analisis distribusi sedimen berdasarkan kondisi hidro …repository.ub.ac.id/6434/1/purdiana,...

103
ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI DI PANTAI PULAU MERAH KECAMATAN PESANGGARAN, KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: FRISKA PURDIANA NIM. 135080601111114 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI

HIDRO-OSEANOGRAFI DI PANTAI PULAU MERAH KECAMATAN

PESANGGARAN, KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

FRISKA PURDIANA

NIM. 135080601111114

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI

HIDRO-OSEANOGRAFI DI PANTAI PULAU MERAH KECAMATAN

PESANGGARAN, KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

FRISKA PURDIANA

NIM. 135080601111114

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Juli 2017

Page 3: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 4: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

Judul : ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN

KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI DI PANTAI PULAU

MERAH KECAMATAN PESANGGARAN, KABUPATEN

BANYUWANGI

Nama Mahasiswa : FRISKA PURDIANA

NIM : 135080601111114

Program Studi : Ilmu Kelautan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : NURIN HIDAYATI, ST., M.Sc.

Pembimbing 2 : DHIRA KHURNIAWAN SAPUTRA, S.Kel., M.Sc.

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : Ir. AIDA SARTIMBUL, M.Sc., Ph.D

Dosen Penguji 2 : DWI CANDRA PRATIWI S.Pi., M.Sc., MP

Tanggal Ujian : 17 Juli 2017

Page 5: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Skripsi yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Skripsi ini

hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut,

sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 17 Juli 2017

Hormat saya,

Friska Purdiana

135080601111114

Page 6: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Friska Purdiana

NIM : 135080601111114

Tempat / Tgl Lahir : Jember / 01 Maret 1995

No. Tes Masuk P.T. : 4130433602

Jurusan : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Program Studi : Ilmu Kelautan

Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)

Alamat : Perum Pesona Singosari M-12, Kec. Singosari, Kab.

Malang

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Jenis Pendidikan Tahun

Keterangan Masuk Lulus

1 S.D 2001 2007 SDN Kepatihan 09 Jember

2 S.L.T.P 2007 2008

2008 2010

SMPN 1 Jember SMPN 2 Singosari

3 S.L.T.A 2010 2013 SMAN 1 Lawang

4 Perguruan Tinggi (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)

2013 2017 Universitas Brawijaya

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian

hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala akibatnya.

Malang, 7 Juli 2017

Hormat saya

(Friska Purdiana)

*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080601111114

Page 7: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan rahmatnya sehinga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini

2. Ibu Nurin Hidayati, ST., M.Sc dan Bapak Dhira Kurniawan Saputra, S.Kel.,

M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan

motivasi kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi

3. Orang Tua tercinta (Pak Purnadi dan Ibu Hartini), serta kedua kakakku

Franky Hartanto, ST dan Ayu yang selalu memberikan dukungan, doa dan

motivasi tanpa henti.

4. Orang yang selalu ada dalam suka duka pengerjaan skripsi dan selalu

memberikan motivasi untuk terus berjuang, Saputra Budi Hartanto, ST.

5. Sahabat-sahabat yang saya sayangi di KTGT dan CCC yang selalu ada

saat senang atau susah dan berjuang sama-sama dari awal perkuliahan.

6. Sdr. Anggi, Sdr. Widya, Sdr. Jeffry dan semua teman-teman ATLANTIK

yang telah membantu dalam proses penelitian baik di lapang, di

laboratorium atau pada saat proses pengolahan data.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan semua, karena

keterbatasan tempat.

Malang, 17 Juli 2017

Hormat saya,

Friska Purdiana

135080601111114

Page 8: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO-

OSEANOGRAFI DI PANTAI PULAU MERAH KECAMATAN PESANGGARAN,

KABUPATEN BANYUWANGI

Friska Purdiana1, Nurin Hidayati2, dan Dhira Khurniawan Saputra2

ABSTRAK

Pantai Pulau Merah merupakan salah satu pantai Selatan Pulau Jawa yang identik dengan arus yang kuat

dan gelombang yang cukup besar sehingga dapat mempengaruhi dinamika pantai baik itu erosi ataupun

sedimentasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola distribusi ukuran butir sedimen

secara keseluruhan di pantai tersebut dan juga kondisi dari hidro-oseanografi yang dapat mempengaruhi

distribusi sedimen yang ada di sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive

sampling dengan menentukan 14 titik stasiun. Hasil sampel sedimen di analisis ukuran butir sedimen

menggunakan metode ayak kering. Hasil dari distribusi ukuran partikel sedimen secara umum dilakukan

analisis dengan mengukur empat parameter statistik ukuran butir. Hasil fraksi sedimen yang

mendominasi di Pantai Pulau Merah adalah jenis pasir halus yang memiliki diameter ukuran butir antara

0,125 mm – 0,25 mm. Hasil dari analisis granulometri didapatkan rata – rata nilai statistik dari ke 14

sampel sedimen seperti mean dengan klasifikasi dominan fraksi pasir halus, sorting dengan klasifikasi

dominan terpilah sangat baik, skewness dengan klasifikasi dominan miring kearah partikel halus dan

kurtosis dengan klasifikasi dominan mesokurtik dan sangat leptokurtik. Kondisi hidro-oseanografi yang

ada di lokasi penelitian memiliki arus berkisar antara 0,13 m/s – 0,73 m/s dengan arah dari Barat Daya

ke Timur Laut, tinggi gelombang berkisar antara 0,16 m – 0,22 m dengan periode antara 1,5 – 1,8 detik

dan memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Transpor sedimen yang terjadi

sejajar garis pantai sehingga menyebabkan kawasan pantai cenderung mengalami erosi.

Kata Kunci: Sedimen, Pulau Merah, Hidro-oseanografi, Erosi

ANALYSIS OF SEDIMENT DISTRIBUTION BASED ON THE HYDRO-

OCEANOGRAPHIC CONDITIONS IN PULAU MERAH BEACH OF PESANGGARAN,

BANYUWANGI REGENCY

ABSTRACT

Pulau Merah beach is one of the southern coast of Java Island, known with the strong currents and

large waves that enough to affect the dynamics beach either the erosion or sedimentation. The purpose

of this research is to know how the distribution pattern of grain size of whole sediment on the beach

and also the condition of hydro-oceanography that influence the distribution of sediment. The method

used in this research is purposive sampling by determining 14 point of station. Sediment sample were

analyzed using dry sieve method. Then sediment particle size were generally analyzed by measuring four

statistical parameters of grain size. The result of the dominant sedimentary fraction at Pulau Merah

beach is type of fine sand that has a grain diameter between 0.125 - 0.25 mm. The results of granulometry

analysis showed statistical mean values of the 14 sediment samples such as an average with the dominant

classification of fine sand fractions, sorting with dominant classification are very well sorted, skewness

with dominant classification tilted towards fine particles and kurtosis with dominant classification

mesokurtik and very leptokurtik. The hydro-oceanography conditions in the location have ocean

currents velocity ranging from 0.13 - 0.73 m / s in the direction from Southwest to the Northeast, wave

height ranges from 0.16 - 0.22 m with periods between 1.5 - 1.8 s and mixed tides prevailing semidiurnal

for the tidal type daily. Sediment transport that occurs parallel to the shoreline causing coastal areas tend

to eroded. Keywords: Sediment, Pulau Merah, Hydro-oceanographic, Erosion

(1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Universitas Brawijaya (2)Dosen Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Universitas Brawijaya

Page 9: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan

judul Analisis Distribusi Sedimen Berdasarkan Kondisi Hidro-oseanografi di Pantai

Pulau Merah Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Sholawat dan

salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita

senantiasa mendapat syafaatnya. Di dalam penulisan Laporan Skripsi ini disajikan

bahasan mengenai beberapa pokok bahasan yang membahas tentang teknik

pengambilan sampel sedimen dan teknik analisis penentuan ukuran butir dan jenis

sedimen. Selain itu di dalam laporan ini juga terdapat ukuran dan jenis sedimen

dan keterkaitannya antara beberapa faktor hidro-oseanografi yang terdapat di

Pantai Pulau Merah, Kabupaten Banyuwangi.

Sangat disadari bahwa terdapat kekurangan dan keterbatasan yang

dimiliki penulis, walaupun telah dikerapkan segala kemampuan untuk bisa

sempurna, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan disana sini. Menurut

pepatah “Tidak Ada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran terhadap Laporan Skripsi ini agar dapat

bermanfaat untuk semuanya.

Malang, 17 Juli 2017

Hormat saya,

Friska Purdiana

135080601111114

Page 10: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 11: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 12: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 13: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 14: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan
Page 15: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pantai saat ini menjadi daerah yang banyak dimanfaatkan untuk

kegiatan manusia seperti sebagai kawasan pemukiman, industri, pelabuhan,

pertambakan, pariwisata dan sebagainya. Peningkatan pemanfaatan kawasan

pantai ini tentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari dinamika pantai. Hal

tersebut dapat terjadi karena kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat

dinamis. Perubahan morfologi pantai ini dapat menjadi masalah yang serius

apabila tidak dikelola dengan baik (Affandi dan Surbakti, 2012).

Pantai mempunyai kecenderungan menyesuaikan bentuk profilnya

sedemikian rupa sehingga mampu meredam faktor-faktor hidrodinamika. Hal ini

sesuai dengan definisi pantai sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut,

dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Proses hidrodinamika

yang terjadi di laut menyebabkan adanya pergerakan air di laut. Pergerakan air di

laut ini tentunya akan membawa sesuatu yang akan mengendap atau berkumpul

di sepanjang garis pantai. Sesuatu yang terbawa air laut itu salah satunya ialah

sedimen (Korwa et al., 2013).

Sedimen yang terangkut dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan

dampak dari proses erosi. Proses erosi menyebabkan sedimen terbawa oleh suatu

perantara baik itu air ataupun angin yang diendapkan disuatu tempat dengan

kecepatan yang semakin melambat sampai terhenti. Proses tersebut biasa disebut

dengan sedimentasi atau pengendapan. Jadi, proses sedimentasi merupakan

dampak dari erosi (Anasiru, 2006).

Proses sedimentasi ataupun erosi sama – sama menyebabkan adanya

transpor sedimen dengan pola sebaran yang berbeda – beda di setiap tempatnya.

Page 16: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

2

Sebenarnya penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi sangat kompleks dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berupa faktor alami maupun kegiatan

manusia. Faktor alami yang sangat mempengaruhi seperti gelombang, arus,

sungai, pasang surut dan aktivitas organisme laut. Sedangkan aktivitas manusia

seperti pariwisata, pembangunan infrastruktur, pertambakan dan sebagainya juga

mempercepat proses erosi ataupun sedimentasi yang terjadi di sepanjang garis

pantai (Nugroho dan Basit, 2014).

Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu contoh daerah yang

terkenal dengan wisata pantainya. Salah satu pantai yang cukup terkenal yaitu

Pantai Pulau Merah yang berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan

Pesanggaran. Lokasi dari Pantai Pulau Merah yang merupakan pantai Selatan dari

Pulau Jawa identik dengan arusnya yang kuat atau gelombang yang cukup besar

ditambah lagi tingginya aktivitas manusia yang ada di Pantai Pulau Merah baik

wisatawan, nelayan atau pun penduduk sekitar dapat mempengaruhi dinamika

pantai baik itu erosi ataupun sedimentasi. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh

Pantai Pulau Merah adalah adanya sebuah bukit yang berada tepat di depan

pantai yang sering disebut sebagai Pulo Merah (Pulau Merah) dan bukit ini dapat

diakses ketika kondisi laut sedang surut.

Pada bulan Agustus sampai September 2016 lalu, di Pantai Pulau Merah

pernah terjadi luapan lumpur yang begitu tinggi hingga membuat pantai terlihat

keruh dan kotor. Luapan lumpur tersebut diduga merupakan dampak dari

pembukaan lahan hutan Gunung Tumpang Pitu untuk kegiatan pertambangan

emas di Tumpang Pitu dan proses pembuatan DAM yang mengalirkan lumpur ke

Sungai Katak yang bermuara di Pantai Pulau Merah (Priyasidharta, 2016).

Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang distribusi sedimen di Pantai

Pulau Merah untuk mengetahui bagaimana pola distribusi ukuran butir sedimen

secara keseluruhan di pantai tersebut dan juga kondisi dari hidro-oseanografi yang

Page 17: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

3

dapat mempengaruhi distribusi sedimen yang ada di sana. Sehingga hasil dari

penelitian dapat dijadikan sebagai sumber informasi kepada pemerintah ataupun

penduduk sekitar dalam mengelola kawasan wisata di Pantai Pulau Merah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ukuran butir dan jenis sedimen yang ada di Pantai Pulau Merah

pada saat penelitian?

2. Bagaimana kondisi hidro-oseanografi yang terdapat di Pantai Pulau Merah

pada saat penelitian?

3. Bagaimana distribusi dan transpor sedimen di sepanjang Pantai Pulau

Merah secara umum?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis ukuran butir dan jenis sedimen yang ada di Pantai Pulau

Merah pada saat penelitian.

2. Mengetahui kondisi hidro-oseanografi yang terdapat di perairan Pantai

Pulau Merah pada saat penlitian.

3. Menjelaskan secara umum distribusi dan transpor sedimen yang terjadi di

sepanjang Pantai Pulau Merah

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan transpor

sedimen berdasarkan kondisi hidro-oseanografi di sepanjang Pantai Pulau Merah,

Kabupaten Banyuwangi. Hasil dari penelitian ini akan dijadikan sebagai sumber

informasi kepada pemerintah ataupun masyarakat setempat dalam

mengantisipasi perubahan morfologi pantai yang terjadi akibat proses sedimentasi

Page 18: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

4

ataupun erosi di pantai tersebut. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

referensi dalam mengatur ataupun mengolah kawasan wisata Pantai Pulau Merah

untuk kedepannya dan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian yang akan

datang.

1.5 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Mei 2017.

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Pantai Pulau Merah, Kecamatan

Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi untuk pengambilan data lapang dan

Laboratorium Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang untuk pengolahan

sampel sedimen.

Page 19: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pantai

Pesisir memiliki wilayah yang bersifat dinamis yang sering disebut pantai,

maksudnya morfologi dari pantai ini sering berubah dengan cepat akibat respon

dari proses alam ataupun aktivitas manusia. Proses dinamisnya wilayah pantai

merupakan pengaruh dari faktor-faktor seperti hidro-oseanografi (gelombang,

arus, pasang surut), pasokan sedimen (sungai, erosi pantai), perubahan muka air

laut (tektonik, pemanasan global), iklim (temperatur, hujan), dan aktivitas manusia

seperti reklamasi pantai dan penambangan pasir (Solihuddin, 2011).

Menurut Massinai (2012), pantai merupakan zona perbatasan antara tiga

wilayah yang saling berhubungan yaitu lautan, daratan dan udara. Pantai adalah

suatu wilayah yang sangat dinamik, oleh sebab itu pantai selalu mengalami proses

penyesuaian hingga menuju keseimbangan alami yang merupakan dampak dari

pengaruh luar ataupun dalam baik proses alam maupun campuran aktivitas

manusia.

2.2 Geomorfologi Pantai

Pantai adalah suatu tempat dimana interaksi antara lautan dan daratan

terjadi. Jika daratan memberikan material ke laut maka lautpun akan memberikan

respon yaitu berubahnya besar dan arah gelombang datang. Gelombang laut yang

menuju pantai akan memberikan energi baik berupa energi kinetik maupun energi

panas. Daratan memberikan respon terhadap energi gelombang yang datang

berupa berubahnya bentuk pantai. Perubahan bentuk pantai baik akibat pengaruh

dari laut ke darat ataupun dari darat ke laut berupa sedimentasi dan erosi. Proses

bagaimana dan mengapa terjadi perubahan bentuk pantai dipelajari dalam ilmu

geomorfologi pantai. Proses utama perubahan morfologi pantai diakibatkan oleh

Page 20: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

6

gelombang, namun selain transfer energi maka gelombang akan memberikan

transfer massa berupa arus dipantai. Gaya penggerak lain adalah pasang surut

laut. Jadi gaya penggerak utama dinamika pantai yaitu gelombang dan pasang

surut, dimana kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi materi penyusun pantai

yaitu sedimen. Sedimen merupakan bukti dari proses dinamika yang terjadi di

pantai. Dengan mempelajari sedimennya maka kita dapat menganalisis proses

dinamika apa saja yang terjadi pada pantai tersebut (Sulaiman dan Soehardi,

2008).

2.3 Dinamika Pantai Berpasir

Suatu pantai dengan karakteristik pantai berpasir (sandy beaches) memiliki

litologi penyusun pantainya adalah aluvium dengan relief rendah dan faktor

dominan yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah proses laut (marine

processes). Pantai berpasir cenderung memiliki ukuran butir di daerah paras

pantai umumnya sedang sampai kasar, fragmen berbentuk batuan, berwarna abu

kecoklatan dan mengandung mineral kuarsa. Di daerah tepi pantai dominan

memiliki ukuran butir kasar, hal tersebut dikarenakan daerah ini merupakan daerah

limpasan gelombang sehingga memiliki energi lebih tinggi. Kemiringan lereng

pantai berpasir berkisar antara 4–15°, hal tersebut dikarenakan energi gelombang

di daerah pantai berpasir cukup tinggi sehingga menyebabkan kemiringan lereng

pantai berbanding lurus dengan energi gelombang (Solihuddin, 2011).

Pantai berpasir merupakan pantai yang paling rawan terjadi erosi diantara

jenis pantai lainnya, sehingga dibutuhkan beberapa solusi dalam sistem

perlindungan pantai yang harus dikombinasikan sekaligus. Untuk daerah dengan

pemukiman padat penduduk, sistem perlindungan pantai yang cocok berupa

pembangunan revetment atau sea wall di sekitar pantai sehingga dapat menahan

penggerusan pantai baik oleh gelombang maupun arus laut (Hidayati et al., 2017).

