau keinginan konsumen.

Sedangkan konsumen aktif adalah konsumen yang dalam melakukan

pembelian atau konsumsi produk atau jasa, lebih mengandalkan penalaran yang

kritis dalam menilai produk atau jasa yang akan dibelinya, apakah produk atau

jasa tersebut benar-benar bermanfaat bagi dirinya.

Asael (1984) dalam Nurjnanah (2000), menyatakan bahwa karakteristik

konsumen seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengatahuan, dan pendapatan

berpengaruh terhadap perilaku konsumen termasuk perilaku kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen. Karakteristik konsumen dapat berfungsi untuk

mengetahui motivasi dan preferensi dalam melakukan tindakan.

Usia

Usia seseorang dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap suatu

barang atau jasa. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang dalam pembuatan keputusan dan menjaga segala sesuatu,

seperti barang dan jsa, sebagai sesuatu yang baru. Hal tersebut disebabkan oleh

usia yang berpengaruh terhadap kecepatan seseorang dalam menerima sesuatu

yang baru (Kotler 2002).

Sumarwan (2003) menyatakan memahami usia konsumen adalah penting.

Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda

pula. Perbedaan juga akan menyebabkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap

suatu barang atau jasa. Sehingga para produsen harus memahami kebutuhan

konsumen dengan berbagai tingkatan usia dan membuat suatu produk atau jasa

sesuai dengan kepuasan konsumen.

Jenis kelamin

Jenis kelamin menjadi dasar segmentasi pasar yang digunakan berbagai

produk atau jasa (Schiffman & Kanuk 1994 dalam Nurjanah 2000). Seorang

wanita dengan ukuran tubuh yang kecil biasanya lebih sedikit dibandingkan

dengan laki-laki, oleh karena itu laki-laki cepat merasa puas dibandingkan dengan

wanita.

Pendidikan dan Pekerjaan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola

konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang

dianut, cara berfikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah.

Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif

terhadap informasi dalam pemilihan produk atau jasa. Perbedaan pendidikan akan

menyebabkan perbedaan selera konsumen. Semua konsumen dengan tingkat

pendidikan yang berbeda adalah konsumen yang potensial bagi barang dan jasa

(Sumarwan 2003).

Engel et al., (1994), mendefinisikan pengetahuan sebagai informasi yang

disimpan dalam ingatan lebih lanjut. Sumarwan (2003), menyatakan bahwa

pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimilki konsumen mengenai

berbagai macam produk atau jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan

produk dan jasa tersebut dan informasinya yang berhubungan dan fungsinya

sebagai konsumen.

Menurut Kasmir (2006), konsumen yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD)

memiliki pola pikir yang berbeda dalam memilih produk dengan lulusan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sarjana. Selain itu, pelanggan yang memiliki

pendidikan sarjana lebih tinggi mampu bersikap kritis terhadap apa yang akan

dibeli.

Pendapatan

Perbedaan ekonomi seseorang akan sangat mempengaruhi pemilihan

terhadap suatu produk atau jasa. Pendapatan seseorang akan sangat menentukan

daya beli seseorang terhadap barang atau jasa. Semakin tinggi pendapatan

seseorang akan terjadi perubahan-perubahan dalam pemilihan suatu produk atau

jasa. Jumlah pendapatan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen.

Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk yang bisa dibeli dan

dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya (Sumarwan

2004).

KERANGKA PEMIKIRAN

Seiring kemajuan bidang perindustrian dan perdagangan, saat ini

kebutuhan konsumen terhadap produk dan jasa kian meningkat. Produk dan jasa

yang produksi oleh sebuah perusahaan memiliki kualitas yang berbeda-beda.

Setiap konsumen didalam membeli atau menggunakan produk dan jasa memiliki

harapan tersendiri terhadap kinerja produk atau jasa tersebut.

Setelah konsumen membeli dan menggunakan produk atau jasa tersebut,

maka konsumen akan mengevaluasi kinerja dan kualitas suatu produk apakah

telah sesuai dengan harapannya atau tidak. Hasil evaluasi tesebut akan membawa

rasa kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen. Apabila kinerja

dan kualitas produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka

konsumen merasakan ketidakpuasan. Setiap konsumen yang melakukan

pembelian memiliki harapan tertentu yang akan diperoleh dari suatu produk yang

digunakan sehingga menghasilkan kepuasan atau sebaliknya. Kepuasan yang di

peroleh merupakan hasil evaluasi pascakonsumsi.

Konsumen yang mengalami ketidakpuasan dapat disebabkan karena

kinerja produk atau jasa yang dibeli dan digunakan tidak sesuai dengan apa yang

diharapkannya. Ketidakpuasan terhadap produk atau jasa ini akan membawa

konsumen kepada suatu keputusan antara melakukan sebuah tindakan atau tidak

sama sekali. Tindakan yang dilakukan konsumen apabila mengalami

ketidakpuasan dapat ditempuh melalui tindakan pribadi maupun tindakan publik.

Tindakan pribadi ini biasanya penghentian pembelian atau penggunaan produk

tersebut, selain itu konsumen juga dapat memberikan peringatan kepada orang

lain mengenai produk yang di gunakan, sedangkan tindakan publik yang

dilakukan adalah dengan menyampaikan komplain kepada pihak perusahaan,

Lembaga konsumen, media massa, ataupun menempuh jalur hukum.

Jalur tindakan publik yang dapat ditempuh oleh konsumen dalam

menyampaikan komplainnya adalah melalui lembaga konsumen atau media

massa. Media massa sebagai tempat penyalur komplain konsumen adalah surat

kabar. Kompas merupakan salah satu surat kabar yang dapat digunakan sebagai

tempat komplain konsumen. Surat kabar Kompas ini merupakan surat kabar yang

dapat menampung berbagai komplain yang dialami konsumen, selain itu

konsumen dapat lebih mudah penyampaikan komplain atau komplain karena surat

kabar harian Kompas memiliki kekuatan hukum untuk melindungi hak-hak

konsumen. Biasanya setelah konsumen melakukan komplain, pihak Kompas

segera menyampaikan komplain konsumen tersebut kepada pihak yang

bersangkutan. Dalam tenggang waktu tertentu akan mendapatkan balasan dari

pihak yang bersangkutan mengenai komplain yang diadukan kepada pihak

Kompas atau langsung kepada konsumen tersebut.

Diharapkan setelah Kompas melaporkan kompalain konsumen kepada

pihak perusahaan, perusahaan dapat langsung memberikan tanggapan kepada

konsumen. Tanggapan perusahaan tersebut dapat berupa kecepatan dalam

merespon komplain dari konsumen, kecepatan dalam menyelesaikan masalah

yang dikeluhkan oleh konsumen, dapat juga berupa ucapan permohonan maaf,

pemberian ganti rugi, dan pemberian pelayanan gratis atau pemberian garansi atas

produk atau jasa yang digunakannya. Tanggapan perusahaan kepada konsumen

dapat menimbulkan perasaan puas atau tidak dengan pelayanan perusahaan

tersebut. Konsumen dapat merasakan kepuasan jika perusahaan dapat

menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh konsumen dengan cepat, dapat

memberikan ganti rugi terhadap produk atau jasa yang sesuai, dan dapat

memberikan pelayanan atau garansi terhadap produk atau jasa, sedangkan

konsumen bisa saja merasakan ketidakpuasan karena pihak perusahaan tidak

memberikan respon/tanggapan sama sekali.

Karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,

pengatahuan, dan pendapatan berpengaruh terhadap perilaku konsumen termasuk

perilaku kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Misalnya konsumen yang

berpendidikan SD memiliki pola pikir yang berbeda dalam memilih produk

dengan lulusan SLTA atau sarjana dan lainnya sebagainya. Perbedaan jenis

kelamin dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Usia konsumen

juga memiliki pengaruh terhadap tingkat kepuasan. Usia konsumen yang masih

produktif cenderung lebih bersikap kritis dibandingkan dengan usia lanjut.

Perbedaan karakteristik inilah yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan

terhadap tanggapan perusahaan pasca tindakan komplain yang dilakukan. Gambar

tiga menyajikan berbagai faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan

terhadap tanggapan perusahaan pasca komplain.

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap

Tanggapan Perusahaan Pasca Tindakan Komplain Melalui Media Massa

Kompas.

Karakteristik konsumen : -usia -jenis kelamin -pendidikan -pendapatan

Tindakan Pribadi Tindakan Publik

pengaduan melalui

KOMPAS

Tanggapan Perusahaan : - Kecepatan respon (tanaggapan) - Kecepatan dalam penyelesaian masalah - Tindakan pasca komplain

Tingkat kepuasan pascaTanggapan

Pembelian/konsumsi produk/jasa : -Evaluasi kinerja produk/jasa -Harapan Konsumen

Ketidakpuasan

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan di

Redaksi Kompas yang bertempat di Palmerah Selatan 26-28, Jakarta Pusat. Unit

yang digunakan dalam analisis ini adalah unit terdokumentasi, yaitu keseluruhan

tulisan komplain contoh dari surat pembaca yang dimuat dalam surat kabar harian

kompas yang terbit pada tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2007.

Penentuan tempat dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan

kemudahan akses memperoleh data. Pengambilan data ini dilakukan pada

Februari hingga akhir Mei 2008.

Pengambilan Contoh

Populasi penelitian ini adalah konsumen yang menyampaikan

komplainnya melalui surat kabar Kompas pada Rubrik “Redaksi Yth” dan telah

memperoleh tanggapan dari pihak perusahaan. Contoh penelitian diambil secara

purposif dengan mempertimbangkan keterbatasan data diri konsumen seperti

alamat, nomor telepon dan kesediaan konsumen untuk diwawancara, sedangkan

untuk daerah asal contoh dalam penelitian ini dibatasi hanya pada lingkup

Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang dan Bekasi).

Jumlah kasus komplain yang masuk pada Rubrik “Redaksi YTH” adalah

sebanyak 2230 kasus komplain yang diterima pihak Kompas, namun hanya 602

kasus komplain yang ditanggapi oleh pihak perusahaan. Dari 602 kasus tersebut

hanya 114 kasus yang tercantum nama dan alamat contoh dengan lengkap serta

berdomisili di JABODETABEK dan diperoleh 44 kasus yang dapat diteliti.

Gambar 4 Bagan pengambilan contoh.

114 orang yang mengadu melalui Kompas

25 orang 29 orang diwancara 60 diwawancara diwawancara secara langsung via pos via telepon di rumah

25 orang diwawancarai via

telepon

29 orang diwawancarai secara langsung

60 Diwawancarai via pos

9 orang berhasil

diwawancara

20 orang gagal

diwawancara

10 0rang berhasil

diwawancarai

50 orang gagal

25 orang berhasil

diwawancara

Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer pada penelitian ini mencakup karakteristik konsumen

(jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan), karakteristik

produk/jasa dan pemakaiannya, perilaku komplain konsumen (seperti tujuan

penyampaian komplain, respon dan waktu tanggapan perusahaan tersebut) dan

perilaku pascapenanganan komplain yang mencakup kepuasan. Data sekunder

diperoleh melalui surat kabar Kompas periode Januari-Desember 2007 yang

meliputi jenis barang/jasa yang dikeluhkan, masalah yang dikeluhkan, kronologis

komplain dan nama serta alamat contoh.

Kurangnya informasi mengenai data diri contoh seperti jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon pada dokumen tersebut menjadi

alasan peneliti untuk melakukan wawancara dengan menggunakkan tiga metode

yakni wawancara via telepon, wawancara langsung, dan pengiriman kuesioner

melalui pos.

Contoh yang memiliki nomor telepon yang bisa dihubungi dapat langsung

diwawancarai melalui telepon. Pencarian nomor telepon contoh dilakukan dengan

mencocokan nama dan alamat yang diperoleh melalui Kompas dengan data yang

terdapat pada buku petunjuk telepon. Contoh yang diwawancarai via telepon

berdomisili di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Bogor dan Bekasi.

