makalah perilaku konsumen (kumpulan jurnal – jurnal tentang perilaku konsumen)

56
PERILAKU KONSUMEN JURNAL dan REVIEW Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perilaku Konsumen Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Dosen : Ibu PUTRI RATNA JUWITA, SPsi Anggota Kelompok : 1. Agung Dwi Saputra (10212348) 2. Andrew Junio (10212828) 3. Bayu Aprian (11212383) 4. Benyamin Sahat (11212433) 5. Fadli Adhin (12212628) 6. Pungki Indriyono (15212731) 7. Tito Yulianto (17212415) 8. Wahyu Ari Sejati (17212629)

Upload: agung-saputra

Post on 26-Dec-2015

560 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

PERILAKU KONSUMEN

JURNAL dan REVIEW

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Perilaku Konsumen

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Nama Dosen : Ibu PUTRI RATNA JUWITA, SPsi

Anggota Kelompok :

1. Agung Dwi Saputra (10212348)

2. Andrew Junio (10212828)

3. Bayu Aprian (11212383)

4. Benyamin Sahat (11212433)

5. Fadli Adhin (12212628)

6. Pungki Indriyono (15212731)

7. Tito Yulianto (17212415)

8. Wahyu Ari Sejati (17212629)

UNIVERSITAS GUNADARMA

BEKASI

2015

Page 2: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

JURNAL 1

JUDUL : PERILAKU KONSUMEN DALAM BERBELANJA PADA SUPERMARKET di YOGYAKARTA

Arif Sudaryana

Abstrak

Penelitian ini meneliti tentang perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di Wilayah Yogyakarta dengan tujuan penelitian yaitu :

1) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta,

2) Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam memilih suatu supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Yogyakarta, menggunakan sampel sebanyak 90 orang yang diambel secara accident sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilengkapi dengan skala interval dari Likert dengan interval 5 rentangan yang diuji validitas serta reliabilitasnya. Untuk mencapai tujuan, analisis digunakan analisis regresi dan kontigensi.

Hasil penelitian menunjukkan hubungang yang signifikan antara manfaat yang ditawarkan dengan intensitas berbelanja serta adanya perbedaan perilaku dalam mencari manfaat berbdasarkan berbagai karakteristik konsumen

Latar Belakang

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya (Stanton) seperti bertahan hidup, memperoleh keuntungan dan berkembang. Tujuan tersebut akan dapat dicapai manakala perusahaan mampu menciptakan, mengantarkan serta mengkomunikasikan nilai melalui sebuah produk sehingga dapat meraih, mempertahankan pelanggan. Sehingga bidang pemasaran adalah merupakan bidang pengambilan keputusan yang sulit bagi perusahaan. Karena masalah pemasaran tidaklah memperlihatkan ciri-ciri kuantitatif murni dari masalah-masalah produksi, akuntansi atau keuangan. Berbagai variabel psikologis konsumen memainkan peranan penting dan besar dalam perencanaan pemasaran serta membentuk dan berinteraksi dalam fungsi bisnisnya. Pemahaman tentang bagaimana konsumen menanggapi tawaran perusahaan, memilih serta memutuskan produk yang akan dibeli adalah merupakan kunci sukses dalam pencapaian tujuan perusahaan. Untuk memahami konsumen dimulai dengan memahami kebutuhan dan keinginan yang menjadi motivasi karena motivasi merupakan salah satu faktor psikologis kiranya perlu memperoleh perhatian sebab motivasi yang ada akan mendorong kebutuhan dengan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi suatu produk (Engel, Blackwell, Miniard, 1993.). Pemahaman motivasi konsumen dapat diperkirakan perilaku yang akan diekspresikan oleh

1

Page 3: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

konsumen sehingga pemasar dapat merancang rangsangan yang lebih tepat sehingga dalam melayani konsumen akan lebih baik dibanding pesaingnya. Oleh karena itu memahami perilaku konsumen terutama variabel kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai motivasi adalah syarat mutlak bagi keberhasilan perusahaan.

Pada kondisi sekarang ini dengan adanya tuntutan waktu yang semakin sempit serta bergesernya budaya maka waktu yang tersedia untuk mencari alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga berubah. Didalam memilih tempat berbelanja biasanya pembeli menghendaki tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal, cukup strategis untuk dilalui dan mudah dicapai apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak serta tempat parkir yang luas dan aman. Supermarket yang cerdik akan memilih lokasi dimana penghasilan penduduk yang stabil, terjamin dan tinggi. Jadi jumlah penduduk di sekitar lokasi akan menentukan jumlah calon langganan supermarket itu. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa lokasi supermarket memainkan peranan penting bagi suksesnya supermarket tersebut, sebab ia menentukan besarnya penjualan dan laba. Lokasi yang baik seringkali dapat menutup kelemahan pengelolaan, tetapi lokasi yang jelek dapat menjadikan kegagalan walaupun dikelola pengusaha yang paling trampil sekalipun (Basu Swastha Dh . 1987). Selain lokasi, pemilihan tempat untuk belanja bagi konsumen juga sering menginginkan aspek yang lain seperti kesenangan sebagai pleseiur. Motivasi konsumen akan dapat diketahui dari preferensi konsumen dalam memilih produk, karena preferensi konsumen atas atribut suatu produk merupakan manifestasi dari motivasi konsumen atas produk tersebut (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Motivasi yang ada akan mendorong proses dalam menentukan pilihan diantaranya berbagai alternatif dari kegiatan suka rela (Vroom dalam Gibson, Ivancevich dan Donelly, 1982).

Rumusan Masalah Dalam memperoleh kepuasan diri untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya,

seseorang pasti memiliki alasan tertentu. Dari uraian diatas dapat ditentukan yang menjadi pokok permasalahannya adalah “Bagaimana perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta “.

Kajian Pustaka1. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu yang terlibat dalam pemilihn, evaluasi, perolehan, penggunaan dan mendpatkan barang dan jasa Loudon & Della Bitta). Sehingga perilaku konsumken merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu maupun kelompok yang berkiatan dengan proses pengambilan keputusan utnuk memperoleh dan menggunakan suatu produk yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu variabel individual yang mempunyai pengaruh langsung terhadap proses pengambilan keputusan pembelian adalah motivasi. Kiranya bagi pemasar harus memahami variabel motivasi ini karena dengan memahami motivasi bagi pemasar akan dapat memahami mengapa konsumen berperilaku tertentu, membeli produk tertentu. Dengan memahami motivasi konsumen ini maka pemasar akan dapat menyusun rangsangan pemasaran secara lebih baik.

Perilaku yang bermotivasi diawali dengan pengenalan kebutuhan (Engel, Backwell, Miniard, 1993). Kebutuhan yang dirasakan akan membangkitkan untuk berperilaku yang

2

Page 4: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

diperkirakan memiliki kemungkinan terbesar untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Bayton, 1982). Kebutuhan yang dirasakan akan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Jadi dengan kata lain setiap perilaku / kegiatan seseorang diarahkan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam memperoleh kepuasan sedangkan motivasi yang memberi tenaga, menggerakkan, mendorong agar seseorang berperilaku. Sehingga perilaku yang dimunculkan oleh konsumen adalah merupakan perwujudan dari adanya motivasi dari dalam diri konsumen tersebut. Perilaku yang dapat diamati oleh pemasar adalah seperangkat dari keputusan pemilihan suatu produk yang dibeli untuk pemenuhan atas kebutuhan dan keinginanya.

2. Mengidentifikasi Kebutuhan

Proses membeli diawali dengan kesadaran pembeli adanya masalah kebutuhan. Kebutuhan timbul karena perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan adalah kekuatan salah satu bagian otak untuk mengatur dan mengarahkan perilaku, akal dan tubuh agar dapat mempertahankan keadaan terbaik organisme itu ( McNeal dan McDaniel, 1982). Kebutuhan menyusun dan mengarahkan pikiran, perilaku termasuk perilaku konsumen agar dapat mempertahankan kondisi terbaik ( McNeal dan McDaniel, 1982). kebutuhan menentukan penilaian, pemikiran, kecenderungan, keinginan untuk berbuat dan tindakan konsumen. Kebutuhan mengarahkan dan menentukan perbuatan konsumen ( McNeal dan Mcdaniel , 1982).

Kebutuhan yang dirasakan akan membangkitkan untuk berperilaku yang diperkirakan memiliki kemungkinan terbesar untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Bayton, 1993). Kebutuhan yang dirasakan oleh pembeli akan menentukan penilaian, pemikiran, kecenderungan, keinginan untuk berbuat dan tindakan konsumen (McNeal and McDaniel. 1982). Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menjadikan tanggapan yang berbeda atas stimuli yang diterima karena kebutuhan akan menentukan perilaku organisme (McNeal and McDaniel. 1982). Keberadaan motivasi adalah mengacu pada kebutuhan pembeli. Dengan kata lain adanya motivasi karena kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak sehingga memotivasi orang untuk berusaha keras memenuhi kebutuhan tersebut (McClelland dalam Gibson, Ivancevich, Donelly. 1982). Motivasi yang akan bertindak sebagai kekuatan yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan sebagai pemuncul tingkah laku (Woodworth dalam Koeswara, 1989). Dalam pemilihan produk oleh konsumen tidak lepas dari kebutuhannya sebab adanya kebutuhan akan mengarahkan pemikiran dan perbuatan. Kebutuhan akan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan konsumsi (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Sehingga dengan mengenali kebutuhan konsumen maka dapat memprekdisikan perilaku konsumen karena konsumen tidak akan membeli suatu produk jika tidak memuaskan kebutuhan.

