anak anak dengan kebutuhan khusus

Upload: abraham-taofik

Post on 17-Jul-2015

443 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANAK ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

I.

PENDAHULUANBanyak istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus diantaranya adalah anak luar biasa, anak cacat, anak berkelainan dan lain sebagainya. Sejalan dengan paradigma berpikir yang berkembang maka berubah juga istilah untuk menyebut anak yang memiliki kebutuhan khusus yaitu anak berkebutuhan khusus yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris children with special needs. Selain istilah anak berkebutuhan khusus, ada istilah lain yang sekarang berkembang luas yang sering digunakan adalah difabel, yang mana merupakan kependekan dari diference ability. Karena perubahan paradigma maka cara memandang anak berkebutuhan khususpun berbeda dengan sebelumnya. Dulu memandang anak dari perbedaan sehingga muncul labeling, dan layanan pendidikanpun disesuaikan dengan label yang dimiliki oleh anak. Sekarang anak dipandang dari persamaan yang membedakan mereka kebutuhannya, dan layanan pendidikanpun disesuaikan dengan kebutuhan mereka serta adanya kompensasi dari hambatan yang mereka miliki. Untuk memahami anak berkebutuhan khusus kita harus memahami perbedaan yang ada pada mereka yaitu perbedaan interindividual dan perbedaan intraindividual. Selain masalah perbedaan, ada beberapa termninologi yang dapat digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus: 1. Impairment: Suatu kondisi dimana individu mengalami kehilangan fungsi organ tubuh atau psikologisnya. 2. Disability: suatu kondisi dimana seorang individu mengalami kekurangmampuan akibat dari impairment atau hambatan yang dimilikinya. 3. Handicapped; menunjuk pada suatu kondisi keterbatasan ketidakmampuan atau impairment yang ada pada diri individu. akibat dari

II. ISIII.1 Etiologi

Ada berbagai faktor yang menjadi kontributor terjadinya anak berkebutuhan khusus, yaitu: 1. Herediter Faktor herediter atau faktor keturunan atau faktor genetic yang dimaksud adalah adanya kelainan kromosom, salah satunya adalah kelainan pada kromosom ke 21 yang disebut trisomi 21, yang menyebabkan downs syndrome pada anak yang dilahirkan oleh seorang ibu. Usia ibu pada saat hamil di atas 35 tahun juga dapat memiliki resiko melahirkan anak berkelainan. 2. Infeksi Infeksi dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan baik langsung maupun tidak langsung, terutama infeksi yang terjadi ketika ibu sedang mengandung, contohnya infeksi TORCH (toksoplasma; rubella, citomegalo virus, herpes), folio, meningitis dan lain sebagainya. 3. Keracunan Keracunan dapat menjadi penyebab munculnya kelainan pada diri seorang anak, salah satu yang dapat menyebabkan keracuanan adalah karena ibu pada saat hamil mengkonsumsi alcohol secara berlebihan yang disebut FAS (fetal alcohol syndrome), selain itu ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obat yang dijual bebas di pasaran tanpa mengikuti petunjuk, dapat membuat janin keracunan, dan menyebabkan kelainan pada anak. 4. Trauma

Trauma kelahiran seperti ketika lahir anak mengalami kekurangan oksigen (tidak bernafas untuk beberapa saat), sehingga suplai oksigen ke dalam otakkurang (afeksia), dapat menyebabkan kelainan pada anak, atau juga kelahiran yang dibantu dengan alat sehingga menyebabkan cedera otak. Bencana alam seperti gempa bumi juga dapat menyebabkan trauma pada anak.

5. Kekurangan gizi Kekurangan asupan gizi pada saat tumbuh kembang anak juga dapat menyebabkan kelainan pada anak, seperti busung lapar. Dilihat dari waktu terjadinya kelainan dapat dibagi menjadi: Pre-natal; peri-natal, pasca natal.

2.2 klasifikasi

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus Setelah dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua maupun pendidik dapat mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan anak. Ada beberapa kategori anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori tersebut antara lain : a. Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra) Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebahagian, dan walaupun mereka telah diberi pertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap mendapat Pendidikan khusus. Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu: 1) Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugastugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar. 2) Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata. Ciri-ciri Tuna Netra : Anak-anak dengan gangguan penglihatan dapat dietahui dengan cirri-ciri berikut - Tidak mampu melihat - Tidak mampu mengenali pada jarak 6 meter

- Kerusakan nyata pada kedua bola mata - Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan - Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil di sekitarnya - Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering - Peradangan hebat pada kedua bola mata - Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, antara lain mata bergoyang -goyang terus

b. Anak dengan gangguan pendengaran ( Tuna Rungu ) Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi /tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu proses pembelajaran anak. Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori, yaitu : 1) Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang telinga bagian tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran. 2) Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang mempengaruhi pendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya campak, radang telinga, pemakaian obatobatan, trauma suara terlalu keras. Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (decibel, disingkat dB, ukuran untuk intensitas/tekanan pada bunyi)). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan. 2. Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid). 3. Ketunarunguan berat, yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar. 4. Ketunarunguan parah , yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya,

ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi visual.

Ciri-ciri Tuna Rungu : 1. Tidak mampu dengar 2. Terlambat perkembangan bahasa 3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi 4. Kurang / tidak tanggap bila diajak bicara 5. Ucapan kata tidak jelas 6. Kualitas suara aneh/monoton. 7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar 8. Banyak perhatian terhadap getaran 9. Keluar nanah dari kedua telinga 10. Terdapat kelainan organis telinga c. Anak retardasi mental ( Tuna Garhita )

Gejala dan tanda dari retardasi mental tidaklah khas , semuanya berkaitan dengan tingkah laku, kebanyakan retardasi mental tidak tampak seperti orang dengan kelainan intelegensi, terutama bila kondisi ini terjadi karena faktor lingkungan seperti malnutri atau keracunan,. Anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar untuk merangkak dan berjalan serta berbicara seperti anak lain pada umumnya namun lebih terlambat. Baik anak-anak maupun orang dewasa dengan retardasi mental akan memiliki sebagian atau seluruh karakteristik dibawah ini: 1. Keterlambatan dalam belajar bicara

2. 3. 4.