Page 21: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

7

2.4 Teluk

Teluk menurut UNCLOS adalah lekukan pantai yang apabila digambar

garis penutup antara kedua mulutnya, luas perairan di dalam teluk lebih luas atau

sama luas dengan setengah lingkaran yang memiliki dimater sepanjang garis

penutup teluk. Dari pengertian teluk dalam UNCLOS dapat disimpulkan bahwa

untuk menentukan suatu lekukan pantai sebagai teluk atau bukan teluk, dilakukan

dengan beberapa tahap. Apabila luas perairan di dalam garis penutup teluk lebih

luas atau sama luas, perairan tersebut dapat disebut sebagai teluk. Pengertian

teluk menurut UNCLOS hanya digunakan sebagai acuan untuk menentukan batas

maritim suatu negara. Teluk secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari

pulau yang terletak di tepi laut, dengan kondisi geografis berbentuk cekungan dan

menonjol di kedua sisi kiri dan kanan atau hanya sebagian dan melebihi tepi laut

yang ada disekitarnya (Robertson Jr, 1979).

2.5 Tombolo

Tombolo merupakan suatu daerah hasil dari proses sedimentasi atau

pengendapan yang berada diantara dua daratan. Proses tersebut adalah material

yang terangkut oleh arus susur pantai akan dibawa ke suatu lokasi dimana

pengaruh arus susur pantai akan berkurang dan akhirnya hilang. Sehingga

sedimen yang terbawa akan terendapkan dan akan mengalami sedimentasi.

Pembentukan tombolo ini merupakan sebuah reaksi dari pertemuan dua arus

susur pantai yang saling bertemu yang disebut dengan rip current (Wibowo, 2012).

Pembentukan tombolo tidak hanya dipengaruhi oleh arus susur pantai tetapi juga

breakwater. Breakwater sering digunakan untuk menahan sedimen yang kembali

ke laut yang disebabkan oleh arus laut (onshore-offshore transport). Lama-

kelamaan sedimen yang tertahan tersebut menumpuk dan membentuk tombolo,

Page 22: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

8

tombolo ini nantinya berfungsi sebagai penahan sedimen sejajar pantai, tapi

pembentukan tombolo ini memakan waktu yang lama (Hidayat, 2012).

2.6 Muara Sungai

Suatu saluran yang terbentuk secara proses alamiah diatas permukaan

tanah yang berfungsi sebagai wadah dan tempat menyalurkan air hujan dari hulu

ke hilir yang akhirnya bermuara di danau atau laut disebut sungai (Sembiring et

al., 2014). Sedangkan muara sungai menurut Triatmodjo (1999), adalah bagian

dari hilir sungai yang langsung berbatasan atau berhubungan dengan laut. Fungsi

dari muara sungai sebagai pintu pembuangan atau pengeluaran aliran sungai dari

hulu. Debit atau aliran sungai yang ada di muara lebih besar daripada di badan

sungai menuju ke hulu dikarenakan letak dari muara sungai yang berada di hilir

dan condong memiliki morfologi berupa wilayah yang menurun.

Menurut Triatmodjo (1999), muara sungai dibedakan menjadi kedalam tiga

kelompok tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya yaitu debit

sungai, gelombang dan pasang surut.

a) Muara sungai yang didominasi oleh debit sungai

Muara tipe ini (Gambar 1) terjadi pada sungai yang meiliki debit

aliran cukup besar sepanjang tahun dan bermuara di laut dengan

gelombang yang relatif kecil. Pada saat surut, aliran dari hulu sungai yang

membawa partikel sedimen akan terbawa ke muara dan menyebar di laut.

Sedangkan pada saat pasang, aliran dari laut masuk kembali ke badan

sungai dengan membawa kembali sebagian partikel sedimen yang telah

terendapkan di dasar laut. Dengan demikian dalam satu siklus pasang

surut jumlah sedimen yang mengendap lebih banyak daripada yang

tererosi, sehingga terjadi pengendapan di depan mulut sungai dan apabila

Page 23: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

9

terjadi secara terus menerus muara sungai akan menuju ke laut dan

membentuk delta.

Gambar 1. Muara sungai yang didominasi debit sungai

(Sumber : Maritim, 2017)

b) Muara sungai yang didominasi gelombang laut

Gelombang laut yang besar dapat menyebabkan angkutan

sedimen baik dalam arah tegak lurus ataupun sejajar pantai. Sedimen yang

terbawa oleh gelombang laut akan bergerak menuju muara sungai dan

mengendap didaerah tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi gelombang

yang sudah mulai tenang. Jadi, semakin besar gelombang maka semakin

banyak sedimen yang terangkut dan mengendap di muara seperti yang

terlihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Muara sungai yang didominasi gelombang laut

(Sumber : Maritim, 2017)

Page 24: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

10

c) Muara sungai yang didominasi oleh pasang surut

Tipe muara ini hanya terdapat pada wilayah yang memiliki fluktuasi

pasang surut (tidal range) yang cukup besar sehingga arus yang terjadi

akibat pasang surut ini cukup potensial untuk membentuk muara sungai.

Pada tipe ini angkutan sedimen terjadi secara dua arah, baik dari arah laut

ataupun dari arah darat. Pada saat tinggi pasang surut cukup besar,

volume air laut yang masuk ke sungai pada saat pasang juga sangat besar.

Air laut yang pasang tersebut akan berkumpul dengan air yang berasal dari

hulu sungai. Pada saat surut, volume air yang telah masuk ke badan sungai

mengalir keluar dengan waktu atau periode tertentu tergantung pada tipe

pasang surutnya. Tipe muara sungai yang terbentuk biasanya berbentuk

corong atau lonceng (bell shape) dengan beberapa alur dan pendangkalan

seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Muara sungai yang didominasi oleh pasang surut

(Sumber : Maritim, 2017)

Page 25: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

11

2.7 Sedimen

Menurut Anasiru (2006), pecahan material yang terdiri dari batu-batuan

secara fisis dan kimia disebut sebagai sedimen. Material sedimen umumnya

adalah kuarsa, dimana partikel sedimen yang terlepas akan terangkut oleh angin,

air bahkan gaya grafitasi. Secara umum angkutan/transpor sedimen terbagi

menjadi dua yaitu angkutan muatan dasar (bed-load transport) dimana partikel

yang bergerak dengan cara meloncat, meluncur ataupun bergulur, sedangkan

angkutan muatan layang (suspended load transport) terjadi apabila partikel

sedimen yang terbawa aliran sungai melayang di kolom perairan. Partikel sedimen

pada umumnya mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dari yang sangat halus

(koloid) sampai yang sangat besar (boulder), dan juga memiliki bentuk yang

sangat beragam seperti bulat, lonjong dan persegi.

Suatu proses pengendapan material sedimen yang diangkut oleh bantuan

air atau angin disebut sedimentasi. Hasil dari pelapukan batuan secara berkala

terangkut ketempat lain oleh bantuan perantara air yang mengalir di permukaan

tanah ataupun sungai yang dapat membawa material dengan cara melayang,

terapung atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Pada

saat proses pengikisan terjadi, air yang membawa material sedimen mengalir ke

sungai dan akhirnya sampai di laut ataupun danau. Pada saat energi angkutnya

semakin melemah atau habis, batuan akan diendapkan di daerah aliran air.

Karena itu peristiwa pengendapan ini bisa terjadi di sepanjang aliran air baik itu

sungai, danau ataupun di laut (Khatib et al., 2013).

2.7.1 Ukuran Butir Sedimen

Menurut Triatmodjo (1999), sedimen diklasifikasikan berdasarkan ukuran

butir menjadi lempung, lumpur, pasir, krikil, koral (pebble), cobble, dan batu

(boulder). Klasifikasi yang banyak digunakan dalam teknik pantai adalah skala

WentWorth 1922 dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 26: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

12

Tabel 1. Klasifikasi skala Wentworth

Klasifikasi Diameter Partikel

mm Satuan phi

Batu

Cobble

256 -8

128 -7

Koral (Pebble)

Besar

64 -6

Sedang

32 -5

Kecil

16 -4

Sangat Kecil

8 -3

Kerikil

4 -2

Pasir

Sangat Kasar

2 -1

Kasar

1 0

Sedang

0.5 1

Halus

0.25 2

Sangat Halus

0.125 3

Kasar

0.063 4

Lumpur

Sedang

0.031 5

Halus

0.015 6

Sangat Halus

0.0075 7

Kasar

0.0037 8

Lempung

Sedang

0.0018 9

Halus

0.0009 10

Sangat Halus

0.0005 11

0.0003 12

(Sumber : Triatmodjo, 1999)

Menurut Junaidi dan Wigati (2011), butiran sedimen memiliki beberapa

sifat, namun salah satu sifat yang paling penting ialah ukuran butir sedimen. Pada

Page 27: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

13

suatu dasar perairan terdapat aliran yang tidak stabil dan bermacam-macam

ukuran butir sedimen. Ukuran butir sedimen ini dapat mempengaruhi besar

kecilnya dan sulit tidaknya transpor sedimen yang terjadi di suatu perairan. Bentuk

dari butiran sedimen sangat bervariasi dan cenderung sangat tidak teratur, seperti

bentuk yang hampir bulat sampai bentuk yang sangat pipih. Bentuk butiran

sedimen yang tidak teratur ini menyebabkan sulit untuk mendefinisikannya.

2.7.2 Sumber sedimen

Menurut Panjaitan (2010), didasar lautan terdapat beberapa jenis sedimen

tergantung pada faktor sumber pembentuk sedimen itu sendiri, yang dibedakan

menjadi 4 (Gambar 4) seperti penjelasan di bawah ini :

Lithogenous sediment adalah sumber sedimen yang terbentuk dari proses

erosi yang terjadi di pantai dan biasanya sedimen jenis terbawa oleh aliran

sungai atau laut dan akan terdeposisi ketika kecepatan aliran mulai

melemah.

Biogenous sediment adalah sumber sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa

bahan organik dan bagian tubuh makhluk hidup seperti cangkang dan

rangka biota laut.

Hydrogenous sediment adalah sumber sedimen yang berasal dari reaksi

kimia yang membentuk partikel tidak dapat larut dalam air laut dan berada

di kolom perairan dan kemudian tenggelam ke dasar laut seperti phosphorit

dan magnetit.

Cosmogenous sediment adalah beragam sumber sedimen yang masuk ke

dalam perairan dengan perantara angin ataupun udara seperti dari letusan

gunung berapi ataupun meteor dari luar angkasa.

Page 28: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

14

Gambar 4. Sumber-sumber pembentuk sedimen

2.7.3 Transpor Sedimen

Menurut Widjojo et al., (2010), laju transportasi sedimen di pantai

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik sedimen, kemiringan pantai,

arus ataupun gelombang. Gelombang laut yang paling berpengaruh pada

transportasi sedimen adalah gelombang yang ditimbulkan oleh angin atau yang

sering disebut dengan gelombang pendek. Gelombang jenis ini sering terjadi pada

daerah perairan dengan kedalaman yang dangkal dan akan pecah ketika

mendekati pantai, sehingga menyebabkan arus gelombang. Arus yang dihasilkan

dari gelombang ini adalah arus bolak-balik (oscilatory flow) yang pada dasarnya

adalah arus tidak tetap (unsteady flow). Jika proses ini terjadi secara terus

menerus akan menyebabkan transportasi sedimen sejajar pantai ataupun tegak

pantai.

Page 29: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

15

Transpor sedimen sejajar pantai (longshore sediment transport)

merupakan salah satu proses alami yang terjadi di kawasan pantai. Proses

tersebut jika terjadi di suatu kawasan pesisir dapat menyebabkan perubahan pada

garis pantai. Perubahan garis pantai yang dimaksud seperti erosi yang

mengakibatkan mundurnya garis pantai (abrasi) dan pendangkalan yang

menyebabkan majunya garis pantai (akresi). Peristiwa inilah yang akhirnya

mengurangi fungsi dari bangunan pantai ataupun pantai itu sendiri, sehingga

berdampak pada aktivitas manusia yang ada disana (Munandar dan Baeda, 2014).

2.8 Parameter Hidro-oseanografi

2.8.1 Arus

Menurut Marpaung dan Prayogo (2014), pada air laut terjadi sirkulasi atau

dinamika yang berlangsung secara terus menerus, baik di permukaan laut, di

kolom perairan ataupun di beberapa kedalaman. Salah satu contoh bentuk dari

sirkulasi yang terjadi pada air laut ialah arus laut, dimana pengertiannya adalah

suatu pergerakan dari masssa air laut baik secara vertikal ataupun horizontal yang

berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk mencapai batas kesetimbangan

dan hal ini dapat terjadi secara terus menerus. Pergerakan massa air laut terjadi

karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti resultan dari gaya-gaya

yang bekerja.

Pergerakan dari massa air laut pada dasarnya berasal dari pemanasan

matahari. Perbedaan lamanya pemanasan matahari yang diterima permukaan

bumi menyebabkan pula adanya perbedaan energi pada tiap permukaan bumi.

Perbedaan energi inilah yang mengakibatkan terjadinya fenomena angin dan arus

laut yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi yang ada di seluruh

permukaan bumi. Fenomena angin dan arus laut saling berpengaruh satu sama

lain, karena angin merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan

Page 30: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

16

terjadinya arus laut selain faktor dari perbedaan pemanasan matahari yang

diterima tiap permukaan bumi (Azis, 2006).

2.8.2 Gelombang

Menurut Azis (2006), aktivitas dari gelombang laut menggambarkan

transmisi dari energi dan momentum. Aktivitas dari gelombang laut dapat dilihat

dari gerakan permukaan air laut yang berbentuk seperti puncak dan lembah

gunung yang bergerak secara terus menerus dengan ketinggian yang bervariasi.

Ketinggian gelombang air laut di setiap perairain berbeda-beda bergantung pada

faktor yang mempegaruhinya. Seperti pada perairan yang tenang dengan

hembungan angin yang tidak terlalu besar hanya menimbulkan riak gelombang.

Berbeda dengan gelombang yang disebabkan oleh badai, dimana gelombang

jenis ini sangat besar dan dapat menimbulkan kerusakan di suatu daerah pantai.

Pergerakan gelombang menuju bibir pantai dari perairan dalam dapat

menyebabkan perubahan pada karakteristik gelombang. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan kedalaman dari laut lepas menuju ke bibir pantai. Perubahan

karakteristik gelombang itulah yang sering disebut sebagai transformasi

gelombang. Karakteristik gelombang yang mengalami perubahan seperti arah

gelombang, cepat rambat gelombang dan tinggi gelombang. Perambatan

gelombang merupakan salah satu faktor penting terhadap proses transpor

sedimen pantai. Proses transpor sedimen pantai ini berpengaruh terhadap

aktivitas manusia yang ada di kawasan pesisir (Hidayati, 2017).

2.8.3 Pasang Surut

Gaya tarik benda-benda di luar angkasa khususnya matahari dan bulan

terhadap massa air laut di permukaan bumi menyebabkan adanya fenomena

pasang surut air laut. Proses pasang surut air laut menimbulkan arus pasang surut

dimana air laut bergerak mendekati pantai pada saat pasang dan menjauhi pantai

Page 31: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

17

pada saat surut. Peristiwa tersebut mempengaruhi proses yang terjadi di

sepanjang pantai dan estuari seperti salinitas dan kekeruhan akibat sedimen yang

tersuspensi. Sedimen yang tersuspensi sebagian besar akan mengendap di

daerah dengan arus pasang surut yang lemah yaitu di sekitar pasang tertinggi dan

surut terendah (Anasiru, 2006).

Menurut Hidayati (2017), tipe pasang surut suatu perairan ditentukan

dengan mencari nilai Formzahl (F) yang diklasifikasikan menjadi 4 tipe pasang

surut dan dapat dilihat pada Gambar 5 :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) jika nilai F lebih kecil dari

0.25. Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan

tinggi yang hampir sama dan terjadi secara berurutan.

2. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevalling

semidiurnal) jika nilai F ada diantara 0.25 sampai 1.5. Dalam satu hari

terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya

berbeda.

3. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevalling

diurnal) jika nilai F ada diantara 1.5 sampa 3. Dalam satu hari terjadi satu

kali pasang dan satu kali surut, tetapi bisa juga dua kali pasang dan dua

kali surut dengan tinggi dan periode berbeda.

4. Pasang surut harian tunggal (dirunal tide) jika nilai F lebih besar dari 3.

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.

Page 32: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

18

Gambar 5. Tipe pasang surut berdasarkan periode dan keteraturannya

(Sumber : Triatmodjo, 1999)

2.9 Metode Analisis Sedimen

2.9.1 Segitiga Sheppard

Menurut Munandar et al (2014), untuk menggolongkan sampel sedimen,

Sheppard (1954) membagi suatu diagram rangkap tiga ke dalam sepuluh kelas

dengan sistem komponen berjumlah 100%. Komponen-komponen tersebut

merupakan persentase dari jenis karakteristik sedimen seperti kerikil, pasir dan

lumpur. Penggolongan sedimen dalam diagram Sheppard berdasarkan pada

klasifikasi Median diameter (Md) dari sedimen. Sampel sedimen diplotkan dalam

diagram sesuai dengan komposisi spesifik ukuran butirannya. Segitiga Sheppard

yang digunakan untuk menentukan jenis fraksi yang terdapat dalam sampel

sedimen dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 33: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

19

Gambar 6. Segitiga Sheppard 1954

(Sumber : Munandar et al., 2014)

2.9.2 Diagram Hjulstrom

Menurut Anggari et al., (2015), untuk menghubungkan antara kecepatan

arus dengan ukuran butiran sedimen digambarkan dengan menggunakan

Diagram Hjulstrom. Pada diagram ini terdapat dua garis utama dimana hubungan

antara kecepatan arus dan sedimen yang akan bergerak ditunjukkan dengan garis

yang lebih rendah. Sedangkan menurut Krisetyana (2008), dalam grafik Hjulstrom

(Gambar 7) gradasi sedimen (mm) sebagai absis dan kecepatan arus (cm/s)

sebagai ordinat. Jadi, apabila pada suatu pantai didapatkan kecepatan arus dan

ukuran butir sedimennya maka dapat diketahui hubungan dari keduanya seperti

berikut :

a) Pada area sedimentation / deposition dimana kecepatan aliran dan ukuran

partikel sedimen di area ini menyebabkan kecepatan aliran tidak mampu

Page 34: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

20

membawa / mengangkut sedimen lebih lama dan akhirnya mengendap di

suatu tempat yang dilaluinya.

b) Pada area transportation / transport as bedload dimana kecepatan aliran

cukup dan ukuran partikel sedimen di area ini menyebabkan kecepatan

aliran masih mampu membawa / mengangkut sedimen pada kolom

perairan.

c) Pada area erosion dimana kecepatan aliran dan ukuran butir sedimen di

area ini menyebabkan kecepatan aliran mampu membawa dan

mengangkut sedimen berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya.