Wawancara via telepon dilakukan pada pagi hari sebelum rutinitas kerja dan

malam hari setelah pulang kerja. Untuk contoh yang alamatnya mudah

dijangkau, maka peneliti melakukan wawancara secara langsung, yaitu disekitar

Jakarta Timur, Bogor, Depok dan Bekasi.

Bagi contoh yang memiliki alamat lengkap akan tetapi sulit untuk

dijangkau maka peneliti mengirimkan kuesioner melalui Pos. Kuesioner yang

dikirimkan oleh peneliti melalui Pos dilampirkan amplop serta perangko balasan

yang dicantumkan alamat legkap peneliti. Contoh yang menerima kuesioner via

Pos diberikan tenggang waktu untuk mengisi yaitu empat minggu setelah

kuesioner tiba di responden. Daerah jangkauan untuk pengiriman kuesioner

tersebut adalah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,

Tanggerang dan Bekasi.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian perilaku komplain konsumen diolah

melalui proses editing, coding, entry, cleaning, scoring dan analisis data dengan

membuat kategori pada peubah yang meliputi jenis produk yang dikomplainkan,

jenis masalah yang dikomplainkan, karakteristik konsumen, proses penyampaian

keluhan, kepuasan pascapenanganan komplain. Selanjutnya, data yang diperoleh

dianalisis secara deskriptif dan inferensia.

Tabel 1 Metode pengolahan dan analisis data

Jenis data Metode Pengolahan Dan Analisis Karakteristik contoh

Usia Microsoft excel dikategorikan menurut (Sumarwan, 2002) Dewasa awal (19-24 tahun), dewasa lanjut (25-35 tahun), dewasa baya (36-50 tahun), dan tua (51-65 tahun).

jenis kelamin Microsoft exel dikategorikan pria dan wanita Status pernikahan Tabulasi frekuensi

1= menikah, 2= belum menikah, 3= janda, 4= duda tingkat pendidikan Tabulasi frekuensi

1= SMA, 2= D3, 3= S1, 4= S2, dn 5= S3 Pekerjaan Tabulasi frekuensi

1= PNS, 2= Pegawai swasta, 3= TNI/POLRI, 4= wiraswasta, 5= Pensiunan, 6= IRT, dan 7= Lainnya

Pendapatan Keluarga Tabulasi frekuensi (berdasarkan quartil sebaran data) 1= <4.000.000, 2= >4.000.000-9.375.000, dan 3= >9.375.000

Media komplain informasi saluran komplain

(rubrik “Redaksi YTH” Kompas)

Tabulasi frekuensi 1= surat kabar, 2= televisi, 3= radio, 4= internet, dan 5= teman/saudara.

Frekuensi membaca Kompas Tabulasi frekuensi 1= 1 kali, 2= 2-3 kali, 3= 4-5 kali, dan 4= >5 kali

Selang waktu penyampaian komplain

Tabulasi frekuensi 1= <1 minggu, 2= 1->2 minggu, 3= <3-4 minggu, dan 4= >4 minggu

Alasan Komplain melalui Kompas

Microsoft excel (dengan pengelompokkan berdasarkan alasan contoh)

Perilaku Komplain Penting/ tidaknya melakukan

komplain Tabulasi frekuensi 1= penting dan 2= tidak penting

Tujuan penyampaian komplain

Microsof Exel (pengelompokkan berdasarkan alasan tujuan contoh menyampaikan keluhannya)

Kategori Produk atau jasa yang dikomplainkan

Tabulasi frekuensi (berdasarkan produk/jasa yang dikomplainkan) 1= Bank, 2= Asuransi, 3= Telekomunikasi, 4= PDAM/PLN, 5= Toko/supermarket, 6= Elektronik, 7= Otomotif,8= Jasa pengiriman, 9= Jasa periklanan, 10= Transportasi, 11= Perumahan, dan 12= Makanan

Tingkat kepuasan pra komplain Skor Harapan Microsof Exel (rata-rata harapan contoh)

1= sangat tidak puas, 2= tidak puas, 3= biasa, 4= puas, dan 5= sangat puas

Skor Kinerja Microsof Exel (rata-rata kinerja produk/jasa) 1= sangat tidak puas, 2= tidak puas, 3= biasa, 4= puas, dan 5= sangat puas

Skor Gap Microsoft Exel (hasil pengurangan Kinerja-harapan) (-)= tidak puas, (0)= Netral/biasa, dan (+)= puas

Lanjutan Tabel 1. Jenis data Metode Pengolahan Dan Analisis

Tanggapan perusahaan Kecepatan tanggapan

perusahaan Tabulasi frekuensi 1= <1minggu dan 2= 1-3 minggu

Kecepatan penanganan komplain

Microsoft Exel (Pengelompokkan berdasarkan skor) 1= (1-3) buruk dan 2= (4-5) baik.

Ketuntasan penanganan komplain

Microsoft Exel (Pengelompokkan berdasarkan skor) 1= (1-3) buruk dan 2= (4-5) baik.

Tingkat kepuasan pasca tanggapan perusahaan

Pengukuran menggunakan rentang skala 1= sangat tidak puas, 2= tidak puas, 3= biasa, 4= puas, dan 5= sangat puas Setelah itu dikelompokkan berdasarkan kelas yang telah ditentukan, yaitu: 1.00 – 3.40 = tidak puas dan 3.41 – 5.00 = puas

Hubungan antara karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan) terhadap perilaku komplain

Uji korelasi Spearman

Hubungan tanggapan perusahaan terhadap tingkat kepuasan pasca tindakan komplain

Uji korelasi Spearman

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan Uji Regresi linier

Tingkat kepuasan contoh diperoleh dari penilaian contoh terhadap

tanggapan yang dilakukan oleh pihak perusahaan pascatindakan komplain yang

dilakukan, dikelompokkan menjadi lima berdasarkan rentang skala dengan rumus:

Rentang Skala = Skor tertinggi – Skor terendah = 5-1 = 0.8

Banyaknya Kelas 5

Berdasarkan rumus diatas, dibuat rentang skala berdasarkan interval tersebut,

sehingga diketahui letak rata-rata skor penilaian contoh terhadap setiap atribut

jasa (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak 2001), Yaitu :

1.00 – 1.80 = sangat tidak puas 1.81 – 2.60 = tidak puas 2.61 – 3.40 = netral 3.41 – 4.20 = puas 4.21 – 5.00 = sangat puas

Dari kelima tingkatan kepuasan tersebut dikelompokan hanya menjadi dua

kelas, yaitu puas dan tidak puas. Rentang skala yang sangat tidak puas, tidak puas,

dan netral dikelompokkan dalam satu rentang tidak puas, sedangkan rentang

skala puas dan sangat puas juga dikelompokkan dalam satu rentang yaitu puas.

Rentang tersebut, yaitu : 1.00 – 3.40 = tidak puas dan 3.41 – 5.00 = puas

Definisi Operasional

Komplain contoh adalah suatu tindakan pengaduan yang dilakukan oleh contoh

apabila merasakan ketidakpuasan setelah menggunakan produk dan atau jasa

dan dituangkan melalui surat pembaca pada surat kabar harian kompas.

Perilaku komplain adalah tindakan yang dilakukan oleh contoh yang bila

mengalami ketidakpuasan dengan suatu pembelian.

Kepuasan Contoh adalah tingkat perasaan contoh setelah membandingkan hasil

terhadap produk dan atau jasa yang dirasakan dan diharapkan.

Ketidakpuasan Contoh adalah penilaian contoh terhadap ketidaksesuaian produk

yang dikonsumsinya dengan harapan yang diinginkan.

Karakteristik Contoh informasi pada contoh yang mencangkup jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga per bulan, jumlah

anggota keluarga pendidikan

Usia adalah umur contoh saat dilakukan wawancara dan dinyatakan dalam

tahun.

Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang atau yang sedang

dijalankah dan telah ditamatkan oleh contoh.

Jenis Pekerjaan adalah profesi utama yang dilakukan oleh contoh

dikategorikan menjadi PNS, wiraswasta, TNI/POLRI, Pegawai Swasta,

serta bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun).

Pendapatan Keluarga adalah jumlah pengasilan keluarga per bulan yang

diperoleh seluruh anggota keluarga yang telah bekerja, dari hasil

bekerja serta tambahan di luar pekerjaan utama yang dihitung dalam

bentuk rupiah.

Selang Waktu Penyampaian Komplain merupakan selang waktu contoh

menyampaikan keluhannya, terhitung dari pertama kali contoh

menggunakan produk/jasa serta mengalami keluhan hingga penyampaian

komplain melalui media massa Kompas.

Selang Waktu Tanggapan Perusahaan merupakan cepat atau lambatnya pihak

perusahaan memberikan tanggapan kepada contoh perihal komplain yang

disampaikan melalui media massa Kompas.

Tanggapan Perusahaan merupakan respon pihak perusahaan mengenai

komplain contoh baik yang berupa balasan surat, penjelasan pokok

permasalahan, permohonan maaf dan tindakan seperti pengantian

produk/jasa atau uang

Tingkat Kepuasan Pascapenanganan Komplain adalah perasaan senang atau

tidak contoh yang komplain akan adanya tindakan dari pihak perusahaan

yang dikeluhkan baik berupa penggantian barang atau jasa atau penggantian

uang yang sesuai dengan harapan contoh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kompas

Kompas merupakan salah satu surat kabar harian Indonesia yang sudah

cukup terkenal di kalangan konsumen. Surat kabar Kompas ini didirikan pada

tanggal 28 juni 1965. Kantor pusat surat kabar Kompas bertempat di Jalan

Palmerah Selatan No. 26-28, Jakarta Pusat (Anonynomous 2008).

Kompas memiliki predikat sebagai surat kabar harian nasional yang telah

tersebar keseluruh propinsi Indonesia. Kompas merupakan bagian dari surat kabar

harian nasional yang menyediakan berbagai informasi yang dapat disampaikan

kepada masyarakat. Kompas ini juga menyalurkan aspirasi konsumen serta

menerima berbagai permasalahan dan keluhan yang dihadapi oleh konsumen.

Didalam surat kabar harian Kompas ini menyediakan rubrik surat pembaca yang

berjudul “Redaksi YTH”. Rubrik surat pembaca ini berfungsi menampung

berbagai aspirasi para pembaca (Dhamayanti 2002).

Kompas Sebagai Media Komplain

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh contoh (61.4%)

mengaku memilih surat kabar Kompas sebagai tempat menyampaikan komplain

dikarenakan Kompas merupakan surat kabar nasional, dikenal banyak orang, dan

berbagai usia juga membaca surat kabar Kompas tersebut.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan alasan pemilihan Kompas sebagai media

penyampaian komplain, jawaban lebih dari satu (n=44) Alasan Pemilihan Kompas n %

Kompas merupakan surat kabar nasional 27 61,4Media yang tepat untuk menyampaikan komplain 15 43,2Cara terakhir untuk memperoleh tanggapan dari perusahaan 4 6,8

Alasan kedua adalah Kompas merupakan suatu media yang paling tepat

untuk menyampaikan komplain, yakni sebesar 43.2 persen, contoh berharap

Kompas dapat berperan sebagai mediator antara mereka dengan pihak perusahaan

sehingga kasus mereka dapat ditangani dengan baik. Alasan terakhir contoh

menggunakan surat kabar Kompas ini adalah dikarenakan tidak ada cara lain bagi

untuk memperoleh tanggapan dari pihak perusahaan, yakni sebesar 6.8 persen.

Proses Penyampaian Komplain

Pada rubrik surat pembaca konsumen yang ingin menyampaikan

komplainnya seputar produk atau jasa kepada perusahaan dapat melalui surat (jasa

pos), via email, atau faksimili. Setiap komplain yang disampaikan oleh konsumen

akan ditampung oleh pihak Kompas. Komplain yang telah diterima kemudian di

seleksi untuk mendapatkan komplain konsumen yang layak untuk diterbitkan pada

rubrik surat pembaca. Komplain konsumen yang masuk pada surat kabar Kompas

perhari mencapai 20-60 surat akan tetapi hanya 3-4 surat yang dapat diterbitkan

dalam rubrik surat pembaca.

