analisis obstruktif jaundice

24
Nama : Sarayati Khairunisah NIM : 04011181320024 1. Bagaimana mekanisme nyeri yang menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual? Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang bersifat iritatif di saluran cerna merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual

Upload: sarayati-khairunisah-kp

Post on 09-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jaundice

TRANSCRIPT

Nama: Sarayati KhairunisahNIM: 040111813200241. Bagaimana mekanisme nyeri yang menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual?

Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang bersifat iritatif di saluran cerna merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual

2. Mengapa nyerinya hilang timbul dan bertambah hebat bila makan makanan berlemak?Mekanisme nyeri hilang timbul pada pasien ini disebabkan karena sekresi empedu ke dalam duodenum sebagian besar terjadi sesaat sesudah makan untuk mencerna lemak, sehingga pada saat itu pasien merasa sakit karena adanya kontraksi yang meningkat pada saluran empedukarena empedu mengemulsi lemak makanan lemak merangsang pengeluaran empedu peristaltis duktus meningkat obstruksi semakin memperberat kolik.

3. Apa makna klinis nyeri sejak 2 bulan yang lalu?2 Bulan yang lalu pasien telah mengalami kolelitiasis (batu di kandung empedu) batu turun dan telah menyumbat ductus choledochus obstruksi total keluhan sekarang (mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal)3 Apakah ada pengaruh dari obat penghilang nyeri dengan keluhan yang diderita sekarang? Jelaskan!Tidak ada kaitan dengan gejala yang dialami sekarang.. Obat penghilang nyeri berefek samping ketagihan, sakit kepala ringan, kepala terasa berputar, mengantuk, mual, muntah, gangguan aliran darah, gangguan koordinasi otot, dan gangguan jantung. Selai efek samping di atas, obat ini juga dapat menimbulkan efek alergi, berupa kemerahan, gatal4 Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?Pemeriksaan laboratoriumHasil pemeriksaanNilai normalInterpretasi

Hb12,4 g/dl12-16 g/dlNormal

Ht36 vol %36-46 vol %Normal

Leukosit15.400/mm35.000- 10.000/mm3Meningkat; karena reaksi inflamasi

Trombosit 329.000/mm3250.000-450.000Normal

LED77 mm/jam0-15 mm/jamMeningkat; karena rekasi inflamasi

Bilirubin total20,49 mg/dl0,3-1,0 mg/dlMeningkat; karena obstruksi pada saluran empedu

Bilirubin Direk19,94 mg/dl0,1-0,3 mg/dlMeningkat; karena obstruksi pada saluran empedu

Bilirubin Inderek0,55mg/dl0,2-0,7 mg/dlNormal

SGOT29 U/I5-35 U/INormal

SGPT37 U/I3-35 U/INormal

Fosfat Alkali864 U/l30-120 U/lMeningkat; karena obstruksi

Amilase40 U/L30-100 U/LNormal

Lipase50 U/L10-140 U/LNormal

5 Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium?Pemecahan heme menjadi biliverdin dan kemudian di ubah menjadi bilirubin indirect, yang nantinya akan diubah lagi menjadi bilirubin direct larut air oleh hati. SEHARUSNYA bilirubin direct ini dialirkan menuju usus, akan tetapi karena adanya suatu obstruksi, maka bilirubin direct yang telah diproduksi oleh hepar tersebut akan menumpuk. Sehingga terjadi peningkatan Bilirubin dire, Bilirubin total, dan Alkaline Fosfatase. Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru); enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis).Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu.Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya. Karena adanya infeksi inilah maka pasien mengalami demam. Karena ada proses infeksi dan inflamasi ini maka leukosit dan LED meningkat

Learning IssueKolelitiasis1. Definisi Kolelitiasis

Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.2. Patologi kolelitiasisBatu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri dari : kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid (lesitin) dan elektrolit.Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3 jenis :batu pigmenbatu kolesterolbatu campuran (kolesterol dan pigmen)3. Etiologi kolelitiasisEtiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.4. Patofisiologi kolelitiasisBatu pigmenBatu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemakPigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empeduAkibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferasePresipitasi / pengendapanBerbentuk batu empeduBatu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasiBatu kolesterolKolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).

Proses degenerasi dan adanya penyakit hatiPenurunan fungsi hatiPenyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme Mal absorpsi garam empedu Penurunan sintesis (pembentukan) asam empeduPeningkatan sintesis kolesterolBerperan sebagai penunjangiritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterolkandung empedu Kemudian kolesterol keluar dari getah empeduPenyakit kandung empedu (kolesistitis)Pengendapan kolesterolBatu empedu

5. Manifestasi klinis kolelitiasisGejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas.

Rasa nyeri hebat dan kolik bilierJika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu akan meningkat.