Kebutuhan manusia dibagi menjadi dua yaitu : kebutuhan yang berasal dari tegangan-sistem yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, sex dan kebutuhan berdasarkan tegangan sistim yang terdapat dalam kondisi subyektif kejiwaan seseorang (kebutuhan psikologis) yang berkaitan dengan kebutuhan psikogenik (Bayton, 1982). Kebutuhan psikogenik dibagi menjadi tiga yaitu : kebutuhan kasih sayang mempertahankan bentuk hubungan hangat dan harmonis serta memuaskan secara emosional, kebutuhan peningkatan diri yang berkaitan

3

Page 5: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

dengan prestise pengakuan, kepuasan dengan mempengaruhi orang lain, dan kebutuhan perlindungan, melindungi pribadi dari ancaman fisik dan psikologis, mencegah kehilangan muka, hilangnya prestise, aman dari kecemasan (Bayton, 1982).

Tidak setiap kebutuhan yang disadari akan memotivasi organisme untuk melakukan tindakan selanjutnya (Engel. Blackwell, Miniard, 1993; Loudon and Della Bitta, 1993). Hasil pengenalan kebutuhan akan mendorong organisme untuk berperilaku lebih jauh untuk pemecahan masalah jika kebutuhan yang dikenali cukup penting dan pemecahan kebutuhan tersebut dalam batas kemampuannya (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa sesudah konsumen mengidentifikasi masalah akan melakukan proses lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat pentingnya kebutuhan tersebut serta sumber daya yang dimiliki oleh konsumen. Agar kebutuhan menjadi cukup penting maka kebutuhan perlu didorong agar memenuhi suatu motif (Basu Swastha dan Hani H, 1987). Karena tanpa adanya dorongan tidak akan ada kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan mekanisme-mekanisme yang bertindak sebagai pemuncul tingkah laku (Woodworth dalam Koeswara, 1989). Dorongan akan mengaktifkan tingkah laku dalam rangka mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme (Clark Hull dalam Koeswara, 1989).

Untuk pemenuhan kebutuhan konsumen akan diekspresikan dengan pembelian suatu produk. Produk dalam arti sempit didefinisikan sebagai kumpulan atribut dan sifat kimia yang secara fisik dapat diraba dalam bentuk nyata. Dengan demikian setiap kategori barang mempunyai nama yang berbeda-beda, seperti : sepatu, sabun, apel dan lain-lain. Suatu keadaan dapat menciptakan produk menjadi produk yang baru yaitu mengadakan perubahan fisik, seperti : desain, warna, ukuran, bungkusan, dan sebagainya. Jadi secara singkat dapat dikatakan : barang atau produk adalah suatu sifat yang kompleks baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan kebutuhannya (Basu Swastha Dh. , 1987).

Dari perspektif pemasar, atmospherics suatu supermarket dapat mempunyai sejumlah efek yang diharapkan pada konsumen. Pertama, atmospherics dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian, untuk produk yang mungkin saja terabaikan. Kedua, lingkungan eceran dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai supermarket kepada konsumen, seperti suasana dan penempatan dapat pula mendatangkan reaksi emosi tertentu dari konsumen (misalnya : kesenangan dan kegairahan).

Keputusan konsumen sehubungan dengan pemilihan dalam pembelian suatu produk sangat dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dimiliki (Engel, Blackwell, Miniard, 1993; Kotler, 1994). Sumber daya ekonomi seperti pendapatan adalah variabel utama yang harus dianalisis di dalam studi perilaku konsumen (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Pendapatan adalah fungsi dari konsumsi dan tabungan sehingga kemampuan konsumen dalam konsumsi maupun menabung sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

4

Page 6: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

3. Beberapa Macam Pedagang Eceran

a. Supermarket / Pasar Swalayan

Di jaman sekarang supermarket banyak didirikan di kota-kota kecil maupun kota besar untuk melayani pembeli. Di kota Yogyakarta diantaranya juga banyak berdiri berbagai supermarket baik di Jalan Solo maupun Jalan Malioboro yang merupakan daerah jantung kota. Selain itu berbagai supermarket juga banyak berdiri tidak hanya dijantung kota namun diberbagai sudut kota. Banyak orang tahu apa itu supermarket tetapi secara definitif sebenarnya mereka belum tahu. Supermarket atau pasar swalayan didefinisikan sebagai prantara penjualan eceran yang berstruktur departemental yang menjajakan aneka macam barang dagangan (mencakup makanan dan minuman, daging, sayur mayur, dan produk-produk hasil pabrik pengolahan susu), dan kebanyakan beroperasi atas dasar swalayan dengan pelayanan ke konsumen yang sesedikit mungkin, penawaran harga menawan dan ada tempat parkir yang luas (Stanton, 1991). Biasanya toko ini berkembang menurut kebutuhan dengan desain interior yang menarik. Jenis barang yang dijual juga semakin berkembang, tidak lagi barang kebutuhan rumah tangga saja tetapi juga obat-obatan, alat-alat kecantikan, buku, majalah, alat-alat musik dan lain-lain. Dari definisi di atas karakteristik supermarket atau pasar swalayan adalah sebagai berikut:

1) Persediaan barang cukup,2) Pengaturan barang dibagi kelompok demi kelompok,3) Harga tertera dengan jelas,4) Penjaga siap untuk ditanya mengenai jenis dan tempat barang,5) Parkir untuk membantu kemudahan,6) Tersedia alat untuk membawa barang-barang yang dibeli,7) Tempat pembayaran sekaligus siap menyerahkan barang, dan8) Untuk keamanan disediakan tempat penitipan tas atau barang tertentu

Dengan demikian, setelah kita mengetahui definisi maupun karakteristik di atas maka sekarang kita dapat membedakan antara supermarket dengan toko-toko lainnya.

b. Departemen Store Supermarket atau pasar swalayan dengan departemen store hampir serupa dalam hal

harga rendah, volume penjualan tinggi dan pelayanan yang terbatas. Perbedaan utamanya antara konsep supermarket dan departemen store terletak pada kapasitas memenuhi kebutuhan konsumen (Stanton, 1991). Supermarket memenuhi kebutuhan konsumen akan makanan, produk pembersih rumah dan cuci mencuci. Departemen store dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama dan ditambah dengan kebutuhan yang lainnya. Pada departemen store kelemahannya adalah diperlukan dana yang lebih besar tetapi kelebihannya yaitu mempunyai kemampuan menjual aneka macam produk.

c. Discount House (Toko potongan harga)

Bentuk penjualan seperti ini dari mengadakan peninjauan ulang pada metode operasi eceran dan terstruktur penetapan harga yang sedang berjalan. Discount house dapat didefinisikan sebagai toko yang menjual aneka ragam barang-barang merek terkenal (perabotan, pakaian, perlengkapan olah raga, perlengkapan rumah dan perhiasan). Mereka menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga umum (Stanton, 1991).

5

Page 7: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yaitu : “ Adanya hubungan antara karakteristik supermarket seperti kelengkapan produk, pelayanan, situasi, serta kemudahan dengan perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket.”

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta

2. Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam memilih suatu supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta. Kebutuhan dan keingginan akan mendorong konsumen untuk berbelanja pada supermarket tersebut. Jika dorongan kuat, maka konsumen akan sering berbelanja pada supermarket tersebut, karena supermarket tersebut mempunyai atribut sesuai dengan kebutuhan dan keingginan Variabel yang digunakan terdiri dari dua macam variabel, yaitu :

1. Variabel Independent (bebas) sebagai motivasi konsumen. Seseorang berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta, karena supermarket

tersebut mempunyai atribut yang memenuhi kebutuhannya sehingga mendorong konsumen untuk berbelanja. Atribut supermarket tersebut diidentifikasikan sebagai manfaat yang dicari untuk memenuhi kebutuhan dalam berbelanja adalah sebagai berikut :

a. Kemudahan berbelanja yang diberikan oleh supermarketAtribut kemudahan dalam berbelanja meliputi lokasi yang mudah dijangkau,

sarana transportasi yang mudah/lancar dan juga tersedianya tempat parkir yang cukup dan aman

b. Keanekaragaman Produk yang ditawarkan oleh supermarketAtribut produk yang ditawarkan meliputi kelengkapan dan keanekaragaman

produk yang ditawarkan serta jaminan kualitas c. Situasi yang diciptakan oleh supermarket

Atribut situasi meliputi penataan ruang, barang aksesoris, warna yang menarik serta kelancaran arus dalam berbelanja.

d. Pelayanan yang diberikan oleh supermarketAtribut pelayanan meliputi pelayanan yang cepat, memuaskan penuh

perhatian, keramahan. Keahlian e. Harga yang ditetapkan oleh supermarket

Atribut harga yang ditawarkan oleh supermarket dirasakan oleh konsumen tidak mahal, sesuai dengan kualitas barang.

2. Variabel Dependen (terpengaruh) sebagai variabel perilaku Manivestasi dari perilaku konsumen adalah preferensi konsumen dalam berbelanja.

