pengenalan anak dengan kebutuhan khusus

58
MODUL 3 PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2020 D i r e k t o r a t G u r u d a n T e n a g a K e p e n d i d i k a n P e n d i d i k a n A n a k U s i a D i n i 2 0 2 0 PELATIHAN GTK PAUD BERJENJANG TINGKAT DASAR

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

MODUL 3

PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN

KHUSUS

DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINIDIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN2020

Direkt

orat

Gu

ru d

an T

enaga Kependidikan Pendidikan A

nak

Usia Dini

2020

PELATIHAN GTK PAUD

BERJENJANG TINGKAT

DASAR

Page 2: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
Page 3: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

MODUL 3PENGENALAN ANAK DENGAN

KEBUTUHAN KHUSUS

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan2020

Page 4: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

Merupakan bagian dari Modul Pelatihan GTK PAUD Berjenjang tingkat Dasar yang diterbitkan oleh :

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia Tahun 2020

Modul pada Pelatihan Berjenjang GTK PAUD tingkat Dasar adalah:

1. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini2. Perkembangan Anak Usia Dini3. Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus4. Cara Belajar Anak Usia Dini5. Perencanaan Pembelajaran6. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini7. Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini8. Komunikasi dalam Pengasuhan9. Etika dan Karakter Pendidik PAUD

PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Page 5: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital i

KATA PENGANTAR

akarta, 28 April 2020

Plt. Direktur GTK PAUD

Dr. Abdoellah, M.PdNIP 196008201986031005

Perjalanan panjang pengembangan Pelatihan GTK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berjenjang (Diklat Berjenjang) telah dimulai sejak tahun 2009. Terbitnya Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini menjadi awal persiapan diklat yang diperuntukkan khusus bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Pendidikan Anak Usia Dini tersebut. Diklat yang dirancang dalam 3 jenjang: dasar, lanjut, dan mahir, dimaksudkan untuk menyiapkan kompetensi pengasuh, guru pendamping dan guru PAUD sebagaimana diamanatkan Permendikbud tersebut. Berbagai perangkat disiapkan untuk mendukung pelaksanaan diklat, diantaranya pedoman, modul serta bahan tayang/bahan paparan. PTK PAUD menyambut gembira adanya diklat berjenjang, dan mengikuti diklat dengan berbagai skema biaya, antara lain berasal dari APBN, APBD, dana desa, bahkan dana mandiri. Hingga saat ini sudah lebih dari 175 ribu PTK PAUD mengikuti diklat berjenjang. Berbagai pengembangan terus dilakukan terhadap Diklat Berjenjang. Pengembangan terhadap materi dan modul Diklat Berjenjang dilakukan untuk memastikan materi terkini telah tercakup. Di samping itu, pengembangan terhadap sistem juga dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh pendidik di berbagai pelosok Indonesia dapat mengikuti Diklat Berjenjang. Contohnya, sebuah inisiatif dilaksanakan untuk dapat menjangkau peningkatan mutu pendidik PAUD khususnya yang berada di daerah terluar, terpencil, dan tertinggal, yang memungkinkan dilaksanakan dengan pendanaan dari berbagai sumber. Inisiasi tersebut

memperkaya Diklat Berjenjang dengan integrasi program Gugus PAUD, Kunjungan Belajar Lokal, dan coaching. Inisiatif lainnya adalah dengan menyiapkan penyelenggaraan Diklat Berjenjang moda daring (online atau blended learning). Moda ini pada dasarnya telah dikembangkan secara terpisah oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak beberapa tahun lalu, dan kemudian akan diintegrasikan secara nasional. Kami meyakini dengan menjadikan Diklat Berjenjang dalam format pelatihan digital (online atau blended learning) akan dapat melatih lebih banyak PTK PAUD di seluruh Indonesia. Berbagai perangkat untuk persiapan moda daring telah disiapkan, salah satunya adalah dengan pembaruan modul Diklat Berjenjang, yang dimulai dengan modul Diklat Berjenjang tingkat dasar. Modul-modul ini merupakan bagian pertama dari proses digitalisasi tersebut. Modul yang telah dan dikemas secara lebih menarik ini dapat langsung digunakan sebagai bahan/materi diklat berjenjang konvensional atau moda tatap muka dengan luring (offline). Modul ini merupakan hasil kerja berbagai pihak, yang bersama sama melakukan pengkajian (review), menambahkan, menyempurnakan dan memastikan pemanfaatannya bagi pendidik PAUD di Indonesia. Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh anggota tim penulis yang telah bekerja keras menyelesaikan seluruh Modul Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2020. Semoga modul tersebut dapat dipergunakan secara optimal di masyarakat, sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidik PAUD di Indonesia.