Gambar 7. Diagram Hjulstrom

(Sumber : wikiwand, 2017)

Page 35: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

21

2.10 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. Resume jurnal-jurnal acuan atau referensi

No Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3

Judul Karakteristik Sedimen Litoral di Pantai Sindulang Satu

Studi Pendahuluan Klasifikasi Ukuran Butir Sedimen di Danau Laut Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh

Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir di Teluk Weda , Maluku Utara

Penulis 1. Junet I.S Korwa 2. Esry T Opa 3. Rignolda Djamaludinipkj8

1. Ichwan Setiawan 1. Septriono Hari Nugroho 2. Abdul Basit

Latar

Belakang

Seiring perkembangan kehidupan manusia, pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan semakin beraneka ragam, termasuk pemanfaatan di gisik. Kondisi seperti ini juga berlaku pada lahan litoral yang ada di kawasan pantai Sindulang Satu. Kondisi lahan di pantai Sindulang Satu telah mengalami perubahan yang signifikan sejak dibangunnya Jl. Boulevard II. Perubahan yang terjadi pada lahan ini secara fisik antara lain terkait dengan kondisi sedimen. Seperti apa karakteristik sedimen dan faktor hidro-oseanografi pada lahan ini khususnya di kawasan litoral sangat penting untuk dideskripsikan dan dianalisis.

Danau Laut Tawar merupakan suatu ekosistem perairan tawar yang memiliki sumberdaya penting salah satunya adalah ikan depik. Namun, tingkat erosi yang terjadi di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar telah sangat mengkhawatirkan, dimana 76,12 persen dari total luas daerah tangkapan air berada dalam kelas erosi sangat berat. Kondisi ini diduga sebagai penyebab pendangkalan Danau Laut Tawar, karena sedimen yang terangkut dari daerah tangkapan air mengendap di dasar perairan. Namun demikian belum ada kajian tentang klasifikasi sedimen di Danau Laut Tawar, hal ini penting diketahui sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang merupakan habitat ikan endemik di Danau laut Tawar.

Distribusi ukuran butir dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis agen transportasi,gelombang, pasang surut yang masing-masing memiliki karakteristik spasial dan temporal sendiri. Respon pasir terhadap faktor-faktor tersebut berbeda-beda sesuai dengan besarnya ukuran butir. Pengendapan pasir di pantai lebih kompleks dengan adanya proses traksi, saltasi dan suspensi. Dalam lingkungan pesisir, sedimen bersifat dinamis sehingga dapat mengalami pengikisan, transportasi / pengendapan dalam skala spasial maupun temporal. Penelitian dan pemahaman tentang proses dinamis yang terjadi di lingkungan pesisir sangatlah diperlukan untuk prediksi evolusi pesisir dimasa datang.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan granulometri sedimen secara spasial dan menganalisis karakteristik arus yang berperan dalam distribusi sedimen di Pantai Sindulang Satu.

Informasi tentang besaran butir sedimen sangat penting diketahui karena secara langsung akan mempengarahi turbiditas air, pada kawasan ini dengan butiran sedimen halus yang sangat rentan terhadap peningkatan turbiditas yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi produktifitas perairan dan distribusi ikan khususnya ikan depik.

Penelitian ini diperlukan untuk mendeskripsikan granulometri sedimen secara spasial sehingga dapat memberikan gambaran sumber sedimen, proses transportasi dan deposisi sedimen serta menganalisis karakteristik arus yang berperan dalam distribusi sedimen di perairan Teluk Weda.

Page 36: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

22

No Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3

Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan metode deskriptif terhadap data contoh. Kegiatan observasi dan pengukuran diarahkan untuk mengungkap aspek morfologi gisik dan hidrooseanografi khususnya arus yang berlaku pada lahan litoral Pantai Sindulang satu. Metode yang digunakan untuk mengukur arus adalah metode lagrangian.

Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan ekman grab. Sampel sedimen selanjutnya dikeringkan dan dianalisis menggunakan metode ayak kering pada saringan bertingkat (sieve analysies) berukuran 4,75 mm, 1,70 mm, 850 μm, 250 μm, 150 μm, 0,063 mm dan hasil saringan ditampung dalam wadah (Wentworth, 1922).

Klasifikasi ukuran butir dilakukan berdasarkan klasifikasi Wentworth (1922). Penentuan jenis sedimen dilakukan berdasarkan klasifikasi Diagram Segitiga Sheppard tahun 1954. Distribusi ukuran butir diketahui menggunakan metode granulometri dengan menggunakan pendekatan statistik dari masing-masing kelompok sedimen.

Hasil Secara granulometri, sedimen yang tersebar pada kawasan litoral pantai Sindulang Satu didominasi oleh butiran pasir berukuran sedang (0.28 mm – 0.45 mm), tersortir sedang, simetris ke ukuran kecil dan asimeteris granulometri, serta mesokurtik. Kawasan litoral ini cenderung mengalami deposisi dan mendapat pengaruh arus dan gelombang yang bekerja fluktuatif dan lemah. Kawasan littoral Sindulang Satu dipengaruhi oleh arus pasang surut dengan kecepatan saat surut berkisar 0,70 – 0,80 knot dengan arah dominan ke Barat Laut, saat pasang kecepatan bervariasi antara 0,68 – 0,72 knot dengan arah dominan ke Tenggara. Sekitar muara Sungai Tondano arah arus mengalami pembelokan ke arah Tenggara baik saat surut maupun pasang. Kecepatan arus saat pasang umumnya lebih lemah dibandingkan saat surut.

Tipe sedimen di Stasiun Toweran adalah dominan kerakal dan batu dengan persentase berat 44,21%, di Stasiun Bintang dominan kerakal dan batu dengan persentase berat 42,95 %, di Stasiun Klitu dominan kerakal dan batu dengan persentase berat 45,65 %, di Stasiun Boom dominan lumpur (koloid) dengan persentase berat 74,52 % dan di Stasiun Ujung Mumpar dominan kerakal dan batu dengan persentase berat 92,06 %. Sehingga secara umum terlihat tipe sedimen di danau Laut Tawar adalah kerakal dan batu, namun tipe sedimen koloid ditemukan di daerah outflow danau yang dekat dengan perkotaan.

Jenis – jenis sedimen yang mendominasi perairan di Teluk Weda yaitu pasir, pasir lumpuran, lanau dan lanau pasiran. Kecepatan arus rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun 10 sebesar 80 cm/s dan terendah di stasiun B3 sebesar 30 cm/s. Kecepatan arus mempengaruhi distribusi sebaran sedimen, dimana butiran sedimen yang lebih besar ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi dan sedimen halus diendapkan pada daerah yang berarus lemah. Mekanisme transportasi sedimen pada fraksi yang kasar terjadi secara bedload dalam bentuk menggelinding, terseret, merayap dan saltasi, sedangkan pada fraksi halus (lempung sampai pasir sangat halus) tertranspor secara suspension load dalam bentuk suspensi.

Page 37: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

23

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Distribusi Sedimen Berdasarkan Kondisi Hidro-

oseanografi di Pantai Pulau Merah Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten

Banyuwangi” dilaksanakan selama bulan Februari hingga Mei 2017 dengan

pengambilan data di lapang pada tanggal 4 Mei 2017 di Pantai Pulau Merah, Desa

Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Pada lokasi

penelitian dilakukan pengambilan sampel sedimen dan pengukuran parameter

hidro-oseanografi seperti arus dan gelombang. Selanjutnya, tahap analisis ukuran

butir dan jenis sedimen dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengairan di

Universitas Brawijaya. Area penentuan lokasi pengambilan data dapat dilihat pada

Gambar 8 berikut ini.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Page 38: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

24

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan menggambarkan kondisi sesungguhnya yang ada dilokasi penelitian. Hal

ini sependapat dengan Suryabrata (1983) dalam Sartika et al., (2014) yang

menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

digunakan untuk menggambarkan situasi atau kejadian yang sedang diteliti dan

dikaji disuatu lokasi dengan waktu yang terbatas untuk mendapatkan gambaran

dari kondisi dan situasi di lapangan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam Penelitian mengenai

Analisis Distribusi Sedimen Berdasarkan Kondisi Hidro-oseanografi di Pantai

Pulau Merah Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai

berikut :

Tabel 1. Alat - alat yang digunakan untuk penelitian lapang

No Alat Fungsi

1 Ekman Grab Mengambil sampel sedimen

2 Garmin GPS Map 60 CS Menentukan titik koordinat pengambilan

sampel

3 Current Meter baling-

baling

Mengukur kecepatan arus

4 Tide staff Mengukur tinggi gelombang

5 Kompas Prisma Mengetahui arah arus

6 Kamera Digital Canon Proses dokumentasi

7 Box besar Wadah sampel-sampel sedimen

8 Stopwatch Digital Pencatat waktu

Tabel 2. Bahan - bahan yang digunakan untuk penelitian di lapang

No Bahan Fungsi

1 Kantong plastik 1kg Wadah sampel sedimen

2 Kertas label Menandai sampel setiap lokasi

3 Karet gelang Mengikat plastik sedimen

Page 39: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

25

Tabel 3. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian di laboratorium

No Alat Fungsi

1 Sieve Shaker Memisahkan sedimen dengan ukuran butir yang

berbeda

2 Kuas kecil Membersihkan lubang ayakan

3 Timbangan analitik Menimbang massa sedimen dalam satuan gram

4 Sendok Mengambil sedimen

5 Kamera digital Proses dokumentasi

Tabel 4. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian di laboratorium

No Bahan Fungsi

1 Sedimen Objek penelitian

2 Kantong plastik 2 kg Wadah sampel sedimen

3 Kertas label Menandai sampel setiap lokasi

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian tentang Analisis Distribusi Sedimen Berdasarkan Kondisi Hidro-

oseanografi di Pantai Pulau Merah Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten

Banyuwangi ini menggunakan dua data, yaitu data primer dan data sekunder.

Untuk tahap pertama penelitian dilakukan kajian pustaka yang difungsikan untuk

sumber referensi dan metode penelitian terkait. Selanjutnya kegiatan yang

dilakukan adalah survey atau penentuan lokasi penelitian dan titik pengambilan

sampel atau data primer. Pengambilan data primer dalam penelitian ini meliputi

pengukuran arus, tinggi gelombang dan pengambilan sampel sedimen. Kemudian

untuk data sekunder yaitu pengukuran data pasang surut dengan menggunakan

software Tidal Model Driver (TMD). Setelah pengambilan data dilakukan,

dilanjutkan dengan tahap analisis sedimen di laboratorium untuk mendapatkan

hasil. Alur pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 40: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

26

Pasang Surut Gelombang

Data Primer

Pengambilan Data

Studi literatur

Survei dan Penentuan Lokasi Penelitian

Sedimen

Data Sekunder

Arus

Ukuran Butir

dan Jenis

Sedimen

Kecepatan

dan Arah Arus

Tinggi dan

Arah

Gelombang

Jenis Pasang

Surut

Analisis

Granulometri

Diagram

Hjulstrom

Analisis hubungan ukuran diameter rata-rata sedimen

dengan faktor Hidro-oseanografi

Hasil

Gambar 2. Diagram alur penelitian

Page 41: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

27

3.4 Metode Pengambilan Data

3.4.1 Sampel Sedimen

Penentuan titik sampling (stasiun) pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Penggunaan metode ini dilakukan

untuk mengetahui sifat keseluruhan ukuran butir sedimen yang ada di lokasi

penelitian secara umum dengan cara menentukan titik stasiun secara acak

berdasarkan pertimbangan dari melihat kondisi yang ada di lapangan. Hal ini

sependapat dengan Nasution (2003) yang menyatakan bahwa metode purposive

sampling ini dilakukan dengan menentukan titik pengambilan sampel yang hanya

berdasar atas pertimbangan peneliti sendiri yang menganggap bahwa unsur-unsur

yang dikehendaki telah ada atau mewakili dalam sampel yang telah diambil.

Pengambilan sampel sedimen pada penelitian ini dibagi menjadi 14 titik

stasiun. Dimana pada penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen di Pantai

Pulau Merah Kabupaten Banyuwangi dilakukan di sepanjang garis pantai atau

sejajar pantai, badan sungai, muara sungai dan perairan di depan Pulau Merah.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sebaran sedimen yang ada di lokasi penelitian

mulai dari fraksi kerikil, pasir sampai lumpur.

Pengambilan sampel fraksi sedimen dilakukan dengan menggunakan

metode Grab Sample (metode sesaat). Pengambilan sedimen dilakukan sedalam

±15 cm dari permukaan sedimen pada setiap lokasi yang telah ditentukan seperti

yang disajikan pada Tabel 7. Jumlah sampel sedimen yang diambil ± 2 kg, yang

kemudian dimasukkan kedalam wadah plastik 2 kg. Sampel yang telah

dimasukkan ke dalam plastik, dicatat lokasi statiunnya dengan menggunakan

kertas label. Metode Grab Sample bertujuan untuk mewakili karakteristik sedimen

yang ada di setiap lokasi pengambilan data (Murniasih et al., 2007). Lokasi stasiun

dari pengambilan sampel sedimen dapat dilihat pada Gambar 10, yang lebih

jelasnya akan dideskripsikan pada Tabel 7.

Page 42: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

28

Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Data Sedimen dan Arus

Page 43: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

29

1.4.2 Data Hidro-oseanografi

1.4.2.1 Arus

Pada pengambilan data kecepatan arus diperoleh dengan menggunakan

alat current meter, sedangkan arah arus diperoleh dengan menggunakan kompas.

Data arus didapat dengan cara current meter dicelupkan ke perairan dan diukur

kecepatan perputaran baling-balingnya (n). Pengukuran arus dilakukan dengan

tiga kali pengulangan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Pengambilan

data arus dilakukan di setiap titik lokasi yang sama dengan lokasi pengambilan

sampel sedimen yang telah ditentukan seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 5. Koordinat titik pengambilan data sedimen dan arus

Stasiun Koordinat Deskripsi Lokasi

1 -8.595944°

114.026109°

Berada di sepanjang garis pantai Pulau Merah

dan sebagai pusat aktivitas wisatawan untuk

mengetahui persebaran sedimen dari faktor

manusia ataupun hidro-oseanografi

2 -8.597661°

114.027411°

Berada di sebelah utara muara sungai yang

bertujuan untuk melihat pengaruh persebaran

sedimen dari aliran sungai ataupun faktor

hidro-oseanografi

3 -8.599308°

114.030151°

Berada di badan sungai yang bertujuan untuk

melihat fraksi sedimen yang terdapat di dalam

aliran sungai.

4 -8.599955°

114.029717°

Berada di badan sungai condong ke muara

yang bertujuan untuk melihat fraksi sedimen

yang menuju ke arah muara.

5 -8.600055°

114.029047°

Berada tepat di muara sungai yang bertujuan

untuk melihat sebaran fraksi sedimen dalam

wilayah muara.

6 -8.600125°

114.028038°

Berada di mulut sungai condong ke arah laut

yang bertujuan untuk melihat persebaran

sedimen dipengaruhi faktor hidro-oseanografi

Page 44: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

30

Stasiun Koordinat Deskripsi Lokasi

7 -8.601442°

114.028351°

Berada di sebelah selatan muara sungai yang

bertujuan untuk melihat pengaruh persebaran

sedimen dari aliran sungai ataupun faktor

hidro-oseanografi

8 -8.602880°

114.028640°

Berada di sebelah kiri lebih jauh dari muara

sungai yang bertujuan untuk melihat pengaruh

persebaran sedimen dari aliran sungai ataupun

faktor hidro-oseanografi

9 -8.604371°

114.029828°

Berada di sepanjang garis pantai dan didepan

pulau merah yang bertujuan untuk melihat

perbedaan persebaran sedimen dengan yang

berada di dekat muara

10 -8.603217°

114.027250°

Berada dekat dengan Pulau Merah namun

masih dipengaruhi faktor hidro-oseanografi

bertujuan mengetahui sebaran sedimen yang

ada di dekat Pulau Merah.

11 -8.604411°

114.028156°

Berada di depan Pulau Merah yang bertujuan

untuk melihat persebaran sedimen yang

terhalang oleh Pulau Merah

12 -8.605417°

114.029233°

Berada di depan Pulau Merah yang bertujuan

untuk melihat persebaran sedimen yang

terhalang oleh Pulau Merah

13 -8.606492°

114.030228°

Berada di sepanjang garis pantai dan didekat

pulau merah yang bertujuan untuk melihat

perbedaan persebaran sedimen dengan yang

berada di dekat muara

14 -8.608523°

114.030614°

Berada di sepanjang garis pantai dan dekat

dengan vegetasi yang bertujuan untuk melihat

persebaran sedimen yang dipengaruhi

vegetasi

Page 45: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

31

3.4.2.2 Gelombang

Pada pengambilan data gelombang diperoleh dengan menggunakan tide

staff dan stopwatch. Tide staff ditancapkan ke perairan kemudian diukur ketinggian

gelombang dengan menentukan selisih dari tinggi puncak gelombang dan tinggi

lembah gelombang. Pengukuran gelombang dilakukan pada tiap titik lokasi yang

telah ditentukan selama 15 – 20 menit. Penentuan lokasi pengambilan data

gelombang dapat dilihat pada Gambar 11 dan koordinat titik pengambilan data

gelombang dapat dilihat pada Tabel 8.

