makalah hidro

Upload: bryan-azinudin-akbar

Post on 14-Jul-2015

753 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan yang terletak di bawah permukaan tanah. Airtanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Selain air sungai dan air hujan, airtanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan airtanah telah mencapai 70%. Untuk mendapatkan airtanah salah satu cara dengan membuat sumur gali, sumur artesis, bendungan, dll. Sumur gali merupakan sumur yang dibuat dengan cara membuat lubang ke dalam tanah hingga dijumpai muka air tanah terhadap muka air laut. Daerah tempat penilitian terletak di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah dimana dilakukan pengukuran kedalaman airtanah, muka airtanah dan pemetaan geologi di wilayah Kecamatan Boja. Kabupaten Boja itu sendiri terdiri atas 18 dusun dimana di setiap dusunnya rata rata menggunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Penelitian ini dimaksudkan agar mahasiswa Teknik Geologi mengetahui arah aliran, kedudukan, dan persebaran airanah serta data geologi untuk menentukan letak akuifer di wilayah Kecamatan Boja. Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut maka satu kelompok dipecah menjadi tiga tim, yakni tim geologi, tim muka airtanah, dan tim geolistrik. Akan tetapi dalam pelaksanaanya tim geolistrik tidak dapat berjalan yang dikarenakan adanya kendala teknis dalam peminjaman alat yang pada akhirnya pelaksanaan pemetaan dibatalkan. Untuk itu makalah ini dibuat bertujuan untuk menyampaikan informasi data yang telah didapatkan dari hasil pemetaan geologi dan muka airtanah agar data hasil dari pelaksanaan pemetaan di wilayah Kecamatan Boja tidak terbuang percuma. 1.2 Maksud Tujuan

1.2.1 Maksud Memperoleh informasi dan menganalisis tentang keterangan litologi dengan struktur yang ada di wilayah Kecamatan Boja Mengetahui kedudukan dan persebaran Muka Airtanah dan Potensinya di wilayah Kecamatan Boja Mengetahui dan membuat Peta Geologi wilayah Kecamatan Boja

1.1.1 Tujuan Dapat menentukan dan menganalisis jenis litologi dengan struktur geologi yang ada di wilayah Kecamatan Boja. Dapat menafsirkan kedudukan dan persebaran Muka Airtanah dan potensinya di wilayah Kecamatan Boja. Mampu membuat dan menjelaskan Peta Geologi serta menerangkan proses-proses yang bekerja di dalamnya pada wilayah Kecamatan Boja 1.1 Waktu dan Lokasi 1.1.1 Waktu Pelaksanaan Pemetaan ini dilakukan pada: hari tanggal waktu 1.1.2 Lokasi Lokasi Pemetaan kali ini, dilaksanakan di daerah Kendal, tepatnya pada Kecamatan Boja yang terdiri dari 18 Dusun yakni, Ds. Purwogondo, Ds. Kaligading, Ds. Salamsari, Ds. Blimbing, Ds. Bebengan, Ds. Boja, Ds. Meteseh, Ds. Trisobo, Ds. Campurejo, Ds. Tampingan, Ds. Karangmanggis, Ds. Ngabean, Ds. Kliris, Ds. Puguh, Ds, Medono, Ds. Pasigitan, Ds. Leban, dan Ds. Banjarejo dalam satu kecamatannya. Secara geografis Kabupaten Kendal terletak pada 109,40' - 110,18' BT dan 6,32' 7,24' LS. Lokasi penelitian ini termuat dalam peta Peta Rupabumi lembar Boja dengan nomor lembar peta 1408-543 dan skala 1 : 25.000. Pada : Rabu, Sabtu, Minggu, Senin : 2011 : 09.00 - selesai

pelaksanaannya, untuk menuju lokasi pelaksanaan pemetaan ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor dengan waktu kurang lebih adalah satu jam dari Kampus Geologi UNDIP, Semarang.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

2.1

Geomorfologi Regional Van Bemmelen (1949) telah membagi daerah Jawa Tengah menjadi 7 jalur fisiografis dari Utara-Selatan (Gambar 2.1) sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gunung Api Kuarter Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa Antiklinorium Rembang-Madura Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng Pematang dan Dome pada Pusat Depresi Depresi Jawa dan Zona Randublatung Pegunungan Serayu Selatan

Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

Dari peta fisiografis di atas, letak daerah pemetaan termasuk ke dalam wilayah Jawa Tengah bagian tengah. Maka daerah pemetaan termasuk ke dalam zona depresi dan deretan pegunungan Serayu Utara. Selain itu daerah pemetaan juga mendapat pengaruh aktivitas vulkanik dari Gunung Ungaran dan pegunungan Prahu (Gunung Sindoro Sumbing), serta berada di sepanjang aliran Kali Putih yang bermuara langsung ke Laut Jawa. Morfologi daerah Kendal dapat dikelompokkan menjadi dua satuan, yaitu satuan perbukitan bergelombang dan satuan dataran aluvium (Gambar 2.2). Pembagian ini terutama didasarkan pada kondisi bentang alamnya. 1. Satuan Dataran Aluvium Satuan ini terdiri atas satuan dataran pantai, sungai, dan rawa. Kemiringan lereng berkisar dari datar sampai agak landai (0 5), dengan ketinggian kurang dari 1 m sampai lebih kurang 10 m. Satuan ini disusun oleh endapan rawa dan sungai yang pada umumnya terdiri atas lempung, pasir, lanau, lumpur, dan gambut. Secara umum, tumbuhannya didominasi oleh semak dan rawa. Sungai utama yang mengalir di daerah ini adalah Kali Bodri, Kali Kunto, Kali Blukar, dan Kali Cangkring yang hulunya bersumber dari perbukitan sebelah selatan dan bermuara di pantai utara Jawa. Material hasil erosi yang kemudian diangkut oleh sungai ini diendapkan di pantai utara Jawa dan membentuk endapan delta aktif. Secara umum, terlihat bahwa kerapatan pola aliran yang berkembang di sebelah timur lebih jarang bila dibandingkan dengan kerapatan pola aliran di sebelah barat. Di sebelah timur berkembang pola aliran subparalel - paralel, sedangkan di sebelah barat dan di

sebelah selatan berkembang pola aliran subdendritik - dendritik (Gambar 2.3).

2. Satuan Perbukitan Bergelombang Morfologi satuan perbukitan bergelombang mempunyai kemiringan lereng berkisar dari agak landai sampai agak terjal (5 25) dengan ketinggian antara 50 m sampai 300 m di atas permukaan laut. Sekitar 25% daerah penelitian ditempati oleh satuan ini, yang tersebar di sebelah selatan daerah penelitian. Batuan yang menyusun satuan morfologi ini pada umumya terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik. Breksi vulkanik diendapkan sebagi lahar (Thanden dkk.,1996).

Gambar 2.2 Geomorfologi Regional Daerah Kendal

Gambar 2.3 Pola Pengaliran Daerah Kendal

2.2.

Stratigrafi Regional Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang yang disusun oleh Thanden dkk, 1996 tatanan stratigrafi daerah Kabupaten Kendal dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa formasi yang secara umum berupa kelompok batuan sedimen dan kelompok batuan vulkanik. Kelompok batuan yang dijumpai di daerah Kabupaten Kendal dan sekitarnya terdiri dari beberapa formasi, yaitu : 1. Intrusi Basalt Basalt augit ditemukan di G. Klesem sebagai retas. Di daerah G. Sitapel ditemukan porfir plagioklas. Basal andesitan olivine-augit di G. Mergi. Umur batuan ini menunjukkan Miosen Tengah. Sampai saat ini belum diketahui batuan yang ditrobos oleh intrusi ini dan diperkirakan