Page 6: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

ii

Page 7: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................................................................. 1 B. Tujuan Modul ................................................................................................................................................................................. 2C. Ruang Lingkup ................................................................................................................................................................................ 2D. Pengguna Modul ............................................................................................................................................................................ 2E. Petunjuk Belajar .............................................................................................................................................................................. 2F. Gambaran Umum Isi Modul 3

BAB 2. RENCANA PENYAJIAN MATERI ....................................................................................... 4

A. Kompetensi ..................................................................................................................................................................................... 4 B. Materi / Sub Materi ..................................................................................................................................................................... 4C. Strategi / Metode Penyajian ................................................................................................................................................... 4D. Sumber Belajar ............................................................................................................................................................................... 4E. Alat dan Bahan ................................................................................................................................................................................ 4F. Evaluasi ................................................................................................................................................................................................. 4G. Alokasi Waktu .................................................................................................................................................................................. 4E. Langkah-langkah Penyajian Materi ........................................................................................................................................... 4

BAB 3. IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ............................................... 6

A. Siapakah Anak dengan Kebutuhan Khusus? .................................................................................................................... 6 B. Mengapa Pendidikan Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami Anak Berkebutuhan Khusus? ................................................................................................................................................... 8

BAB 4. KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ....................................... 11

A. Anak dengan Hambatan Perkembangan Fisik ............................................................................................................... 12B. Anak dengan Hambatan Perkembangan Intelektual/kognitif ............................................................................. 16C. Anak dengan Hambatan Perkembangan Emosional ........................................................................................... 19D. Anak dengan Hambatan Kecerdasan dan Berbakat Istimewa ............................................................................. 26

Page 8: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

iv

BAB 5. PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ............. 27

A. Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus? ............................ 27 B. Cara Penerapan 10 Prinsip Pembelajaran PAUD bagi Anak Berkebutuhan Khusus ............................... 29

BAB 6. MODEL PEMBELAJARAN INKLUSI ................................................................................ 30

A. Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain .............................................................................................................................................................................. 30 B. Mengelola Kelas Inklusi .............................................................................................................................................................. 32C. Sistem Rujukan Kesehatan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................................... 33

BAB 7. PENUTUP ....................................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 35

TUGAS MANDIRI ....................................................................................................................................... 36

LEMBAR EVALUASI .................................................................................................................................. 37

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................................................... 39

1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ................................................................... 39 a. Ceklis bagi Anak dengan Hambatan Fisik ................................................................................................................. 39 b. Ceklis bagi Anak dengan Hambatan Berbicara ................................................................................................... 40 c. Ceklis untuk Anak dengan Hambatan Pendengaran ............................................................................................ 41 d. Ceklis bagi Anak dengan Hambatan Intelektual/Kognitif ................................................................................... 42 e. Kuesioner untuk Anak dengan Autis ............................................................................................................................ 43 f. Instrumen Deteksi Dini Hambatan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale) .......................................................................................................................... 462. LEMBAR GAMBAR TANDA-TANDA AUTISMA ................................................................................................................. 47

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Prevalensi Kecacatan pada Anak Umur 24-59 Bulan Berdasarkan Data Riskesdas Tahun 2010 dan 2013 ....................................................................................................... 1Gambar 2. 10 Tanda-tanda Autisma ..................................................................................................................................... 24Gambar 4. 10 Prinsip-prinsip Pembelajaran ..................................................................................................................... 27Gambar 5. Pelayanan Kesehatan & Rujukan Anak Berkebutuhan Khusus ....................................................... 33

DAFTAR TABEL Tabel 1. Gambaran Langkah-langkah Penyajian Materi yang Dapat Dikembangkan Oleh Fasilitator atau Pelatih .............................................................................................................................. 5Tabel 2. Tingkat Keparahan Hambatan Spektrum Autisma .............................................................................. 23