Gambar 4. Lokasi pengambilan data gelombang

Tabel 6. Titik koordinat pengambilan data gelombang

Titik Lintang Bujur

G1 -8.598004° 114.027664°

G2 -8.600333° 114.028280°

G3 -8.602941° 114.027116°

G4 -8.608658° 114.029931°

Page 46: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

32

3.4.2.3 Pasang Surut

Pada pengambilan data pasang surut menggunakan data sekunder yaitu

tidak dilakukan pengukuran secara langsung atau in-situ di lokasi penelitian, tetapi

dengan menggunakan Tidal Model Driver (TMD). Pengolahan menggunakan TMD

dengan bantuan MATLAB digunakan untuk mencari nilai komponen harmonik

pasang surut dan juga periode pasang surut dengan metode Admiralty. Metode

Admiralty sendiri merupakan metode analisis yang menggunakan komponen

harmonik untuk menentukan tipe pasang surut suatu perairan. Pengamatan ini

biasanya dilakukan dalam 29 atau 15 hari dalam 24 jam. Nantinya nilai komponen

harmonik yang sudah didapat kemudian digunakan untuk mencari bilangan

Formzahl (F). Hasil dari bilangan Formzahl (F) tersebut akan menunjukkan tipe

pasang surut di lokasi penelitian (Simatupang et al., 2016).

3.5 Analisis Pengolahan Data

3.5.1 Ukuran Butir Sedimen

Menurut Setiawan (2013), analisis ukuran butir sedimen menggunakan

metode ayak kering. Tahapan pertama dalam analisis ini adalah dengan

mengeringkan sampel sedimen pada oven pada dengan 800C kemudian

ditimbang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berat sedimen yang sebenarnya.

Proses selanjutnya, sedimen diayak menggunakan saringan bertingkat (sieve

shaker) berukuran 4,75 mm, 1,70 mm, 850 µm, 250 µm, 150 µm, dan 0,063 µm

selama ±15 menit, yang selanjutnya akan dikelompokan ukuran butir sedimennya

menurut Skala Wentworth seperti pada Tabel 1.

Setelah diayak, sampel sedimen yang tertinggal pada setiap ukuran

saringan ditimbang masing-masing berat fraksinya sehingga diperoleh distribusi

berat fraksi sedimen berdasarkan ukuran masing-masing saringan. Perhitungan

persentase berat fraksi sedimen dihitung dengan menggunakan persamaan :

Page 47: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

33

Persen berat = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑖 × 100%

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Dimana, berat fraksi i = berat tiap-tiap fraksi ukuran butir (gr)

3.5.2 Analisis Granulometri

Menurut Dyer 1986 dalam Bawangun et al., (2013), hasil dari distribusi

ukuran partikel sedimen secara umum dilakukan analisis dengan menunjukkan

empat parameter statistik ukuran butir. Keempat parameter statistik yang

dimaksud adalah rataan empirik (Mean), pemilahan (Sorting), kemencengan

(Skewness), dan peruncingan (Kurtosis). Hal ini bertujuan untuk menentukan

penyebaran partikel sedimen yang ada di suatu perairan dengan meilhat hasil atau

nilai yang didapat dari tiap klasifikasi parameter statistik sedimen. Nilai yang

dihasilkan dari grafik berupa φ5, φ16, φ25, φ50, φ75, φ84 dan φ95 yang diolah

berdasarkan model Folk dan Ward (1957) .

3.5.2.1 Rataan Empirik (Mean)

Mean merupakan nilai dari rata-rata diameter ukuran butir sedimen yang

ada pada suatu lokasi penlelitian. Berikut ini merupakan formula dari Rataan

empirik (Mean) (Hidayati, 2017) :

Mean = (φ16 + φ50 + φ84)

3

3.5.2.2 Pemilahan (Sorting)

Sedimen di suatu wilayah pantai umumnya secara alami mempunyai suatu

rentang ukuran partikel, dimana sering disebut sorting yang penyebaran ukuran

partikelnya berada di sekitar ukuran rata-ratanya. Folk & Ward (1957)

memasukkan range yang lebih luas dari kurva ukuran distribusi komulatif ke dalam

analisis sorting dan menghitung sorting sebagai berikut (Junaidi dan Wigati, 2011):

𝑆𝑜𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔 = (φ84 − φ16)

4 +

(φ95 − φ5)

6,6

Page 48: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

34

Folk & Ward (1957) juga mengklasifikasikan derajat sorting sedimen dalam

7 kategori seperti dalam Tabel 9 berikut ini.

Tabel 7. Klasifikasi derajat pemilahan (sorting)

No. Koefisien Sorting Karakteristik Sorting

1. < 0,35 Tersortir sangat baik (very well-sorted)

2. 0,35 – 0,50 Tersortir baik (well-sorted)

3. 0,50 – 0,71 Tersortir sangat sedang (moderately well-sorted)

4. 0,71 – 1,00 Tersortir sedang (moderate-sorted)

5. 1,00 – 2,00 Tersortir buruk (poorly-sorted)

6. 2,00 – 4,00 Tersortir sangat buruk (very poorly-sorted)

7. > 4,00 Tersortir buruk sekali (extremely poor-sorted)

Sedimen dengan kategori well-sorted menunjukkan penyebaran ukuran

butir sedimen tidak tersebar luas, yang artinya sedimen dengan kategori tersebut

memiliki gradasi ukuran butir yang jelek atau tidak bervariasi. Sedimen dengan

kategori poorly-sorted menunjukkan penyebaran ukuran butir sedimen yang lebih

luas, yang artinya sedimen dengan kategori tersebut memiliki gradasi ukuran butir

yang bagus atau sangat bervariasi.

3.5.2.3 Kemencengan (Skewness)

Menurut Junaidi dan Wigati (2011), hasil dari nilai kemencengan

(skewness) sedimen di suatu pantai merupakan distribusi dari ukuran butir

sedimen yang ada di pantai tersebut. Nilai terhitung untuk skewness didasarkan

pada persamaan dari Folk & Ward (1957) yang dikombinasikan dengan

persamaan dari Inman (1952) sebagai berikut :

Skewness = (φ16 + φ84 − 2φ50)

2(φ84 − φ16)+

(φ5 + φ95 − 2φ50)

2(φ95 − φ5)

Koefisien skewness dari Folk & Ward (1957) dapat dikelompokkan ke

dalam kategori seperti dalam Tabel 10 berikut ini.

Page 49: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

35

Tabel 8. Klasifikasi koefisien kemencengan (skewness)

No. Koefisien Skewness Tingkat Skewness

1. (-) 1,00 – (-) 0,30 Menceng sangat kasar (very coarse skewed)

2. (-) 0,30 – (-) 0,10 Menceng kasar (coarse skewed)

3. (-) 0,10 – (+) 0,10 Menceng simetris (symmetrical)

4. (+) 0,10 – (+) 0,30 Menceng halus (fine skewed)

5. (+) 0,30 – (+) 1,00 Menceng sangat halus (very fine skewed)

Distribusi normal atau simetris berada di tengah-tengah, maksudnya tidak

menceng ke arah kasar ataupun kearah halus. Distribusi dengan skewness

menunjukkan nilai negatif berarti tingkat kemencengan lebih kearah kasar.

Distribusi dengn skewness menunjukkan nilai positif, maksudnya adalah tingkat

dari kemencengan lebih cenderung kearah halus. Kategori dari distribusi-distribusi

tersebut dapat dilihat sebagai penentuan apakah terjadi penyimpangan atau

nomalitas.

3.5.2.4 Keruncingan (Kurtosis)

Menurut Junaidi dan Wigati (2011), kurtosis merupakan kurva yang

menunjukkan kepuncakan atau kedataran dari distribusi dalam perbandingan

terhadap distribusi normal. Untuk menghitung nilai dari kurtosis, Folk & Ward

(1957) mengusulkan untuk menggunakan ekor dan kuartil dari distribusi seperti

berikut :

𝐾𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 =(φ95 − φ5)

2,44 (φ75 − φ25)

Kurtosis dihitung dengan pendekatan oleh Folk & Ward (1957) yang

dikelompokkan ke dalam lima kategori seperti dalam Tabel 11 berikut ini.

Page 50: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

36

Tabel 9. Klasifikasi koefisien keruncingan (kurtosis)

No. Koefisien Kurtosis Tingkat Kurtosis

1. < 0,67 Sangat platikortis (very platykurtic)

2. 0,67 – 0,90 Platikortis (platykurtic)

3. 0,90 – 1,11 Mesokortis (mesokurtic)

4. 1,11 – 1,50 Leptokortis (leptokurtic)

5. 1,50 – 3,00 Sangat Leptokortis (very leptokurtic)

6. > 3.00 Leptokortis sekali (extremely leptpkortic)

Kategori kurtosis yang menunjukkan distribusi sedimen dengan kurva

normal adalah mesokortis. Kategori leptokortis menunjukkan bahwa distribusi

sedimen dengan kurva cenderung meruncing keatas sedangkan kategori

platikortis menunjukkan bahwa distribusi sedimen membentuk kurva mendatar.

Page 51: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

37

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum dan Letak Geografis Pantai Pulau Merah

Kabupaten Banyuwangi (Gambar 12) terletak di ujung timur Pulau Jawa.

Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang

merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan dataran rendah dengan

berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang

membujur dari arah utara ke selatan. Terletak di sebelah selatan Kabupaten

Banyuwangi, Pantai Pulau Merah secara administratif masuk dalam wilayah Desa

Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa

Timur. Pantai Pulau Merah terletak pada koordinat 8°36'18.4" LS dan

114°01'31.8"BT yang berada tepat di kawasan pesisir Samudra Hindia. Pantai

Pulau Merah merupakan salah satu pantai yang masuk dalam kawasan Teluk

Pancamaya dan masih satu garis pantai dengan Pantai Mustika Pancer. Pantai

Pulau Merah memiliki batas-batas administratif dengan beberapa wilayah

diantaranya itu :

Sebelah Utara : Kecamatan Bangorejo

Sebelah Timur : Kecamatan Purwoharjo

Sebelah Barat : Kecamatan Siliragung

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sejarah pemberian nama Pulau Merah atau Pulo Merah berasal dari

adanya bukit kecil yang berada di tepi pantai dengan ketinggian ± 200 m. Bukit

tersebut memiliki tanah yang berwarna merah namun tidak terlalu tampak

dikarenakan banyaknya vegetasi yang tumbuh mengelilingi bukit tersebut. Pantai

Pulau Merah memiliki warna pasir yang putih dengan panjang garis pantai sebesar

± 3 km. Mudahnya akses menuju lokasi wisata ini menyebabkan banyaknya

Page 52: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

38

pengunjung yang datang baik wisatawan domestik ataupun mancanegara untuk

menikmati wisata yang ada di Pantai Pulau Merah ini, contohnya seperti surfing.

Besarnya ombak yang ada di pantai ini menjadikan tantangan tersendiri bagi

pecinta olahraga surfing ini. Ombak yang dihasilkan di Pantai Pulau Merah cukup

tinggi, yaitu berkisar antara 3 – 5 meter. Dasar pantai yang tidak memiliki terlalu

banyak terumbu karang juga dirasa aman untuk kegiatan surfing. Namun, ombak

yang cukup tinggi dan banyaknya rip current yang ada di sekitar pantai membuat

Pantai Pulau Merah tidak disarankan untuk kegiatan ataupun aktivitas berenang.

Gambar 1. Peta Wisata Kabupaten Banyuwangi

Page 53: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

39

4.2 Ukuran Butir dan Jenis Sedimen

Pada saat dilapang pada tanggal 4 Mei 2017 pengambilan sampel sedimen

pada 14 stasiun dilakukan dengan menggunakan metode Ekman Grab dengan

kedalaman ±15 cm. Sampel sedimen yang telah diambil kemudian dibawa ke

Laboratorium Teknik Pengairan untuk dikeringkan dengan oven. Setelah sampel

sedimen dikeringkan tahap selanjutnya adalah sedimen diayak menggunakan

saringan bertingkat (sieve shaker) selama ±15 menit, yang selanjutnya akan

dikelompokan ukuran butir sedimennya menurut Skala Wentworth 1922. Berikut

ini merupakan hasil ayakan dari sampel sedimen ke 14 stasiun yang ada di Pantai

Pulau Merah.

Stasiun 1

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 1 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 1 dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 1. Data hasil ayakan sedimen stasiun 1

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 4 4 0,8 99,2 0,8 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 14 18 3,6 96,4 2,8 pasir kasar

30 0,6 16 34 6,8 93,2 3,2

40 0,425 23 57 11,4 88,6 4,6 pasir sedang

60 0,25 88 145 29,0 71,0 17,6

100 0,15 255 400 80,0 20,0 51,0 pasir halus

200 0,075 100 500 100,0 0,0 20,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

Page 54: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

40

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 1 didapatkan bahwa

persentase distribusi fraksi sedimen didominasi pasir 100%. Persentase tertahan

ayakan sampel sedimen 1 dari yang tertinggi yaitu 51% pasir halus, 22,2% pasir

sedang, 20% pasir sangat halus, 6% pasir kasar, 0,8% pasir sangat kasar dan 0%

untuk kerikil dan lanau. Jadi, fraksi sedimen yang mendominasi stasiun 1 yaitu

pasir halus. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan sampel sedimen 1 tepat

berada di sepanjang garis pantai Pulau Merah tepatnya disebelah kanan muara

sungai dan langsung berhadapan dengan laut lepas dari Pantai Selatan. Sehingga

pengaruh dari parameter hidro-oseanografi lebih kuat dibandingkan dengan

pengaruh dari aliran muara sungai. Gambaran dari grafik persentase lolos

saringan di stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 2 . Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 1

Stasiun 2

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 2 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

100.0 99.296.4

93.288.6

71.0

20.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

ya

ka

n (

%)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 1

Page 55: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

41

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 2 dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 2. Data hasil ayakan sedimen stasiun 2

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 2 2 0,4 99,6 0,4 pasir kasar

30 0,6 14 16 3,2 96,8 2,8

40 0,425 26 42 8,4 91,6 5,2 pasir sedang

60 0,25 66 108 21,6 78,4 13,2

100 0,15 284 392 78,4 21,6 56,8 pasir halus

200 0,075 108 500 100,0 0,0 21,6 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0.0 lanau 0.0

Tabel 12 menunjukkan hasil dari ayakan sedimen di stasiun 2 dimana fraksi

sedimen masih didominasi oleh pasir 100% Persentase distribusi fraksi sedimen

pada sampel sedimen 2 dimulai dari yang tertinggi yaitu 56,8% pasir halus, 21,6%

pasir sangat halus, 18,4% pasir sedang, 3,2% pasir kasar, dan 0% untuk pasir

sangat kasar, kerikil dan lanau. Jadi, fraksi sedimen yang mendominasi stasiun 2

memiliki karakteristik yang sama dengan stasiun 1 yaitu pasir halus. Hal ini

dikarenakan lokasi stasiun pengambilan sampel sedimen 2 berada berdekatan

dengan stasiun 1 sehingga masih mendapatkan pengaruh yang sama, walaupun

lokasi dari stasiun 2 berada lebih deket dengan muara Sungai Katak jika

dibandingkan dengan stasiun 1. Gambaran dari grafik persentase lolos saringan

di stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 14.

Page 56: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

42

Gambar 3. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 2

Stasiun 3

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 3 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir dengan menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen

3 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 3. Data hasil ayakan sedimen stasiun 3

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 Kerikil 0,0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

98,4

20 0,85 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir kasar

30 0,6 0 0 0,0 100,0 0,0

40 0,425 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sedang

60 0,25 16 16 3,2 96,8 3,2

100 0,15 134 150 30,0 70,0 26,8 pasir halus

200 0,075 342 492 98,4 1,6 68,4 pasir sangat halus

Pan < 0,075 8 500 100,0 0,0 1,6 lanau 1,6

100.0 100.0 99.696.8

91.6

78.4

21.6

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 2

Page 57: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

43

Hasil ayakan sedimen yang didapatkan pada stasiun 3 didominasi oleh

fraksi sedimen jenis pasir 98,4% dengan persentase tertahan ayakan dimulai dari

yang tertinggi adalah 68,4% pasir sangat halus, 26,8% pasir halus, 3,2% pasir

sedang, 1,6% lanau dan 0% untuk pasir kasar, pasir sangat kasar dan kerikil. Jadi,

fraksi sedimen yang mendominasi stasiun 3 yaitu pasir sangat halus. Hal ini

disebabkan lokasi pengambilan sampel sedimen dari stasiun 3 adalah di badan

sungai, sehingga jenis sedimen yang didapat dominan ke pasir halus. Hal ini juga

diperkuat dengan adanya sedikit lanau di stasiun 3. Selain itu pengaruh dari

masukan sedimen yang terbawa arus dari hulu sungai akibat penggundulan hutan

di Gunung Tumpang Pitu juga sangat besar. Grafik persentase lolos saringan

sampel sedimen 3 dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 4. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 3

Stasiun 4

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 4 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

100.0 100.0 100.0100.0100.096.8

70.0

1.60

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

ya

ka

n (

%)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 3

Page 58: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

44

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 4 dapat

dilihat di diagram pada Tabel 15.

Tabel 4. Data hasil ayakan sedimen stasiun 4

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir kasar

30 0,6 0 0 0,0 100,0 0,0

40 0,425 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sedang

60 0,25 70 70 14,0 86,0 14,0

100 0,15 190 260 52,0 48,0 38,0 pasir halus

200 0,075 240 500 100,0 0,0 48,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 4 didapatkan bahwa

persentase distribusi fraksi sedimen didominasi oleh pasir 100% dengan

persentase tertahan ayakan masing-masing fraksi dari yang tertinggi adalah 48%

pasir sangat halus, 38% pasir halus, 14% pasir sedang, dan 0% untuk pasir kasar,

pasir sangat kasar, kerikil dan lanau. Jadi, fraksi sedimen yang mendominasi

stasiun 4 masih sama dengan stasiun 3 yaitu pasir sangat halus dan diikuti oleh

pasir halus. Hal ini disebabkan karena letak pengambilan sampel sedimen dari

stasiun 3 masih berada di wilayah yang sama dengan stasiun 3 yaitu badan

sungai, namun agak condong ke muara sungai. Sehingga karakterisitik ukuran

butir sedimen yang di dapat tidak jauh berbeda dengan sedimen yang berada di

lokasi 3. Grafik persentase lolos saringan sampel sedimen 4 dapat dilihat pada

Gambar 16.

