analisis kandungan vitamin c, natrium benzoat, dan kafein dalam minuman berenergi dengan menggunakan...
DESCRIPTION
analisis kandungan vitamin CTRANSCRIPT
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 1/19
Evi Sapinatul Bahriah
EVISAPINATULBAHRIAH.WORDPRESS.COM
ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUMBENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMANBERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC
04 JUN
Hari/Tanggal Mulai Praktikum : Senin, 14 November 2011
Hari/Tanggal Selesai Praktikum : Rabu, 16 November 2011
A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Menentukan kurva kalibrasi larutan standar Vitamin C, Natrium Benzoat, dan Kafein.
2. Menghitung kadar Vitamin C, Natrium Benzoat, dan Kafein dalam minuman berenergi.
B. Dasar Teori
1. Minuman Berenergi
Minuman berenergi (energy drink) adalah sejenis minuman ringan (soft drink) yang mengandung
kafein dan zat stimulan lainnya seperti efedrin, guarana, dan ginseng. Minuman ini tidak mengandung
lebih banyak kalori dibanding minuman ringan, namun dipercaya dapat meningkatkan stamina bagi
orang yang meminumnya. Kandungan kafein per botol minuman berenergi sangat bervariasi, dari 50
mg hingga 505 mg (www.apoteker.info). Kandungan gula yang tinggi dalam minuman berenergi bisa
memicu peningkatan kadar gula darah, merusak gigi dan menyebabkan pertambahan berat badan.Selain itu, kandungan gula yang tinggi juga bisa menyebabkan penyerapan air ke dalam tubuh
terhambat sehingga menimbulkan risiko dehidrasi (Anna, 2011).
2. Vitamin C (Asam Askorbat)
Asam askorbat adalah salah satu http://id.wikipedia.org/wiki/Senyawa_organik”>senyawa kimia
yang disebut vitamin C (http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C), selain asam dehidroaskorbat
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_dehidroaskorbat&action=edit&redlink=1). Asam
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 2/19
askorbat berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifatantioksidan (http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan).
Gambar 1. Struktur Asam Askorbat
Oleh karena kapasitasnya sebagai antioksidan yang meredam
http://id.wikipedia.org/wiki/Spesi_oksigen_reaktif”>spesi oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan hipertensi (http://id.wikipedia.org/wiki/Hipertensi), asam askorbat sering dianggap dapat
menurunkan tekanan darah (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah) tinggi. Asam askorbat juga
digunakan sebagai terapi anti kanker (http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker) pada jenis-jenis tertentu olehkarena sifatnya yang menekan sitokina (http://id.wikipedia.org/wiki/Sitokina) IL-18
(http://id.wikipedia.org/wiki/Interleukin-18) dan enzim (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim)
hialuronidase (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hialuronidase&action=edit&redlink=1) pada
degradasi asam hialuronat (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_hialuronat) guna mencegah metastasis
(http://id.wikipedia.org/wiki/Metastasis), stimulasi kolagen (http://id.wikipedia.org/wiki/Kolagen) untuk
mengisolasi sel tumor (http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_tumor) in vivo, mencegah efek onkogenik
(http://id.wikipedia.org/wiki/Onkogen) virus (http://id.wikipedia.org/wiki/Virus) dan karsinogen(http://id.wikipedia.org/wiki/Karsinogen). Asam askorbat diketahui bersifat toksik terhadap beberapa
jenis sel kanker (http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_kanker), namun tidak bersifat demikian terhadap sel
normal tubuh (Wahyu, 2011). Penggunaan utama asam askorbat saat ini adalah sebagai zat pemberi
cita rasa (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemberi_cita_rasa&action=edit&redlink=1) danpengawet (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengawet&action=edit&redlink=1) makanan dan
minuman, terutama minuman ringan (http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_ringan).
3. Natrium Benzoat
Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa tumbuhan dan sering digunakan
sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk mengawetkan makanan. Sodium benzoat diproduksi dengan
menetralisasi dari asam benzoat dengan sodium hidroksida. Senyawa ini berbentuk serbuk atau kristal
putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar
(Margono, 2000). Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaannya karena 200 kali lebih mudah
larut dibandingkan asam benzoat. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk pengawetan pada produk
yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya.