umur batuan yang ditrobos berumur lebih tua dari intrusinya atau berumur sama dengan intrusinya. 2. Formasi Kerek ( Tmk ) Formasi ini terdiri dari perselingan batulempung napal, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batugamping. Litologi batulempung berwarna abu-abu muda-tua, gampingan sebagian bersisipan dengan batulanau, batupasir mengandung fosil moluska dan koloni koral. Formasi ini berumur Miosen Akhir, tersingkap di Kali Putih, Pencar, Wringkalan dan Kali Pupu. 3. Formasi Penyatan ( QTp ) Formasi ini terletak secara tidakselaras di atas Formasi Kerek dengan litologi terdiri dari batupasir, breksi, tuf, batulempung, dan aliran-aliran lava. Batupasir tufan dan breksi vulkanik (aliran dan lahar) nampak dominan. Secara setempat ditemukan aliran lava, batulempung marin dan napal. Formasi ini mempunyai ketebalan lebih dari 1000 meter dan menunjukkan umur Miosen Tengah-Plistosen. Formasi ini banyak dijumpai pada G. Payung, G. Djakapita, Kali Lutut, Kertosari dan G. Djomblong. 4. Formasi Kaligetas (Qpkg) Formasi ini terdiri dari breksi vulkanik antara lain lava, tufan dan batulempung. Umumnya telah mengalami pelapukan cukup intensif menghasilkan material tanah berwarna coklat kemerahan, tersingkap di Kali Putih, G. Sambi, G. Cerme, Sukorejo dan Singorojo. 5. Formasi Damar (Qtd) Formasi ini terletak tidakselaras diatas Formasi Kalibeng dan tediri dari batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan tufa. Batupasir terdiri dan mineral feldspar dan mineral mafik, sebagian tufan dan secara setempat gampingan. Sedangkan untuk breksi, fragmen umumnya berupa batuan vulkanik basa dan singkapan dijumpai di Kali Damar, Penjalin, Kaiwungu dan Sidomukti. Umur formasi ini adalah Pliosen Akhir-Peistosen Awal

6. Endapan Aluvium ( Qa ) Terdiri dari kerikil, pasir kerakal dan lanau dengan tebal 1-3 m yang merupakan endapan sungai. Tersingkap di Lembah Kali Pengkol dan sekitarnya serta di sepanjang Kali Bodri yang merupakan sungai dengan stadia tua dan sepanjang aliran Kali Putih. Kelompok batuan hasil kegiatan api terdiri dari beberapa satuan, yaitu : 1. Formasi Jongkang (Qpj) Terdiri dari breksi andesit hornblende-augit sebagian berongga. Sering juga disebut sebagai batuan gunungapi Ungaran Lama, dijumpai setempat di sekitar G.Jadi. 2. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) Batuan ini merupakan hasil aktivitas gunungapi berupa aliran basal olivine augit, tersingkap di lereng utara Gunung Ungaran. 3. Batuan Gunungapi Kemalon dan Sengku (Qks) Batuan ini berwarna muda sampai tua, di Kemalon menunjukkan porfir plagioklas sampai kristalin halus. Sedang di Sengku berupa lava berongga, berbutir halus dengan feokrist hornblende. 4. Batuan Gunungapi Gadjah Mungkur (Qhg) Terdiri dari andesit hornblende augit yang umumnya berupa aliran lava dan tersingkap di puncak Gunung Ungaran serta mengelilingi sebaran batuan gunungapi Kemalon dan Sangku. 5. Batuan Beku Andesit (Tma) Merupakan batuan terobosan batuan beku asam tipe andesit hornblende augit, tersingkap di sekitar Mangunsari dan Gunung Turun. 6. Batuan Beku Basalt (Tmb) Batuan ini berupa basal augit dan ditemukan di G.Klasem sebagai retas. Di Gunung Sitapel dijumpai berupa porfir plagioklas dan di Gunung Mergi berupa basal andesitan olivine-augit. Berikut ini gambar stratigrafi regional pada peta geolologi lembar Magelang-Semarang oleh Thanden dkk.,1996.

