copy of laporan plumbing
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu ilmu pengetahuan muncul dan berkembang untuk melayani dan
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang penyediaan fasilitas dan
infrastruktur, dimana hal tersebut melibatkan komponen-komponen manusia,
material, mesin dan teknologi. Hal ini juga menyangkut manajemen dan
pengelolaan kegiatan konstruksi dengan pertimbangan kelayakan teknis serta
kelayakan sosio-ekonomis. Peran seorang engineer merupakan problem
solver.
Engineer dalam dunia Teknik bukan merupakan orang yang semata-mata ahli
dalam perhitungan desain belaka melainkan juga mampu untuk menjadi
leader dalam suatu proyek konstruksi. Engineer tidak hanya dituntut sebagai
perekayasa dalam hal desain, melainkan juga sebagai pelopor, pengorganisir,
pelaksana, bahkan meliputi pengontrol kualitas dan pemberi solusi mengenai
suatu permasalahan. Di samping itu seorang engineer juga harus mampu
mempertahankan pendapatnya sendiri.
Kegiatan konstruksi dan Perguruan Tinggi merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan. Seorang mahasiswa Teknik perlu memahami kondisi nyata
yang ada mengenai dunia konstruksi saat ini. Mahasiswa tidak hanya paham
dan hafal teori saja namun juga perlu mengerti akan kondisi kegiatan
konstruksi yang sesungguhnya yang tidak dipelajari di bangku kuliah. Banyak
hal yang terjadi di lapangan merupakan penerapan logika engineer, bukan
teoritis engineering.
Melalui kerja praktek pada perusahaan-perusahaan atau instansi tertentu
diharapkan mahasiswa dapat memiliki gambaran yang lebih mendalam
tentang kondisi nyata di dunia kerja, sekaligus dapat menambah pengalaman
serta membuka cakrawala yang lebih luas yang mungkin tidak didapatkan di
bangku kuliah. Dengan terjun langsung dan menemukan realita permasalahan
yang ada untuk kemudian akan dianalisa dengan tujuan untuk melatih
mahasiswa agar dapat memecahkan permasalahan tersebut.
1.1 Tujuan
Tujuannya agar mahasiswa dapat memahami, mengerti dan menghayati
bagaimana perhitungan beban-beban alat plambing dari suatu pembangunan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua kehidupan,
termasuk kehidupan manusia. Tidak saja karena sekitar (65-80) % dari tubuh
manusia, terdiri dari cairan, tetapi juga karena di dalam air itu terdapat
berbagai mineral dan unsur kimia, seperti Ca, Fe, F, J, dan lain-lain yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menjaga kesehatan manusia.
Selain dari pada itu air juga merupakan tempat hidup binatang–binatang air,
mulai dari ikan sampai mikroorganisme. Mikroorganisme–mikroorganisme
yang hidup di dalam air sangat bermacam–macam, ada yang pathogen
(membahayakan bagi kesehatan manusia) dan ada yang tidak pathogen. Oleh
karena itu, air disamping sebagai kebutuhan hidup juga sebagai media/sarana
penularan penyakit. Sejumlah penyakit menular, terutama penyakit– penyakit
perut yang tergolong dalam “ Water borne deseases” , seperti typus, cholera,
dan gastrolenteritis ( common diarhea ), adalah penyakit–penyakit yang dapat
berkembang dan ditularkan melalui air. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut : “Bila sumur tidak hygienis dan letaknya dekat sekali dengan kakus,
dimana pada kakus itu ada faeses (kotoran manusia) yang mengandung
kuman-kuman cholera, maka kuman-kuman cholera tadi akan ikut dengan air
yang merembes masuk kedalam sumur. Bila air sumur yang telah
terkontaminasi oleh kuman-kuman cholera digunakan oleh manusia tanpa
pengolahan terlebih dahulu, maka kuman-kuman cholera itu akan masuk
kedalam perut manusia dan akan berkembang biak, maka manusianya akan
sakit”.
Disamping air sebagai media penularan penyakit perut, air pun merupakan
pelarut yang sangat baik. Oleh karena itu di dalam air banyak dijumpai zat-zat
kimia atau mineral-mineral. Zat kimia dan mineral-mineral itu kadar di dalam
air tergantung dari daerah yang di laluinya.
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak
mengganggu/membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-
bahan kimia dan mineral-mineral tadi keberadaannya harus pada batas-batas
tertentu, dengan kata lain air tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat ini dinamakan syarat kualitas air minum.