Jika konsumen merasa terpenuhi dalam berbelanja pada suatu supermarket maka akan

6

Page 8: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

melakukan pembelian ulang. Sehingga untuk menilai perilaku digunakan tingkat intensitas konsumen dalam berbelanja pada supermarket tersebut yang dikategorikan sebagai berikut:

- Kategori tinggi : adalah konsumen yang selalu berbelanja pada supermarket tersebut - Kategori sedang: konsumen hanya kadang-kadang saja berbelanja pada supermarket

tersebut- Kategori rendah: konsumen jarang membeli pada supermarket tersebut

Populasi dan Sampel Populasi Dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja pada supermarket di

Yogyakarta. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diteliti ada 90 responden yang berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta dengan metode penyampelan adalah metode accident sampling yaitu siapa yang berbelanja dan kita temui untuk dijadikan sampel.

Metode Pengumpulan dan Instrumen Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode surve

dilakukan dengan pengambilan data melalui penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan ke obyeknya.

Sebagai alat instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner seperti yang ada pada lampiran. Dalam penyusunan kuisioner menggunakan skala yang mengacu pada skala likert dengan indeks nilai dari 1 sampai 5. Penggunaan skala pengukuran ini dengan pertimbangan bahwa skala tersebut sudah mempunyai interval. Variabelnya bersifat kontinue dan tidak dikotom. Dengan menggunakan ukuran yang mempunyai interval tersebut sudah memungkinkan untuk mengukur tingkatan motivasi yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Hal ini berarti, jika responden bermotivasi dalam maka jawaban mereka adalah setuju atau sangat setuju, sedangkan apabila jawaban mereka adalah ragu-ragu/netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju maka berarti tidak ada motivasi dalam berbelanja.

Metode Analisis Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel motivasi dengan perilaku

dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode analisis statisik :1. Analisis Regresi dan Korelasi :

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen, dengan model sebagai berikut :

Y = a +b1x1 +b2x2 +b3x3 +b4x4 +b5x5Keterangan :

Y = sebagai variabel perilaku dalam berbelanja X1 = sebagai variabel kemudahan dalam berbelanja X2 = sebagai variabel keanekaragaman produk X3 = sebagai variabel situasi dalam berbelanja X4 = sebagai variabel pelayanan yang diberikan X5 = sebagai variabel tingkat harga yang ditetapkan

7

Page 9: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

2. Uji Kontigensi Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel karakteristik konsumen

dengan preferensi konsumen dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode analisis statistik x2 (kai kuadrat/chi square test). Kegunaan metode ini adalah :

x ²=∑k (0 i−Ei) ²

i=1 Ei

Analisa Dan Pembahasan 1. Analisis Hubungan Manfaat Dalam Belanja Pada Supermarket Dengan Variabel-Variabel Perilaku.

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen yaitu variabel karakteristik supermarket terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja dengan model yang telah ditentukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Y= - 3,604 + 0,554x1 + 0,44x2 + 0,0075x3 + 0,103x4 + 0,46x5 r2 0,238 0,1616 0,0005 0,0092 0,1596 prob (0,00001) (0,00012) (0,9495) (0,3784) (0,0001)t 5,13 4,024 -0,069 0,889 3,993F ratio : 37,271Prob : 0,000001Multiple R : 0,830

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut dapat diketahui peranan masing-masing variabel motivasi secara terpisah terhadap intensitas pembelian konsumen pada supermarket adalah, bahwa kemudahan dalam berbelanja adalah variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang ditunjukan dengan nilai t hitung (5,13) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685) dengan besarnya pengaruh sebesar 0,554. Sedangkan untuk variabel keanekaragaman produk, berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (4,024) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685). dan mempunyai pengaruh sebesar 0,44. Variabel situasi dalam toko tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (0,069) lebih kecil dibanding dengan nilai t tabel (1,685). Untuk variabel pelayanan pada saat berbelanja adalah variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (0,887) lebih kecil dibanding dengan nilai t tabel (1,685). Variabel harga yang ditetapkan atas produk yang ditawarkan oleh supermarket adalah merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan supermarket sebagai tempat berbelanja yang dibuktikan dengan nilai t hitung (3,993) lebih besar dibanding dengan nilai t tabel (1,685).

Hasil analisis serentak dapat diketahui bahwa secara bersama-sama atau simultan kelima variabel tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap intensitas konsumen dalam berbelanja pada supermarket sebab nlai F rationya sebesar 37,271 dengan probabilitas sebesar 0,00001 atau 0,001 %. Walaupun jika dilihat secara individual atau terpisah variabel x3 dan

8

Page 10: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

x4 tidak signifikan sebagai variabel pengaruh dalam berbelanja tetapi jika bersama-sama kelima variabel tersebut adalah signifikan sebagai penaksir.

2. Analisa Hubungan Karakteristik Konsumen Dengan Perilaku Dalam Berbelanja

Dalam hal ini akan dibahas ada tidaknya hubungan antara berbagai karakteristik konsumen seperti tingkat pendapatan, Jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dengan manfaat yang dicari dalam berbelanja dengan menggunakan alat analisis chi kuadrat (x2) seperti tabel dibawah.

Tabel 1 : Distribusi tingkat pendapatan dan preferensi

Tingkat Kemudahan

Keaneka produk

Situasi Pelayanan

Tingkat harga

Jumlah

Tinggi 3 12 5 4 2 26

Sedang 12 6 4 4 7 33

Rendah 6 6 3 4 12 31

Jumlah 21 24 12 12 21 90

Berdasarkan tabel diatas , selanjutnya dapat dihitung nilai harapan serta nilai dari chi kuadrat (x2).

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan manfaat yang dicari, bahwa konsumen yang berpendapatan tinggi banyak memilih supermarket yang memberi keanekaan produk dalam berbelanja, sedang yang menengah adalah lebih banyak yang memilih karena kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang pendapatan rendah memilih karena tingkat harga yang sesuai dengan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan nilai dari x2 hitung = 16,456 dengan prob. 3,63%. Karena x2 hitung (16,456%) > x2 tabel (15,507) maka disimpulkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan preferensi atribut yang dicari dalam berbelanja.

Menggunakan analisis seperti diatas, dianalisis hubungan antara pekerjaan dengan manfaat yang dicari dalam berbelanja dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan preferensi manfaat yang diharapkan /dicari dalam berbelanja pada supermarket, diketahui bahwa konsumen yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri, memilih faktor harga sebagai atribut yang menentukan, sedangkan yang pegawai swasta adalah kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang berstatus lainnya seperti ibu rumah dll adalah keanekaragaman produk yang disediakan sebagai atribut pilihannya yang dibuktikan dengan x2 hitung (19,004) > x2 tabel (15,507).

Hubungan tingkat pendidikan dengan manfaat yang diharapkan dalam berbelanja dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan konsumen dengan kecenderungan manfaat yang dicari/diharapkan untuk diperoleh dalam berbelanja pada supermarket yang dibuktikan dengan nilai dari x2 hitung sebesar 6,746 sehingga karena x2 hitung (6,746) < tabel (15,507) sehingga dapat diketahui bahwa konsumen yang berpendapatan tinggi banyak memilih supermarket yang memberi keanekaan produk dalam berbelanja, sedang yang menengah adalah lebih banyak yang memilih karena kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang rendah karena tingkat harga yang sesuai dengan konsumen.

9

Page 11: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Penutup

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan analisis terhadap pengaruh berbagai atribut secara individual, masing-masing diketahui bahwa atribut kemudahan dalam berbelanja, keanekaragaman produk serta atribut harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja. Diantara variabel tersebut, atribut kemudahan adalah variabel yang paling besar pengaruhnya. Namun jika dilihat kelima variable tersebut secara simultan maka semua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan sehingga layak sebagai variabel prediktor.

b. Hubungan karakteristik konsumen dengan manfaat yang dicari, ternyata ada hubungan yang dignifikan antara jenis pekerjaan dan perbedaan tingkat pendapatan dengan kecenderungan memilih atribut yang ada pada supermarket sehingga perbedaan karakteristik akan memberikan perbedaan tanggapan atas setiap atribut yang ditawarkan oleh supermarket.

2. Saran 1. Karena ada hubungan antara berbagai karakteristik konsumen dengan preferensinya

maka kategori tersebut dapat dipergunakan untuk membuat segmentasi pasar sehingga dapat menentukan pasar sasaran yang lebih tepat

2. Karena paling banyak pembeli pada suatu supermarket adalah masyarakat sekitar yang tidak jauh serta kemudahan untuk berbelanja maka jika akan mendirikan supermarket sebaiknya pada daerah yang banyak penduduknya namun juga mempunyai daya beli yang potensial serta jalur lalu lintas yang mudah

3. keanekaan produk dalam suatu supermarket serta tingkat harga yang ditetapkan harus diperhatikan karena variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan bagi konsumen dalam berbelanja

DAFTAR PUSTAKA Bayton. James A. (1982). ”Motivation, Cognition, Learning-Basic Factors in Consumer

Behavior.” Dalam James U. McNeal and Stphen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Clasical and Contemporary Dimensins. Boston. Massachussets : Little Brown and Company.

Dharmestha, B. S. (1993). “Perilaku Berbelanja Konsumen Era 90an dan Strategi Pemasaran.”jurnal Ekonomi dan Bisnis Indinesia no. 1 Tahun VII.

Engel, J. F; R. D. Blackwell; P. W. Miniard. (1992). Consumer Behavior. Florida. Orlando : The Dryden Press.

Gibson, James L; J. M. Ivancevich; J. H. Donelly. (1982). Organizations. 4th Ed. Business Publications Inc. Diterjemahkan. Djoerban Wahid. Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta : Erlangga.

Koeswara. (1989). Motivasi : Teori dan Penelitiannya. Cetakan Kesepuluh, Bandung : Angkasa.