Gambar 2.4 Stratigrafi Regional Lembar Magelang-Semarang (Thanden dkk.,1996) 2.3 Struktur Geologi Regional Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian merupakan struktur sesar yang bertindak sebagai batas tektonik, yaitu antara Formasi Damar dan Formasi Kerek. Di dalam Peta Geologi Lembar Magelang Semarang, skala 1 : 100.000 (Thanden dkk. 1996), struktur sesar tersebut digambarkan memanjang dengan arah timur barat dan memotong Formasi Kerek, Formasi Damar, dan Formasi Kali Getas (Gambar 2.4). Berdasarkan fakta tersebut, sesar ini merupakan sesar Kuarter yang berumur lebih muda dari

umur formasi yang dipotong oleh sesar tersebut, yaitu Formasi Damar (PlioPlistosen). Di sekitar daerah Muteran, sesar tersebut digambarkan secara jelas sebagai sesar naik, sedangkan di sekitar lereng utara Gunung Gili Kelor digambarkan sebagai kelurusan, dan sekitar Sungai Damar sesar tersebut kemudian digambarkan sebagai sesar yang diberi notasi U (up) dan D (down). Menurut Thanden dkk. (1996), kegiatan tektonik di daerah ini ditandai oleh munculnya intrusi basal dan andesit pada Tersier Awal. Kegiatan ini kemudian diikuti oleh pengangkatan dan proses erosi. Hasil erosi kemudian mengendap dan membentuk sedimen turbidit diendapkan Formasi Kerek di lingkungan neritik, yang kemudian di atasnya diendapkan Formasi Kalibeng di lingkungan laut dalam, serta Formasi Damar di lingkungan transisi abisal. Pada Plio-Pliostosen kemudian terjadi lagi tektonik yang membentuk lipatan-lipatan tak simetris (tak setangkup), dan diikuti oleh sesar naik berarah relatif barat timur, sesar geser berarah timur laut barat daya dan barat laut tenggara, serta sesar normal. Berdasarkan fakta tersebut, terlihat jelas bahwa kegiatan tektonik PlioPlistosen merupakan tektonik yang paling optimal pada saat itu. Setelah kegiatan tersebut berangur-angsur melemah, terjadilah peningkatan aktivitas gunung api yang menghasilkan berbagai ragam batuan.

Gambar 2.4 Peta Geologi Daerah Kendal dan Sekitarnya (Thanden, dkk.,1996)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Alat dan Bahan Peta Topografi dan Peta RBI Kota Semarang Kompas dan GPS Palu sedimen dan palu beku Meteran Kamera Digital Form MAT dan Data lapangan Alat tulis

3.2 Cara kerja Geologi : Mengumpulkan data-data sekunder berupa peta topografi, peta RBI dan peta formasi litologi daerah pengamatan. Penentuan lokasi pemetaan melalui peta topografi dan peta RBI Melakukan orientasi medan dan pengeplotan di peta Melakukan pengamatan kondisi geomorfologi, dsb). Melakukan pengukuran strike dan dip pada kontak batuan, kontak perlapisan dan kekar pada batuan Melakukan sampling batuan Mencatat kondisi geologi (litologi, struktur geologi, geomorfologi, dsb) melalui BCL. Pengolahan data dan analisis data Pembuatan laporan Selesai geologi (litologi, struktur geologi,

Muka Air Tanah (MAT)

Mengumpulkan data-data sekunder berupa peta topografi, peta RBI dan peta formasi litologi daerah pengamatan. Penentuan lokasi pemetaan melalui peta topografi dan peta RBI Melakukan perizinan lokasi ke kelurahan didaerah Boja. Mencari potensi air tanah ke tiap tiap pemukiman di daerah Boja. Melakukan plotting sumur pada GPS. Mengukur kedalaman muka air tanah dengan menggunakan meteran. Mencatat data tersebut melalui BCL. Pengolahan data dan analisis data Pembuatan laporan Selesai

3.3 Diagram Alir Mulai Data Geologi Data lapangan Litolo gi Strukt ur Geolo Pengolahan dan analisis data Pembuatan laporan dan peta Selesai Lokas i Sumu r Kedal Data MAT

BAB IV HASIL DESKRIPSI

4.1 STA 1 Lokasi Morfologi : Kali Bodri, Desa Trisobo, Kecamatan Boja : Perbukitan - adanya deposit bar dan meander - arus sedang dan erosi lateral yang dominan

Bentuk lahan : Fluvial (sungai)