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : “Air minum adalah air yang
telah memenuhi syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan
bakteriologi)”, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005,
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2. Air
Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Syarat-syarat kualitas air minum adalah :
- Syarat fisik : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
dan sejuk (temperatur dibawah suhu kamar).
- Syarat kimiawi : Air mengandung zat-zat kimia atau mineral-
mineral dalam kadar tertentu.
- Syarat bakteriologi : Air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
pathogen. Didalam bangunan gedung air minum digunakan untuk berbagai
keperluan yang menunjang kegiatan penghuninya, diantaranya adalah :
keperluan untuk memasak, mandi, minum, mencuci, penggelontor kakus,
menyiram tanaman, kolam renang, dan lain sebagainya.
2.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Sistem penyediaan air minum dalam suatu bangunan gedung ada 3 (tiga)
sistem, yaitu :
a) Sistem sambungan langsung
Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana pipa distribusi
kebangunan gedung disambung langsung dengan pipa cabang dari sistem
penyediaan air minum secara kolektif/sistem perpipaan (dalam hal ini pipa
cabang distribusi PDAM). Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi
PDAM, maka sistem ini hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan
rumah sampai dengan 2 (dua) lantai. Pada umumnya sumber air yang
digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari pipa cabang sistem
penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi
PDAM). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1
b) Sistem tangki tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam
bangunan, pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini
dapat dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah
ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana
(tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam tangki tertutup tersebut
dalam keadaan terkompresi. Air dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang
diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor
listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan dalam
tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja
kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai suatu batas minimum
yang ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antara 1,00
kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 . Pada umumnya sumber air yang digunakan
pada sistem ini adalah, air yang berasal dari reservoir bawah (yang
sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM dan sumur)
atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat
dilihat pada Gambar 2, dan Gambar 3.
c) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat
diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap. Dalam sistem ini, air
ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu dipompakan ke tangki
atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan diatas atap atau
dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara air. Pada
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang
berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari
sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).
Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 4, dan Gambar
5.
Agar supaya sistem penyediaan air minum di dalam bangunan gedung
(plambing air minum) dapat berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi
beberapa persyaratan diantaranya adalah :
a) Syarat kualitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu
syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan
peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.
b) Syarat kuantitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu
kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum
bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung besarnya kebutuhan air
minum dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai
berikut :
- Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak
permanen.
- Unit beban alat plambing
- Luas lantai bangunan
Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya digunakan
untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk bangunan
gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan berdasarkan jumlah
penghuni, dipakai untuk bangunan gedung rumah tinggal.
2.3 Dasar-dasar Sistem Penyaluran Air Buangan
Jenis Air Buangan
Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-
tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.
Air buangan dapat dibedakan atas :
- Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya;
- Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain;
- Air hujan
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan;
- Air buangan khusus
Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya,
seperti: yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat
pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang
bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan
yang mengandung lemak.
Sistem Penyaluran Air Buangan
Sistem pembuangan air terdiri atas :
- Sistem pembuangan air kotor dan air bekas
Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu:
a. Sistem tercampur: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan
mengalirkan air kotor dan air bekas kedalam satu saluran;
b. Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan
mengalirkan air kotor dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.
Sistem Penyaluran Air Hujan
Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang
terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika
dicampurkan, maka apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan
air hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam alat plambing terendah
dalam sistem tersebut.
Dalam sistem penyaluran air buangan, air buangan yang biasanya
mengandung bagian-bagian padat harus mampu dialirkan dengan cepat.
Untuk maksud tersebut pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air buangan
yang akan dialirkan. Sistem penyaluran air hujan pada prinsipnya hanya
mengalirkan debit hujan yang terjadi di atap bangunan ke tempat yang
diinginkan, seperti: drainase perkotaan.
Perangkap Air Buangan
Tujuan utama sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari
dalam gedung keluar gedung, ke dalam instalasi pengolahan atau riol
umum, tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan maupun terhadap
gedung itu sendiri. Karena alat plambing tidak terus menerus digunakan,
pipa pembuangan tidak selalu terisi air dan dapat menyebabkan masuknya
gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga. Untuk mencegah hal
ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi “penyekat” atau
penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.
Suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat berikut :
Kedalaman air penutup
Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100
mm. Pada kedalaman 50 mm, kolom air akan tetap dapat diperoleh
penutup air sebesar 25 mm dengan tekanan (positif maupun negatif)
sebesar 25 mm. Angka 100 mm merupakan pedoman batas maksimum,
walaupun batas ini tidak mutlak. Ada beberapa alat plambing khusus
yang mempunyai kedalaman air penutup lebih dari 100 mm, tetapi
perangkapnya dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan;
Konstruksinya harus sedemikian rupa agar selalu bersih dan tidak
menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap;
Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai
“penutup” tetap dapat terpenuhi;
Kriteria yang harus dipenuhi untuk syarat ini adalah:
o Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga;
o Mudah diketahui dan diperbaiki kalau ada kerusakan;
o Dibuat dari bahan yang tidak berkarat.
Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah
membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan akan tetap
terjadi;
Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian
bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat
penutup.
Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Yang dipasang pada alat plambing
- Perangkap jenis “P”, berbentuk menyerupai huruf “P” dan banyak
digunakan. Perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil
kalau dipasang pipa ven. Perangkap jenis “P” biasanya dipasang
pada kloset, lavatory, dan lain-lain;
- Perangkap jenis “S”, berbentuk menyerupai huruf “S” dan seringkali
menimbulkan kesulitan akibat efek siphon, biasanya dipasang pada
lavatory.
Yang dipasang pada pipa pembuangan
- Perangkap jenis “U”, berbentuk menyerupai huruf “U” dan dipasang
pada pipa pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuangan air
hujan. Kelemahan jenis ini adalah memberikan tambahan tahanan
terhadap aliran. Perangkap jenis ini biasanya dipasang pada
peturasan, pada pipa pembuangan air hujan di dalam tanah;
- Perangkap jenis “tabung”, mempunyai sekat berbentuk “tabung”,
sehingga mengandung air lebih banyak dibandingkan jenis-jenis
lainnya sehingga air penutup tidak mudah hilang, biasanya dipasang
pada floor drain dan bak cuci dapur.
Yang menjadi satu dengan alat plambing
Perangkap jenis ini merupakan bagian dari alat plambing itu sendiri,
misalnya pada kloset dan beberapa jenis peturasan;
Yang dipasang di luar gedung
Contoh jenis ini adalah bak perangkap, yang berfungsi sebagai
perangkap bila ujung pipa pembuangan terbenam dalam air di dalam
bak tersebut.
2.4. Dasar-dasar Sistem Ven
Sistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan,
sedangkan tujuan dari sistem ven ini antara lain :
Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan;
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan;
Mensirkulasi udara dalam pipa pembuangan.
Karena tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap
tetap mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang
sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air tersebut.
Jenis Sistem Ven
Sistem itu sendiri dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu :
Sistem ven tunggal (individual)
Pipa ven dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan
kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar;
Sistem ven lup
Pipa ven yang melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan
disambungkan kepada ven pipa tegak;
Sistem ven tegak
Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan diatas
cabang mendatar pipa air buangan tertinggi;
Sistem ven lainnya, diantaranya:
- Ven bersama
Pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang
dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di
mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan
bersama
- Ven basah
Ven yang juga berfungsi sebagai pipa pembuangan
- Ven menerus
Ven tegak yang merupakan kelanjutan dari pipa pembuangan yang
dilayaninya
- Ven sirkit
Ven cabang yang melayani dua perangkap atau lebih dan berpangkal
dari bagian depan penyambungan alat plambing terakhir suatu cabang
datar pipa pembuangan sampai ke pipa tegak ven;
- Ven pelepas
Pipa ven yang dipasang pada tempat khusus untuk menambah
sirkulasi udara antara sistem pembuangan dan sistem ven.
Persyaratan pipa ven
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem plambing
diantaranya :
Kemiringan pipa ven
Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang
terbentuk atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara
gravitasi ke pipa pembuangan;
Cabang pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa ven
untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan secara
vertikal pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut, jika
terpaksa dapat disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45o terhadap
vertikal. Syarat ini bertujuan untuk mencegah masuknya air buangan
pada pipa yang dalam keadaan penuh ke dalam pipa ven;
Letak bagian mendatar pipa ven
Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air
buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-
kurangnya 150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang
dilayani oleh ven tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau
disambungkan kepada cabang pipa ven. Walaupun demikian cukup
banyak ditemukan keadaan di mana terpaksa dipasang “pipa ven di
bawah lantai”. Pipa ven semacam itu melayani pipa cabang mendatar air
buangan dan dari tempat sambungannya dengan cabang mendatar
tersebut pipa ven hanya dibuat pendek dari sambungannya dari arah
tegak kemudian langsung dibelokkan mendatar masih dibawah lantai
(tetapi letaknya masih berada di atas cabang mendatar tersebut);
Ujung pipa ven
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara
yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
Dasar-dasar Sistem Pencegahan Kebakaran
Prinsip dari sistem pencegahan kebakaran ini adalah harus selalu tersedia
volume air yang cukup untuk keperluan pencegahan kebakaran, tanpa
mengganggu pemakaian air bersih.
