skripsi analisis tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen...

82
SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL Oleh WIDHI WIDAGDO F24103081 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: buikien

Post on 10-Jun-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

Oleh

WIDHI WIDAGDO

F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikan atribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO

F24103081

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Widhi Widagdo. F24103081. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel. Dibawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, MS. 2007.

ABSTRAK

Beras berlabel adalah beras non curah yang dalam kemasannya mencantumkan informasi mengenai produk pada konsumen. Jenis beras yang paling mudah ditemui di pasaran adalah Pandan Wangi, Setra Ramos, Rojolele, dan Cianjur. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut mutu beras berlabel yang dianggap penting, serta mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel di wilayah Bogor. Atribut mutu yang dianalisis adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi, harga, merek, ketersediaan, dan sertifikat jaminan keaslian varietas. Sementara itu, perilaku yang dianalisis adalah tempat pembelian, ukuran kemasan, jenis beras, harga beras, dan merek.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Bogor. Sampel diambil dari pengunjung pasar swalayan di wilayah kota Bogor sebanyak 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November sampai dengan Desember 2006, dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner oleh lima orang enumerator, termasuk peneliti..

Prioritas perbaikan atribut Beras Berlabel dianalisis dengan diagram cartesius. Atribut yang dinilai penting oleh konsumen adalah rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan sertifikat keaslian varietas. Prioritas utama perbaikan atribut mutu Beras Berlabel adalah harga dan sertifikat keaslian varietas, sedangkan atribut mutu yang harus dipertahankan adalah ketersediaan, kontaminasi serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan. Atribut mutu yang termasuk prioritas rendah untuk perbaikan yaitu bahan kemasan, informasi, dekorasi, dan merek.

Perilaku konsumen dalam pemilihan tempat pembelian beras berlabel adalah, supermarket (43%), minimarket (17%), hypermarket (13%). Ukuran kemasan yang paling banyak dipilih adalah : kemasan 10kg (35%), 5kg (33%), dan 25kg (15%). Jenis beras yang paling banyak dipilih adalah : Pandan Wangi (40%), Setra Ramos (25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%). Harga beras per kilogram yang banyak menjadi pilihan adalah : Rp 9000-11000 (43%), Rp 11000-13000 (30%), dan >Rp 13000 (17%). Sedangkan merek yang banyak menjadi pilihan adalah : Ayam Jago (15%), Desa Cianjur (14%), dan Si Pulen (11%).

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP ATRIBUT MUTU BERAS BERLABEL SERTA PERILAKU

KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BERAS BERLABEL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

WIDHI WIDAGDO

F24103081

Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1986

Tanggal lulus : Mei 2007

Menyetujui,

Bogor, Mei 2007

Ir. Darwin Kadarisman, MS

Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

i

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala petunjuk, pertolongan dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tetap terlimpah kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya hingga hari kiamat.

Skripsi yang berjudul ”Analisis Tingkat Kepentingan dan Kepuasan

Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku Konsumen

Dalam Pembelian Beras Berlabel” merupakan tugas akhir yang dibuat untuk

menyelesaikan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor.

Tidak lupa juga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS , selaku dosen pembimbing yang yang

telah memberikan arahan, bimbingan, dan segala bantuan kepada penulis

selama perkuliahan, penelitian maupun penyusunan tugas akhir.

2. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc dan Dr. Ir. Nugraha Edhi S., DEA selaku

dosen penguji yang telah menyumbangkan kritik dan saran yang membangun

dalan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak, Ibu, dan Adik-adikku semua yang selalu memberi dukungan moral dan

do’anya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Pihak Swalayan tempat penulis melaksanakan penelitian: Matahari Market

Place, Yogya Departemen Store, Ngesti Swalayan, dan Indomaret.

5. Ade Auliya yang selalu setia menemani, memberi semangat dan do’a kepada

penulis.

6. Teman-teman ITP angkatan 40 yang telah membantu baik dalam penelitian

hingga penyusunan tugas akhir ini (Aca, Steph, Rial, Meiko, Tedy, Chusni,

Genta, Irma, Iin, Raja)

7. Teman satu bimbingan : Tono, Evy, Pauline dan Bina.

8. Vitas dan Yaka atas kebersamaannya dan dukungannya selama 3 tahun.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melaksanakan tugas akhir

dan penyusunan skripsi ini.

ii

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian

dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.

Bogor, Mei 2007

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 13 Juli 1986, merupakan anak pertama

dari pasangan Bapak Sigit Triyono dan Ibu

Endang Sri Widyastuti. Penulis dibesarkan di

Pondok Gede, Bekasi. Penulis adalah anak

pertama dari 3 bersaudara. Penulis memulai

pendidikan formalnya di SDN Cipinang Melayu

04 pagi, Jakarta Timur pada tahun 1991-1997.

Pada tahun 1997-2000 penulis melanjutkan

pendidikan di SMPN 109 Jakarta Timur,

kemudian pada tahun 2000-2003 melanjutkan

pendidikan di SMU Labschool Rawamangun, Jakarta Timur.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMU, pada tahun 2003 penulis diterima

sebagai mahasiswa dengan NRP F24103081 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian. Semasa Kuliah di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan

kampus seperti Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XII, BAUR 2005, FGD Formalin,

National Student Paper Competition, dan Olimpiade FATETA. Pada praktikum terpadu

semester 2006 penulis menjabat sebagai Manager QC untuk PT CFB. Selain itu penulis

telah merintih bisnis dibidang jasa boga sejak tahun 2005 dan dibidang komputer pada

tahun 2006.

Penulis melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir dengan di bawah bimbingan

Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS dengan judul skripsi “Analisis Tingkat Kepentingan

dan Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel Serta Perilaku

Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel”.

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................ 2

C. Manfaat Penelitian ............................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

A. Produksi dan Perdagangan Beras di Indoneisa ................ 4

B. Konsep Mutu ........................................................................ 7

C. Mutu Beras ........................................................................... 10

D. Perilaku Konsumen .............................................................. 14

III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 18

A. Tahapan Penelitian .............................................................. 18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 19

C. Penyusunan kuisioner .......................................................... 19

D. Pelaksanaan Survei .............................................................. 21

E. Analisis Data ........................................................................ 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 27

A. Profil Responden .................................................................. 27

B. Importance-Performance Analysis ..................................... 30

C. Perilaku Pembelian Beras Berlabel .................................... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 47

LAMPIRAN ........................................................................................... 49

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Neraca Perdagangan Beras ............................................................. 5

Tabel 2. Standar Mutu Beras Nasional ........................................................ 11

Tabel 3. Daftar Atribut Mutu yang Diteliti .................................................. 19

Tabel 4. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan ..... 22

Tabel 5. Atribut -Atribut Mutu yang Penting............................................... 30

Tabel 6. Distribusi Tingkat Kesesuaian dan Kesenjangan pada

Atribut Mutu Beras Berlabel yang Penting .................................. 34

Tabel 7. Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Berlabel .................. 44

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Atribut mutu interinsik dan eksterinsik yang mempengaruhi

harapan dan persepsi konsumen ................................................. 9

Gambar 2. Model Pedoman Mutu ............................................................... 10

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya...................................... 16

Gambar 4. Bagan Tahapan Penelitian .......................................................... 18

Gambar 5. Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kepuasan

pelanggan ................................................................................... 25

Gambar 6. Grafik sebaran tingkat pendidikan responden ............................ 27

Gambar 7. Grafik sebaran tingkat pengeluaran responden .......................... 28

Gambar 8. Grafik Sebaran Jumlah Anggota Keluarga................................. 29

Gambar 9. Grafik sebaran Lama konsumsi .................................................. 30

Gambar 10. Diagram Cartesius dari Atribut Mutu Beras Berlabel .............. 36

Gambar 11. Grafik sebaran Tempat Pembelian ........................................... 40

Gambar 12. Jumlah pembelian perbulan ...................................................... 40

Gambar 13. Ukuran Kemasan ...................................................................... 41

Gambar 14. Jenis Beras ................................................................................ 42

Gambar 15. Harga Beras Berlabel ............................................................... 42

Gambar 16. Merek Beras Berlabel ............................................................... 43

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ............................................................ 49

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner .................... 53

Lampiran 3. Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Atribut

Beras Berlabel ..................................................................... 54

Lampiran 4. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis

Tingkat Kepentingan ............................................................ 55

Lampiran 5. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis

Tingkat Kepuasan................................................................. 59

Lampiran 6. Sebaran Data Jumlah Responden ........................................ 63

Lampiran 7. Harga Beras Berlabel ........................................................... 64

Lampiran 8. Output SPSS 13 Menggunakan Metode Kolerasi

Spearman ............................................................................. 65

Lampiran 9. Importance Performance Berdasarkan Profil Responden .... 68

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dan beras adalah salah satu hasil

pertanian utamanya. Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, produksi

beras dalam negeri sampai saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan

nasional. Selain disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi, banyaknya

masyarakat yang mengganti makanan pokok mereka dengan beras juga

menyebabkan meningkatnya jumlah konsumsi beras.

Kemajuan di berbagai bidang telah mempengaruhi pola permintaan

pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu makanan pokok.

Tantangan dalam permintaan pangan di masa yang akan datang, diantaranya

adalah : (1) pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan

masyarakat, (2) perubahan struktur demografi, dan (3) globalisasi preferensi

konsumen (Suryana dan Purwoto, 1998)

Jumlah pasokan beras di pasar induk Cipinang tahun 2002-2005

menunjukkan peningkatan. Tahun 2002 jumlah pasokan beras adalah sebesar

643.140 ton sedangkan tahun 2005 jumlah pasokan adalah sebesar 806.167

ton. Dengan asumsi bahwa pasokan setara permintaan, maka volume

perdagangan beras akan terus meningkat di masa mendatang. Industri

dibidang pengolahan beras tumbuh dalam rangka memenuhi permintaan beras

tersebut. Menurut data Ditjen Tanaman Pangan Deptan jumlah kelompok

penggilingan padi di Indonesia saat ini sekitar 104.000 perusahaan yang secara

umum dikelompokkan menjadi perusahaan penggilingan padi sederhana, kecil,

menengah, dan besar. Dari produsen tersebut dihasilkan beberapa jenis produk

beras yang digolongkan berdasarkan jenis, ukuran kemasan, harga, dan mutu.

Dengan teknologi maupun manajemen yang sederhana, beras dari

perusahaan-perusahaan pengolahan padi di Indonesia belum dapat bersaing

baik di pasaran lokal maupun dunia. Kesulitan pemasaran beras dalam negeri

dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : (1) mutu produk relatif rendah;

(2) tingkat efisiensi produksi rendah; dan (3) kepercayaan konsumen terhadap

2

beras dalam negeri yang menurun akibat baku mutu yang tidak jelas dan

terkadang tidak konsisten.

Pasar di Indonesia pada saat ini telah bergeser ke beras bermutu tinggi,

berikut kemasan yang menarik dengan ukuran yang variatif dan cenderung

dalam kemasan kecil (5 kg, 10 kg dan 20 kg) terutama untuk kota besar. Salah

satu masalah yang timbul adalah pada pelabelan. Banyaknya industri

pengolahan beras yang memiliki label sendiri tanpa proses sertifikasi yang

jelas mengakibatkan keaslian beras menjadi dipertanyakan.

Sejalan dengan perkembangan sikap konsumen yang menginginkan

perbaikan mutu beras, produsen perlu terlebih dahulu mengetahui hal-hal yang

mempengaruhi sikap konsumen dan atribut mutu mana saja yang berpengaruh

dalam pembelian beras berlabel. Untuk itu perlu dilakukan survei konsumen

yang berkenaan dengan atribut mutu beras yang paling mempengaruhi sikap

konsumen dalam pembelian beras. Dari hasil survei dapat dipilih penerapan

teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk

meningkatkan mutu beras baik intrinsik maupun ekstrinsik.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis atribut mutu apa saja yang dinilai penting oleh konsumen

untuk beras berlabel

2. Menentukan tingkat kepuasan atribut-atribut mutu beras berlabel yang

dinilai penting

3. Menentukan tingkat kesesuaian dan kesenjangan atribut-atribut mutu beras

berlabel yang dinilai penting

4. Menentukan prioritas perbaikan atribut-atribut mutu beras berlabel

5. Menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel

3

C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai atribut mutu beras berlabel

baik intrinsik maupun ekstrinsik.

2. Memberikan fakta, informasi dan tambahan pengetahuan, terutama

mengenai mutu beras berlabel.

3. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam melancarkan

perdagangan beras berlabel dan membina petani sebagai produsen padi

dan beras.

4. Memberikan masukan kepada produsen dan pedagang beras berlabel

dalam rangka merancang bauran pemasaran beras berlabel.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN BERAS DI INDONESIA

Pada tahun 2006, PDB sektor pertanian tumbuh 3,41%, meningkat

dari tahun sebelumnya yang hanya 2,55%. Subsektor tanaman bahan

makanan tumbuh dari 2,57% pada tahun 2005 menjadi 2,89% di tahun

2006 (Triwulan III) (BPS,2006). Produksi padi sendiri mengalami

peningkatan sebesar 0,46% pada tahun 2006 menjadi 54.402.014 ton GKG

dari tahun sebelumnya sebesar 54.151.097 ton GKG. Peningkatan

produksi padi tersebut menunjukkan bahwa upaya kebijakan pemerintah

meningkatkan produktivitas padi cukup berhasil (Deptan,2006).

