analisis pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas produk terhadap kepuasan nasabah dan loyalitas...
TRANSCRIPT
Politeknik Negeri Semarang 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bachri (2007) menyampaikan bahwa perkembangan bank syariah di Indonesia
disadari atau tidak pada awal kehadirannya, dikarenakan adanya masyarakat yang
tidak menerima konsep bunga. Hasil survey Info Bank bulan April 1990 dalam
Ramadania (2002:34) menujukkan sikap masyarakat terhadap bunga bank sebagai
berikut: 31,7% tidak setuju, 25,9% kurang setuju, 8,1% sangat tidak setuju, dan
34,3 % setuju. Kemudian survey yang dilakukan Bank Indonesia menemukan
bahwa 40% responden mengatakan bunga itu haram, 68% setuju dengan sistem
bagi hasil, 78% mengakui keberadaan bank syariah, tetapi hanya 11% yang
memahami produk dan manfaat bank syariah (Biro Perbankan Syariah-BI,
2003:18 dalam Bachri (2007))
Berangkat dari gambaran survey tersebut, perbankan syariah mulai berdiri.
Volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir,
khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS),
mengalami pertumbuhan yang pesat walaupun terjadi sedikit penurunan dari
pertumbuhan tahun lalu. Total aset per September 2012 (yoy) telah mencapai Rp
168 triliun atau meningkat sebesar 32,1% . Hal ini merupakan penurunan apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai angka 48,10%
yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Tingginya
pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak
ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva (lihat
Tabel 1.1). Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 28,2% dan penyaluran
dana masyarakat meningkat sebesar 9,2% (Outlook Perbankan Syariah 2012 &
finance.detik.com edisi Oktober 2012).
Politeknik Negeri Semarang 2
Tabel 1 Perkembangan Aset, DPK, dan Penyaluran Dana BUS dan UUS Tahun
2012
Keterangan Okt
2011
Sep
2012
Growth
Nominal %
Aset 127.19 168 40.81 32.1
DPK 101.57 130.4 28.83 28.2
Penyaluran
Dana
122.73 134 11.27 9.2
Sumber: http://finance.detik.com Oktober 2012 &
Outlook Perbankan Syariah 2012
Namun secara spesifik telah terjadi penurunan pada perkembangan perbankan
syariah (lihat Tabel 1.2) Penghimpunan dana pihak ketiga sebesar 52.79 %, yang
mana terjadi penurunan sebesar 24.59 %.
Tabel 2 Perkembangan Aset, DPK, dan Penyaluran Dana BUS dan UUS Tahun
2011
Keterangan Okt
2010
Okt
2011
Growth
Nominal %
Aset 85.85 127.19 41.34 48.10
DPK 66.48 101.57 35.09 52.79
Penyaluran Dana 83.81 122.73 38.92 46.43
Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012
Dari tabel diatas dapat disimpulkan terdapat penurunan yang cukup tajam atas
perkembangan perbankan syariah walaupun secara umum market share
diprediksikan mengalami peningkatan sebesar 6 % menjadi 4.4 % meleset dari
perkiraan sebelumnya yaitu sebesar 5%. Melihat fenomena ini, sangat penting
bagi bank untuk meningkatkan dan menjaga loyalitas nasabah yang telah dimiliki
untuk mencegah berpindahnya nasabah dari suatu bank syariah ke bank lain,
Politeknik Negeri Semarang 3
bahkan yang lebih parah jika nasabah bank syariah berpindah ke bank
konvensional. Naik turunnya pertumbuhan industri perbankan syariah sudah
seharusnya menjadikan perbankan fokus terhadap loyalitas nasabah. Karena di
tengah ketatnya persaingan yang sedang terjadi dalam dunia perbankan saat ini,
bank berlomba-lomba dalam mempertahankan nasabah yang sudah dimilikinya.
Bahkan sejak dahulu, sudah tertulis bahwa mempertahankan costumer jauh lebih
penting daripada mencari costumer baru (Hermawan Kertajaya dalam
infobanknews.com Juni 2011).
Perbankan nasional kini tengah berebut nasabah dan kepuasan nasabah masih
menjadi andalan. Padahal kepuasan nasabah sudah tidak lagi menjamin loyalitas
nasabah. Hermawan Kertajaya, President MarkPlus & CO, mengungkapkan
bahwa jika hanya satisfaction maka belum dapat disebut sebagai loyal.
Satisfaction hanya merupakan basic need. Disini ada tiga tahapan yang harus
dilalui oleh nasabah untuk menjadi loyal. Jenis nasabah tersebut yaitu first time
customer, repeat customer, dan immune customer. First time customer merupakan
trial purchase yang dilakukan oleh nasabah sebagai langkah awal dalam
mengenali produk. Pada tahap first time customer kemungkinan untuk hilangnya
konsumen cukup besar, karena ketika first time customer tidak ditindaklanjuti
dengan BSP (brand, service, process), maka first time customer akan gagal
menjadi repeat customer. Repeat customer lebih tinggi tingkatnya dari first time
buyer karena repeat customer dimulai dari relationship. Namun, repeat customer
berbeda dengan loyal client. Repeat customer menjadi baik jika customer
membeli produk yang berbeda-beda, mencoba account yang lain, dan sebagainya.
Jika sudah menjadi costumer loyal itu artinya telah menempati posisi immune
customer, dimana nasabah tahan atas godaan yang datang dari kompetitor.
Namun, sampai disini ada tahap yang lebih tinggi yaitu equity. Pada tahap equity
Nasabah akan membela bank dimana dia menabung dan merekomendasikan
kepada orang lain. Pelanggan yang loyal umumnya akan melanjutkan pembelian
merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternatif merek produk
pesaing yang menawarkan karakteristik jasa yang lebih unggul dipandang dari
berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merek masuk dalam
Politeknik Negeri Semarang 4
kategori ini berarti merek tersebut memiliki brand equity yang kuat (Palilati,
2007).
Setiawan dan Ukudi (2007) menyampaikan bahwa menciptakan loyalitas dengan
nasabah merupakan salah satu cara mencapai tujuan perusahaan. Karena loyalitas
nasabah akan turut menentukan keberhasilan perusahaan. Bahkan Palilati (2007)
mengatakan bahwa loyalitas konsumen, adalah merupakan efek akhir dari suatu
pembelian,
Wulf, Schroeder dan Labocci mendefinisikan loyalitas pelanggan adalah besarnya
konsumsi dan frekuensi pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen
terhadap suatu perusahaan (took retail). Konsep loyalitas di bedakan menjadi tiga
hal, yaitu :
Repurchase intention, yaitu keinginan yang kuat dari konsumen untuk
membeli kembali jasa tertentu.
Advocacy intention.
Paymore, yaitu kesediaan untuk membayar lebih
(Fullerton and Taylor, 2000 dalam Setiawan dan Ukudi, 2007)
Hidayat (2009) menyampaikan bahwa loyalitas nasabah dipengaruhi oleh
kepuasan nasabah, kualitas layanan, dan kualitas produk. Loyalitas nasabah
dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan nasabah. Hidayat (2009)
menyampaikan bahwa kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan
layanan yang dikehendaki nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas
utama bagi bank. Kemudian Setiawan dan Ukudi (2007) menyampaikan bahwa
masalah kualitas layanan menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan
bisnis perbankan.
Apabila nasabah atau konsumen merasa bahwa kualitas layanan yang diterimanya
baik atau sesuai harapan, maka nasabah akan merasa puas, percaya dan
mempunyai komitmen untuk menjadi nasabah yang loyal. Pada akhirnya
terbentuklah hubungan jangka panjang antara konsumen dengan produsen.
Politeknik Negeri Semarang 5
Konsekuensi keterkaitan ini maka kedua belah pihak dituntut untuk konsisten
terhadap keterhubungan tersebut yaitu konsumen harus membayar berbagai
manfaat yang diberikan oleh produsen barang / jasa dan pemasar berupaya terus
menerus untuk memberikan, menciptakan nilai manfaat yang lebih baik lagi dari
pelayanan tersebut (Setiawan & Ukudi, 2007).