Kekurangan daya ingat Kesulitan untuk belajar berinteraksi sesuai nilai sosial yang ada Kesulitan dalam kemampuan problem solving

5. Keterlambatan perkembangan kemampuan adaptasi maupun kemampuan untuk mengurus diri 6. Kurangnya daya tilikan

Anak-anak dengan retardasi mental akan membutuh perhatian dan perawatan yang lebih tergantung pada derajat keparahanya. Pembagian retardasi mental: 1. a. Retardasi mental ringan: IQ 50-69

b. Kemampuan bahasa kurang , namun masih dapat berbicara untuk kempuan sehari haric.

Mampu merawat diri sendiri, melakukan keterampilan rumah tangga. Retardasi mental sedang: IQ 35-49 Kemampuan bahasa kurang, hanya mampu berkomunikasi dasar

2. a. b.

c. 3. a. b.

Mampu merawat diri, tidak mampu melakukan keterampilan rumah tangga Retardasi mental berat: IQ 20-34 Kemampuan sama seperti retardasi mental sedang

c. Memiliki gangguan motorik yang mencolok atau defisit lainnya yang menunjukan adanya kerusakan susunan saraf pusat 4. a. b. c. d. Retardasi mental sangat berat IQ dibawah 20 Pemahaman dan pengunaan bahasa sangat terbatas . Hanya mengerti perintah dasar Hampir tidak mampu melakukan keterampilan dasar

d. Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa) Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui. Sebagian lagi kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secarasempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak. Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat. Contoh Tuna Daksa lainnya adalah : 1. Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak lengkap atau berlebih. 2. Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll 3. Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar). Cerebral palsy merupakan

gangguan pada fisik yang cukup banyak dikenal orang. Jenis-jenis dari Cerebral Palsy adalah: Ciri-ciri Tuna Daksa 1.2. 3.

Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh, Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali)

Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa4.

Terdapat cacat pada alat gerak Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam

5.

6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal

e. Anak unggul dan berbakat istimewa ? Karakteristik yang dimiliki oleh anak berbakat adalah: 1. Secara kognitif. Secara umum, anak-anak berbakat memiliki kemampuan dalam memanipulasi dan memahami simbol abstrak, konsentrasi dan ingatan yang baik, perkembangan bahasa yang lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu yang tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara mandiri, serta memunculkan ide-ide yang original. 2. Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-area dimana menjadi minat mereka. Namun mereka bisa kehilangan motivasinya apabila dihadapkan pada area yang tidak mereka minati. 3. Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis, perfeksionis dan kepekaan terhadap rasa keadilan. Selalu terlihat bersemangat, memiliki komitmen yang tinggi, dan peka terhadap seni. Untuk mengetahui keberbakatan seorang anak maka ia harus mengikuti serangkaian asesmen yang dilakukan oleh psikolog, dan apabila anak tersebut memang dikategorikan sebagai anak berbakat maka ia harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal.

f. Anak dengan hambatan berbicara dan bahasa

Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 1997, gangguan ini mengacu pada gangguan komunikasi seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak. Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada anak dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu: 1. Secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan susunan saraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh. Misalkan: langit-langit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal dan pendek. 2. Lingkungan, dimana anak yang mengalami gangguan ini dikarena mendapat infeksi telinga yang berulang yang berakibat mengganggu pendengarannya atau sampai membuat ketulian. Hal lain yang juga berkontribusi adalah penelantaran dan perlakuan salah pada anak. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut:1.

pemahaman bahasa mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada produksi bahasa komunikasi dialog akan lebih sulit daripada berbicara spontan, sebab komunikasi dialog berada di bawah situasi perintah terganggunya kelancaran bicara terutama yang menyangkut words finding, dan kesulitan untuk menyatukan berbagai elemen dalam sebuah cerita mengalami kesulitan membangun kalimat dan bentuk kata-kata.

2.3.

4.

g. Anak berkesulitan belajar Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang mengalami kesulitan belajar karena ada gangguan persepsi. Ada tiga bentuk kesulitan belajar anak, yakni kesulitan di bidang matematika atau berhitung (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan berbahasa (disphasia), dan kesulitan menulis (disgraphia). Anak kesulitan belajar juga kesulitan orientasi ruang dan arah, misalnya sulit membedakan kiri-kanan, atas-bawah. Tanda-tanda disleksia, antara lain, tidak lancar atau ragu-ragu dalam membaca, membaca tanpa irama (monoton), dan kesulitan mengeja. Tanda-tanda disgraphia, misalnya, tulisan sangat jelek, terbalik-balik, dan sering menghilangkan atau malah menambah huruf. Sedangkan, tanda-tanda diskalkulia, misalnya kesulitan memahami simbol matematika. Penyebab terjadinya kesulitan belajar pada seorang anak adalah: 1. Faktor fisiologis, seperti kerusakan otak, keturunan, dan ketidak seimbangan proses kimia dalam tubuh. 2. Faktor lingkungan, gizi yang buruk, keracunan, kemiskinan.

h. Anak dengan Gangguan Spektrum Autis Akhir-akhir ini jumlah anak yang mengalami gangguan spektrum autis mengalami peningkatan. Anak dengan gangguan spektrum autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang dimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip, sangat terganggu dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensoris. Penyebab terjadinya gangguan spektrum autis dapat dibagi menjadi:1.

Faktor biologis, seperti DNA, multi genetik.

2. Faktor otak, adanya abnormalitas di otak kecil yang mengendalikan koordinasi motorik, kognisi dan keseimbangan. Bersamaan dengan itu juga ada ditemukan abnormalitas di lobus frontal (yang mengendalikan fungsi sosial dan kognitif) dan lobus temporal (untuk memahami ekspresi muka, tanda-tanda sosial dan memori). 3. Faktor lingkungan, seperti penelantaran dari keluarga ternyata dapat memperburuk kondisi dari anak dengan gangguan spektrum autis. Ciri-ciri anak Autis :1.

Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal Terlambat bicara atau tidak dapat berkomunikasi Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasa Planet)

a.b.

c. Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai (Gangguan bahasa ekspresif dan reseptif) d.e. f. g.

Bicara tidak digunakan untuk komunikasi

Meniru atau membeo (ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya. Kadang bicaranya monoton (seperti robot) Afek datar.

2. a. b. c.

Gangguan dalam bidang interaksi sosial. menolak atau menghindar untuk bertatap mata.

tidak menoleh bila dipanggil. Karena hal ini, sering diduga bahwa anak mengalami ketulian. merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.

d. e. f.

tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain.

bila ingin sesuatu, ia menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya. bila didekati untuk bermain justru menjauh. tidak berbagi kesenangan untuk orang lain. Gangguan dalam bidang perilaku dan bermain: umumnya ia seperti tidak mengerti cara bermain. bermain sangat monoton, stereotipik. g.3.

a.b.

c. ada keterpakuan pada mainan atau benda-benda tertentu (seperti rod/sesuatu yang berputar)

i. Anak dengan sindrom Rett

Rett syndrome (DSM IV) adalah sebuah gangguan perkembangan pervasive yang mengenai subtansia gricea cerebri, hanya terjadi pada wanita dan timbul sejak lahir; sindrom ini bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku autistic, ataxia, dementia, kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan funsi tertentu, dengan atrofi cerebral, hyperamonemia ringan, dan penurunan kadar amin biogenic. Disebut juga cerebroatrophic hyperammonemia. Ada tiga criteria klinis untuk dapat memberikan diagnosis : essensial, supportive, dan exclusion Criteria diagnosis essensial : perkembangan yang tampak normal hingga berusia 618 bulan dan mempunyai lingkar kepala normal saat lahir diikuti dengan penurunan pertumbuhan kepala (antara 3 bulan -4 tahun), ketidakmampuan dalam berbahasa (berkomunikasi), gerakan tangan yang repetitive, menggoyang-goyangkan batang tubuh, toe walking (berjinjit), wide-based, dan kaki menjadi kaku. Kriteria suportif tidak harus ada dalam diagnosis RS tapi dapat terjadi pada beberapa pasien. Kriteria suportif : kesulitan bernafas, ketidaknormalan electroencephalogram (EEG), serangan, kekakuan otot, kejang, scoliosis, teeth-grinding, kaki yang kecil bila dihubungkan dengan tinggi badan, retardasi, berkurangnya lemak tubuh dan berat otot, pola tidur yangtidak normal, lekas marah, mengunyah, kesulitan menelan, berkurangnya mobilitas seiring dengan usia, dan sembelit.

Ada juga criteria exclusion. Anak dengan salah satu criteria berikut tidak mempunyai Rett Syndrome : pelebaran organ tubuh, kehilangan penglihatan yang termasuk gangguan retina (optic atrophy), microcephaly sejak lahir, gangguan metabolisme yang dapat diidentifikasi, gangguan degeneratif bawaan lainnya, gangguan syaraf akibat infeksi berat atau head trauma, bukti bahwa sudah mulai retardasi sejak dalam rahim, atau bukti adanya kerusakan otak yang terjadi setelah lahir. Diagnosis Criteria for 299.80 Retts Disorder (American Psychiatric Assosiation, h.77, 2000) A. Semua hal berikut : (1) Normal pada saat perkembangan prenatal dan perkembangan perinatal (2) Perkembangan psikomotor yang normal selama 5 bulan pertama setelah kelahiran (3) Mempunyai lingkar kepala yang normal saat lahir B. Onset (semua hal setelah periode perkembangan normal, yaitu) (1) Penurunan pertumbuhan kepala antara usia 5 sampai 48 bulan (2) Kehilangan kemampuan tangan tertentu yang telah dikuasai sebelumnya antara usia 5 sampai 30 bulan dengan diikuti oleh perkembangan gerakan tangan stereotyped (seperti meremas-remas atu mencuci) (3) Kehilangan keterikatan social pada perkembangan awal (meskipun interaksi social sering berkembang kemudian) (4) Menunjukkan kelemahan terkait dengan koordinasi atau pergerakan tubuh (5) Mengalami gangguan berat pada perkembangan penerimaan bahasa maupun pengekspresian bahasa dengan retardasi psikomotorik berat 1. Tahap 1 Orang dengan sindrom rett umumnya berkembang secara normal kira-kira 6-18 bulan pertama setelah kelahiran. Banyak yang dapat mencapai harapan seperti Tahap Perkembangan Syndrome Rett

menggunakan kata pendek, tersenyum secara spontan dan makan dengan jari. Dari bulan kelima sampai umur 3 tahun, pertumbuhan otak mulai lamban (microchepaly), dan setelah 18 bulan, beberapa keabnormalan yang lain mulai nampak. Anak mungkin lebih lambat dalam memperoleh keahlian baru, bahkan mungkin berhenti untuk memperoleh keahlian baru secara lengkap. Abnormalitas yang lain meliputi berkurangnya jumlah kontak mata, gerak otot yang tidak terkoordinasi dan perilaku yang tidak terkendali. Tahap ini sering tidak diperhatikan karena symptom kurang jelas, pada awalnya orang tua dan dokter mungkin juga kurang memperhatikan lambannya perkembangan anak. Tahap ini terjadi selama beberapa bulan tapi dapat berlanjut selama kurang lebih satu tahun. Tahap 2 Antara umur 1-4 tahun atau tahap kerusakan yang cepat, Tahap ini adalah permulaan hilangnya fungsi tangan dan hilangya kemampuan bicara baik secara cepat maupun bertahap. Karakteristik gerakan tangan yang menonjol pada tahap ini adalah memijat, mencuci, menepuk-nepuk, mengetuk, juga menggerakkan tangan ke mulut berkali-kali. Ada yang tiba-tiba, secara bertingkat, bahkan meningkat. Ini disebut penurunan perkembangan. Seringkali pada umur 3 tahun, control gerak tangan dan spontanitas gerakan menghilang, seiring dengan keahlian berbicara yang bersifat elementer. Bruxisme (gerak tak sadar menggeretukkan gigi) adalah biasa seiring dengan gerak menghisap yang tidak efektif. Gerakan-gerakan tersebut berlanjut saat anak terjaga namun hilang selama tidur. Bernafas secara tidak teratur seperti episode apnea atau hyperventilation mungkin terjadi, meski biasanya kembali bernafas secara normal selama tidur. Beberapa anak menunjukkan autistic, seperti symptom hilangnya interaksi social dan komunikasi. Sifat lekas marah dan ketidakteraturan tidur mungkin terlihat. Lambatnya pertumbuhan kepala mulai diperhatikan pada tahap ini. Tahap 3 Tahap III, disebut juga tahap plateu, penurunan perkembangan berhenti dan gejala cenderung stabil. Biasanya dimulai pada usia antara dua sampai sepuluh tahun. Apraxia, masalah motorik, dan serangan merupakan karakteristik khas tahap ini. Meskipun begitu dimungkinkan ada peningkatan dalam perilaku, dengan penurunan rasa mudah marah, mengangis, dan autistic. Individu pada tahap III mungkin menunjukkan ketertarikkan pada lingkungannya dan peningkatan kewaspadaannya,