Surat yang diterima dan telah diseleksi tidak langsung dapat diterbitkan

dalam rubrik surat pembaca, konsumen harus menunggu terlebih dahulu hingga

akhirnya surat komplain mereka dapat diterbitkan pada rubrik surat pembaca.

Surat komplain dapat diterbitkan jika identitas konsumen yang mengadukan

komplain telah lengkap. Identitas yang diperlukan untuk kelengkapan diantaranya

adalah nama lengkap, alamat, serta nomor telepon yang dapat dihubungi. Selain

itu pihak Kompas juga meminta foto copy identitas seperti SIM/KTP sebagai arsip

dan sebagai pencegahan dari pemalsuan identitas.

Surat kabar Kompas selain menampung berbagai komplain juga dapat

berfungsi sebagai mediator antara pihak perusahaan dan konsumen yang

menyampaikan komplain. Setelah surat komplain diterbitkan barulah dapat

dilaksanakan proses penyelesaian komplain antara perusahaan dengan contoh.

Penyelesaian komplain terkadang berjalan dengan jalan damai dengan

kesepakatan dari kedua belah pihak atau konsumen tetap merasakan

ketidakpuasan atas proses penyelesaian komplain. Jika permasalah telah

diselasaikan biasanya pihak perusahaan akan mengklarifikasi kejadian dan

tindakan penyelesaian. Pengklarifikasian bisa juga dilakukan oleh pihak

konsumen. Selain mempublikasikan surat pembaca, Kompas juga

mempublikasikan hasil klarifikasi dari pihak produsen atau konsumen pada

rubrik ”surat pembaca” (Dhamayanti 2002).

Frekuensi Membaca Surat Kabar Kompas

Lebih dari separuh contoh (70.5 %) frekuensi membaca surat kabar harian

Kompas lebih dari lima kali dalam satu minggu, hal ini dapat diartikan contoh

berlangganan surat kabar Kompas setiap harinya. Sebesar (18.2%) contoh

membaca Kompas dalam jangka waktu 2-3 kali perminggunya, dan sisanya

contoh membaca Kompas lebih dari satu kali dan empat sampai lima kali

perminggunya.

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi membaca surat kabar harian Kompas dan website dalam waktu satu minggu.

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

Berdasarkan sebaran hasil penelitian lebih dari separuh contoh (70.5%)

berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 29.5 persen berjenis kelamin perempuan.

Hal ini dapat dilihat bahwa laki-laki lebih sering menyampaikan komplainnya

terhadap perusahaan mengenai produk atau jasa yang digunakan, selain itu laki-

laki cenderung lebih memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan

dibandingkan dengan perempuan (Sumarwan 2003). Laki-laki lebih sering

melakukan tindakan komplain diduga karena laki-laki cenderung lebih teliti

terhadap produk atau jasa yang digunakan terutama pada produk/jasa yang

dianggap penting dan memiliki nilai yang berarti.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n %

Laki-laki 31 70.5 Perempuan 13 29.5

Total 44 100.0

Usia

Pada Tabel 4 dapat dilihat lebih dari separuh contoh pada kelompok usia

dewasa awal (20-40 tahun). Sebesar 38.6 persen Contoh termasuk kedalam

kelompok usia dewasa madya (41-65 tahun). Menurut Kotler (2002) usia dapat

memperngaruhi persepsi dan perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002), konsumen yang yang sering

melakukan komplain cenderung pada usia yang muda dan mempunyai pendapatan

yang tinggi dan berpendidikan tinggi.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan usia

Kategori usia N % Dewasa awal (20-40 tahun) 27 61.4 Dewasa madya (41-65 tahun) 17 38.6 Dewasa akhir (> 65 tahun) 0 0.0

Total 44 100,0

Status Pernikahan

Tabel 5 menunjukkan bahwa contoh dalam penelitian ini sebagian besar

(88.6%) berstatus menikah, sisanya berstatus belum menikah (9.1%) dan Janda

(2.3%). Mowen dan Minor (2002) menjelaskan bahwa, konsumen yang telah

menikah dan melakukan tindakan komplain biasanya perusahaan akan lebih cepat

memberikan tanggapan atas komplainnya.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status pernikahan

Status Pernikahan n % Menikah 39 88.6 Belum menikah 4 9.1 Janda 1 2.3

Total 44 100.0

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang sedang dijalankan

atau yang telah ditamatkan oleh contoh. Berdasarkan Tabel 6, sebanyak (36.4%)

contoh tingkat pendidikan berada pada level strata satu (S1), sebanyak (22.7%)

berada pada level SMA (Sekolah Menengah Atas), sebanyak (20,5%) berada

pada level Strata Dua (S2), dan sisanya berada pada level Diploma tiga (13.6%)

dan Starata tiga (6.8%).

Pada Tabel 6 dapat dilihat tingkat pendidikan keseluruhan contoh dapat

dikatakan berada pada level menengah keatas karena telah menyelesaikan sekolah

wajib belajar selama dua belas tahun. Contoh yang telah menyelesaikan program

wajib belajar tersebut dapat dikatakan telah memiliki potensi yang cukup matang

dan luas untuk menilai segala sesuatu. Menurut Khasmir (2006), konsumen

dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan memiliki pola fikir yang berdeda

pula karena tingkat pendidikan yang tinggi konsumen akan bersikap lebih kritis.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan n % SMA 10 22.7 D3 6 13.6 S1 16 36.4 S2 9 20.5 S3 3 6.8

Total 44 100

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), pendidikan akan menetukan

keadaan sosial ekonomi seseorang. Keadaan sosial akan berdampak terhadap

pemilihan dan pengambilan keputusan. Selain itu menurut Guhardja (1979) di acu

dalam Nurjanah (2000), pendidkan merupakan faktor dari seseorang yang akan

mempengaruhi perilakunya.

Pekerjaan

Pekerjaan contoh sangat bervariasi. Proporsi terbesar contoh bekerja

sebagai wiraswasta (31.8%) dan pegawai swasta (29.6%). sebaran contoh

berdasarkan pekerjaan disajikan pada Tabel 7. Secara sederhana jenis pekerjaan

akan mencerminkan pendapatan dan selanjutnya akan menunjukkan kelas sosial

seseorang. Selain itu menurut Kotler dan Amstrong (2001), Pendidikan seseorang

akan menentukan jenis pekerjaan dan besaran pendapatan yang diperoleh

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan n % PNS 6 13.6 Pegawai Swasta 13 29.6 TNI/ABRI/POLRI 1 2.3 Wiraswasta 14 31.8 Penisiun 2 4.6 IRT 7 15.8 Lainnya 1 2.3

Total 44 100

Pendapatan Keluarga

Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk yang bisa dibeli dan

dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya (Sumarwan

2003). Sedangkan menurut Kotler (1993), pilihan terhadap suatu produk akan

sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri

dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya (termasuk

persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam, dan sikap

terhadap mengeluarkan lawan menabung.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan (Rp) n % < 4.000.000 9 20.0 > 4.000.001-9.375.000 24 55.0 > 9.375.001 11 25.0 Total 44 100

Rata-rata ± SD 7.515.341 ± 6.108.877 Kisaran (Min-Maks) 1.500.000-30.000.000

Pada Tabel 8 dapat dlihat lebih dari separuh contoh (55.0%) berpendapatan

lebih dari Rp 4.000.000. Rata-rata pendapatan contoh yang melakukan tindakan

komplain berkisar antara Rp. 1.500.000-Rp. 30.000.000. Jumlah pendapatan

menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Menurut Mowen dan

Minor (2002), pada sejumlah dimensi konsumen yang biasa melakukan komplain

adalah konsumen yang telah menikah, berpendidikan tinggi, serta memiliki

banyak waktu dan uang, karena dengan keadaan seperti ini mereka akan lebih

percaya diri dalam menyampaikan berbagai komplainnya.

Asal Wilayah

Asal wilayah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap proses

pemilihan dan pengambilan keputusan. Sumarwan (2003) menyatakan bahwa

lokasi geografik dimana seorang konsumen tinggal akan mempengaruhi pola

konsumsinya. Pada penelitian ini diketahui seluruh contoh bertempat tinggal di

kawasan Jabodetabek. Sebaran contoh berdasarkan wilayah tempat tinggal dapat

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan wilayah tempat tinggal

Wilayah Tempat Tinggal n % Jakarta 26 59.1 Bogor 3 6.8 Depok 3 6.8 Tanggerang 6 13.6 Bekasi 6 13.6 Total 44 100

Berdasarkan Tabel di atas diketahui lebih dari separuh contoh (59.1%)

yang melakukan komplain melalui surat kabar harian Kompas berasal dari

wilayah Jakarta. Urutan kedua setelah Jakarta, yakni Tanggerang dan Bekasi

dengan proporsi persentase yang sama sebesar 13.6 persen. Sedangkan urutan

ketiga ditempati oleh Bogor dan Depok dengan persentase masing-masing sebesar

6.8 persen. Banyaknya contoh yang melakukan komplain berasal dari wilayah

Jakarta, hal ini dapat disebabkan karena letak wilayah yang starategis berada di

pusat kota dan penduduk ibu kota cenderung lebih aktif.

Karakteristik Produk/Jasa yang Dikeluhkan

Kotler (2002), menyatakan bahwa kepuasan merupakan perasaan senang

atau kecewa yang dihasilkan dari perbandingan antara kualitas produk atau jasa

yang dirasakan dengan yang diharapkan. Sumarwan (2004), menyatakan salah

satu teori yang dapat menjelaskan bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan

konsumen adalah the expectancy disconfirmation model, yang mengemukakan

bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan yang sesunggguhnya yang dirasakan. Harapan

(performance expectation) merupakan standar kualitas, sedangkan fungsi produk

atau jasa yang sesungguhnya dirasakan konsumen (actual performance) adalah

persepsi konsumen terhadap produk atau jasa.

Menurut Mowen dan Minor (2002), berdasarkan produk (barang dan atau

jasa) yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kualitas produk tersebut. Masing-masing kriteria didasarkan pada

dimensi yang diteliti yakni dimensi kualitas barang dan dimensi kualitas jasa.

Barang dan Jasa yang diteliti dikategorikan menjadi 11 sebagaimana disajikan

pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori produk atau jasa yang

dikeluhkan Kategori barang/jasa n %

Bank 13 29.5 Telekomunikasi 7 15.9 Toko dan Supermarket 5 11.4 Asuransi 3 6.8 Pelayanan Listrik (PLN) 3 6.8 Jasa Pengiriman 3 6.8 Otomotif 2 4.5 Periklanan 1 2.3 Perumahan 1 2.3 Transportasi 1 2.3 Makanan 1 2.3

Total 44 100.0 Sumber : Kompas (2007)

Dari Tabel 10, dapat dilihat masalah produk atau jasa yang paling banyak

dikomplainkan oleh contoh melalui surat kabar Kompas adalah Bank, yakni

sebesar 29.5 persen dan diikuti oleh permasalahan telekomunikasi sebesar 15.9

persen. Pada peringkat ketiga permasalah yang dikomplainkan oleh contoh adalah

toko dan supermarket yakni sebesar 11.4 persen. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Irawan (2002), bahwa sekitar 50-80 persen konsumen lebih

banyak komplain terhadap ketiga produk dan jasa tersebut. Berdasarkan besarnya

persentase ketiga produk dan jasa tersebut yang berada pada posisi tiga besar

dapat disimpulkan bahwa contoh cenderung komplain terhadap pelayanan dan

juga produk yang dianggap penting. Produk yang dianggap penting dalam hal

adalah produk yang memiliki usia pakai yang cukup lama serta memiliki nilai

materi yang cukup tinggi. Hanya sebagian kecil contoh yang mengkomplainkan

terhadap produk periklanan, perumahan, transportasi, dan makanan.