Kotler, Philip. (1994). Marketing Management : Analysis, Planning, Implementation, And Control. 8th Ed. Englewood Cliffs. New Jersey : Prentice Hall International Editions.

10

Page 12: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Loudon, D. L.; A. J. Della Bitta. (1993). Consumer Behavior: Concept and Applications. 4th Ed. New York : McGraw Hill.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (Editor). (1989). Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta : LP3ES.

McNeal, James U, and Stephen W, McDaniel. (1982). “Murray’s Theory of Human Needs: A Useful Guide To Understanding Consumer Behavior,” dalam James U, McNeal and Stephen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary Dimentions. Boston. Massachussets: Little Brown and Company.

Mindak, William A. (1992). “Fitting the Semantic Differential to the Marketing Problem.” Dalam James U, McNeal and Stephen W. McDaniel (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary Dimentions. Boston. Massachussets: Little Brown and Company.

Petri, Herbert L. (1981). Motivation : Theory and Research. Belmont. California : Wadsworth Publishing Company.

Sands, Saul. (1982). “Motivation Research in Marketing: Fact and Fancy.” Dalam James U, McNeal and Stephen W, McDaniel (eds). Consumer Behavior : Classical and Contemporary Dimensions. Massachussets. Boston : Little Brown and Company.

Tauber, Edward M. (1982). ”Why do People Shop?” dalam James U, McNeal and Stephen W. M. (eds). Consumer Behavior: Classical and Contemporary Dimensions. Boston. Massachussets : Little Brown and Co. hal 144-150.

Zeithaml, Valarie A. (1986). “Consumer Perception of Price Quality and Value : A Means –End Model And Synthesis of Evidence.” Journal of Marketing. July, volume 52. number 2 Page 2-22.

11

Page 13: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

REVIEW JURNAL 1

TEMA : PERILAKU KONSUMENJUDUL : PERILAKU KONSUMEN DALAM BERBELANJA PADA

SUPERMARKET DI YOGYAKARTA

PENULIS : Arif Sudaryana

Latar Belakang

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya (Stanton) seperti bertahan hidup, memperoleh keuntungan dan berkembang. Tujuan tersebut akan dapat dicapai manakala perusahaan mampu menciptakan, mengantarkan serta mengkomunikasikan nilai melalui sebuah produk sehingga dapat meraih, mempertahankan pelanggan. Sehingga bidang pemasaran adalah merupakan bidang pengambilan keputusan yang sulit bagi perusahaan. Karena masalah pemasaran tidaklah memperlihatkan ciri-ciri kuantitatif murni dari masalah-masalah produksi, akuntansi atau keuangan. Berbagai variabel psikologis konsumen memainkan peranan penting dan besar dalam perencanaan pemasaran serta membentuk dan berinteraksi dalam fungsi bisnisnya. Pemahaman tentang bagaimana konsumen menanggapi tawaran perusahaan, memilih serta memutuskan produk yang akan dibeli adalah merupakan kunci sukses dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Rumusan Masalah

Dalam memperoleh kepuasan diri untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya, seseorang pasti memiliki alasan tertentu. Dari uraian diatas dapat ditentukan yang menjadi pokok permasalahannya adalah “Bagaimana perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket di wilayah Yogyakarta

2. Untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam memilih suatu supermarket untuk berbelanja di wilayah Yogyakarta

Variabel penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam berbelanja pada supermarket. Kebutuhan dan keinginan akan mendorong untuk berbelanja pada supermarket. Jika dorongan kuat, maka konsumen akan sering berbelanja pada supermarket tersebut, karena supermarket tersebut mempunyai atribut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Variabel yang digunakan terdiri dari dua variabel :

1. Variabel Independent (bebas) sebagai motivasi konsumen.2. Variabel Dependen (terpengaruh) sebagai variabel perilaku

12

Page 14: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Metode Analisis

Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel motivasi dengan perilaku dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode analisis statisik :1. Analisis Regresi dan Korelasi :

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen,2. Uji Kontigensi

Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel karakteristik konsumen dengan preferensi konsumen dalam berbelanja pada supermarket digunakan metode analisis statistik x2 (kai kuadrat/chi square test).

Analisa dan Pembahasan

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan manfaat yang dicari, bahwa konsumen yang berpendapatan tinggi banyak memilih supermarket yang memberi keanekaan produk dalam berbelanja, sedang yang menengah adalah lebih banyak yang memilih karena kemudahan sebagai atribut yang dipilih dan yang pendapatan rendah memilih karena tingkat harga yang sesuai dengan konsumen.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis terhadap pengaruh berbagai atribut secara individual, masing-masing diketahui bahwa atribut kemudahan dalam berbelanja, keanekaragaman produk serta atribut harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja. Serta hubungan karakteristik konsumen dengan manfaat yang dicari, ternyata ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan perbedaan tingkat pendapatan dengan kecenderungan memilih atribut yang ada pada supermarketSaran

1. Karena ada hubungan antara berbagai karakteristik konsumen dengan preferensinya maka kategori tersebut dapat dipergunakan untuk membuat segmentasi pasar sehingga dapat menentukan pasar sasaran yang lebih tepat

2. Karena paling banyak pembeli pada suatu supermarket adalah masyarakat sekitar yang tidak jauh serta kemudahan untuk berbelanja maka jika akan mendirikan supermarket sebaiknya pada daerah yang banyak penduduknya namun juga mempunyai daya beli yang potensial serta jalur lalu lintas yang mudah

3. keanekaan produk dalam suatu supermarket serta tingkat harga yang ditetapkan harus diperhatikan karena variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan bagi konsumen dalam berbelanja

13

Page 15: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

JURNAL 2

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI / MENGKONSUMSI BUAH LOKAL

Sudiyarto dan Nuhfil Hanani

1. PendahuluanPemasar harus berusaha untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang

dibutuhkannya, apa seleranya dan bagaimana ia mengambil keputusan.  Sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.  Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar.  Persaingan yang ketat antar merek dan produk menjadikan konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar-menawar (Sumarwan, 2003). 

Pendekatan komoditas yang berfokus pada self sufficiency harus mulai digeser menjadi pendekatan agribisnis yang sarat dengan penciptaan nilai tambah dan berorientasi pada keuntungan.  Pendekatan kecukupan pangan yang berorientasi pada produksi  pangan hendaknya mulai digeser pada ketahanan pangan yang berorientasi pada ketersediaan dan daya beli masyarakat.  Dengan demikian, pendekatan produksi bukanlah satu-satunya pendekatan yang mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat (Sa’id, 1999).  Kebutuhan dan selera konsumen akan terpenuhi manakala ketersediaan produk dan daya beli masyarakat juga mampu mengatasinya.

Usaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan tercermin dengan semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah maupun volumenya.  Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal., persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemarintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk.  Namun krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurang ketersediaannya di pasar.  Sebaliknya pada saat yang sama, buah lokal semakin banyak tersedia di pasar dengan harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri.

Konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam sisem agribisnis.  Menurut Sumarwan (1999), mengemukakan bahwa tumbuhnya sektor agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk-produk agribisnis.  Memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis.  Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk  merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (1993) antara lain adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.  Budaya merupakan salah satu penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar dan sesungguhnya seluruh masyarakat memiliki stratifikasi sosial dimana kelas sosial menunjukkan pilihan terhadap produk dengan merek yang berbeda-beda.  Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik/ciri-ciri pribadinya, terutama yang berpengaruh adalah umur dan tahapan dalam siklus hidup pembeli, pekerjaannya, keadaan

14

Page 16: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

ekonominya, gaya hidupnya, pribadi dan konsep jati dirinya.  Pilihan membeli seseorang juga akan dipengaruhi faktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, proses belajar, dan kepercayaan dengan sikap.

Berdasarkan latar belakang, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor   apa sajakah yang  berpengaruh  terhadap perilaku konsumen dalam mengkonsumsi/ membeli   buah, serta faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh ?

2. Tujuan Penelitian  :Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :Menganalisis   pengaruh  faktor-faktor :

1. Budaya,2. Lingkungan social,3. Individu,4. Psikologis, dan5. Strategi pemasaran terhadap   perilaku  konsumen  dalam membeli/ mengkonsumsi

buah lokal dan buah impor serta melihat faktor-faktor mana yang dominan.

3.  Perilaku Konsumen Buah  Engel et al (1993), berpendapat bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai

tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.  Jadi perilaku konsumen pada hakekatnya adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen didalam membeli produk antara lain adalah  faktor budaya, sosial, pribadi (perbedaan individu), psikologis dan strategi pemasaran  (Kotler, 1993 dan Engel et al, 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut kemudian dijabarkan dalam model yang lebih lengkap dengan masing-masing factor diukur melalui dimensi dan indicator, yang terdiri dari endogenous laten variables dan eksogenous laten variables.

4.  Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi  perilaku konsumen   buah-buahan  kota Surabaya serta sekaligus menganalisis daya saing buah (lokal terhadap impor) atas dasar  nilai sikap kepercayaan konsumen terhadap masing-masing buah (apel; jeruk dan anggur). Sehingga lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, sebaran lokasi penelitian  adalah lokasi tujuan pemasaran  buah dengan sasaran konsumen akhir, yaitu Kota Surabaya.  Jumlah responden  sebanyak 140 responden, ditentukan secara accidental yaitu mewawancarai  konsumen buah dengan kriteria :

1) Penggemar (senang) makan buah-buahan,2) Pembeli rutin buah minimal satu bulan sekali,3) Mewakili keluarga , dan4) Keluarga memiliki penghasilan.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan instrumen penelitian:

Analisis Data

15

Page 17: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Tujuan penelitian ini  dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan  piranti lunak (soft ware) AMOS. Tahap-tahap awal  yang perlu ditempuh dalam mengaplikasikan Model Persamaan Struktural menurut Hair et al (1992).