rentang perhatian, dan kemampuan komunikasi. Namun, umumnya skoliosis mulai terjadi sebelum umur 8 tahun. Tahap 4 Tahap IV, disebut tahap kemunduran motorik lanjut, dapat terjadi selama empat tahun atau sepuluh tahun. Karakteristiknya adalah berkurangnya mobilitas, melemahnya otot, kekakuan, kejang, dystonia(meningkatnya sifat otot dengan postur abnormal yang ektrim atau berbatang), dan scoliosis. Anak yang sebelumnya mampu berjalan mungkin akan berhenti berjalan. Secara umum, tidak ada penurunan lagi pada kognisi, komunikasi, atau keterampilan tangan pada tahap IV. Gerakan tangan berulang-ulang mungkin berkurang dan tatapan mata mungkin meningkat.j.

Anak dengan sindrom Asperger Sindrom asperger termasuk kedalam gangguan spektrum autis . yang ditandai dengan adanya keterbatasan dalam memahami komunikasi nonverbal dan memahami kata-kata yang memiliki arti yang lebih dari satu seperti katanya sindiran. Sindrom asperger memiliki ciri-ciri:

1. 2. 3.4.

Kurang mampu menunjukan empati Kurang mampu melakukan interaksi sosial Minat yang terbatas

Melakukan kegiatan yang berulang namun berbeda dengan autis , gerakan yang dilakukan semuanya tidak memiliki bahaya melukai diri. 5. 6. Ketidak mampuan memahami pembicaran yang memiliki arti ganda seperti sindiran. Ekolalia

2.3

Penanganan/terapi

2.3.1 Cara membantu anak dengan kelainan fisik Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan fisik, antara lain : a. Bina Mandiri : Kenali kondisi anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa dan perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan perlakuan yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.

Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak memberi harapan palsu. Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi kekuatan terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa cinta tanpa pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan waktu untuk meberi bantuan. Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal. Kegiatan yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena akan menghambat perkembangan anak. Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak. Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan mempermudah anak beraktivitas. Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran anak lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan. b. Rehabilitasi medik : Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam renang.

Terapi Okupasi : o Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan keberanian. o Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar. o Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan mengamplas. Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/vokal,

Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi. Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut. Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi . Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace, tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

2.3.2

cara penanganan anak dengan retardasi mental

sampai pertengahan abad 20 anak-anak dengan retardasi mental selalu dianggap sebagai beban masyarakat dan selalu di kucilkan, namun dengan berkembangnya ilmu dan taraf pendidikan masyarakat , kini mereka yang memiliki retardasi mental mulai mendapatkan perhatian, dimana-mana mulai berdiri organisasiorganisasi dan tempat tempat pelatihan untuk mereka dengan retardasi mental, tujuan akhir dari pelatihan anak-anak dengan retardasi mental ada mereka dapat menjadi mandiri, latihan yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan badan) 2. Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua 3. Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak. 4. Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

Pengobatan dengan farmakologi tidak di sarankan namun dapat di berikan obat obatan anti psikosis dan mood stabilizer untuk membantu prilaku, namun memerlukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi tubuh yang lainnya.

2.3.3 penanganan anak dengan gangguan bicara dan bahasa

Xavier Tan menjelaskan bahwa untuk menangani anak-anak ini kita bukan menggunakan program training namun dengan melakukan pendekatan semua aspek tumbuh kembang seorang anak yang dari satu anak ke anak lain dari hari ke hari juga berbeda. Disamping itu kita juga perlu menggunakan konsep metamorphose perkembangan otak anak. Setelah usia tiga tahun. Prinsip penanganan pada fase awal verbal, Dalam fase ini Instituut Dysfatisch Ontwikkeling menggunakan metode yang kemudian dinamakan Tan-Sderbergh Metoda, yang sudah dimulai dicobakan oleh institute ini sejak tahun 1986. Prinsipnya adalah memanfaatkan perkembangan yang dominan pada anak-anak ini, yaitu mereka mempunyai perkembangan otak sebelah kanan yang dominan. Otak sebelah kanan ini lebih berfungsi untuk mengatur fungsi visual, seperti mengenal berbagai logo-logo, lebih cepat membaca melalui berbagai logo dan alfabhet, maka kelebihan ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan juga kemampuan verbal yang tertinggal. Metoda ini diperuntukkan pada anak-anak pure dysphatic development usia 3-4 tahun, saat mana anak-anak ini sudah mulai berbicara.

