laporan 1 hidro - copy

21
PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel- partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan diukur dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (Aldrian, 2011). Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, khususnya di bidang pertanian. Analisis curah hujan titik adalah analisis data hujan yang dikumpulkan oleh suatu stasiun sebagai individu (Murdiyarso, 1980). Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan (Handoko, 2003). Probabilitas dan prakiraan data curah hujan titik diperlukan karena dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi dan tipe tanah (Dariah, 2004). Kualitas data hidrologi khususnya data curah hujan sangat penting dan dibutuhkan untuk perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas data yang akurat dapat memprediksi curah hujan atau gambaran kondisi curah hujan beberapa waktu ke depan. Hal ini penting, karena dengan mengetahui gambaran curah hujan ke depan maka dapat dilakukan berbagai perencanaan yang terkait dengan curah hujan titik misalnya menyesuaikan kegiatan pertanian di suatu daerah tempat stasiun berada dengan kondisi iklim, penyusunan pola tanam dan pengaturan irigasi pada bidang pertanian (Rahayu, 2007). Manfaat lain dari mengetahui data curah hujan yaitu dapat mengantisipasi bencana banjir dan longsor, serta pendugaan debit puncak pada DAS. Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu. Data curah hujan biasanya disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan. Diketahuinya data curah hujan, kita dapat melakukan pengamatan di suatu daerah untuk pengembangan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui potensi suatu daerah terhadap bencana alam yang disebabkan oleh faktor hujan. Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana (perhitungan potongan melintang dan lain-lain) adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan bukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan

Upload: annisa-nur-wardani

Post on 11-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan curah hujan titik

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 1 Hidro - Copy

PENDAHULUAN

Latar BelakangHujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5

mm atau lebih. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan diukur dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (Aldrian, 2011). Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, khususnya di bidang pertanian.

Analisis curah hujan titik adalah analisis data hujan yang dikumpulkan oleh suatu stasiun sebagai individu (Murdiyarso, 1980). Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan (Handoko, 2003). Probabilitas dan prakiraan data curah hujan titik diperlukan karena dapat mengubah hasil panen tanaman, permintaan evaporasi dan tipe tanah (Dariah, 2004). Kualitas data hidrologi khususnya data curah hujan sangat penting dan dibutuhkan untuk perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas data yang akurat dapat memprediksi curah hujan atau gambaran kondisi curah hujan beberapa waktu ke depan. Hal ini penting, karena dengan mengetahui gambaran curah hujan ke depan maka dapat dilakukan berbagai perencanaan yang terkait dengan curah hujan titik misalnya menyesuaikan kegiatan pertanian di suatu daerah tempat stasiun berada dengan kondisi iklim, penyusunan pola tanam dan pengaturan irigasi pada bidang pertanian (Rahayu, 2007). Manfaat lain dari mengetahui data curah hujan yaitu dapat mengantisipasi bencana banjir dan longsor, serta pendugaan debit puncak pada DAS.

Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu. Data curah hujan biasanya disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan. Diketahuinya data curah hujan, kita dapat melakukan pengamatan di suatu daerah untuk pengembangan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengetahui potensi suatu daerah terhadap bencana alam yang disebabkan oleh faktor hujan. Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana (perhitungan potongan melintang dan lain-lain) adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan bukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan tahunan atau bulanan. Curah hujan tersebut berdasarkan volume debit (yang disebabkan oleh curah hujan) dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir, rencana peluap suatu bendungan, gorong-gorong melintasi jalan dan saluran, selokan-selokan samping (Suyono, 2006).

TujuanMengetahui dan menganalisis karakteristik curah hujan titik.

Manfaat Penulis memperoleh pengalaman mengetahui data curah hujan titik Penulis dapat mengetahui karakteristik curah hujan titik Penulis dapat mengetahui rata-rata curah hujan bulanan Penulis dapat mengetahui mengenai periode ulang dan nilai peluang terlampaui

Page 2: Laporan 1 Hidro - Copy

Rata-rata curah hujan per bulan

Periode ulangan hujan

Nilai peluang terlampaui

menghitung data tabel 2

Grafik batang dengan x = bulan, y = curah hujan bulanan

membuat grafik dari data tabel 2

METODOLOGI

Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah laptop dan kalkulator. Bahan yang

digunakan pada praktikum kali ini adalah data curah hujan tiap menit dan data curah hujan titik I stasiun pengamatan selama satu tahun.