Parasuraman et al., (1993) dalam Hidayat (2009) menyampaikan bahwa nasabah
selalu menilai suatu layanan yang diterima dibandingkan dengan apa yang
diharapkan atau diinginkan. Kepuasan nasabah harus disertai dengan loyalitas
nasabah. Kepuasan nasabah menyangkut apa yang diungkapkan oleh nasabah
tentang persepsi dan harapannya terhadap layanan perbankan yang diperoleh dari
bank. Sedangkan loyalitas berkaitan dengan apa yang dilakukan nasabah setelah
berinteraksi dalam suatu proses layanan perbankan. Konsep ini menyiratkan
bahwa kepuasan nasabah saja tidaklah cukup, karena puas atau tidak puas
hanyalah salah satu bentuk emosi. Sedangkan loyalitas mengandung aspek
kesukaan pelanggan pada suatu produk. Ini berarti bahwa aspek sikap tercakup di
dalamnya (Mardalis, 2004). Menurut Othman dan Owen (2001) aspek kualitas
layanan mencakup 6 dimensi, yaitu compliance (kepatuhan), assurance
(jaminan), reliability (keandalan), tangible (kasat mata), emphaty (empati),
responsiveness (daya tanggap),
Dalam bank syariah, nilai lebih dari kualitas pelayanan yang dimiliki adalah
ketika bank mampu melayani nasabah sesuai dengan prinsip dan syariah Islam.
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun
pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang berkualitas, jangan memberikan
yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain. Hal ini tercantum dalam Al-
Quran surat Al-Baqarah ayat 267:
Politeknik Negeri Semarang 6
Artinya:
“Hai orang–orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik–baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari
bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk–buruk lalu kamu
nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji” (Departemen Agama RI, 2004:46).
Menurut Thorik G. dan Utus H. (2006:77) pentingnya memberikan pelayanan
yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas
mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan
sehingga penyampaiannyapun akan mengenai heart share konsumen dan pada
akhirnya memperkokoh posisi dalam mind share konsumen. Dengan adanya heart
share dan mind share yang tertanam, loyalitas seorang konsumen pada produk
atau usaha perusahaan tidak akan diragukan.
Hidayat (2009) mengungkapkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan
nasabah adalah kualitas produk. Payne (1993:24) memberikan definisi kualitas
produk adalah suatu bentuk dengan nilai kepuasan yang kompleks. Kualitas
produk perbankan didapatkan dengan cara menemukan keseluruhan harapan
nasabah, meningkatkan nilai produk atau pelayanan dalam rangka memenuhi
harapan nasabah tersebut. Selain itu, menurut Juran (2003) kualitas produk adalah
kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.
Pentingnya loyalitas nasabah tergambar dengan jelas dari penjelasan diatas.
Bahwa sesungguhnya mempertahankan nasabah tidak semudah dalam mencari
nasabah baru. Dengan loyalitas yang dimiliki oleh nasabah bank, hal ini akan
memberi keuntungan yang tidak terkira bagi pihak bank. Hal ini dikarenakan
loyalitas mempengaruhi pola pembelian pelanggan dan rekomendasi gratis yang
diberikan pelanggan kepada orang lain (Geok, 1999 dalam Setiawan dan Ukudi,
2007).
Politeknik Negeri Semarang 7
Berdasarkan dengan apa yang diteliti oleh Bachri (2009), loyalitas nasabah
dengan jelas dipengaruhi oleh kepuasan nasabah sebagai variabel intervening.
Kemudian variabel kepuasan nasabah dipengaruhi oleh variabel kualitas
pelayanan dan variabel kualitas produk. Selain itu variabel nilai bagi nasabah
muncul sebagai variabel moderating yang berpengaruh kepada variabel kepuasan
nasabah dan berpengaruh langsung kepada variabel loyalitas nasabah.
Bank Syariah Mandiri salah satu bank umum syariah yang berdiri pada tahun
1999, telah berkontribusi banyak pada industri perbankan syariah di Indonesia.
Bank yang sudah berdiri selama 13 tahun ini mampu menyaingi Bank Muamalat
yang merupakan bank syariah pertama yang berdiri di Indonesia. Dalam hal
loyalitas, kedua bank ini memiliki tingkat loyalitas nasabah yang bersaing dari
tahun ke tahun. Jika tahun lalu Bank Syariah Mandiri (BSM) berada di posisi
teratas, tahun ini harus puas di peringkat kedua. Selisih skor dengan Bank
Muamalat Indonesia—di posisi pertama—sangat tipis, yakni hanya 0,1%. Skor
Bank Muamalat 73,0%, sementara BSM 72,9%. Hal ini merupakan indikasi bagi
BSM agar terus meningkatkan loyalitas nasabahnya agar tidak kalah bersaing
dengan bank syariah maupun bank konvensional yang lain. Bank Muamalat
Indonesia (BMI) melakukan transformasi atas konsep yang dia miliki. Namun,
walaupun BMI melakukan transformasi, prinsip-prinsip ekonomi syariah tetap
menjadi “saka guru” dalam menjalankan bisnis di BMI. Selain itu, nasabah baru
berdatangan karena melihat “wajah” BMI yang lebih inklusif. Tak heran, dari
sekitar 3,5 juta nasabah BMI, ada sebagian nasabah yang nonmuslim. (Survey
MarkPlus Insight & InfoBank, infobanknews.com).
Di tengah perkembangan industri perbankan syariah, masih perlu dilakukan
penelitian yang lebih lanjut mengenai kualitas layanan, kualitas produk, kepuasan
nasabah, dan loyalitas nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Semarang. Hal ini
dilakukan agar Bank Syariah Mandiri mampu mempertahankan keunggulan yang
selama ini dimiliki. Selain itu celah 0.1% sangat berarti dalam industri perbankan.
Yang mana hal itu bisa dijadikan peluang oleh kompetitor untuk merebut pangsa
pasar yang ada.
Politeknik Negeri Semarang 8
1.2. Perumusan Masalah
Ketatnya persaingan dalam industri perbankan, menyebabkan bank untuk terus
meningkatkan performanya di mata nasabah. Dengan meningkatnya performa
bank dimata nasabah, hal itu akan berujung kepada meningkatnya loyalitas
nasabah terhadap bank. Hal ini karena peningkatan performa bank berpengaruh
langsung terhadap kepuasan nasabah. Yang mana peningkatan kepuasan nasabah
berbanding lurus terhadap tingkat loyalitas nasabah. Penurunan peringkat loyalitas
nasabah Bank Syariah Mandiri sebesar 0,1% telah membawa Indeks Loyalitas
Bank Syariah Mandiri pada peringkat 2 berdasarkan survey yang dilakukan oleh
MarkPlus Insight tahun 2011 pada InfoBank edisi Maret 2012.
Berdasarkan permasalahan dan keragaman hasil penelitian yang ada mengenai
variabel kualitas pelayanan, kualitas produk, kepuasan nasabah, dan loyalitas
nasabah, maka di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh kualitas
pelayanan dan kualitas produk terhadap kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah.
Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah dimensi kualitas pelayanan (compliance, assurance, reliability
tangible, emphaty, responsiveness) berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang?
2. Apakah variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang?
3. Apakah variabel kepuasan nasabah berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh dimensi kualitas pelayanan (compliance,
assurance, reliability, tangible, emphaty, responsiveness) terhadap
kepuasan nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang.
Politeknik Negeri Semarang 9
2. Menganalisis pengaruh variabel kualitas produk terhadap kepuasan
nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang.
3. Menganalisis pengaruh variabel kepuasan nasabah terhadap loyalitas
nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan penelitian
mengenai pengaruh kualitas layanan dan kualitas produk terhadap kepuasan
nasabah untuk meningkatkan loyalitas nasabah, dan juga dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pihak bank dalam usaha
meningkatkan kualitas layanan dan kualitas produk supaya lebih memuaskan
nasabah untuk meningkatkan loyalitas nasabah yang menguntungkan bagi masa
kini dan masa mendatang. Hasil penelitian ini juga membantu pihak bank apabila
ingin meningkatkan loyalitas nasabah dengan menekankan pada dimensi kepuasan
melalui kualitas layanan dan kualitas produk yang paling signifikan berpengaruh
pada kepuasan nasabah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran
yang lebih jelas mengenai isi skripsi ini dengan susunan yang sistematis dan
komprehensif, antara lain :
Politeknik Negeri Semarang 10
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan penjelasan secara singkat tentang latar belakang,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori sebagai penjabaran teori-teori yang
mendukung perumusan hipotesis. Selain itu, bab ini juga berisi
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis,
kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam penulisan skripsi yang meliputi antara lain: variabel
penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.
Politeknik Negeri Semarang 11
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler (2000) dalam Manullang (2008), pelayanan merupakan setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Menurut Umar (2003), pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang
diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala
kebutuhan mereka.