Perkembangan pola konsumsi beras penduduk Indonesia pada tahun

2006 sebesar 0,381 kg per kapita per hari atau 139,15 kg perkapita per

tahun. Dengan jumlah penduduk untuk wilayah DKI Jakarta, berdasarkan

data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta (2006),

yang berjumlah 7.519.480 jiwa, maka pangsa pasar beras DKI Jakarta

mencapai 2.865 ton per hari (1.045.700 ton per tahun).

Saat ini kebutuhan tersebut dipenuhi oleh pasokan beras yang masuk

Pasar Induk Cipinang sebanyak 1400–1700 ton per hari, sisanya berasal

dari pasokan beras jalur Tanjung Priok. Jumlah permintaan dan penawaran

beras saat ini relatif seimbang. Kekurangan dan kelebihan yang terjadi

tidak bergerak jauh dari keseimbangan terkait dengan jumlah produksi

beras yang sangat pas dengan kebutuhan. Perkembangan produksi padi

dan neraca perdagangan beras dapat dilihat pada Tabel 1.

5

Tabel 1. Neraca perdagangan beras (Juta US$)

Tahun Ekspor Impor Neraca

1998 2,476 861,7 -859,224

1999 1,883 1327,536 -1325,65

2000 0,785 30,521 -319,736

2001 0,995 135,378 -134,383

2002 1,377 343,425 -342,048

2003 0,271 219,091 -218,82 Sumber: Sutrisno (2005)

Permintaan beras nasional pada tahun 2005 hingga tahun 2009

cenderung bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan

penduduk sebesar rata-rata 1,21% per tahun. Rata-rata peningkatan

konsumsi tersebut sama dengan rata-rata peningkatan produksi beras.

Neraca mengalami defisit yang cenderung meningkat selama 2005-2009

yaitu sebesar 311 ribu ton pada tahun 2005 menjadi 455 ribu ton pada

tahun 2009. Defisit tersebut sangat tipis, yaitu sekitar 0,73-1,17 % atau

rata-rata 0,89 % dari konsumsi (Sutrisno, 2005).

Walaupun produksi beras mengalami peningkatan, tetapi jumlahnya

masih tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu

pemerintah berusaha untuk meningkatkan produksi dengan berbagai cara,

salah satunya melalui Inpres No 3 tahun 2007 tentang kebijakan

perberasan, mengintruksikan untuk mendorong dan memfasilitasi

penggunaan benih unggul bersertifikat dan pupuk berimbang, mengurangi

kehilangan pasca panen, rehabilitasi lahan, kebijakan harga pembelian

pemerintah, menjaga kestabilan harga, dan melaksanakan koordinasi

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kinerja pelaksanaan

kebijaksanaan perberasan ini.

Pemasaran beras telah tersegmentasi berdasarkan demografi

ekonomi, yaitu kelas atas, menengah dan bawah. Setiap segmen memiliki

preferensi dan persyaratan atribut mutu tertentu. Pemasaran setiap segmen

konsumen pun menggunakan saluran pemasaran tertentu. Beras dengan

6

segmen pasar kelas atas umumnya dipasarkan di supermarket/hypermarket.

Beras dengan segmen pasar menengah dapat dipasarkan baik sebagai

kualitas bawah supermarket maupun sebagai kualitas atas pasar tradisional.

Konsumen kelas bawah umumnya mendatangi pasar tradisional yang

menjual beras kualitas bawah dan murah.

Berbeda dengan struktur pasar beras di pasar tradisional,

supermarket memiliki karakteristik pasar oligopoli. Tercatat ada enam

perusahaan besar produsen beras yang bersaing di supermarket antara lain

PT. Buyung Poetra Sembada, PT. Alam Makmur Sembada, PT. Mitra

Surya Mukti, Pertani, PT. Prima Andalan Djaja Internusa, Lautan Mas.

Selain itu terdapat beberapa perusahaan yang lebih kecil yang turut

bersaing antara lain PT. Mitra Meugah Bestari, Mahkota ABC, PD. Lee,

Al Hijaz, PT. Bangun Bumi Nusa, 1001 Jakarta. Pada umumnya

supermarket memiliki tiga hingga delapan perusahaan supplier tetap

produk beras yang menghasilkan beberapa merek produk dengan

spesifikasi varietas dan kualitas tertentu. Sedikitnya perusahaan yang

bersaing disebabkan segmentasi pasar di supermarket dan barrier berupa

persyaratan yang diajukan pengelola supermarket.

Pemasok harus memenuhi persyaratan yang diajukan pihak

pengelola supermarket dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam

kondisi apapun. Mekanisme jual beli menggunakan sistem ”beli-putus”.

Beras yang sudah dibeli dan diterima dengan baik di gudang supermarket

sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak supermarket. Retur berlaku

apabila kerusakan yang terjadi pada beras adalah akibat kelalaian supplier.

Sistem pambayaran merupakan hasil negosiasi antara kedua pihak,

biasanya pihak supermarket meminta jangka waktu pembayaran dan hal

ini merupakan indikator daya saing bagi supplier.

Beras yang dipasarkan di supermarket lebih seragam dibandingkan

beras di pasaran baik dari segi jenis maupun kualitas. Jenis beras yang

paling banyak beredar adalah Pandan Wangi dan Setra Ramos. Beras lain

seperti Cianjur Slyp, Rojolele, IR 64 hanya ada dalam jumlah sedikit.

Mayoritas supermarket hanya menjual beras dengan kualitas super dan

7

kepala (menengah-atas) dan hanya sebagian kecil yang berkualitas biasa.

Hal ini terkait dengan target pelanggan yang belanja di supermarket yaitu

masyarakat menengah-atas.

B. KONSEP MUTU

Mutu telah menjadi bagian penting untuk bersaing dalam pasar

produk pangan. Untuk menghasilkan produk akhir yang baik, mutu harus

dikendalikan di seluruh rantai pangan. Hal ini adalah suatu keharusan,

karena pemahaman konsumen mengenai mutu pangan dan perhatian

terhadap kesehatan serta keamanan pangan memaksa industri pangan dan

agribisnis untuk menggunakan manajemen mutu dalam kegiatannya

memproduksi pangan.

Terdapat beberapa definisi yang berkaitan dengan mutu. Menurut

Juran (1989) diacu dalam Muhandri (2006) mutu didefinisikan

sebagai ”Fitness for Use” (cocok digunakan). Artinya suatu produk harus

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Mutu dapat juga

didefinisikan sebagai ”Conformance to Requirement”. Dengan definisi ini

kegiatan mutu perusahaan dititikberatkan untuk (1) mencoba mengerti

harapan-harapan konsumen, (2) memenuhi harapan-harapan tersebut

sehingga (3) perlu pandangan eksternal mengenai mutu agar penyusunan

sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan

(Muhandri, 2006). ISO 9000 sendiri mendefinisikan mutu sebagai derajat

dari serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan

atau harapan yang dinyatakan (Muhandri, 2006).

Konsep mutu telah digambarkan dalam berbagai model ilustrasi dari

yang paling sederhana hingga kompleks yang melibatkan faktor yang

mungkin mempengaruhi persepsi dan harapan mutu oleh konsumen.

Menurut Kadarisman (2006), ada 7 konsep mutu yang dikembangkan para

ahli mutu untuk menangkap keinginan konsumen, yaitu (1) Model Zip,

mutu dijelaskan sebagai hubungan antara pemasok yang menyampaikan

produk yang memenuhi harapan spesifik pelanggan; (2) Titik Pandang

Mutu, mutu dibagi menjadi 5 kriteria yaitu :judgmental, Product-

8

based,user-based,value-based,dan manufacturing-based ; (3) Quality of

Design dan Quality of Conformance, mutu dilihat dari tingkat kesesuaian

terhadap rancangan produk dan jasa ; (4) Model Kano, tipe persyaratan

mutu pelanggan dibagi menjadi revealed, expected, dan exciting ; (5)

delapan dimensi mutu Garvin : performance, feature, realibility,

conformance, durability, serviceability, aesthetic, dan perceived quality ;

(6) Servqual, mutu dibagi menjadi lima : reliability, assurance, tangible,

empathy, dan responsiveness; dan (7) Menurut Steenkamp produk pangan

dan pertanian memiliki 2 kelompok atribut mutu : intrinsik dan ekstrinsik.

Luning et al. (2002) mengajukan konsep mutu yang berfokus pada

atribut teknologis dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

mutu produk berdasarkan aspek yang khas dari produk pangan dan

pertanian. Konsep ini mengasumsikan bahwa produk pangan-pertanian

semacam ini tidak memiliki mutu. Produk memiliki fitur fisik yang

berubah menjadi atribut mutu oleh persepsi konsumen.

Dalam hal produk pangan-pertanian, persepsi mutu dipengaruhi oleh

beberapa jenis atribut. Atribut yang berhubungan langsung dengan sifat

fisik produk disebut atribut intrinsik, sedangkan atribut ekstrinsik mengacu

pada karakteristik yang tidak berhubungan langsung dengan sifat fisik

produk. Atribut intrinsik dan ekstrinsik serta faktor pada rantai produksi

yang dapat mempengaruhi atribut ini dapat dilihat pada Gambar 1.

9

Harapan dan persepsi konsumen

Atribut mutu ekstrinsik

A karakterisitik sistem produksiB Aspek lingkunganC Pemasaran

Atribut mutu intrinsik

A Aspek keamanan dan kesehatan produkB sifat sensori dan masa simpanC Kenyamanan dan reliabilitas produk

Sifat fisik bahan mentah dan produk Mis: komposisi Aw, predisposisi genetik

Kondisi penanganan, operasi dan pengolahan pada rantai produksi pangan-pertanian

mis: temperatur, kondisi pengemas

Tuntutan dan larangan legislasi

Gambar 1. Atribut mutu intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi harapan dan persepsi konsumen (Luning et al., 2002)

Menurut Engel et al. (1994) atribut mutu produk adalah karakteristik

dari suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama

pengambilan keputusan. Penilaian terhadap atribut mutu produk dapat

menggambarkan sikap konsumen terhadap suatu produk tersebut sekaligus

mencerminkan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.

Selanjutnya, Tjiptono (1997), mendefinisikan atribut mutu produk sebagai

unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan dijadikan

sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

Selain itu, Steenkamp (1990) juga menyatakan pengalaman

sesungguhnya didasarkan pada perpaduan persepsi atribut mutu dimana

pembedaan antara atribut mutu pengalaman dan kepercayaan dibuat.

Atribut mutu pengalaman adalah atribut yang dapat dilihat oleh konsumen

berdasarkan konsumsi, seperti rasa, aroma, tekstur, dan lain-lain. Atribut

kepercayaan tidak dapat dilihat melalui pengalaman pribadi, seperti tanpa

pengawet, kesehatan atau keramahan lingkungan. Model mutu yang

kompleks ini dapat dilihat pada Gambar 2.

10

Gambar 2. Model Pedoman Mutu (Luning, 2002)

C. Mutu Beras

Beras berasal dari tumbuhan padi. Asal-usulnya masih

diperdebatkan. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi

adalah India Utara bagian timur, Bangladesh Utara dan daerah yang

membatasi negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam, dan Cina bagian

Selatan (Setyono, 2001). Menurut Ismunaji (1988) padi (Oryza sativa)

diklasifikasikan sebagai famili Gramineae. Berdasarkan klasifikasi ini,

tanaman beras dimasukkan dalam sub-famili Festucoideae. Genus Oryzae

memiliki 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza sativa L. di

Asia, dan Oryza glaberrima Steund di Afrika. Proses evolusi dari Oryza

sativa berkembang menjadi tiga ras ecogeographic, yakni Sinica

(Japonica), Indica dan Javanica. Namun yang sekarang ini berkembang di

Indonesia adalah Oryza sativa indica.

Mutu beras yang ada di pasaran sangat bervariasi dan sebutan

namanya beragam tergantung masing-masing daerah. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan cara-cara penggolongannya. Beberapa cara

penggolongan yang banyak diterapkan dan dipraktekkan, adalah : (1)

berdasarkan varietas padi, (2) berdasarkan daerah asalnya, (3) berdasarkan

11

cara pengolahannya, (4) berdasarkan tingkat penyosohannya, dan (5)

berdasarkan gabungan antara varietas padi dan tingkat penyosohannya.

Perbedaan tingkat teknologi pengolahan sangat mempengaruhi mutu

beras yang dihasilkan khususnya dalam komponen mutunya seperti derajat

sosoh, kadar air, beras patah, menir, dan sebagainya. Hal ini akan

berpengaruh banyak terhadap baku dan grading beras. Alat yang

sederhana atau yang lebih modern serta umur alat pengolahan itu sendiri

juga langsung berpengaruh terhadap mutu. Perbedaan alat pengolahan juga

akan membedakan mutu beras yang dihasilkan.