Page 9: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

1

PENDAHULUANBAB 1

A. Latar Belakang

Penting untuk kita ingat bahwa setiap anak merupakan individu yang unik, dengan pertumbuhan dan perkembangan tiap anak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, satu anak tidak dapat dibandingkan dengan anak lain. Perkembangan yang terjadi pada satu anak hanya dapat dibandingkan keadaannya saat ini dengan perkembangan sebelumnya. Masa usia dini dimulai sejak anak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun. Periode ini sering disebut sebagai periode keemasan (the golden age),karena pada masa ini, otak anak sebagai faktor utama pembentukan kecerdasan anak, sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mendapat perhatian dari pemerintah. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III memuat Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Dengan demikan ABK berhak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai sejak usia dini. Meningkatnya angka kejadian (prevalensi) ABK merupakan kondisi yang patut mendapat perhatian semua pihak, termasuk pengelola dan pendidik PAUD agar mereka dapat tumbuh optimal sesuai potensinya.

Tidak semua anak memiliki perkembangan sesuai dengan bertambahnya usia. Ada beberapa anak yang mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangannya, baik hambatan perkembangan dari dalam diri anak secara fisik, emosional, maupun hambatan dari luar diri anak akibat lingkungan yang tidak

memfasilitasi kebutuhan khususnya, sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dan beradaptasi dalam pembelajaran. Kebanyakan hambatan perkembangan dapat diidentifikasi di usia dini, sehingga pendidik dan tenaga kependidikan di layanan PAUD sebaiknya dapat memahami

hambatan perkembangan pada anak sedini mungkin, sehingga dapat distimulasi dengan lebih baik, agar perkembangannya menjadi lebih optimal sesuai karakteristik kebutuhan khususnya.

Gambar 1. Prevalensi Kecacatan pada anak umur 24-59 bulan berdasarkan Data Riskesdas Tahun 2010 dan 2013

%

0

0,15

0,3

0,45

0,6

Minimal 1 Jenis Cacat Tuna Netra Tuna Wicara Down Syndrome Tuna Daksa Bibir Sumbing Tuna Rungu Tuna Grahita Cerebralpalsy Lainnya

0,070,080,080,130,14

0,17

0,53

0,110,090,14

0,08

0,170,12

0,15

0,09

2010 2013

Page 10: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

2

B. Tujuan Modul Modul ini dimaksudkan untuk membantu dan memudahkan pelatih dan pendidik PAUD dalam mengenali dan memahami anak dengan kebutuhan khusus. Adapun tujuan modul ini secara rinci dapat diuraikan seperti tersebut di bawah ini.

1. Tujuan umum Sebagai salah satu sumber bahan belajar bagi pelatih serta pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta Diklat Pendidik Pendamping Muda (Diklat Berjenjang Tingkat Dasar) dalam mengenali dan memahami anak dengan kebutuhan khusus.

2. Tujuan Khususa. Peserta dapat mengenali karakteristik anak dengan

kebutuhan khusus. b. Peserta dapat memahami pentingnya pendidik

mengidentifikasi kemampuan khusus anak.c. Peserta dapat menyesuaikan program pembelajaran

Anak dengan Kebutuhan Khusus.d. Peserta dapat memahami manfaat menggabungkan

(inklusif) Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam pembelajaran bersama anak yang lain.

e. Peserta dapat mengelola kelas penggabungan (inklusif)

C. Ruang LingkupMateri “Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus” dengan bobot 4 jam pelajaran pada tahap tatap muka, ditujukan agar peserta diklat dapat memahami hal-hal yang terkait tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus berusia dini. Modul ini memuat informasi yang dapat membantu peserta diklat dalam memahami perkembangan anak usia dini yang berkebutuhan khusus, seperti:1. Siapakah anak dengan kebutuhan khusus?2. Mengapa pendidik perlu memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasi dan memahami anak berkebutuhan khusus?

3. Bagaimana menyesuaikan program pembelajaran anak dengan kebutuhan khusus?

4. Apa manfaat menggabungkan anak dengan kebutuhan khusus dalam pembelajaran bersama anak yang Lain (inklusif)?

5. Bagaimana strategi yang tepat untuk mengelola kelas inklusif?

D. Pengguna Modul1. Pelatih diklat pendidik pendamping muda pendidikan

anak usia dini.2. Peserta diklat pendidik pendamping muda pendidikan

anak usia dini.3. Penyelenggara diklat pendidik pendamping muda

pendidikan anak usia dini.4. Pihak-pihak lain yang memiliki perhatian terhadap

berbagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan bagi anak berkebutuhan khusus.