Page 59: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

45

Gambar 5. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 4

Stasiun 5

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 5 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 5 dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 5. Data hasil ayakan sedimen stasiun 5

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir kasar

30 0,6 6 6 1,2 98,8 1,2

40 0,425 12 18 3,6 96,4 2,4 pasir sedang

60 0,25 102 120 24,0 76,0 20,4

100 0,15 278 398 79,6 20,4 55,6 pasir halus

200 0,075 102 500 100,0 0,0 20,4 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

100.0 100.0 100.0100.0100.0

86.0

48.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 4

Page 60: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

46

Berdasarkan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil ayakan sedimen di

stasiun 5 didominasi oleh fraksi sedimen pasir 100% dengan persentase tertahan

ayakan dari yang tertinggi adalah 55,6% pasir halus, 22,8% pasir sedang, 20,4%

pasir sangat halus, 1,2% pasir kasar dan 0% untuk pasir sangat kasar, kerikil dan

lanau. Jadi, fraksi sedimen yang mendominasi stasiun 5 yaitu pasir halus. Fraksi

sedimen yang mendominasi stasiun 5 berbeda dengan stasiun 3 ataupun 4 yaitu

pasir sangat halus meskipun masih sama-sama tergolong dalam kategori sand

(pasir). Hal ini disebabkan karena pengambilan sampel sedimen dari stasiun 5

yang berada di wilayah muara sungai dan langsung berbatasan dengan laut.

Sehingga sedimen di stasiun ini masih mendapat pengaruh parameter dari

keduanya baik sungai ataupun laut. Grafik persentase lolos saringan sampel

sedimen 5 dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 6. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 5

Stasiun 6

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 6 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

100.0 100.0 100.098.896.4

76.0

20.4

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 5

Page 61: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

47

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 6 dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 6. Data hasil ayakan sedimen stasiun 6

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 44 44 8,8 91,2 8,8 pasir kasar

30 0,6 52 96 19,2 80,8 10,4

40 0,425 90 186 37,2 62,8 18,0 pasir sedang

60 0,25 120 306 61,2 38,8 24,0

100 0,15 156 462 92,4 7,6 31,2 pasir halus

200 0,075 38 500 100,0 0,0 7,6 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

Dominasi fraksi sedimen di stasiun 6 adalah pasir dengan persentase

100%. Hasil persentase fraksi sedimen pada sampel sedimen 6 dimulai dari yang

tertinggi yaitu 42% pasir sedang, 31,2% pasir halus, 19,2% pasir kasar, 7,6% pasir

sangat halus dan 0% untuk pasir sangat kasar, kerikil dan lanau. Jadi, fraksi

sedimen yang mendominasi stasiun 6 yaitu pasir sedang. Fraksi sedimen yang

mendominasi stasiun 6 berbeda dengan stasiun 5 walaupun berada pada jarak

yang tidak terlalu berjauhan. Hal ini disebabkan karena letak pengambilan sampel

sedimen 6 berada di tepi perairan tepat di depan muara sungai dan langsung

berhadapan dengan laut lepas sehingga lebih banyak dipengaruhi oleh parameter

hidro-oseanografi yang terjadi di lautan dibandingkan pengaruh dari aliran sungai.

Adanya pecahan terumbu karang di stasiun 6 juga menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan ukuran partikel sedimen di stasiun tersebut cenderung lebih kasar.

Grafik persentase lolos saringan sampel sedimen 6 dapat dilihat pada Gambar 18.

Page 62: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

48

Gambar 7. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 6

Stasiun 7

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 7 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 7 dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 7. Data hasil ayakan sedimen stasiun 7

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 8 8 1,6 98,4 1,6 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 26 34 6,8 93,2 5,2 pasir kasar

30 0,6 26 60 12,0 88,0 5,2

40 0,425 18 78 15,6 84,4 3,6 pasir sedang

60 0,25 58 136 27,2 72,8 11,6

100 0,15 244 380 76,0 24,0 48,8 pasir halus

200 0,075 120 500 100,0 0,0 24,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 Lanau 0,0

100.0 100.0

91.2

80.8

62.8

38.8

7.6

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 6

Page 63: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

49

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 7 yang mendominasi adalah

faksi sedimen jenis pasir sebanyak 100% dengan persentase tertahan ayakan

distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 7 dimulai dari yang tertinggi adalah

48,8% pasir halus, 24% pasir sangat halus, 15,2% pasir sedang, 10,4% pasir

kasar, 1,6% pasir sangat kasar dan 0% untuk kerikil dan lanau. Jadi, fraksi

sedimen yang mendominasi stasiun 7 yaitu pasir halus. Hal ini disebabkan karena

titik lokasi pengambilan sampel sedimen 7 berada di sepanjang garis pantai Pulau

Merah dan berada di sebelah selatan muara Sungai Katak. Grafik persentase lolos

saringan sampel sedimen 7 dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 8. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 7

Stasiun 8

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 8 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 8 dapat

dilihat pada Tabel 19.

100.0 98.493.2

88.084.4

72.8

24.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 7

Page 64: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

50

Tabel 8. Data hasil ayakan sedimen stasiun 8

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 10 10 2,0 98,0 2,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 38 48 9,6 90,4 7,6 pasir kasar

30 0,6 30 78 15,6 84,4 6,0

40 0,425 20 98 19,6 80,4 4,0 pasir sedang

60 0,25 68 166 33,2 66,8 13,6

100 0,15 256 422 84,4 15,6 51,2 pasir halus

200 0,075 78 500 100,0 0,0 15,6 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 8 didominasi oleh fraksi jenis

pasir sebanyak 100% dengan hasil persentase ayakan fraksi sedimen pada

sampel sedimen 8 dari yang terbanyak adalah 51,2% pasir halus, 17,6% pasir

sedang, 15,6% pasir sangat halus, 13,6% pasir kasar, 2,0% pasir sangat kasar

dan 0% untuk kerikil dan lanau. Jadi, fraksi sedimen yang mendominasi stasiun 8

yaitu pasir halus. Hasil fraksi sedimen yang didapatkan pada stasiun 8 hampir

sama dengan stasiun 7 yaitu didominasi oleh pasir halus. Namun jika

dibandingkan hasil dengan stasiun 7, pada stasiun 8 terjadi peningkatan

persentase pada fraksi pasir sedang dan penurunan pada fraksi pasir sangat

halus. Hal ini disebabkan lokasi dari pengambilan sampel sedimen 8 berdekatan

dengan stasiun 7 yaitu disebelah kiri muara sungai, namun letak dari stasiun 8

lebih jauh dari muara sungai dan lebih dekat dengan Pulau Merah. Grafik

persentase lolos saringan sampel sedimen 8 dapat dilihat pada Gambar 20.

Page 65: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

51

Gambar 9. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 8

Stasiun 9

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 9 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 9 dapat

dilihat pada Tabel 20.

Tabel 9. Data hasil ayakan sedimen stasiun 9

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos

ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 10 10 2,0 98,0 2,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 38 48 9,6 90,4 7,6 pasir kasar

30 0,6 28 76 15,2 84,8 5,6

40 0,425 16 92 18,4 81,6 3,2 pasir sedang

60 0,25 50 142 28,4 71,6 10,0

100 0,15 202 344 68,8 31,2 40,4 pasir halus

200 0,075 156 500 100,0 0,0 31,2 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

100.0 98.0

90.484.4

80.4

66.8

15.6

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 8

Page 66: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

52

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 9 didapatkan bahwa

distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 9 didominasi dengan pasir yang

memiliki persentase 100%. Persentase tertahan ayakan fraksi sedimen pada

sampel sedimen 9 terdiri dari 40,4% pasir halus, 31,2% pasir sangat halus, 13,2%

pasir sedang dan pasir kasar, 2,0% pasir sangat kasar dan 0% untuk kerikil dan

lanau. Variasi jenis partikel yang didapat hampir sama dengan lokasi 7 dan 8 yaitu

dari pasir sangat kasar sampai pasir sangat halus, yang didominasi pasir halus

dengan persentase 40,4%. Hal ini disebabkan karena pengambilan titik sampel

sedimen tidak berada jauh dari lokasi 7 dan 8 sehingga mempunyai karakteristik

sedimen yang sama. Grafik persentase lolos saringan sampel sedimen 9 dapat

dilihat pada Gambar 21.

Gambar 10. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 9

100.0 98.0

90.484.8

81.6

71.6

31.2

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yak

an

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 9

Page 67: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

53

Stasiun 10

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 10 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 10 dapat

dilihat pada Tabel 21.

Tabel 10. Data hasil ayakan sedimen stasiun 10

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 5 5 1,0 99,0 1,0 kerikil 1,0

10 2 15 20 4,0 96,0 3,0 pasir sangat kasar

99,0

20 0,85 45 65 13,0 87,0 9,0 pasir kasar

30 0,6 52 117 23,4 76,6 10,4

40 0,425 68 185 37,0 63,0 13,6 pasir sedang

60 0,25 75 260 52,0 48,0 15,0

100 0,15 170 430 86,0 14,0 34,0 pasir halus

200 0,075 70 500 100,0 0,0 14,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

Hasil ayakan sedimen di stasiun 10 yang ditunjukkan pada Tabel 20

didapatkan bahwa persentase distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 10

terdiri dari 34% pasir halus, 28,6% pasir sedang, 19,4% pasir kasar, 14% pasir

sangat halus, 3% pasir sangat kasar, 1% kerikil dan 0% untuk lanau. Jadi, fraksi

sedimen yang mendominasi stasiun 10 yaitu pasir halus yang diikuti dengan fraksi

pasir sedang. Namun jika dilihat hasil dari persentase fraksi sedimen di stasiun 10,

hampir semua fraksi sedimen ada kecuali lanau. Hal ini disebabkan karena titik

lokasi pengambilan sampel sedimen 10 berada tepat di depan Pulau Merah namun

langsung berhadapan dengan laut lepas Pantai Selatan sehingga sangat

dipengaruhi oleh faktor hidro-oseanografi. Grafik persentase lolos saringan sampel

sedimen 10 dapat dilihat pada Gambar 22.

Page 68: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

54

Gambar 11. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 10

Stasiun 11

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 11 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 11 dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 11. Data hasil ayakan sedimen stasiun 11

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 10 10 2,0 98,0 2,0 kerikil 2,0

10 2 6 16 3,2 96,8 1,2 pasir sangat kasar

98,0

20 0,85 34 50 10,0 90,0 6,8 pasir kasar

30 0,6 45 95 19,0 81,0 9,0

40 0,425 84 179 35,8 64,2 16,8 pasir sedang

60 0,25 102 281 56,2 43,8 20,4

100 0,15 154 435 87,0 13,0 30,8 pasir halus

200 0,075 65 500 100,0 0,0 13,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

99.096.0

87.0

76.6

63.0

48.0

14.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 10

Page 69: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

55

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 11 didapatkan bahwa

persentase distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 11 terdiri dari 37,2%

pasir sedang, 30,8% pasir halus, 15,8% pasir kasar, 13% pasir sangat halus, 2%

kerikil, 1,2% pasir sangat kasar dan 0% untuk lanau. Jadi, fraksi sedimen yang

mendominasi stasiun 11 yaitu pasir sedang yang diikuti dengan fraksi pasir halus.

Adanya sedimen jenis kerikil disebabkan karena titik lokasi pengambilan sampel

sedimen 11 tepat berada di depan Pulau Merah yang bisa menjadi penghalang

untuk berhadapan langsung dengan laut lepas, sehingga arus yang datang dari

laut lepas dan datang dari sisi kanan ataupun kiri Pulau Merah yang berpusat tepat

didepan Pulau Merah dan menimbulkan turbulensi arus yang tinggi tetapi hanya

berputar-putar di sekitar perairan didepan Pulau Merah. Grafik persentase lolos

saringan sampel sedimen 11 dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 12. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 11

98.0 96.8

90.0

81.0

64.2

43.8

13.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 11

Page 70: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

56

Stasiun 12

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 12 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 12 dapat

dilihat pada Tabel 23.

Tabel 12. Data hasil ayakan sedimen stasiun 12

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 12 12 2,4 97,6 2,4 kerikil 2,4

10 2 34 46 9,2 90,8 6,8 pasir sangat kasar

97,6

20 0,85 50 96 19,2 80,8 10,0 pasir kasar

30 0,6 57 153 30,6 69,4 11,4

40 0,425 64 217 43,4 56,6 12,8 pasir sedang

60 0,25 78 295 59,0 41,0 15,6

100 0,15 145 440 88,0 12,0 29,0 pasir halus

200 0,075 60 500 100,0 0,0 12,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 Lanau 0,0

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 12 didapatkan bahwa

distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 12 masih didominasi oleh fraksi

pasir dengan persentase 97,6% dan 2,4% sisanya adalah kerikil. Hasil distribusi

sedimen yang didapat sangat bervariasi yaitu dari kerikil sampai pasir sangat halus

dengan pasir halus masih mendominasi dengan persentase 29%. Hasil

karakteristik sedimen yang didapatkan pada lokasi 12 hampir sama dengan lokasi

11, hal ini disebabkan karena letaknya yang sama – sama berada di depan Pulau

Merah. Sehingga, faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi sedimen masih

sama. Grafik persentase lolos saringan sampel sedimen 12 dapat dilihat pada

Gambar 24.

Page 71: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

57

Gambar 13. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 12

Stasiun 13

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 13 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 13 dapat

dilihat pada Tabel 24.

Tabel 13. Data hasil ayakan sedimen stasiun 13

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 0 0 0,0 100,0 0,0 pasir sangat kasar

100,0

20 0,85 6 6 1,2 98,8 1,2 pasir kasar

30 0,6 28 34 6,8 93,2 5,6

40 0,425 35 69 13,8 86,2 7,0 pasir sedang

60 0,25 66 135 27,0 73,0 13,2

100 0,15 220 355 71,0 29,0 44,0 pasir halus

200 0,075 145 500 100,0 0,0 29,0 pasir sangat halus

Pan < 0,075 0 500 100,0 0,0 0,0 lanau 0,0

97.6

90.8

80.8

69.4

56.6

41.0

12.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los

Aya

ka

n (

%)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 12

Page 72: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

58

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 13 didapatkan bahwa

distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 13 masih didominasi oleh fraksi

pasir yaitu 100%. Jenis partikel sedimen yang mendominasi masih sama yaitu

pasir halus dengan persentase mencapai 44%. Jika dilihat dari hasil karakteristik

sedimen yang didapat pada lokasi 11 hampir sama dengan karakteristik sedimen

yang ada pada stasiun 9. Hal ini disebabkan karena titik lokasi pengambilan

sampel sedimen berada sejajar dengan stasiun 9 sehingga faktor – faktor yang

mempengaruhi karakteristik sedimen masih sama, walaupun letak dari stasiun 11

dekat dengan vegetasi pantai. Grafik persentase lolos saringan sampel sedimen

13 dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 14. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 13

Stasiun 14

Sampel sedimen yang telah diambil pada Stasiun 14 dilakukan uji

laboratorium menggunakan metode ayakan kering dan pencocokan kriteria ukuran

butir menggunakan skala Wenthworth (1922). Hasil dari sampel sedimen 14 dapat

dilihat pada Tabel 25.

100.0 100.0 98.893.2

86.2

73.0

29.0

0.00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 13

Page 73: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

59

Tabel 14. Data hasil ayakan sedimen stasiun 14

Ayakan Tertahan Ayakan

(gr)

Jumlah Tertahan

(gr)

% Jumlah

Tertahan

% lolos ayakan

% Tertahan ayakan

Partikel % Fraksi Sedimen

No Diameter

(mm) Kerikil Pasir Lanau

4 4,75 0 0 0,0 100,0 0,0 kerikil 0,0

10 2 8 8 1,6 98,4 1,6 pasir sangat kasar

99,2

20 0,85 20 28 5,6 94,4 4,0 pasir kasar

30 0,6 12 40 8,0 92,0 2,4

40 0,425 8 48 9,6 90,4 1,6 pasir sedang

60 0,25 18 66 13,2 86,8 3,6

100 0,15 244 310 62,0 38,0 48,8 pasir halus

200 0,075 186 496 99,2 0,8 37,2 pasir sangat halus

Pan < 0,075 4 500 100,0 0,0 0,8 Lanau 0,8

Berdasarkan hasil ayakan sedimen di stasiun 14 didapatkan bahwa

distribusi fraksi sedimen pada sampel sedimen 14 didominasi oleh pasir 99,2%,

dengan persentase tertahan ayakan pada sampel sedimen 14 terdiri dari 48,8%

pasir halus, 37,2% pasir sangat halus, 6,4% pasir kasar, 5,2% pasir sedang, 1,6%

pasir sangat kasar, 0,8% lanau dan 0% untuk kerikil. Hasil distribusi sedimen yang

didapatkan sangat bervariasi yaitu dari pasir sangat kasar sampai lanau, namun

jenis partikel yang mendominasi tetap sama yaitu pasir halus dengan persentase

48.8%. Adanya lanau di lokasi ini kemungkinan karena titik lokasi pengambilan

sampel sedimen 14 ini berada dekat dengan wilayah yang memiliki banyak

vegetasi pantai dan juga terhubung langsung dengan laut lepas. Grafik persentase

lolos saringan sampel sedimen 14 dapat dilihat pada Gambar 26.