5.  Hasil Penelitian 

Hipotesis         yang    diajukan           dalam penelitian         ini         adalah bahwa variable-variabel :

1) Budaya,2) Lingkungan Sosial,3) Individu,4) Psikologis Konsumen, dan5) Strategi Pemasaran berpengaruh signifikan positip terhadap perilaku sikap konsumen

buah lokal maupun buah impor.Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabiltas (p) dikatakan

signifikan jika critical ratio (CR) > 1,96 (Ferdinand, 2002).Berdasarkan hasil analisis dengan SEM yang sudah dimodifikasi indeks 39 kali

diperoleh nilai koefisien jalur dan critical ratio pada Tabel 24 berikut ini.

Tabel 1.  Koefisien Jalur dan Critical Ratio Sikap Konsumen Terhadap Buah Lokal

Jalur Koefisien Critical Ratio Keterangan HipotesisSikap    Budaya 0,544 7,274 Signifikan Diterima

SikapLingkungan

Sosial-0,211 -1,171

Tidak Signifikan

Ditolak

Sikap    Individu0,061 0,452

Tidak Signifikan

Ditolak

psikologikonsumen 0,439 3,412 Signifikan Diterima

Sikap    strategi bauran Pemasaran 0,225 1,690

Tidak Signifikan

Ditolak

A. Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Konsumen Hasil uji hipotesis pada Tabel 24. di atas  ternyata memperlihatkan bahwa dengan

nilai critical ratio (CR) 7,274 lebih besar dari 1,96, sehingga dapat dikatakan berpengaruh positip signifikan.  Besarnya nilai pengaruh budaya terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,544 atau 54,40 % persen.   Budaya yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa perubahan  ‘tata nilai’; ‘kebiasaan’ dan semakin berkembangnya ‘budaya popular’ dalam mengkonsumsi /membeli buah maka mendorong semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.

B. Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Sikap  Konsumen 

16

Page 18: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Hasil analisis untuk uji hipotesis pengaruh lingkungan sosial terhadap sikap kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR) -1,171 lebih kecil dari -1,96, sehingga tidak signifikan. Besarnya nilai pengaruh lingkungan sosial konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,211 atau 21,10 persen.  

 Lingkungan sosial konsumen  yang tidak berpengaruh   signifikan terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa lingkungan sosial konsumen yang terdiri dari 1). status sosial; 2).  Keluarga (anak; suami/istri) dan 3). Kelompok acuan (teman; tetangga dan ahli) tidak mempengaruhi dalam sikap konsumen untuk mengkonsumsi /membeli buah lokal.  Hal ini berarti bahwa konsumen tidak perlu mempertimbangkan status sosialnya dan tidak perlu untuk minta pendapat /pertimbangan kepada anak; suami/ istri; teman; tetangga dan para ahli dalam hal membeli buah, atau dengan kata lain pendapat dan saran keluarga; tetangga dan teman tidak berpengaruh nyata terhadap sikap kepercayaan dalam mengkonsumsi/ membeli buah lokal.

C. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Sikap KonsumenFaktor karakteristik Individu konsumen yang tidak siknifikan terhadap sikap

konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi perkembangan individu konsumen yang terdiri dari :

1) Usia,2) Pendidikan,3) Pekerjaan,4) Pendapatan (income,) dan5) Gaya hidup konsumen maka tidak berpengaruh nyata terhadap sikap dalam membeli

atau mengkonsumsi buah lokal. Karakteristik individu yang semakin mapan tidak mendorong sikap konsumen  untuk

membeli/memilih buah lokal.  Konsumen cenderung meninggalkan buah lokal dan memilih buah impor yang dinilai lebih baik kualitasnya dan bergengsi.

D. Pengaruh Psikologis Terhadap Sikap KonsumenHasil uji hipotesis ternyata dengan nilai critical ratio (CR) 3,412 lebih besar dari 1,96

sehingga berpengaruh positip signifikan.  Besarnya nilai pengaruh psikologis konsumen terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,439 atau 43,90  persen.   Psikologis konsumen yang berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi; persepsi dan pengetahuan dalam hal produk buah lokal maka semakin   semakin tinggi sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut buah lokal.  Secara psikologis konsumen sudah mengenal dan akrab dengan buah-buahan lokal, sehingga kedekatan itu mendorong konsumen untuk bersikap positip terhadap buah lokal.

E. Pengaruh Strategi Pemasaran Terhadap Sikap KonsumenHasil uji hipotesis tentang pengaruh strategi pemasaran terhadap sikap kepercayaan

ternyata menunjukkan bahwa  nilai critical ratio (CR) 1,690 lebih kecil dari 1,96, sehingga tidak signifikan.  Besarnya nilai pengaruh ‘strategi pemasaran’ terhadap sikap kepercayaan konsumen pada atribut buah lokal  adalah sebesar 0,225 atau 22,50 persen.  

Strategi pemasaran yang tidak berpengaruh positip terhadap sikap konsumen menunjukkan bahwa tidak terdapat upaya-upaya dalam bentuk  : 1). Strategi produk; 2). Strategi harga; dan 3). Strategi distribusi yang berpengaruh nyata terhadap mengkonsumsi

17

Page 19: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

/membeli buah maka semakin tinggi sikap konsumen dalam menilai atribut-atribut buah lokal.

KESIMPULAN DAN SARANBeberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah,   menunjukkan bahwa  :

1) Perubahan  ‘budaya’  maupun  peningkatan ‘psikologis’ konsumen, dapat meningkatkan secara nyata sikap-kepercayaannya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal.

2)  Konsumen  tidak  perlu mempertimbangkan   ‘Lingkungan  sosial’-nya  dalam membeli buah lokal dan   peningkatan karakteristik ‘individu’ konsumen  tidak menjadikan   sikap kepercayaannya meningkat dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal.

3) Konsumen  tidak  merasakan  adanya  ‘Strategi pemasaran’  yang  ditempuh perusahaan/ pemasar  yang dapat mendukung meningkatkan ‘sikap-kepercayaan’-nya  dalam membeli /mengkonsumsi buah local.

Saran1) Buah lokal perlu diperlakukan sebagai produk yang lebih dihargai  di negeri sendiri.2) Daya saing buah lokal agar ditingkatkan melalui : strategi pemasaran dan

peningkatan atribut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001.  Sektor Pertanian sebagai Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia.  Buletin Agroekonomi, Volume 1, Nomor 4, Agustus 2001.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, , Departemen Pertanian, Jakarta.  

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2002.  Strategi PengembanganDaya Saing Buah Unggulan Indonesia..  Bagian Proyek Pengembangan Usaha Hortikultura Pusat.  Departemen Pertanian.  Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura.  Jakarta.

Engel J.F; Blackwell R. D. dan P.W. Miniard ,  1995.  Perilaku Konsumen.  Translation of Consumer Behafior.  Six Edition.  The Dryden Press,  Chicago.  Diterbitkan Binarupa Aksara Jakarta.

Ferdinand, A., 2002.  Structural Equation Modelinga Dalam Penelitian Manajemen.  Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Hair Jr., Joseph F., Ralph E. Anderson and R.L. Tatham.  1992.  Multivariate Data Analysis.  Third Edition.  Macmillan Publishing Company. New York.

Kotler, P.,  1993.  Manajemen Pemasaran.  Translation of Marketing Management  Analysis, Planning, Implematation, and Control.  Sevent Edition.  Prentice Hall International Inc.  Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

REVIEW JURNAL 2

18

Page 20: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

TEMA : PERILAKU KONSUMEN

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI / MENGKONSUMSI BUAH LOKAL

PENULIS : Sudiyarto dan Nuhfil Hanani

Latar belakangUsaha pemenuhan kebutuhan dan selera konsumen buah-buahan tercermin dengan

semakin membanjirnya buah impor baik dari ragam jenis buah maupun volumenya. membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal. Persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemarintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk.  Namun krisis moneter menyebabkan buah impor semakin mahal dan semakin berkurang ketersediaannya di pasar.  Sebaliknya pada saat yang sama, buah lokal  semakin banyak tersedia di pasar dengan harga yang bersaing, oleh karenanya krisis moneter seharusnya dapat menjadi momentum yang tepat untuk merencanakan pengembangan buah lokal sebagai komoditas unggulan untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam sisem agribisnis. Bahwa tumbuhnya sektor agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk-produk agribisnis.  Memahami perilaku konsumen buah-buahan merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis.  Informasi ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk  merencanakan produksi, mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.

Perumusan masalahFaktor-faktor   apa sajakah yang  berpengaruh  terhadap perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi/ membeli   buah, serta faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh ?Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :Menganalisis   pengaruh  faktor-faktor :

1) udaya,2) lingkungan social,3) Individu,4) Psikologis, dan5) Strategi pemasaran terhadap   perilaku  konsumen  dalam membeli/ mengkonsumsi

buah lokal dan buah impor serta melihat faktor-faktor mana yang dominan.

Metode PenelitianPenelitian ini merupakan studi  perilaku konsumen   buah-buahan  kota Surabaya serta

sekaligus menganalisis daya saing buah (lokal terhadap impor) atas dasar  nilai sikap kepercayaan konsumen terhadap masing-masing buah (apel; jeruk dan anggur). Sehingga lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, sebaran lokasi penelitian  adalah lokasi tujuan pemasaran  buah dengan sasaran konsumen akhir, yaitu Kota Surabaya. 