Gambar 2. Struktur Natrium Benzoat
4. Kafein
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil.
Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat putih, tidak berbau dan rasanya
pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter.
Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80°C) atau alkohol panas (1:25 pada 60°C)(Wilson and
Gisvold, 1982).
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola, dan beberapa minuman
penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant dan beberapa aktifitas biologis lainnya.
Kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar daripada yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian
teh dalam minuman lebih encer dibandingkan dengan kopi (Sudarmi, 1997).
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 3/19
Kafein jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan beberapa gangguan, seperti insomnia,
kecemasan, dan ketidakteraturan detak jantung. Selain itu kafein juga memiliki rangsangan pada
sistem saraf dan otak (Fulder, 2004). Keracunan kafein kronis, bila minum 5 cangkir teh setiap hari yang
setara dengan 600 mg kafein, lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan
pencernaan makanan, rasa lelah, gelisah, sukar tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, vertigo, bingung,
berdebar, sesak nafas dan kadang sukar buang air besar (Dalimartha, 2002).
Gambar 3. Struktur Kafein
5. Prinsip Kerja HPLC
Kromatografi cairan kinerja tinggi atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan sebutan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu teknik pemisahan campuran secara
modern yang dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. HPLC dapatditerapkan untuk keperluan analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik-teknik analisis kualitatif dan
kuantitatif dalam HPLC tidak berbeda dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam
kromatografi gas. Perbedaan dengan kromatografi gas, dalam kromatogarafi cairan kinerja tinggi, fasa
gerak yang digunakan berupa cairan. Sebagai akibat penggunaan fasa gerak cair, maka dapat
dibayangkan betapa sukarnya zat cair mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus.
Oleh karena itu, agar zat cair dapat melewati kolom secara cepat maka dibutuhkan bantuan pompa
bertekanan tinggi.
Berbagai mode kromatografi telah dikembangkan.Mode kromatografi kunci adalah fasa normal, fasa
terbalik, penukar ion, size-exclusion, dan kromatografi afinitas. Sebagai tambahan, beberapa teknik
kromatografi dapat dipandang sebagai sub-mode.Misalnya, kromatografi interaksi hidrofobik
(hydrophobic interaction chromatography). Kromatografi ini seperti kromatografi fasa terbalik, pemisahan
spesi berdasarkan ke-hidrofobik-an tetapi menggunakan gradient garam, bukan dengan elusi pelarut
organik. Pemisahan kiral didasarkan pada interaksi biologis spesifik yang menggunakan cara yang
sama dengan kromatografi afinitas.
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Peralatan HPLC shimadzu
2. Detector UV
3. Kolom C-18
4. Panjang gelombang 254 nm5. Fase gerak 0,05 M KH PO (pH = 2,65) dan acetonitrile dengan perbandingan 60 : 40 (v/v)
6. Laju alir 1 mL/menit (kondisi kolom, panjang gelombang dan fase gerak yang digunakan tetap)7. Gelas kimia 500 mL 1 buah
8. Gelas kimia 100 mL 1 buah9. Gelas ukur 500 mL 1 buah
10. Labu ukur 50 mL 1 buah11. Labu ukur 10 mL 7 buah12. Botol vial 11 buah
13. Kaca arloji 1 buah14. Spatula 1 buah
2 4
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 4/19
15. Batang pengaduk 1 buah
16. Pipet volumetrik 5 mL 1 buah17. Pipet volumetrik 4 mL 1 buah
18. Pipet volumetrik 3 mL 1 buah19. Pipet volumetrik 2 mL 1 buah20. Pipet volumetrik 1 mL 1 buah
21. Botol semprot 1 buah22. Bola karet 1 buah
23. Neraca analitis 1 set24. pH meter 1 set
25. Syringe dengan PTFE 20 µm
Bahan :
1. Na-benzoat 20 mg
2. Kafein 20 mg3. Asam askorbat 20 mg4. Aquabides
5. KH PO 3,4 gram6. Acetonitril 200 mL
7. H PO pekat8. Kratingdaeng-S
9. Metanol
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Fasa Gerak:
Ditimbang sebanyak 3,4 gram KH PO
- Dilarutkan dalam 500 mL aquabides
- Didegassing, diadjust dengan H PO pekat sampai pH mencapai 2,65
- Diambil 300 mL KH PO pH 2,65, tuangkan ke dalam labu ukur 500 mL
- Ditambahkan acetonitril 200 mL
- Dihomogenkan kemudian didegassing
2. Pembuatan Larutan Standar 400 ppm
- Ditimbang masing-masing 20 mg Vitamin C, Kafein, dan Natrium Benzoat.
- Dicampurkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan fasa gerak secukupnya.
- Untuk kafein sebelum dicampur dengan Vitamin C dan Natrium Benzoat terlebih dahulu di
larutkan dengan metanol.
2 4
3 4
- 2 4
3 4
2 4
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 5/19
- Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan fasa gerak sampai tanda batas.
- Diambil sebagian Vitamin C, Kafein, dan Natrium Benzoat dari setiap labu ukur kemudian
dimasukkan ke dalam 11 botol vial.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi
- Dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
- Diencerkan dengan fasa gerak hingga tanda batas.
- Dihomogenkan.
- Disaring dengan PTFE (poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dan dimasukkan ke dalam botol vial
- Didegassing selama 5 menit.
- Diinjeksi larutan standar dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam
kolom sebanyak 20 µL
4. Pengujian Sampel Minuman
- Dipipet 1 mL dan 4 mL
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Ditambahkan fasa gerak hingga tanda batas
- Masing-masing larutan disaring dengan menggunakan PTFE (poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dandimasukkan ke dalam botol vial
- Didegassing selama 5 menit.
Diinjeksi larutan standar dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam kolomsebanyak 20 µL
E. Hasil Pengamatan
Berikut adalah hasil pengamatan selama kegiatan praktikum:
Tabel 1. Kegiatan dan Pengamatan selama Praktikum
No. Kegiatan Pengamatan
1. Pembuatan Fasa Gerak
- KH PO berwujud serbuk berwarna
putih.
- Larutan KH PO tidak berwarna dan
2 4
2 4
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 6/19
Fasa gerak
- Larutan KH PO tidak berwarna dansuhunya dingin.
- Acetonitril tidak berwarna.
- Larutan terbentuk 2 fasa (atas: keruhdan bawah: bening), suhunya dingin.
- Larutan menyatu.
2 4
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 7/19
2Vitamin C, Kafein, dan Natrium
Benzoat
Pembuatan Larutan Standar 400 ppm:
- Untuk kafeinsebelum dicampur
dengan Vitamin C danNatrium Benzoatterlebih dahulu dilarutkan dengan
metanol.
- Dimasukkan
kedalam labu ukur 50mL dan ditambahkanfasa gerak sampaitanda batas.
- Diambil sebagianVitamin C, Kafein, dan
Natrium Benzoat darisetiap labu ukurkemudian dimasukkanke dalam 11 botol vial
- Vitamin C, Kafein, dan NatriumBenzoat berbentuk serbuk berwarnaputih.
- Metanol tidak berwarna
- Larutan tidak berwarna
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 8/19
Larutan standar 400ppm
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi:
Larutan Standar 400ppm
- Dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5mL kemudian
- Larutan tidak berwarna
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-hplc/ 9/19
dimasukkan ke dalamlabu ukur 10 mL.
- Diencerkan denganfasa gerak hingga tandabatas.
- Dihomogenkan.
- Disaring dengan PTFE(poli tetra fluoro etilen) 0,2
µm dan dimasukkan kedalam botol vial
- Didegassing selama 5menit.
- Diinjeksi larutanstandar dengan berbagaikonsentrasi tersebutmenggunakan syringe ke
dalam kolom sebanyak 20µL
Kurva kalibrasi
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 10/19
4. Pengujian Sampel Minuman
- Diinjeksi larutanstandar denganberbagai konsentrasi
tersebut menggunakansyringe ke dalam kolomsebanyak 20 µL
Absorbansi, WaktuRetensi dan Luas
Puncak
- Larutan sampel 1 mL berwarnakuning, sampel 4 mL berwarna kuningpekat.
- Larutan sampel 1 mL berwarnakuning pucat, sampel 4 mL berwarna
kuning terang.