Prosedur Praktikum

Data curah hujan tiap menitData curah hujan titik I stasiun pengamatan selama satu tahun

menyalin

Selang waktu (menit dan jam) ,

Lama hujan (menit)

Jumlah hujan (mm)

Intensitas hujan (mm/jam)

menghitung data tabel 1

Grafik presipitasi dengan x = lama hujan, y = jumlah hujanGrafik batang dengan x = waktu, y = jeluk hujanHietograf dengan x = lama hujan, y = intensitas

membuat grafik dari data tabel 1

Selang waktu = t2 – t1

Lama hujan = jumlah waktu terjadinya hujan

∑CH2 = d1 + d2

I = d/t

T = 1P

P = m

n+1

x =

jumlah curahhujanbanyaknya data

Mengurutkan secara vertikal data curah hujan selama setahun (membuat tabel 3)

Mengurutkan ranking dari terbesar hingga terkecil data curah hujan selama setahun (pada tabel 3)

mengurutkan data tabel 2

Page 3: Laporan 1 Hidro - Copy

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Curah Hujan Tiap Menit

WaktuJeluk ( tinggi) hujan (mm)

Selang waktu ( jam)

Selang waktu ( jam ) Lama hujan ( menit ) Jumlah hujan ( mm) Intensitas hujan ( mm/jam )

5.00 0 30 0,5 0 0 05.30 0 30 0,5 30 0,75 06.00 0,75 30 0,5 60 3,25 1,56.30 2,5 30 0,5 90 3,5 57.00 1 30 0,5 120 3 27.30 2 30 0,5 150 3 48.00 1 30 0,5 180 1,6 28.30 0,6 30 0,5 210 0,6 1,29.00 0 30 0,5 210 0 09.30 0 30 0,5 210 0 0

Page 4: Laporan 1 Hidro - Copy

Grafik 1. Presipitasi antara jumlah hujan dan lama hujan

0 30 60 90 120 150 180 210 210 2100

0.51

1.52

2.53

3.54

Jumlah Hujan

Lamaa Hujan (menit)

Jum

lah

Huja

n (m

m)

Grafik 2. Jeluk hujan

5.00 5.30 6.00 6.30 7.00 7.30 8.00 8.30 9.00 9.300

0.5

1

1.5

2

2.5

Jeluk Hujan

Waktu

Jelu

k H

ujan

(mm

)

Grafik 3. Hietograf

0 30 60 90 120 150 180 210 210 2100

1

2

3

4

5

6

Intensitas Hujan

Lama Hujan (menit)

Inte

nsit

as H

ujan

(mm

/jam

)

Page 5: Laporan 1 Hidro - Copy

Tabel 2. Curah Hujan Harian

Tanggal

Bulan

Jan FebMar

Apr

Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3

2 2 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0

3 6 4 3 4 0 0 0 0 0 0 0 6

4 3 3 0 3 2 0 0 0 0 9 0 2

5 0 11 0 7 0 6 0 0 0 0 0 12

6 0 13 0 6 0 18 0 0 0 0 0 68

7 0 0 8 13 0 16 0 0 0 0 0 8

8 0 0 13 0 3 4 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 18 6 0 0 0 0 12 0

10 0 28 0 0 48 0 0 0 0 0 0 13

11 6 2 0 19 6 0 0 0 0 0 0 0

12 2 3 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0

13 58 13 24 0 0 0 12 0 0 0 0 0

14 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0

15 10 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 3

16 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 2 0

17 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 4 0 5 48 16 0 0 0 0 0 0 0

21 6 0 16 0 22 0 0 0 0 0 0 3

22 11 0 10 30 2 0 0 0 0 0 9 0

23 8 0 2 0 6 0 0 0 0 0 0 7

24 15 0 0 0 38 0 0 0 0 0 11 11

25 0 12 0 41 0 0 0 0 0 0 0 7

26 0 2 0 3 0 0 0 0 0 0 24 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 2 42 14 0 3 0 0 0 0 0 0 11

