analisis banjirqu form jurnal

10
 ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM DAN BANJIR SEMARANG STUDI KASUS TANGGAL 7 FEBRUARI 2009 AMRYA KHAERIMA NIP. 1988071020082001 STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG  Abstrak Sejak awal bulan Februari, Semarang banyak mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Namun yang terekstrim yaitu pada tanggal 7 Februari 2009 tercatat 230.5 milimeter/ hari dan juga mengalami pasang air laut (Rob). Dikutip dari Semarang-Kompas (09/02/2009) : Bandara Ahmad Yani, Semarang tutup sehari penuh karena landasan pacu tergenang air setinggi 13 centimeter. Sehubungan dengan hal tersebut , penuli s terta rik untuk mengka ji apa saja yang menjad i fakto r-fakto r penyeba b banjir pada tanggal 7 Februari 2009.  Anal isis dilakukan dengan anali sis cuaca dengan menganal isis kontur tekana n udara (BoM Australia), dan data TXLAPS berupa analisis kontur angin permukaan, 850mb, 700mb, 500mb, 200mb dan anali sis medan vorti sitas dan divergensi perla pisan  ser ta anal isi s cit ra sat eli t dan warn ing Sik lon Trop is FREDDY (BoM Aust rali a).  Penul isan ini juga menyertak an analisis gelombang laut dan pasang surut pantai Utara Semarang. Hasil analisis didapat bahwa fenomena banjir semarang tanggal 7 Februari 2009 disebabkan oleh beberapa faktor cuaca ekstrim yang terjadi secara bersamaan yaitu curah hujan yang tinggi akibat adanya konvergensi kuat dan pasang air laut (Rob).  Adapun faktor lainnya yaitu kemiringan tanah, jenis tanah, Catchman Area (hutan), dan Tata Kota Semarang. 1. Penda hul uan 1.1.  Latar Belakang Fenomena banjir Semarang pada ta ngga l 7 Fe br ua ri 2009 di awal i dengan adanya hujan dengan intensitas hujan sangat lebat >100 mi li mete r/ hari . Dan terukur pada  pe naka r huj an OBS sebesar 230.5 milimeter/hari. Kejadian ini te rmas uki fe nome na cuaca ya ng ek st ri m da n memba wa da mpa k  cukup besar khususnya bagi  penerbangan. Hal ini juga di pen garuhi ol eh  pembe ntukan cuaca yang sepanjang waktu tidak dapat lepas dari  pengaruh akti fitas sistem-sis tem sk al a cuaca, di anta ra nya adal ah ganggua n tropi s (Ya man aka et al , 1999). Adanya sistem pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan yaitu Si kl on Tr opis FREDDY suda h memasuki kategori (1) dengan pusat te ka nan re ndah 987 hP a de ngan ke ce pa ta n angi n ma ks imumny a me ncapa i 50 knot , menyeba bkan ada nya dae rah konv ergens i di ata s kepulauan Jawa bagian utara. Adanya pasang air laut atau yang  b iasa di se but de ngan Ro b ju ga me mpengaru hi ke adaa n wi la ya h semarang set el ah ter jad i hujan eks tri m ter sebut. Diketa hui bahwa

Upload: amrya-khaerima

Post on 10-Jul-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 1/9

ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM DAN BANJIR SEMARANG

STUDI KASUS TANGGAL 7 FEBRUARI 2009

AMRYA KHAERIMA

NIP. 1988071020082001

STASIUN METEOROLOGI AHMAD YANI SEMARANG

 Abstrak 

Sejak awal bulan Februari, Semarang banyak mengalami hujan dengan intensitas

ringan hingga sedang. Namun yang terekstrim yaitu pada tanggal 7 Februari 2009tercatat 230.5 milimeter/ hari dan juga mengalami pasang air laut (Rob). Dikutip dari

Semarang-Kompas (09/02/2009) : Bandara Ahmad Yani, Semarang tutup sehari penuh

karena landasan pacu tergenang air setinggi 13 centimeter. Sehubungan dengan hal 

tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebabbanjir pada tanggal 7 Februari 2009.