Permasalahan Seputar Produk/Jasa

Sebaran contoh berdasarkan masalah yang dikeluhkan dapat dilihat pada

Tabel 11. Hampir separuh contoh (45.1%) mengelukan masalah yang

dihadapinya adalah seputar pelayanan pihak perusahaan produk ataupun jasa.

Permasalah pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan pihak perusahaan yang

acuh tak acuh, sering merendahkan contoh, tanggung jawab yang kurang, dan

buruknya pelayanan yang diberikan. Kemudian diikuti masalah kualitas produk

atau jasa tersebut, yakni sebesar 30.7 persen. Permasalahan ini diantaranya seperti

kualitas, usia produk, fasilitas, dan lain-lain. Menurut Mowen dan Minor (2002),

berdasarkan produk (barang dan atau jasa) yang digunakan, terdapat beberapa

kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas produk tersebut.

Masing-masing kriteria didasarkan pada dimensi yang diteliti yakni dimensi

kualitas barang dan dimensi kualitas jasa.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan masalah yang dikeluhkan seputar produk

dan Jasa

Produk/Jasa Permasalahan

n Pelayanan Kualitas Produk/Jasa Transaksi n % n % n %

Perbankan 8.0 61.5 2.0 15.4 3.0 23.1 13 Asurasnsi 2.0 66.7 1.0 33.3 0.0 0.0 3 Telkom dan Telp Selular 0.0 0.0 0.0 0.0 7.0 100.0 7

Toko/Superpermarket 4.0 80.0 1.0 20.0 0.0 0.0 5 Elektronik 0.0 0.0 4.0 100.0 0.0 0.0 4 PLN 3.0 100.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3 Jasa Pengirman 1.0 33.3 0.0 0.0 2.0 66.7 3 otomotif 0.0 0.0 2.0 100.0 0.0 0.0 2 Periklanan 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 100.0 1 Perumahan 1.0 100.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1 Transportasi 1.0 100.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1 Makanan 0.0 0.0 1.0 100.0 0.0 0.0 1

Total 20 45.1 11 30.7 13 24.1 44

Selanjutnya sebesar 24.1 persen contoh mengkomplainkan masalah

mengenai sistem transaksi. Permasalahan dalam sistem transaksi ini antara lain

transfer bank yang terhambat, saldo tabungan ataupun pulsa telepon selular yang

hilang secara tiba-tiba, pengiriman paket yang telat serta tidak sampai ketujuan,

dan lain-lain.

Alasan Penyampaian Komplain

Konsumen akan memiliki pengharapan mengenai bagaimana suatu produk

seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar

kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang

sesungguhnya dirasakan konsumen (Sumarwan 2004). Konsumen membentuk

pengharapan-pengharapan berdasarkan pada pesan-pesan yang diterima dari

penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lain. Apabila penjual melebih-

lebihkan manfaat yang akan diterima, konsumen akan mengalami pengharapan

yang tak terpenuhi, yang nantinya akan mengakibatkan ketidakpuasan. Makin

besar kesenjangan antara pengharapan dan kemampuan produk yang sebenarnya,

makin besar ketidakpuasan konsumen (Kotler 1993).

Pada kasus ini contoh mengkomplainkan seputar kualitas produk dan jasa.

Dari segi kualitas produk yang dikomplainkan antaralain adalah (kinerja,

reliabilitas, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, dan pelayanan). Sedangkan

dari segi jasa yang dikomplainkan adalah seputar tangible (fasilitas fisik dan

peralatan), reliabilitas (kehandalan suatu pelayanan untuk melayani contoh),

tanggapan (pemberian pelayanan yang tanggap dan cepat bagi contoh), dan

empati (kepedulian pegawai). Tabel 12 menyajikan berbagai alasan yang

melandasi contoh mengajukan komplain.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan alasan penyampaian komplain

No Produk/ Jasa Kategori n Alasan Komplain %

1 Perbankan Produk dan jasa 13

Pelayanan petugas yang kurang memuaskan 53.9

Bunga yang rendah 7.7 Tanggung jawab pegawai yang rendah 30.8 Kinerja bank yang rendah 38.5

Lanjutan Tabel 12.

No Produk/ Jasa Kategori n Alasan Komplain %

2 Telekomunikasi Produk dan jasa 7

Pelayanan petugas yang kurang memuaskan 85.7

Penipuan melalui iklan /promosi 28.6 Saldo hilang tiba-tiba 28.6 Kinerja perusahaan yang tidak profesional 14.3

3 Supermarket Produk dan jasa 5

Penipuan iklan/promosi produk yang dijual 20.0 Keteledoran pegawai 60.0 Produk yang dibeli rusak/kadaluarsa 20.0 Pelayanan yang kurang memuaskan 40.0 Kinerja toko yang rendah 40.0

4 Asurasnsi Jasa 3

Penipuan iklan/atau promosi program asuransi 33.3

Tanggung jawab pihak asuransi yang rendah 66.7

Kesusahan memperoleh akses sesuai dengan kebutuhan 66.7

Pelayanan yang kurang memuaskan 100.0 Penipuan iklan/atau promosi program asuransi 33.3

5 Elektronik Produk 4

Produk tersebut tidak berfungsi secara normal 100.0

Ada kecacatan pada produk tersebut 25.0 Produk yang dibeli cepat rusak 75.0 Pelayanan yang kurang memuaskan 75.0 Respon Perusahaan yang lama 25.0

6

PLN

Jasa 3

Pelayanan petugas yang kurang Memuaskan 66.7

Sering terjadinya pemutusan/pemadaman mendadak 66.7

7 Jasa Pengirman Jasa 3

Pelayanan petugas yang kurang memuaskan 66.7 Mutu keamanan pengiriman yang rendah 33.3 Ketepatan dan Kecepatan pengiriman yang rendah 100.0 Tarif yang terlalu mahal 33.3

8 Otomotif Produk 2

Produk tersebut tidak berfungsi secara normal 50.0

Ada kecacatan pada produk tersebut 50.0 Produk yang dibeli cepat rusak 50.0 Pelayanan yang kurang memuaskan 50.0

9 Periklanan Jasa 1

Iklan tidak dimuat/dipasang

100

10 Perumahan Produk 1

Pelayanan petugas yang kurang memuaskan 100.0

Sertifikasi rumah yang tidak jelas 100.0 Mutu bangunan tidak sesuai dengan yang diharapkan 100.0

Tanggung jawab pegawai yang rendah 100.0

11 Transportasi Jasa 1 Pelayanan petugas yang kurang memuaskan 20.0

Transaksi (akses) 20.0

Lanjutan Tabel 12.

No Produk/ Jasa Kategori n Alasan Komplain %

12 Makanan Produk 1

Produk makanan yang dibeli telah kadaluarsa 20.0

Kemasan Produk yang membahayakan 20.0 Karena sudah lama berlanggana Kompas 20.0

Jasa Perbankan

Pada jasa perbankan permasalahan yang diadukan oleh contoh adalah

seputar produk dan pelayanan, seperti Kartu ATM, kartu kredit, sistem dan

kinerja, transaksi, serta pelayanan petugas. Pada Tabel 12 dapat dilihat lebih dari

separuh contoh (53.9%) mengeluhkan masalah pelayanan jasa perbankan itu

sangat rendah dan kurang memuaskan. Pelayanan yang kurang memuaskan ini

berupa pelayan petugas yang lambat dan kasar terhadap para nasabah, seperti

sikap kasar saat menagih cicilan kartu kredit, atau sikap acuh tak acuh saat

nasabah melakukan transaksi di bank. Padahal kemampuan dan kesigapan petugas

dalam melayani contoh merupakan hal yang dapat menunjang kepuasan contoh.

Permasalahan selanjutnya yang banyak dikeluhkan oleh contoh adalah

kinerja bank yang rendah, seperti sistem dan transaksi perusahaan yang rendah,

yakni sebesar 38.5 persen contoh. Permasalahan sistem dan transaksi ini seperti

tagihan yang terlambat, kesalahan pendebetan, kesalahan pencetakan tagihan, dan

proses kredit yang lama. Sebesar 30.8 persen contoh mengungkapkan alasan

komplain karena tanggung jawab pegawai bank yang rendah. Rendahnya

tanggung jawab pegawai diantaranya seperti, pegawai tidak dapat menjaga

kerahasiaan data nasabah.

Telekomunikasi

Pada penelitian ini kasus telekomunikasi dibagi menjadi dua. Pertama

adalah kasus mengenai pelayanan atau sistem dan kinerja perusahaan TELKOM,

yang kedua adalah permasalahan sisten dan kinerja sim card atau telepon selular.

Pada Tabel 12 dijelaskan, masalah yang paling banyak dikomplainkan

oleh contoh sebagai pengguna produk dan jasa telekomunikasi adalah pelayanan

petugas yang kurang memuaskan. Sebagian besar contoh (85.7%) mengaku sering

mendapatkan perlakuan kasar dari pada petugas. Selain itu petugas bersikap masa

bodoh dalam melayani contoh. Permasalahan yang kedua adalah banyak penipuan

melalui iklan dan juga promosi yang sering kali menjebak dan merugikan contoh

(28.6%).

Kasus lain yang mendasari contoh mengajukan komplain adalah saldo

telepon selular yang sering hilang secara tiba-tiba, yakni sebesar 28.6 persen.

Disini contoh merasa sangat dirugikan karena saldo telepon selular hilang dan

setelah dilakukan konfirmasi ke pihak perusahaan yang bersangkutan, petugas

tidak mau peduli dan menganggap kasus ini adalah kesalahan contoh itu sendiri.

Selain itu sebesar 14.3 persen contoh mengungkapkan alasan contoh mengajukan

komplain karena kinerja perusahaan yang tidak profesional, yakni sulitnya dalam

proses pemasangan telepon dan internet. Menurut Irawan (2002), perusahaan

telekomunikasi sering mengalami dilema, misalnya dalam pelayanan sambungan

telepon. Oleh karena itu pihak telekomunikasi harus dapat memperbaiki kinerja

sesuai dengan harapan konsumen.

Toko (supermarket)

Pada kasus ini toko (supermarket) dibagi menjadi dua, yaitu toko kecil

(eceran) dan toko yang sudah besar dan memiliki nama. Berdasarkan Tabel 12

dijelaskan alasan contoh melakukan tindakan komplain terhadap produk dan

pelayanan toko (supermarket). Masalah yang paling banyak dikomplainkan oleh

contoh adalah keteledoran pegawai dalam melayani contoh (60.0%).

Berdasarkan pengakuan contoh pada saat diwawancara, contoh tidak

menyukai cara pegawai toko saat melayani contoh, tanggung jawab pegawai yang

rendah, dan pegawai toko sering melakukan kesalahan dalam memberikan harga

barang. Selain itu pegawai juga teledor tidak memeriksa produk yang dijualnya

sehingga merugikan contoh. Permasalahan kedua yang sering dikomplainkan

oleh contoh adalah pelayanan dan kinerja (40.0%). Sebesar 60.0 persen alasan

contoh melakukan tindakan komplain adalah karena pelayanan petugas yang

kurang memuaskan. Para pegawai toko sering berlaku kasar pada saat melayani

contoh, selain itu pegawai toko juga sering bersikap acuh tak acuh pada saat

contoh menanyakan informasi mengenai produk yang dijual.

Alasan lain contoh melakukan tindakan komplain adalah karena produk

yang dibeli sudah kadaluarsa. Selain itu sebesar 20.0 persen contoh mengutarakan

alasan melakukan tindakan komplain karena merasa tertipu dengan iklan atau

promosi yang dilakukan oleh pihak toko (supermarket).

Jasa Asuransi

Banyak masalah yang sering dikomplainkan oleh contoh di bidang jasa

asuransi. Keseluruhan contoh (100.0%) yang menggunakan jasa asuransi

mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pihak asuransi kurang memuaskan

(Tabel 12). Pelayanan yang buruk ini dapat berupa sikap kasar yang dilakukan

oleh pihak asuransi atau sikap masa bodoh dan tidak memperdulikan contoh.