Klasifikasi mutu dilakukan melalui standarisasi yang mengacu pada

SNI No. 01-6128-1999 tentang standar mutu beras. Persyaratan mutu

tersebut meliputi persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Secara lebih teliti

SNI beras dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar mutu beras nasional.

No. Komponen Mutu Mutu

I II III IV V

1 Derajat sosoh (%min) 100 100 100 95 85

2 Kadar air (maks) 14 14 14 14 15

3 Beras kepala (%min) 100 95 84 78 60

4 Butir utuh (%min) 60 50 40 35 35

5 Butir patah (%maks) 0 5 15 25 35

6 Butir menir (%maks) 0 0 1 2 5

7 Butir merah (%maks) 0 0 1 3 3

8 Butir kuning (%maks) 0 0 1 3 5

9 Butir mengapur (%maks) 0 0 1 3 5

10 Benda asing (%maks) 0 0 0.02 0.02 0.2

11 Butir gabah (butir/100gmaks) 0 0 1 1 3

12 Campuran varietas lain

(%maks)

5 5 5 5 10

12

Selanjutnya BULOG melakukan modifikasi pada SNI tersebut, yaitu

pada mutu III, derajat sosoh diturunkan dari 100% menjadi 95%. Pada

mutu IV Butir patah dari 25% menjadi 20%. Hal ini dapat disebabkan

penyesuaian dengan kondisi dan kemampuan sumber daya yang

sebenarnya.

Pemenuhan syarat-syarat dan standar mutu beras di atas

mempertimbangkan dua faktor penting, (1) pertama adalah pertimbangan

yang erat kaitannya dengan penyimpanan. Beras sedapat mungkin

memiliki daya simpan yang tinggi atau lama. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya simpan tersebut, yaitu : derajat sosoh, kadar air dan

kebersihan beras dari dedak atau bekatul; (2) kedua adalah pertimbangan

yang ada hubungannya dengan syarat mutu yang berlaku dalam

perdagangan, seperti : persentase beras patah, menir, kepala, dan

sebagainya.

Pati beras terdiri dari molekul besar rangkaian unit-unit gula. Bila

rantainya lurus disebut amilosa dan bila rantainya bercabang maka disebut

amilopektin. Rasio amilosa-amilopektin dapat menentukan tekstur nasi.

Semakin kecil kadar amilosa, nasi semakin lengket nasinya. Berdasarkan

kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat golongan,

yaitu : (1) beras dengan amilosa tinggi (25-33%); (2) beras dengan amilosa

sedang (20-25%); (3) beras dengan amilosa rendah (9-20%); dan (4) beras

dengan amilosa sangat rendah (2-9%). Kepulenan secara praktis dikaitkan

dengan kelengketan, kelunakan, tidak mengembang waktu dikukus, dan

menyerap sedikit air saat dimasak ( Hubeis, 1985).

Lapisan luar beras banyak berpengaruh terhadap rasa dan aroma,

maka derajat sosoh perlu diperhatikan. Di pasaran dikenal beras slyp yang

berasal dari kata volslyp, artinya beras yang telah disosoh penuh, atau

sebagian besar kulit ari beras (90%) tersosoh. Pada kulit ari terdapat lemak

dan vitamin, sehingga nilai gizinya tinggi, tetapi daya simpannya rendah.

Oleh karena itu derajat sosoh yang ideal ditentukan dengan

memperhitungkan nilai gizi dan umur simpannya.

13

Hama yang sering menimbulkan kerusakan besar pada beras yang

disimpan di gudang adalah Sitophilus sp (kumbang moncong). Serangga

ini merupakan hama primer, yaitu langsung menyerang biji-bijian utuh. Di

Indonesia, Sitophilus zeamais lebih banyak ditemukan daripada Sitophilus

oryzae (Pranata, 1979)

Beberapa atribut mutu yang diuraikan di atas, baik yang tercantum

pada standar beras nasional maupun atribut lain seperti rasa, aroma dan

warna merupakan atribut mutu intrinsik. Selain atribut tersebut, dalam

pemasaran beras ada beberapa atribut mutu ekstrinsik yang telah

berkembang seperti merek, kemasan, label (informasi), sertifikasi keaslian

varietas beras dan sistem budidaya padi.

Merek merupakan nama, istilah, tanda/simbol, desain, warna, dan

kombinasi atribut lain yang diharapkan mampu memberikan identitas dan

diferensiasi terhadap produk pesaing. Tujuan penggunaan merek pada

suatu produk adalah: (1) sebagai identitas untuk mendiferensiasikan atau

membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya; (2) alat

promosi sebagai daya tarik produk; (3) Membangun citra dengan

memberikan keyakinan, jaminan, mutu, serta prestise tertentu kepada

konsumen (Kotler, 2000). Contoh merek beras dengan kualitas baik dan

harga relatif mahal seperti ABC, Si Pulen dan Desa Cianjur. Pusat

persaingan beras di supermarket yaitu beras dengan kualitas baik namun

dengan harga yang lebih murah seperti merek LCO, Anggrek Plicata,

Ayam Jago, Al Hijaz, Topi Koki, Hero, Lautan Mas.

Kemasan pada prinsipnya memberikan kepraktisan atas suatu

produk. Dengan adanya kemasan, produk akan terjaga dari kerusakan pada

saat didistribusikan. Danger (1992) mengemukan enam fungsi kemasan,

yaitu sebagai pelindung isi, memberikan kemudahan dalam

penggunaan,memberikan daya tarik, sebagai identitas produk, kenyamanan,

dan kemudahan distribusi, serta informasi bagi konsumen. Dalam

pemasaran beras, para produsen mengembangkan dekorasi dan kemasan

sebagai daya tarik. Kemasan beras pada zaman dulu hanya karung goni

14

dengan desain seadanya. Kini beras dikemas dalam plastik PP (Poly

Propilen) dengan desain dan warna yang sangat menarik.

Label adalah bagian dari produk yang menyampaikan informasi

mengenai produk dan produsen kepada konsumen. Label juga merupakan

tanda pengenal yang dicantumkan pada produk. Menurut Danger (1992),

pemberian label berhubungan dengan data yang tercakup dalam kemasan.

Menurut PP 69 tahun 1999, keterangan yang ada pada label minimal

mencantumkan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih,

nama dan alamat produsen, dan tanggal, bulan, tahun kadaluwarsa.

D. Perilaku Konsumen

Menurut Undang-Undang tentang perilaku konsumen No. 8 tahun

1999, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia bagi masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan. Dalam penelitian ini, ditetapkan beberapa karakteristik

konsumen yang akan diamati, meliputi tingkat pendidikan, jumlah

pengeluaran, jumlah anggota keluarga, dan rentan waktu mengonsumsi

beras.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat intelegensia.

Semakin tinggi tingkat intelegensia seseorang, semakin luas ilmu

pengetahuan yang dimilikinya sehingga menimbulkan cara berpikir yang

lebih baik. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut,

cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah.

Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik akan sangat

responsif terhadap informasi (Sumarwan, 2003). Keadaan ini sejalan

dengan hasil rangkuman pendapat beberapa ilmuwan oleh Gonzales dalam

Jahi (1988) bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan

dalam mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat

pendidikan lebih tinggi umumnya lebih menyadari kebutuhan akan

informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis informasi dan lebih

terbuka terhadap media massa.

15

Konsumen umumnya tidak merasa nyaman jika harus

mengungkapkan pendapatan yang diterima karena merupakan sesuatu

yang pribadi. Keadaan ini mengakibatkan data pendapatan yang diperoleh

dari konsumen sering kali tidak akurat. Untuk mengatasinya digunakan

pendekatan pengeluaran konsumen. Jumlah pengeluaran rumah tangga

inilah yang dianggap sebagai indikator pendapatan rumah tangga.

Jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola

konsumsi suatu barang dan jasa. Semakin besar jumlah anggota keluarga

berarti kebutuhan akan barang dan jasa juga semakin besar. Jumlah

anggota keluarga menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu

barang dari sebuah rumahtangga (Sumarwan, 2003).

Menurut Engel et al. (1994), kepuasan konsumen merupakan

evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih minimal sama atau

melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila

hasil tidak mampu memenuhi harapan.

Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam

menentukan kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Dalam konteks

kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan pemikiran atau

keyakinaan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya. Menurut Kotler

(2000), harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor,

diantaranya pengalaman berbelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat,

serta informasi dan janji-janji perusahaan.

Engel et al. (1994), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai

suatu tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Sedangkan Schiffman dan

Kanuk yang diacu dalam Sumarwan (2003) mengartikan perilaku

konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,

membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan

jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Umar (2000) perilaku konsumen dibagi menjadi dua

bagian. Perilaku pertama adalah perilaku yang tampak, dengan variabel-

16

variabel antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena siapa,

dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Perilaku

kedua adalah perilaku tidak tampak, variabel-variabelnya antara lain

adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh

konsumen.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Engel

et al, (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor

pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologis.

Hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya (Engel et al.,1994)

Sebagai contoh penelitian pendahuluan oleh Hartari (2005),

diketahui karakteristik konsumen beras organik adalah berpendidikan

SLTA hingga Pascasarjana, memiliki rata-rata pengeluaran Rp 2,5–7,5 juta

per bulan, memiliki anggota keluarga 4-7 orang, telah mengkosumsi beras

organik lebih dari 6 bulan. Sebagian responden membeli secara langsung

17

di supermarket dan pemasok, jumlah konsumsi beras organik 14,5-36,5

kg/bulan. Berat kemasan paling banyak dijumpai adalah 2 kg/kemasan dan

5 kg/kemasan. Bahan kemasan berupa kantong plastik atau kantong kertas.

Merek beras organik yang tersedia di Ranch Market adalah Sahani, Omega

Organik Hom, Taj Mahal, Healty Choice, Amani, dan Murni Organik.

Sebagian konsumen yakin dengan keorganikan beras melalui tulisan atau

keterangan organik pada kemasan produk. Atribut beras organik yang

menjadi pertimabangan konsumen dalam pengambilan keputusan

pembelian adalah kepulenan, harga, rasa, kesesuaian dengan selera

anggota keluarga dan aroma. Sikap konsumen berada pada kategori baik.

18

III. METODE PENELITIAN

A. TAHAPAN PENELITIAN

Gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang dilakukan dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan tahapan penelitian

19

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di supermarket yang menjual beras berlabel

yaitu Yogya Department Store, Matahari Marketplace, Ngesti, dan Indomaret.

Seluruh supermarket tersebut berada di wilayah Bogor. Pemilihan tempat

survei dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan kemudahan

mendapatkan responden. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November

hingga Desember 2006.

C. PENYUSUNAN KUISIONER

Dengan menggunakan atribut mutu yang telah ditentukan, selanjutnya

pertanyaan disusun dalam kuisioner untuk mengetahui persepsi responden

terhadap tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap produk beras berlabel.

Kuisioner menggunakan pertanyaan tertutup. Kuisioner dibagi menjadi 3

bagian, yaitu identitas responden, persepsi responden terhadap atribut mutu

produk (tingkat kepentingan dan kepuasan), dan perilaku responden dalam

pembelian beras berlabel yang meliputi tempat pembelian, jumlah pembelian

per bulan, ukuran kemasan, merek, jenis beras, dan harga.

Atribut mutu beras berlabel yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu kepada atribut beras pada penelitian yang dilakukan oleh Hartari

(2005), dengan pertimbangan bahwa obyek yang dijadikan kajian dalam

penelitian ini adalah sama yaitu beras.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartari (2005) menggunakan 17 atribut

mutu mutu beras untuk melihat karakterisktik dan sikap konsumen beras

organik. Atribut mutu yang digunakan yaitu harga, rasa, aroma, warna,

kepulenan, gizi, residu pestisida, alamiah, ketersediaan, kemasan, informasi

produk, pelayanan, keawetan, keaslian, jaminan, merek, dan kondisi

penjualan. Namun setelah dilakukan penyesuaian terhadap objek penelitian

dan diskusi dengan beberapa pihak diantaranya, pihak penjual, konsumen, dan

akademisi, maka hanya 13 atribut mutu yang digunakan dalam penelitian ini.

Atribut mutu produk yang ditanyakan dalam kuisioner dapat dilihat pada

Tabel 3.

20

Tabel 3. Daftar atribut mutu yang diteliti

No. Urut Atribut Atribut Intrinsik No. Urut

Atribut Atribut Ekstrinsik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Rasa

Kepulenan

Aroma

Warna

Kebersihan

Serangga

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Bahan Kemasan

Dekorasi Kemasan

Informasi

Harga

Merek

Ketersediaan

Sertifikat Keaslian

Uji validitas dan reliablitias diperlukan agar kuisioner yang digunakan

dalam penelitian ini layak digunakan. Menurut Kerlinger (2002), validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu telah mengukur apa

yang akan diukur. Titik berat dari uji coba validitas instrumen adalah pada

validitas isi, yang dapat dilihat dari : (1) instrumen tersebut telah mampu

mengukur apa yang akan diukur dan (2) informasi yang dikumpukan telah

sesuai dengan konsep yang telah digunakan.