Manullang (2008) menyatakan bahwa kualitas pelayanan dapat didefinisikan
sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan
atas layanan yang mereka terima. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara
membandingkan presepsi para pelanggan atas layanan yang benar-benar mereka
terima.
Menurut Lewis & Booms dalam Tjiptono & Chandra (2005), kualitas pelayanan
sebagai ukuran seberapa baik tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai
dengan harapan pelanggan. Sedangkan menurut Tjiptono (2001), kualitas
pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas
tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan
adalah jasa yang diharapkan dan jasa yang dirasakan/dipresepsikan.
Apabila jasa yang dirasakan oleh nasabah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
nasabah, maka kualitas layanan akan dipresepsikan positif/baik. Namun,
sebaliknya apabila jasa yang dirasakan oleh nasabah tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh nasabah, maka kualitas layanan akan dipresepsikan negatif/buruk.
Politeknik Negeri Semarang 12
Untuk mempermudah pengukuran dan penilaian kualitas pelayanan Parasuraman,
Zenithmal, dan Berry mengembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang
disebut SERVQUAL (Service Quality). Dimensi SERVQUAL akan berpengaruh
terhadap harapan para pelanggan dan kenyataan yang diterima oleh pelanggan
dalam menggunakan jasa yang diberikan oleh pihak perusahaan. Menurut
Fitzsimmons (dalam Soetjipto, 1997) menyatakan bahwa harapan pelanggan ini
didasarkan pada informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut, kebutuhan
pribadi, pengalaman di masa lalu, dan komunikasi eksternal.
Abdul Qawi Othman dan Lynn (2001) dalam Hasan (2006) mengemukakan
pentingnya bank islam untuk mengadopsi kualitas jasa. Dalam penelitiannya
diusulkan penggunaan model baru dalam mengukur kualitas jasa bank syariah
yang disebut CARTER (compliance, assurance, reliability, tangible, empathy,
responsiveness). Berikut ini adalah enam dimensi layanan CARTER yang
diurutkan sesuai dengan tingkat kepentingan relatifnya, yaitu:
2.1.1.1 Compliance
Abdul Qawi Othman dan Lynn Owen (2001) dalam Hasan (2006) menjelaskan
bahwa compliance (kepatuhan) adalah kemampuan untuk memenuhi hukum islam
dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dan perbankan islam.
Dimensi ini ditambahkan Othman dan Owen dalam SERVQUAL untuk menguji
kualitas pelayanan di bank syariah yang berbeda dari kualitas pelayanan di bank
konvensional. Dimensi compliance memasukkan item-item seperti konsistensi
terhadap hukum dan prinsip Islam, tidak adanya bunga tabungan dan bunga
pinjaman, serta ketersediaan produk-produk dan service islami (Tahir dan Ismail,
2005).
Indikator variabel Compliance dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
Politeknik Negeri Semarang 13
X1 = Menjalankan hukum dan prinsip Islam. Merujuk penelitian Siti Habibah
(2006).
X2 = Tidak ada bunga yang diambil ataupun dibayarkan pada pinjaman
maupun tabungan. Merujuk penelitian Siti Habibah (2006).
X3 = Penyediaan produk dan layanan syariah. Merujuk penelitian Siti Habibah
(2006).
X4 = Penyediaan pinjaman bebas bunga. Merujuk penelitian Siti Habibah
(2006).
X5 = Penyediaan bagi hasil produk investasi. Merujuk penelitian Siti Habibah
(2006).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Compliance diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 1 berikut ini:
GAMBAR 1-Indikator dari Variabel Compliance
2.1.1.2 Assurance
Definisi jaminan dalam Rambat Lupiyoadi (2001:148) yaitu "pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan
rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen
X2 = Tidak ada bunga yang dibayarkanataupun diambil pada pinjaman maupuntabungan
X3 = Penyediaan produk dan layanan syariah.
X4 = Penyediaan pinjaman bebas bunga
X5 = Penyediaan bagi hasil produk investasi.
X1 = Menjalankan hukum dan prinsip Islam
Compliance
Politeknik Negeri Semarang 14
antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan
(security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy)".
Senada dengan pengertian di atas Fandy Tjiptono (1996:70 mendefinisikan
jaminan adalah "mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan".
Sedangkan menurut Philip Kotler (1997:53) jaminan adalah "pengetahuan dan
kesopanan dari karyawan, dan kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan
keyakinan".
Adiwarman Karim (2003:73) menjelaskan bahwa baik buruknya perilaku bisnis
para pengusaha menentukan sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Al Qur’an
Surat Ali Imran ayat 159 menjelaskan:
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah
mapun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesuangguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-
Nya” (Departemen Agama RI, 2004:72).
Berdasarkan ayat diatas, jelas bahwa setiap manusia dituntunkan untuk berlaku
lemah lembut agar orang lain merasakan kenyamanan bila berada disampingnya.
Apalagi dalam pelayanan yang mana konsumen banyak pilihan, bila pelaku bisnis
tidak mampu memberikan rasa aman dengan kelemahlembutannya maka
Politeknik Negeri Semarang 15
konsumen akan berpidah ke perusahaan lain. Dengan begini maka konsumen
sudah tidak lagi percaya kepada perusahaan (Fia Transtrianingzah, 2006).
Indikator variabel Assurance dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X6 = Karyawan mampu menanamkan kepercayaan kepada nasabah.
Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X7 = Karyawan memberikan rasa aman dalam memberikan layanan
terhadap nasabah. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi
(2007).
X8 = Karyawan senantiasa bersikap sopan dan ramah. Merujuk penelitian
Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X9 = Karyawan memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab
pertanyaan nasabah. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi
(2007).
X10 = Karyawan dapat dipercaya. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan
dan Ukudi (2007).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Assurance diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 2 berikut ini:
GAMBAR 2-Indikator dari Variabel Assurance
X16 = Penampilan Karyawan
X7 = Karyawan memberikan rasa aman dalammemberikan layanan terhadap nasabah.
X8 = Karyawan senantiasa bersikap sopan danramah.
X9 = Karyawan memiliki pengetahuan yangcukup untuk menjawab pertanyaan nasabah.
X6 = Karyawan mampu menanamkankepercayaan kepada nasabah.
Assurance
X10 = Karyawan dapat dipercaya.
Politeknik Negeri Semarang 16
2.1.1.3 Reliability
Kehandalan dalam Rambat Lupiyoadi (2001:148) adalah "kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama, untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang
simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi". Fandy Tjiptono (1996:69)
mendefinisikan kehandalan adalah "mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi
kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini
berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right
the first time). Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan
memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang
disepakati". Secara singkat definisi kehandalan dalam Fandy Tjiptono (1997:14)
adalah "kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, dan memuaskan".
Kehandalan dalam pelayanan dapat dilihat dari ketepatan dalam memenuhi janji
secara akurat dan terpercaya. Allah sangat menganjurkan setiap umatnya untuk
selalu menepati janji yang telah ditetapkan seperti dijelaskan dalam Al Qur’an
surat An-Nahl ayat 91, yaitu:
Artinya:
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya,sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpahsumpah itu),
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat” (Departemen Agama
RI, 2004:278).
Politeknik Negeri Semarang 17
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap manusia diwajibkan menepati janji yang
telah ditetapkan, demikian juga dengan pelaku bisnis baik janji yang ditetapkan
secara langsung maupun janji-janji dalam bentuk promosi, semuanya harus
ditepati dan sesuai dengan kenyataan (Fia Transtrianingzah, 2006).
Indikator variabel Reliability dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X11 = Karyawan memberikan sambutan yang baik pada saat nasabah
datang. Merujuk hasil penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X12 = Waktu pelayanan yang disediakan sesuai dengan jadwal yang
diinformasikan. Merujuk hasil penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi
(2007).
X13 = Karyawan bersikap simpatik dalam menghadapi masalah / complain
nasabah. Merujuk hasil penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi
(2007).
X14 = Menyediakan layanan sesuai yang dijanjikan. Merujuk hasil penelitian
Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X15 = Menyimpan data secara benar dan akurat. Merujuk hasil penelitian
Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
Maka, dalam penelitian ini, konstruk variabel Reliability diukur menggunakan
indikator pada Gambar 3 berikut ini:
GAMBAR 3-Indikator dari Variabel Reliability
X7 = Pegawai/Karywan Melayani denganPenuh Percaya Diri
X12 = Waktu pelayanan yang disediakansesuai dengan jadwal yang diinformasikan.