Jumlah responden  sebanyak 140 responden, ditentukan secara accidental yaitu mewawancarai  konsumen buah dengan kriteria :

1. Penggemar (senang) makan buah-buahan; 2. Pembeli rutin buah minimal satu bulan sekali3. Mewakili keluarga dan 4. Keluarga memiliki penghasilan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode survei.

19

Page 21: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Analisis DataTujuan penelitian ini  dianalisis dengan menggunakan Structural Equation

Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan  piranti lunak (soft ware) AMOS. 

Hasil Penelitian Hipotesis             yang      diajukan               dalam    penelitian            ini           adalah

bahwa variable-variabel :1. Budaya,2. Lingkungan Sosial,3. Individu,4. Psikologis Konsumen, dan5. Strategi Pemasaran berpengaruh signifikan positip terhadap perilaku sikap konsumen

buah lokal maupun buah impor.Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabiltas (p) dikatakan

signifikan jika critical ratio (CR) > 1,96 (Ferdinand, 2002).Berdasarkan hasil analisis dengan SEM yang sudah dimodifikasi indeks 39 kali diperoleh nilai koefisien jalur dan critical ratio pada Tabel 24 berikut ini.

Tabel 1.  Koefisien Jalur dan Critical Ratio Sikap Konsumen Terhadap Buah Lokal

Jalur Koefisien Critical Ratio Keterangan HipotesisSikap      Budaya 0,544 7,274 Signifikan diterimaSikapLingkunganSosial

-0,211 -1,171Tidak Signifikan

ditolak

Sikap      Individu0,061 0,452

Tidak Signifikan

ditolak

psikologikonsumen 0,439 3,412 Signifikan diterima

Sikap      strategi bauran Pemasaran 0,225 1,690

Tidak Signifikan

ditolak

Kesimpulan dan SaranBeberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap kepercayaan konsumen dalam membeli buah,   menunjukkan bahwa  :

4) Perubahan  ‘budaya’  maupun  peningkatan ‘psikologis’ konsumen, dapat meningkatkan secara nyata sikap-kepercayaannya dalam membeli /mengkonsumsi buah lokal.

5)  Konsumen  tidak  perlu mempertimbangkan   ‘Lingkungan  sosial’-nya  dalam membeli buah lokal dan   peningkatan karakteristik ‘individu’ konsumen  tidak menjadikan   sikap kepercayaannya meningkat dalam membeli/ mengkonsumsi buah lokal.

20

Page 22: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

6) Konsumen  tidak  merasakan  adanya  ‘Strategi pemasaran’  yang  ditempuh perusahaan/ pemasar  yang dapat mendukung meningkatkan ‘sikap-kepercayaan’-nya  dalam membeli /mengkonsumsi buah local.

Saran3) Buah lokal perlu diperlakukan sebagai produk yang lebih dihargai  di negeri sendiri.4) Daya saing buah lokal agar ditingkatkan melalui : strategi pemasaran dan

peningkatan atribut.

21

Page 23: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

JURNAL 3JUDUL : ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN

PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI

Oleh : Euis Dasipah, Haris Budiyono, Meilan Julaeni

ABSTRACT

This research was conducted to know what type of vegetables most desired by consumers those are sold in the supermarket, the characteristic of consumer behavior and those faktors could influence consumer to decide to get vegetables in the supermarket. Consumer samples was purposively chosen in four representative supermarket in the city of Bekasi. Those consumer respondents were asked to express their motives to buy vegetables in the supermarket by Questionnaire. The result shows that vegetables buyers were 89% woman and 11% man. The respondents varied 26-35 years old (41%), 36-45 years old (34%) and 15-25 years old (25%). The respondents have married (73%) and single (27%) By educational level, they were grouped 75% high education degree and senior high school 25%. By status of work, 43% (housewives), 37% (private works), 10% (entrepreneur) and 10% (state officers). Their income varied 46% (Rp. 2.000.000 – 3.000.000), 24% (Rp. 3.000.000 – 4.000.000), 18% (< Rp. 2.000.000), 10% (Rp.4.000.000 – 5.000.000) and 2% (>Rp 5.000.000). their family level 1-4 person (67%) and > 4 person (33%). The most desired vegetables by consumers in the supermarket were spinach, broccoli, carrot, sweet maize, and the white mustard. The intensity of shopping for vegetables were only on special purposed (45%), weekly (22%), twice in a month (18%) and monthly (15%). The total money spent for vegetables shopping were 37% (Rp. 25.000 – 50.000). The data were analyzed to list 14 variables which influence the respondent to shopping vegetables in the supermarket by using SPSS 12.0. those variables were grouped into 4 groups. The first group were field of job (0.867), status and role (0.782), phase and age (0.757) and knowledge (0.705). the second group were family (0.749), life style (0.740), reference by group (0.660) and demography (0.6210. the third group were personality (0.794), perception (0.790), motivation (0.745) and confidence (0.636). the fourth group were economic welfare status (0.841) and social class (0.792).

Keyword: Behavior, Vegetable

I. PENDAHULUAN

Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang sayuran.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan yang sejalan dengan

peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa frekuensi konsumsi atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami

22

Page 24: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

penurunan. Hal ini karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali.

Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony

Palungkun, dan Asiani Budiarti, 1999) Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar swalayan, supermarket dan outlet khusus yang merupakan pasar modern yang menjual sayuran segar dimana konsumen kelas menengah ke atas sebagai pasar sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan mereka berupa sayuran. Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan dengan yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya. Hal menarik lainnya adalah meskipun saat ini produk sayuran semakin tersedia di berbagai tempat berbelanja, namun penjualannya belum terlalu meningkat. Produsen maupun pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu dilakukan. Perilaku konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana alasan, jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah frekuensi pembelian, dan sebagainya. Untuk keperluan ini maka menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Sayuran di Pasar Modern.

II. PENDEKATAN MASALAH

Dewasa ini terjadi perubahan nilai pada konsumen yang mempengaruhi perilaku dalam membeli suatu produk pertanian. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kaitan kesehatan dan kebugaran dengan konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan konsumen akan kandungan nutrisi dari produk-produk yang sehat, aman dan menunjang kebugaran (Widiyanti, 2005). Sayuran termasuk sumber pangan yang mengalami peningkatan permintaan.

Hal ini dimanfaatkan oleh produsen untuk memproduksi sayuran yang aman bagi kesehatan yang disalurkan secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen akhir melalui penjualan di pasar swalayan, outlet dan supermarket. Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan sebagai berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (J. Setiadi, 2005).

23

Page 25: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

III. PROSEDUR DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengumpulan dan Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota Bekasi. Pasar modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan Indah). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan :

1) Konsumen yang mengkonsumsi sayuran adalah konsumen kelas menengah ke atas yang relatif banyak tinggal di dekat lokasi ini,

2) Alasan utama pemilihan pasar modern tersebut dikarenakan produk sayuran tersedia disana,

3) Kualitas produk relatif lebih baik dan suasana berbelanja nyaman.

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, jenis instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan data dilakukan secara survai melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih adalah konsumen yang sedang membeli, telah membeli, dan pernah membeli sayuran di pasar modern. Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005) khususnya mengenai analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau lebih, maka dipilih hanya 100 responden untuk diwawancarai dengan perincian: Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak 25 responden, Superindo 25 responden, Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa Supermarket (Harapan Indah) 25 responden.

3.2. Metode dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan merupakan data ordinal sehingga untuk menaikkan tingkat

pengukuran menjadi interval digunakan Methode of Successive Interval. Analisis Deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang :

1) Karakteristik responden dan2) jenis komoditi yang paling diinginkan oleh responden dan digunakan untuk analisis

bagi variabel yang dinyatakan dengan frekuensi baik angka mutlak maupun persentase.

Analisis Faktor digunakan untuk mentransformasi sejumlah variabel dependen menjadi variabel baru yang saling bebas, sehingga dapat diketahui variabel dan faktor-faktor dominan diantara varabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian. Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis, yaitu suatu pendekatan dalam analisis faktor yang memperhitungkan total varian dalam data.

24

Page 26: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Umum Konsumen Sayuran di Pasar Modern

Karakteristik umum konsumen sayuran yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini didasarkan atas jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pekerjaan.

Berdasarkan jenis kelamin, responden sebagian besar adalah wanita 89 orang (89%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (11%). Wanita lebih dominan dibandingkan pria dalam membeli sayuran, karena dalam hal ini wanita lebih memiliki pengetahuan tentang kebutuhan rumah tangga sedangkan kebanyakan pria sibuk untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

Karakteristik berdasarkan usia, sebagian besar merupakan responden yang memiliki selang usia 26-35 tahun (41%). Persentase terbesar kedua merupakan kaum dewasa dengan usia 36-45 tahun (34%) dan kaum remaja dengan usia 15-25 tahun berada pada urutan ketiga (25%). Secara keseluruhan, pembeli sayuran didominasi oleh ibu-ibu muda yang mulai memperhatikan kesehatan keluarganya.

Status pernikahan responden sayuran sebagian besar adalah telah menikah 73 orang (73%), sedangkan yang belum menikah yaitu sebesar 27 orang (27%), karena responden menyatakan bahwa orang yang sudah berumah tangga harus memberikan makanan yang sehat dan bersih bagi keluarganya.