- Diperoleh waktu retensi, luas area, dan
tinggi peak (data terlampir)
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 11/19
F. Perhitungan
Berdasarkan hasil dari kromatogram yang diperoleh, dapat dibuat grafik yang menggambarkanhubungan antara luas area dengan konsentrasi sebagai persamaan linear, yaitu: y = ax + b , dimana y =luas area
x = konsentrasi
1. Vitamin C (asam askorbat)
Konsentrasi (ppm) Area
40 1878999
80 3988776
120 6094470
160 8033336
200 10141743
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 12/19
Persamaan: y = 50446x
Untuk sampel 1 mL:
Luas area = 583591, maka x = 11,568 ppm
Kadar = X . volume total sampel.10 x 100%
volume sampel
= 11,568 . 10 . 10 x 100%
1
= 11,568 mg
Kadar rata-rata = 11,568 + 11,534
2
= 11,551 mg
Untuk sampel 4 mL:
Luas area = 2327379, maka x = 46,136 ppm
Kadar = X . volume total sampel.10 x 100%
volume sampel
= 46,136 . 10 . 10 x 100%
4
= 11,534 mg
2. Kafein
Konsentrasi (ppm) Area
40 1301909
80 2192109
120 3352900
160 4413388
200 5428002
Persamaan: y = 27517x
Untuk sampel 1 mL:
Luas area = 1069290, maka x = 38,859 ppm
Kadar = X. volume total sampel.10 x 100%
Untuk sampel 4 mL:
Luas area = 4098096, maka x = 148,929 ppm
Kadar = X . volume total sampel.10 x 100%
-3
-3
-3
-3
-3 -3
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 13/19
volume sampel
= 38,859 . 10 . 10 x 100%
1
= 38,859 mg
Kadar rata-rata = 38,859 + 37,232
2
= 38,045 mg
volume sampel
= 148,929 . 10 . 10 x 100%
4
= 37,232 mg
3. Natrium benzoat
Konsentrasi (ppm) Area
40 292930
80 536588
120 825993
160 1094606
200 1392307
Persamaan: y = 6901x
Untuk sampel 1 mL:
Luas area = 206551, maka x = 29,931 ppm
Kadar = X . volume total sampel.10 x 100%
volume sampel
= 29,931 . 10 . 10 x 100%
1
Untuk sampel 4 mL:
Luas area = 687538, maka x = 99,628 ppm
Kadar = X . volume total sampel.10 x 100%
volume sampel
= 99,628 . 10 . 10 x 100%
4
-3 -3
-3
-3
-3
-3
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 14/19
= 29,931 mg
Kadar rata-rata = 29,931 + 24,907
2
= 27,419 mg
= 24,907 mg
G. Pembahasan
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) secara mendasar merupakan perkembangantingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah
grafitasi, teknik ini didukung oleh tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Hal ini membuat kerjaHPLC lebih cepat sehingga penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase
diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografikolom mempertimbangkan metode pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat
otomatis dan sangat peka.
Prinsip kerja HPLC adalah dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom kedetektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom
terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena terdapat perbedaan kekuatan interaksi
antara solut-solut terhadap fasa diam.
Gambar 4. Alat HPLC
Gambar 5. Skema Kerja HPLC
Penggunaan HPLC dalam analisis kandungan berberapa senyawa (asam askorbat, kafein, dan natrium
benzoat) dalam minuman berenergi dilakukan dengan alasan teknik ini dapat menganalisis cuplikan
yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi, tidak terbatas pada senyawa organik, mempunyaiberat molekul tinggi atau titik didihnya sangat tinggi. Selain itu, kelebihan lain yang dimiliki HPLC
adalah:
Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuranMudah melaksanakannya
Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisisResolusi yang baik
Dapat digunakan bermacam-macam detektorKolom dapat digunakan kembali
Mudah melakukan “sample recovery” (Putra, E., 2004)
Dalam praktikum ini, digunakan kromatografi fasa terbalik yaitu ukuran kolom sama, tetapi silika
dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang padapermukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sementara itu, pelarut polar yang
digunakan berupa campuran air dan metanol.