Kegiatannya dilakukan perkelompok, di sekolah, antara 4 5 anak dengan satu orang pembimbing. Selain dilakukan di sekolah juga dilakukan secara simultan dan terpadu di rumah oleh orang tua/ibunya. Karena itu tetap dibutuhkan kerjasama terpadu antara orang tua dan guru. Perkembanganindividual tetap mendapatkan perhatian, agar kegiatan yang diberikan sesuai dengan perkembangan dan minat anak. Pada prinsipnya metoda ini mengajarkan berbicara dan berbahasa dengan menggunakan berbagai kata-kata yang menjadi perhatian si anak, kata-kata dan huruf serta kalimat yang tersebar dimana-mana di sekitarnya. Perhatian anak ini kita

manfaatkan untuk mengembangkan apa yang ia lihat, dan kita manfaatkan untuk mengembangkan kemampuan verbalnya yang tertinggal. Huruf, kata-kata, kalimat yang menjadi perhatiannya itu kita kembangkan bahwa hal itu menjelaskan sesuatu, dimana referensi (buku-buku) yang bisa menjelaskan kata-kata tadi. ( Misalnya ia melihat kata kapal, kita jelaskan kapal itu apa, bagaimana bentuknya, dimana dapat kita temukan, bagaimana menbuatnya, dan seterusnya). Sderbergh sendiri menjelaskan bahwa mulailah dengan nama-nama anggota keluarga, papa, mama, adik, kakak, oma, opa, dan jelaskan melalui skema, gambar, foto, arti mama, dan arti papa, kakak dan adik. Dengan satu thema ini saja kita bisa mengembangkan ke banyak kata, kalimat, dan cerita. Membuat berbagai permainan dengan cerita papa, mama, kakak, adik. Memanfaatkan berbagai perlengkapan yang bisa menjelaskan tentang figur-figur tadi (pakaian, sepatu, tas). Manfaatkan berbagai permainan seperti permainan memori untuk lebih mengenal dan mengulang kata-kata tersebut. Dengan begitu berbagai kata-kata yang berdiri sendiri tanpa makna, namanama benda, nama orang, dan kata ganti orang, akan segera dipelajari dan mudah masuk ke dalam memorinya. Menghapal akan kata-kata yang berdiri sendiri tadi merupakan salah satu kelemahan dari anak-anak kelompok ini, karena dalam mempelajarinya memerlukan bantuan kemampuan visualnya yang memang kuat. Sedang Xavier Tan lebih mengembangkan apa yang sudah diperkenalkan oleh Sdenbergh, Tan mengembangkan dengan pendekatan menggambar dan menulis. Apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak diharapkan dapat dikeluarkan melalui gambar, lukisan, dan cerita tertulis. Dari upaya menarik yang dipikirkan dan yang dirasakan oleh anak dikembangkan lebih lanjut secara kreatif dalam sebuah cerita yang penuh petulangan yang memikat. Kata-kata penting yang dikenal anak dituliskan dalam sebuah kartu bersama gambar yang telah dibuat, dimasukkan ke dalam satu map, yang sewaktu waktu dapat dikembangkan lebih lanjut. Dengan begitu setiap saat akan dengan sendirinya berlatih. Menulis kata-kata tadi dapat menggunakan stempel ABC. Atau kita bisa juga menggunakan huruf magnit yang dapat kita letakkan dimana-mana (lemari es, dapur, ruang makan, ruang tamu. Sekali lagi Xavier Tan menegaskan bahwa metoda Sdenbergh-Tan ini bukan program training, kegiatan sepanjang hari dan setiap hari tergantung dariperkembangan seorang anak, dan hanya diberikan kepada anak-anak yang mempunyai kemampuan reseptif baik, dan mampu berbahasa symbol (non-verbal) yang baik, serta telah mempunyai perkembangan bicara namun belum mampu mengembangkan bahasa ekspresi secara baik, dalam bentuk kalimat yang baik dan yang mempunyai arti. Pengembangan menulis dan bacaan terus dikembangkan sesuai dengan kemampuan anak, yang makin lama materi bacaan, cerita, gambar, musik dan nyanyian diarahkan kepada pengenalan masalah-masalah yang bisa ditemui setiap hari, serta berbagai cerita yang berthemakan sosial emosional. Terapi wicara pada fase verbal : Xavier Tan & Njiokiktjien berpendapat bahwa speech patolog klasik pada umumnya lebih menekankan pada pelatihan berbicara dan perbaikan pada gejala-gejala gangguan bicara, dan cognitive linguistic (yang diatur oleh bagian otak sebelah kiri). Tujuan terapi wicara adalah training ketrampilan

(misalnya memperbanyak daftar vocabulary, dan melakukan imitasi struktur kalimat) yang dalam prakteknya digeneralisasi dan menjemukan. Selanjutnya Xavier Tan dan Njiokiktjien menyitir apa yang dijelaskan dalam buku Handbook Taalontwikkeling, Taalpathologie en Taaltherapie bij Nederlands Sprekende Kinderen (1994,2000), ada 5 bentuk penekanan pada terapi wicara.

