hidro bonjean word

Upload: irvanputerasamudera

Post on 10-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

kapal

TRANSCRIPT

TUGAS MERANCANG KAPAL II2015LENGKUNG HIDROSTATIK DAN BONJEAN

BAB IUKURAN UTAMA KAPALType = Container Ship

LPP = 126,26 m

BMld = 23,21 m

HMld = 11,90 mTload = 8,21 m

Cb = 0,70Vd = 16 KnotCm = 0,986Dwt= 15000 TonBAB IILENGKUNG HIDROSTATIK (HYDROSTATIC CURVE)2.1. Pengertian Lengkung Hidrostatik (Hydrostatic Curve)Lengkung hidrostatik adalah lengkung yang dibuat untuk mengetahui sifat-sifat badan kapal yang tercelup di dalam air, atau dengan kata lain untuk mengetahui sifat-sifat karene . Cara yang paling umum untuk menggambarkan lengkung-lengkung hidrostatik adalah dengan membuat dua sumbu saling tegak lurus. Sumbu mendatar adalah garis dasar kapal atau base line sedangkan garis vertikal menunjukkan sarat tiap garis air atau water line yang dipakai sebagai titik awal pengukuran lengkung-lengkung hidrostatik.

Lengkung-lengkungan hidrostatik digambar sampai sarat penuh dan tidak berlaku untuk kondisi kapal trim. Ada 20 lengkungan dalam Lengkung Hidrostatik.2.2. Macam-Macam Lengkung Hidrostatik (Hydrostatic Curve)2.2.1. Coefficient Block (CB)CB adalah perbandingan isi karene () dengan balok dengan panjang L, lebar B dan tinggi T. Hal ini juga berlaku untuk tiap-tiap garis air . Dengan demikian CB dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Coefficient Block (CB)

2.2.2. Coefficient Midship (C)

C adalah perbandingan luas penampang midship (Am atau MSA) dengan luas suatu penampang dengan lebar B dan tinggi T untuk tiap garis air . Dengan demikian C dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Coefficient Midship (C)2.2.3. Coefficient of Water Line (CWL)

CWL adalah nilai perbandingan antara luas bidang garis air tiap garis air (Aw atau WPA) dengan sebuah segi empat dengan panjang L dan lebar B dimana L adalah panjang maksimum dari tiap garis air dan B adalah lebar maksimal dari tiap garis air . CWL dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Coefficient of Water Line (CWL)2.2.4. Coefficient Prismatic ()Merupakan perbandingan volume karene () dengan volume prisma dengan luas penampang midship (MSA) dan panjang L. dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 2.4. Coefficient Prismatic ()2.2.5. Longitudinal Center of Bouyancy to Metacenter (LBM)LBM adalah jarak titik tekan bouyancy secara memanjang terhadap titik metasentra, satuannya dalam meter (m).

Gambar 2.5 Longitudinal Center of Bouyancy to Metacenter (LBM)2.2.6. Longitudinal Center of Keel to Metacenter (LKM)

LKM adalah jarak metasentra secara memanjang terhadap lunas kapal untuk tiap-tiap sarat kapal, satuannya dalam meter (m). LKM didapat dari penjumlahan LBM dengan KB.

Gambar 2.6 Longitudinal Center of Keel to Metacenter (LKM)

2.2.7. Keel to Center of Bouyancy (KB)

KB adalah jarak titik tekan bouyancy ke lunas kapal, satuannya dalam meter (m).

Gambar 2.7 Keel to Center of Bouyancy (KB)2.2.8. Transverse Center of Bouyancy to Metacenter (TBM)

TBM adalah jarak titik tekan bouyancy (gaya tekan ke atas air) secara melintang terhadap titik metasentra, satuannya dalam meter (m).

Gambar2. 8 Transverse Center of Bouyancy to Metacenter (TBM)2.2.9. Longitudinal Center of Buoyancy (B/LCB)

Lcb atau (B adalah jarak titik tekan bouyancy terhadap penampang midship kapal untuk setiap sarat kapal, satuannya dalam meter. Tanda positif (+) menunjukkan letaknya ada di depan midship (+) dan tanda negatif (-) di belakang midship.