Mekanisme nyeri dan kolik bilier

Batu empeduAliran empedu tersumbat (saluran duktus sistikus)Distensi kandung empeduBagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen padakartilago kosta IX dan X bagian kananMerangsang ujung-ujung saraf sekitar untukmengeluarkan bradikinin dan serotoninImpuls disampaikan ke serat saraf aferen simpatisMenghasilkan substansi P (di medula spinalis)

Thalamus

Korteks somatis sensori Bekerjasama dengan pormatio retikularis(untuk lokalisasi nyeri) Serat saraf eferen Hipotalamus

Nyeri hebat pada kuadran kanan atasdan nyeri tekan daerah epigastriumterutama saat inspirasi dalam

Penurunan pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat(sampai ke bahu kanan)Nyeri meningkat pada pagi hariKarena metabolisme meningkat di kandungempedu

Mekanisme mual dan muntahPerangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT, menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah.Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung.

Obstruksi saluran empeduAlir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu, kolesterol)Proses peradangan disekitar hepatobiliarPengeluaran enzim-enzim SGOT dan SGPTPeningkatan SGOT dan SGPT

Bersifat iritatif di saluran cernaMerangsang nervus vagal (N.X Vagus)Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis

Penurunan peristaltik sistem Akumulasi gas ususpencernaan (usus dan lambung) di sistem pencernaan Makanan tertahan di lambung Rasa penuh dengan gas Peningkatan rasa mual KembungPengaktifan pusat muntah (medula oblongata)Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan,serta neuron-neuron motorik spinaliske otot-otot abdomen dan diafragmaMuntah

Mekanisme ikterik, BAK berwarna kuning

Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses tidak diwarnai oleh pigmen empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang disebut Clay Colored.Selain mengakibatkan peningkatan alkali fospat serum, eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga urin berwarna kuning bahkan kecoklatan.

Obstuksi saluran empeduEkresi cairan empedu ke duodenum (saluan cerna) menurun

Feses tidak diwarnai Peningkatan alkali fosfat serum Peningkatan bilirubin serumoleh pigmen empedu Diserap oleh darahFeses pucat/ berwarna kelabu Masuk kedan lengket (seperti dempul) sirkulasi sistem Disebut Clay Coroled Filtrasi oleh ginjalBilirubin dieksresikan oleh giWarna urin kuning/ kecoklatan

6. Penatalaksanaana. Non Bedah, yaitu :Therapi Konservatif Pendukung diit : Cairan rendah lemak Cairan Infus Pengisapan Nasogastrik Analgetik Antibiotik Istirahat