Daftar pertanyaan agar kuisioner memiliki validitas tinggi disusun

dengan cara : (1) mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah

diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (2) menyesuaikan isi pertanyaan

dengan kondisi responden, dan (3) memperhatikan masukan pakar. Butir-butir

pertanyaan didalam kuisioner agar valid dianalisis dengan korelasi product

moment (Singarimbun, 1989), dengan rumus :

r = ( )[ ] ( )[ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−2222

))((

YYNXXN

YXXYN ,dimana

r = Koefisien korelasi product moment

N = jumlah responden

X = butir soal ke-x

Y = total butir soal dalam kuisioner

21

Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r-

product moment dari tabel korelasi. Dikatakan sahih bila r > rtabel , dan bila

lebih kecil, maka perlu ada perbaikan atau butir tersebut dikeluarkan dari

daftar pertanyaan.

Pengujian validitas menggunakan 30 orang responden yang juga

konsumen beras berlabel. Pengujian dilakukan sebelum kuisioner digunakan

dalam penelitian. Hasil uji validitas terhadap kuisioner menunjukkan bahwa

semua butir soal memiliki r > rtabel. Kuisioner penelitian ini dapat

disimpulkan sahih. Uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Reliabilitas instrumen adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila

pengukuran diulangi untuk kedua kalinya atau lebih (Ancok, 1995).

Reliabilitas instrumen diukur dengan teknik pengukuran ulang (testretest).

Menurut Singarimbun (1989), pengukuran dilakukan dua kali dengan

responden yang sama namun dengan rentang waktu pengukuran pertama dan

kedua antara 15-30 hari. Jika waktunya terlalu dekat, responden masih ingat

dengan jawaban yang diberikan. Namun bila waktunya terlalu lama,

kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua hal ini

akan mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas.

Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan pengukuran kedua

dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Cara perhitungannya

sama dengan perhitungan validitas. Responden yang digunakan adalah salah

seorang responden pada pengujian validitas. Hasil uji reliabilitas menunjukkan

angka korelasi melebihi angka kritik dalam tabel nilai r, hal ini berarti hasil

pengukuran pertama dan kedua relatif konsisten.Uji reliabilitas selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 2.

D. PELAKSANAAN SURVEI

Penetapan responden dilakukan dengan metode non probability

sampling yaitu quota sampling. Quota Sampling adalah pencarian sejumlah

unsur dengan memilih unsur yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur

yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black, 1999).

22

Jumlah responden digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang. Hal ini

dilakukan dengan alasan besarnya populasi, biaya penelitian dan keleluasaan

serta kemudahan memperoleh data. Jumlah kuisioner yang disebarkan

sebanyak 120 buah untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan contoh.

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di wilayah

Bogor yang mengkonsumsi beras berlabel. Pengumpulan data primer

dilakukan melalui pengisian kuisioner dengan teknik wawancara. Enumerator

terdiri dari 5 orang termasuk peneliti yang sebelumnya telah berdiskusi untuk

memahami materi kuisioner.

E. ANALISIS DATA

Metode yang digunakan untuk menganalisis data tingkat kepentingan

dan kepuasan konsumen dalam pembelian beras berlabel adalah metode

Importance Performance Analysis. Menurut Supranto (2001) yang diacu

dalam Kurniawan (2005), Importance Performance Analysis adalah suatu

metode untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan seseorang terhadap

kinerja sebuah perusahaan. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan

dan hasil penelitian kinerja/penampilan akan dihasilkan suatu penentuan

mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat

pelaksanaannya pada sebuah perusahaan.

Pada metode Importance Performance Analysis, tingkat kinerja

perusahaan yang dapat memberikan nilai kepuasan pelanggan dinyatakan

dengan huruf X, sedangkan huruf Y menunjukkan tingkat kepentingan

pelanggan. Tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan diukur dengan

menggunakan skala Likert dengan lima kategori seperti dapat dilihat pada

Tabel 4.

23

Tabel 4. Skala likert pengukuran tingkat kepentingan dan kepuasan

Kategori Skor

Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan

Sangat Penting Sangat Puas 5

Penting Puas 4

Netral Netral 3

Tidak Penting Tidak puas 2

Sangat Tidak Penting Sangat tidak puas 1

Metode Importance Performance Analysis dilakukan melalui tahapan-

tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan Atribut mutu yang penting

Pertama dihitung nilai rata-rata tingkat kepentingan masing-masing

atribut mutu (Y). Lalu dihitung nilai rata-rata dari seluruh atribut mutu (Y ).

Atribut mutu yang penting adalah atribut mutu yang memiliki nilai lebih

besar atau sama dengan Y .

Yi ≥ Y

Y = n

Yin

i∑=1 Y =

k

Yin

ki∑=

Keterangan :

Yi = nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk masing-masing atribut mutu

yang dianalisis

Y = nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk semua nilai rata-rata tingkat

kepentingan atribut mutu yang dianalisis.

k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang dapat mempengaruhi

kepuasan pelanggan.

n = jumlah responden

24

b. Menentukan tingkat kesesuaian dan kesenjangan dari atribut mutu yang dianggap penting.

Analisis tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara

tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja yang diberikan produsen

dengan tingkat kepentingan terhadap atribut mutu produk. Nilai persentase

tingkat kesesuaian dinilai cukup bila memiliki nilai lebih dari 75%.

Semakin tinggi tingkat kesesuaian berarti semakin terpenuhinya harapan

konsumen terhadap atribut mutu produk. Adapun rumus yang digunakan :

Tki = YiXi x 100% Tsi = 100% - Tki

Keterangan :

Tki = Tingkat kesesuaian mutu

Tsi = Tingkat kesenjangan mutu

Xi = Skor penilaian kepuasan pelanggan

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

c. Menentukan prioritas perbaikan mutu (Diagram Cartesius)

Pada diagram Cartesius, sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor

tingkat kepuasan (performance), sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh

skor tingkat kepentingan (importance). Atribut-atribut mutu yang ada di

petakan sesuai dengan tingkat kepuasan dan kepentingannya (X,Y). Rumus

untuk setiap faktor tersebut, yaitu :

X = n

Xin

i∑=1 Y =

n

Yin

i∑=1

Keterangan :

X = skor rata-rata tingkat kepuasan

Y = skor rata-rata tingkat kepentingan

n = jumlah responden

Dalam penjabarannya, diagram Cartesius yang digunakan akan dibagi

menjadi 4 bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang saling berpotongan

25

tegak lurus pada nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kepuasan seluruh

atribut mutu ( X ,Y ), titik-titik tersebut diperoleh dari rumus :

X = k

Xin

i∑=1 Y =

k

Yin

i∑=1

Keterangan :

X = skor rata-rata tingkat kepuasan seluruh atribut mutu beras berlabel

Y = skor rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut mutu beras berlabel

k = banyaknya atribut mutu beras berlabel yang digunakan

Berikut gambar diagram Cartesius yang digunakan :

Gambar 5. Diagram Cartesius tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan (Supranto,2001)

Keterangan :

A = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang dianggap penting dan mempengaruhi kepuasan konsumen, namun belum dipenuhi oleh produsen.

B = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang penting bagi konsumen dan telah berhasil dipenuhi oleh produsen.

Prioritas rendah C

Berlebihan D

Prioritas utama A

Pertahankan Prestasi B

X

Ting

kat

Ke p

entig

an

Tingkat Kepuasan

X

Y

Y

26

C = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen, ditanggapi secara netral oleh produsen, dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

D = Menunjukkan atribut-atribut mutu yang menurut konsumen kurang penting, akan tetapi sudah dipenuhi oleh produsen, dianggap kurang penting tapi sangat memuaskan.

Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen.

Analisis dilakukan dengan melihat frekuensi terbesar dari tiap-tiap pertanyaan

yang diajukan. Menurut Fasial (1995), metode deskriptif digunakan sekedar

untuk melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang

diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.

27

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL RESPONDEN

Survei konsumen dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 120

orang. Kuisioner yang diisi oleh responden berjumlah 108 buah dan yang

digunakan pada tahap analisis data selanjutnya adalah 100 kuisioner (20

responden dari Matahari, 30 responden dari Ngesti, 30 responden dari Yogya,

dan 20 responden dari Indomaret). Identitas responden meliputi tingkat

pendidikan, rata-rata pengeluaran, jumlah anggota keluarga dan lama

konsumsi beras berlabel.

1. Tingkat Pendidikan

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, responden dengan

tingkat pendidikan diploma, sarjana, dan pasca sarjana sebanyak 68%.

Responden dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 32%, sedangkan

responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari SMU tidak ada. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen beras berlabel umumnya

berpendidikan di atas lulusan Diploma (Gambar 6 ).

sma32%

Diploma14%

Sarjana47%

<Sma0%Pasca Sarjana

7%

Gambar 6. Grafik sebaran tingkat pendidikan responden

Kebutuhan akan informasi mengenai produk dipengaruhi oleh jenjang

pendidikan konsumen. Begitu juga penilaiannya tentang tingkat

kepentingan maupun kepuasan terhadap atribut mutu produk. Semakin

tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi pula kebutuhannya akan

28

informasi. Pada umumnya persyaratan mutu dari konsumen yang

berpendidikan tinggi, juga relatif tinggi.

2. Rata-rata Pengeluaran

Responden umumnya tidak merasa nyaman jika harus

mengungkapkan pendapatan yang diterima karena merupakan sesuatu yang

pribadi. Oleh karena itu digunakan pendekatan pengeluaran untuk

mengetahui tingkat pendapatan responden. Makin tinggi tingkat

pengeluaran seseorang, maka biasanya makin tinggi tingkat pendapatan

seseorang. Tingkat pendapatan/ pengeluaran seseorang berpengaruh

terhadap pola konsumsinya. Konsumen dengan tingkat pendapatan/

pengeluaran yang tinggi secara umum akan memiliki tingkat kepentingan

dan harapan yang berbeda dengan konsumen dengan tingkat pendapatan/

pengeluaran yang sedang atau rendah. Begitu juga dengan tingkat kepuasan

atas mutu produk yang diberikan oleh pihak produsen.

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, 41% memiliki

pengeluaran sebesar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000, 29% memiliki

pengeluaran sebesar Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000, 14% memiliki

pengeluaran kurang dari Rp. 1.000.000, 11% memiliki pengeluaran sebesar

Rp. 5.000.000 – Rp. 7.500.000, dan 5% memiliki pengeluaran diatas Rp.

7.500.000 (Gambar 7). Responden yang memiliki tingkat pengeluaran

diatas Rp. 2.500.000 sebanyak 45% menunjukkan bahwa konsumen beras

berlabel mayoritas memiliki pendapatan yang tinggi.

<1jt14%

>,75jt5%5-7,5jt

11%

2,5-5jt29% 1-2,5jt

41%

Gambar 7. Grafik sebaran tingkat pengeluaran responden

29

3. Jumlah Anggota Keluarga

Responden dengan jumlah anggota keluarga yang banyak tentunya

memiliki kebutuhan akan beras yang lebih banyak daripada responden

dengan jumlah anggota keluarga sedikit. Walaupun tingkat permintaan juga

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pendekatan jumlah anggota keluarga

dapat menggambarkan tingkat permintaan potensial beras berlabel.

Dari 100 responden yang diambel sebagai sampel, 30 % responden

beranggotakan 4 orang, 23 % responden beranggotakan 5 orang dan lebih

dari 5 orang, 16 % responden beranggotakan 3 orang, dan 4 % responden

beranggotakan 2 orang dan 1 orang saja (Gambar 8). Responden dengan

anggota keluarga diatas 3 orang sebanyak 76 % menunjukkan bahwa

permintaan potensial beras berlabel cukup tinggi.

4 orang30%

3 orang16%

2 orang4%

1 orang4%>5 orang

23%

5 orang23%

Gambar 8. Grafik sebaran jumlah anggota keluarga

4. Lama Konsumsi

Lama konsumsi berpengaruh pada pengalaman dalam mengkonsumsi

beras berlabel. Responden yang sudah lama mengkonsumsi beras berlabel

biasanya sudah memiliki loyalitas terhadap merek tertentu. Hal ini

terbentuk dari pengalamannya setelah membandingkan berbagai merek dan

jenis beras berlabel sehingga membentuk citra dari merek tersebut.

30

Dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, 65 % telah

mengkonsumsi lebih dari 3 tahun, 13 % telah mengkonsumsi antara 1 – 3

tahun, 12 % telah mengkonsumsi antara ½ - 1 tahun, 10 % baru

mengkonsumsi kurang dari setengah tahun (Gambar 9). 65 % responden

menunjukkan telah mengkonsumsi untuk jangka waktu yang lama.