Dalam jasa Asuransi pelayanan merupakan hal yang penting, karena dengan

memberikan pelayanan sebaik-baiknya maka contoh akan semakin puas.

Masalah yang kedua yang banyak dikeluhkan oleh contoh adalah tanggung

jawab pihak asuransi yang rendah, yakni sebesar 66.7 persen. Selanjutnya dengan

proporsi yang sama (66.7%) contoh mengkomplainkan masalah sulitnya

memperoleh akses sesuai dengan kebutuhan contoh, seperti klaim penggantian

ganti rugi yang ditolak sesuai dengan perjanjian serta pergantian ganti rugi yang

sering terlambat. Contoh merasakan kecewa terhadap jasa asuransi yang

digunakan, karena contoh menganggap telah banyak mengeluarkan uang akan

tetapi mengapa tidak mendapatkan akses yang terbaik sesuai dengan yang

diharapkan. Tanggung jawab pihak perusahaan juga merupakan hal yang sangat

perlu diperhatikan.

Produk Elektronik

Produk yang dikomplainkan oleh contoh melalui surat kabar Kompas

adalah televisi, blender, dan telepon yang tidak dapat berfungsi sebagai mana

mestinya. Pada Tabel 12 dijelaskan bahwa seluruh contoh (100.0%) yang

menggunakan produk elektronik ini mengkomplainkan tentang masalah fungsi

produk yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Contoh mengaku barang yang

dibeli tidak sesuai dengan produk yang dipromosikan oleh petugas yang

menjualnya. Selain itu kecacatan produk, produk yang dibeli cepat rusak, dan

service yang tidak memuaskan, juga menjadi alasan contoh melakukan komplain.

Seperempat contoh melakukan komplain karena tidak mendapatkan respon dari

pihak perusahaan. merupakan masalah yang dikeluhkan oleh contoh.

Sebelum contoh melayangkan surat komplainnya ke Kompas, contoh

terlebih dahulu melaporkan komplainnya keperusahaan yang bersangkutan. Akan

tetapi setelah melaporkan komplain, contoh tidak mendapatkan tanggapan/respon

dari perusahaan. Adapun perusahaan yang mendengarkan komplain contoh, tetapi

pihak perusahaan selalu melempar kesalahan yang terjadi ke contoh.

Pelayanan Listrik (PLN)

Pada pelayanan PLN (listrik) hanya terdapat dua alasan yang mendasari

contoh melayangkan komplain melalui surat kabar Kompas. Masalah yang

pertama adalah pelayanan petugas yang kurang memuaskan, yakni sebesar 66.7%.

Contoh yang menggunakan pelayanan listrik ini mengaku para petugas PLN

sering mengecewakan. Permasalahan yang kedua adalah sering terjadinya

pemutusan atau pemadaman listrik secara tiba-tiba, pemutusan kwh meter, serta

penggeseran kabel (66.7%). Beberapa contoh merasa kesal karena terjadinya

pemadaman listrik ini aktivitas menjadi terganggu.

Jasa Pengiriman

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa seluruh contoh (100.0%) komplain

terhadap ketepatan dan kecepatan pengiriman. Disini contoh mengaku paket yang

dikirimkan selalu datang terlambat tidak sesuai dengan ketepatan waktu yang

dicantumkan ketentuan. Alasan kedua yang dikomplaikan contoh adalah

pelayanan petugas (66.7%), petugas pengiriman barang tidak bersikap bijaksana,

karena sering kali petugas melemparkan kesalahan yang terjadi kepada contoh.

Alasan lain yang mendasari contoh menyampaikan komplainnya melalui

surat kabar Kompas adalah mutu keamanan yang rendah (33.3%), serta tarif yang

terlalu mahal. Contoh mengaku paket yang mereka kirimkan seringkali tidak

sampai ketujuan dan tidak ada pemberian ganti rugi. Contoh juga merasa

keberatan dengan tarif yang terlalu memberatkan apalagi tidak sesuai dengan

pelayanan yang diberikan.

Produk Otomotif

Berdasarkan hasil data yang diperoleh hanya dua orang contoh yang

mengeluhkan produk otomotif. Produk otomotif yang dikeluhkan oleh contoh

diantaranya adalah sepada motor dan ban mobil yang keduanya tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Masalah yang dikeluhkan oleh kedua contoh ini

diantaranya adalah produk otomotif yang dibeli tidak dapat berfungsi secara

normal, sehingga contoh merasa dirugikan. Selain itu contoh juga mengeluhkan

adanya kecacatan pada produk, produk yang di cepat rusak, serta service dari

pihak yang kurang memuaskan, seperti sparepath atau suku cadang produk

diganti dengan yang palsu saat melakukan service serta pelayanan yang buruk saat

contoh mengeluhkan masalahnya kepada pihak perusahaan yang bersangkutan.

Pihak perusahaan selalu menggantungkan masalah yang sedang dihadapi

oleh contoh dan bersikap acuh tak acuh serta menyalahkan bahwa kesalahan ini

berasal dari contoh dan bukan dari pihak perusahaan itu sendiri. Selain itu

penanganan komplain dari pihak perusahaan juga sangat lambat dan tidak ada

penyelesaian. Padahal respon atau tanggapan yang cepat dari pihak perusahaan

terhadap komplain contoh akan membuat contoh puas, karena contoh merasa lebih

diperhatikan. Hal inilah yang melatarbelakangi contoh menyampaikan

komplainnya melalui surat kabar Kompas karena penyampaian komplain

langsung ke perusahaan yang bersangkutan tidak mendapatkan itikad yang baik.

Jasa Periklanan

Pada Tabel 12 dapat dilihat contoh yang komplain melalui surat kabar

Kompas menjelaskan alasan contoh komplain seputar jasa periklanan adalah

sistem dan kinerja yang rendah. Contoh menilai pihak jasa periklanan tidak

menjalankan tugasnya dengan baik. Iklan yang sebelumnya telah dijanjikan akan

dipasang oleh pihak jasa periklanan tersebut tidak dipasang. Sehingga membuat

contoh merasakan kekecewaan karena telah dirugikan.

Perumahan

Pada kasus ini contoh yang mengkomplainkan tentang masalah perumahan

hanya satu dari keseluruhan contoh. Adapun alasan yang dikomplaikan oleh

contoh diantaranya adalah pelayanan petugas agen perumahan yang kurang

memuaskan, Petugas yang mengurus perumahan tempat contoh tinggal bersikap

acuh tak acuh tidak memperdulikan masalah yang sedang dialami. Sertifikasi saat

pembelian dan kepengurusan rumah yang tidak jelas dan sangat lambat, mutu

bangunan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh contoh, dan tanggung

jawab yang menangani perumahan sangat rendah.

Jasa Transportasi

Pada kasus ini contoh yang melakukan tindakan komplain melalui surat

kabar Kompas adalah mengenai permasalahan jasa transportasi dibidang jasa

penerbangan. Tabel 12 dijelaskan hanya terdapat dua masalah serius yang

dikomplainkan oleh contoh. Permasalahan tersebut adalah pelayanan petugas

yang kurang memuaskan serta sistem dan kinerja yang rendah. Pada kasus ini

contoh mengaku pihak petugas sering kali bertindak kasar teradap contoh dan

tidak memperhatikan contoh pada saat benar-benar membutuhkan informasi. Hal

lain adalah sistem dan kinerja yang tidak sesuai, pihak jasa transportasi seringkali

tidak menjelaskan jadwal keberangkatan dan kepengurusan VISA, sehingga

contoh harus kehilangan materi kerena harus membeli tiket kembali dan

kehilangan waktu untuk mengurus VISA keberangkatan selanjutnya.

Produk Makanan

Pada produk makanan permasalahan yang mendasari contoh melakukan

tindakan komplain adalah produk makanan yang telah kadaluarsa, kemasan

produk yang membahayakan, serta kualitas produk yang rendah. Contoh

memaparkan bahwa produk makanan yang dibeli telah kadaluarsa. Selain itu

didalam makanan yang dibelinya terdapat logam yang dapat membahayakan

contoh, seperti tertinggalnya kawat pada roti.

Tingkat Kepuasan Prakomplain

Konsumen akan memiliki pengharapan mengenai bagaimana suatu produk

seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar

kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang

sesungguhnya dirasakan konsumen (Sumarwan 2003).

Harapan adalah kunci utama bagi setiap pelaku usaha yang terlibat dalam

kepuasan konsumen. Tanpa mengenal harapan konsumen sebaik-baiknya,

sangatlah sulit bagi pihak perusahaan untuk mampu memberikan kepuasan yang

optimal kepada para konsumen. Konsumen yang memiliki harapan tinggi, akan

jauh lebih sulit untuk dipuaskan begitu juga sebaliknya, konsumen dengan

harapan yang rendah, akan mudah untuk dipuaskan (Irawan 2002).

Pada Tabel 13 menyajikan adanya kesenjangan antara tingkat harapan

contoh dengan tingkat kinerja perusahaan. Harapan contoh menggambarkan apa

yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan. Sedangkan kinerja adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam mengasilkan barang atau jasa

bagi contoh. Berdasarkan hasil yang diperolah rata-rata harapan contoh berada

pada level cukup tinggi, sedangkan kinerja perusahaan berada level rendah. Hal

inilah yang menyebabkan timbulnya kesenjangan antara harapan contoh dengan

kinerja perusahaan.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kepuasan pascapembelian produk/jasa dilihat dari perbandingan harapan dan kinerja serta Analisis GAP

Produk/Jasa Harapan Kinerja Gap Tingkat Kepuasan Bank 3.9 3 -0.9 Tidak Puas Telekomunikasi 4.3 3.2 -1.1 Tidak Puas Toko/Supermarket 3.9 2.6 -1.3 Tidak Puas Asuransi 3.7 3.1 -0.6 Tidak Puas Elektronik 4 2.9 -1.1 Tidak Puas PLN 3.4 3.3 -0.1 Tidak Puas Jasa Pengiriman 3.3 2 -1.3 Tidak Puas Otomotif 3.6 2.9 -0.7 Tidak Puas Jasa Periklanan 5 3 -2.0 Tidak Puas Perumahan 3.8 1 -2.8 Tidak Puas Transportasi 3.6 3.4 -0.2 Tidak Puas Makanan 4.2 3 -1.2 Tidak Puas

Rata-rata 3.9 2.8 -1.1 Tidak Puas Jika dilihat secara keseluruhan kesenjangan nilai harapan contoh yang

cukup tinggi, dapat diambil kesimpulan contoh merasakan ketidakpuasan terhadap

kinerja perusahaan. Selain itu juga dapat dilihat dari Nilai Gap yang semua

bernilai negatif, yaitu (-1.1). Jika nilai Gap bernilai negatif berarti kinerja

perusahaan tidak sesuai dengan harapan contoh, sehingga menyebabkan

ketidakpuasan bagi contoh terhadap produk atau jasa yang digunakan. Makin

besar kesenjangan antara pengharapan dan kemampuan produk yang sebenarnya,

makin besar ketidakpuasan konsumen (Kotler 1993).

Ketidakpuasan yang terjadi bukan hanya karena kinerja produk atau jasa

yang rendah akan tetapi juga dapat disebabkan oleh harapan contoh yang terlalu

tinggi sehingga tidak dapat menerima kinerja produk atau jasa yang jauh dari

standar harapannya (Kotler dan Amstrong 2001).