1. Penekanan pada faktor verbal. Sebelum tahun 1970 dilakukan latihan prasyarat perkembangan bicara yaitu sensomotorik, pencanderaan secara umum, yang bisa secara cepat diikuti oleh anak bila anak sudah mempunyai adanya perkembangan pencanderaan auditif (artinya telah ada perkembangan otak sebelah kiri dengan fungsi yang baik) . Setelah tahun 1970, stimulasi dan programa pengayaan bahasa dikembangkan lebih luas lagi guna meningkatkan kwalitas pelayanan 2. Penekanan pada faktor syntaxis. Dalam hal ini lebih diarahkan pada memberi pelajaran struktur syntax (gramatika) yang lebih spesifik yang perkembangannya memang tidak mencukupi bila dibanding teman sebayanya. Terapis memberikan layanan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak berdasarkan hasil dari analisa, yang dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya (penekanan pada produksi bahasa). Dari sini kemudian dilakukan latihan (dengan model imitasi) tahap bertahap hingga ia berada di atas kemampuan yang ada agar mencapai kemampuan rata-rata anak seusianya. Kekurangan dari memberikan pelatihan dengan cara agar anak mengikuti program (imitasi) ini menjadikan anak tidak melakukan pengembangan kemampuan secara spontan. Namunbukan berarti bahwa memberikan pelatihan dengan cara imitasi tidak perlu, tetap diperlukan, hanya saja dalam metoda Sdenbergh-Tan penekanannya pada spontanitas dan kemampuan diri anak. Sebab menurut Sdenbergh-Tan anak-anak pure dysphatic development ini mempunyai bahasa yang ia kembangkan dengan caranya sendiri, yang hidup, spontan, dan penuh dengan perasaan, disebutnya sebagai innerlijke spraaktaal atau inner speechlanguage. 3. Penekanan pada faktor semantik-kognitif. Dalam hal ini anak diarahkan agar mempunyai kemampuan pengertian bahasa; dimana kemampuan ini berkaitan langsung dengan pemrosesan bahasa. Dalam sesi terapi anak diajak untuk memahami kata-kata, hubungan satu kata dengan kata yang lainnya, kaitannya dengan tata ruang atau dimensi, kaitannya dengan waktu, dlsb. Pendek kata ditekankan pada apa yang diucapkan dan pemahamannya. Pendekatan dialog antara terapis dan anak merupakan hal yang paling penting. Terapis banyak bertanya, dan anak menjawab, yang oleh Sdenbergh-Tan justru dikritik sebagai pada akhirnya melahirkan situasi komando dimana anak harus menjawab pertanyaan, padahal hal ini adalah kelemahan anak-anak pure dysphatic development. 4. Penekanan pada faktor pragmatik. Dalam hal ini diarahkan agar anak mempunyai kemampuan penguasaan bahasa, dan bagaimana penggunaan bahasa yang baik. Komunikasi timbal balik dan interaksi

sosial merupakan pusat perhatian dari pelatihan, yang akan menghasilkan peningkatan kemampuan bercakap-cakap. 5. Penekanan pada faktor komunikasi. Dalam hal ini diarahkan bagaimana bentuk komunikasi yang cocok untuk anak-anak dan dewasa bila kemampuan verbal tidak dapat lagi dikuasai. Tujuan penanganan ini adalah untuk meningkatkan perkembangan bahasa dan bicara terutama produksi bahasa dengan cara bagaimana anak dapat mengeluarkan berbagai ide yang ada di kepalanya dalam bentuk kata-kata, serta perluasan penguasaan berbahasa. Namun bentuk imitasi pun akan mendapatkan penghargaan secara positip. Struktur gramatika juga akan senantiasa dilatih. Bentuk Tanya jawab akan juga difasilitasi. Pada akhirnya diupayakan agar anak dapat berbahasa dan berbicara dengan lancer. Anak dapat belajar mengatasi words finding secara cepat, untuk kemudian agar lebih mudah memformulasi dan bercerita. Innerlijke spraak-taal (kemampuan berbahasa inner) distimulasi agar mampu ditunjukkan secara eksplisit. Ergotherapy adalah terapi gerak dan sensoris dalam hal ini lebih ditujukan untuk melatih jika anak mempunyai masalah dalam pengucapan (dyspraxia) yang disebabkan karena gangguan pada motorik dasar, indera, terlalu sensitive, serta gangguan fisik lainnya. Tujuannya untuk mengatasi aspek gangguan secara spesifik yang dibutuhkan dalam mendukung perbaikan bahasa dan bicara.

2.3.4 penanganan anak dengan sindrom rett

Tidak ada obat untuk Rett Syndrome. Treatment untuk gangguan ini terfokus pada manajemen symptom yang ada dan membutuhkan pedekatan dari multidisiplin ilmu. Terapi memfokuskan pada tujuan untuk memperlambat kerusakan motorik dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

A.

Penggunaan Obat Obat dibutuhkan untuk kesulitan bernafas, kesulitan motorik, dan antiepilepsi.

1.

L-Dopa adalah bentuk sintetis dari dopamine. Ini ditemukan untuk

mengurangi kekakuan selama tahap kemunduran motorik (tahap 4), tetapi sebaliknya gagal untuk menyediakan peningkatan pada basis yang konsisten.

2.

Naltrexone (Revia) adalah lawan dari opium, biasanya untuk

mengurangi kecanduan obat. Penggunaan neltraxone dalam dosis rendah atau tinggi mungkin bermanfaat dalam control nafas yang tidak teratur dan kejang, dan mengurangi teriakan-teriakan. Ini mungkin ada kaitannya dengan efek obat penenang. Namun terdapat efek lain yaitu kehilangan nafsu makan. 3. Bromokriptin (Parlodel) adalah obat yang meningkatkan fungsi

system dopamine di otak. Satu obat yang diuji coba menunjukkan peningkatan awal dalam komunikasi, berkurangnya kegelisahan dan berkurangnya gerak tangan di tahap pertama, namun ketika obat berhenti, gejala akan muncul lagi, dan pengenalan kemali pada obat tidak membawa kembali pada peningkatan awal.4.

Tirosin (dopamine dan noradrenalin) dan triptophan (serotonin)

adalah asam amino yang biasanya mendorong level transmitter. Studi menunjukkan tidak ada perbedaan dalam penampilan klinis ataun polla EEG. L-Carnitin adalah turunan dari asam amino esensial lisin. B.1.

Terapi Terapi fisik dimaksudkan untuk menjaga atau meningkatkan

kemampuan berjalan dan keseimbangan, mempertahankan jauhnya jangkauan gerak paling tidak mempertahankan fungsi gerak dan mencegah kecacadan. Tujuan dari terapi fisik adalah untuk menjaga atau meningkatkan keterampilan motorik, mengembangkan keahlian transisional, mencegah atau mengurangi kecacatan, mengurangi ketidaknyamanan dan kegelisahan serta meningkatkan kemandirian. Terapi fisik dapat memperbaiki dan meningkatkan pola duduk dan berjalan serta memonitor perubahan sepanjang waktu. Terapi fisik digunakan untuk: mengurangi apraxia, menstimulasi penggunaan tangan untuk mendukung mobilitas, mencapai keseimbangan yang lebih baik, meningkatkan koordinasi, mengurangi ataxia, meningkatkan body awareness, memberikan jangkauan gerakan yang lebih baik, mengurangi sakit pada otot, menjaga dan meningkatkan mobilitas, melawan kejang-kejang,dan meningkatkan respon protektif. Contoh terapi fisik yaitu menggunakan kolam bola, tempat tidur air, atau trampoline.