Jumlah anggota keluarga responden sebanyak 1-4 orang (67%) dan lebih dari 4 orang (33%). Sebagian besar konsumen memiliki jumlah keluarga yang tidak lebih dari empat sehingga, konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga cukup memadai khususnya dalam mengkonsumsi sayuran.

Berdasarkan dari tingkat pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan responden, kebanyakan berpenghasilan per bulan Rp 2.000.000,- - Rp 3.000.000,- sebanyak 46 responden. Untuk pendapatan perbulan sangat mempengaruhi mereka dalam membeli sayuran di pasar modern karena sebagian besar responden yang berbelanja sayuran di pasar modern menyatakan mampu berbelanja sayuran walaupun tidak rutin setiap hari dalam berbelanjanya.

Pendidikan terakhir responden sebagian besar lulusan Diploma yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Tingkat pendidikan secara relatif juga mendorong seseorang untuk memiliki gaya hidup yang lebih baik, lebih sehat dan lebih berkualitas. Dilihat dari pendidikan, pembeli sayuran adalah mereka dengan pendidikan yang relatif baik dan berasal dari golongan menengah ke atas. Pekerjaan utama dari responden adalah sebagai ibu rumah tangga. Perbedaan karakteristik relatif pembeli seperti tingkat pendidikan, pekerjaan utama serta pendapatan keluarga perbulan sangat mempengaruhi sikap pembeli dalam proses pembelian sayuran.

4.2. Perilaku Berbelanja Sayuran di Pasar Modern

Berdasarkan frekuensi pembelian mayoritas responden berbelanja sayuran dilakukan

sesekali bilamana ada keperluan. Selebihnya konsumen dalam melakukan pembelian dilakukan secara rutin. Sesekali bilamana ada keperluan merupakan frekuensi berbelanja sayuran yang sebagian konsumen tidak secara rutin membeli produk sayuran karena

25

Page 27: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa responden yang memutuskan pembelian tergantung pada situasi dimana persediaan barang kebutuhan di rumah sudah habis dan berniat membeli sayuran ketika persediaan habis.

Konsumen pada saat membeli sayuran mengaku tidak keberatan membayar lebih karena harga sayuran di pasar modern sepadan dengan mutu dan kebersihannya yang dapat diperoleh dalam jangka waktu yang lama, sebagian besar konsumen menghabiskan uang sebesar Rp 25.000-Rp 50.000. Pengeluaran tersebut terjadi karena responden membeli untuk kebutuhan harian untuk keluarga dan dari pendapatan keluarga per bulan.

Dalam membeli produk sayuran konsumen mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih sayuran yang diinginkan. Ada beberapa jenis sayuran yang diminati oleh konsumen untuk dijadikan masakan. Jenis komoditas yang masuk dalam kategori lima besar sayuran yang diinginkan atau dibeli oleh responden, seperti bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis dan sawi putih. Hal ini membuktikan bahwa jenis komoditas yang diminati oleh konsumen merupakan jenis sayuran yang memiliki kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan keluarga dan responden lebih menyukai sayuran tersebut karena kesegarannya lebih terlihat, selain itu membersihkannya tidak terlalu merepotkan. Sebagian besar responden menyatakan bahwa jenis produk sayuran tersebut dapat digunakan untuk campuran masakan lainnya.

Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk yang akan dibeli responden adalah penampakannya segar untuk menghasilkan produk yang segar harus dimulai dari kualitas sayuran yang paling baik sehingga kesegarannya terjamin. Responden dalam membeli sayuran juga akan mempertimbangkan harganya walaupun tidak secermat dalam memperhitungkan membeli produk lainnya. Bila harga sayuran terlalu mahal, maka responden akan beralih kepada produk yang lain.

4.2. Analaisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelian Sayuran

Dalam penelitian ini terdapat 15 variabel faktor yang digunakan untuk mempengaruhi

proses pembelian dan dianalisis dengan analisa faktor. Besar pengaruh lima belas faktor tersebut dapat diketahui melalui nilai communalitynya. Semakin besar nilai communality semakin besar pula pengaruhnya terhadap proses pembelian. Penentu lima belas faktor didasarkan pada faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi yang masing-masing mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor budaya meliputi kultur, demografi dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi (acuan, keluarga, serta peran dan status. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup. Pekerjaan, gaya hidup, dan kepribadian. Faktor psikologi meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran dan keyakinan.

Kelima belas faktor yang dianalisis dapat dimasukan untuk diproses lebih lanjut dengan analisis faktor karena nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dari setiap variabel lebih besar dari 0,5 (Singgih Santoso, 2006). Hasil ouput komputer menunjukkan nilai communality dari masing-masing variabel.

Nilai Communality merupakan persentase keragaman dari sebuah variabel yang dapat

dijelaskan oleh faktor yang nanti akan terbentuk. Semakin tinggi nilai communality suatu

variabel, maka hal itu menunjukan variabel tersebut semakin dapat mengukur atau menggambarkan karakteristik umum dari populasi yang diteliti. Sebaliknya, semakin rendah

26

Page 28: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

communality suatu variabel, maka hal itu menunjukan variabel tersebut cenderung hanya mengukur karakteristik yang khas untuk individu tertentu dalam populasi yang diteliti. Berdasarkan hasil analisis faktor, diperoleh nilai communality setiap faktor dari yang tertinggi sampai yang terendah ditunjukan oleh tabel berikut ini:

No Faktor Nilai Communality

1 Keadaan ekonomi 0,8102 Kelompok Reerensi 0,8083 Pekerjaan 0,7774 Usia dan Tahap Siklus Hidup 0,7265 Peran dan Status 0,7206 Persepsi 0,6997 Keperibadian 0,6648 Kelas Sosial 0,6619 Gaya Hidup 0,64510 Keluarga 0,63711 Pembelajaran 0,60912 Motivasi 0,60313 Kultur 0,54414 Keyakinan 0,52915 Demografi 0,510

Tabel 1 menunjukkan proporsi keragaman yang harus dipertahankan, ditentukan oleh akumulasi proporsi yang diperhitungkan, yaitu lebih dari 70% (J. Supranto, 2004). Memiliki

nilai communality terbesar, merupakan actor dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian sayuran di pasar modern. Faktor tersebut adalah keadaan ekonomi, kelompok referensi, pekerjaan, usia dan tahap siklus hidup, peran dan status.

Keadaan ekonomi merupakan faktor dominan teratas yang dipertimbangkan konsumen. Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk yang berkaitan erat dengan pendapatan konsumen.

Kelompok referensi merupakan faktor yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang untuk memilih suatu produk. Konsumen juga dapat mempertimbangkan untuk mendapatkan pengetahuan yang berharga dan memberikan informasi kepada konsumen dalam proses keputusan pembelian sayuran. Kelompok referensi ini memberikan pendapat berbagai nilai dan kepercayaan mengenai manfaat dan jaminan keaslian sayuran yang akan dibeli. Kelompok referensi mempunyai pengaruh langsung seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja ataupun kelompok dengan pengaruh tidak langsung seperti keagamaan, pekerjaan dan perdagangan.

Pekerjaan seseorang juga sangat mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen dengan tingkat pendapatan tinggi lebih memilih membeli sayuran di supermarket karena menjamin kualitas, bersih dan aman.

Faktor usia dan tahap siklus hidup merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian sayuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen

27

Page 29: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

terbanyak yang membeli sayuran merupakan ibu rumah tangga yang menginginkan kebersihan dan kemanan bagi kesehatan keluarganya. Dalam hal ini umur dan tahap siklus hidup berpengaruh pada pola konsumsi seseorang dalam keluarga.

Faktor peran dan status merupakan suatu kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan setiap peran memiliki status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya berkeluarga, club, organisasi. Posisi seseorang dalam tiap kelompok dapat dilihat dari peran dan statusnya.

4.3. Analisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi dalam proses pembelian

Hasil analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis

menghasilkan output yang merupakan reduksi data. Dalam penelitian ini, terdapat 15 faktor

yang dimasukan dalam analisis faktor. Kemudian faktor-faktor tersebut di reduksi menjadi 4

faktor (komponen utama).

Pengelompokan faktor-faktor ke dalam komponen utama didasarkan pada angka mutlak terbesar dari nilai korelasi (nilai loading) yang diberikan setiap faktor terhadap masing-masing komponen utama, yang diketahui dari Rotated Component Matrix. Berdasarkan matriks tersebut, diketahui bahwa ada salah satu variabel yang tidak dapat dikelompokan kedalam keempat komponen utama yang terbentuk. Salah satu variabel tersebut adalah variabel kultur (X1) yang memiliki nilai korelasi di bawah cut off point 0,55 yang merupakan nilai pembatas agar sebuah variabel dapat secara nyata termasuk sebuah faktor (Singgih Santoso, 2006). Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor-faktor yang termasuk dalam Kelompok Utama

4.3.1. Komponen utama pribadi

Komponen utama pribadi adalah pekerjaan. Pembelian sayuran di pasar modern dapat

28

Page 30: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

ditunjang dengan pekerjaan responden yang memadai, sehingga pekerjaan menjadi variabel

yang dominan dipertimbangkan dalam berperilaku pembelian konsumen.

Komponen utama kedua yaitu peran dan status ternyata dapat mempengaruhi responden dalam membeli sayuran di pasar modern yang dipengaruhi oleh suatu kedudukan atau posisi dalam keluarga, kelompok dan organisasi.