Page 74: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

60

Gambar 15. Persentase (%) lolos ayakan pada stasiun 14

Hasil ayakan sedimen dari masing-masing stasiun telah dibahas

sebelumnya dan telah didapatkan fraksi sedimen yang mendominasi ke 14 stasiun

adalah pasir. Dari hasil ayakan ke 14 dibuatkan distribusi ukuran butir sedimen

yang disajikan dalam bentuk grafik dan dalam bentuk peta distribusi ukuran butir

sedimen untuk memudahkan dalam proses analisis distribusi sedimen yang

mendominasi pada setiap stasiun di lokasi penelitian. Berikut ini merupakan grafik

persentase distribusi ukuran butir sedimen yang tersaji pada Gambar 27 beserta

analisisnya.

100.0 98.494.492.090.4

86.8

38.0

0.80

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.010.1110

Lo

los A

yakan

(%

)

Diameter Butiran (mm)

Sieve Graph Stasiun 14

Page 75: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

61

Gambar 16. Persentase ukuran butir di semua stasiun

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Pe

rse

nta

se (

%)

Stasiun

Persentase Ukuran Butir Sedimen di Pantai Pulau Merah, Kabupaten Banyuwangi

Kerikil > 2mm

Pasir Sangat Kasar 1 - 2 mm

Pasir Kasar 0.5 - 1 mm

Pasir Sedang 0.25 - 5 mm

Pasir Halus 0.125 - 0.25 mm

Pasir Sangat Halus 0.0625 -0.125 mm

Lanau <0.0625 mm

Page 76: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

62

Berdasarkan grafik persentase ukuran butir sedimen (Gambar 27) di lokasi

penelitian dapat dilihat bahwa karakteristik ukuran butir sedimen yang

mendominasi di Pantai Pulau Merah adalah pasir halus yang diikuti dengan pasir

sedang dan pasir sangat halus. Pada stasiun 1 dan 2 karakteristik sedimen

didominasi oleh pasir halus. Hal ini disebabkan karena letak dari pengambilan

sampel sedimen di stasiun 1 ataupun stasiun 2 berada di perairan sepanjang garis

pantai di lokasi penelitian sehingga terpengaruh oleh faktor hidro-oseanografi baik

itu arus, pasang surut ataupun gelombang. Faktor lain yang bisa mempengaruhi

adalah letak dari stasiun 1 ataupun 2 yang berada di pusat aktivitas wisatawan

yang berkunjung ke pantai ini, baik berselancar ataupun bermain di sepanjang

garis pantai. Pada stasiun 3 dan 4 didominasi oleh pasir sangat halus. Hal ini

dikarenakan letaknya yang masih berada di badan sungai, sehingga masukan

sedimen dari aktivitas yang ada di hulu sungai mengendap di sini. Sedangkan

karakteristik sedimen yang mendominasi di stasiun 5 berbeda dengan yang

stasiun 3 dan 4 walaupun lokasi dari pengambilan sampel masih berdekatan. Hal

ini karenakan letak dari stasiun 5 berada tepat di ujung muara dan langsung

berbatasan dengan laut lepas, sehingga masih mendapatkan pengaruh dari faktor

hidro-oseanografi baik itu arus, pasang surut ataupun gelombang. Pada stasiun 6

didominasi oleh pasir sedang dan di stasiun 7 didominasi oleh pasir halus. Hal ini

dikarenakan letak dari stasiun 6 berada lebih jauh dari pinggir pantai dan terdapat

pecahan-pecahan terumbu karang sehingga karakteristik sedimen yang

didapatkan cenderung lebih kasar dibandingkan dengan stasiun 7. Lokasi

pengambilan data pada 5 stasiun yaitu stasiun 8, 9, 10, 11 dan 12 berada tepat di

depan Pulau Merah sehingga karakterisitik ukuran butir sedimen yang

mendominasi sama yaitu pasir halus, kecuali pada stasiun 11 didominasi oleh

pasir sedang. Adanya perbedaan karakteristik sedimen yang mendominasi pada

stasiun 11 dikarenakan dasar dari perairan di depan Pulau Merah memiliki banyak

Page 77: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

63

terumbu karang, sehingga pasir yang mendominasi adalah pasir sedang. Terakhir

stasiun 13 dan stasiun 14 yang berlokasi dekat dengan vegetasi pantai dan

memiliki karakteristik ukuran butir sedimen yang mendominasi adalah pasir halus.

Hal ini disebabkan karena lokasi dari stasiun 13 dan 14 berada di perairan

sepanjang garis pantai dan memiliki banyak vegetasi pantai.

Pada Gambar 28 dapat dilihat peta distribusi ukuran butir sedimen yang

ada di Pantai Pulau Merah dengan jenis karakteristik sedimen yang mendominasi

adalah pasir halus yang diikuti pasir sedang dan pasir sangat halus. Keberadaan

jenis pasir halus paling mendominasi di Pantai Pulau Merah. Jika diamati lebih

dalam lagi, distribusi sedimen dengan jenis pasir halus tersebar hampir di perairan

sepanjang garis pantai yang ada di lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan pada

wilayah tersebut masih mendapatkan pengaruh dari faktor hidro-oseanografi yang

salah satunya adalah arus, baik itu arus laut, arus yang disebabkan oleh

gelombang ataupun arus pasang surut. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan

Triatmodjo (1999) yang menyatakan bahwa faktor hidro-oseanografi banyak

mempengaruhi persebaran jenis sedimen dasar di perairan khususnya arus pada

kolom dasar laut. Pergerakan arus tersebut mentranspor sedimen dengan cara

menggelinding ataupun menggeser di dasar laut. Dimana sedimen dengan ukuran

butir yang sangat kecil dengan kecepatan arus yang besar dapat membawa

sedimen searah dengan arus. Namun semakin berkurangnya kecepatan arus

menyebabkan sedimen tidak dapat diangkut lagi, sehingga terjadi sedimentasi

pada daerah tersebut.

Page 78: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

64

Gambar 17. Peta distribusi ukuran butir sedimen di Pantai Pulau Merah

4.3 Analisis Hasil Perhitungan Granulometri

Setelah didapatkan hasil ayakan sedimen pada tiap stasiun, maka langkah

selanjutnya adalah mencari nilai phi dari masing – masing fraksi sedimen. Nilai –

nilai phi pada masing – masing percentil digunakan sebagai nilai input dalam

perhitungan parameter statistik sedimen. Hasil perhitungan parameter statistik

sedimen atau analisis granulometri di setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 26

berikut ini.

Page 79: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

65

Tabel 15. Analisis granulometri pada setiap stasiun penelitian

Stasiun

Parameter Statistik Sedimen

Mean Sorting Skewness Kurtosis

Nilai

(mm) Klasifikasi

Nilai

(φ) Klasifikasi

Nilai

(φ) Klasifikasi

Nilai

(φ) Klasifikasi

1 2,20 Pasir halus -0,76 Very well sorted 0,24 Fine skewed 1,70 Very leptokurtic

2 2,33 Pasir halus -0,67 Very well sorted 0,03 Symmetrical 1,78 Very leptokurtic

3 2,97 Pasir halus -0,53 Very well sorted 0,13 Fine skewed 1,00 Platykurtic

4 2,70 Pasir halus -0,65 Very well sorted 0,05 Symmetrical 0,82 Mesokurtic

5 2,30 Pasir halus -0,57 Very well sorted -0,02 Symmetrical 1,43 Leptokurtic

6 1,57 Pasir sedang -0,94 Very well sorted 0,11 Fine skewed 0,91 Mesokurtic

7 2,17 Pasir halus -1,00 Very well sorted 0,28 Fine skewed 1,84 Very leptokurtic

8 1,87 Pasir sedang -1,03 Very well sorted 0,46 Very fine skewed 1,79 Very leptokurtic

9 2,10 Pasir halus -1,20 Very well sorted 0,39 Very fine skewed 1,42 Leptokurtic

10 1,67 Pasir sedang -1,17 Very well sorted 0,29 Fine skewed 1,00 Mesokurtic

11 1,67 Pasir sedang -1,06 Very well sorted 0,19 Fine skewed 1,01 Mesokurtic

12 1,33 Pasir sedang -1,40 Very well sorted 0,24 Fine skewed 1,04 Mesokurtic

13 2,30 Pasir halus -0,89 Very well sorted 0,20 Fine skewed 1,41 Leptokurtic

14 2,60 Pasir halus -0,86 Very well sorted 0,07 Symmetrical 1,79 Very leptokurtic

Page 80: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

66

Berdasarkan Tabel 25 yang merupakan hasil dari analisis granulometri

didapatkan rata – rata nilai statistik sedimen seperti mean, sorting, skewness dan

kurtosis dari ke 14 sampel sedimen. Klasifikasi dari nilai mean yang dominan dari

ke 14 stasiun menunjukkan bahwa sedimen di Pantai Pulau Merah cenderung ke

fraksi pasir halus dengan kisaran ukuran diameter butiran 2,10 mm – 2,9 mm,

walaupun ada beberapa stasiun yang menunjukkan klasifikasi fraksi pasir sedang

dengan kisaran ukuran butiran 1,33 mm – 1,87 mm. Hasil dari klasifikasi mean di

pantai ini cenderung mengalami deposisi. Hal ini senada dengan pernyataan dari

Nugroho dan Basit (2014), yang menyatakan bahwa terendapkannya sedimen

jenis pasir halus – kasar merupakan salah satu ciri dari proses deposisi.

Sedangkan hasil nilai sorting dari ke 14 stasiun pengambilan sampel

sedimen adalah very well sorted atau terpilah dengan sangat baik. Kisaran nilai

phi (φ) yang didapatkan adalah -1,40 φ sampai -0,53 φ yang berarti bahwa ukuran

butir sedimen di Pantai Pulau Merah ini tidak memiliki perbedaan yang mencolok

karena tersortir atau terpilah dengan baik. Hal ini menandakan bahwa sedimen di

Pantai Pulau Merah memiliki penyebaran dengan ukuran yang sempit dan

bergradasi sangat buruk. Dimana menurut Munandar et al., (2014) perairan

dengan sedimen yang memiliki klasifikasi tersortir dengan baik, mengindikasikan

bahwa tingkat kestabilan faktor hidro-oseanografi khususnya arus dan gelombang

dalam keadaan stabil.

Hasil dari nilai skewness ke 14 stasiun pengambilan sampel sedimen

menunjukkan bahwa ukuran butir sedimen di Pantai Pulau Merah ini memiliki

klasifikasi dari simetris, miring ke arah partikel halus dan sangat miring kearah

partikel halus. Dari ketiga klasifikasi tersebut yang paling dominan adalah

klasifikasi miring ke arah partikel halus (fine skewed) dengan kisaran nilai phi (φ)

dari 0,11 φ – 0,29 φ. Selanjutnya diikuti dengan klasifikasi simetris (symmetrical)

Page 81: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

67

dengan kisaran nilai phi (φ) dari -0,02 φ – 0,07 φ. Terakhir adalah klasikasi sangat

miring ke arah partikel halus (very fine skewed) dengan kisaran nilai phi (φ) dari

0,39 φ – 0,46 φ. Klasifikasi yang menunjukkan lebih dominan condong ke arah

partikel halus menyebabkan sedimen mudah mengalami proses transportasi yang

disebabkan oleh pergerakan arus, sehingga menyebabkan abrasi. Hal ini senada

dengan pernyataan dari Nugroho dan Basit (2014), yang menyatakan bahwa

pergerakan arus dapat memilah setiap ukuran butiran sedimen yang halus

sehingga dapat tertransportasi dari tempat sumber sedimen tersebut ke tempat

yang lain.

Terakhir adalah klasifikasi dari nilai kurtosis ke 14 stasiun pengambilan

sampel sedimen yang menunjukkan bahwa pola penyebaran sedimen didapatkan

klasifikasi platykurtic (platikurtik), mesokurtic (mesokurtik), leptokurtic (leptokurtik)

dan very leptokurtic (sangat leptokurtik). Dimana klasifikasi kurtosis yang

mendominasi pada lokasi penelitian ini ada dua yaitu mesokurtik dengan kisaran

nilai phi (φ) adalah 0,82 φ – 1,04 φ dan sangat leptokurtik dengan kisaran nilai phi

(φ) yaitu 1,70 φ – 1,84 φ. Selanjutnya adalah leptokurtik dengan kisaran nilai phi

(φ) dari 1,41 φ – 1,43 φ dan yang terakhir adalah platikurtik dengan nilai phi (φ)

yaitu 1,00 φ. Hasil dari klasifikasi nilai kurtosis di Pantai Pulau Merah menunjukkan

bahwa distribusi sedimen yang ada di pantai ini sebagian memiliki kurva distribusi

yang normal namun juga cenderung memiliki kurva distribusi yang meruncing.

Menurut Korwa et al., (2013) yang mendeksripsikan bahwa transpor sedimen yang

ada pada lokasi penelitian dipengaruhi oleh arus dan gelombang yang bekerja

secara lemah sehingga dapat memilah setiap ukuran butiran sedimen yang

ukurannya kecil atau halus.

Page 82: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

68

4.4 Kondisi Hidro-oseanografi

4.4.1 Arus

Proses pengambilan data kecepatan arus dilakukan tiga kali pengulangan

untuk setiap titiknya, sehingga diperoleh nilai rata-rata kecepatan arus. Data yang

diperoleh dari hasil pengukuran secara langsung pada tanggal 4 Mei 2017 di

perairan Pantai Pulau Merah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa pada

masing – masing stasiun pengamatan diperoleh hasil di setiap stasiun yang

bervariasi atau beragam, bergantung pada setiap lokasi yang diambil. Data

kecepatan arus di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 16. Data Kecepatan dan Arah Arus

Lokasi Kecepatan (m/s) Arah (derajat)

Stasiun 1 0,43 30

Stasiun 2 0,37 45

Stasiun 3 0,13 292

Stasiun 4 0,17 180

Stasiun 5 0,30 270

Stasiun 6 0,47 90

Stasiun 7 0,37 135

Stasiun 8 0,40 157

Stasiun 9 0,43 180

Stasiun 10 0,73 180

Stasiun 11 0,63 122

Stasiun 12 0,67 45

Stasiun 13 0,37 67

Stasiun 14 0,40 45

Hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 27, dimana stasiun 3 memiliki kecepatan

arus terkecil jika dibandingkan dengan ke 13 stasiun lainnya yaitu sebesar 0,13

m/s. Hal ini disebabkan letak pengukuran data arus berada di badan sungai

sehingga arus yang didapatkan tidak terlalu kuat. Diikuti oleh stasiun 4 dimana

arus yang didapatkan sebesar 0,17 m/s, lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Page 83: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

69

stasiun 3. Hal ini dikarenakan pengukuran data arus berada di badan sungai

menuju muara sungai. Sedangkan pada stasiun 5 terjadi kenaikan kecepatan arus

yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,30 m/s, hal ini disebabkan karena

pengukuran data kecepatan arus berada tepat di muara sungai dan mendekati

laut. Kecepatan arus pada stasiun 1, 2, 6, 7, 8 , 9 , 13 dan 14 cenderung memiliki

kecepatan arus yang cukup tinggi yaitu berada antara 37 m/s sampai 47 m/s. Hal

ini dikarenakan pengukuran data arus pada ke delapan stasiun tersebut berada di

sepanjang garis Pantai Pulau Merah. Kecepatan arus yang cukup tinggi ini juga di

pengaruhi oleh kondisi hidro-oseanografi baik dari pegaruh gelombang ataupun

pasang surut, karena berada di perairan Pantai Pulau Merah dan juga letaknya

yang langsung menghadap ke laut lepas. Sedangkan untuk kecepatan arus

tertinggi berada pada stasiun 10, 11 dan 12 yaitu berkisar antara 0,63 m/s sampai

0,73 m/s. Tingginya kecepatan arus yang didapatkan pada stasiun 11 dan 12

dikarenakan adanya pemusatan (konvergensi) arus didepan Pulau Merah akibat

dari pembelokan arus yang terhalang oleh pulau. Hal ini sependapat dengan

pernyataan dari Tyas dan Dibyosaputro (2012) yang menjelaskan bahwa adanya

pemusatan atau konvergensi energi di suatu wilayah dapat menimbulkan energi

yang lebih besar bergantung pada morfologi wilayahnya. Untuk stasiun 10 yang

memiliki kecepatan tertinggi diantara semua stasiun dikarenakan berada tepat di

depan Pulau Merah dan langsung berhadapan langsung dengan laut lepas,

sehingga pengaruh dari hempasan gelombang sangat tinggi.

4.4.2 Pola Pergerakan Arus

4.4.2.1 Arus Pengambilan Data Lapang

Hasil dari pengukuran kecepatan dan arah arus semua stasiun selama di

lapang pada tanggal 4 Mei 2017 di olah dengan menggunakan software Surfer

untuk memodelkan pola pergerakan arus yang terjadi pada saat pengambilan data

Page 84: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

70

lapang di Pantai Pulau Merah Kabupaten Banyuwangi. Hasil dari pemodelan pola

arus Pantai Pulau Merah pada saat pengambilan data 4 Mei 2017 dapat dilihat

pada Gambar 29.

Gambar 18. Pola arus di Pantai Pulau Merah Banyuwangi

Hasil pemodelan arus menggunakan software Surfer pada Gambar 28,

dapat dilihat bahwa pola arus yang ada di Pantai Pulau Merah Kabupaten

Banyuwangi pada saat pengambilan data menunjukkan pergerakan arus dari

Barat Daya ke Timur Laut, namun sesampainya di pantai terjadi pembelokan arus

ke arah Timur. Hal ini dikarenakan bentuk atau morfologi dari profil Pantai Pulau

Merah yang berbentuk menyerupai teluk, sehingga terjadi pembelokan arus pada

saat menuju bibir pantai. Hal ini sependapat dengan Leksono et al., (2013) yang

menyatakan bahwa pada saat arus yang disebabkan oleh pasang surut menuju ke

Page 85: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

71

pantai, maka akan terjadi pembelokan arus akibat adanya morfologi yang ada di

setiap pantai.