 Analisis dilakukan dengan analisis cuaca dengan menganalisis kontur tekanan

udara (BoM Australia), dan data TXLAPS berupa analisis kontur angin permukaan,850mb, 700mb, 500mb, 200mb dan analisis medan vortisitas dan divergensi perlapisan

  serta analisis citra satelit dan warning Siklon Tropis FREDDY (BoM Australia).

 Penulisan ini juga menyertakan analisis gelombang laut dan pasang surut pantai UtaraSemarang.

Hasil analisis didapat bahwa fenomena banjir semarang tanggal 7 Februari 2009

disebabkan oleh beberapa faktor cuaca ekstrim yang terjadi secara bersamaan yaitucurah hujan yang tinggi akibat adanya konvergensi kuat dan pasang air laut (Rob).

 Adapun faktor lainnya yaitu kemiringan tanah, jenis tanah, Catchman Area (hutan), dan

Tata Kota Semarang.

1. Pendahuluan

1.1.  Latar Belakang

Fenomena banjir Semarang pada

tanggal 7 Februari 2009 diawali

dengan adanya hujan dengan

intensitas hujan sangat lebat >100milimeter/hari. Dan terukur pada

  penakar hujan OBS sebesar 230.5

milimeter/hari. Kejadian ini

termasuki fenomena cuaca yangekstrim dan membawa dampak 

cukup besar khususnya bagi penerbangan.

Hal ini juga dipengaruhi oleh

 pembentukan cuaca yang sepanjangwaktu tidak dapat lepas dari

  pengaruh aktifitas sistem-sistem

skala cuaca, diantaranya adalah

gangguan tropis (Yamanaka et al,

1999). Adanya sistem pusat tekanan

rendah di belahan bumi selatan yaitu

Siklon Tropis FREDDY sudah

memasuki kategori (1) dengan pusattekanan rendah 987 hPa dengan

kecepatan angin maksimumnya

mencapai 50 knot, menyebabkan

adanya daerah konvergensi di ataskepulauan Jawa bagian utara.

Adanya pasang air laut atau yang

  biasa disebut dengan Rob juga

mempengaruhi keadaan wilayah

semarang setelah terjadi hujanekstrim tersebut. Diketahui bahwa

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 2/9

tinggi maksimum pasang air laut 1.1

meter pada pukul 19.00 wib(Sumber : DISHIDROS TNI AL).

1.2. Lokasi Banjir

Lokasi banjir di wilayah

Semarang meliputi 10 kecamatan

antara lain : Semarang utara,Semarang timur, Semarang barat,

Tugu, Ngaliyan, Semarang tengah,

Genuk, Gayamsari, Pedurungan, dan

Semarang selatan. Sedangkan banjir terparah melanda kelurahan Tanjung

Mas, kecamatan Semarang utara.(sumber : Semarang-Kompas

(9/2/2009).

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Cuaca Ekstrim dan Cuaca

Signifikan

Cuaca ektrim (extreme

 phenomena) merupakan fenomena

cuaca yang sangat kuat dan

  berpotensi mengganggu ataumerusak.

Cuaca signifikan (significant 

weather) merupakan cuaca atau

  perubahan kondisi unsure cuaca

dan/atau fenomena cuaca yangdipandang berarti bagi keselamatan

  penerbangan, misalnya adanya

hujan, badai guntur, angina geserdan

  jarak penglihatan mendatar rendahkurang dari 300 meter.

2.2. Hujan

Adalah curahan berupa air, salju

atau butir-butir es yang jatuh sampaidipermukaan bumi. selain

kelebatannya dapat mengurangi jarak 

 penglihatan mendatar , genangan air 

hujan di landasan pacu dapat

mengganggu tinggal landas atau

  pendaratan pesawat terbang.

  parameter yang penting dari hujan  bagi penerbangan adalah

intensitasnya.