Perilaku Komplain

Informasi Saluran Komplain

Menurut Suryana (2007), jalur tindakan publik yang dapat ditempuh

konsumen dalam menyuarakan kekecewaan dan ketidakpuasannya adalah melalui

lembaga konsumen atau media massa. Kompas adalah media massa yang mampu

menampung komplain konsumen. Pada surat kabar Kompas ini terdapat sebuah

rubrik, dimana dapat memuat segala komplain yang konsumen tujukan kepada

pihak perusahaan produk ataupun jasa. Rubrik tersebut dinamakan “surat

pembaca”. Pada rubrik “surat pembaca” ini bertujuan untuk menampung diskusi

antara konsumen dan sebagai kontrol sosial dari konsumen itu sendiri.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan mengetahui keberadaan rubrik “surat

pembaca” di Surat Kabar Kompas, jawaban dapat lebih dari satu (n=44)

Sumber n % Surat Kabar 42 95.5 Internet 2 4.5 Teman/Saudara 10 22.7

Hampir keseluruhan contoh (95.5%) mengetahui keberadaan rubrik “surat

pembaca” melalui surat kabar harian Kompas (Tabel 14). Sebanyak 22.7 persen

mengetahuinya melalui teman atau saudara, dan sisanya (4.5%) mengetahui

“Redaksi surat pembaca” melalui layanan internet.

Banyak perusahaan, terutama perusahaan jasa menawarkan saluran yang

memudahkan pelanggannya untuk mengajukan komplain seperti fasilitas free-call

atau biasanya dikenal dengan saluran 0-800 (Irawan 2002). Menurut Kotler &

Andreasen (1995) suatu organisasi yang peka (responsif) akan memberi

kemudahan bagi kliennya untuk mengajukan kritik apabila mereka tidak puas atas

pelayanan diterima. Hal ini menjadi sangat mudah bagi pelanggan untuk

menyampaikan komplainnya. Pemasar dapat mengambil beberapa langkah untuk

memperkecil ketidakpuasan konsumen setelah membeli.

Proses penyampaian komplain sebelum melalui Kompas

Peluang keberhasilan dalam mengajukan komplain merupakan salah satu

faktor tambahan yang menentukan apakah suatu komplain yang dialami

konsumen akan diajukan atau tidak (Engel et al 1995). Sebelum contoh

menyampaikan komplainnya ke surat kabar Kompas, hampir keseluruhan contoh

terlebih dahulu menyampaikan keluhannya langsung keperusahaan. Sebagian

kecil contoh lebih memilih langsung menyampaikan kommplainnya ke surat kabar

Kompas.

Pada Tabel 15 dapat dilihat cara penyampaian komplain yang dilakukan

oleh contoh kepada pihak perusahaan yang bersangkutan. Lebih dari separuh

contoh (69.4%) contoh langsung mendatangi perusahaan tersebut dan

mengutarakan komplainnya. Sebanyak 38.9 persen dilakukan dengan cara

menelpon ke bagian customer service, dan sebagian kecil contoh (5.56%)

menyampaikan komplainnya dengan cara mengirimkan surat dan sisanya dengan

cara mengirimkan faksimili.

Tabel 15 Cara penyampaian komplain kepada perusahaan yang bersangkutan sebelum melalui Kompas, jawaban dapat lebih dari satu (n=44)

Cara Pengaduan Komplain n % Mendatangi Langsung 25 69.4 Menelepon 14 38.9 Mengirimkan Surat 2 5.56 Mengirimkan Faksimili 1 2.78

Usaha yang dilakukan contoh dengan cara menyampaikan langsung

komplain mereka kepada pihak perusahaan ada yang mendapatkan tanggapan dari

pihak perusahaan dan ada pula yang tidak ditanggapai sema sekali. Oleh karena

itu contoh yang tidak mendapatkan tanggapan dari pihak perusahaan, contoh

langsung menyampaikan komplainnya ke surat kabar Kompas melalui rubrik

“Surat Pembaca”.

Tujuan Penyampaian Komplain

Tujuan contoh menyampaikan komplain kepada perusahaan melalui surat

kabar Kompas dapat dilihat pada Tabel 16. Sebagian besar contoh (75.0%)

mengaku, tujuan menyampaikan komplain adalah untuk memberikan masukan

atau perbaikan kepada pihak perusahaan. Lebih dari separuh contoh (70.5%)

mengaku, untuk memperoleh respon karena tidak adanya tanggapan dari pihak

perusahaan. Pada kasus ini contoh menjelaskan bahwa tindakan komplain yang

mereka lakukan karena pihak perusahaan yang tidak pernah mau mendengar

komplain mereka dan selalu bersikap acuh tak acuh.

Hal lain yang mendasari contoh melakukan komplain adalah untuk

menginformasikan kepada pihak perusahaan tentang kegagalan pelayanan

komplain (56.8%). Hal ini diduga karena contoh merasa pernah gagal dalam

proses komplain. Diharapkan dengan adanya komplain ini perusahaan dapat

memperbaiki layanan penanganan komplain dan lebih memperhatikan pelayanan

komplain.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan tujuan menyampaikan komplainnya melalui surat kabar Kompas, jawaban dapat lebih dari satu (n=44)

Tujuan n % untuk memperoleh respon karena tidak adanya tanggapan dari perusahaan 31 70.5

untuk menginformasikan kegagalan pelayanan/kinerja dari perusahaan 25 56.8

untuk mendapatkan ganti rugi berupa produk/jasa yang serupa 15 34.1

untuk membagi pengalaman dengan orang lain 20 45.5 untuk memperingati orang lain 14 31.8 Untuk memberikan masukan (perbaikan) kepada perusahaan 33 75.0 Ingin mengetahui sistem dan kinerja 5 11.4

Hampir separuh contoh (45.5%) contoh melakukan tindakan komplain

adalah untuk membagi pengalaman dengan orang lain. Tujuan ini dilakukan agar

masyarakat dapat lebih berwaspada terhadap produk/jasa yang yang akan dibeli.

Karena Kompas merupakan surat kabar harian nasional yang dibaca oleh banyak

orang dan tersebar di berbagai daerah.

Tujuan lain contoh menyampaikan komplain adalah untuk memperoleh

ganti rugi (34.1%). Menurut Mowen dan Minor (2002) terdapat alasan utama

konsumen melakukan tindakan komplain adalah untuk menutupi kerugian yang

mereka alami, yakni dengan cara meminta ganti rugi dari pihak perusahaan baik

berupa barang maupun uang. Selain itu konsumen melakukan tindakan komplain

adalah untuk membantu perusahaan agar dapat memperbaiki citra mereka yang

telah turun.

Sebanyak (31.8%) contoh melakukan tindakan komplain adalah untuk

memperingati orang lain. Sedangkan sebanyak (11.4%) contoh melakukan

tindakan komplain adalah bertujuan untuk mengetahui sistem dan kinerja pada

perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan contoh ingin mmengetahui bagaimana

kinerja/sistem perusahaan/toko yang sebenarnya berlangsung.

Selang Waktu Penyampaian Komplain

Contoh memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menangani

keluhan yang telah diajukan dengan harapan terselesainya masalah yang

dikeluhkan. Sebaran contoh berdasarkan selang waktu penyampaian keluhan

melalui Kompas setelah kejadian berlangsung menunjukkan bahwa persentase

terbesar (36.4%) yang mengajukan keluhan melalui Kompas memiliki selang

waktu penyampaian keluhan berkisar 1 s/d 2 minggu (Gambar 6).

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan selang waktu penyampaian keluhan

melalui Kompas setelah kejadian berlangsung

Tanggapan Perusahaan Pascakomplain

Menurut Irawan (2002), terdapat dua kata kunci yang membuat konsumen

merasakan kepuasan pascakomplain yang konsumen lakukan, diantaranya adalah

kecepatan penanganan atas komplain dan penyelesaian komplain. Hal ini yang

dinilai cukup penting untuk mengembalikan kepuasan konsumen atas produk dan

pelayanan yang buruk dari perusahaan.

Lama Memperoleh Tanggapan

Waktu merupakan faktor penting dan sangat menentukan dalam

penyelesaian komplain (Irawan 2002). Pengalaman yang terkait dengan pelayanan

komplain dapat terlihat dari lama memperoleh penanganan komplain. Setelah

contoh menyempaikan komplainnya melalui surat kabar Kompas dan diterbitkan

pada rubrik “Surat pembaca”, ada yang langsung mendapatkan respon atau

tanggapan dari pihak perusahaan bersangkutan adapula yang tidak langsung

mendapatkan tanggapan. Hampir seluruh contoh (95.5%) yang menyampaikan

komplainnya melalui surat kabar Kompas, pada saat surat komplain diterbitkan

pada saat itu pula contoh langsung mendapatkan tanggapan dari pihak perusahaan

yang bersangkutan. Sebaran contoh berdasarkan lama tanggapan perusahaan pasca

penyampaian komplain dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan lama tanggapan perusahaan pasca penyampaian komplain melalui surat kabar Kompas

Waktu n % < 1 bulan 42 95.5 1 s/d 3 bulan 2 4.5

Total 44 100

Tanggapan yang dilakukan oleh pihak perusahaan, seperti menelepon

contoh, mendatangi contoh langsung ke rumah, dan adapun pihak perusahaan

menyuruh contoh untuk datang keperusahaan mereka untuk konfirmasi mengenai

masalah yang dihadapinya seputar produk atau jasa. Sebagian kecil contoh

(4.5%) contoh mengaku tidak langsung mendapatkan tanggapan dari pihak

perusahaan, contoh harus menunggu satu hingga tiga bulan baru mendapat

tanggapan dari pihak perusahaan.

Jenis Respon Perusahaan

Pada Tabel 18 dapat dilihat sebagian besar contoh (86.4%) mengaku

respon yang dilakukan oleh pihak perusahaan mayoritas adalah permintaan maaf

atas kegagalan produk atau jasa yang diproduksinya serta lamanya merespon

komplain contoh. Hal kedua yang dilakukan oleh perusahaan adalah pemberian

ganti rugi kepada contoh baik berupa produk dan jasa ataupun berupa uang senilai

kerugian yang contoh alami. Ada pula ucapan terima kasih yang dilakukan oleh

perusahaan atas pengajuan komplain yang mereka lakukan. Kurang dari separuh

contoh (22.7%) menjelaskan bahwa selain tindakan permintaan maaf, ucapan

terima kasih, dan pemberian ganti rugi beberapa perusahaan ada yang

memberikan cindera mata kepada contoh ataupun memberikan kupon belanja

gratis. Hal buruk yang dialami contoh adalah sikap masa bodoh yang dilakukan

oleh pihak perusahaan meskipun contoh telah melayangkan surat komplainnya

melalui surat kabar Kompas.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis respon perusahaan, jawaban dapat

lebih dari satu (n=44) Respon n %

Perimintaan maaf dari pihak perusahaan yang bersangkutan 38 86.4 Ucapan terimakasih dari pihak perusahaan Atas Pengaduan 8 18.2 Pemberian ganti rugi berupa produk/jasa dan uang 18 63.7 pemberian cinderamata dan kupon gratis 10 22.7

Proses Tindakan Perusahaan Pascakomplain

Berdasarkan Tabel 19, lebih dari separuh contoh (65.9%), mangaku

kecepatan tanggapan atau respon perusahaan sangat buruk. Irawan (2002)

menjelaskan, perusahaan–perusahaan yang tidak mengerti mengenai service

recovery atau tidak memiliki strategi penanganan komplain dan penyelesaian

komplain cenderung akan bereaksi lambat dan rektif. Selain itu penanganan kasus

yang dikomplainkan oleh konsumen juga akan lambat pula. Hal ini dapat

dikarenakan sikap lambat dari perusahaan dalam merespon komplain. Kurang dari

separuh contoh (34.1%) mengaku kecepatan tanggapan atau respon perusahaan

terhadap komplain yang dilayangkan sudah baik.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan penilaian terhadap proses tindakan

perusahaan pascakomplain

Proses Tindakan perusahaan Penilaian

n % Buruk Baik n % n %

Kecepatan tanggapan/respon perusahaan 29 65.9 15 34.1 44 100 Tindak lanjut pascakomplain 22 50.0 22.0 50.0 44 100 Ketuntasan penanganan komplain 20 45.5 24 55.5 44 100

Separuh contoh (50.0%) mengaku, tindak lanjut perusahaan

pascakomplain masih sangat buruk. Pihak perusahaan tidak langsung

menindaklanjuti komplain yang diajukan. Meskipun telah memberikan tanggapan

perusahaan masih bersikap acuh tak acuh seolah-olah kesalahan ini terjadi bukan

dari pihak perusahaan, tetapi dari pihak contoh itu sendiri. Menurut Irawan

(2002), didalam penyelesaian komplain kunci utama untuk meningkatkan kembali

kepuasan konsumen terhadap perusahaan adalah kecepatan penanganan komplain

konsumen.