Pada gambar diatas juga dapat dilihat bahwa terjadi pemusatan arus di

depan Pulau Merah akibat adanya pembelokan arus dari dari sebelah utara dan

arus dari sebelah selatan dari Pulau Merah yang menyebabkan nilai kecepatan

arus di depan Pulau Merah sangat tinggi (warna orange) jika dibandingkan dengan

wilayah perairan yang lainnya. Hal ini selain diakibatkan pemusatan arus, juga

didukung oleh pengaruh gelombang dari sekitar pulau yang menyebabkan

kecepatan arus semakin meningkat. Sedangkan untuk arus di sepanjang garis

pantai memiliki kecepatan arus yang cenderung sama yaitu rata-rata 0,40 m/s.

4.4.2.2 Arus Musiman

Pola pergerakan arus musiman didapatkan dengan cara mengunduh data

arus dari https://cas.indeso.web.id yang kemudian diolah menggunakan Surfer.

Data yang diolah berupa data musiman selama satu tahun terakhir yang meliputi

Arus Musim Barat, Musim Peralihan I, Musim Timur dan Musim Peralihan II.

Berikut ini merupakan hasil dari pola pergerakan arus musiman di sekitar perairan

Pantai Pulau Merah selama satu tahun terakhir.

Gambar 19. Pola pergerakan arus musim barat

Page 86: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

72

Gambar 20. Pola pergerakan arus musim peralihan I

Gambar 21. Pola pergerakan arus musim timur

Gambar 22. Pola pergerakan arus musim peralihan II

Page 87: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

73

Pola pergerakan arus pada keempat musim yang terjadi di Pantai Pulau

Merah, Kabupaten Banyuwangi dalam setahun terakhir memiliki arah yang

cenderung hampir sama di semua musim yaitu dari Utara ke Selatan, kecuali pada

Musim Barat. Pada Musim Barat yang terjadi pada bulan Desember – Februari,

Pantai Pulau Merah memiliki arah arus dari Barat Laut ke Tenggara. Kisaran

kecepatan pada Musim Barat antara 0,11 m/s sampai 0,29 m/s. Sedangkan untuk

kecepatan arus pada Musim Peralihan I yang terjadi pada periode bulan Maret –

Mei berkisar antara 0,05 m/s – 0,13 m/s. Kecepatan pada Musim Timur berkisar

antara 0,05 m/s – 0,17 m/s yang terjadi pada bulan Juni – Agustus. Kecepatan

arus pada Musim Peralihan II yang terjadi pada bulan September – November

berkisar antara 0,07 m/s – 0,21 m/s. Jadi, kecepatan tertinggi didapatkan pada

Musim Barat dengan nilai 0,29 m/s sedangkan nilai kecepatan terendah berada

pada Musim Peralihan I dan Peralihan II dengan nilai kecepatan 0,05 m/s.

Dari keempat musim dapat dilihat bahwa nilai kecepatan semakin besar

jika semakin menuju ke laut lepas atau Samudera Hindia, begitu juga sebaliknya.

Semakin mendekati wilayah pantai, maka nilai kecepatan yang dihasilkan akan

semakin kecil. Hal ini dikarenakan morfologi dari Pantai Pulau Merah yang

berbentuk teluk, dikarenakan masih dalam satu wilayah Teluk Pancamaya. Seperti

yang dikatakan Ruswahyuni (2010) yang menjelaskan bahwa teluk merupakan

salah satu jenis perairan tertutup, sehingga kekuatan gelombang ataupun arus

yang menuju pantai akan semakin berkurang.

Pengambilan data arus musiman tersebut terjadi pada saat surut sehingga

didapatkan arah arus meninggalkan pantai. Berbeda dengan saat pengambilan

data arus di lapang, kondisi perairan sedang pasang sehingga arah arus masih

menuju ke arah pantai. Namun arah dari arus di Pantai Pulau Merah sama dengan

arah arus yang ada di setiap musimnya yaitu sejajar dengan pantai, dikarenakan

Page 88: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

74

letak dari Pantai Pulau Merah yang berada di pinggir Teluk Pancamaya sehingga

arus menjadi searah.

4.4.3 Gelombang

Proses pengambilan data gelombang dilakukan selama 15 – 20 menit

untuk setiap titiknya, sehingga diperoleh nilai rata-rata tinggi gelombang dan

periodenya. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran secara langsung di

perairan Pantai Pulau Merah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa pada

masing – masing stasiun pengamatan diperoleh hasil di setiap stasiun yang

bervariasi atau beragam, bergantung pada setiap lokasi yang diambil. Data tinggi

dan periode gelombang di lokasi penelitian pada saat pengambilan data tanggal 4

Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 17. Data pengukuran gelombang

Titik Tinggi Gelombang (m) Periode gelombang (s)

G1 0,17 1,5

G2 0,22 1,8

G3 0,16 1,5

G4 - -

Berdasarkan hasil pengukuran di lapang didapatkan hasil tinggi dan

periode gelombang seperti pada tabel diatas. Arah gelombang berasal dari barat

daya ke timur laut atau tegak lurus pantai. Gelombang tertinggi berada pada

stasiun 2 yaitu 0,22 m dan terendah berada pada stasiun 3 yaitu 0,16 m.

Sedangkan untuk periode gelombang di stasiun 2 yaitu 1,8 s dan untuk periode

gelombang di stasiun 1 dan 3 didapatkan hasil yang sama yaitu 1,5 s. Pada stasiun

4 tidak didapatkan hasil tinggi maupun periode gelombang dikarenakan kondisi

dilapang tidak memungkinkan untuk mengambil data, akibat arus yang cukup kuat

dan ombak yang cukup besar. Salah satu faktor yang menjadi pembangkit

gelombang di lokasi penelitian ini adalah angin, dikarenakan kuatnya angin yang

Page 89: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

75

ada di wilayah Pantai Pulau Merah. Hal ini senada dengan Munk (1951) dalam

Sugianto (2012) yang menyatakan bahwa gelombang yang memiliki periode

diantara 1 – 10 sekon, dibangkitkan oleh angin. Sedangkan untuk tinggi

gelombang yang didapatkan relatif kecil karena pada saat pengambilan data

dilakukan pada musim peralihan, yang mana angin yang berhembus di perairan

Jawa relatif kecil jika dibandingkan dengan musim barat ataupun timur.

4.4.4 Pasang Surut

Pada pengambilan data pasang surut menggunakan data sekunder

dengan menggunakan Tidal Model Driver (TMD). Pengolahan menggunakan TMD

dengan bantuan MATLAB menghasilkan nilai komponen harmonik pasang surut

dan juga periode pasang surut. Nilai komponen harmonik yang sudah didapat

kemudian digunakan untuk mencari bilangan Formzahl (F). Hasil dari bilangan

Formzahl (F) tersebut akan menunjukkan tipe pasang surut di lokasi penelitian

seperti pada Gambar 34.

Gambar 23. Kondisi pasang surut di Pantai Pulau Merah

Pada saat pengambilan data lapang tanggal 4 Mei 2017, kondisi Pantai

Pulau Merah dalam keadaan pasang menuju surut. Berdasarkan hasil prediksi

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

PASANG SURUT 4 MEI 2017

elevasi (m)

Page 90: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

76

meggunakan software Tidal Model Driver (TMD), didapatkan konstanta pasang

surut Pantai Pulau Merah seperti pada Tabel 29 berikut ini.

Tabel 18. Nilai konstanta pasang surut di Pantai Pulau Merah

m2 s2 k1 o1 n2 p1 k2 q1

0,677 0,3734 0,2264 0,1394 0,1263 0,069 0,1077 0,0297

Setelah diketahui nilai konstanta pasang surut di Pantai Pulau Merah,

maka dapat dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus bilangan Formzahl. Dari

perhitungan bilangan Formzahl diperoleh nilai F yaitu 0,35 yang menunjukkan

bahwa tipe pasang surut di Pantai Pulau Merah, Kabupaten Banyuwangi adalah

campuran condong ke harian ganda. Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi

dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode gelombang yang

berbeda. Hal ini juga di benarkan dalam Hidayah dan Mahatmawati (2010), yang

menjelaskan bahwa tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda banyak

terdapat di perairan Indonesia Timur. Berikut ini merupakan gambaran dari tipe

pasang surut di lokasi penelitian selama satu bulan.

Gambar 24. Tipe pasang surut di Pantai Pulau Merah

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

0:0

0:0

02

3:0

0:0

02

2:0

0:0

02

1:0

0:0

02

0:0

0:0

01

9:0

0:0

01

8:0

0:0

01

7:0

0:0

01

5:5

9:5

91

4:5

9:5

91

3:5

9:5

91

2:5

9:5

91

1:5

9:5

91

0:5

9:5

99

:59

:59

8:5

9:5

97

:59

:59

6:5

9:5

95

:59

:59

4:5

9:5

93

:59

:59

2:5

9:5

91

:59

:59

0:5

9:5

92

3:5

9:5

92

2:5

9:5

92

1:5

9:5

92

0:5

9:5

91

9:5

9:5

91

8:5

9:5

91

7:5

9:5

91

6:5

9:5

91

5:5

9:5

9

Ele

va

si M

uka

Air L

au

t (

m)

Pasang Surut Bulan Mei 2017

Page 91: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

77

4.5 Hubungan Ukuran Butir Sedimen dengan Kondisi Hidro-oseanografi

4.5.1 Hubungan Ukuran Butir Sedimen dengan Arus

Pada tiap stasiun pengambilan data sedimen dan kecepatan arus

didapatkan hasil nilai diameter rata – rata sedimen tiap stasiun dan kecepatan arus

seperti pada Tabel 30.

Tabel 19. Karakteristik sedimen dengan kecepatan arus

Lokasi Diameter rata-rata

sedimen (mm) Jenis Sedimen

Kecepatan Arus

(m/s)

Stasiun 1 0,22 Pasir halus 0,43

Stasiun 2 0,20 Pasir halus 0,37

Stasiun 3 0,13 Pasir halus 0,13

Stasiun 4 0,15 Pasir halus 0,17

Stasiun 5 0,20 Pasir halus 0,30

Stasiun 6 0,34 Pasir sedang 0,47

Stasiun 7 0,22 Pasir halus 0,37

Stasiun 8 0,27 Pasir sedang 0,40

Stasiun 9 0,23 Pasir halus 0,43

Stasiun 10 0,31 Pasir sedang 0,73

Stasiun 11 0,31 Pasir sedang 0,63

Stasiun 12 0,40 Pasir sedang 0,67

Stasiun 13 0,20 Pasir halus 0,37

Stasiun 14 0,16 Pasir halus 0,40

Berdasarkan hasil dari pola pergerakan arus dan kecepatan arus yang

terjadi di perairan Pantai Pulau Merah, menghasilkan persentase dari karakteristik

butiran sedimen di hampir semua stasiun didominasi oleh pasir baik dari pasir

halus, pasir sedang sampai pasir kasar. Pada stasiun 3 sampai 5 diperoleh jenis

karakteristik sedimen yaitu pasir halus dengan kecepatan yang kecil yaitu antara

0.13 m/s sampai dengan 0.30 m/s. Hal ini dikarenakan letak dari stasiun 3 sampai

5 yang masih berada di badan sungai dan muara sungai, sehingga arus yang

dihasilkan tidak terlalu besar. Pada stasiun 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 diperoleh

Page 92: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

78

jenis karakteristik sedimen dominan yaitu pasir halus, terkecuali lokasi stasiun 6

dan 8 mempunyai jenis karakteristik sedimen yaitu pasir sedang. Namun diameter

rata – rata ukuran butir sedimen pada stasiun 1, 2, 6, 7, 8, 9, 13, 14 tersebut hampir

sama, begitu juga dengan kecepatan arusnya. Hal ini disebabkan karena letak dari

stasiun – stasiun tersebut berada di sepanjang garis pantai Pulau Merah, yang

langsung berhadapan dengan laut lepas, sehingga arus yang dihasilkan relatif

tinggi. Ditambah lagi dengan morfologi dari Pantai Pulau Merah yang berbentuk

seperti teluk, sehingga terjadi pembelokan arus pada saat menuju bibir pantai.

Sedangkan pada stasiun 10, 11 dan 12 memiliki karakteristik jenis sedimen yaitu

pasir sedang. Hal ini dikarenakan kecepatan arus yang ada di stasiun 10, 11 dan

12 ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan stasiun – stasiun lainnya, yang

merupakan akibat dari pemusatan arus yang terhalang oleh Pulau Merah baik dari

sisi utara ataupun sisi selatan dari Pulau Merah. Pada ketiga stasiun ini juga

banyak ditemukan terumbu karang ataupun batu karang yang cukup besar. Untuk

mengetahui hubungan antara kecepatan arus dengan ukuran butir sedimen lebih

jelasnya dapat dilakukan dengan melakukan analisis regresi dengan mencari nilai

koefisien korelasi dari dua parameter yang diuji seperti yang terlihat pada Gambar

36 berikut ini.

Gambar 25. Grafik regresi kecepatan arus dengan ukuran butir sedimen

y = 0.5724x + 0.282R² = 0.0687

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

Kecepata

n a

rus (

m/s

)

Diameter rata-rata ukuran butir (mm)

Grafik Regresi Linear 14 Stasiun

X

Linear (X)

Page 93: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

79

Grafik regresi linear antara kecepatan arus (m/s) dan diameter rata-rata

ukuran butir sedimen (mm) seperti yang terlihat pada Gambar 36 menunjukkan

kekuatan korelasi diantara kedua variabel tersebut dilihat dari nilai koefisien

korelasi (R) yang di dapatkan. Variabel yang digunakan pada variabel X adalah

diameter rata-rata ukuran butir sedimen (mm) sedangkan variabel Y

menggunakan data kecepatan arus (m/s) pada 14 stasiun di lokasi penelitian. Hasil

dari nilai koefisien korelasi (R) yang didapatkan dari semua stasiun adalah 0,262,

dimana nilai analisis tersebut sangat kecil sehingga menunjukkan korelasi yang

rendah dari kedua variabel. Nilai R yang relatif kecil menunjukkan bahwa

karakteristik ukuran butiran sedimen pada tiap stasiun memiliki pengaruh terhadap

kecepatan arus atau memiliki keterkaitan yang positif seperti pada stasiun-stasiun

(titik) yang mendekati garis linear meskipun pengaruhnya tidak terlalu signifikan

yang terjadi di setiap stasiun, diimana sedimen dengan ukuran butir yang sangat

kecil dengan kecepatan arus yang besar dapat tertranspor/terangkut aliran dan

semakin berkurangnya kecepatan arus menyebabkan sedimen tidak dapat

terangkut lagi dan terdeposisi pada suatu tempat. Korelasi yang rendah antara

arus dan ukuran butir sedimen di lokasi penelitian dikarenakan faktor yang

mempengaruhi ukuran butir sedimen tidak hanya kecepatan arus tetapi juga

faktor-faktor yang lain seperti gelombang, pasang surut, masukan sedimen dan

lain sebagainya seperti stasiun – stasiun yang menjauhi garis linear. Hal ini

sependapat dengan Sarwono (2006), yang menyatakan bahwa koefisien korelasi

(R) dengan nilai diantara 0.2 – 0.4 memiliki tingkat korelasi yang rendah diantara

kedua variabel yang berarti kedua variabel saling berhubungan tetapi tidak begitu

saling mempengaruhi.

4.5.2 Hubungan Karakteristik Sedimen dengan Gelombang

Hubungan antara karakteristik ukuran butir sedimen dengan tinggi dan

periode gelombang dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini.

Page 94: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

80

Tabel 20. Hubungan antara karakteristik sedimen dengan gelombang

Lokasi Diameter rata-rata

sedimen (mm)

Jenis

Sedimen

Tinggi

Gelombang

Periode

Gelombang

Stasiun 1 0,22 Pasir halus 0,17 1,5

Stasiun 2 0,20 Pasir halus

Stasiun 3 0,13 Pasir halus

0,22 1,8

Stasiun 4 0,15 Pasir halus

Stasiun 5 0,20 Pasir halus

Stasiun 6 0,34 Pasir sedang

Stasiun 7 0,22 Pasir halus

Stasiun 8 0,27 Pasir sedang

0,16 1,5

Stasiun 9 0,23 Pasir halus

Stasiun 10 0,31 Pasir sedang

Stasiun 11 0,31 Pasir sedang

Stasiun 12 0,40 Pasir sedang

Stasiun 13 0,20 Pasir halus - -

Stasiun 14 0,16 Pasir halus

Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa stasiun 3, 4, 5, 6 dan 7 memiliki tinggi

dan periode gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan stasiun-stasiun

yang lain. Hal ini disebabkan karena stasiun-stasiun tersebut lokasinya langsung

berhadapan dengan laut lepas, sehingga tidak terdapat penghalang yang dapat

memecah ombak sebelum menuju ke bibir pantai. Pada stasiun 1, 2, 8, 9, 10, 11

dan 12 didapatkan tinggi dan periode gelombang yang tidak jauh berbeda. Namun

jika dilihat pada stasiun 8 sampai 12, karakteristik sedimen yang didapatkan

hampir sebagian besar adalah pasir sedang. Hal ini dikarenakan faktor hidro-

oseaonografi yang mempengaruhi karakteristik sedimen tidak hanya dari

gelombang, melainkan juga arus dan pasang surut. Sedangkan pada stasiun 1, 2,

13 dan 14 didapatkan hasil karakteristik sedimen yang sama yaitu pasir halus. Hal

ini dikarenakan lokasi dari pengambilan sampel sedimen pada stasiun-stasiun

tersebut berada di sepanjang garis pantai. Senada dengan penelitian dari

Page 95: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

81

Triatmodjo (1999) yang menyebutkan bahwa gelombang merupakan salah satu

parameter hidro-oseanografi yang memiki peran penting dalam transpor sedimen

di pantai.