Rumus Intensitas rata-rata (kamus

istilah meteorologi Aeronautik),

yaitu:

...(1)

keterangan :r : banyaknya curah hujan

t : menit

2.3. Siklon Tropis

Siklon tropis adalah fenomenaalam berupa pusaran angin, hujan

dan badai petir dalam suatu sistem

daerah tertutup. Siklon tropis hanyadapat tumbuh dan berkembang di

atas wilayah perairan tropis dan sub

tropis yang hangat dengan

kelembaban udara tinggi.

  Dunn (1944) menyimpulkan

  bahwa curah hujan tinggi berkaitandengan siklon tropis akan tetapi

terjadi bila ada aliran uap air yang

menuju ke pusat siklon terus-menerus.

3. Analisis Vortisitas dan Divergensi

Untuk mengadakan analisis

vortisitas dan divergensi harus

didahului oleh analisa isogon-isotach. Data yang diperlukan dalam

analisa isogon dan isotach adalah

kecepatan dan arah angin minimal 2(dua) lapisan permukaan dengan

  perbedaan ketinggian diambil

sedemikian rupa dalam lapisa yangmasih ada kaitannya. Misal

 perbedaan ketinggian ± 5000 kaki.

I = r / t mm/menit

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 3/9

Vortisitas merupakan medan

vektor kerutan (curl) kecepatan darirotasi

fluida dalam ukuran mikroskopis.

Komponen vertikal dari vortisitasdominan dalam aplikasi meteorologi.

...(2)

Divergensi merupakan model

untuk mendeteksi kecenderunganudara

tersebut terpumpun atau sebaliknya

yang dilihat dari komponen

horizontalnya.

  ...(3)

keterangan :

dV/dN : gradien kecepatan anginmendatar 

Ro : 1.93 x Co

V : kecepatan angin

Co dan Cs : lengkungan streamlinedN ditentukan sejauh 150 NM (2.5

derajat lintang). Dan satuan vortisitas

dan divergensi 10-5 s -1.

3. Data dan Metode

Adapun data yang digunakan

dalam penulisan ini yaitu :

1. hasil pencatatan data curah hujan

kumulatif harian2. Analisis cuaca dengan

menganalisis :

• Kontur tekanan udara (BoMAustralia)

• analisis citra satelit

• Warning Siklon TropisFREDDY (BoM Australia).

• Data TXLAPS berupa kontur 

angin permukaan, 850mb,700mb, 500mb, 200mb. Dan

analisis medan vortisitas dan

divergensi.

3. Analisis gelombang laut dan

  pasang surut pantai Utara

Semarang.4. Peta rawan banjir semarang

 bulan Februari

5. Peta kelerengan tanah kotaSemarang tahun 2006

6. Peta jenis tanah kota Semarang

tahun 2006

4. Analisis dan Pembahasan

4.1. Curah Hujan

Berdasarkan hasil pencatatandata curah hujan kumulatif harian

 pada tanggal 7 Februari 2009 tercatatdata curah hujan tertinggi bulan

Februari sebesar 230.5 mm/hari.

Grafik. Curah Hujan Semarangtanggal 3-11 Februari 2009

GRAFIK CURAH HUJAN TANGGAL 3-11 FEBRUARI 2

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

3 4 5 6 7 8 9 10 11

hari ke-

   C  u  r  a   h   H  u   j  a  n   (  m  m   )

Curah hujan

4.2. Analisis Keadaan CuacaTanggal 7 Februari 2009

Berdasarkan analisis kontur 

tekanan, tekanan rendah berada di

Belahan Bumi Selatan. dan terdapat

satu sistem tekanan rendah yangtelah memasuki kategori (1) dengan

Div (D) = dV/dN + V/1.93 Co

Vor (ζ) = dV/dN + V/1.93 Cs

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 4/9

tekanan rendah 987 hPa dan

kecepatan angin maksimum sebesar 

50 knot yaitu Siklon TropisFREDDY.