Pipa Tegak dan Slang Kebakaran
Pipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup,
penyambung slang kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air
yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran.
Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis yaitu:
1. Wet Stand Pipe System
Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada
sistem di jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi
terbuka dan bila katup slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir
keluar;
2. Dry Stand Pipe System
Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air
akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang
kebakaran dibuka;
3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi
manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak
selang kebakaran untuk menghidupkan suplai air;
4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen
Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas
pemadam kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada
gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam
kebakaran.
Jika dilihat dari manusia yang mengoperasikannya maka sistem pipa tegak dan
slang kebakaran digolongkan atas 3 kelas pelayanan, yaitu:
Kelas 1
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh petugas
pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih untuk menangani kebakaran
besar dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 2,5″;
Kelas 2
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni
bangunan sendiri sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang
dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 1,5″;
Kelas 3
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni
bangunan dan petugas pemadam kebakaran dan ukuran slang yang
digunakan berdiameter 1,5″ dan 2,5″.
BAB III
METODOLOGI PRAKTEK
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Pensil Mekanik
Penggaris
Kalkulator
Laptop
3.1.2 Bahan :
Kertas
Buku
Denah Gedung Perpustakaan
3.2 Metode Kerja
1. Dibaca dan dipahami cara pada buku panduan
2. Dicari contoh denah 3 lantai
3. Dihitung beban alat plumbing pada denah yang telah ditentukan
4. Digambar isometri
5. Dihitung dan ditentukan system
6. Digambar pipa buangan
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Pemakaian Air Gedung Perpustakaan
LANTAI 1
Luas Bangunan = 458,5 m2
Luas tidak efektif
Tangga = 28,75 m2
Teras ME = 40 m2
Teras = 11,25 m2
Gudang = 24 m2
Lift barang = 2,25 m2 +
Ʃ Luas Tidak Efektif = 106,25 m2
Luas Efektif = Luas Bangunan – Luas Tidak Efektif
= 458,5 m2 – 106, 25 m
2
= 352,25 m2
Kepadatan 5 m2/org
Jumlah penghuni 70,45 orang 71 orang
Asumsi per orang untuk pemakaian air gedung perpustakaan adalah 25
liter/hari/org
Untuk 71 orang Qd = 71 orang 25 liter/hari/org
= 1.775 liter/hari
Qh 295,83 liter/jam
C1 = 2 ; C2 = 3
Qh-max = C1 Qh
= 2 295,83 liter/jam
= 591,66 liter/jam
Qm-max = C2
= 3
= 14,791 liter/menit
Jenis dan Jumlah Alat Plumbing
Kloset 13 liter x 4 x 3 kali/jam = 156 liter/jam
Bak cuci tangan 10 liter x 5 x 1 kali/jam = 50 liter/jam
Urinal 9 liter x 4 x 3 kali/jam = 108 liter/jam +
Jumlah = 314 liter/jam
Faktor pemakaian (%) Alat Plumbing
Kloset 156 liter/jam x 75% = 117 liter/jam
Alat plumbing biasa 158 liter/jam x53,25% = 84,135 liter/jam +
Jumlah = 201,135 liter/jam
Unit Beban Alat Plumbing
Jumlah alat
plumbing