Gambar 2.9 Longitudinal Center of Buoyancy (B/LCB)2.2.10. Longitudinal Center of Floatation (F/LCF)

LCF atau (F adalah jarak titik berat garis air terhadap penampang tengah kapal untuk setiap sarat kapal, satuannya dalam meter. Seperti juga Lcb tanda (+) dan (-) menunjukkan bahwa titik LCF terletak didepan dan di belakang midship.

Gambar 2.10 Longitudinal Center of Floatation (F/LCF)2.2.11. Transverse of Keel to Metacenter (TKM)

TKM adalah letak titik metasentra melintang terhadap lunas kapal untuk tiap-tiap garis air, satuan TKM dalam meter (m).

Gambar 2.11 Transverse of Keel to Metacenter (TKM)2.2.12. Midship Section Area (MSA)

MSA adalah luas moulded kapal pada midship section untuk tiap-tiap sarat kapal. Harga MSA untuk tiap sarat dapat diketahui dari tabel B pada perhitungan hidrostatik untuk main part.

Gambar 2.12 Midship Section Area (MSA)2.2.13. Water Plan Area (WPA)

WPA adalah luas bidang garis air yang telah kita rencanakan dalan lines plan dari tiap-tiap garis air . Kemungkinan-kemungkinan bentuk WPA ditinjau dari bentuk alas kapal antara lain:

Untuk kapal dengan rise of floor, pada 0 mWL luas garis air adalah nol karena luasan garis airnya hanya berupa garis lurus , sehingga lengkung WPA dimulai dari titik (0,0) .

Untuk kapal tanpa rise of floor, pada 0 mWL ada luasan yang terbentuk pada garis dasar sehingga luas garis air tidak sama dengan nol.

Gambar 2.13 Water Plan Area (WPA)2.2.14. Wetted Surface Area (WSA)

WSA adalah luas permukaan badan kapal yang tercelup dalam air pada setiap garis airnya. WSA didapat dari jumlah perkalian half girth dengan faktor luas pada setiap station dan setiap garis airnya. Secara matematis WSA dirumuskan sebagai berikut:

Dimana (8 = jumlah perkalian half girth dengan faktor luas.

Gambar 2.14 Wetted Surface Area (WSA)2.2.15. Displacement Due to one centimeter of Trim by Stern (DDT)

DDT adalah besarnya perubahan displacement kapal yang diakibatkan oleh perubahan trim kapal sebesar 1 cm. Perumusan DDT adalah sebagai berikut:

Gambar 2.15 Displacement Due to one centimeter of Trim by Stern (DDT)

2.2.16. Ton per Centimetre Immersion (TPC)

TPC adalah jumlah ton yang diperlukan untuk mengadakan perubahan sarat kapal sebesar 1 cm. Bila kita menganggap tidak ada perubahan luas garis air pada perubahan sarat sebesar 1 cm, atau pada perubahan 1 cm tersebut dinding kapal dianggap vertikal. Jadi kalau kapal ditenggelamkan sebesar 1 cm, maka perubahan volume adalah hasil kali luas garis air dengan tebal pelat pada garis air tersebut. Dengan demikian penambahan volume dan berat dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penambahan volume= t x WPA [ m3 ]

Penambahan berat = t x WPA x 1.025 [ ton ]

Dimana t adalah tebal pelat pada tiap WL dan 1,025 adalah berat jenis air laut .

Gambar 2.16 Ton per Centimetre Immersion (TPC)2.2.17. Shell Displacement (SD)

Shell Displacement adalah berat air laut yang dipindahkan karena adanya kulit / pelat pada karene, semua satuan displacement dalam ton.

Gambar 2.17 Shell Displacement (SD)2.2.18. Displacement ()

Displacement adalah berat air laut yang dipindahkan karena adanya volume badan kapal yang tercelup ke dalam air termasuk juga akibat tambahan adanya pelat karene. Jadi displacement di sini adalah penjumlahan dari displacement moulded dengan shell displacement.

Gambar 2.18 Displacement ()2.2.19. Moulded Displacement (mld)

Moulded Displacement adalah berat air laut yang dipindahkan karena adanya volume karene tanpa kulit. Nilai ini didapat dari perkalian volume karene dengan berat jenis air laut yaitu 1,025.