Breksi Vulkanik

Gambar 4.1 Kenampakan sungai STA 1 Litologi : 1. Breksivulkanik (terdapatdipinggirsungai) dengankarakteristik: - warnaabuabugelap, struktur massif, holokristalin, afanitik, 2. Tuff (terdapat di sepanjangjalanmenujusungai) dengankarakteristik: - warnaabuabucerah, ukuranbutirpasirsedang (1/2-1 mm), tekstur: kemastertutup, sortasibaik. Vegetasi Potensi (+) Potensi (-) : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung. 4.2 STA 2 Lokasi Morfologi : Kali Sasak (KaliBodri), Desa Trisobo, Kecamatan Boja : Perbukitan

Proses Pembentukan

Bentuk lahan : Fluvial (sungai) - adanya deposit bar dan meander - arus sedang dan erosi lateral yang dominan

Breksi Vulkanik

Gambar 4.1 Kenampakan sungai STA 2 Litologi : 1. Breksi vulkanik (terdapat di pinggir sungai) dengan karakteristik: - warna abuabu gelap, struktur massif, holokristalin, afanitik, 2. Tuff (terdapat di sepanjang jalan menuju sungai) dengan karakteristik: - warna abuabu cerah, ukuran butir pasir sedang (1/2-1 mm), tekstur: kemas tertutup, sortasi baik. Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung. 4.3 STA 3 Lokasi Morfologi : DesaTrisobo, KecamatanBoja : Perbukitan

Proses Pembentukan

Bentuk lahan : Denudasional

Litologi

: Breksi vulkanik (terdapat di pinggir sungai) dengan karakteristik: Warna abuabu gelap, struktur massif, holokristalin, afanitik, pelapukan rendah Breksi

Vulkanik

Gmabar 4.3 STA 3 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan

4.4 STA 4 Lokasi Morfologi Litologi : Kali Bodri, Desa Trisobo, Kecamatan Boja : Perbukitan : Breksi vulkanik (terdapat di pinggir sungai) dengan karakteristik:

Bentuk lahan : Denudasional

warnaabuabugelap, struktur massif, holokristalin, afanitik,pelapukanrendah Breksi Vulkanik

Gambar 4.4 STA 4 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak :: Rawan longsor : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan

4.5 STA 5 Lokasi Morfologi Bentuk lahan : Kali Bodri, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Boja : Perbukitan bergelombang :Fluvial terdapat sungai dengan stadia dewasa, arus sungai sedang, lebar 4 meter.

Litologi

: lapukan andesit (tersusunatas mineral kuarsa, plagioklas, dan mineral biotit) Breksi dengan fragmen kerakal hingga kerikil

Struktur Tata gunalahan Vegetasi Potensi Lapukan Andesit

:: DAS, irigasi : ilalang, rumput : sebagai DAS, irigasi

Gambar 4.5 STA 5 Proses Pembentukan : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

4.6 STA 6 Lokasi Morfologi : Kali Bodri, Cangkiran, Kelurahan Campurejo, Kecamatan Boja : Perbukitan - adanya deposit bar dan meander - arus sedang dan erosi lateral yang dominan

Bentuk lahan : Fluvial (sungai)

Breksi Vulkanik

Gambar 4.6 Kenampakan sungai STA 6 Litologi Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Breksi vulkanik (terdapat di pinggir sungai) dengan karakteristik: - warna abuabu gelap, struktur massif, holokristalin, afanitik, : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung.

Proses Pembentukan

4.7 STA 7 Lokasi Morfologi : Desa Campurejo, Kecamatan Boja : Perbukitan - adanya deposit bar dan meander - arus sedang danerosi lateral yang dominan

Bentuklahan : Fluvial (sungai)

Litologi

: Batupasir sedang dengan karakteristik: Warna kecokelatan, ukuran pasir sedang (1/2-1 cm), kemas tertutup, sortasi baik, tingkat pelapukan tinggi

Breksi Vulkanik

Gambar 4.7 STA 7 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung.