29 18 - 2 16 0 0 0 0 0 0 0 6

30 10 2 42 43 0 0 0 0 0 0 12

31 6 0 0 0 0 0 26

Jumlah 172 138 109 269 207 50 12 0 0 9 58 198

Rata-rata

5,55

4,93

3,52 8,97

6,68 1,67

0,39 0,00 0,00 0,29 1,93 6,39

Page 6: Laporan 1 Hidro - Copy

Tabel 3. Nilai peluang terlampaui dan periode ulang

No uru

t

Curah Hujan Rank P T

1 2 - 0,003 367

2 2 68 0,005 184

3 6 58 0,008 122

4 3 48 0,011 92

5 0 48 0,014 73

6 0 43 0,016 61

7 0 42 0,019 52

8 0 42 0,022 45,88

9 0 41 0,025 40,78

10 0 38 0,027 36,70

11 6 30 0,030 33,36

12 2 28 0,033 30,58

13 58 26 0,035 28,23

14 0 24 0,038 26,21

15 10 24 0,041 24,47

16 0 22 0,044 22,94

17 2 20 0,046 21,59

18 0 19 0,049 20,39

19 1 18 0,052 19,32

20 4 18 0,054 18,35

21 6 18 0,057 17,48

22 11 16 0,060 16,68

23 8 16 0,063 15,96

24 15 16 0,065 15,29

25 0 16 0,068 14,68

26 0 15 0,071 14,12

27 0 14 0,074 13,59

28 2 13 0,076 13,11

29 18 13 0,079 12,66

30 10 13 0,082 12,23

31 6 13 0,084 11,84

32 0 13 0,087 11,47

33 1 12 0,090 11,12

34 4 12 0,093 10,79

35 3 12 0,095 10,49

36 11 12 0,098 10,19

37 13 12 0,101 9,92

38 0 11 0,104 9,66

39 0 11 0,106 9,41

40 0 11 0,109 9,18

41 28 11 0,112 8,95

42 2 11 0,114 8,74

43 3 10 0,117 8,53

44 13 10 0,120 8,34

45 0 10 0,123 8,16

46 0 9 0,125 7,98

47 0 9 0,128 7,81

48 4 9 0,131 7,65

49 0 8 0,134 7,49

50 0 8 0,136 7,34

51 0 8 0,139 7,20

52 0 7 0,142 7,06

53 0 7 0,144 6,92

54 0 7 0,147 6,80

55 0 6 0,150 6,67

56 12 6 0,153 6,55

57 2 6 0,155 6,44

58 0 6 0,158 6,33

59 42 6 0,161 6,22

60 6 0,163 6,12

61 2 6 0,166 6,02

62 6 6 0,169 5,92

63 3 6 0,172 5,83

64 0 6 0,174 5,73

65 0 6 0,177 5,65

66 0 6 0,180 5,56

67 8 5 0,183 5,48

68 13 4 0,185 5,40

69 0 4 0,188 5,32

70 0 4 0,191 5,24

71 0 4 0,193 5,17

72 0 4 0,196 5,10

73 24 4 0,199 5,03

74 0 3 0,202 4,96

75 0 3 0,204 4,89

76 0 3 0,207 4,83

77 0 3 0,210 4,77

78 0 3 0,213 4,71

79 2 3 0,215 4,65

80 5 3 0,218 4,59

81 16 3 0,221 4,53

82 10 3 0,223 4,48

83 2 3 0,226 4,42

84 0 3 0,229 4,37

Page 7: Laporan 1 Hidro - Copy

85 0 3 0,232 4,32

86 0 2 0,234 4,27

87 0 2 0,237 4,22

88 14 2 0,240 4,17

89 2 2 0,243 4,12

90 2 2 0,245 4,08

91 0 2 0,248 4,03

92 0 2 0,251 3,99

93 1 2 0,253 3,95

94 4 2 0,256 3,90

95 3 2 0,259 3,86

96 7 2 0,262 3,82

97 6 2 0,264 3,78

98 13 2 0,267 3,74

99 0 2 0,270 3,71

100 0 2 0,272 3,67

101 0 2 0,275 3,63

102 19 1 0,278 3,60

103 4 1 0,281 3,56

104 0 1 0,283 3,53

105 20 0 0,286 3,50

106 9 0 0,289 3,46

107 3 0 0,292 3,43

108 0 0 0,294 3,40

109 0 0 0,297 3,37

110 0 0 0,300 3,34

111 48 0 0,302 3,31

112 0 0 0,305 3,28

113 30 0 0,308 3,25

114 0 0 0,311 3,22

115 0 0 0,313 3,19

116 41 0 0,316 3,16

117 3 0 0,319 3,14

118 0 0 0,322 3,11