Gambar 2.19 Moulded Displacement (mld)2.2.20. Moment to Change Trim one Centimeter (MTC)

MTC adalah momen yang diperlukan untuk mengadakan trim sebesar 1 cm. Satuannya dalam Ton meter. Secara matematis MTC dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.20 Moment to Change Trim one Centimeter (MTC)

BAB III

LENGKUNG BONJEAN (BONJEAN CURVE)3.1. Pengertian Lengkung Bonjean (Bonjean Curve)Lengkung Bonjean adalah lengkung / grafik yang menunjukkan luas station sebagai fungsi sarat. Bentuk lengkungan ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang sarjana dari Prancis yang bernama Bonjean pada abad ke-19.

Jadi untuk menghitung luas station sampai setinggi sarat yang diinginkan dapat di baca pada lengkung-lengkung bonjean dengan menarik garis mendatar hingga memotong lengkung bonjean pada station dan sarat yang diinginkan. Pada umumnya lengkung bonjean cukup digambarkan sampai dengan geladak tepi kapal (Upper Deck Side Line) sepanjang kapal.3.2. Fungsi Lengkung Bonjean (Bonjean Curve)Lengkung Bonjean berfungsi untuk mendapatkan volume dan displacement tanpa kulit pada setiap sarat yang dikehendaki, baik kapal tersebut dalam keadaan even-keel maupun trim dan juga pada saat kapal terkena gelombang. Untuk langkah pengerjaan selanjutnya lengkung bonjean digunakan untuk perhitungan kebocoran (Floodable Length).Pembagian garis air untuk gambar pada lengkung hidrostatik dan bonjean adalah sebagai berikut.

i. 0,00 m WL ~ 0,75 m WL

ii. 0,75 m WL ~ 1,50 m WL

iii. 1,50 m WL ~ 3,00 m WL

iv. 3,00 m WL ~ 4,50 m WL

v. 4,50 m WL ~ 6,00 m WL

vi. 6,00 m WL ~ 8,21 m WL

Pembagian station adalah 20 station dimulai dari after peak (AP) hingga fore peak (FP).

3.3. Bentuk Bentuk Lengkung Bonjean

i. Garis Lurus= Bentuk ini adalah bentuk station atau penampang kapal berbentuk segiempat. Jadi pertambahan luas tiap sarat yang sama selalu konstan.

Gambar 3.1 Gambar Lengkung Bonjean Berbentuk Garis Lurusii. Parabola

= Bentuk ini adalah bentuk station dengan penampang segitiga maupun melengkung.

Gambar 3.2 Gambar Lengkung Bonjean Berbentuk Parabolaiii. Parabola diikuti Garis Lurus= Bentuk seperti ini adalah untuk bentuk penampang kapal melengkung pada bagian bawah kapal dan garis lurus unruk bagian atas kapal. Jadi pada awalnya perubahan luas tidak konstan tapi kemudian pertambahan luasnya konstan pada sarat yang lebih tinggi.

Gambar 3.3 Gambar Lengkung Bonjean Berbentuk Parabola Diikuti Garis LurusBAB IV

TABEL PERHITUNGAN

4.1. Tabel A

Tabel A merupakan tabel perhitungan untuk main part. Tabel A dibuat untuk interval garis air. Interval tersebut dibagi menjadi 2 bagian yang sama sehingga terdapat 3 garis air yang ditinjau pada tiap tabel A.

Data - data yang dimasukkan dalam Tabel A adalah :

y: Half breadth pada station dan garis air yang ditinjau.

n : Faktor momen memanjang kapal ditinjau dari midship.

S: Faktor simpson memanjang kapal.

n': Faktor momen vertikal ditinjau dari garis air tengah.

S': Faktor simpson vertikal.

g : Panjang kurva body plan dari midship sampai dengan garis air yang ditinjau pada tiap station.4.2. Tabel B

Pada tabel B dilakukan perhitungan main part berdasarkan data / hasil perhitungan yang didapat dari tabel A. Perhitungan tersebut adalah :

Lwl= Panjang garis air paling atas.

B= Lebar garis air paling atas.

D= Tinggi garis air paling atas.