Unit beban alat
plumbing
Jumlah unit beban
alat plumbing
Kloset katup glontor 4 10 40
Bak cuci tangan 5 2 10
Urinal Stall 4 3 12
Jumlah 62
Dengan gambar 3.61 (b) kurva (2), diperoleh pemakaian air lantai 1 kira-kira
sebesar 110 liter/menit
LANTAI 2
Luas Bangunan = 458,5 m2
Luas tidak efektif
Tangga = 28,75 m2
Lift barang = 2,25 m2 +
Ʃ Luas Tidak Efektif = 31 m2
Luas Efektif = Luas Bangunan – Luas Tidak Efektif
= 458,5 m2 – 31 m
2
= 427,5 m2
Kepadatan 5 m2/org
Jumlah penghuni 85,5 orang 86 orang
Asumsi per orang untuk pemakaian air gedung perpustakaan adalah 25
liter/hari/org
Untuk 86 orang Qd = 86 orang 25 liter/hari/org
= 2.150 liter/hari
Qh 358,3 liter/jam
C1 = 2 ; C2 = 3
Qh-max = C1 Qh
= 2 358,3 liter/jam
= 716,6 liter/jam
Qm-max = C2
= 3
= 17,915 liter/menit
Jenis dan Jumlah Alat Plumbing
Kloset 13 liter x 3 x 3 kali/jam = 117 liter/jam
Bak cuci tangan 10 liter x 4 x 1 kali/jam = 40 liter/jam
Urinal 9 liter x 4 x 3 kali/jam = 108 liter/jam +
Jumlah = 265 liter/jam
Faktor pemakaian (%) Alat Plumbing
Kloset 117 liter/jam x 87,5% = 102,375 liter/jam
Alat plumbing biasa 148 liter/jam x 55% = 81,4 liter/jam +
Jumlah = 183,775 liter/jam
Unit Beban Alat Plumbing
Jumlah alat
plumbing
Unit beban alat
plumbing
Jumlah unit beban
alat plumbing
Kloset katup glontor 3 10 30
Bak cuci tangan 4 2 8
Urinal Stall 4 3 12
Jumlah 50
Dengan gambar 3.61 (b) kurva (2), diperoleh pemakaian air lantai 2 kira-kira
sebesar 102 liter/menit
LANTAI 3
Luas Bangunan = 458,5 m2
Luas tidak efektif
Tangga = 28,75 m2
Lift barang = 2,25 m2
Teras belakang = 28,75 m2
Teras depan = 37,5 m2
+
Ʃ Luas Tidak Efektif = 97,25 m2
Luas Efektif = Luas Bangunan – Luas Tidak Efektif
= 458,5 m2 – 97, 25 m
2
= 361,25 m2
Kepadatan 5 m2/org
Jumlah penghuni 72,25 orang 73 orang
Asumsi per orang untuk pemakaian air gedung perpustakaan adalah 25
liter/hari/org
Untuk 73 orang Qd = 73 orang 25 liter/hari/org
= 1.825 liter/hari
Qh 304,17 liter/jam
C1 = 2 ; C2 = 3
Qh-max = C1 Qh
= 2 304,17 liter/jam
= 608,34 liter/jam
Qm-max = C2
= 3
= 15,208 liter/menit
Jenis dan Jumlah Alat Plumbing
Tempat Wudhu 10 liter x 6 x 2 kali/jam = 120 liter/jam +
Jumlah = 120 liter/jam
Faktor pemakaian (%) Alat Plumbing
Alat plumbing biasa 120 liter/jam x 65% = 78 liter/jam +
Jumlah = 201,135 liter/jam
Unit Beban Alat Plumbing
Jumlah alat
plumbing
Unit beban alat
plumbing
Jumlah unit beban
alat plumbing
Bak cuci tangan
(tempat wudhu)
6 2 12
Jumlah 12
Dengan gambar 3.61 (b) kurva (2), diperoleh pemakaian air lantai 3 kira-kira
sebesar 40 liter/menit
Reservoir tangki atas
Qmax = Ʃ Qh-max
= 591,66 liter/jam + 716,6 liter/jam + 608,34 liter/jam
= 1.916,6 liter/jam = 31,94 liter/menit
Qmax = Qpu = 31,94 liter/menit
Tp = 30 menit
Tpu = 10 menit
VE = (Qp – Qmax)Tp – Qpu x Tpu
VE = (47,914 liter/menit – 31,94 liter/menit)30 menit – 31,94 liter/menit x 10
menit
VE = 159,82 liter 160 liter
Reservoir tangki bawah
Qd = 1.775 liter/hari + 2.150 liter/hari + 1.825 liter/hari
= 5.777 liter/hari
Ʃ Qh = 295,83 liter/jam + 358,3 liter/jam + 304,17 liter/jam
= 958,3 liter/jam
Qs = Ʃ Qh
= 958,3 liter/jam
= 638,867 liter/jam
VR = Qd – Qs x T
VR = 5.777 liter/hari – 638,867 liter/jam x 6 jam
VR = 1.943,798 liter
DAFTAR PUSTAKA
http://tonnyloe.wordpress.com/2011/01/27/plumbing/
http://rangminang.web.id/2010/06/sistem-air-buangan-dan-sprikler-plumbing/
http://rangminang.web.id/2010/06/plumbing/