Gambar 1. kontur Tekanan UdaraTanggal 7 Februari 2009

Dengan adanya gangguan tropis ini

menyebabkan suatu daerah

konvergensi di atas kepulauan Jawa.Daerah konvergensi ini

mengindikasikan peluang

  pertumbuhan formasi awan-awankonvektif semakin besar. Hal ini

dapat dilihat dari citra satelit.

Gambar 2. Citra Satelit Tanggal 7Februari 2009

4.3.  Analisis Medan Vortisitas dan

Divergensi Tanggal 7 Februari

Analisa vortisitas dan divergensi

  penting peranannya dalam

mendeteksi gangguan cuaca. Akantetapi keadaan cuaca yang akan

timbul (jenis awan, sifat dan

intensitas hujan, sifat anginnya)masih perlu diketahui sifat fisis

udaranya. Sifat udara yang akan

mendapat gangguan, kalau ditinjau

dari labilitasnya mempunyai 3 (tiga)kemungkinan : cenderung makin

mantap, tidak berubah, atau makin

goyah. Dari ketiga kemungkinan

tersebut dapat diperhitungkanmacam dan keadaan cuaca yang akan

terjadi.

Gambar 3. Kontur angin 10M

tanggal 7 Februari 2009

Gambar 4. Kontur angin 850mb

tanggal 7 Februari 2009

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 5/9

Gambar 5. Kontur angin 700mb

tanggal 7 Februari 2009

Gambar 6. Kontur angin 500mb

tanggal 7 Februari 2009

Gambar 7. Kontur angin 200mb

tanggal 7 Februari 2009

Dengan menggunakan

  perhitungan rumus di atas, makadidapat nilai vortisitas dan divergensi

sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Perhitungan Vortisitas

dan Divergensi

 N

o.

Lapisan Vortisitas

10-5s -1

Divergensi

10-5 s -1

1. 10 M - 1.08 -1.082. 850 mb -1.08 +1.08

3. 700 mb +0.864 -0.864

4. 500 mb +0.864 +0.864

5. 200 mb -1.295 -1.295

Dari hasil perhitungan vortisitasdan divergensi maka didapat

kemungkinan aktivitas cuaca berikut:

timbul aktivitas

cuaca

Merupakan lapisan

subsidensi dengan

aktifitas cuacamakin kecil / lemah

Pada umumnyalapisan di bawahnya

timbul subsidensi

sedangkan di

lapisan atasnyatimbul aktifitas

cuaca

Pada umumnya

timbul konvergensidi lapisan bawah

sehingga aktifitas

udaranya akan

meningkat

Pada umumnya di

lapisan bawahnyatimbul konvergensi

dengan aktivitascuacanya meningkat

Dapat disimpulkan bahwaaktifitas cuaca pada tanggal 7

Februari 2009 cenderung labil

hingga di lapisan 500mb.

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 6/9

4.4. Analisis Gelombang Laut dan

Pasang Surut Pantai Utara

Semarang

1. Tanggal 7 Februari 2009 terjadi

  pasang maksimum pada pukul

19.00WIB setinggi 1.1 meter.2. Tinggi Gelombang 2.0 – 2.5

meter (Sumber : BMG)

3. Arah Gelombang dari Barat Laut(Sumber : BMG)

4. Periode Gelombang 10.2 detik 

4.5. Kondisi Fisik Daerah

Semarang

Topografi wilayah Kota

Semarang terdiri dari dataran rendahdan dataran tinggi. Dibagian Utarayang merupakan pantai dan dataran

rendah memiliki kemiringan 0-2%

sedang ketinggian ruang bervariasiantara 0-3,5 M.Di bagian Selatan

merupakan daerah perbukitan,

dengan kemiringan 2 - 40% danketinggian antara 90 - 200 M di atas

 permukaan air laut (DPL).