(= Jarak station = 9,01 m.(= Jarak tiap garis air = interval.T= Tebal Pelat.Vol Disp mld= 2 ( ( 1/3 ) ( ( 1/3 ) ( ( ( ( ( [ 1 ]

Displacement= 1,025 ( Volume Displacement.

KB= Tinggi titik berat volume interval tersebut.

= Tinggi garis air tengah.(B= Jarak titik berat volume interval tersebut ke midship.

= ( [ 3 ] ( ( ) / [ 1 ]

WPA= Luas garis air paling atas = 2 ( ( 1/3 ) ( ( ( [ 4 ]

Cw= Koefisien garis air teratas = WPA / ( Lwl ( B )

MSA= Luas midship station pada interval tersebut.

= 2 ( ( 1/3 ) ( ( ( [ 9 ]

MSA per WL= Luas midship station dari 0 m WL s/d garis air teratas.

Cm= Koefisien midship station = MSA per WL / ( B ( d )

Vol Displextreme= Volume Displacement dari 0 m WL s/d garis air teratas.

Cb= Koefisien blok

= Volume Displacement / ( Lwl ( B ( d )

IT= Momen inersia melintang garis air teratas.

= 2 ( ( 1/3 ) ( ( 1/3 ) ( ( ( [ 5 ]

TBM= IT / Volume Displacement.(F= Jarak titik berat luas garis air teratas ke midship.

= ( [ 6 ] ( ( ) / 4 ]

IL= ( [ 7 ] - ( [ 6 ] 2 / [ 4 ] )) ( 2/3 ( ( 3

LBM = IL / Volume DisplacementWSA= Luas permukaan basah pada interval tersebut.

= 2 ( ( 1/3 ) ( ( ( [ 8 ]

Dif. of WSA= Luas permukaan basah dari 0 m WL s/d garis air terbawah.

WSA per WL= Luas permukaan basah dari 0 m WL s/d garis air teratas.

Shell Disp.= Volume kulit pada interval tersebut.

= ( 1,025 / 1 ) ( t ( WSA

Dif. of SD= Volume kulit dari 0 m WL s/d garis air terbawah.

Total SD= Volume kulit dari 0 m WL s/d garis air teratas.

4.3. Tabel C Tabel HTabel C s/d tabel E1 merupakan tabel perhitungan cant part. Hal-hal yang dihitung secara garis besar sama dengan perhitungan main part.

Tabel E2 merupakan tabel perhitungan data gabungan main part dan cant part untuk WSA, Shell Displacement, WPA dan (F.

Tabel F merupakan tabel perhitungan data gabungan main part dan cant part untuk LBM dan TBM.

Tabel G merupakan tabel perhitungan data gabungan main part dan cant part untuk Moulded Displacement, KB dan (B.

Tabel H merupakan data akhir perhitungan hidrostatik untuk seluruh badan kapal sampai dengan sarat penuh.

4.4. Tabel I Tabel J

Tabel I dan Tabel J merupakan tabel data perhitungan bonjean sampai dengan upper deck side line (sheer).Tabel 4.1 Tabel A1 (Hydrostatic Calculation of Main part)

Tabel 4.2 Tabel A2 (Hydrostatic Calculation of Main part)

Tabel 4.3 Tabel A3 (Hydrostatic Calculation of Main Tabel 4.4 Tabel A4 (Hydrostatic Calculation of Main part) Tabel 4.5 Tabel A5 (Hydrostatic Calculation of Main part)

Tabel 4.6 Tabel A6 (Hydrostatic Calculation of Main part)

Tabel 4.7 Tabel B1 (0,00 mWL 0,75 mWL)

Tabel 4.8 Tabel B2 (0,75 mWL 1,50 mWL)

Tabel 4.9 Tabel B3 (1,50 mWL 3,00 mWL)

Tabel 4.10 Tabel B4 (3,00 mWL 4,50 mWL)

Tabel 4.11 Tabel B5 (4,50 mWL 6,00 mWL)

Tabel 4.12 Tabel B6 (6,00 mWL 7,404 mWL)

Tabel 4.13 Tabel C (Calculation of Cant Part)

Tabel 4.14 Tabel D (Calculation of Cant Part)

Tabel 4.15 Tabel E1 (Calculation of Cant Part)