1-3 thn13%

1/2-1 thn12%

<1/2 thn10%

>3 thn65%

Gambar 9. Grafik sebaran lama konsumsi

B. IMPORTANCE – PERFORMANCE ANALYSIS

1.Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Atribut Mutu Beras Berlabel

Dalam menganalisa tingkat kepentingan dan kepuasan digunakan

metode Importance-Performance Analysis. Analisis tingkat kepentingan

bertujuan untuk menentukan atribut-atribut mutu beras berlabel yang dinilai

penting oleh konsumen. Sebagai acuan awal dilakukan penentuan nilai rata-

rata tingkat kepentingan seluruh atribut mutu beras yang dianalisis. Nilai

rata-rata tingkat kepentingan diperoleh angka sebesar 3,90. Atribut mutu

yang dinilai penting oleh konsumen adalah atribut mutu yang memiliki nilai

lebih besar atau sama dengan 3,90. Daftar atribut mutu yang dinilai penting

oleh konsumen dapat dilihat pada Tabel 5.

31

Tabel 5. Atribut-atribut mutu yang penting

No. Urut

No. Urut Atribut Atribut Mutu Dimensi Mutu Tingkat

Kepentingan 1 1 Rasa Intrinsik 4,29

2 2 Kepulenan Intrinsik 4,30

3 3 Aroma Intrinsik 4,07

4 4 Warna Intrinsik 4,21

5 5 Kebersihan Intrinsik 4,52

6 6 Kontaminasi serangga Intrinsik 4,40

7 10 Harga Ekstrinsik 3,99

8 12 Ketersediaan Ekstrinsik 3,93

9 13 Sertifikat Ekstrinsik 4,13

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa ada 9 atribut mutu dari 13 atribut

mutu yang diteliti dinilai penting oleh konsumen yaitu rasa, kepulenan,

aroma, warna, kebersihan, kontaminasi serangga, harga, ketersediaan, dan

sertifikat keaslian atribut. Dari seluruh atribut mutu yang penting, 6 atribut

merupakan atribut mutu intrinsik dan 3 merupakan atribut mutu ekstrinsik.

Dari sini dapat dilihat bahwa dimensi mutu intrinsik memiliki peranan yang

penting karena seluruh atribut mutu yang diteliti merupakan atribut mutu

yang dinilai penting oleh konsumen, sedangkan dimensi mutu ekstrinsik

kurang dianggap penting karena hanya 3 dari 7 atribut mutu yang diteliti

dianggap penting oleh konsumen.

Secara lengkap, tingkat kepentingan seluruh atribut mutu yang

dianalisis dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa

hampir seluruh atribut mutu yang dianalisis berada pada kisaran netral –

hingga sangat penting (Berdasarkan kriteria penilaian skala Likert, yang

dianggap netral yaitu skor 3,00, sedangkan yang dianggap sangat penting

yaitu skor 5,00).

Dimensi mutu intrinsik memiliki tingkat kepentingan rata-rata lebih

tinggi (4,30) dari dimensi mutu ekstrinsik (3,56). Dari hasil analisis baik

dimensi mutu intrinsik maupun ekstrinsik, ternyata atribut mutu kebersihan

memiliki tingkat kepentingan tertinggi yaitu sebesar 4,52 sedangkan

32

dekorasi memiliki tingkat kepentingan terendah yaitu sebesar 2,70. Dari sini

dapat diketahui bahwa konsumen lebih memperhatikan atribut mutu yang

berkaitan langsung dengan produk. Hal ini dapat dikarenakan tingkat

pendidikan maupun penghasilan yang membuat konsumen lebih kritis

terhadap mutu.

Atribut mutu beras berlabel ternyata memiliki tingkat kepentingan

yang sedikit berbeda dengan tingkat kepentingan responden secara

keseluruhan, tergantung pada tingkat pendidikan dan pengeluaran

responden. Dari Lampiran 9 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan

tingkat pendidikan SMA dan S0, atribut mutu yang penting sama dengan

tingkat kepentingan responden secara keseluruhan. Tetapi untuk responden

dengan tingkat pendidikan S1, harga dan ketersediaan tidak penting

sedangkan informasi merupakan atribut yang penting. Responden dengan

tingkat pendidikan S2 memiliki tingkat kepentingan yang berbeda yaitu

atribut sertifikat keaslian yang ternyata tidak penting.

Dilihat dari tingkat pengeluaran, responden dengan tingkat

pengeluaran dibawah 1 juta memiliki perbedaan tingkat kepentingan, yaitu

pada atribut aroma dan sertifikat yang dianggap tidak penting. Responden

dengan tingkat pengeluaran 1-2,5 juta mengganggap bahwa informasi

merupakan atribut yang penting. Responden dengan tingkat pengeluaran

2,5-5 juta menganggap atribut harga dan ketersediaan tidak penting.

Respoden dengan tingkat pengeluaran 5-7,5 juta menganggap atribut harga

dan aroma tidak penting, sedang informasi termasuk atribut yang penting.

Hal yang menarik tampak pada responden dengan tingkat pengeluaran lebih

dari 7,5 juta. Responden menganggap harga, warna dan sertifikat

merupakan atribut yang tidak penting.

Atribut mutu yang dinilai memuaskan adalah atribut mutu yang

memiliki nilai lebih tinggi dari rata-rata nilai tingkat kepuasan yaitu 3,60.

Dalam hal ini ada 7 atribut mutu yang dianggap telah memuaskan yaitu

rasa, kepulenan, aroma, warna, kebersihan, keberadaan serangga, dan

ketersediaan. Seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Atribut mutu

yang memiliki nilai kepuasan tertinggi adalah kebersihan (3,96). Seluruh

33

atribut mutu intrinsik telah mencapai nilai memuaskan. Atribut mutu yang

memiliki nilai kepuasan terendah adalah dekorasi (3,10), sedangkan atribut

mutu harga dan sertifikat ternyata masih belum memuaskan.

Seperti halnya tingkat kepentingan, tingkat kepuasan juga

dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan pengeluaran responden. Dari

Lampiran 9 diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat pendidikan

SMA tidak puas dengan atribut ketersediaan dan merasa puas dengan

atribut sertifikat. Responden dengan tingkat pendidikan S0 tidak puas

dengan atribut ketersediaan. Responden dengan tingkat pendidikan S1dan

S2 memiliki tingkat kepuasan yang relatif sama dengan tingkat kepuasan

responden secara keseluruhan.

Responden dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta merasa tidak

puas dengan atribut aroma dan keberadaan serangga, namun merasa cukup

puas dengan atribut harga. Responden dengan tingkat pengeluaran 1-2,5

juta merasa tidak puas dengan atribut keberadaan serangga. Responden

dengan tingkat pengeluaran 2,5-5 juta merasa tidak puas dengan atribut

ketersediaan. Responden dengan tingkat pengeluaran 5-7,5 juta merasa puas

dengan atribut harga. Responden dengan tingkat pengeluaran diatas 7,5 juta

merasa puas dengan atribut merek.

Dari hasil penelitian ini dapat juga disimpulkan bahwa beberapa

atribut mutu ekstrinsik seperti bahan kemasan, dekorasi kemasan, informasi,

dan merek relatif kurang penting bagi konsumen. Pada kenyataan di pasar,

keempat atribut ini ditangani secara berlebihan oleh produsen beras berlabel

padahal dibutuhkan biaya yang besar untuk memenuhinya.

Dari hasil penelitian ini diharapkan produsen dapat merancang bauran

pemasaran (Produk, Distribusi, Harga dan Promosi) yang lebih baik dengan

memfokuskan perhatian kepada 9 atribut mutu yang dinilai penting oleh

konsumen tersebut.

2. Analisis Tingkat Kesesuaian dan Tingkat Kesenjangan Atribut Mutu Beras Berlabel

Analisis tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara

tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut mutu yang diberikan

34

produsen dengan tingkat kepentingan atribut mutu beras berlabel. Atribut-

atribut yang dinilai perlu mendapat prioritas perhatian oleh produsen dapat

dilihat dari nilai tingkat kesesuaiannya. Persentase tingkat kesesuaian ini

diperoleh berdasarkan nilai rata-rata kepuasan dibandingkan terhadap rata-

rata kepentingan. Persentase tingkat kesesuaian dinilai cukup sesuai bila

mencapai nilai ≥75%. Hasil distribusi tingkat kesesuaian dan kesenjangan

untuk setiap atribut mutu disajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Distribusi tingkat kesesuaian dan kesenjangan pada atribut mutu

beras berlabel yang penting

No. urut Atribut Mutu

Tingkat Kepentingan

Tingkat Kepuasan

Kesesuaian (%)

Kesenjangan (%)

1 Rasa 4,29 3,92 91,38 8,62

2 Kepulenan 4,30 3,90 90,70 9,30

3 Aroma 4.07 3,82 93,86 6,14

4 Warna 4,21 3,88 92,16 7,84

5 Kebersihan 4,52 3,96 87,61 12,39

6 Serangga 4,40 3,75 85,23 14,77

10 Harga 3,99 3,42 85,71 14,29

12 Ketersediaan 3,93 3,63 92,37 7,63

13 Sertifikat 4,13 3,51 84,99 15,01

Rata-rata 3,90 3,60 89,33 10,67

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari semua atribut mutu yang

penting tidak ada yang memiliki nilai kesesuaian mencapai 100% atau lebih.

Hal ini berarti produk yang dihasilkan belum memenuhi seluruh harapan

konsumen selama ini, sehingga masih memerlukan perbaikan. Namun bila

dilihat dari nilai kesesuaiannya yang sudah mendekati 100 seperti atribut

mutu aroma (93,86%) dan atribut mutu lain yang sudah berada diatas 75%,

serta rata-rata tingkat kesesuaian mencapai 89,33% dapat dikatakan bahwa

kinerja produsen pada umumnya sudah cukup baik.

Nilai kesenjangan merupakan hasil pengurangan 100% dengan nilai

kesesuaian masing-masing atribut mutu. Nilai ini menunjukkan sejauh

35

mana kesenjangan antara harapan konsumen dengan kinerja produsen.

Batas maksimal kesenjangan pada studi ini adalah 25%. Hal ini berarti

semakin kecil kesenjangan atribut mutu tersebut, berarti semakin

terpenuhinya harapan konsumen. Pada Tabel 4, kesenjangan tertinggi

terdapat pada atribut mutu sertifikat (15,01%) dan kontaminasi serangga

(14,77 %) sedangkan nilai kesenjangan terendah terdapat pada atribut mutu

aroma (6,14 %). Para produsen perlu mempertahankan kinerjanya dengan

cara memperkecil kesenjangan pada tiap atribut mutu. Rata-rata

kesenjangan dari seluruh atribut mutu yang hanya 10,67 % menunjukkan

kinerja produsen sudah cukup baik.

3. Analisis Prioritas Perbaikan Mutu (Diagram Cartesius)

Dari data yang telah diperoleh berdasarkan tingkat kepentingan dan

kepuasan dari 100 responden yang diambil sebagai sampel, diperlukan

suatu bentuk diagram untuk mempermudah menentukan prioritas perbaikan.

Diagram Cartesius merupakan suatu bagan yang dibagi menjadi empat

bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada

titik-titik ( X , Y ). Sumbu X kemudian diisi oleh nilai tingkat kepuasan

(Performance) sedangkan sumbu Y diisi oleh nilai tingkat kepentingan

(Importance) dari atribut-atribut mutu yang dianalisa. Penempatan posisi

data itu dalam diagram Cartesius berguna sekali untuk melihat kedudukan

berbagai kategori atribut mutu dan pelayanan yang ada dalam suatu konsep

prioritas, sehingga dapat dirumuskan usaha-usaha perbaikan yang harus

diambil oleh perusahaan untuk tetap lebih menarik dan mempertahankan

konsumen agar memperoleh keunggulan bersaing dalam pasar (Supranto,

2001). Diagram Cartesisus hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

10.

36

Gambar 10. Diagram Cartesius dari atribut mutu beras berlabel

Diagram Cartesius di atas dibagi menjadi 4 bagian utama yang terdiri

dari bagian prioritas utama (kuadran A), bagian pertahankan prestasi

(kuadran B), bagian prioritas rendah (kuadran C), dan bagian berlebihan

(kuadran D).

1. Prioritas Utama (Kuadran A)

Atribut-atribut mutu yang masuk ke dalam kuadran ini adalah

atribut-atribut mutu yang dinilai penting oleh konsumen, namun dalam

pelaksanaannya belum dapat memuaskan keinginan dan harapan

konsumen sehingga patut dipertimbangkan menjadi fokus utama

perbaikan. Atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini adalah harga

dan sertifikat.

Banyak hal yang mempengaruhi harga barang di pasaran. Selain

pengaruh permintaan dan penawaran, kebijakan pemerintah tentang

harga gabah, tingkat inflasi, harga pokok penjualan, harga BBM, dan

masih banyak faktor lain yang terkadang tidak dapat dikontrol oleh

rasakepulenan

warna

kebersihanserangga

aroma

ketersediaan

sertifikatharga

informasi

merkbahan kemasan

dekorasi

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 4.20

Tingkat Kepuasan

Ting

kat K

epen

tinga

n

C (Prioritas rendah)

A (Prioritas utama) B (Pertahankan mutu)

D (Berlebihan)

37

produsen menyebabkan harga menjadi atribut mutu yang sangat sulit

untuk dijaga kestabilannya. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh

produsen antara lain meningkatkan efektifitas dan efisiensi di seluruh

lini, mulai dari suplai bahan baku hingga pemasarannya.