Lebih dari separuh contoh (55.5%) mengaku, ketuntasan penanganan

komplain yang dilakukan pihak perusahaan sudah baik. Meskipun kecepatan

tanggapan dan penanganan komplain masih lambat, akan tetapi penyelesaian

kasus ini dapat dilakukan dengan baik. Hampir separuh contoh (45.5%) mengaku,

Ketuntasan panganan komplain masih buruk. Pihak perusahaan tidak dapat

menyelesaikan permasalahan ini dengan baik.

Tingkat Kepuasan PascaKomplain

Pengukuran kepuasan konsumen sangat bermanfaat bagi pihak perusahaan

dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini baik dalam produk dan jasa

yang dihasilkan ataupun dari sisi penanganan komplain apakah telah sesuai

dengan yang diharapkan konsumen.

Istilah kepuasan bagi konsumen yang komplain terjadi manakala konsumen

mendapat tanggapan dan upaya perbaikan dari pihak perusahaan produk/jasa

tersebut. Tanggapan dan perbaikan yang diberikan pun harus sesuai dengan yang

diharapkan oleh konsumen sehingga kata kepuasan dapat mengambarkan perasaan

konsumen.

Menurut Irawan (2002), konsumen yang komplain dan telah diberikan

penyelesaian oleh pihak perusahaan sangatlah mungkin tingkat kepuasannya lebih

tinggi dibandingkan dengan konsumen yang tidak melakukan komplain. Apabila

konsumen tersebut masih merasakan ketidakpuasan, besar kemungkinan

penyelesaian komplain yang dilakukan oleh pihak perusahaan tidak efektif,

kurang cepat dan tidak tuntas dalam membantu menyelesaikan masalah

konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat enam atribut penanganan komplain

yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Pada Tabel 20 menunjukkan kepuasan

contoh terhadap penanganan komplain sangat beragam. Dilihat dari atribut

kecepatan respon atau tanggapan perusahaan dengan nilai skor sebesar 3.1,

diketahui bahwa contoh merasa tidak puas. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh

contoh ini dapat disebabkan karena lambatnya tanggapan perusahaan terhadap

komplain yang diajukan.

Pada atribut kecepatan penanganan komplain dapat dilihat bahwa contoh

merasa tidak puas, hal ini dilihat dari nilai skor yang diperoleh yaitu sebesar 3.2.

Ketidakpuasan yang dirasakan oleh contoh ini dapat disebabkan karena

perusahaan yang bertindak lambat dalam menangani kasus komplain contoh. Di

dalam kasus ini contoh harus menunggu lama penanganan dari perusahaan, hingga

akhirnya contoh memperoleh ganti rugi sesuai dengan yang diharapkan. Irawan

(2002) menyatakan, konsumen akan merasakan kepuasan setelah mengajukan

komplain apabila pihak perusahaan dapat menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi dengan baik.

Pada atribut ketuntasan penanganan komplain diketahui contoh

merasakan ketidakpuasan, hal ini dilihat dari nilai skor yang diperoleh yaitu

sebesar 3.3. Ktidakpuasan yang dirasakan oleh contoh ini dapat disebabkan

karena pihak perusahaan tidak dapat menyelesaikan komplain yang diajukan oleh

contoh. Contoh menjelaskan bahwa perusahaan tidak dapat memberikan apa yang

diinginkan oleh contoh, seperti pemberian ganti rugi sesuai dengan kurugian yang

dialami. Menurut Irawan (2002) dua kunci utama yang membuat konsumen

merasa puas pascakomplain yang diajukan, yaitu kecepatan penanganan komplain

dan ketuntasan penanganan komplain.

Pada atribut pemberian ganti rugi, hampir separuh contoh (45.5%)

merasakan kepuasan. Jika dilihat dari total skor yakni sebesar 3.2 contoh merasa

tidak puas terhadap pemberian ganti rugi. Ketidakpuasan yang dirasakan contoh

ini dapat disebabkan karena ganti rugi yang diberikan oleh perusahaan tidak

sesuai dengan keinginan contoh. Menurut mowen dan Minor (2002), tujuan

konsumen komplain adalah untuk menukarkan kembali produk atau jasa yang

bermasalah dengan produk dan jasa yang baru, atau berusaha memperoleh uang

mereka kembali.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepuasan terhadap penanganan komplain perusahaan

penanganan komplain

Tingkat kepuasan Skor ketSTP TP B P SP

n % n % n % n % n % Kecepatan tanggapan 7 15.9 10 22.7 12 22.3 12 22.3 3 6.8 3.1 TP

Kecepatan penanganan komplain

6 13.6 4 9.1 12 27.3 20 45.5 2 4.6 3.2 TP

Ketuntasan penanganan komplain

4 9.1 7 15.9 9 20.5 22 50 2 4.6 3.3 TP

Pemberian ganti rugi 4 9.1 5 11.4 14 31.8 20 45.5 1 2.3 3.2 TP

Permohonan maaf 3 6.8 3 6.8 6 13.6 31 70.5 1 2.3 3.6 P

Pemberian service/pelayanan gratis

4 9.1 4 9.1 21 47.7 14 31.8 1 2.3 2.8 TP

Keterangan : STP = Sangat tidak puas, TP = Tidak puas, CP = Cukup puas, P = Puas dan SP = Sangat puas

Jika dilihat dari nilai skor kepuasan hanya atribut permohonan maaf

contoh merasakan kepuasan, yaitu sebesar 3.6. Menurut Irawan (2002), kata-kata

dalam menagani komplain konsumen itu sangatlah dibutuhkan, seperti kata “maaf

dan terima kasih“. Kata maaf sangat penting karena sebagai pihak yang salah

wajib meminta maaf atas kesalahan atau kegagalan dalam memproduksi produk

atau jasa yang tidak sesuai dengan harapan konsumen. Pada umumnya, setelah

kata maaf ini, emosi konsumen pasti akan reda. Hanya konsumen yang sungguh-

sungguh marah dan mempunyai problem yang kemarahannya tidak mereda

setelah mendengan kata maaf.

Hampir separuh contoh (47.7%) merasa cukup puas terhadap pemberian

service atau pelayanan gratis. Perasaan cukup puas yang dirasakan contoh ini

dapat disebabkan karena contoh telah merasakan kekecawaan terhadap pelayanan

yang diberikan, selain itu contoh masih mengalami trauma atas pelayanan buruk

yang dialaminya sehingga sangat sulit untuk menerima kembali segala bentuk

pelayanan atau service perusahaan meskipun pihak perusahaan telah memberikan

yang terbaik.

Jika dilihat dari nilai skor yang hanya sebesar 2.8 dapat diartikan bahwa

contoh merasakan ketidakpuasan. Ketidakpuasan yang dirasakan oleh contoh ini

dapat disebabkan karena pelayanan/service yang diberikan oleh pihak perusahaan

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Secara keseluruhan jika dilihat dari skor tingkat kepuasan hampir seluruh

contoh merasakan ketidakpuasan terhadap penganan komplain yang dilakukan

oleh pihak perusahaan. Ketidakpuasan yang dirasakan contoh terhadap tanggapan

perusahaan ini dapat disebabkan oleh pihak perusahaan yang kurang tanggap

terhadap permasalahan contoh dan kurang efektif dan optimalnya penanganan

komplain yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Analisis Hubungan dan Faktor Pengaruh

Hubungan karakteristik dengan perilaku komplain

Pada Tabel 21 dapat diketahui contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih

cenderung melakukan tindakan komplain dibandingkan dengan contoh

perempuan. Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman jenis kelamin contoh

memiliki hubungan yang signifikan dengan tindakan komplain (p<0.05).

Contoh yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak melakukan tindakan

komplain diduga karena pria cenderung lebih teliti terhadap produk atau jasa yang

digunakan terutama bagi produk yang benar-benar dianggap penting dan memiliki

nilai materi yang tinggi.

Tabel 21 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan tindakan komplain yang dilakukan

Jenis Kelamin Tindakan Komplain Total

Sering Tidak sering n % n % n %

Laki-laki 23 74,2 8 25.8 31 100.0 Perempuan 13 100.0 0 0.0 13 100.0

p-value (0.44)

Tingkat Pendidikan

Tindakan Komplain Total

Sering Tidak sering n % n % n %

rendah (SD-SMP) 0 0.0 0 0.0 0 0 Sedang (SMA) 9 90.0 1 10.0 10 100.0 Tinggi (D3-S3) 27 79.4 1 20.6 34 100.0

p-value (0.46)

Tingkat Pendidikan

Tindakan Komplain Total Sering Tidak sering

n % n % n % PNS 5 83.3 1 16.7 6 100.0 Pegawai Swasta 12 92.3 1 7.7 13 100.0 TNI/POLRI 1 100.0 0 0.0 1 100.0 Wiraswasta 10 71.4 4 28.6 14 100.0 Pensiunan 1 50.0 1 50.0 2 100.0 IRT 7 100.0 0 0.0 7 100.0 Lainnya 0 0.0 1 100.0 1 100.0

p-value (0.92)

Pendapatan Keluarga

Tindakan Komplain Total Sering Tidak sering

n % n % n % ≤ 7.515.431 25 78.1 7 21.9 32 100.0 > 7.515.431 11 91.7 1 8.3 12 100.0

P-value (0.31)

Hasil Tabel 21, menunjukkan contoh yang memiliki pendidikan tinggi

lebih sering melakukan komplain dibandingkan dengan contoh yang

berpendidikan rendah. Pada pendidikan contoh berdasarkan hasil uji Korelasi

Spearman menunjukkan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tindakan

komplain (p<0.05).

Pada Tabel 21, dijelaskan bahwa contoh yang bekerja sebagai Pegawai

swasta lebih sering melakukan komplain. Selain itu contoh yang bekerja sebagai

wiraswasta juga sering melakukan tindakan komplain. Berdasarkan hasil uji

Korelasi Spearman, diketahui bahwa pekerjaan contoh tidak memiliki hubungan

yang nyata dengan tindakan komplain (p<0.05). Sama halnya dengan pendapatan

contoh tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tindakan komplain yang

dilakukan (p<0.05).

Menurut Kotler (1993), pilihan terhadap suatu produk akan sangat

dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari

pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya (termasuk persentase

yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap

mengeluarkan lawan menabung. Pada Tabel 21 dapat dilihat contoh yang

pendapatan keluarga lebih dari Rp 7.515.431 lebih cenderung melakukan tindakan

komplain dibanding dengan contoh yang memilki pendapatan keluarga di bawah

Rp 7.515.431 Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman tidak terdapat hubungan

yang nyata antara pendapatan keluarga dengan tindakan komplain (p<0.05).

Hubungan Proses Tindakan Perusahaan Pascakomplain dengan tingkat kepuasan

Menurut Irawan (2002), dalam kasus penanganan komplain konsumen hal

yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana pihak perusahaan menanggapi

keluhan yang disampaikan konsumen. Karena dengan memberikan respon atau

tanggapan konsumen merasa sangat dihargai dan dianggap penting. Berdasarkan

hasil uji Korelasi Spearman terdapat hubungan nyata yang positif dengan

tanggapan perusahaan dengan tingkat kepuasan contoh (p<0.005 ). Hal ini berarti

semakin baik contoh memberikan tanggapan terhadap komplain contoh, maka

tingkat kepuasan contoh akan semakin baik pula.