Tabel 4.16 Tabel E2 (Total Value For Main Shell Displacement)

Tabel 4.17 Tabel F (Longitudinal & Transverse Metacentre Above Center of Bouyancy)

Tabel 4.18 Tabel G \Tabel 4.19 Tabel H (Result of Hydrostatic Calculation)

Tabel 4.20 Resume Result of Hydrostatic Calculation

Tabel 4.21 Resume Result of Hydrostatic Calculation with Scale

Gambar 4.1 Gambar Bodyplan MT. Maryam Ihmadillah

Gambar 4.2 Gambar Halfbreadth MT. Maryam Ihmadillah

Gambar 4.3 Gambar Lengkung Cw ,Cb, C ,Cp

Gambar 4.4 Gambar Lengkung LBM, LKM

Gambar 4.5 Gambar Lengkung B , F , DDT

Gambar 4.6 Gambar Lengkung mld ,

Gambar 4.7 Gambar Lengkung TBM , TKM , KB

Gambar 4.8 Gambar Lengkung WSA, WPA, MSA

Gambar 4.9 Gambar Lengkung Shell Displacement, TPC

Gambar 4.10 Gambar Lengkung MTCTabel 4.22 Tabel I (Bonjean Calculation)

Tabel 4.23 Tabel J (Total Area 0,00 mWL-Upper Deck)

Tabel 4.24 Resume Result Bonjean Calculation

Tabel 4.25 Resume Result Bonjean Calculation with Scale

Gambar 4.11 Gambar Lengkung Bonjean Station AP & 0,25

Gambar 4.12 Gambar Lengkung Bonjean Station 0,50 & 0,75

Gambar 4.13 Gambar Lengkung Bonjean Station 1,00 & 1,50

Gambar 4.14 Gambar Lengkung Bonjean Station 2,00 & 2,50

Gambar 4.15 Gambar Lengkung Bonjean Station 3,00 & 4,00

Gambar 4.16 Gambar Lengkung Bonjean Station 5,00

Gambar 4.17 Gambar Lengkung Bonjean Station 6,00 & 7,00

Gambar 4.18 Gambar Lengkung Bonjean Station 7,50 & 8,00

Gambar 4.19 Gambar Lengkung Bonjean Station 8,50 & 9,00

Gambar 4.20 Gambar Lengkung Bonjean Station 9,20 & 9,50

Gambar 4.21 Gambar Lengkung Bonjean Station 9,75 & FP

BAB V

PERHITUNGAN TEBAL PLAT

Data yang diperlukan :

a= Jarak gading normal

a= 2,5 . L + 410 mma= 2,5 . 126,26 + 410 mma= 725,65 mm a= 0,725 m 0,725 mk= 1,0 faktor bahan untuk ordinary steels

tk= 1,5 faktor korosi beban

nf= 1,0 untuk sistem gading lintang

nf= 0,83 untuk sistem gading bujur

Pb = Beban alas kapal

P0= 2,1 x (Cb + 0,7) x C0 x CL x f x CRW (BKI VOL 2 Sec.4 Chap. A.2.2)P0= 2,1 x (0,70 + 0,7) x 8,45 x 1 x 1 x 1 P0 = 24,843 kN/m2Cf

=Cf1 = 1,0 + {x (0,2 )} , untuk 0< 0,2 pada buritan kapal

Cf1 = 1,0 + {x (0,2 )}

Cf1 = 1,71 , pada buritan kapalCf2 = 1,0 , untuk 0,2< 0,7 pada midshipCf3 = 1,0 + { x ( 0,7)2} , untuk 0,7 1,0 pada haluan kapal

Cf3 = 1,0 + { x ( 0,7)2}Cf3 = 2,138, pada haluan kapalCL = 1,0 untuk L ( 90 m

CRW = 1,0 untuk tak ada batas

f

= 1,0 untuk panel pelat terluar dari lambungPs = Beban Sisi Kapal Dibawah Garis Air Muat (Garis Air)

Z = Jarak vertikal dari garis air muat sampai dasar kapal

Gambar 5.1 Gambar Sketsa ZZ = x T = x 8.21 = 2,74 m Ps1 = Beban sisi kapal untuk daerah 0x/L0,2 (Buritan)