Farmako TherapiPemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan

KholangitisKolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat (2) baik secara parsiil atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam lumen saluran empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau dari dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur saluran empedu.Etiologi Banyak faktor yang dapat menyebabkan obstruksi dari sistem bilier seperti kelainan anatomi atau benda asing dalam saluran empedu. Dalam keadaan ini terjadi kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kolangitis akut. Bilamana timbul obstruksi total dapat terjadi supurasi dan penyakit yang lebih serius.Patofisiologi Kolangitis Akut Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan empedu, kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang berlebihan. Kuman-kuman ini berasal dari flora duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat juga dari penyebaran limfogen dari kandung empedu yang meradang akut, penyebaran ke hati akibat sepsis atau melalui sirkulasi portal dari bakteri usus. Karena tekanan yang tinggi dari saluran empedu yang tersumbat, kuman akan kembali (refluks) ke dalam saluran limfe dan aliran darah dan mengakibatkan sepsis. Bakteribili (adanya bakteri disaluran empedu) didapatkan pada 20% pasien dengan kandung empedu normal.(4) Walaupun demikian infeksi terjadi pada pasien-pasien dengan striktur pasca bedah atau pada anastomasi koledokoenterik. Lebih dari 80% pasien dengan batu koledokus terinfeksi, sedangkan infeksi lebih jarang pada keganasan(10) . Kegagalan aliran yang bebas merupakan hal yang amat penting pada patogenesis kolangitis akut. Mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada kolangitis akut yang sering dijumpai berturut-turut adalah kumankuman aeroba gram (-) enterik E. Coli, Klebsiella, kemudian Streptococcus faecalis dan akhirnya bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis dan Clostridia. Pula kuman-kuman Proteus, Pseudomonas dan Enterobacter enterococci tidak jarang ditemukan.(4) Bacteribili tidak akan menimbulkan kolangitis kecuali bila terdapat kegagalan aliran bilier yang akan memudahkan terjadinya proliferasi kuman pada saluran empedu yang mengalami stagnasi, dan atau tekanan dalam saluran empedu di dalam hati meningkat sedemikian rupa sehingga menyebabkan refluks kuman ke dalam darah dan saluran getah bening.(1) Kombinasi dari stagnasi dan peningkatan tekanan tersebut akan menimbulkan keadaan yang serius pada kolangitis supuratif. Beberapa dari efek serius kolangitis dapat disebabkan oleh endotoksemia yang dihasilkan oleh produk pemecahan bahteri gram negatif. Endotoksin diserap di usus lebih mudah bila terdapat obstruksi bilier, karena ketiadaan garam empedu yang biasanya mengkhelasi endotoksin sehingga mencegah penyerapannya. Selanjutnya kegagalan garam empedu mencapai intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus. Selain itu fungsi sel-sel Kupfer yang jelek dapat menghambat kemampuan hati untuk mengekstraksi endotoksin dari darah portal.Gejala klinik Gejala klinik bervariasi dari yang ringan yang memberikan respons dengan penatalaksanaan konservatif sehingga memungkinkan intervensi aktif sampai bentuk berat yang refrakter terhadap terapi medik dan bisa berakibat fatal.(2, 11) Hampir selalu pada pasien kolangitis akut didapatkan ikterus dan disertai demam, kadang-kadang menggigil. Pada sebagian kecil kasus ini batu koledokus tidak didapatkan ikterus, hal ini dapat diterangkan karena batu di dalam duktus koledokus tersebut masih mudah bergerak sehingga kadang-kadang aliran cairan empedu lancar, sehingga bilirubin normal atau sedikit saja meningkat. Kadang-kadang tidak jelas adanya demam, tetapi ditemukan lekositosis. Fungsi hati menunjukkan tanda-tanda obstruksi yakni peningkatan yang menyolok dari GGT atau fosfatase alkali. SGOT/SGPT dapat meningkat, pada beberapa pasien bahkan dapat meningkat secara menyolok menyerupai hepatitis virus akut. Seringkali didapatkan nyeri hebat di epigastrium atau perut kanan atas karena adanya batu koledokus. Nyeri ini bersifat kolik, menjalar ke belakang atau ke skapula kanan, kadang-kadang nyeri bersifat konstan. Trias dari Charcot (demam, nyeri perut bagian atas atau kanan atas serta ikterus) didapatkan pada 54%.PenatalaksanaanSetiap pasien dengan ikterus apapun penyebabnya yang disertai dengan demam haruslah diwaspadai akan keberadaan kolangitis akut. i. Pada pasien ini segera dilakukan pemeriksaan USG abdomen. Adanya pelebaran saluran empedu baik ekstra atau intrahepatik mengkonfirmasikan adanya suatu kolangitis akut. Dari pemeriksaan USG selain adanya pelebaran saluran empedu mungkin dapat pula diketahui adanya penyebab dari obstruksi tersebut misalnya batu saluran empedu, karsinoma caput pankreas, adanya askaris dalam duktus koledokus yang tampak sebagai bayangan 2 buah garis yang pararel, dan sebagainya. ii. Pemeriksaan kolangiografi secara langsung baik dengan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography) atau PTC (Percutaneous Transhepatic Cholangiography) dapat secara lebih rinci mengetahui penyebab obstruksi dan setinggi apa obstruksi tersebut pada saluran empedu misalnya tumor papil, kolangio karsinoma, batu koledokus, dan sebagainya.iii. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lekositosis, peningkatan yang menyolok dari fosfatase alkali atau GGT, bilirubin biasanya meningkat, sebagian kecil normal atau sedikit meningkat, SGOT/ SGPT dapat meningkat sekali pada obstruksi yang akut.iv. Tindakan utama adalah melancarkan aliran bilier untuk mengatasi infeksi serta untuk memperbaiki fungsi hati, dan pemberian antibiotika yang adekuat. Melancarkan aliran bilier bisa dilakukan secara operatif atau non operatif yakni per endoskopi atau perkutan bilamana memiliki fasilitas tersebut. Ekstraksi batu dengan endoskopi sesudah dilakukan sfingterotomi dilakukan langsung sesudah dilakukan kolangiografi. Bilamana usaha pengeluaran batu empedu gagal, mutlak pula dipasang pipa nasobilier untuk sementara sambil menunggu tindakan yang definitif. v. Pemilihan antibiotika (1) Mikroorganisme yang paling sering sebagai penyebab adalah E. Coli dan Klebsiella, diikuti oleh Streptococcus faecalis. (1) Pseudomonas aeroginosa lebih jarang ditemukan kecuali pada infeksi iatrogenik, walaupun demikian antibiotika yang dipilih perlu yang dapat mencakup kuman ini. Walaupun kuman anaerob lebih jarang, kemungkinan bahwa kuman ini bertindak sinergis dengan kuman aerob menyebabkan bahwa pada pasien yang sakitnya sangat berat, perlu diikutsertakan antibiotika yang efektif terhadapnya. Tidak ada antibiotika tunggal yang mampu mencakup semua mikroorganisme, walaupun beberapa antibiotika yang baru seperti sefalosporin dan kuinolon memiliki spektrum yang mengesankan. Kombinasi aminoglikosida dan ampisilin pada waktu yang lalu telah direkomendasikan karena dapat mencakup kuman tersebut di atas selain harganya tidak mahal. Kerugian kombinasi adalah bahwa aminoglikosida bersifat nefrotoksik. Generasi ketiga sefalosporin telah dipakai dengan berhasil pada kolangitis akut karena dieksresikan melalui empedu. Terapi tunggal dengan cefoperazon telah terbukti lebih baik daripada kombinasi ampisilin dan tobramisin, juga septasidin. Golongan karbapenem yang baru yakni imipenem yang memiliki spektrum luas juga berpotensi baik. Obat ini diberikan bersama dengan silastatin. Siprofloksasin dari golongan kuinolon telah digunakan pada sepsis bilier dan memiliki spektrum yang luas; obat ini diekskresi melalui ginjal dan juga penetrasi ke empedu. Bilamana dikombinasi dengan metronidasol untuk mencakup flora anaerob, akan sangat efektif. Untuk pencegahan secara oral terhadap kolangitis rekuren dapat dipilih terapi tunggal dengan ampisilin, trimetoprin atau sefalosporin oral seperti sefaleksin.KOLESISTITISDefinisi.Kolestitis merupakan radang kandung empedu disebabkan oleh statis dinding empedu, ischemia dinding empedu, dan bakteri. Patogenesis.Akibat kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi mengakibatkan stasis di duktus sistikus (batu kandung empedu yang terletak di duktus sistikus) mengakibatkan kolesistitis. Bakteri patogen yang dilaporkan dapat menimbulkan infeksi adalah Streptococcus(grup A dan B), organisme gram negatif (terutamaSalmonella), dan Leptospira interrogans.Infeksi parasit dengan askaris atauGiardia lambliamungkin ditemukan.Penegakan Diagnosis.Anamnesis: kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh, Nausea dan muntah sering terjadi. Pemeriksaan fisik, teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda2 peritonitis lokal (Murphys sign). Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan mungkin peningkatan serum transaminase dan fosfatase alkali (enzim2 hati), Pemeriksaan USG (nilai kepekaan dan ketepatan mencapai 90-95%) sebaiknya dilakukan secara rutin untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu, dan saluran empedu ekstrahepatik. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau skintigrafi (menggunakan agen radioaktif IV) sangat mendukung diagnosis kolesistitis akut. PemeriksaanCT scanabdomen mampu memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang kecil yang mungkin tidak terlihat pada USG.Penatalaksanaan.Pengobatan paliatif untuk pasien adalah dengan menghindari makanan dengan kandungan lemak tinggi. Pengobatan umum mencakup istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting utk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septisemia. Gol ampisilin, sefalosporin, dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman2 yang umum pada kolesistitis. Kolesistektomi (pengangkatan kandung empedu) dilakukan pada kolesistitik akut yang disertai gejala2 berat dan diduga terdapat pembentukan nanah atau bila tidak terjadi perbaikan dalam beberapa hari. Kolesistektomi juga dianjurkan bagi sebagian besar pasien kolesistitis kronik dengan atau tanpa batu empedu yang simtomatik.Nurman. 1999. Kolangitis akut dipandang dari sudut penyakit dalam. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.18_no.3_2.pdf Diakses pada 14 April 2015.Hadi, Sujono. 2013. Gastroenterologi. Bandung: PT. Alumni.Uwie, Silphi. Batu Empedu. https://www.academia.edu/4421574/ASKEP_BATU_EMPEDU Diakses pada 14 April 2015.