X13 = Karyawan bersikap simpatik dalammenghadapi masalah / komplain nasabah.
X14 = Menyediakan layanan sesuai yangdijanjikan.
X11= Karyawan memberikan sambutan yangbaik pada saat nasabah datang.
Reliability
X15 = Menyimpan data secara benar danakurat.
Politeknik Negeri Semarang 18
2.1.1.4 Tangible
Definisi bukti langsung dalam Rambat Lupiyoadi (2001:148) yaitu "kemampuan
suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensi kepada pihak eksternal.
Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) ,
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan
pegawainya".
Bukti langsung dalam Fandy Tjiptono (1996:70) adalah "bukti fisik dari jasa, bisa
berupa fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa (misalnya,
kartu kredit plastik)". Sedangkan Philip Kotler (1997:53) mengungkapkan bahwa
bukti langsung adalah "fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan karyawan
yang professional".
Indikator variabel Tangibles dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X16 = Memiliki peralatan dan tehnologi mutakhir. Merujuk penelitian Mulyo
Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X17 = Memiliki fasilitas – fasilitas yang menarik secara visual. Merujuk
penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X18 = Karyawan berpenampilan rapi dan professional. Merujuk penelitian
Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Tangible diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 4 berikut ini:
GAMBAR 4-Indikator dari Variabel Tangible
X1 = Prinsip-prinsip Syariah TelahDiimplementasikan dalam Operasional Bank
X17 = Memiliki fasilitas – fasilitas yangmenarik secara visual.
X18 = Karyawan berpenampilan rapi danprofessional.
X16 = Memiliki peralatan dan tehnologimutakhir.
Tangible
Politeknik Negeri Semarang 19
2.1.1.5 Empathy
Rambat Lupiyoadi (2001:148) menerangkan empati adalah "memberikan
perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada
para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu
perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan".
Menurut Fandy Tjiptono (1996:70) empati adalah "kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
para pelanggan". Lebih singkat lagi Philip Kotler (1997:53) mendefinisikan
empati adalah tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan".
Dalam Islam sikap empati merupakan wujud dari kemauan karyawan untuk
memberikan kemudahan pada pelanggan dengan senang hati dalam melakukan
transaksi, disaat pelanggan mengalami kesulitan maka karyawan siap membantu.
seperti dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh
Bukhori Muslim, yaitu:
“Abu Musa al-Asy’ary ra. Berkata: bersabda Nabi saw, “seorang muslim yang
menjadi bendahara (kasir) yang amanat, yang melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan kepadanya dengan sempurna dan suka hati, memberikannya
kepada siapa yang diperintahkan memberikannya, maka bendahara itu termasuk
salah seorang yang mendapat pahala bersedekah” (Abdul G. A., 1992:72).
Hadist diatas menjelaskan bahwa apa-apa yang diamanatkan kepada setiap
manusia hendaknya dikerjakan secara sempurna dan dengan senang hati, begitu
juga dengan karyawan yang telah diamanati untuk memberikan pelayanan maka
hendaknya memberikan pelayanan yang baik, penuh dengan perhatian dan rela
membantu pelanggan dengan ikhlas (Fia Transtrianingzah, 2006).
Politeknik Negeri Semarang 20
Indikator variabel Empathy dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X19 = Karyawan memperhatikan terhadap kepentingan nasabah
(memberikan konsultasi nasabah). Merujuk penelitian Mulyo Budi
Setiawan dan Ukudi (2007).
X20 = Karyawan tanggap terhadap kebutuhan nasabah yang diinginkan.
Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X21 = Karyawan selalu siap merespon permintaan nasabah. Merujuk
penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X22 = Karyawan menangani nasabah dengan penuh perhatian dan
kesabaran. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X23 = Menyediakan tempat layanan yang nyaman dan aman. Merujuk
penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Empathy diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 5 berikut ini:
GAMBAR 5-Indikator dari Variabel Empathy
X20 = Penyediaan Informasi SelengkapMungkin
X20 = Karyawan tanggap terhadap kebutuhannasabah yang diinginkan.
X21 = Karyawan selalu siap meresponpermintaan nasabah.
X22 = Karyawan menangani nasabah denganpenuh perhatian dan kesabaran.
X19 = Karyawan memperhatikan terhadapkepentingan nasabah (memberikan konsultasinasabah).
Empathy
X23 = Menyediakan tempat layanan yangnyaman dan aman.
Politeknik Negeri Semarang 21
2.1.1.6 Responsiveness
Menurut Rambat Lupiyoadi (2001:148) daya tanggap adalah "suatu kemauan
untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat
kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negatif dalam kualitas pelayanan". Sedangkan menurut Fandy Tjiptono
(1996:70) daya tanggap adalah "keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tangga".
Islam menganjurkan setiap pelaku bisnis untuk bersikap profesional yakni dapat
bekerja dengan cepat dan tepat sehingga tidak menyia-nyiakan amanat yang
menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana terdapat dalam hadis Rasulullah saw
diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
“Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata
seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata
Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya” (Thorik G. dan Utus H., 2006:116).
Hadis diatas menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya tidak menyia-nyiakan
amanat yang menjadi tanggung jawabnya, dapat bekerja dengan keahlian yang
baik sehingga tidak akan mengalami kehancuran. Ketika pelaku bisnis bekerja
memberikan pelayanan dengan keahliannya (kompeten) maka akan bekerja
dengan tanggap (cepat dan tepat) sehingga pelanggan akan memperoleh kepuasan
(Fia Transtrianingzah, 2006).
Indikator variabel Responsiveness dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X24 = Selalu memberitahukan mengenai jadwal pelayanan. Merujuk
Penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X25 = Memberikan layanan bagi pelanggan dengan cepat dan tepat waktu.
Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
Politeknik Negeri Semarang 22
X26 = Karyawan mau membantu pelanggan didalam kelengkapan
administrasi. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
X27 = Karyawan tidak pernah merasa sibuk dalam menangapi permintaan
nasabah. Merujuk penelitian Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi (2007).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Reliability diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 6 berikut ini:
GAMBAR 6-Indikator dari Variabel Responsiveness
2.1.2 Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan fokus utama dalam perusahaan, kualitas merupakan
salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus
member kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak sama
dengan kualitas produk dari pesaing.
Menurut Crosby (1979), kualitas produk adalah produk yang sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Menurut Juran (1993), kualitas
produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan.
Menurut Deming (1982), kualitas produk adalah kesesuaian produk dengan
kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar memahami apa
X11 = Ketepatan Pelayanan
X25 = Memberikan layanan bagi pelanggandengan cepat dan tepat waktu.
X26 = Karyawan mau membantu pelanggandidalam kelengkapan administrasi.
X27 = Karyawan tidak pernah merasa sibukdalam menangapi permintaan nasabah.
X24 = Selalu memberitahukan mengenaijadwalpelayanan.
Responsiveness
Politeknik Negeri Semarang 23
yang dibutuhkan konsumen. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang
dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang dihasilkan.
Menurut Felgenbaum (1986), kualitas produk adalah suatu produk yang sesuai
dengan apa yang diharapkan konsumen. Menurut Garvin (1988), kualitas produk
adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau
tenaga kerja, proses, serta lingkungan yang mematuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen.
Kualitas merupakan totalitas fitur dan karakteristik yang yang mampu memuaskan
kebutuhan, yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan, kualitas mencakup pula
daya tahan produk, kehandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan,
serta atribut-atribut nilai lainnya. Beberapa atribut itu dapat diukur secara
obyektif. Dari sudut pandangan pemasaran, kualitas harus diukur sehubungan
dengan persepsi kualitas para pembeli (Kotler dan Keller, 2006; Ahyari, 1990;
Assauri, 1998).
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa kualitas produk adalah
usaha perusahaan untuk menciptakan kepuasan konsumen atas produk yang
dimiliki oleh perusahaan. Kualitas produk ini bersifat dinamis, sesuai dengan
selera pasar dan iklim ekonomi dari sebuah negara.
Indikator variabel Kualitas Produk dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X28 = Bagi Hasil lebih tinggi dari tabungan biasa. Merujuk penelitian Dika
Sukma Prameswari (2009).
X29 = Keamaan dijamin 100% karena merupakan bank syariah terbesar.
Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari (2009).
X30 = Produk dapat dihandalkan untuk kebutuhan masa yang akan datang.
Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari (2009).
X31 = Ditunjang dengan teknologi yang lengkap. Merujuk penelitian Dika
Sukma Prameswari (2009).
X32 = Tanpa biaya administrasi. Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari
(2009).
Politeknik Negeri Semarang 24
X33 = Fasilitas rekening koran yang dikirim ke rumah tiap 3 – 6 bulan
sekali. Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari (2009).
X34 = Produk yang inovatif. Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari
(2009).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Kualitas Produk diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 7 berikut ini:
GAMBAR 7-Indikator dari Variabel Kualitas Produk
2.1.3 Kepuasan Nasabah
Semua upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pada akhirnya adalah untuk
memperoleh kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Palilati (2007)
mengungkapkan bahwa kepuasan tidak akan pernah berhenti pada satu titik,
bergerak dinamis mengikuti tingkat kualitas produk dan layanannya dengan
harapan-harapan yang berkembang di benak konsumen. Harapan pembeli
X20 = Penyediaan Informasi SelengkapMungkin
X29 = Keamaan dijamin 100% karenamerupakan bank syariah terbesar.
X30 = Produk dapat dihandalkan untuk
kebutuhan masa yang akan datang.
X31 = Ditunjang dengan teknologi yanglengkap.
X28 = Bagi Hasil lebih tinggi dari tabunganbiasa.
KualitasProduk
X32 = Tanpa biaya administrasi.
X33 = Fasilitas rekening koran yang dikirim ke
rumah tiap 3 – 6 bulan sekali.
sekali.
X34 = Produk yang inovatif.
Politeknik Negeri Semarang 25
dipengaruhi oleh pengalaman pembelian mereka sebelumnya, nasehat teman dan
kolega, serta janji dan informasi pemasar dan pesaingnya. Crosby and Stephens
(1987) mengemukakan konseptual dari kepuasan konsumen overall terhadap jasa
(service) terdiri atas tiga hal penting, termasuk kepuasan terhadap : (1) contact
person; (2) the core service, and (3) the organization.
Definisi kepuasan / ketidakpuasan pelanggan menurut Day dalam Tse dan Wilton
(1988) adalah “respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
(disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja
lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya”.
Engel (1990) dalam Fandy Tjiptono (1996:146) mengungkapkan bahwa kepuasan
pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-
kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi
harapan pelanggan. Sedangkan Wilkie (1990) dalam Fandy Tjiptono (1995:24)
mendefinisikannya sebagai “suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”. Kotler (1997:36) memberikan arti
dari kepuasan konsumen yaitu tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
performansi (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Perusahaan perlu melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan
pelanggan karena hal ini telah menjadi hal yang esensial bagi setiap perusahaan.
Langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan
pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.
Menurut Kotler (1997:38) metode-metode yang dapat dipergunakan setiap
perusahaan untuk memantau dan mengukur kepuasan pelanggan adalah sebagai
berikut:
2.1.3.1 Sistem Keluhan dan Saran (Complain and Suggestion System)
Organisasi yang berwawasan pelanggan akan membuat pelanggannya
memberikan saran atau keluhan, misalnya dengan memberikan formulir bagi
Politeknik Negeri Semarang 26
pelanggan untuk melaporkan kesukaan atau keluhan, penempatan kotak saran.
Alur informasi ini memberikan banyak gagasan balik dan perusahaan dapat
bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.
2.1.3.2 Berpura-pura Menjadi Pembeli (Ghost Shopping)
Cara lain untuk mengukur mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan
menyuruh orang berpura-pura menjadi pembeli dan melaporkan titik-titik kuat
maupun lemah yang mereka alami sewaktu membeli produk perusahaan.
2.1.3.3 Menganalisis Pelanggan Yang Hilang (Lost customer analysis)
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal ini
terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/penyempurnaan
selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan
customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate
menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
2.1.3.4 Survei Kepuasan Pelanggan
Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan banyak dilakukan melalui
metode survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui
survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung
dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan
menaruh perhatian terhadap pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan
melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: (1)
pernyataan lansung, (2) problem analysis, (3) analisis tingkat kepentingan-kinerja,
dan (4) ketidakpuasan turunan (derived dissatisfaction).
Indikator variabel Kepuasan Nasabah dalam penelitian ini merujuk hasil
penelitian terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X35 = Layanan yang diberikan Bank Syariah Mandiri sesuai dengan
Politeknik Negeri Semarang 27
yang saya harapkan. Merujuk hasil penelitian Dewi Yanti Sudirman
(2011).
X36 = Bagi diri saya pihak Bank Syariah Mandiri telah memberikan layanan
terbaik. Merujuk hasil penelitian Dewi Yanti Sudirman (2011).
X37 = Saya mengajak orang lain untuk ikut mengunakan layanan tabungan
Bank Syariah Mandiri. Merujuk hasil penelitian Dewi Yanti Sudirman
(2011).
X38 = Dibandingkan dengan Bank lain saya lebih puas menjadi nasabah di
Bank Syariah Mandiri. Merujuk hasil penelitian Dewi Yanti Sudirman
(2011).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Kepuasan Nasabah diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 8 berikut ini:
GAMBAR 8-Indikator dari Variabel Kepuasan Nasabah
2.1.4 Loyalitas Nasabah
Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap
suatu objek. Loyalitas memiliki dimensi yang berbeda dengan kepuasan.
Kepuasan menunjukkan bagaimana suatu produk memenuhi tujuan pelanggan
X35 = Layanan yang diberikan Bank Syariah
Mandiri sesuai dengan yang saya harapkan.
X36 = Bagi diri saya pihak Bank Syariah
Mandiri telah memberikan layanan terbaik.
terbaik.X37 = Saya mengajak orang lain untuk ikut
mengunakan layanan tabungan Bank Syariah
Mandiri.
X38 = Dibandingkan dengan Bank lain saya
lebih puas menjadi nasabah di Bank Syariah
Mandiri.
KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 28
(Oliver, 1999). Kepuasan pelanggan senantiasa merupakan penyebab utama
timbulnya loyalitas. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan loyalitas sebagai
kondisi di mana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu merek,
mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang. Loyalitas menunjukkan kecenderungan
pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi
yang tinggi (Dharmmesta, 1999). Ini berarti loyalitas selalu berkaitan dengan
preferensi pelanggan dan pembelian aktual.
Definisi loyalitas dari pakar yang disebutkan di atas berdasarkan pada dua
pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan
antara loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai
perilaku pelanggan yang hanya membeli suatu produk secara berulang-ulang,
tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikan di dalamnya. Sebaliknya
loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada suatu produk. Ini berarti
bahwa aspek sikap tercakup di dalamnya.
Indikator variabel Loyalitas Nasabah dalam penelitian ini merujuk hasil penelitian
terdahulu, yaitu sebagai berikut:
X39 = Pembelian ulang. Merujuk penelitian Dika Sukma Prameswari (2009).
X40 = Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut. Merujuk penelitian Dika
Sukma Prameswari (2009).
X41 = Tetap memilih merek tersebut. Merujuk penelitian Dika Sukma
Prameswari (2009).
X42 = Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik. Merujuk penelitian Dika
Sukma Prameswari (2009).
X43 = Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. Merujuk
penelitian Dika Sukma Prameswari (2009).
Maka dalam penelitian ini, konstruk variabel Loyalitas Nasabah diukur dengan
menggunakan indikator seperti pada Gambar 9 berikut ini:
Politeknik Negeri Semarang 29
GAMBAR 9-Indikator dari Variabel Loyalitas Nasabah
2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1 Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi, 2007
Nama Peneliti Mulyo Budi Setiawan dan Ukudi
Judul
Penelitian
Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan dan Komitmen
terhadap Loyalitas Nasabah (Studi pada PD. BPR Bank Pasar
Kendal)
Jurnal
Penelitian
JURNAL BISNIS DAN EKONOMI (JBE), SEPTEMBER 2007
HAL 215-227
Metode
Penelitian
Structural Equation Modeling (SEM)
Model
Penelitian H1 H4
H3
H5
H2 H6
KualitasLayanan
Kepercayaan Y1
KomitmenY2
LoyalitasY3
X40 = Kebiasaan mengkonsumsi merektersebut.
X41 = Tetap memilih merek tersebut.
X42 = Yakin bahwa merek tersebut yangterbaik.
X39 = Pembelian ulang.