Komponen ketiga adalah usia dan tahap siklus. Faktor ini menyatakan usia dan tahap siklus hidup mempengaruhi perilaku karena sayuran yang dijual aman, bersih untuk dikonsumsi bagi kesehatan. Semakin bertambah usia seseorang kondisi fisiknya akan semakin menurun akan tetapi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan akan semakin meningkat.

Komponen keempat adalah pembelajaran. Konsumen memperoleh berbagai pengalamannya dalam pembelian produk dan merek produk apa yang disukainya. Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalaman masa lalu. Dalam mengkonsumsi produk pun konsumsi akan mempertimbangkan keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh, oleh karena itu kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon positif atau negatif. Ketika konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan pembelian ulang. Tabel 3 adalah rincian lebih jelas mengenai keempat komponen utama pribadi.

29

Page 31: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

4.3.2. Komponen utama sosial

Komponen utama sosial disusun oleh 4 variabel yaitu keluarga, gaya hidup, kelompok

referensi, demografi. Variabel pertama yaitu keluarga sangat mempengaruhi pembelian karena dalam membeli suatu produk, anggota keluarga mempunyai keinginan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pola konsumsi keluarga yang berbeda dan harus melibatkan dukungan anggota keluarga. Kedua, gaya hidup merupakan identitas kelompok, dimana gaya hidup mengalamai perubahan dalam pembelian dari kebiasaan, selera dan perilaku pembelian. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan yang paling tinggi dan harga diri yang tinggi, sehingga mereka membeli produk untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Ketiga, adalah adanya kelompok referensi yang mendapat pengaruh dari teman, keluarga ataupun penjual dalam membeli sayuran yang ada di pasar modern. Keempat, adalah demografi yang merupakan dasar paling mudah untuk membuat segmen pasar. Salah satu alasannya adalah kebutuhan konsumen, keinginan dan tingkat penggunaannya. Rincian komponen utama social dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Komponen Utama Sosial

4.3.3. Komponen utama psikologi

Variabel kepribadian merupakan variabel pertama dan merupakan pola perilaku yang

konsisten dan bertahan lama. Variabel ini bersifat lebih dalam daripada gaya hidup, sehingga variabel kepribadian sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Persepsi adalah

variabel kedua dan ternyata konsumen cenderung untuk membentuk citra produk yang didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari pemasaran dan lingkungan. Persepsi

30

Page 32: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

dapat dilihat dari pengenalan atas objek, jelas, gerakan, intensitas, dan aroma yang merupakan petunjuk yang mempengaruhinya. Motivasi adalah variabel ketiga dan sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka memiliki motivasi yang relatif kuat untuk mengkonsumsi sayuran organik yang terdapat di pasar modern. Motivasi ini dirasakan konsumen yang sadar akan kesehatan dan kebersihan terhadap sayuran. Keyakinan adalah variabel keempat. Melalui belajar dan bertindak, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan yang ada dalam pikiran orang-orang tentang produk dan jasa mereka, sehingga membentuk citra produk dan merek dan orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Rincian komponen utama psikologi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rincian Komponen Utama Psikologi

4.3.4. Komponen utama budaya

Variabel pertama adalah keadaan ekonomi. Dalam pemilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang dilihat dari pendapatan. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), pemasaran barang-barang yang peka terhadap harga harus terus memperhatikan tren penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Variabel kedua merupakan kelas sosial. hal ini mencerminkan penghasilan atau pendapatan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Rincian komponen utama budaya dapat dilihat pada Tabel 5.

31

Page 33: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Nilai rata-rata variabel yang menyusun komponen utama dari nilai tertinggi ada 5 variabel yaitu motivasi, persepsi, keyakinan, keadaan ekonomi, dan kepribadian. Nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Rata-rata Penyusunan Komponen Utama

Motivasi merupakan alasan pertama kali yang mendorong responden tertarik untuk

membeli sayuran di pasar modern karena lebih nyaman, bersih, dan sebagian responden tidak

hanya berbelanja sayuran, tetapi barang lainnya. Persepsi merupakan penilaian konsumen yang dilakukan konsumen sebelum membeli sayuran yang dilihat dari harga, kualitas, kebersihan dan kesegaran yang membuat pertimbangan nilai yang terbaik sehingga konsumen memiliki criteria dalam menilai pilihan yang akan dibeli. Keyakinan merupakan suatu pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Bahwa keyakinan yang ada dalam pikiran orang tentang suatu produk dan jasa yang dimiliki seseorang akan membentuk suatu citra produk dan merek, dimana akan membentuk sikap seseorang yang berupa suatu pola yang konsisten untuk berubah. Keadaan ekonomi konsumen dengan tingkat pendapatan tinggi lebih memilih tempat berbelanja yang lebih baik untuk mendapatkan sayuran yang

32

Page 34: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

berkualitas baik. Harga adalah atribut yang dipertimbangkan konsumen karena berkaitan dengan pendapatan sehingga memiliki daya beli yang cukup tinggi.

Kepribadian merupakan salah satu faktor penting yang berupa kebiasaan masingmasing individu yang memiliki pendirian bahwa sayuran di pasar modern memiliki jaminan kualitas, rasa nyaman dalam berbelanja dan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen.

Kesimpulan

1. Karakteristik konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%) adalah wanita, yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah menikah (73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang berperan sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).

2. Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%) responden.

3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi, demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.

Saran-Saran

1. Perusahaan agar dapat lebih mencermati dan memahami perilaku konsumen untuk menentukan strategi pemasaran yang lebih baik.

2. Perusahaan sebaiknya menambah informasi pada kemasan mengenai kualitas sayuran (seperti pencantuman grade sayuran), tanggal produksi, cara penyimpanan, menjaga kesegaran dan daya tahan produk, peletakan sayuran di pasar modern harus dijaga sehingga sayuran terhindar dari memar akibat benturan fisik, mengingat bahwa cacat pada sayuran akan mengakibatkan sayuran di pasar modern mudah membusuk.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2006. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. Badan Statistik Kota Bekasi.

Departemen Industri dan Perdagangan. 2006. “Perkembangan Ekonomi Makro”. http://www.dprin.go.id.

Husein Umar. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka. Jakarta.

33

Page 35: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Is Zunaini Nursinah. 2005. Metodologi Penelitian. Universitas Islam “45” Bekasi.

J. Supranto. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. P.T. Rineka Cipta. Jakarta.

Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Edisi 11, Jakarta : PT Prenhallindo.

Lembaga Penelitian SMERU. November 2007. Perkembangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Indonesia. http://www.google.com

Lerbin R. Aritonang R. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran dan Penganalisaan dengan SPSS. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Melly Manuhutu, Bernad T. Wahyu W. 2005. Berkebun Sayuran Organik. Agromedia Pustaka. Depok.

34

Page 36: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

REVIEW JURNAL

TEMA : PERILAKU KONSUMEN

JUDUL : ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI

PENULIS : Euis Dasipah, Haris Budiyono, Meilan Julaeni

LATAR BELAKANG

Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang sayuran.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan yang sejalan dengan

peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa frekuensi konsumsi atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan. Hal ini karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali.

Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony

Palungkun, dan Asiani Budiarti, 1999) Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar swalayan, supermarket dan outlet khusus yang merupakan pasar modern yang menjual sayuran segar dimana konsumen kelas menengah ke atas sebagai pasar sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan mereka berupa sayuran.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah proses pembelian spesifik yang dilakukan oleh konsumen yang terdiri dari urutan sebagai berikut :

1. pengenalan masalah kebutuhan, 2. pencarian informasi, 3. evaluasi alternatif, 4. keputusan pembelian, dan 5. perilaku pasca pembelian.

POPULASI dan SAMPLE

Penentuan populsi dan sample pada penelitian ini dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota Bekasi. Pasar modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan Indah).

35

Page 37: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, jenis instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan data dilakukan secara survai melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih adalah konsumen yang sedang membeli, telah membeli, dan pernah membeli sayuran di pasar modern. Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005) khususnya mengenai analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau lebih, maka dipilih hanya 100 responden untuk diwawancarai dengan perincian: Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak 25 responden, Superindo 25 responden, Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa Supermarket (Harapan Indah) 25 responden.

METODE PENELITIAN dan ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan merupakan data ordinal sehingga untuk menaikkan tingkat

pengukuran menjadi interval digunakan Methode of Successive Interval.

Analisis Deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang (1) karakteristik

responden dan (2) jenis komoditi yang paling diinginkan oleh responden dan digunakan untuk analisis bagi variabel yang dinyatakan dengan frekuensi baik angka mutlak maupun persentase.

Analisis Faktor digunakan untuk mentransformasi sejumlah variabel dependen menjadi variabel baru yang saling bebas, sehingga dapat diketahui variabel dan faktor-faktor dominan diantara varabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian. Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode ekstraksi Principal Component Analysis, yaitu suatu pendekatan dalam analisis faktor yang memperhitungkan total varian dalam data.

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

1. Karakteristik konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%) adalah wanita, yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah menikah (73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang berperan sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).

2. Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%) responden.

3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan

36

Page 38: MAKALAH PERILAKU KONSUMEN (KUMPULAN JURNAL – JURNAL TENTANG PERILAKU KONSUMEN)

tahap siklus hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi, demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.

Saran :

1. Melihat banyaknya konsumen yang memerlukan sayur untuk kebutuhan sehari-hari, di harap kepada pengelola pasar modern untuk lebih memperhtikan kebutuhan dan keinginan konsumen agar selalu tersedia dan menyediakan sayuran segar.

37