Lembaga yang dapat mengeluarkan sertifikasi adalah lembaga

yang telah diakreditasi oleh KAN untuk memberikan jaminan tertulis

bahwa suatu produk telah memenuhi persyaratan mutu. Beras termasuk

pangan yang belum memiliki sertifikat. Dengan melihat hasil penelitian

ini, ternyata sertifikasi merupakan atribut mutu yang diharapkan oleh

konsumen namun belum dapat disediakan oleh produsen. Sebaiknya

produsen mengambil langkah yang diperlukan untuk mendapatkan

sertifikasi, karena sertifikasi dapat menjadi suatu nilai tambah dari

produk sejenis lain yang belum disertifikasi.

Dari lampiran 6 dapat diketahui bahwa 14 responden menjawab

sangat puas, 44 responden menjawab puas. Sedang sisanya 21

responden menjawab tidak tahu, dan 21 responden menjawab tidak puas.

Hal ini menarik karena sertifikasi keaslian jenis beras itu sendiri belum

ada. Artinya konsumen sebenarnya kurang yakin dengan apa yang

mereka beli. Pendidikan konsumen perlu dilakukan agar konsumen

lebih sadar tentang keaslian produk yang mereka beli.

2. Pertahankan Mutu (Kuadran B)

Atribut-atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini adalah kuadran

yang penting menurut konsumen dan sudah dipenuhi oleh produsen.

Atribut-atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini adalah ketersediaan,

keberadaan serangga, aroma, kepulenan, warna, rasa, dan kebersihan.

Ketersediaan beras berlabel berhubungan dengan kapasitas

produksi, rantai distribusi, dan ketersediaan bahan baku yaitu beras itu

sendiri. Sebagai langkah antisipasi menghadapi kemungkinan

pertambahan permintaan maupun untuk memperluas wilayah pemasaran,

produsen dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan kapasitas

produksi. Perusahaan dapat mengatisipasi kekurangan stok dengan

38

menggunakan beberapa pemasok. Masalah terjadi bila stok beras dalam

negeri mengalami penurunan, seperti yang Januari 2007 lalu. Maka

otomatis produsen akan kekurangan bahan baku dan menyebabkan

ketersediaan di pasar otomatis ikut terkena imbasnya.

Dari hasil penelitian ini ternyata seluruh atribut mutu intrinsik

seperti keberadaan serangga, aroma, kepulenan, rasa, warna, dan

kebersihan merupakan atribut mutu yang masuk dalam kuadran yang

perlu dipertahankan mutunya. Konsumen nampaknya sudah cukup puas

dengan mutu yang diberikan produsen, namun bukan berarti produsen

tidak perlu menjaga apa yang sudah dicapainya karena perkembangan

mutu akan terus mengikuti perkembangan jaman.

3. Prioritas Rendah (Kuadran C)

Atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini merupakan atribut

mutu yang menjadi prioritas rendah bagi produsen, karena walaupun

atribut-atribut mutu tersebut belum memenuhi harapan konsumen,

atribut-atribut mutu tersebut dianggap kurang penting bagi konsumen.

Atribut-atribut mutu yang masuk didalamnya adalah informasi produk,

bahan kemasan, dekorasi, dan merek.

Atribut-atribut mutu tersebut termasuk dimensi atribut mutu

eksterinsik, yaitu atribut mutu yang tidak secara langsung

mempengaruhi mutu produk. Bagi produsen hal ini merupakan

tantangan karena bisa saja suatu saat terjadi pergeseran nilai rata-rata

tingkat kepentingan, sehingga atribut mutu yang tadinya tidak penting

menjadi penting. Salah satu cara meningkatkan keunggulan bersaing

adalah dengan memberi diferensiasi yang jelas dari produk kompetitor,

dan tidak selamanya diferensiasi berkaitan dengan mutu intrinsik.

Peningkatan pada atribut-atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini

patut dipertimbangkan dalam usahanya bertahan dalam persaingan

walaupun harus dibayar dengan pengeluaran ekstra.

39

4. Berlebihan (Kuadran D)

Tidak ada atribut mutu yang masuk dalam kuadran ini, artinya

konsumen belum merasa adanya produk yang telah melampaui

permintaannya. Dengan kata lain, produk beras berlabel yang ada di

pasaran saat ini baru sampai tahap sesuai dengan permintaan konsumen

atau di bawahnya.

C. PERILAKU PEMBELIAN BERAS BERLABEL

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini juga digunakan untuk

mengukur perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel. Perilaku-

perilaku yang diukur antara lain: tempat pembelian, jumlah pembelian per

bulan, ukuran kemasan yang paling sering dibeli, jenis, harga, dan merk.

1. Tempat Pembelian

Konsumen biasanya memiliki tempat langganan untuk membeli

beras, baik itu berupa hypermart, supermarket, minimarket, toko beras,

maupun pasar tradisional. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan

tempat antara lain, faktor harga, mutu, ketersediaan, kedekatan jarak

toko dengan tempat tinggal, ataupun kepercayaan. Seperti dapat dilihat

pada Gambar 11 bahwa Supermarket menempati urutan pertama (43%),

diikuti Minimart (17%), Hypermart (13%), dan toko beras (12%). Hal

ini menarik, karena walaupun survei hanya dilakukan di 4 tempat yang

termasuk dalam golongan supermarket dan minimart, 27% responden

melakukan pembelian diluar tempat tersebut. Responden tersebut

memilih untuk membeli beras dan membeli barang kebutuhan lainnya di

tempat yang berbeda.

40

grosir, 1%

w arung, 3%

pasar, 11%

toko beras, 12%

Minimart, 17%

Hypermart, 13%

Supermarket, 43%

Gambar 11. Grafik sebaran tempat pembelian

Selain itu, bila dilihat dari Lampiran 8 ternyata tidak ada kolerasi

antara tempat pembelian dengan tingkat pendidikan maupun tingkat

pengeluaran. Faktor yang mungkin mempengaruhi pilihan tempat

pembelian adalah kedekatan dengan tempat tinggal.

2. Jumlah pembelian per bulan

Jumlah pembelian per bulan digunakan untuk mengukur tingkat

konsumsi beras khususnya di daerah Bogor. Berberapa faktor

mempengaruhi jumlah pembelian beras, antara lain: jumlah anggota

keluarga, pendapatan, dan harga beras. Dari Gambar 12 dapat diketahui

bahwa persentase terbesar adalah 20 kg (31%).

10 kg, 9%50 kg, 11%

25 kg, 20%

20 kg, 31%

15 kg, 11%

Gambar 12. Jumlah pembelian perbulan

41

3. Ukuran Kemasan

Ukuran kemasan beras bervariasi dari kemasan 2 kg, 5 kg, 10 kg,

hingga 50 kg. Dalam pemilihan ukuran kemasan, konsumen

memperhitungkan kemudahan pembelian, harga, dan preferensi merk

tertentu yang hanya menyediakan beberapa ukuran kemasan. Dari 100

responden yang diambil, ukuran kemasan yang paling banyak dipilih

adalah berturut-turut: 10 kg (35%), 5 kg (33%), 25 kg (15%), dan 20 kg

(12%).

25 kg, 14%

20 kg, 11%

10 kg, 33%

5 kg, 31%

Gambar 13. Ukuran kemasan

4. Jenis Beras

Jenis beras yang dimaksud pada penelitian ini lebih merujuk pada

nama jenis beras di pasaran. Ada empat jenis beras yang paling sering

dikonsumsi oleh konsumen, yaitu Pandan wangi, Setra Ramos, Rojolele,

dan Cianjur. Keempat jenis tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

Pemilihan jenis lebih disebabkan oleh preferensi konsumen terhadap

karakteristik produk tertentu. Dari keempat jenis tersebut, Pandan wangi

adalah jenis yang paling banyak dipilih (40%) diikuti Setra Ramos

(25%), Rojolele (20%), dan Cianjur (15%).

42

Rojolele20%

Cianjur15%

Setra Ramos25%

Pandan Wangi40%

Gambar 14. Jenis beras

5. Harga Beras Berlabel

Harga beras berlabel dibagi menjadi kisaran Rp 7000 – 9000, Rp

9000 – 11000, Rp 11000-13000, dan lebih dari Rp 13000. Harga

tersebut merupakan harga Bogor per Desember 2006 karena penelitian

ini dilakukan sebelum harga beras naik awal tahun ini. Dari survei yang

dilakukan, diperoleh hasil 43 % responden memilih kisaran Rp 9000-

11000, diikuti 30 % responden memilih Rp 11000-13000, 17 %

responden memilih lebih dari Rp 13000, dan 10 % responden memilih

Rp 7000-9000.

Rp 7000-900010%

>Rp1300017%

Rp 11000-1300030%

Rp 9000-1100043%

Gambar 15. Harga beras berlabel

43

Ternyata faktor harga juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Dari Lampiran 8, kedua hal tersebut berkorelasi pada taraf nyata sebesar

0,05. Hal ini mungkin disebabkan oleh asumsi bahwa produk dengan

harga yang tinggi memiliki mutu yang tinggi juga. Konsumen dengan

tingkat pendidikan tinggi biasanya akan lebih peduli terhadap mutu

barang yang dibelinya.

6. Merek Beras Berlabel

Beras berlabel memiliki beberapa merek. Tiap-tiap merek biasanya

terdiri dari beberapa jenis. Namun konsumen tampaknya cenderung lupa

atau bingung untuk membedakan merek dan jenis. Beberapa konsumen

memilih lebih dari satu merek beras. Dari 100 responden diketahui

beberapa merek yang paling banyak menjadi pilihan konsumen. Merek

yang paling banyak dipilih oleh responden adalah Ayam Jago (15%),

diikuti Desa Cianjur (14%), SI Pulen (11%), Anggrek Plicata dan Jago

Merah (7%), Dewi Sri (6%), Hero (4%), dan LCO (3%).

LCO3%

Hero4%Dew i Sri

6%

Jago Merah7%

Anggrek Plicata7% Ayam Jago

15%

Si pulen11%

Desa Cianjur14%

Gambar 16. Merek beras berlabel

Bila dilihat dari Lampiran 8 ternyata tidak ada kolerasi antara

merek beras berlabel dengan tingkat pendidikan maupun tingkat

pengeluaran. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengalaman terhadap

44

suatu merek tertentu yang menyebabkan konsumen memiliki loyalitas

tertentu terhadap merek yang sudah lama dikonsumsinya.

Hasil analisis perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel

secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perilaku konsumen dalam pembelian beras berlabel.

No Perilaku Konsumen Perilaku Dominan

1 Tempat Pembelian Supermarket 43%

Minimarket 17%

Hypermarket 13%

2 Jumlah Pembelian / bulan 20 / 25 kg 56%

50 kg 11%

No Perilaku Konsumen Perilaku Dominan

3 Ukuran Kemasan 10 kg 33%

5 kg 31%

20 / 25 kg 27%

4 Jenis Beras Pandan Wangi 40%

Setra Ramos 20%

Rojolele 20%

5 Harga Rp 9000-11000 43%

Rp 11000-13000 30%

≥Rp13000 17%

6 Merek Ayam Jago 15%

Desa Cianjur 14%

Si Pulen 11%

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Atribut mutu beras yang penting adalah: rasa, kepulenan, aroma,

warna, kebersihan, keberadaan serangga, harga, ketersediaan,

dan sertifikat.

2. Atribut mutu yang merupakan prioritas perbaikan utama adalah

harga dan sertifikat, sedangkan yang merupakan prioritas rendah

adalah bahan kemasan, informasi, dekorasi dan merek. Atribut

mutu yang perlu dipertahankan adalah ketersediaan, keberadaan

serangga, aroma, pulen, warna, rasa, dan kebersihan. Perbaikan

terhadap atribut mutu harus dilakukan oleh pihak produsen secara

efektif dan efisien dengan melihat tingkat prioritasnya.

3. Perilaku konsumen dalam pembelian beras dapat dijadikan

masukan bagi produsen maupun retailer untuk menyesuaikan

dengan permintaan (conformance to requirment). Tempat

pembelian terbanyak adalah supermarket dan hypermart, jumlah

pembelian per bulan sebanyak 20 kg dan 25 kg, ukuran kemasan

10 kg dan 5 kg, jenis terbanyak adalah Pandan Wangi dan Setra

Ramos, harga yang dipilih adalah Rp 9000 – 11000, dan merek

yang paling banyak dipilih adalah Ayam Jago dan Desa Cianjur.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan dapat diajukan beberapa

saran berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif baik

dari pihak konsumen maupun dari pihak produsen, dengan wilayah

yang lebih luas terutama kota-kota besar di Indonesia.

2. Sertifikasi Beras perlu dirumuskan dalam rangka meningkatkan

dan menjaga kualitas beras berlabel sehingga dapat menjadi

komoditas yang berdaya saing baik di pasar lokal maupun

internasional.