119 0 0 0,324 3,08

120 16 0 0,327 3,06

121 42 0 0,330 3,03

122 0 0 0,332 3,01

123 0 0 0,335 2,98

124 0 0 0,338 2,96

125 2 0 0,341 2,94

126 0 0 0,343 2,91

127 0 0 0,346 2,89

128 0 0 0,349 2,87

129 3 0 0,351 2,84

130 18 0 0,354 2,82

131 48 0 0,357 2,80

132 6 0 0,360 2,78

133 0 0 0,362 2,76

134 0 0 0,365 2,74

135 0 0 0,368 2,72

136 0 0 0,371 2,70

137 0 0 0,373 2,68

138 0 0 0,376 2,66

139 0 0 0,379 2,64

140 0 0 0,381 2,62

141 16 0 0,384 2,60

142 22 0 0,387 2,58

143 2 0 0,390 2,57

144 6 0 0,392 2,55

145 38 0 0,395 2,53

146 0 0 0,398 2,51

147 0 0 0,401 2,50

148 0 0 0,403 2,48

149 3 0 0,406 2,46

150 0 0 0,409 2,45

151 43 0 0,411 2,43

152 0 0 0,414 2,41

153 0 0 0,417 2,40

154 0 0 0,420 2,38

155 0 0 0,422 2,37

156 0 0 0,425 2,35

157 6 0 0,428 2,34

158 18 0 0,431 2,32

159 16 0 0,433 2,31

160 4 0 0,436 2,29

161 6 0 0,439 2,28

162 0 0 0,441 2,27

163 0 0 0,444 2,25

164 0 0 0,447 2,24

165 0 0 0,450 2,22

166 0 0 0,452 2,21

167 0 0 0,455 2,20

168 0 0 0,458 2,18

169 0 0 0,460 2,17

170 0 0 0,463 2,16

171 0 0 0,466 2,15

172 0 0 0,469 2,13

Page 8: Laporan 1 Hidro - Copy

173 0 0 0,471 2,12

174 0 0 0,474 2,11

175 0 0 0,477 2,10

176 0 0 0,480 2,09

177 0 0 0,482 2,07

178 0 0 0,485 2,06

179 0 0 0,488 2,05

180 0 0 0,490 2,04

181 0 0 0,493 2,03

182 0 0 0,496 2,02

183 0 0 0,499 2,01

184 0 0 0,501 1,99

185 0 0 0,504 1,98

186 0 0 0,507 1,97

187 0 0 0,510 1,96

188 0 0 0,512 1,95

189 0 0 0,515 1,94

190 0 0 0,518 1,93

191 0 0 0,520 1,92

192 0 0 0,523 1,91

193 0 0 0,526 1,90

194 0 0 0,529 1,89

195 12 0 0,531 1,88

196 0 0 0,534 1,87

197 0 0 0,537 1,86

198 0 0 0,540 1,85

199 0 0 0,542 1,84

200 0 0 0,545 1,84

201 0 0 0,548 1,83

202 0 0 0,550 1,82

203 0 0 0,553 1,81

204 0 0 0,556 1,80

205 0 0 0,559 1,79

206 0 0 0,561 1,78

207 0 0 0,564 1,77

208 0 0 0,567 1,76

209 0 0 0,569 1,76

210 0 0 0,572 1,75

211 0 0 0,575 1,74

212 0 0 0,578 1,73

213 0 0 0,580 1,72

214 0 0 0,583 1,71

215 0 0 0,586 1,71

216 0 0 0,589 1,70

217 0 0 0,591 1,69

218 0 0 0,594 1,68

219 0 0 0,597 1,68

220 0 0 0,599 1,67

221 0 0 0,602 1,66

222 0 0 0,605 1,65

223 0 0 0,608 1,65

224 0 0 0,610 1,64

225 0 0 0,613 1,63

226 0 0 0,616 1,62

227 0 0 0,619 1,62

228 0 0 0,621 1,61

229 0 0 0,624 1,60

230 0 0 0,627 1,60

231 0 0 0,629 1,59

232 0 0 0,632 1,58

233 0 0 0,635 1,58

234 0 0 0,638 1,57

235 0 0 0,640 1,56

236 0 0 0,643 1,56

237 0 0 0,646 1,55

238 0 0 0,649 1,54

239 0 0 0,651 1,54

240 0 0 0,654 1,53

241 0 0 0,657 1,52

242 0 0 0,659 1,52

243 0 0 0,662 1,51

244 0 0 0,665 1,50

245 0 0 0,668 1,50

246 0 0 0,670 1,49

247 0 0 0,673 1,49

248 0 0 0,676 1,48

249 0 0 0,678 1,47

250 0 0 0,681 1,47