4.5.3 Hubungan Karakteristik Sedimen dengan Pasang Surut

Tabel 21. Karakteristik sedimen dengan tipe pasang surut

Lokasi Jenis Sedimen Tipe Pasang Surut

Stasiun 1 Pasir halus

Campuran condong

harian ganda

(mixed tide prevalling

semidiurnal)

Stasiun 2 Pasir halus

Stasiun 3 Pasir halus

Stasiun 4 Pasir sedang

Stasiun 5 Pasir halus

Stasiun 6 Pasir halus

Stasiun 7 Pasir halus

Stasiun 8 Pasir sedang

Stasiun 9 Pasir halus

Stasiun 10 Pasir halus

Stasiun 11 Pasir halus

Stasiun 12 Pasir sedang

Stasiun 13 Pasir sedang

Stasiun 14 Pasir sedang

Tipe pasang surut yang terjadi di Pantai Pulau Merah yaitu campuran

condong ke harian ganda dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut dengan tinggi dan periode gelombang yang berbeda. Wilayah yang

mengalami pasang surut tipe campuran condong ke harian ganda tentunya

mendapatkan pengaruh yang berbeda bila dibandingkan dengan wilayah yang

mempunyai tipe pasang surut harian tunggal. Hal ini dikarenakan proses

transportasi sedimen yang dimiliki wilayah dengan tipe pasang surut campuran

condong ke harian ganda menjadi lebih dinamis jika dibandingkan dengan wilayah

yang memiliki tipe pasang surut harian tunggal (Daulay et al., 2014). Oleh karena

Page 96: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

82

itu, gaya atau energi yang dihasilkan dari pasang surut pada perairan Pantai Pulau

Merah dapat mempengaruhi proses abrasi ataupun sedimentasi di lokasi

penelitian tersebut.

4.6 Kurva Hjulstorm

Untuk mengetahui hubungan antara ukuran butir sedimen dengan

kecepatan arus dapat juga menggunakan Kurva Hjulstrom. Pernyataan ini

sependapat dengan Anggari et al., (2015), diagram Hjulstrom adalah diagram yang

menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran butir. Arus

merupakan salah satu faktor hidro-oseanografi yang dapat mempengaruhi

persebaran sedimen sehingga dapat menyebabkan suatu pantai mengalami

abrasi atau sedimentasi. Selain faktor arus menurut Widjojo et al., (2010) laju

transportasi sedimen di daerah pantai antara lain di pengaruhi karakteristik

sedimen, kemiringan pantai dan juga besarnya gelombang. Gambaran dari Kurva

Hjulstrom di perairan pantai Pulau Merah pada semua stasiun dapat dilihat pada

penjelasan di bawah ini.

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 5

Stasiun 6

Stasiun 7

Stasiun 8

Stasiun 9

Stasiun 10

Stasiun 11

Stasiun 12

Stasiun 13

Stasiun 14

v

Gambar 26. Kurva Hjulstrom pada ke 14 stasiun

Page 97: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

83

Berdasarkan Kurva Hjulstrom dalam Gambar 37 menunjukkan transpor

sedimen di semua stasiun yang ada di Pantai Pulau Merah, dimana kondisi pada

stasiun 3 dan 4 mengalami transport as bedload yang berarti di kedua stasiun

tersebut tidak mengalami erosi ataupun sedimentasi melainkan tetap

tertransportasi mengikuti arus. Hal ini dikarenakan ukuran dari partikel sedimen

yang kecil dengan kecepatan arus yang tidak terlalu besar. Pernyataan ini senada

dengan Robby et al., (2014) yang menjelaskan bahwa sedimen yang berada

dalam keadaaan transport as bedload akan bergerak dengan cara menggelinding

ataupun melompat dengan kecepatan tertentu yang dapat mengangkut sedimen

tersebut. Biasanya kondisi transport as bedload akan terjadi pada material

sedimen dengan jenis pasir, kerikil atau kerakal. Sedangkan pada 12 stasiun yang

lain mengalami kondisi erosi. Erosi tersebut dapat terjadi dikarenakan kecepatan

arus dan gelombang yang besar yang dimiliki oleh perairan Pantai Pulau Merah

karena berhadapan langsung dengan laut lepas dan merupakan salah satu

kawasan dari Pantai Selatan yang ada di Pulau Jawa. Hal ini sependapat dengan

penelitian dari Dauhan et al., (2013) yang menyatakan bahwa pada saat

gelombang menuju pantai atau perairan yang lebih dangkal, maka gelombang

akan mengurangi kecepatan dalam perambatannya namun energi dari gelombang

akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan sedimen di pinggir Pantai

Pulau Merah mudah teraduk dan akhirnya terbawa menuju ke dasar perairan

sehingga menyebabkan erosi di sepanjang garis pantai. Faktor lain yang

menyebabkan erosi adalah kecilnya diameter rata-rata dari ukuran butir sedimen

yang terdapat di lokasi penelitian, sehingga ketika ada arus yang kuat dapat

dengan mudah terbawa atau terangkut oleh aliran dari arus tersebut.

Page 98: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

84

4.7 Sumber, Transpor dan Deposit Sedimen di Pantai Pulau Merah

Karakteristik sedimen yang ditemukan pada saat penelitian di Pantai Pulau

Merah adalah pantai berpasir dengan dominan fraksi sedimen pasir halus. Sumber

pembentuk sedimen yang ada di Pantai Pulau merah didominasi oleh Lithogenous

dimana sedimen dengan sumber tersebut dapat ditemukan di sepanjang garis

pantai yang ada di Pantai Pulau Merah. Hal ini dikarenakan arus yang terjadi di

sepanjang garis Pantai Pulau Merah merupakan arus sejajar pantai, sehingga

lebih cenderung mudah mengalami abrasi. Hal ini sependapat dengan Panjaitan

(2010) yang menjelaskan bahwa Lithogenous sediment merupakan sumber

sedimen yang terbentuk dari proses erosi yang terjadi di kawasan pantai dan

biasanya sedimen jenis ini terbawa oleh aliran sungai atau laut dan akan

terdeposisi ketika kecepatan aliran mulai melemah. Sedangkan sumber sedimen

yang ditemukan di dasar perairan di depan Pulau Merah dan juga di dasar perairan

Pantai Pulau Merah merupakan jenis Biogenous sediment. Hal ini dikarenakan

banyaknya ditemukan fragmen dari cangkang biota laut ataupun fragmen terumbu

karang yang ada di dasar perairan depan Pulau Merah.

Transpor sedimen yang ada pada lokasi penelitian pada saat pengambilan

data lebih cenderung mengalami abrasi. Hal ini dikarenakan pada lokasi tersebut

proses persebaran sedimen banyak dibantu oleh faktor hidro-oseanografi seperti

arus, gelombang dan pasang surut. Hal ini diperkuat juga dengan ukuran dari butir

sedimen yang relatif halus sehingga lebih mudah terbawa aliran dan jika kita

melihat arah dari datangnya arus dan gelombang yang menuju ke Pantai Pulau

Merah adalah sejajar garis pantai atau biasa disebut dengan (longshore current),

namun akibat adanya pembelokan arus pada saat menuju pantai menyebabkan

transpor sedimen yang terjadi di sepanjang garis Pantai Pulau Merah adalah

transpor sedimen sejajar pantai. Transpor sedimen dengan jenis ini lebih

cenderung mudah mengalami erosi dikarenakan distribusi sedimen sangat

Page 99: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

85

dipengaruhi faktor-faktor hidro-oseanografi. Seperti dalam penelitian Munandar et

al., (2014) yang menjelaskan bahwa pada suatu pantai yang mengalami transpor

sedimen sejajar pantai (longshore sediment transport) akan dengan mudah

mengalami erosi yang menyebabkan mundurnya garis pantai yang dapat

menganggu fungsi dari pantai ataupun bangunan yang ada di pinggir pantai.

Transpor sedimen yang ada di Pantai Pulau Merah walaupun cenderung

mengalami abrasi namun pada stasiun 1, 2, 6, 7 dan 8 terlihat sedimen terdeposit

di sepanjang garis pantai tersebut jika dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang

lain. Hal ini dikarenakan faktor dari morfologi Pantai Pulau Merah yang sebenarnya

merupakan salah satu pantai yang ada di Teluk Pancamaya. Sehingga sedimen

akan cenderung berkumpul atau terdeposit di sekitar pinggiran kawasan teluk jika

dibandingkan dengan kawasan yang ada di teluk bagian tengah. Hal ini

dikarenakan faktor dari arah arus maupun gelombang yang ada di Teluk

Pancamaya. Sedimen yang terdistribusi di lokasi penelitian juga dapat terdeposit

di depan Pulau Merah, namun sedikit kemungkinan untuk dapat terbentuk tombolo

di depan Pulau Merah dikarenakan beberapa faktor seperti masukan sedimen

yang ada di Pantai Pulau Merah tidak terlalu tinggi, terjadinya konvergensi arus di

depan pulau dan juga proses pembentukan tombolo membutuhkan jangka waktu

yang sangat panjang. Hal ini sependapat Wibowo (2012) yang menyatakan bahwa

pembentukan ini merupakan sebuah reaksi dari pertemuan dua arus susur pantai

yang saling bertemu yang disebut dengan rip current. Jadi, proses dinamika pantai

yang terjadi di Pantai Pulau Merah tidak terlalu dinamis dikarenakan kondisi dari

hidro-oseanografi yang tidak terlalu berpengaruh besar terhadap transpor sedimen

yang ada di lokasi penelitian sehingga proses dinamika pantai yang ada di Pantai

Pulau Merah baru dapat dilihat dalam rentang waktu panjang dan secara temporal.

Page 100: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

86

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan Analisis pada bab-bab sebelumnya,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Pantai Pulau Merah secara umum memiliki jenis karakteristik sedimen yang

paling dominan yaitu pasir, dengan jenis fraksi sedimennya yang paling

dominan ialah jenis pasir halus yang memiliki diameter ukuran butir antara

0,125 mm – 0,25 mm.

2) Kondisi hidro-oseanografi dari Pantai Pulau Merah pada saat pengambilan

data pada tanggal 4 Mei 2017 yaitu memiliki arus berkisar antara 0,13 m/s –

0,73 m/s dengan arah dari Barat Daya ke Timur Laut, tinggi gelombang

berkisar antara 0,16 m – 0,22 m dengan periode antara 1,5 – 1,8 detik dan

memiliki tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda.

3) Distribusi sedimen cenderung dominan fraksi pasir halus diikuti dengan pasir

sedang dan pasir sangat halus di beberapa stasiun dan transpor sedimen di

Pantai Pulau Merah adalah sejajar pantai sehingga lebih cenderung

mengalami erosi yang tidak hanya dipengaruhi oleh arus, tetapi juga

gelombang dan pasang surut.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah diharapkan adanya penelitian lanjutan

yang dilakukan secara periodik mengenai kondisi hidro-oseanografi dan pola

distribusi sedimen di Pantai Pulau Merah agar didapatkan data yang lebih lengkap

dan akurat. Rekomendasi yang tepat untuk pengelolaan wilayah yang ada di

Pantai Pulau Merah adalah dengan menanam vegetasi yang lebih banyak di

sepanjang garis pantai Pulau Merah dan juga tidak membangun bangunan pantai

yang dapat mengganggu keseimbangan dinamika dari pantai itu sendiri.A

Page 101: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

87

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, A.K., Surbakti, H., 2012. Distribusi Sedimen Dasar Di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan. Maspari J. 33–39.

Anasiru, T., 2006. Angkutan Sedimen Pada Muara Sungai Palu. Smartek 4.

Anggari, A.S., Muzahar, Pratomo, A., 2015. Karakterisasi Sedimen Dasar Perairan Pesisir Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjung Pinang. FIKP UMRAH.

Azis, M.F., 2006. Gerak Air Di Laut. Oseana 31, 9–21.

Bawangun, Y.W., Djamaluddin, R., Manengkey, H.W., 2013. Identifikasi Perkembangan Gisik Di Sekitar Pelabuhan Manado Dan Sungai Tondano. J. PESISIR DAN LAUT Trop. 1, 21–27.

Dauhan, S.K., Tawas, H., Tangkudung, H., Mamoto, J.D., 2013. Analisis Karakteristik Gelombang Pecah Terhadap Perubahan Garis Pantai Di Atep Oki. J. SIPIL STATIK 1.

Daulay, A.B., Pratomo, A., Apdillah, D., 2014. Karakteristik Sedimen Di Perairan Sungai Carang Kota Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Hidayah, Z., Mahatmawati, A.D., 2010. Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (MLR) Di Perairan Pantai Utara Jawa Timur Dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur. J. Kelaut. Vol.3 No.2.

Hidayat, N., 2012. Konstruksi Bangunan Laut Dan Pantai Sebagai Alternatif Perlindungan Daerah Pantai. Smartek 4.

Hidayati, N., 2017. Dinamika Pantai, I. UB Press.

Hidayati, N., Paluphi, R.W., Asadi, M.A., Purnawali, H.S., 2017. Study On Beach Dynamics: A Case Study In Refining Beach, Jembrana, Bali. Depik Vol 6 No 1, 31–43.

Junaidi, Wigati, R., 2011. Analisis Parameter Statistik Butiran Sedimen Dasar Pada Sungai Alamiah. Wahana Tek. Sipil 16 No.2, 46–57.

Khatib, A., Adriati, Y., Wahyudi, E., 2013. Analisis Sedimentasi Dan Alternatif Penanganannya Di Pelabuhan Selat Baru Bengkalis. Konteks 7.

Korwa, J.I., Opa, E.T., Djamaludin, R., 2013. Characteristic Of Litoral Sediment On Sindulang Satu Coastal. J. PESISIR DAN LAUT Trop. 1, 48–54.

Krisetyana, H., 2008. Tingkat Efisiensi Penggelontoran Endapan Sedimen Di Waduk PLTA PB. Sudirman. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Page 102: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

88

Leksono, A., Atmodjo, W., Maslukah, L., 2013. Studi Arus Laut Pada Musim Barat Di Perairan Pantai Kota Cirebon. J. Oseanografi Vol 2. No.3, 206–213.

Maritim, 2017. Delta Dan Proses Pembentukannya [WWW Document].

Marpaung, S., Prayogo, T., 2014. Analisis Arus Geostropik Permukaan Laut Berdasarkan Data Satelit Altimetri. Semin. Nas. Penginderaan Jauh.

Massinai, M.A., 2012. Studi Karakteristik Pantai Tanjung Alam Kota Makassar.

Munandar, F.A., Baeda, A.Y., 2014. Kajian Laju Transpor Sedimen Di Pantai Akkarena. Lab. Teknik Pantai Dan Lingkungan, Universitas Hasanuddin Kampus Teknik Unhas Gowa. Jurnal Lingkar Widyaiswara. Prodi Teknik Kelautan Fakultas Teknik.

Munandar, R.K., Muzahar, Pratomo, A., 2014. Karakteristik Sedimen Di Perairan Desa Tanjung Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Murniasih, S., Sukirno, Irianto, B., 2007. Penentuan Unsur Mayor Dan Minor Dalam Sedimen Sungai Code. Pros. PPI-PDIPTN 166–171.

Nasution, R., 2003. Teknik Sampling. USU Digit. Libr.

Nugroho, S.H., Basit, A., 2014. Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir di Teluk Weda, Maluku Utara Sediment Distribution Based On Grain Size Analyses In Weda Bay, Northern Maluku. J. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. Trop. 6 No.1, 229–240.

Panjaitan, D., 2010. Spesialisasi Logam Berat Pb Dan Cr Dengan Metode Ekstraksi Bertahap Dan Migrasinya Dari Sedimen Perairan Teluk Jakarta Menggunakan Metode Diffusive Gradient In Thin Film (DGT). Universitas Indonesia, Depok.

Priyasidharta, D., 2016. Lumpur Kotori Pantai Pulau Merah, BLH : Itu Akibat Bikin Dam. TEMPO.

Robby, A., Pratomo, A., Muzahar, 2014. Sedimentasi Di Perairan Tepi Laut Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. FIKP UMRAH.

Robertson Jr, H.B., 1979. Passage Through International Straits: A Right Preserved In The Third United Nations Conference On The Law Of The Sea. Va J Intl L 20, 801.

Ruswahyuni, 2010. Populasi Dan Keanekaragaman Hewan Makrobenthos Pada Perairan Tertutup Dan Terbuka Di Teluk Awur, Jepara. J. Ilm. Perikan. Dan Kelaut. 2 No.1.

Sartika, R.A., Widada, S., Rochaddi, B., 2014. Kajian Pola Sebaran Di Perairan Pantai Sigandu Batang. J. Oseanografi 3, 462–469.

Sembiring, A.E., Mananoma, T., Halim, F., Wuisan, E.M., 2014. Analisis Sedimentasi Di Muara Sungai Panasen. J. SIPIL STATIK 2.

Page 103: ANALISIS DISTRIBUSI SEDIMEN BERDASARKAN KONDISI HIDRO …repository.ub.ac.id/6434/1/Purdiana, Friska.pdf · 2020. 6. 28. · Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan

89

Setiawan, I., 2013. Studi Pendahuluan Klasifikasi Ukuran Butir Sedimen Di Danau Laut Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Depik 2.

Simatupang, C.M., Surbakti, H., Agussalim, A., 2016. Analisis Data Arus Di Perairan Muara Sungai Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari J. 8, 15–24.

Solihuddin, T., 2011. Karakteristik Pantai Dan Proses Abrasi Di Pesisir Padang Pariaman, Sumatera Barat. Globe 13 No 2, 112–120.

Sulaiman, A., Soehardi, I., 2008. Pendahuluan Geomorfologi Pantai Kuantitatif. BUKU-E LIPI.

Triatmodjo, B., 1999. Teknik Pantai, Kedua. Ed. Beta Offset, Yogyakarta.

Tyas, D.W., Dibyosaputro, S., 2012. Pengaruh Morfodinamika Pantai Glagah, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Keselamatan Pengunjung Pantai. Yogyakarta.

Wibowo, Y.A., 2012. Dinamika Pantai (Abrasi Dan Sedimentasi). FTIK Hang Tuah Surabaya.

Widjojo, J.B., Others, 2010. Transportasi Sedimen Oleh Kombinasi Aliran Permanen Beraturan Dan Gelombang Seragam. Media Tek. Sipil 10, 1–6.

Wikiwand, 2017. Hjulström Curve. Hjulstrom Curve.