Proses Pembentukan

4.8. STA 8 Lokasi Morfologi : Desa Campurejo, Kecamatan Boja : Perbukitan - adanya deposit bar dan meander - arus sedang danerosi lateral yang dominan Litologi : Terdapat 2 jenis litologi yaitu batupasir dan tuff

Bentuk lahan : Fluvial (sungai)

1. Batupasir sedang dengan karakteristik: - warna kecokelatan, ukuran pasir sedang (1/2-1 cm) - tekstur: kemas tertutup, sortasi baik, pelapukan sedang - kedudukan N1420E/680 2. Tuff dengan karakteristik: - warna abuabu cerah, ukuran butirpasir sedang (1/2-1 mm) - tekstur: kemas tertutup, sortasi baik, kedudukan N250E/870 Batupasir

Gambar 4.8 STA 8 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung. 4.9 STA 9 Lokasi Morfologi Litologi : DesaBoja, KecamatanBoja : Dataran : Batupasir sedang dengan karakteristik: - warna kecokelatan, ukuran pasir sedang (1/2-1 cm) - tekstur: kemas tertutup, sortasibaik, tingkat pelapukan tinggi

Proses Pembentukan

Bentuk lahan : Denudasional

Batupasir

Gambar 4.9 Kenampakan STA 9 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Pohon dan semak :: Rawan longsor : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan

4.10 STA 10 Lokasi Morfologi Litologi : Desa Tampingan, Kecamatan Boja : Dataran : Breksi vulkanik dengan karakteristik: - warna abuabu gelap, struktur massif - tekstur: holokristalin, afanitik, pelapukan sedang

Bentuk lahan : Denudasi

Breksi Vulkanik

Gambar 4.10 Kenampakan STA 10 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Pohon dan semak :: Rawan longsor : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan

4.11 STA 11 Lokasi Morfologi Litologi : Desa Kliris, Kecamatan Boja : Berbukit bergelombang : Breksi vulkanik dengan karakteristik: - warna coklat kehitaman - struktur massif, fragmen kerakal (4 - 64) mm, matriks tuffan - semen silikaan, terdapat fragmen andesit, tingkat pelapukan tinggi Breksi Vulkanik

Bentuk lahan : Fluvial

Gambar 4.11 STA 11 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput, pohon dan semak : Sebagai Irigasi : Daerah rawan banjir : Daerah tersebut merupakan zona lemah, sehingga jika terkena gaya akibat dari proses flufiatil. Bongkah breksi yang terdapat di sungai tersebut merupakan batuan transport hasil letusan gunung.

Proses Pembentukan

4.12 STA 12 Lokasi Morfologi : Desa Puguh, Kecamatan Boja : Berbukit bergelombang

Bentuk lahan : Struktural terdenudasi Breksi Vulkanik

Andesit

Gambar 4.12 STA 12 Litologi : Breksi vulkanik dan andesit yang memiliki batas tidak rata 1.Breksi vulkanik dengankarakteristik: - warna coklat kehitaman, struktur massif - fragmen andesit berukuran kerakal (4 - 64) mm, pelapukan sedang 2. Andesit :struktur massif, tersusun atas mineral mafik (hornblende, plagioklas-ca) dan kuarsa Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Penambangan : Rawan longsor : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen. Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan

4.13 STA 13 Lokasi Morfologi : Desa Pasigitan, Kecamatan Boja : Berbukit terjal

Bentuklahan : Struktural terdenudasi

Andesit

Gambar 4.13 STA 13 Litologi : Andesit hornblende dengankarakteristik - struktur massif, tersusunatas mineral mafik (hornblende, plagioklas-ca, biotit) - tingkatpelapukansedang, tersingkap di tebingdansebagaibongkah Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Penambangan : Rawan longsor Sebelumnya mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Kemudian banyak mengalami proses eksogen seperti erosi, pelapukan dan aktivitas manusia. Sehingga daerah tersebut berbentuk lahan denudasional.

Proses Pembentukan : Daerah tersebut mengalami proses endogen dan eksogen.