251 0 0 0,684 1,46

252 0 0 0,687 1,46

253 0 0 0,689 1,45

254 0 0 0,692 1,44

255 0 0 0,695 1,44

256 0 0 0,698 1,43

257 0 0 0,700 1,43

258 0 0 0,703 1,42

259 0 0 0,706 1,42

260 0 0 0,708 1,41

Page 9: Laporan 1 Hidro - Copy

261 0 0 0,711 1,41

262 0 0 0,714 1,40

263 0 0 0,717 1,40

264 0 0 0,719 1,39

265 0 0 0,722 1,38

266 0 0 0,725 1,38

267 0 0 0,728 1,37

268 0 0 0,730 1,37

269 0 0 0,733 1,36

270 0 0 0,736 1,36

271 0 0 0,738 1,35

272 0 0 0,741 1,35

273 0 0 0,744 1,34

274 0 0 0,747 1,34

275 0 0 0,749 1,33

276 0 0 0,752 1,33

277 0 0 0,755 1,32

278 9 0 0,757 1,32

279 0 0 0,760 1,32

280 0 0 0,763 1,31

281 0 0 0,766 1,31

282 0 0 0,768 1,30

283 0 0 0,771 1,30

284 0 0 0,774 1,29

285 0 0 0,777 1,29

286 0 0 0,779 1,28

287 0 0 0,782 1,28

288 0 0 0,785 1,27

289 0 0 0,787 1,27

290 0 0 0,790 1,27

291 0 0 0,793 1,26

292 0 0 0,796 1,26

293 0 0 0,798 1,25

294 0 0 0,801 1,25

295 0 0 0,804 1,24

296 0 0 0,807 1,24

297 0 0 0,809 1,24

298 0 0 0,812 1,23

299 0 0 0,815 1,23

300 0 0 0,817 1,22

301 0 0 0,820 1,22

302 0 0 0,823 1,22

303 0 0 0,826 1,21

304 0 0 0,828 1,21

305 0 0 0,831 1,20

306 0 0 0,834 1,20

307 0 0 0,837 1,20

308 0 0 0,839 1,19

309 0 0 0,842 1,19

310 0 0 0,845 1,18

311 0 0 0,847 1,18

312 0 0 0,850 1,18

313 0 0 0,853 1,17

314 12 0 0,856 1,17

315 0 0 0,858 1,17

316 0 0 0,861 1,16

317 0 0 0,864 1,16

318 0 0 0,866 1,15

319 0 0 0,869 1,15

320 0 0 0,872 1,15

321 2 0 0,875 1,14

322 0 0 0,877 1,14

323 0 0 0,880 1,14

324 0 0 0,883 1,13

325 0 0 0,886 1,13

326 0 0 0,888 1,13

327 9 0 0,891 1,12

328 0 0 0,894 1,12

329 11 0 0,896 1,12

330 0 0 0,899 1,11

331 24 0 0,902 1,11

332 0 0 0,905 1,11

333 0 0 0,907 1,10

334 0 0 0,910 1,10

335 0 0 0,913 1,10

336 3 0 0,916 1,09

337 0 0 0,918 1,09

338 6 0 0,921 1,09

339 2 0 0,924 1,08

340 12 0 0,926 1,08

341 68 0 0,929 1,08

342 8 0 0,932 1,07

343 0 0 0,935 1,07

344 0 0 0,937 1,07

345 13 0 0,940 1,06

346 0 0 0,943 1,06

347 0 0 0,946 1,06

348 0 0 0,948 1,05

Page 10: Laporan 1 Hidro - Copy

349 0 0 0,951 1,05

350 3 0 0,954 1,05

351 0 0 0,956 1,05

352 0 0 0,959 1,04

353 0 0 0,962 1,04

354 0 0 0,965 1,04

355 0 0 0,967 1,03

356 3 0 0,970 1,03

357 0 0 0,973 1,03

358 7 0 0,975 1,03

359 11 0 0,978 1,02

360 7 0 0,981 1,02

361 0 0 0,984 1,02

362 0 0 0,986 1,01

363 11 0 0,989 1,01

364 6 0 0,992 1,01

365 12 0 0,995 1,01

366 26 0 0,997 1,00

Grafik 4. Rata-rata Curah hujan bulanan

Jan

Feb

Mar Apr

Mei Ju

n Jul

Agust

Sep

OktNov Des

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Rata-rata

Page 11: Laporan 1 Hidro - Copy

PembahasanAnalisis data curah hujan terdiri dari dari analisis titik dan analisis hujan wilayah.