2.

Terapi Occupational dapat digunakan untuk meningkatkan

kegunaan tangan. Dari penelitian diketahui bahwa terdapat penurunan gerakan tangan yang diulang-ulang dapat mengarahkan pada kewaspadaan dan fokus yang lebih baik, sama baiknya dengan membantu mengurangi kecemasan dan perilaku menyakiti diri sendiri. Penggunaan tangan yang tidak teratur atau mengikat siku mungkin berguna dalam mengurangi gerak tangan dan mungkin mendorong penggunaan tangan yang lebih berguna. Contoh terapi Occupational adalah membantu memakai baju sendiri, membantu melukis, membuat kerajinan tangan, dan belajar makan sendiri. 3. Terapi musik digunakan sebagai pelengkap terapi lain dan berguna

untuk meningkatkan komunikasi dan membuat pilihan. Penelitian menunjukkan bahwa mendengar dan menciptakan musik berpengaruh positif pada otak, meningkatkan sirkulasi darah, glukosa dan oksigen. Perubahan ini menstimulasi untuk belajar. Terapi musik adalah penggunaan musik yang terstruktur atau kegiatan musical di bawah bimbingan seorang terapis musik. Kegiatan ini mempengaruhi perubahan pola perilaku yang mengarah pada tujuan individual yang telah disusun untuk anak. Terapi musik berfokus pada komunikasi, sosialisasi, membuat pilihan dan keahlian motorik. Musik memberikan ritme gerak dan kepekaan persepsi. Mereka belajar untuk merasakan dan memahami ruang dan waktu, kualitas dan kuantitas, serta sebab akibat. Terapi musik memberikan kepercayaan dan suasana aman. Dalam terapi musik terdapat : a. b. Kesempatan menikmati musik secara spontan pengalaman bergerak dan memainkan alat yang dapat meningkatkan body

awareness dan fungsi tangan c. d. e. relaksasi untuk mendukung kebebasan gerak dan berekspresi kesempatan untuk berkomunikasi dan ekspresi diri stimulasi untuk kontak mata yang bermakna

f.motivasi untuk memperluas perhatian dan konsentrasi g. sebagai dasar untuk meningkatkan memori

h.

stimulus untuk mengurangi keterlambatan respon

i. sebagai fasilitas untuk berlatih memegang atau menggenggam j. meningkatkan self-image dan self esteem k. mendorong perkembangan sensori motorik

l. lingkungan yang menyenangkan untuk pertumbuhan sosial dan emosional m. peningkatan vokalisasi

4.

Hydrotherapi (bergerak di air hangat) sangat penting untuk

penderita RS. Karena mengidap apraxia juga, dia tidak dapat merencanakan dan melakukan gerakan yang dia inginkan dan kesulitan untuk berjalan Berenang adalah bagian utama dalam proses belajar fisik anak. Arti dari berenang adalah bertahan, kebugaran, dan kesenangan. Nilai-nilai ini sama untuk mereka yang mempunyai keterbatasan, mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan yang normal adalah salah satu tujuan dari hydrotherapy. Aktifitas dalam air dirasakan oleh anak, keluarga, dan lingkungan sebagai aktifitas anak yang normal, hal ini memperkuat penghargaan untuk kemampuan mereka berpartisipasi senormal mungkin. Perasaan ini menumbuhkan self-esteem dan percaya diri. Tujuan dari terapi ini adalah mendorong untuk mencapai tingkat kemandirian tertinggi, terlibat dalam masyarakat, menjaga kesehatan fisik, dan meningkatkan kualitas hidupnya. Air memberikan pengalaman baru dan menyenangkan. Memungkinkan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan di luar air. Ini juga memungkinkan untuk menunjukkan kemampuan motoriknya yang hilang atau hanya tersembunyi. Gerakan spontan lebih mudah dilakukan dalam air dan hydrotherapi meningkatkan jangkauan gerak dan mengurangi kejang-kejang. Kesulitan sensori dan persepsi yang ia rasakan saat berada di luar air tidak muncul ketika berada di air, sehingga ia dapat meraih keseimbangan yang lebih baik tanpa ragu-ragu dan takut. Hangatnya air membantu menenangkan gerak involunter, gerakan stereotype dan kesulitan bernafas. Fleksibilitas air memungkinkan ia untuk bergerak ke segala arah dan memungkinkan gerakan simetris. Hydrotherapi membantu menjaga kesehatan otot dan saraf. Hal ini meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang juga akan menambah kemampuan

belajarnya.

Kegiatan

menunggang

kuda

dan

hydrotherapy

meningkatkan

keseimbangan dan membantu mengembangkan respon yang protektif, juga untuk relaksasi dan kesenangan.

5.

Terapi Cinta Terapi cinta adalah dasar dari semua terapi : penerimaan, perlindungan, kesabaran,

toleransi dan pengertian. Semua terapi yang rumit dan mahal tidak akan berhasil tanpanya. Dimulai dengan menerimanya sebagai bagian penting dalam keluarga, masyarakat, dunianya dan dunia kita. Menyelimutinya dengan pelukan yang hangat dari kepercayaan bahwa ia berharga dan dicintai, apapun yang pernah ia alami. Cinta tidak akan menyerah apabila dihadapkan dengan kesulitan. Cinta akan tumbuh lebih kuat. 2.3.5 penanganan untuk anak dengan sindrom asperger

terapi pada penderita sindrom Asperger terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. A. Strategi Umum untuk Anak dengan Gangguan Asperger 1. Temukanlah bakat, hobi, minat, kemampuan, atau keterampilan yang terpendam di dalam diri anak, dan kembangkanlah hingga optimal dan maksimal. 2. Berikanlah guru atau pembimbing terbaik untuknya. Luangkanlah waktu untuk berinteraksi bersamanya setiap hari. 3. Berilah mereka apresiasi dan dukungan yang tulus dan sepenuh hati. 4. Jangan pernah melukai hati mereka dengan mengejek hasil karya atau kemampuan mereka meski hanya sekali. 5. Jangan pernah memotivasi atau mengapresiasi mereka dengan kata-kata bernada hinaan, cacian, ejekan, atau kata-kata negatif lainnya. B. Strategi Sosialisasi Anak dengan Gangguan Asperger di Sekolah dan Lingkungan-Pergaulan Sosial