Jenis Tanah di Kota Semarangmeliputi kelompok mediteran coklattua, latosol coklat tua kemerahan,

asosiai alluvial kelabu, Alluvial

Hidromort, Grumosol Kelabu Tua,Latosol Coklat dan Komplek 

Regosol Kelabu Tua dan Grumosol

Kelabu Tua.

Tabel 2. gambaran penyebaran jenis

tanah beserta lokasi :

 No. JenisTanah

Lokasi

1. Mediteran

Coklat Tua• Kec. Tugu

• Kec.

SemarangSelatan

• Kec.

Gunungpati

• Kec.Semarang

Timur 

2. Latosol

Coklat TuaKemerahan

• Kec. Mijen

• Kec.Gunungpati

3. Asosiasi

Aluvial

Kelabu danCoklat

kekelabuan

• Kec. Genuk 

• Kec.

SemarangTengah

4. Alluvial

Hidromorf 

Brumusul

kelabu tua

• Kec. Tugu

• Kec.

SemarangUtara

• Kec. Kec.

Genuk 

• Kec. Mijen

Diketahui lokasi banjir pada tanggal

7 Februari 2009 yang terparah adalahdaerah kelurahan Tanjung Mas dan

kecamatan Semarang utara yang

 berjenis tanah alluvial hidromorf.

Jenis tanah   Alluvial hidromorf mempunyai ciri-ciri fisik warna

kelabu, bertekstur liat, dan memiliki

 permiabilitas (water run off ) lambat.

Ditinjau dari tingkat erosi air,memiliki tingkat kecenderungan

 pengikisan tinggi (erosif). Umumnya

daerah alluvial ini relatif datar.

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 7/9

5. Kesimpulan

− Aktivitas cuaca tanggal 7

Februari 2009 memilikikecenderungan labil dan terjadi

suatu konvergensi pada lapisan

  bawah hingga lapisan 500mb.Sehingga menyebabkan aktivitas

cuaca semakin meningkat.

Sehingga hal tersebut merupakansalah satu indikasi yang

menyebabkan terjadinya hujan

dengan intensitas sangat lebat.

− Banjir yang melanda sebagian

wilayah Semarang tidak hanyadipengaruhi oleh faktor hujan

dan pasang air laut. Tetapi hal inidapat terjadi dikarenakan

keadaan fisik tanah daerah

Semarang tidak memiliki permiabilitas atau daerah serapan

yang baik.

6. Acuan

Tjasyono, Bajong. 1999.  Klimatologi.Penerbit ITB. Bandung.

Suharsono Ah.MG. Pedoman Analisa

Vortisitas dan Divergensi, PusatMateorologi dan Geofisika-Jakarta.

Soekamso.1999.   Modul Meteorologi 

 Dinamis. Jakarta: Badan DiklatMeteorologi dan Geofisika.

Tedjasukmana, Bambang. 1999. Kebijakan Nasional dan Pemanfaatan

Cuaca dan Iklim di Indonesia. Jakarta:

LAPAN.

Haryani, Nanik. 1999.  Pemantauan

 Informasi Cuaca Untuk Analisis banjir 

  Menggunakan Data Inderaja (Studi 

 Kasus: diBojonegoro). Jakarta : LAPAN

www.semarang.go.id/selayang/tanahsmr 

g.html 

www.bom.gov.au/reguser/by_prod/sateli

t/globe_pix.html

www.bom.gov.au/weather/cyclone

 

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 8/9

Lampiran

DAFTAR TINGGI PASANG SURUT (PASUT) SEMARANG

(Lintang 07O.0 S, Bujur 110O.4 T)

TANGGAL 6 – 14 FEBRUARI 2009

Sumber Data : Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia Tahun 2009, Dinas Hidro – Oseanografi TNI AL

5/10/2018 Analisis Banjirqu Form Jurnal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-banjirqu-form-jurnal 9/9

Peta Jenis Tanah Kota Semarang Tahun 2006

Peta Rawan Banjir