Analisis titik merupakan metode analisis data yang dikumpulkan dari satu stasiun sebagai individu sedangkan analisis hujan wilayah merupakan analisis curah hujan pada suatu daerah berdasarkan data individu setiap stasiun yang berada di daerah tersebut. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angin di atas medan datar. Karakteristik hujan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan curah hujan berdasar-kan dimensi ruang dan waktu. Karakteristik curah hujan tersebut antara lain intensitas, frekuensi, distribusi, duration dan jeluk hujan. Kelebatan (intensitas), berhubungan dengan besarnya curah hujan per satuan waktu (biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau per satuan waktu lain). Kekerapan (frekuensi), berhubungan dengan jumlah curah hujan dalam selang waktu tertentu. misalnya jumlah kejadian hujan dalam seminggu. Penyebaran (distribusi), berhubungan dengan daerah dan pola persebaran curah hujan. Jujuh (durasi), berhubungan dengan lama hujan dalam setiap kejadian. Jeluk hujan, berhubungan dengan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal (BMKG 2010).

Hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor dan erosi (Sutedjo, 2002). Tingginya intensitas curah hujan dapat menambah  beban pada lereng sebagai akibat peningkatan kandungan air dalam tanah, yang pada akhirnya memicu terjadinya longsor (Huang, 2002). Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya longsor, sedangkan pada kejadian erosi, air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab terjadinya erosi. Hujan dengan curah hujan yang tinggi, misalnya 50 mm dalam waktu singkat (< 1 jam), lebih berpotensi menyebabkan erosi dibandingkan hujan dengan curahan yang sama namun dalam waktu yang lebih lama (> 1 jam). Namun, curah hujan yang sama tetapi berlangsung lama (> 6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah. Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi, sedangkan longsor ditentukan oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur. Curah hujan tahunan >2000 mm berpeluang besar menimbulkan erosi, terutama di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah. Berdasarkan data yang didapatkan nilai curah hujan harian dalam setahun kurang dari 50 mm sehingga tidak berpotensi erosi dan longsor. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi (Arsyad, 2006). Erosi dapat terjadi apabila intensitas hujan yang turun lebih tinggi dibanding kemampuan tanah untuk menyerap air hujan (Wudianto, 2000). Daerah tropika basah seperti Indonesia, hujan merupakan penyebab utama terjadinya erosi, dengan pukulan air hujan yang langsung jatuh ke permukaan tanah, agregat yang berukuran besar akan hancur menjadi partikel yang lebih kecil dan terlempar bersama percikan air, yang akan terangkut bersama aliran permukaan.

Selang waktu adalah waktu antara dua waktu pengukuran hujan. Selang waktu yang didapatkan sebesar 30 menit pada setiap waktu pengamatan. Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan yang relatif seragam. Lama hujan yang didapatkan dari pukul 5.00 sampai pukul 9.30 dalam selang waktu 30 menit sebesar 210 menit. Jumlah curah hujan adalah curah hujan yang mencapai permukaan bumi selama jangka waktu yang ditentukan dan dinyatakan dalam ukuran kedalamannya, dengan ketentuan bahwa tidak ada air yang hilang karena penguapan air atau mengalir. Data jumlah hujan didapatkan yaitu pukul 5.00 sebesar 0 mm, pukul 5.30 sebesar 0.75 mm, pukul 6.00 sebesar 3.25 mm, pukul 6.30 sebesar 3.5 mm, pukul 7.00 sebesar 3 mm, pukul 7.30 sebesar 3 mm, pukul 8.00 sebesar 1.6 mm, pukul 8.30 sebesar 0.6 mm, pukul 9.00 dan pukul 9.30 sebesar 0 mm. Jumlah hujan tertinggi pada pukul 6.30 yaitu sebesar 3.5 mm sedangkan jumlah hujan terkecil pada pukul 5.00, 9.00, dan 9.30 sebesar 0 mm. Berdasarkan gambar grafik 1, jumlah hujan mengalami nilai yang fluktuatif, ada yang mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan data pada tabel 1, jumlah hujan yang besar karena jeluk hujan yang tinggi. Jumlah hujan sebesar 3.5 mm dengan jeluk hujan 2.5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jeluk hujan, semakin besar jumlah hujan.