46

3. Perlu model pemasaran beras berlabel yang terpadu, efisien dan

efektif.

4. Perlunya pendidikan konsumen agar lebih peduli terhadap masalah

perlabelan.

47

DAFTAR PUSTAKA Ancok, J. 1995. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Di dalam :

Singarimbun M, Effendi S, editor. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.

Black, J.A. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika

Aditama. BPS. 2007. Pertumbuhan Produksi Beras. http://www.bps.go.id.[10 April 2007] Danger, E.P. 1992. Memilih Warna Kemasan (Terjemahan). PT.Pustaka Binaman

Pressindo, Jakarta Departemen Pertanian. 2006. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. Sub

Direktorat Ketahanan Pangan.Jakarta. Engel, J.F., Blackwel, R D., dan Miniard, P.W. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I.

Edisi keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. Faisal, S. Format-format Penelitian Sosial : Dasar-Dasar dan Aplikasi.

RajaGrafindo Perkasa. Jakarta. Hartari, A. 2005. Atribut mutu Produk dan Karakteristik Konsumen Beras

Organik Terhadap Sikap Konsumen Beras Organik. Tesis. Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hubeis, M. 1985. Pengembangan Merode Uji Kepulenan Nasi. Tesis. Program

Ilmu Pangan, Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor. Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara

Dunia Ketiga; Suatu Pengantar. Gramedia, Jakarta. Juran, J.M. 1989. JURAN on Quality Design. The Free Press, A. Division of

Macmillen Company, Inc (USA). Kadarisman, D. 2006. Konsep Mutu pada Industri Pangan. Bahan Kuliah pada

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta – IPB. Tidak dipublikasikan. Kerlinger, F.N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavorial (Terjemahan). Gajah Mada

University Press, Yogyakarta. Kotler, P. 2000. Marketing Management. (The Millenium Edition). Northwestern

University. Prentice Hall International. New Jersey. Kurniawan, F. 2006. Analisis Mutu Pelayanan Industri Jasa Boga : Studi Kasus

Pada Restoran Dapur Teteh, PT MQ Corporation, Bandung-Jawa Barat.

48

Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Luning, P.A., Marcelis W.J., dan Jongen W.M.F. 2002. Food Quality

Management : A Techno-Managerial Approach. Den Haag: Wageningen Pers.

Manurung S.O dan Ismunadji M. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Di dalam

Ismunadji M, Partohardjono, S, Syam M, Widjono A, editor. Padi. Buku 1. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hal. 12-25

Muhandri, T. dan Kadarisman, D. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.

IPB Press, Bogor. Pranata, R.I. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP. Bogor. Setyono, A. Januari 2001. Karakteristik Beras dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan

Baku Industri. Majalah Pangan No.36 : Tahun X. Jakarta: Bulog. Singarimbun, M. Dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta. Steenkamp, J.E.B.M. 1990. A Conceptual Model of the Quality Perception

Process. Journal of Business Research, 21, 309-333. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia dan MMA IPB. Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Rineka Cipta,

Jakarta. Suryana, A. dan A. Purwoto. 1998. Perspektif dan Dinamika Penawaran,

Permintaan dan Konsumsi Pangan. Agronomika. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta.

Sutrisno. 2005. Pusat Grading Industri Beras. IPB. Tidak dipublikasikan. Tjiptono, F. 1997. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama

49

Lampiran 1. Kuisioner Pengukur Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen

Kuisioner Penelitian

Mempelajari Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Konsumen

Terhadap Atribut Mutu Beras Berlabel dan Perilaku Konsumen

Dalam Pembelian Beras Berlabel

I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :

2. Alamat :

3. No. telp :

4. Usia :

5. Pekerjaan :

II. INFORMASI DEMOGRAFI DAN SOSIO EKONOMI 1. Jenjang pendidikan terakhir yang saudara tempuh?

a. SLTA d. S2

b. S0 e. S3

c. S1

2. Berapa rata-rata pengeluaran saudara perbulan (seluruh

keluarga)?

a. < Rp 1.000.000

b. Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000

c. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000

d. Rp 5.000.000 – Rp 7.500.000

e. > Rp 7.500.000

3. Berapa jumlah anggota keluarga saudara? Orang

4. Berapa lama saudara mengkonsumsi beras berlabel ?

a. < ½ tahun

b. ½ - 1 tahun

c. 1 – 3 tahun

d. > 3 tahun

50

III. TINGKAT KEPENTINGAN ATRIBUT MUTU

PERNYATAAN SP P N TP STP

1. Harga

2. Rasa

3. Aroma

4. Warna

5. Kepulenan

6. Ketersediaan

7. Merk

8. Bahan Kemasan

9. Dekorasi Kemasan

10. Informasi

11. Jaminan keaslian / bersertifikat

12. Kebersihan

13. Keberadaan Serangga

IV. TINGKAT KEPUASAN TERHADAP ATRIBUT MUTU

PERNYATAAN SP P N TP STP

1. Harga

2. Rasa

3. Aroma

4. Warna

5. Kepulenan

6. Ketersediaan

7. Merk

8. Bahan Kemasan

9. Dekorasi Kemasan

10. Informasi

11. Jaminan Keaslian

12. Kebersihan

13. Keberadaan Serangga

Lanjutan Lampiran 1

51

V. PERILAKU PEMBELIAN 1. Bagaimana cara bapak/ibu membeli beras berlabel?

□ Hypermarket

□ Pasar Swalayan

□ Mini market

□ Lainnya, sebutkan !

....................................................................................

2. Berapa rata-rata jumlah beras berlabel yang bapak/ibu beli

perbulan ?

....... Kg / bulan

3. Berapa ukuran kemasan yang biasa bapak/ibu beli ?

□ 2 Kg

□ 5 Kg

□ 10 Kg

□ Lainnya, sebutkan !

....................................................................................

4. Sebutkan merk beras berlabel yang biasa bapak/ibu beli ?

(jawaban boleh >1 )

□ Topi Koki

□ Anggrek Plicata

□ Cap Gajah

□ Walet

□ Lautan Mas

□ Ayam Jago

□ Bangkok

□ Si pulen

□ Qualita

□ Jatisari

□ LCO

□ Dewi Sri

□ Cap Singa

□ Istana Bangkok

□ Nona holland

□ Vitarice

□ Gunung muncul

□ Pedati

□ Kokuho

□ Jago merah

□ Istana

□ Jelita

□ Crown

□ Embun pagi

□ Saigon bandung

□ Satu juta satu

□ Sehati

□ HSC

Lanjutan Lampiran 1

52

□ Bulan bango

□ Indopadi

□ Desa cianjur

□ Al hijaz

□ Hero

□ Pas

□ Value Plus

□ Lainnya, sebutkan !

5. Sebutkan 2 jenis beras yang tercantum di label yang sering

bapak/ibu konsumsi

□ Setra Ramos

□ Pandan Wangi

□ Rojolele

□ Cianjur

□ Lainnya, sebutkan !

......................................................................................

6. Berapa tingkat harga beras berlabel yang biasa bapak/ibu beli ?

□ Rp 7.000 – Rp 9.000 / kg

□ Rp 9.000 – Rp 11.000 / kg

□ Rp 11.000 – Rp 13.000 / kg

□ > Rp 13.000 /kg

Lanjutan Lampiran 1

53

Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner

Hasil uji validitas kuisioner

Atribut Mutu Nilai Kolerasi (r)

Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0,564

0,657

0,386

0,812

0,696

0,765

0,604

0,722

0,495

0,733

0,706

0,805

0,437

0,816

0,693

0,637

0,850

0,698

0,833

0,695

0,727

0,474

0,726

0,860

0,859

0,761

Nilai r tabel ( n=30; db 28; α=0,05) = 0,361 Hasil uji reliabilitas kuisioner

r hitung r tabel 0,988 0,361

54

Lampiran 3. Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Atribut mutu Beras Berlabel

No urut Atribut mutu Beras Berlabel Tingkat kepentingan

Tingkat kepuasan

1 Rasa 4,29 3,92

2 Kepulenan 4,30 3,90

3 Aroma 4,07 3,82

4 Warna 4,21 3,88

5 Kebersihan 4,52 3,96

6 Serangga 4,40 3,75

Intrinsik 4,30 387

7 Bahan kemasan 3,16 3,27

8 Dekorasi 2,70 3,10

9 Informasi 3,87 3,33

10 Harga 3,99 3,42

11 Merek 3,17 3,30

12 Ketersediaan 3,93 3,63

13 Sertifikat 4,13 3,51

Eksterinsik 3,56 3,37

Rata-rata 3,90 3,60

55

Lampiran 4. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis Tingkat Kepentingan Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 4 5 2 4 5 2 2 2 2 2 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 6 4 4 3 4 5 2 4 3 3 3 5 5 5 7 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 8 5 4 3 4 4 4 4 4 2 4 5 5 5 9 4 3 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 10 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 11 5 5 5 5 5 5 4 2 1 2 4 4 5 12 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 5 13 5 4 4 5 4 5 4 3 2 5 5 5 5 14 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 5 15 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 16 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 17 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 18 5 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 5 5 19 4 4 3 4 5 2 4 3 3 3 5 5 5 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 421 4 5 5 5 5 4 2 4 2 2 2 4 4 22 3 4 4 4 4 2 1 2 2 4 5 4 4 23 4 4 4 4 5 3 2 4 3 4 4 5 5 24 3 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 4 5 25 4 5 4 4 5 3 4 4 3 4 5 4 4

56

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 26 5 5 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 27 5 4 4 4 5 3 3 3 3 4 5 5 5 28 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 29 2 5 4 4 4 3 2 2 3 4 4 5 4 30 5 5 2 4 5 5 5 2 2 4 2 5 1 31 4 3 3 3 4 4 3 3 2 5 4 5 5 32 5 4 3 4 4 3 2 1 1 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 34 5 5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 5 3 35 5 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 4 5 36 3 4 4 4 4 5 3 4 3 5 5 5 1 37 2 5 5 5 5 5 2 4 4 5 2 5 5 38 2 5 4 4 5 2 2 2 2 4 4 4 5 39 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 540 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 441 4 5 4 3 4 4 2 2 3 3 5 4 4 42 4 5 5 5 4 5 4 4 2 5 4 5 5 43 5 4 2 4 4 3 2 2 1 4 5 5 5 44 1 3 4 1 2 2 3 1 1 2 1 2 4 45 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 5 47 2 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 48 3 5 5 5 5 4 2 1 1 4 5 5 1 49 4 5 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 3 50 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 5 5 5 51 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 52 4 5 4 4 5 3 4 4 3 4 4 5 4

Lanjutan Lampiran 4

57

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 53 5 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 54 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 5 5 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 56 5 5 5 5 5 5 5 4 2 3 5 5 5 57 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 58 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 59 5 5 3 5 5 3 3 5 3 4 5 5 5 60 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 5 5 61 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 62 5 3 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 5 63 3 5 5 5 4 5 3 3 4 5 5 5 5 64 4 5 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 65 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 66 5 5 3 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 67 4 5 4 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 68 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 5 5 5 69 4 3 3 5 5 5 2 2 2 4 5 5 5 70 5 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 5 5 71 5 2 4 4 4 5 3 3 3 3 4 4 1 72 4 4 5 4 5 5 3 3 3 3 4 5 1 73 4 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 5 5 74 4 5 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 5 75 4 5 4 3 5 4 4 4 3 5 4 5 5 76 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 77 3 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 5 78 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 579 5 5 4 5 5 3 4 4 3 4 5 5 5

Lanjutan Lampiran 4

58

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 80 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 81 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 5 82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 83 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 84 4 5 3 4 5 5 3 1 1 3 2 4 5 85 3 5 5 4 5 4 3 3 3 5 5 5 5 86 4 5 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4 5 87 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 5 5 5 88 1 5 5 5 5 5 1 5 1 5 5 5 5 89 4 4 4 5 5 4 2 4 1 5 5 5 5 90 4 5 5 5 4 3 2 1 1 2 2 5 5 91 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 92 5 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 93 4 4 4 4 4 a 3 2 2 4 4 5 5 94 5 5 5 5 4 4 2 2 2 4 4 4 4 95 4 5 5 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 96 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 97 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 5 4 98 4 5 4 4 5 2 3 2 2 2 2 4 5 99 4 5 5 5 4 3 2 1 1 2 2 5 5

100 4 4 5 3 4 5 4 5 2 5 5 5 2 Rata-rata 3,99 4,29 4,07 4.21 4,30 3,93 3,17 3,16 2,7 3,87 4,13 4,52 4,4

Y = 3,90

Lanjutan Lampiran 4

59

Lampiran 5. Distribusi Skor yang Diberikan Responden pada Analisis Tingkat Kepuasan Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 5 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 7 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 8 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 9 1 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 1 2 10 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 5 5 5 11 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 13 2 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 14 1 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 2 1 15 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 16 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 17 2 4 4 4 4 3 2 4 4 2 2 4 4 18 2 4 2 4 3 2 4 2 3 2 2 4 4 19 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 421 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 22 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 23 2 4 2 4 2 4 3 3 3 2 3 4 4 24 4 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 5 25 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 4 4