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 15/19
Fasa gerak dalam HPLC berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju detektor danberinteraksi dengan solut. Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut:
a. Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis
b. Zat cair harus murni untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat menggangguinterpretasi kromatogram
c. Zat cair harus jernih untuk menghindarkan penyumbatan dalam kolom
d. Zat cair harus mudah diperoleh, murah dan tidak mudah terbakar dan tiak beracun
e. Zat cair tidak kental
f. Zat cair harus sesuai dengan detektor. Untuk detektor UV, pelarut tidak boleh menyerap cahaya
pada panjang gelombang yang dipakai (Hendayana, S., 2006)
Biasanya beberapa pelarut atau kombinasi pelarut dapat ditemukan untuk memberikan faktorkapasitas yang cocok. Oleh karena itu, pada praktikum ini digunakan fasa gerak berupa campuran
KH PO (pH = 2,65) dan acetonitril dengan perbandingan 60 : 40.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yangmudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet sehingga pada praktikum ini
dipilih detektor UV. Selain itu, banyak senyawa-senyawa organik yang menyerap sinar UV dari
beberapa panjang gelombang. Sinar UV secara langsung akan mengenai larutan yang keluar melaluikolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan sehingga akan didapatkan pembacaan langsung
berupa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawatertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Senyawa-senyawa akan menyerap dengan
sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari spektrum UV, misalnya, metanol menyerap pada
panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm sehingga ketikadigunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, panjang gelombang yang digunakan harus lebih
besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut. Oleh karena itu, pada
praktikum ini digunakan panjang gelombang sebesar 254 nm.
Kromatogram merupakan hasil rekaman yang menggambarkan urutan keluarnya komponen
campuran dari kolom. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah komponen yang terdapat di
dalam campuran. Sedangkan kuantitas tiap komponen dapat dihitung melalui luas peak. Semakinbesar luas peak semakin besar pula kuantitas komponen tersebut. Ada beberapa metode analisis yang
dapat digunakan untuk HPLC, yaitu metode standar eksternal, metode standar internal, dan metode
standar adisi. Pada praktikum ini, kromatogram diperoleh melalui teknik standar eksternal yaitu injeksilarutan standar dan sampel dipisahkan sehingga diperoleh kromatogram yang berbeda untuk larutan
standar dan sampel.
Pada kromatogram, diperoleh data waktu retensi dan luas area. Waktu retensi adalah waktu yangdiperlukan oleh suatu komponen campuran untuk keluar dari kolom. Senyawa-senyawa yang berbeda
memiliki waktu retensi yang berbeda. Dalam melakukan analisis senyawa, terlebih dahulu dicari data
mengenai waktu retensi masing-masing senyawa sehingga dapat diprediksi senyawa-senyawa yang
2 4
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 16/19
muncul pada peak kromatogram berdasarkan waktu retensinya. Senyawa asam askorbat dan natrium
benzoat mempunyai waktu retensi berturut-turut adalah 1,41 menit dan 2,94 menit, kemudian ketika
dilakukan injeksi larutan standar untuk tiga senyawa (asam askorbat, kafein, dan natrium benzoat)diperoleh tiga buah peak dengan waktu retensi ±1,4 menit; ±1,8 menit; ±2,7 menit. Dengan
menggunakan pendekatan waktu retensi dari dua senyawa yang telah diketahui sebelumnya, yaitu
asam askorbat dan natrium benzoat, maka waktu retensi untuk kafein dapat diketahui sehingga dapatdipastikan senyawa yang pertama kali muncul adalah asam askorbat, kemudian kafein dan yang
terakhir adalah natrium benzoat. Perbedaan waktu retensi ini muncul akibat dari sifat masing-masingsenyawa tersebut. Dalam hal ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak akan sekuat interaksi antara
rantai-rantai hidrokarbon yang menempel pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar dalamlarutan. Oleh karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya untuk
bergerak bersama dengan pelarut.
Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk interaksi dengan gugushidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut
dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana halnya senyawa-
senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol. Oleh karenanya, senyawa-senyawaini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti
bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom yaitu asam askorbat kemudiankafein dan terakhir natrium benzoat. Selain itu, untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat
bervariasi dan bergantung pada:
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran partikel)komposisi yang tepat dari pelarut
temperatur pada kolom (Clark, J., 2007)
Ada beberapa indikator yang menentukan pemisahan telah dilakukan dengan baik ataupun tidak. Haltersebut adalah:
1. Faktor kapasitas merupakan suatu ukuran kekuatan interaksi suatu komponen dengan fasa diam.
Senyawa-senyawa yang mempunyai harga faktor kapasitas tinggi menunjukkan komponen tersebutberinteraksi dengan fasa diam secara kuat. Faktor kapasitas dapat ditentukan dengan rumus:
2. Tingkat efisiensi pemisahan dengan kromatografi tercermin pada peak-peak kromatogram yang
dihasilkannya. Semakin lebar suatu peak kromatogram maka dapat dikatakan pemisahan kurang
efisien. Secara kuantitatif, efisiensi dapat dijelaskan dengan teori plat (N).
3. Derajat pemisahan dua komponen campuran dalam proses kromatografi dinyatakan dalamistilah resolusi (R ). Pemisahan dua peak terlihat sempurna pada harga R = 1,5. Derajat pemisahan
tidak hanya bergantung pada jenis solut, tetapi juga pada sifat fisik dan kimia fasa diam.
ada peak-peak yang muncul pada kromatogram dilakukan interpretasi data konsentrasi senyawa padacampuran berdasarkan data waktu retensi dan luas area. Korelasi linear antara luas area dengan
konsentrasi dapat dirumuskan dengan persamaan linear y = ax + b, dengan y adalah luas area dan x
adalah konsentrasi sehingga diperoleh data sebagai berikut:
s s
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 17/19
Tabel 2. Kadar Beberapa Senyawa Hasil Pengukuran
Senyawa Kadar Hasil Pengukuran Kadar pada Label
Asam askorbat 11,551 mg Tidak dicantumkan
Kafein 38,045 mg 50 mg
Natrium benzoat 27,419 mg Tidak dicantumkan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan, kadar asam askorbat dalam setiap kemasan
minuman berenergi merk “K” adalah 11,551 mg. Kadar ini cukup untuk memenuhi kebutuhan vitaminC untuk orang dewasa karena asupan vitamin C dapat diperoleh juga dari asupan makanan lain seperti
buah dan sayur. Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis
primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktorkuat (Winarno, 1997). Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan
berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan proteinyang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang
mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat
dan dehidro asam askorbat. Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara.Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Senyawa ini merupakan kristal
putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam
larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, makavitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35
mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari (Hawab, 2005).
Kadar kafein yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 38,045 mg. Hasil ini berbeda dengan yangtertera pada label, yaitu sebesar 50 mg. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah kemungkinan adanya pelebaran peak. Faktor yang dapat menyebabkan pelebaran peak adalah
karakteristik fasa gerak dan fasa diam dalam perjalanan solut melewati kolom. Ukuran dari partikelpengisi kolom yang tidak merata mengakibatkan panjang jalan yang harus dilalui oleh molekul-
molekul solut menjadi bervariasi. Perbedaan waktu tempuh molekul-molekul solut menyebabkanadanya pelebaran peak. Mekanisme ini dinamakan difusi Eddy.
Gambar 6. Difusi Eddy
Selain itu, molekul-molekul solut berkecenderungan untuk berdifusi ke segala arah. Semakin lama solut
berada dalam kolom maka semakin besar pula kecenderungan berdifusi dan hal ini menyebabkanmelebarnya peak kromatogram. Mekanisme ini dinamakan difusi longitudinal. Sebagian molekul
solut berada dalam fasa gerak dan sebagian lagi berada dalam fasa diam. Bila fasa gerak mengalir
secara cepat sementara sebagian molekul-molekul solut tidak dapat keluar dari fasa diam secara cepatmaka sebagian solut terlambat meninggalkan kolom. Hal ini mengakibatkan melebarnya peak
kromatogram sekaligus membuat pemisahan tidak efisien. Mekanisme ini dinamakan transfer massa.Oleh karena itu, kecepatan optimum harus dicari dengan memvariasikan kecepatan fasa gerak sebelum
pengukuran kromatografi dilakukan atau disebut juga dengan metode gradien.
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 18/19
Dosis 100-150 mg kafein merupakan batas amam konsumsi manusia, dan efek yang diberikan padatakaran ini adalah dapat meningkatkan aktivitas mental yang membuat orang selalu terjaga, sehingga
dosis anjuran konsumsi dari produsen minuman berenergi adalah 2-3 kali atau setara dengan 100-150
mg kafein seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko terutama bila konsumsi dari minuman berenergimasih disertai dengan minum kopi (Hermanto, 2007).