Jeluk hujan atau kedalaman hujan yaitu jumlah curah hujan pada setiap hari hujan (mm). Data jeluk yang didapatkan yaitu pukul 5.00 sebesar 0 mm, pukul 5.30 sebesar 0 mm, pukul 6.00 sebesar 0.75 mm, pukul 6.30 sebesar 2.5 mm, pukul 7.00 sebesar 1 mm, pukul 7.30 sebesar 2

Page 12: Laporan 1 Hidro - Copy

mm, pukul 8.00 sebesar 1 mm, pukul 8.30 sebesar 0.6 mm, pukul 9.00 dan pukul 9.30 sebesar 0 mm. Berdasarkan gambar grafik 2, nilai jeluk hujan mengalami fluktuatif. Jeluk hujan tertinggi pada pukul 6.30 sebesar 2.5 mm sedangkan jeluk hujan terkecil sebesar 0 mm pada pukul 5.00, 5.30. 9.00, dan 9.30. Jeluk hujan mempengaruhi agihan hujan.

Data intensitas hujan didapatkan yaitu pukul 5.00 sebesar 0 mm/jam, pukul 5.30 sebesar 0 mm/jam, pukul 6.00 sebesar 1.5 mm/jam, pukul 6.30 sebesar 5 mm/jam, pukul 7.00 sebesar 2 mm/jam, pukul 7.30 sebesar 4 mm/jam, pukul 8.00 sebesar 2 mm/jam, pukul 8.30 sebesar 1.2 mm/jam, pukul 9.00 dan pukul 9.30 sebesar 0 mm/jam. Berdasarkan grafik 3, nilai intesitas hujan terhadap lamanya hujan mengalami fluktuatif. Intensitas hujan tertinggi sebesar 5 mm/jam pada pukul 6.30 sedangkan intensitas hujan terkecil sebesar 0 mm/jam pada pukul 5.00, 5.30, 9.00, dan 9.30. Intensitas hujan merupakan jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Intensitas hujan diperoleh dari pembagian antara kedalaman hujan/jeluk dengan selang waktunya. Hujan deras pada umumnya berlangsung dalam waktu singkat namun hujan tidak deras (rintik-rintik) berlangsung dalam waktu lama. Sifat umum hujan yaitu semakin singkat hujan berlangsung, intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan berpengaruh terhadap erosi (Suripin, 2004).

Data intensitas hujan biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya. Data intensitas hujan (kejadian hujan tunggal) juga dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perubahan tata guna lahan dalam skala besar terhadap kemungkinan perubahan karateristik hidrologi. Para pakar geomorfologi memerlukan data intensitas hujan karena proses pembentuksn tanah dari bahan induk (batuan) berlangsung pada saat terjadinya hujan dengan intensitas tertentu setip tahun (Iverson, 2000).

Periode ulang adalah periode (dalam tahun) suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama, kemungkinan dapat berulang kembali kejadiannya satu kali, dalam periode waktu tertentu. Misalnya 2, 5, 10, 25, 50 tahun sekali. Periode ulang (return period) dapat diartikan sebagai waktu hujan atau debit dengan satuan besaran tertentu rata-rata yang akan dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa selama jangka waktu ulang itu (misalnya T tahun) hanya sekali kejadian yang melampaui, tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan atau debit tersebut akan dilampaui K kali dalam jangka panjang L tahun, dimana K/L kira-kira sama dengan 1/T (Harto, 1993).

Berdasarkan tabel 3, nilai peluang terlampaui (P) tertinggi sebesar 0.997 pada hari ke-366 sedangkan nilai terkecil sebesar 0.003 pada hari ke-1. Nilai periode ulang tertinggi sebesar 367 pada hari ke-1 sedangkan nilai terkecil sebesar 1 pada hari ke-366. Nilai periode ulang berbanding terbalik dengan nilai peluang terlampaui. Hal ini karena semakin lama periode ulangnya maka akan semakin kecil peluang suatu kejadian curah hujan. Hubungan antara nilai peluang terlampaui dengan kedalaman hujan berkorelasi tinggi sehingga semakin tinggi kedalaman hujan maka peluang untuk terjadinya curah hujan dengan kedalaman tersebut akan sangat jarang ditemukan karena kedalaman curah hujan yang tinggi hanya akan terjadi pada kondisi tertentu.