60

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 26 3 4 4 4 4 1 2 3 3 2 3 3 3 27 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 29 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 30 5 5 2 3 4 5 2 2 2 4 2 5 1 31 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 5 32 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 34 5 5 4 4 4 5 3 3 4 5 5 5 3 35 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 36 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 2 4 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 38 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 39 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 40 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 41 2 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 42 2 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 1 43 4 4 4 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3 44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 45 1 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 46 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 5 47 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 2 2 4 5 5 4 49 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 50 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 5 5 5 51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 352 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 3 4 4

Lanjutan Lampiran 5

61

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 53 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 2 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 56 4 5 5 5 5 3 3 4 2 3 4 5 5 57 4 4 5 5 5 3 4 4 4 2 4 4 4 58 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 5 59 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 5 4 4 4 5 4 3 3 3 5 5 5 5 61 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62 3 3 4 4 4 4 3 5 3 5 5 5 5 63 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 64 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 5 65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 66 5 5 3 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 67 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 68 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 5 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 5 5 71 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 5 1 72 4 4 5 4 5 5 3 3 3 3 3 5 1 73 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 74 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 75 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 76 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 77 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 78 5 5 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 579 5 5 3 3 4 3 3 3 3 4 4 5 5

Lanjutan Lampiran 5

62

Responden

Atribut-atribut mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 80 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 5 81 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 82 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 83 2 4 4 4 4 3 4 4 3 2 2 4 4 84 4 4 4 4 4 5 3 2 1 2 3 4 5 85 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 86 2 2 3 3 2 4 3 2 3 4 2 4 4 87 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 88 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 89 4 4 4 4 5 4 1 3 1 4 4 5 5 90 4 4 4 5 5 3 2 2 1 1 4 5 5 91 5 4 5 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 92 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 5 4 93 4 5 5 5 5 4 4 4 2 2 2 4 4 94 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 95 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 96 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 97 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 98 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 99 4 4 4 5 5 3 2 2 1 1 4 5 5

100 4 4 5 4 5 4 4 4 2 5 5 5 1 Rata-rata 3.42 3.92 3.82 3.88 3.9 3.63 3.3 3.27 3.1 3.33 3.51 3.96 3.75

X = 3,60

Lanjutan Lampiran 5

63

Lampiran 6. Sebaran data jumlah responden

Data tingkat kepentingan

Artribut SP P N TP STP 1.Harga 32 45 16 4 3 2.Rasa 44 44 10 1 1 3.Aroma 26 57 15 2 0 4.Warna 32 59 8 0 1 5.Pulen 40 52 6 2 0 6.Ketersediaan 30 42 19 9 0 7.Merek 5 35 34 24 2 8.Bahan kemasan 7 36 29 22 6 9.Dekorasi 0 20 40 30 10 10.Informasi 21 53 18 8 0 11.Sertifikat 39 45 7 8 1 12.Kebersihan 56 41 2 1 0 13.Serangga 61 29 4 1 5

Data tingkat kepuasan

Atribut SP P N TP STP 1.Harga 15 42 18 20 5 2.Rasa 15 67 13 5 0 3.Aroma 13 63 17 7 0 4.Warna 14 64 18 4 0 5.Pulen 18 61 14 7 0 6.Ketersediaan 14 46 30 9 1 7.Merek 4 37 45 13 1 8.Bahan kemasan 5 35 42 18 0 9.Dekorasi 2 33 42 19 4 10.Informasi 8 44 23 23 2 11.Sertifikat 14 44 21 21 0 12.Kebersihan 26 52 15 6 1 13.Serangga 26 45 13 10 6

64

Lampiran 7. Harga beras berlabel (akhir 2004)

No Merek Perusahaan Varietas Harga / kg

1 Ayam Jago PT. Alam Makmur

Sembada

Pandan Wangi 8535

2 Desa Cianjur PT. Alam Makmur

Sembada

Setra Ramos 7894

Desa Cianjur PT. Alam Makmur

Sembada

Pandan Wangi 9663

3 Si Pulen PT. Prima Andalan Djaja

Internusa

Pandan Wangi 10940

4 Anggrek

Plicata

PT Mitra Surya Mukti Rojolele 9338

Anggrek

Plicata

PT Mitra Surya Mukti Cianjur slyp 8830

Anggrek

Plicata

PT Mitra Surya Mukti Setra Ramos 6780

Anggrek

Plicata

PT Mitra Surya Mukti Pandan Wangi 9686

5 Hero Cianjur slyp 6450

Hero Setra ramos 6640

Hero Rojolele 6580

Hero Pandan wangi 7230

6 LCO Pertani Cianjur 7203

LCO Pertani Setra ramos 6922

LCO Pertani Pandan Wangi 7809

LCO Pertani Rojolele 7176

65

Lampiran 8. Output SPSS 13 menggunakan metode kolerasi Spearman

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Harga ) Hipotesis : Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan harga tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan harga berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .283**. .004

100 100.283** 1.000.004 .100 100

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

Jenjang Pendidikan

Harga per kilo gram

Spearman's rho

JenjangPendidikan

Harga perkilo gram

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Kes : Tolak Ho pada taraf nyata sebesar 0,05(tolak Ho jika significant()<alpha) (ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan harga pembelian) Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Harga ) Hipotesis : Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan harga tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan harga berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .427**. .000

100 100.427** 1.000.000 .100 100

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

Rata-rata Pengeluaran

Harga per kilo gram

Spearman's rho

Rata-rataPengeluaran

Harga perkilo gram

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Kes : Tolak Ho pada taraf nyata sebesar 0,05 (ada korelasi antara rata-rata pengeluaran konsumen dengan pemilihan harga pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Tempat ) Hipotesis :

Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan tempat pembelian tidak berpengaruh nyata

H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan tempat pembelian berpengaruh nyata

66

Correlations

1.000 -.035. .732

100 100-.035 1.000.732 .100 100

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

Jenjang Pendidikan

Tempat Pembelian

Spearman's rho

JenjangPendidikan

TempatPembelian

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05 (tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan tempat pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pendidikan vs Merk ) Hipotesis : Ho : Korelasi tingkat pendidikan dengan merk tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi tingkat pendidikan dengan merk berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .097. .338

100 100.097 1.000.338 .100 100

Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N

Jenjang Pendidikan

Merk Beras Berlable

Spearman's rho

JenjangPendidikan

Merk BerasBerlable

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05 (tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan konsumen dengan pemilihan merk pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Tempat ) Hipotesis : Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan tempat pembelian tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan tempat pembelian berpengaruh nyata

Correlations

1.000 -.029. .772

100 100-.029 1.000.772 .100 100

Correlation CoefficienSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (2-tailed)N

Rata-rata Pengeluaran

Tempat Pembelian

Spearman's rho

Rata-rataPengeluaran

TempatPembelian

67

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05 (tidak ada korelasi antara rata-rata pengeluaran konsumen dengan pemilihan tempat pembelian)

Nonparametric Correlations ( Pengeluaran vs Merk ) Hipotesis : Ho : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan merk tidak berpengaruh nyata H1 : Korelasi rata-rata pengeluaran dengan merk berpengaruh nyata

Correlations

1.000 .174. .084

100 100.174 1.000.084 .100 100

Correlation CoefficienSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficienSig. (2-tailed)N

Rata-rata Pengeluaran

Merk Beras Berlable

Spearman's rho

Rata-rataPengeluaran

Merk BerasBerlable

Kes : Terima Ho pada taraf nyata sebesar 0,05 (tidak ada korelasi antara rata-rata pengeluaran konsumen dengan pemilihan merk pembelian)

68

Lampiran 9. Importance Performance berdasarkan profil responden

<1 juta

penting puas 1 1.Harga 4.29 3.622 2.Rasa 4.36 4.003 3.Aroma 3.71 4.084 4.Warna 4.29 3.925 5.Pulen 4.50 3.926 6.Ketersediaan 4.14 3.857 7.Merek 3.29 3.238 8.Bahan kemasan 3.43 3.089 9.Dekorasi 2.79 3.08

10 10.Informasi 3.71 3.2311 11.Sertifikat 3.86 3.6212 12.Kebersihan 4.43 4.0013 13.Serangga 4.07 3.38

3.91 3.621-2,5 juta

pentng puas 1 1.Harga 4.10 3.27 2 2.Rasa 4.10 3.76 3 3.Aroma 3.90 3.61 4 4.Warna 4.10 3.80 5 5.Pulen 4.07 3.80 6 6.Ketersediaan 3.83 3.517 7.Merek 3.07 3.12 8 8.Bahan kemasan 2.93 3.17 9 9.Dekorasi 2.56 3.05 10 10.Informasi 3.85 3.29 11 11.Sertifikat 4.17 3.44 12 12.Kebersihan 4.51 3.80 13 13.Serangga 4.49 3.59 3.82 3.48

2,5-5 juta

pentng puas 1 1.Harga 3.83 3.38 2 2.Rasa 4.45 4.10 3 3.Aroma 4.34 4.03 4 4.Warna 4.31 4.03 5 5.Pulen 4.41 4.07 6 6.Ketersediaan 3.79 3.557 7.Merek 3.07 3.41 8 8.Bahan kemasan 3.10 3.31 9 9.Dekorasi 2.69 3.14 10 10.Informasi 3.79 3.34 11 11.Sertifikat 4.00 3.62 12 12.Kebersihan 4.52 4.10 13 13.Serangga 4.28 3.93 3.89 3.69

69

5-7,5 juta

pentng puas 1 1.Harga 3.73 3.73 2 2.Rasa 4.45 3.91 3 3.Aroma 4.09 3.82 4 4.Warna 4.55 3.73 5 5.Pulen 4.64 3.82 6 6.Ketersediaan 4.36 3.82 7 7.Merek 3.55 3.45 8 8.Bahan kemasan 3.82 3.64 9 9.Dekorasi 2.91 3.27 10 10.Informasi 4.45 3.55 11 11.Sertifikat 4.82 3.36 12 12.Kebersihan 4.82 4.18 13 13.Serangga 4.91 4.27 4.24 3.73

>7,5 juta

pentng puas 1 1.Harga 3.80 3.40 2 2.Rasa 4.40 3.80 3 3.Aroma 4.00 3.80 4 4.Warna 3.60 3.60 5 5.Pulen 4.20 3.60 6 6.Ketersediaan 4.00 3.80 7 7.Merek 3.40 3.60 8 8.Bahan kemasan 3.20 3.20 9 9.Dekorasi 3.20 3.20 10 10.Informasi 3.60 3.0011 11.Sertifikat 3.80 3.20 12 12.Kebersihan 4.20 3.60 13 13.Serangga 4.20 3.60 3.82 3.49

SMA

pentng puas 1 1.Harga 4.09 3.22 2 2.Rasa 4.13 3.88 3 3.Aroma 3.97 3.75 4 4.Warna 4.13 3.78 5 5.Pulen 4.09 3.69 6 6.Ketersediaan 3.88 3.507 7.Merek 3.03 3.16 8 8.Bahan kemasan 3.00 3.22 9 9.Dekorasi 2.75 3.28 10 10.Informasi 3.78 3.47 11 11.Sertifikat 4.19 3.53 12 12.Kebersihan 4.44 3.81 13 13.Serangga 4.16 3.59 3.82 3.53

70

S0

pentng puas 1 1.Harga 4.07 3.43 2 2.Rasa 4.21 3.86 3 3.Aroma 4.07 3.93 4 4.Warna 4.36 4.00 5 5.Pulen 4.07 3.93 6 6.Ketersediaan 3.92 3.50 7 7.Merek 3.07 3.29 8 8.Bahan kemasan 2.93 3.07 9 9.Dekorasi 2.43 3.00 10 10.Informasi 3.79 3.14 11 11.Sertifikat 3.93 3.29 12 12.Kebersihan 4.57 3.79 13 13.Serangga 4.57 3.79 3.85 3.54

S1

pentng puas 1 1.Harga 3.89 3.62 2 2.Rasa 4.40 3.98 3 3.Aroma 4.00 3.83 4 4.Warna 4.19 3.87 5 5.Pulen 4.53 4.00 6 6.Ketersediaan 3.96 3.79 7 7.Merek 3.26 3.45 8 8.Bahan kemasan 3.36 3.40 9 9.Dekorasi 2.79 3.11 10 10.Informasi 4.00 3.4311 11.Sertifikat 4.19 3.64 12 12.Kebersihan 4.57 4.13 13 13.Serangga 4.49 3.85 3.97 3.70

S2

pentng puas 1 1.Harga 4.00 3.00 2 2.Rasa 4.43 3.86 3 3.Aroma 4.43 3.86 4 4.Warna 4.43 4.14 5 5.Pulen 4.14 4.14 6 6.Ketersediaan 4.00 3.43 7 7.Merek 3.43 3.00 8 8.Bahan kemasan 3.00 3.00 9 9.Dekorasi 2.43 2.43 10 10.Informasi 3.57 2.4311 11.Sertifikat 3.86 3.00 12 12.Kebersihan 4.43 3.8613 13.Serangga 4.57 3.71 3.90 3.37