Sementara itu, kadar natrium benzoat yang diperoleh adalah 27,419 mg. Konsentrasi sebagai pengawet
adalah dibatasi oleh FDA di AS sebanyak 0,1% berat. Berarti dalam 150 mL takaran per botol,kandungan natrium benzoat yang diperbolehkan adalah 0,15 gram atau 150 mg. Program
Internasional tentang Chemical Safety tidak menemukan efek samping pada manusia pada dosis 647-
825 mg/kg berat badan per hari. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruhdosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan
untuk natrium benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jikajumlahnya melebihi 0,1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut. Mekanisme ini
dimulai dengan penyerapan asam benzoat ke dalam sel. Jika perubahan pH intraselular 5 atau lebih
rendah, fermentasi anaerobik glukosa melalui fosfofruktokinase ini mengalami penurunan sebesar 95%.Dalam kombinasi dengan asam askorbat (vitamin C, E300), natrium benzoat dan kalium benzoat tidak
benzena bentuk, karsinogen diketahui, namun tingkat di bawah mereka yang dianggap berbahayauntuk konsumsi (Faisal, 2010).
H. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dan perhitungan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat tiga buah kurva kalibrasi yang diperoleh dari data hasil percobaan pengukuran
konsentrasi terhadap luas area vitamin C (asam askorbat), kafein, dan natrium benzoat dengan regresimasing-masing 0,999; 0,995; dan 0,999
2. Konsentrasi vitamin C (asam askorbat), kafein, dan natrium benzoat dalam sampel minuman
berenergi merk “K” adalah 11,551 mg; 38,045 mg; 27,419 mg
DAFTAR PUSTAKA
_____ . ( ). Sekilas tentang Minuman Berenergi. [Online]. Tersedia: http://www.apoteker.info(http://www.apoteker.info). [22 November 2011]
Anna, L. K. (2011). Bahaya Minuman Berenergi. [Online]. Tersedia: http://health.kompas.com
(http://health.kompas.com/). [22 November 2011]
Clark, J. (2007). High Performance Liquid Chromatography. [Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org (http://www.chem-is-try.org/). [14 November 2011]
Dalimartha, S. (2002). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwijaya
Faisal. (2010). Sodium Benzoat. [Online]. Tersedia: http://industri10yusup.blog.mercubuana.ac.id
(http://industri10yusup.blog.mercubuana.ac.id). [29 November 2011] Fulder, S. (2004). Khasiat TehHijau. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
4/27/13 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C, NATRIUM BENZOAT, DAN KAFEIN DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN MENGGUNAKAN HPLC | Evi …
evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/04/analisis-kandungan-vitamin-c-natrium-benzoat-dan-kafein-dalam-minuman-berenergi-dengan-menggunakan-h… 19/19
Hawab, HM. (2005). Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan: Bayumedia
Hendayana, S. (2006). Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Hermanto, S. (2007). Kafein, Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah?. [Online]. Tersedia:http://www.chem-is-try.org (http://www.chem-is-try.org/). [22 November 2011]
Margono, T., dkk. (2000). Pengawetan dan Bahan Kimia. Jakarta: Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Putra, E. (2004). High Performance Liquid Chromatography. [Online]. Tersedia:http://www.artikelkimia.info (http://www.artikelkimia.info). [14 November 2011]
Sudarmi. (1997). Kafein dalam Pandangan Farmasi. Medan : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU)
Wahyu. (2011). Laporan Praktikum Biokimia Vitamin C. [Online]. Tersedia: http://wahyoe-analisiskimia.blogspot.com (http://wahyoe-analisiskimia.blogspot.com/). [22 November 2011]
Wilson, and Gisvold. (1982.) Textbook of Organic Medical and Pharmaceutical Chemistry. Philadelphia: JB
Lippincolt Company
Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Leave a comment
Posted by evisapinatulbahriah on June 4, 2012 in KIMIA INSTRUMEN
Blog at WordPress.com. Theme: Choco by .css{mayo}.
Entries (RSS) and Comments (RSS)