Semakin rendah jeluk hujan, periode ulang akan semakin tinggi, karena selama jeluk hujan berada pada keadaan normal maka kejadian tersebut akan banyak ditemukan/terjadi. Berdasarkan data yang telah dihitung, nilai periode ulang ini berbanding terbalik dengan nilai peluang terlampauinya. Semakin tinggi jeluk hujan maka durasi yang dibutuhkan akan sangat lama dan probabilitas untuk jeluk hujan yang tinggi akan kecil. Intensitas curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan nilai peluang terlampaui yang rendah tetapi durasi untuk kejadiannya dalam waktu yang singkat.

Nilai curah hujan berbeda-beda setiap bulannya tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Rata-rata curah hujan harian pada bulan Januari sebesar 5.55 mm, bulan Februari sebesar 4.93 mm, bulan Maret sebesar 3.52 mm, bulan April sebesar 8.97 mm, bulan Mei sebesar 6.68 mm, bulan Juni sebesar 1.67 mm, bulan Juli sebesar 0.39 mm, bulan Agustus dan September sebesar 0 mm, bulan Oktober sebesar 0.29 mm, bulan November sebesar 1.93 mm, dan bulan Desember sebesar 6.39 mm. Berdasarkan gambar grafik 4, rata-rata nilai curah tertinggi pada bulan April yaitu sebesar 8.97 mm sedangkan nilai rata-rata curah hujan terkecil pada bulan Agustus dan September yaitu sebesar 0 mm. Faktor yang mempengaruhi curah hujan di antaranya garis lintang, ketinggian tempat, jarak dari sumber air, arah angin, hubungan dengan daerah pegunungan, perbedaan suhu tanah dan lautan, dan luas daratan.

Page 13: Laporan 1 Hidro - Copy

SIMPULANKarakterstik curah hujan titik pada praktikum kali ini memiliki jeluk hujan tertinggi yaitu

sebesar 2.5 mm, jumlah hujan tertinggi sebesar 3.5 mm, dan intensitas hujan tertinggi sebesar 5 mm/jam. Ketiga karakteristik tersebut terjadi pada pukul 6.30. Nilai peluang terlampaui (P) tertinggi sebesar 0.997 pada hari ke-366 sedangkan nilai terkecil sebesar 0.003 pada hari ke-1. Nilai periode ulang tertinggi sebesar 367 pada hari ke-1 sedangkan nilai terkecil sebesar 1 pada hari ke-366.Nilai periode ulang ini berbanding terbalik dengan nilai peluang terlampauinya. Rata-rata nilai curah tertinggi pada bulan April yaitu sebesar 8.97 mm sedangkan nilai rata-rata curah hujan terkecil pada bulan Agustus dan September yaitu sebesar 0 mm.

DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta : Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2010. Format pelayanan jasa informasi

klimatologi informasi unsur iklim bulanan. Jakarta : BMKG.Dariah. A. 2004. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di

Sumberjaya Lampung Barat. Jurnal Agrivita. Vol 26. No. 1, p 54-61.Harto, S.1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Handoko. 2003. Klimatologi Dasar. Bogor : FMIPA-IPB.Huang, L. J. dan Lin, X. S., 2002. Study on landslide related to rainfall. Journal of  Xiangtan Normal

University. 24(4): 55 62.Iverson, R. M.. 2000. Landslide triggering by rain infiltration. Water  Resources Research. 36(7): 1897–1910.Kartasapoetra. 2008. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Rineka Cipta.Murdiyarso.1980. KlimatologiPertanian Dasar. Bogor : IPB Press.Rahayu, P. 2007. Pengembangan Inovasi Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan, Departemen

Pertanian. 29(2):67-84.

Sutedjo, M.M. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Bineka Cipta.Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.Suyono, S. 2006. Hidologi untuk Pengairan. Jakarta : PT Pradnya Paratama.Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta : PT.Graha Ilmu.Wudianto, Rini. 2000. Mencegah Erosi. Jakarta : Penebar Swadaya.