LoyalitasNasabah
X43 = Merekomendasikan merek tersebut padaorang lain.
Politeknik Negeri Semarang 30
Temuan &
Kesimpulan
Loyalitas nasabah pada PD BPR Bank Pasar Kendal dipengaruhi
oleh komitmen dan kepercayaan nasabah. Dalam penelitian ini,
tidak terbukti loyalitas dipengaruhi secara langsung oleh kualitas
layanan. Sedangkan kepercayaan dan komitmen berpengaruh
secara positif signifikan terhadap loyalitas nasabah. Namun
kualitas layanan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepercayaan dan komitmen, yang selanjutnya
berpengaruh terhadap loyalitas nasabah. Hal ini membawa pada
implikasi manajerial bahwa untuk meningkatkan loyalitas
nasabah, tidak dapat dicapai secara langsung dengan kualitas
layanan, manajer harus meningkatkan kualitas layanan yang
mendorong meningkatnya kepercayaan dan komitmen.
Peningkatan komitmen dan kepercayaan nasabah pada akhirnya
akan meningkatkan loyalitas nasabah.
Sumber bagi
Penelitian ini
Komitmen, kualitas layanan, kepercayaan, loyalitas
2.2.2 Rachmad Hidayat, 2009
Nama
Peneliti
Rachmad Hidayat
Judul
Penelitian
Pengaruh Kualitas Layanan, Kualitas Produk dan Nilai Nasabah
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank Mandiri
Jurnal
Penelitian
JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.11,
NO.1, MARET 2009: 59-72
Metode
Penelitian
Structural Equation Modeling (SEM)
Politeknik Negeri Semarang 31
Model
Penelitian
Temuan &
Kesimpulan
Sebuah model terintegrasi yang berisi hubungan antara kualitas
layanan, kualitas produk dan nilai bagi nasabah dengan kepuasan
dan loyalitas nasabah. Model terintegrasi tersebut menjelaskan
bahwa (1) kualitas layanan, kualitas produk, dan nilai bagi nasabah
berpengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah. Kualitas
layanan dan kualitas produk berpengaruh tidak langsung terhadap
loyalitas nasabah dengan diantarai oleh kepuasan nasabah. Nilai
bagi nasabah berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap loyalitas nasabah dengan diantarai oleh kepuasan
nasabah. Variabel nilai bagi nasabah menunjukkan adanya
pengaruh yang paling kuat dan dominan terhadaployalitas nasabah
Sumber bagi
Penelitian
ini
Kualitas layanan, kualitas produk, kepuasan nasabah, nilai bagi
nasabah, dan loyalitas nasabah,
2.2.3 Alida Palilati, 2007
Nama
Peneliti
Alida Palilati
Judul
Penelitian
Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan terhadap Loyalitas Nasabah
Tabungan Perbankan di Sulawesi Selatan
Politeknik Negeri Semarang 32
Jurnal
Penelitian
JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL. 9,
NO.1, MARET 2007: 73-81
Metode
Penelitian
Teknik analisis konfirmatori factor, teknik analisis regresi dan
teknik analisis persamaan simultan.
Model
Penelitian
Temuan &
Kesimpulan
Rata-rata tingkat kepuasan adequate maupun desired untuk nasabah
berada di bawah harapan yang diinginkan oleh nasabah. ada dua
bentuk (pola) hubungan yang dapat terbentuk dari hubungan antara
variabel Nilai dengan variabel Loyal. Hubungan yang pertama
adalah hubungan tidak langsung yang signifikan negatif antara
variabel Nilai pelanggan dengan Loyalitas melalui variabel
Kepuasan sebagai variabel moderator (juga sebagai mediator); dan
hubungan yang kedua adalah adanya hubungan langsung yang
signifikan positif antara Nilai dengan Loyalitas. Faktor yang
mempunyai pengaruh terbesar (dominant) terhadap tingkat
kepuasan adequate maupun kepuasan desired adalah variabel
profesionalisme staff dalam melaksanakan tugasnya.
Sumber
bagi
Penelitian
ini
Nilai pelanggan, kepuasan, dan loyalitas nasabah
2.2.4 Syamsul Bachri, 2007
Nama Peneliti Syamsul Bachri
Politeknik Negeri Semarang 33
Judul
Penelitian
Analisis Kualitas Layanan, Kepuasan, dan Kepercayaan Nasabah
pada Bank Syariah di Kota Makassar
Jurnal
Penelitian
JURNAL EKONOMI DAN MANAJEMEN VOLUME 8,
NOMOR 2, JUNI 2007
Metode
Penelitian
Structural Equation Modeling (SEM)
Model
Penelitian
H1
H3
H2
Temuan &
Kesimpulan
Kualitas layanan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan nasabah. Kualitas layanan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepercayaan nasabah. Kepuasan nasabah
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan
nasabah pada bank syariah di Makassar.
Sumber bagi
Penelitian ini
Kualitas layanan, kepuasan nasabah, kepercayaan nasabah
2.3 Hubungan Antar Variabel
Kualitas pelayanan dan kepuasan, menurut Tjiptono (2002 : 54) mempunyai
hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu
dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan
perusahaan”. Pada jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan
untuk memahami harapan serta kebutuhan pelanggan. Dengan demikian
perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan
memaksimalkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimalkan
pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.
KualitasLayanan
KepercayaanNasabah
KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 34
Menurut Tjiptono (2002 : 24) terciptanya kepuasan dapat memberikan beberapa
manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi
harmonis, men jadi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan loyalitas
pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan. Menurut Kotler (2003:140) Hubungan antara kepuasan dan loyalitas
adalah saat dimana konsumen mencapai tingkat kepuasan tertinggi yang
menimbulkan ikatan emosi yang kuatdan komitmen jangka panjang dengan merek
perusahaan.
2.3.1 Pengaruh Variabel Compliance Terhadap Kepuasan Nasabah
Variabel compliance memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap loyalitas
nasabah. Hal ini sesuai dengan posisi variabel yang berada pada urutan pertama.
Dimensi compliance ini ditambahkan oleh Abdul Qawi Othman dan Lynn Owen
(2001) pada metode SERVQUAL sebagai kelengkapan atas pelayanan bank
syariah yang jauh berbeda dari pelayanan bank konvensional. Compliance
(kepatuhan) adalah kemampuan untuk memenuhi hukum islam dan beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dan perbankan islam. Dimensi ini
ditambahkan Othman dan Owen dalam SERVQUAL untuk menguji kualitas
pelayanan di bank syariah yang berbeda dari kualitas pelayanan di bank
konvensional.
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Variabel compliance berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
GAMBAR 10-Hipotesis 1
H1
Compliance KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 35
2.3.2 Pengaruh Variabel Assurance Terhadap Kepuasan Nasabah
Dimensi assurance memiliki hubungan dengan kepercayaan nasabah kepada
nasabah (Prameswari, 2009). Dimensi ini mencakup mencakup pengetahuan,
kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf
perusahaan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan, termasuk kualitas jasa
yang dipersepsikan oleh pelanggan dari citra dan reputasi produk serta tanggung
jawab perusahaan terhadapnya (perceived quality).
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Variabel assurance berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
GAMBAR 11-Hipotesis 2
H2
2.3.3 Pengaruh Variabel Reliability Terhadap Kepuasan Nasabah
Prameswari (2009) menyatakan bahwa reliability (kehandalan) merupakan
dimensi yang paling penting dari kelima dimensi yang ada karena dimensi ini
berhubungan dengan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat dan memuaskan. Reliability mampu diukur dengan konsistensi
kerja (performance) dan kemampuan dipercaya (dependability), berarti
perusahaan harus memberikan jasanya secara tepat sejak saat pertama (right the
first time).
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
Assurance KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 36
H3: Variabel reliability berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
GAMBAR 12-Hipotesis 3
H3
2.3.4 Pengaruh Variabel Tangible Terhadap Kepuasan Nasabah
Prameswari (2009), menyatakan bahwa tangible memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kepuasan nasabah. Tangible meliputi fasilitas fisik dari jasa,
perlengkapan atau peralatan yang digunakan, pegawai dan sarana komunikasi atau
representasi fisik dari jasa.
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H4: Variabel tangible berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
GAMBAR 13-Hipotesis 4
H4
2.3.5 Pengaruh Variabel Empathy Terhadap Kepuasan Nasabah
Prameswari (2009) menyatakan bahwa dimensi empathy meliputi kemudahan
dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian dari perusahaan
kepada pribadi pelanggan dan memahami kebutuhan para pelanggan. Esensi
dimensi ini adalah menyampaikan pelayanan melalui sentuhan pribadi atau yang
berorientasi pada keinginan pelanggan yang unik dan spesifik.