1. Ajarilah anak untuk mau berinteraksi, bergaul, bermain dengan anak sebaya atau seusianya. Libatkan anak di dalam klub bermain, sering diajak di dalam forum diskusi/debat. Bila perlu, orang tua dapat mengajak teman bermain (yang seusia) anaknya untuk mau diajak bermain ke rumah. 2. Buatlah jadwal belajar (di sekolah/rumah) yang tidak kaku, tetap dan tidak sering diubah-ubah, agar tidak membingungkan anak. 3. Idealnya, anak itu dibimbing oleh guru yang sama atau yang benar-benar telah akrab, tidak berganti-ganti guru. 4. Guru dan orang tua hendaknya ikut memilihkan teman bergaul dan bermain yang cocok untuknya. C. Strategi Berkomunikasi dan Berbahasa untuk Anak dengan Gangguan/Sindrom Asperger 1. Ajarilah anak untuk mengingat frase tertentu, misalnya untuk membuka percakapan, latihlah mengucapkan, Apa kabar? atau, Selamat pagi! 2. Latihlah anak untuk berani bertanya apapun, trmasuk tentang instruksi yang membingungkan agar diulangi dengan sederhana, jelas, dan tertulis. 3. Ajarilah anak untuk berani mengatakan atau mengakui jika mereka tidak mengetahui jawabannya atau belum memahami sesuatu. 4. Ajarilah anak secara bertahap dan perlahan namun jelas dan mendetail; tentang gaya bahasa, metafora, perumpamaan, peribahasa, bahasa isyarat, dan interpretasi lainnya yang kompleks dan rumit. 5. Berhentilah sejenak bila Anda menginstruksikan serentetan tugas. Misalnya: ambillah buku..duduklah disini..tulislah mama.. 6. Latihlah dan biasakanlah anak untuk menahan diri dari menyurakan setiap ide, pikiran, atau niatnya. 7. Bermain peran (role-playing) dapat membantu anak dengan gangguan Asperger untuk memahami perspektif, sudut pandang, paradigma, pikiran, dan perasaan orang lain. Latihlah dan biasakanlah anak untuk berhenti sejenak dan berpikir bagaimana perasaan orang lain sebelum sang anak bertindak dan berbicara. 8. Beberapa anak dengan gangguan Asperger memiliki kemampuan berpikir visual yang bagus. Mereka dapat dilatih untuk memvisualisasikan ide atau pikiran mereka

dengan (dibantu) gambar, diagram, simbol, atau analog visual lainnya. 9. Dianjurkan pula untuk melatih atau membiasakan anak untuk menggambarkan atau menuliskan apa yang telah dilihat, diingat, dialami, atau apa yang diinginkannya. Beberapa terapi yang juga bermanfaat untuk anak dengan gangguan Asperger, misalnya: * Pelatihan keterampilan sosial dengan role modeling dan role playing dapat membantu pemulihan anak dengan gangguan Asperger. * Latihan relaksasi (relaxation training) Ini amat berguna untuk meredakan dan mengendalikan stres atau emosi penderita gangguan Asperger. Bentuknya dapat bermacam-macam, seperti: meditasi, yoga, kundalini, senam/olahraga pernafasan, berdoa, berzikir, dsb. Hal ini tentunya memerlukan lingkungan yang tenang, nyaman, bebas dari polusi (udara, suara, dsb), peralatan tertentu, seperti: musik alam (suara air terjun, gelombang air laut, kicau burung, dsb), kepasrahan yang tinggi, pikiran yang tenang, dan posisi yang nyaman (sebisa mungkin duduk, jangan berbaring, dan jangan telentang). Relaksasi ini sebaiknya rutin dilakukan selama 10-20 menit, 2x sehari, pagi hari sebelum sarapan dan sore hari sebelum makan malam. * Adapun diet yang dianjurkan untuk orang dengan gangguan Asperger adalah diet rendah kolesterol dan rendah LDL. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Dziobek I, Gold SM, Wolf OT, Convit A. (2007) yang melaporkan peningkatan kolesterol total dan LDL (low-density lipoprotein) pada orang dengan gangguan Asperger. Berkonsultasilah dengan ahli gizi atau pakar diet di dalam memilih menu yang tepat untuk anak Anda. * Obat-obatan Terapi obat dari golongan antipsikotik, SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors), neuroleptik atipikal, clonidine, atau naltrexone sesuai indikasi. Sebagai informasi tambahan, intervensi farmakologis (obat-obatan) biasanya digunakan untuk mengobati berbagai gangguan penyerta (comorbid disorders), seperti: masalah pemusatan perhatian, gangguan mood, dysthymia, gangguan bipolar, dan gangguan obsessive-compulsive. * Konsultasi Untuk mengevaluasi terapi, diperlukan juga berkonsultasi dengan berbagai ahli,

seperti: dokter spesialis saraf, dokter spesialis THT (otolaryngologist), audiologis, speech pathologist, terapis fisik dan okupasi. * Bimbingan (Konseling) Karir dan Orientasi Kerja Orang dengan gangguan Asperger paling cocok bekerja dengan bantuan teknologi, terutama internet. Ilmu komputer, teknik, ilmu alam juga merupakan pilihan karir yang tepat. Pada saat wawancara (job interviews), orang dengan gangguan Asperger memerlukan bantuan dan perhatian khusus, begitu pula di dalam bersikap dan beradaptasi di dalam lingkungan kerja yang baru.

2.3.6 penanganan anak dengan autis

1) Applied Behavioral Analysis (ABA) ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku. Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi

melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode . Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).