Tindakan perusahaan yang baik akan mempengaruhi tingkat kepuasan

contoh. Tindakan perusahaan dapat berupa kecepatan respon/tanggapan, tindak

lanjut pascakomplain, dan ketuntasan penanganan komplain. Menurut Irawan

(2002), terdapat dua kunci utama yang dapat membuat konsumen merasakan

kepuasan pasca komplain, yakni kecepatan penanganan komplain dan ketuntasan

penanganan komplain. Apabila perusahaan cepat memberikan respon/tanggapan,

contoh akan merasa sangat dihargai karena komplainnya didengar.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan proses tindakan perusahaan pascakomplain dengan tingkat kepuasan

Tindakan Perusahaan

Kepuasan n % Tidak puas Puas

n % n % Buruk 24 54.5 0 0.0 24 54.5 Baik 2 4.5 18 40.9 20 45.5

Total 26 59.1 18 40.9 44 100.0 p-value=0.000

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Irawan (2002)

yang menjelaskan, penyelesaian komplain konsumen yang baik dan cepat akan

memulihkan perasaan kesal dan amarah, sehingga dapat meningkatkan kepuasan

konsumen.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Pada penelitian ini dilakukan uji regresi untuk mengetahui faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan contoh pasca tindakan komplain.

Berdasarkan hasil uji regresi linier terdapat faktor yang mempengaruhi kepuasan

contoh. Variabel-variabel yang diteliti antara lain karakteristik contoh (usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), tindakan perusahaan (kecepatan

respon, kecepatan pananganan komplain, katuntasan penanganan komplain, ganti

rugi dan permohonan maaf), dan tingkat kepuasan contoh.

Pada Tabel 23, dapat dilihat variabel yang mempengaruhi tingkat

kepuasan adalah jenis kelamin contoh (p<0.01). Jenis kelamin menjadi dasar

segmentasi pasar yang digunakan berbagai produk atau jasa (Schiffman & Kanuk

1994 dalam Nurjanah 2000). Menurut Loudon dan Bitta (1984), konsumen laki-

laki cenderung memiliki pengharapan yang rendah dan merasa lebih cepat puas

dibandingkan dengan konsumen perempuan. Dalam beberapa kasus setelah

contoh melakukan tindakan komplain biasanya contoh sudah menurunkan harapan

mereka (Irawan 2002).

Berdasarkan hasil uji regresi linier tingkat pendidikan contoh berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan contoh (p<0.01). Menurut Guhardja (1979) diacu dalam

Nurjanah (2000), pendidikan merupakan faktor dari seseorang yang akan

mempengaruhi perilakunya. Sedangkan menurut Khasmir (2006), tingkat

pendidikan akan mempengaruhi pola fikir seseorang dan konsumen yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi akan bersikap lebih kritis.

Tabel 24 Sebaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan contoh

Variabel R-square p-value Karakteristik

0.663

0.68 - Usia - Jenis kelamin 0.06** - Pendidikan 0.06** - Pekerjaan 0.90 - Pendapatan 0.82

Tanggapan Perusahaan

0.00*** - Kecepatan

respon/tanggapan - Tindak lanjut

pascakomplain 0.80

- Ketuntasan pananganan 0.63 - Pemberian ganti rugi 0.37 - Permohonan maaf 0.86

Contoh yang memiliki tingkat pendidikan yang tnggi akan mengetahui

sejauh mana penanganan komplain yang dilakukan oleh perusahaan, apakah sudah

sesuai dengan yang harapkan atau belum. Jika penanganan komplain tidak sesuai

dengan yang diharapkan, contoh tidak akan merasa puas. Selain itu contoh dengan

pendidikan yang tinggi akan mengetahui apakah kerugian yang dialami sudah

terganti atau belum atau bahkan contoh mendapatkan kerugian yang lebih berat.

Pada Tabel 24, dijelaskan kecepatan respon/tanggapan perusahaan

berpengaruh terhadap tingkat kepuasan contoh (p<0.05). Hal ini berarti dengan

adanya respon atau tanggapan dari pihak perusahaan, contoh merasakan kepuasan.

Semakin baik kecepatan respon perusahaan maka tingkat kepuasan contoh akan

semakin meningkat.

Pada variabel karakteristik contoh seperti usia, pekerjaan, serta pendapatan

contoh, tidak memiliki pengaruh uang signifikan terhadap tingkat kepuasan.

Begitu pula pada variabel tanggapan perusahaan seperti, tindak lanjut

pascakomplain, ketuntasan penanganan, pemberian ganti rugi dan permohonan

maaf tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat kepuasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kompas merupakan surat kabar yang dapat dipercaya contoh sebagai

tempat mengadu berbagai keluhannya. Hampir seluruh contoh pernah membaca

surat kabar Kompas, dan mengetahui rubrik “surat pembaca” sebagai tempat

penyampaian keluhan. Lebih dari separuh contoh adalah berlangganan Kompas

setiap harinya. Adapun alasan contoh memilih Kompas sebagai tempat

penyampaian komplain yaitu, karena Kompas merupakan surat kabar Nasional,

media yang tepat untuk menyampaikan komplain, dan merupakan cara terakhir

untuk memperoleh tanggapan dari pihak perusahaan.

Berdasarkah hasil dan pembahasan dapat disimpulkan lebih dari separuh

contoh yang melakukan tindakan komplain adalah laki-laki, sedangkan sisanya

(29.5%) adalah perempuan. Lebih dari separuh contoh (61.4%) berusia (20-40

tahun) dan termasuk kedalam kelompok dewasa awal dan statusnya telah

menikah. Tingkat pendidikan contoh termasuk kedalam kategori pendidikan

tinggi, yaitu telah lulus SMA, S1, S2, serta S3. Pendapatan keluarga contoh yang

melakukan tindakan komplain ini berkisar Rp 1.500.000–30.000.000. Asal

wilayah tempat tinggal contoh adalah di wilayah Jabodetabek.

Produk dan jasa yang dikomplainkan oleh contoh diantaranya jasa

perbankan, jasa asuransi, telekomunikasi, toko (supermarket), produk elektronik,

produk otomotif, jasa pengiriman, PLN (pelayanan listrik), jasa periklanan,

transportasi, perumahan, dan makanan. Kasus yang paling banyak dikomplainkan

contoh adalah pada jasa perbankan, diikuti telekomunikasi, dan toko

(supermarket). Adapun masalah yang dikomplainkan adalah seputar kualitas

produk, kualitas pelayanan, serta kualitas sistem dan kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan, jika dilihat dari skor tingkat

kepuasan hampir seluruh contoh merasakan ketidakpuasan terhadap penganan

komplain yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Ketidakpuasan yang dirasakan

contoh terhadap tanggapan perusahaan ini disebabkan karena kecepatan respon

(tanggapan) rendah, kecepatan penanganan dan ketuntasan dalam menangani

kasus yang rendah, serta tidaknya adanya ganti rugi yang diberikan berusahaan

sesuai dengan kerugian yang contoh alami. Selain itu dapat disebabkan oleh pihak

perusahaan yang kurang tanggap terhadap permasalahan contoh dan kurang

efektif dan optimalnya penanganan komplain yang dilakukan oleh pihak

perusahaan.

Contoh yang merasakan kepuasan dikarenakan respon perusahaan yang

cepat serta penanganan dan ketuntasan masalah diselesaikan dengan baik. Selain

itu contoh telah memperoleh ganti rugi sesuai dengan yang mereka harapkan.

Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman terdapat hubungan nyata yang

negatif antara jenis kelamin dengan tindakan komplain (p<0.05). Sedangkan pada

tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan tidak terdapat hubungan dengan

tindakan komplain. Terdapat hubungan nyata positif tanggapan perusahaan dan

tingkat kepuasan contoh pascatindakan komplain (p<0.05).

Bedasarkan hasil uji regresi diketahui jenis kelamin dan pendidikan

memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat kepuasan contoh (p<0.01).

Sedangkan usia, pekerjaan dan pendapatan tidak memiliki pengaruh yang nyata.

Berdasarkan hasil Uji regresi linier, tingkat kepuasan pascakomplain dipengaruhi

oleh tanggapan perusahaan (p<0.05). Tanggapan perusahaan tersebut berupa

kecepatan pihak perusahaan memberikan respon terhadap komplain contoh.

Sedangkan kecepatan penanganan, ketuntasan, ganti rugi dan permohonan maaf

tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat kepuasan contoh.

Saran

Saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan,

surat kabar Kompas, maupun bagi konsumen itu sendiri. Bagi pihak perusahaan

sebaiknya lebih tanggap dalam merespon keluhan-keluhan sehubungan dengan

produk atau jasa yang diproduksi. Perusahaan harus lebih memperhatikan

konsumen dalam membantu masalah-masalah yang dihadapi. Dengan

penyelesaian serta itikad yang baik dari pihak perusahaan semarah konsumen

terhadap perusahaan akan merasa sangat puas karena merasa sangat dihargai dan

diperhatikan.

Bagi pihak Kompas sebaiknya dapat meningkatkan kualitas sistem dan

kinerja dalam menerima dan melayani keluhan konsumen. Sedangkan bagi

konsumen itu sendiri, sebaikanya lebih teliti dalam memilih dan menggunakan

produk atau jasa.

DAFTAR PUSTAKA

Anynomous. 2008. Kompas (surat kabar). [terhubung berkala]. http://www.wikipedia.org/wiki/Kompas [2 Februari 2008].pukul 09.30 WIB.

Dhamayanti, V.R. 2002. Analisis Perilaku Komplain Konsumen Melalui Media

Massa. (Kompas, Periode Januari – Desember 2002). Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Fertanian, IPB, Bogor.

Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar. Gramedia

Puastaka Utama, Jakarta. Engel, J.F, R.D.Blackweel, & P.W.Miniard. 1994. Perilaku Konsumen jilid 1.

F.X. Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. ____________________________________. 1995. Perilaku Konsumen jilid 2.

F.X. Budijanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Irawan, H. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan : Paradigma Baru Merebut Hati

Pelanggan untuk Memenangkan Persaingan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Julianti, E. D. 2002. Karakteristik Sosial Ekonomi Wanita Pusat Kebugaran Kota

Bogor dan Evaluasi Manfaat Yang Dirasakan. Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Kasmir. 2006. Etika Customer Service. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kotler P. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi,

dan Pengendalian edisi 7. Adi Zakariah Afif, penerjemah. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

_______, Andreasen AR. 1995. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba

Edisi 3. Ova Emilia, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_______ & Amstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Damos Sihombing,

penerjemah. Jakarta: Erlangga. Loudo DL, Bitta AJ. 1984. Consumer Behaviour: Concepts and 2nd Ed. America:

McGraw-Hill. Lupiyoadi, R. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:Salemba Empat.

Nurjanah, E. 2000. Analisis Karakteristik Konsumen dan Pola Konsumsi Sereal Sarapan. Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Fertanian, IPB, Bogor.

Pieris, J & W.S. Widiarty. 2007. Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen.

Jakarta: Pelangi Cendekia. Rahmatika, Y. 2004. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap

Kulalitas Pelayanan (STU Kasus : Rumah Sakit Pusat Pertamina). Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Manajemen Dan Ekonomi. Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction : Teknik Mengukur dan

Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Plus Analisa Kasus PLN-JP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Safaat, A. 2007. Analisis Dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Mahasiswa

Terhadap Penyelenggaraan Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Skripsi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Shidarta. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia. Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Edisi Kedua. PT.

Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. Sitio, R.P. 2005. Pengaruh Mutu Pelayanan Rawat Jalan Terhadap Kepuasan

Pasien rumah Sakit Karya Bhakti Bogor. Skripsi sarjana Fakultas Ekonomin Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.  Sumarwan, U. 2006. Peran Ilmu Konsumen : Dalam Peningkatan Kesejahteraan

Melalui Pemenuhan Hak Atas Informasi. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Perilaku Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. IPB. Bogor.

Suryana, A. 2007. Customer Sevice : Kiat Melayani Pelanggan Bebas Keluhan.

Jakarta: Khilma Pustaka. Tjiptono, F. 2000. Manajemen jasa. Jakarta : Andi. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

YLKI. 1985. Panca Hak Konsumen. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.