4.14. STA 14 Lokasi Morfologi Litologi : Desa, Kecamatan Boja : Berbukit terjal : Andesit porfir - berwarna abu-abu, struktur massif - tersusun atas mineral mafik (hornblende, plagioklas-ca, biotit dan piroksen)

Bentuk lahan : Fluvial dan Struktural terdenudasi

Andesit

Gambar 4.14 STA 14 Vegetasi Potensi (+) Potensi ( - ) : Rumput dan semak : Penambangan : Rawan longsor mengalami proses endogen karena berbentuk tebing. Daerah ini merupaka intrusi andesit yang menerobos.

Proses Pembentukan : Daerah tersebut mengalami proses endogen. Sebelumnya

BAB IV PEMBAHASANPada pemetaan Hidrogeologi ini dilaksanakan di daerah Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal dengan jarak tempuh dari Kampus Teknik Geologi Universitas Diponegoro dibutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan kondisi medan yang berbukit bergelombang sampai terjal. Kecamatan Boja terletak disebelah selatan wilayah Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Limbangan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Singorojo dan serta sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang.

Gambar 5.1 Formasi Daerah

Lithologi daerah kendal berdasarkan Peta Geologi regional Magelang Semarang terdiri dari satuan Batuan Gunungapi Gajah ( Qhg ) mungkur terdiri dari andesit pat di bagian bawahnya ditemukan batulempung mengandung moluska dan batpasir tufaan. Batuan gunungapi yang melapuk berwarna coklatkemerahan dan sering membentuk bongkah-bongkah besar. Ketebalan berkisar

Boja

antara 50 m sampai dengan 200 m. formasi kaligetas Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Dalam pemetssn lapangan Hidrogeologi yang dilaksanakan di Kecamatan Boja ini terbagi menjadi 14 Stasiun Pengamatan (STA). Tiap tiap pengamatan memiliki kenampakan yang berbeda-beda baik dari bentuk lahan maupun lithologi penyusunnya. Adapun pembahasan satuan lithologi tiap STA adalah sebagai berikut : 4.1 Hubungan Kondisi Geologi Dengan airtanah daerah penelitian )

0

2

0

0

0

4

0

0

0

6

0

0

0

8

0

0

0

Berdasarkan overlay peta yang diperoleh dari data muka air tanah daerah Kecamatan Boja, diperoleh mengenai kondisi aliran air tanah yaitu di akuifer bebas (unconfined aquifer) akuifer yang bagus yaitu di kedalaman lebih dari 420 meter. Hal ini disebabkan karena akuifer semakin dalam akan semakin baik pula kualitasnya karena tidak terpengaruh oleh kontaminasi di permukaan maupun lapisan yang dekat dengan permukaan. Data yang diporeh dengan pengukuran muka air tanah pada daerah penelitian, didaptkan ketinggian muka air tanah rata-rata dengan kedalaman 6,1 7,5 m. Hal ini menandakan bahwa pengambilan data muka air tanah dilakukan pada area sumuur dangkal, di mana kedalamannya kurang dari 20 m. Sedangkan pola pengalirannya dominan ke arah Selatan, di mana morfologi daerahnya tersusun oleh daerah berbukit gelombang sehingga terlihat jelas adanya perbedaan elevasi, menyebabkan kedalaman muka air tanah yang sangat bervariasi. Pada gambar di atas juga terlihat adanya recharge yang lebih dari satu. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang mengakibatkan arah aliran permukaan mengalami perubahan.

BAB VI KESIMPULANDari hasil pemetaan dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Wilayah pemetaan Kecamatan Boja meliputi beberapa satuan litologi, yaitu : a. Satuan litologi breksi vulkanik Formasi Gunungapi Gajahmungkur b. Satuan litologi tuff Formasi Kaligetas c. Satuan litologi batupasir Formasi Kaligetas d. Satuan litologi andesit Formasi Gunungapi Gajahmungkur 1. Dari overlay peta diketahui bahwa kondisi aliran air tanah yaitu di akuifer bebas (unconfined aquifer) akuifer yang bagus yaitu di kedalaman lebih dari 420 meter. 2. Ketinggian muka airtanah rata-rata dengan kedalaman 6,1 7,5 m. 3. Pengambilan data muka airtanah dilakukan pada area sumur dangkal, dimana kedalamannya kurang dari 20 m.