Reliability KepuasanNasabah
Tangible KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 37
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5: Variabel empathy berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
GAMBAR 14-Hipotesis 5
H5
2.3.6 Pengaruh Variabel Responsiveness Terhadap Kepuasan Nasabah
Prameswari (2009) menyatakan bahwa responsiveness memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kepuasan nasabah. Dimensi ini berkaitan secara langsung
dengan daya tanggap karyawan, yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap, yang meliputi kecepatan,
kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang
memuaskan sejak proses penjualan hingga purna jualnya (serviceability).
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H6: Variabel responsiveness berpengaruh positif terhadap kepuasan
nasabah.
GAMBAR 15-Hipotesis 6
H6
Empathy KepuasanNasabah
KepuasanNasabah
Responsiveness
Politeknik Negeri Semarang 38
2.3.7 Pengaruh Variabel Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Nasabah
Naser et al (1999) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan sangat tergantung pada
bagaimana tingkat kualitas produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan.
Sedangkan Selnes (1993) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja
produk sebagaimana dipersepsikan pelanggan mempengaruhi kepuasan
pelanggan.
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H7: Variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap kepuasan
nasabah.
GAMBAR 16-Hipotesis 7
H7
2.3.8 Pengaruh Variabel Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah
Cronin, Brady dan Hult (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa loyalitas
merupakan bentuk kecenderungan perilaku konsumen setelah merasa puas atau
tidak puas terhadap barang / jasa yang dikonsumsinya. Sejalan dengan hasil
penelitian tersebut, penelitian Ruyten & Bloemer (1999) dan Soderlund (1998)
juga menunjukkan bahwa kepuasan mempunyai asosiasi positif dengan loyalitas.
Demikian pula dengan beberapa penelitian lain (Fornell, 1992 dan Mcllroy &
Barnett, 2000) yang menyatakan bahwa konsep penting yang harus
dipertimbangkan ketika membangun program loyalitas adalah kepuasan
pelanggan.
KualitasProduk
KepuasanNasabah
Politeknik Negeri Semarang 39
Berdasarkan uraian yang didukung oleh hasil penelitian di atas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H8: Variabel kepuasan nasabah berpengaruh positif terhadap loyalitas
nasabah.
GAMBAR 17-Hipotesis 8
H8
2.4. Model Penelitian
Berdasarkan hasil telaah pustaka dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah
dilakukan, maka dikembangkan model pemikiran teoritis yang mendasari
penelitian ini. Penelitian ini ingin mengetahui kualitas layanan dan kualitas
produk yang dirasakan Nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang
dan pengaruhnya terhadap kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah. Kualitas jasa
disini mempunyai lima dimensi, yaitu: Tangible, Reliability, Responsiveness,
Assurance, dan Empathy. Kemudian ditambah Kualitas Produk. Dari empat
dimensi ditambah dengan variabel kualitas produk ini ingin diketahui
pengaruhnya terhadap kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah.
Model penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini:
KepuasanNasabah
LoyalitasNasabah
Politeknik Negeri Semarang 40
GAMBAR 18-Model Penelitian
Sumber: Rachmat Hidayat (2009), Alida Palilati (2007), dan Syamsul Bachri
(2007) dikembangkan untuk penelitian ini.
2.5. Hipotesis Penelitian
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (1999) dalam Hasan (2006),
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.
Sesuai dengan model penelitian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1: Variabel compliance berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Compliance
Reliability
Assurance
KualitasProduk
Empathy
TangibleKepuasanNasabah
LoyalitasNasabahResponsivenes
s H7
H8
Politeknik Negeri Semarang 41
H2: Variabel assurance berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H3: Variabel reliability berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H4: Variabel tangible berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H5: Variabel empathy berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H6: Variabel responsiveness berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H7: Variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
H8: Variabel kepuasan nasabah berpengaruh positif terhadap loyalitas nasabah.
2.6. Definisi Operasional Variabel dan Indikator
Definisi operasional dari tiap variabel dalam penelitian ini akan didefinisikan
dalam tabel sebagai berikut:
No Variabel Definisi Operasional
1 Compliance Compliance adalah kemampuan untuk memenuhi hukum
islam dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi dan
perbankan islam (Abdul Qawi Othman dan Lynn Owen,
2001).
X1 = Menjalankan hukum dan prinsip Islam, artinya BSM
telah mematuhi hukum dan prinsip yang berlaku dalam
Islam dalam operasionalnya.
X2 = Tidak ada bunga yang diambil ataupun dibayarkan
pada pinjaman maupun tabungan, artinya BSM tidak
mengambil bagian berupa bunga pada pembiayaan dan
juga tidak memberi bagian pada nasabah tabungan
berupa bunga.
X3 = Penyediaan produk dan layanan syariah, artinya
BSM telah menyediakan produk dan layanan berbasis
syariah secara keseluruhan.
Politeknik Negeri Semarang 42
X4 = Penyediaan pinjaman bebas bunga, artinya BSM
tidak memberlakukan sistem bunga.
X5 = Penyediaan bagi hasil produk investasi, artinya BSM
memberlakukan sistem bagi hasil pada produk investasi.
2 Assurance Assurance adalah kemampuan karyawan perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya nasabah kepada perusahaan (Fia
Transtrianingzah, 2006).
X6 = Karyawan mampu menanamkan kepercayaan
kepada nasabah, artinya karyawan BSM mampu
memberikan rasa aman pada nasabah.
X7 = Karyawan memberikan rasa aman dalam
memberikan layanan terhadap nasabah, artinya
karyawan BSM mampu melayani nasabah sesuai
dengan etika yang ada.
X8 = Karyawan senantiasa bersikap sopan dan ramah,
artinya karyawan BSM memiliki kepribadian yang
santun.
X9 = Karyawan memiliki pengetahuan yang cukup
untuk menjawab pertanyaan nasabah, artinya
karyawan BSM telah menguasai mengenai produk dan
penanggulangan permasalahan.
X10 = Karyawan dapat dipercaya, artinya karyawan BSM
memiliki kepribadian yang baik.
3 Reliability Reliability adalah kemampuan perusahaan memberikan
pelayanan sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan pada
nasabah (Fia Transtrianingzah, 2006).
X11 = Karyawan memberikan sambutan yang baik pada
saat nasabah datang, artinya karyawan BSM
memiliki kepribadian yang ramah.
X12 = Waktu pelayanan yang disediakan sesuai dengan
jadwal yang diinformasikan, artinya BSM sangat
menghargai waktu.
Politeknik Negeri Semarang 43
X13 = Karyawan bersikap simpatik dalam menghadapi
masalah / complain nasabah, artinya karyawan BSM
sangat peduli dengan nasabah.
X14 = Menyediakan layanan sesuai yang dijanjikan,
artinya BSM sangat menghargai waktu yang telah
diluangkan oleh nasabah.
X15 = Menyimpan data secara benar dan akurat, artinya
karyawan BSM menerapkan prinsip kehati-hatian.
4 Tangible Tangible adalah bentuk fisik dari penampilan fasilitas (Fia
Transtrianingzah, 2006).
X16 = Memiliki peralatan dan tehnologi mutakhir, artinya
peralatan dan teknologi milik BSM sudah modern.
X17 = Memiliki fasilitas – fasilitas yang menarik secara
visual, artinya fasilitas yang dimiliki BSM unik dan
bermanfaat.
X18 = Karyawan berpenampilan rapi dan professional,
artinya penampilan pegawai/karyawan BSM menarik.
5 Empathy Empathy adalah perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen (Fia
Transtrianingzah, 2006).
X19 = Karyawan memperhatikan terhadap kepentingan
nasabah (memberikan konsultasi nasabah), artinya
karyawan BSM tahu bagaimana memprioritaskan
nasabah.
X20 = Karyawan tanggap terhadap kebutuhan nasabah
yang diinginkan, artinya karyawan BSM cekatan
dalam menghadapi nasabah.
X21 = Karyawan selalu siap merespon permintaan
nasabah, artinya karyawan BSM mampu dengan cepat
menangkap maksud nasabah.
X22 = Karyawan menangani nasabah dengan penuh
Politeknik Negeri Semarang 44
perhatian dan kesabaran, artinya karyawan BSM
mampu mengontrol emosi walaupun dalam kondisi
yang sangat sibuk.