Ps1 =

Ps1 =

Ps1 = 111,359 kN/m2Ps2 = Beban sisi kapal untuk daerah 0,2x/L0,7 (Tengah)

Ps2 =

Ps2 =

Ps2 = 87,834 kN/m2

Ps3 = Beban sisi kapal untuk daerah 0,7x/L1,0 (Haluan)

Ps3 =

Ps3 =

Ps3 = 125,54 kN/m2

ts2= Tebal plat sisi di bawah garis air (WL)

, untuk L 90 m

Tebal plat sisi kapal 0,1L dari AP

Tebal plat sisi kapal 0,4L midship

Tebal plat sisi kapal 0,05L dari FP

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Lengkung hidrostatik adalah lengkung yang dibuat untuk mengetahui sifat-sifat badan kapal yang tercelup di dalam air, atau dengan kata lain untuk mengetahui sifat-sifat karene.

Lengkung - lengkungan hidrostatik digambar sampai sarat penuh dan tidak berlaku untuk kondisi kapal trim. Ada 20 lengkungan dalam lengkung hidrostatik yakni CB, C, CWL , , LBM , LKM, KB, TBM, B/LCB, F/LCF, TKM, MSA, WPA, WSA, DDT, TPC, SD, , mld, MTC.Lengkung Bonjean adalah lengkung / grafik yang menunjukkan luas station sebagai fungsi saratLengkung Bonjean berfungsi untuk mendapatkan volume dan displacement tanpa kulit pada setiap sarat yang dikehendaki, baik kapal tersebut dalam keadaan even-keel maupun trim dan juga pada saat kapal terkena gelombang. Untuk langkah pengerjaan selanjutnya lengkung bonjean digunakan untuk perhitungan kebocoran (Floodable Length).6.2. SaranUntuk memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan Tugas Rancang 1 sampai Tugas Rancang 5 , hendaknya pihak jurusan menerbitkan buku panduan / diktat dasar pengerjaan Tugas Rancang .

DAFTAR PUSTAKABiro Klasifikasi Indonesia.2006.Rules For The Clasification and Construction of Seagoing StellShips : Rules For Hull V.2.Jakarta : Biro Klasifikasi Indonesia.

Guldhammer, H. E.1962.FORMDATA: Some Systematically Varried Ship Forms and their Hydrostatic Data.Denmark : Danish Technical Press,Santoso, I Gusti Made, Sudjono, Joswan Jusuf.1983 Teori Bangunan Kapal 1,Indonesia :Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikandan Kebudayaan.

Sofii, Moch.,Djaja, Indra Kusna, 2008.Teknik Konstuksi Kapal Baja Jilid 1 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjono, Joswan Jusuf, 1983. Teori Bangunan Kapa III. Indonesia : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

INDEKS

LPP= Panjang kapal dari AP sampai FP

B= Lebar kapal

H= Tinggi kapal

T= Sarat kapal (tinggi kapal sampai pada garis air muat)

Cb= Koefisien Blok

Cp= Koefisien prismatik

Co= Koefisien gelombang

CL= Service Pelayaran

Cf= Koefisien faktor distribusi beban sisi kapal

PO= Beban dinamis

Pb= Beban alas kapal

Ps= Beban sisi kapal

a= Jarak gading normal

k = Faktor bahan untuk ordinary steels

tBi= Tebal pelat alas kapaltsi= Tebal pelat sisi kapal

tk= Faktor korosi

nf

= Sistem gadingLAMPIRAN

ABDI WIRA ETUA SIHOMBING2109011312001118

_1444756058.unknown

_1491405192.unknown

_1491405630.unknown

_1491406051.unknown

_1491406108.unknown

_1491406141.unknown

_1491405704.unknown

_1491405326.unknown

_1491405532.unknown

_1491405251.unknown

_1444756062.unknown

_1444756066.unknown

_1444756164.unknown

_1444756064.unknown

_1444756059.unknown

_1444756053.unknown

_1444756056.unknown

_1444756057.unknown

_1444756055.unknown

_1444756051.unknown

_1444756052.unknown

_1444587014.unknown

_1444756049.unknown

_1444756050.unknown

_1381154938.unknown