X23 = Menyediakan tempat layanan yang nyaman dan
aman, artinya BSM mampu menyenangkan nasabah
dengan benar.
6 Responsiveness Responsiveness adalah keinginan untuk membantu nasabah
dengan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat (Fia
Transtrianingzah, 2006).
X24 = Selalu memberitahukan mengenai jadwal
pelayanan, artinya karyawan BSM tidak ingin
nasabahnya salah jadwal sehingga menyulitkan
nasabah.
X25 = Memberikan layanan bagi pelanggan dengan cepat
dan tepat waktu, artinya karyawan BSM sangat
menghargai waktu yang sudah diluangkan nasabah
untuk datang.
X26 = Karyawan mau membantu pelanggan didalam
kelengkapan administrasi, artinya karyawan BSM
mengerti cara memperlakukan nasabah dengan baik.
X27 = Karyawan tidak pernah merasa sibuk dalam
menangapi permintaan nasabah, artinya karyawan
BSM tidak terlalu sibuk sehingga bisa merespon
Permintaan nasabah dengan baik.
7 Kualitas
Produk
Kualitas Produk adalah kriteria produk yang mampu
memenuhi standar kepuasan pelanggan (Juran, 1993).
X28 = Bagi Hasil lebih tinggi dari tabungan biasa, artinya
BSM mampu menempatkan Dana Pihak Ketiga (DPK)
pada investasi syariah yang tidak kalah
menguntungkan dengan bank konvensional.
X29 = Keamaan dijamin 100% karena merupakan bank
syariah terbesar, artinya keamanan dana nasabah
Politeknik Negeri Semarang 45
terjamin karena dititipkan pada bank berbasis syariah.
X30 = Produk dapat dihandalkan untuk kebutuhan masa
yang akan datang, artinya produk dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan jangka panjang.
X31 = Ditunjang dengan teknologi yang lengkap, artinya
keberagaman produk BSM ditunjang oleh teknologi
yang dimiliki.
X32 = Tanpa biaya administrasi, artinya BSM tidak
mengenakan biaya administrasi pada produknya.
X33 = Fasilitas rekening koran yang dikirim ke rumah
tiap 3 – 6 bulan sekali, artinya BSM dengan rutin
mengirimkan rekening koran ke alamat nasabah.
X34 = Produk yang inovatif, artinya BSM memiliki
keanekaragaman produk.
8 Kepuasan
Nasabah
Kepuasan pelanggan adalah perasaan yang dirasakan pembeli
dari kinerja perusahaan yang memenuhi harapan mereka
(Afrizal, 2004).
X35 = Layanan yang diberikan Bank Syariah Mandiri
sesuai dengan yang saya harapkan, artinya BSM
mampu memenuhi harapan nasabah.
X36 = Bagi diri saya pihak Bank Syariah Mandiri telah
memberikan layanan terbaik, artinya layanan BSM
baik.
X37 = Saya mengajak orang lain untuk ikut mengunakan
layanan tabungan Bank Syariah Mandiri, artinya
nasabah memiliki keinginan untuk mempromosikan
produk dan jasa BSM pada orang lain karena puas
akan layanan BSM.
X38 = Dibandingkan dengan Bank lain saya lebih puas
menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri, artinya
nasabah BSM puas menjadi nasabah BSM.
9 Loyalitas Loyalitas Nasabah adalah perilaku pelanggan terhadap suatu
Politeknik Negeri Semarang 46
Nasabah produk yang mampu mempengaruhi produk di masa yang
akan datang (Ferlina Ariyani, 2008).
X39 = Pembelian ulang, artinya nasabah memiliki keinginan
untuk menggunakan produk dan jasa BSM.
X40 = Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut, artinya
nasabah BSM senang menggunakan produk BSM di
berbagai kesempatan.
X41 = Tetap memilih merek tersebut, artinya nasabah BSM
setia untuk menggunakan produk BSM.
X42 = Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik, artinya
nasabah BSM tidak salah pilih dalam menggunakan
produk dan jasa BSM.
X43 = Merekomendasikan merek tersebut pada orang
lain, artinya nasabah merasa bangga dan puas
menggunakan produk dan jasa BSM.
Politeknik Negeri Semarang 47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
3.1.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi
terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan atau rekaman video (wordpress.com).
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Hal ini
digunakan sebagai tolak ukur penelitian (wordpress.com).
3.1.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer menurut Supranto (1987) merupakan data yang dikumpulkan dan
diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari
objeknya. Data primer dari penelitian ini berasal dari kuesioner yang diisi
oleh responden (nasabah Bank Syariah Mandiri cabang Semarang),
meliputi: identitas dan tanggapan responden.
Politeknik Negeri Semarang 48
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk
publikasi (Supranto, 1987).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal
atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta
penelitian. (Ferdinand, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah para nasabah
tabungan Bank Syariah Mandiri cabang Semarang sebanyak 150 nasabah.
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Teknik
pengambilan sampling yang digunakan adalah non probability sampling, elemen
populasi dipilih atas dasar availabilitasnya (misalnya karena mereka memang
dengan sukarela mau menjadi responden) atau karena pertimbangan pribadi
peneliti bahwa mereka dapat mewakili populasi. Penelitian ini menggunakan
jenis purposive sampling, karena memahami bahwa informasi yang dibutuhkan
dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran tertentu yang mampu
memberikan informasi karena mereka memang memiliki informasi seperti itu dan
memenuhi kriteria yang ditentukan (Ferdinand, 2006). Pemilihan metode ini
karena diambil menurut pertimbangan kriteria sampel yaitu sampel mengetahui
informasi tentang bank syariah dan menjadi nasabah tabungan iB plus dari
Bank Syariah Mandiri cabang Semarang.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner. Maryati (2001) menyatakan tujuan dari pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan, tingkat keandalan
(reliability) dan keabsahan (validity) setinggi mungkin.
Politeknik Negeri Semarang 49
Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden untuk mengukur persepsi
responden digunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2004), skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Kuantitatif
3.4.1.1 Uji Validitas
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (content validity)
menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan diukur
(Ferdinand, 2006). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2006).
Dalam pengujian validitas, digunakan alat ukur berupa program komputer yaitu
SPSS for Windows, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang
signifikan antara skor ítem terhadap skor totalnya maka dikatakan skor
tersebut tidak valid (Ghozali, 2006). Pengujian validitas pada taraf signifikan
yang digunakan adalah (α) = 5% yaitu apabila r-hitung lebih dari r-tabel maka
variabel tersebut valid, sebaliknya apabila r-hitung kurang dari r-tabel maka
variabel tersebut tidak valid.
3.4.1.2 Uji Reliabilitas
Sebuah scale atau instrumen pengukur data dan data yang dihasilkan disebut
reliabel atau terpercaya apabila instrumen itu secara konsisten memunculkan
Politeknik Negeri Semarang 50
hasil yang sama setiap kali dilakukan pengukuran (Ferdinand, 2006). Uji
reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur
suatu gejala/kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur,
semakinstabil pula alat pengukur tersebut.
Uji reliabilitas pada penelitian ini dengan menggunakan uji statisitik
Cronbach Alpha (α) dengan menggunakan alat bantú program komputer SPSS for
Windows. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali, 2006)
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
3.4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali, 2006):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Politeknik Negeri Semarang 51
3.4.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel (independent variable). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar
sesama variabel bebas sama dengan nol. Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Ghozali, 2006).
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006). Sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah (Ghozali, 2006):
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.4.3 Structural Equation Modeling (SEM)
Untuk menguji model dan hubungan yang dikembangkan dalam penelitian ini
diperlukan suatu teknik analisis. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam
Politeknik Negeri Semarang 52
penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hal ini karena SEM
merupakan sekumpulan teknik-teknik statistical yang memungkinkan pengukuran
sebuah rangkaian hubungan yang relative “rumit” secara simultan. Permodelan
penelitian melalui SEM memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab
pertanyaan penelitian yang bersifat regresif maupun dimensional (yaitu mengukur
apakah dimensi-dimensi dari sebuah konsep). SEM juga dapat mengidentifikasi
dimensi-dimensi sebuah konsep atau konstruk dan pada saat yang sama SEM juga
dapat mengukur pengaruh atau derajat hubungan factor yang dapat
diidentifikasikan dimensi-dimensinya (Ferdinand, 2005).