E. Petunjuk BelajarMateri “Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus” dapat dipahami secara tepat, utuh dan mendalam, apabila peserta diklat melakukan kegiatan dibawah ini: 1. Membaca secara tuntas dan cermat seluruh materi

yang ada dalam bahan ajar ini.2. Mengikuti paparan atau penyajian materi ini secara

fokus pada saat disampaikan dalam kegiatan diklat tahap tatap muka.

3. Melakukan analisis dan mendiskusikan setiap paparan yang disajikan baik dengan teman peserta diklat maupun dengan pelatih.

4. Mengerjakan berbagai tugas yang diminta, baik yang disajikan dalam bahan ajar ini maupun yang diberikan oleh pelatih pada saat mengikuti diklat.

5. Melaksanakan tugas mandiri terkait modul ini.

Page 11: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital

BAB I | Pendahuluan

3

F. Gambaran Umum Isi Modul Modul ini akan membantu peserta diklat dalam memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus terutama anak-anak dengan hambatan perkembangan fisik, anak dengan hambatan perkembangan intelektual/kornitif, anak dengan hambatan perkembangan emosional, serta anak dengan bakat dan kecerdasan istimewa. Selanjutnya, dibahas juga pada modul ini bagaimana pendidik dapat melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan kelas dan sekolah sehingga dapat memfasilitasi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan karakteristiknya, serta kaitannya dengan kurikulum 2013 PAUD. Begitu juga dijelaskan bagaimana seharusnya pendidik berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus. Dan bagaimana mengelola kelas secara inklusif. Terakhir, ditambahkan sistem rujukan kesehatan bagi anak kebutuhan khusus. Mengingat pendidik, bukan terapis atau tenaga medki sehingga tidak memiliki kewenangan untuk mendiagnosa, dan bertindak lebih jauh terhadap kesehatan anak dengan kebutuhan khusus.

Page 12: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB II | Rencana Penyajian MateriBAB II | Rencana Penyajian Materi

4 Modul ABK Digital

A. Kompetensi1. Peserta dapat mengidentifikasai karakteristik anak

dengan kebutuhan khusus.2. Peserta dapat mengidentifikasi potensi anak dengan

kebutuhan khusus.3. Peserta dapat memfasilitasi anak dengan kebutuhan

khusus.

B. Materi/Sub Materi1. Karakteristik anak berkebutuhan khusus.2. Program pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus.3. Pendidikan inklusif.

C. Strategi/Metode Penyajian1. Strategi dan Metode

a. Diskusib. Tanya Jawabc. Curah Pendapatd. Presentasie. Penugasanf. Simulasi/Praktek kelas

2. Tugas individu/kelompoka. Tugas individu

1. Peserta membuat daftar perubahan yang harus dilakukan ketika menerima anak berkebutuhan khusus.

2. Peserta membuat mengisi tabel data potensi bagi anak berkebutuhan khusus.

b. Tugas kelompok1. Peserta mendiskusikan tentang karakteristik

anak dengan kebutuhan khusus.2. Peserta mendiskusikan program pembelajaran

bagi anak dengan kebutuhan khusus.

RENCANA PENYAJIAN MATERIBAB 2

D. Sumber Belajar1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

3. Modul Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus, Direktorat Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas, 2018.

4. Bahan paparan atau bahan tayang.5. Bahan-bahan bacaan lainnya yang relevan.

E. Alat dan Bahan1. Kertas plano2. Post it3. ATK4. Selendang penutup mata5. Kertas karton

F. Evaluasi1. Tes awal (Pre test)2. Tes akhir (Post test)3. Pengamatan4. Tugas individu/kelompok

G. Alokasi WaktuAlokasi waktu pembelajaran adalah 4 jam pelajaran, dengan 2 jam pelajaran untuk teori dan 2 jam pelajaran untuk praktek.

H. Langkah-langkah Penyajian MateriPelatih atau fasilitator perlu menyusun dan mengembangkan langkah-langkah penyajian materi sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta pelatihan. Berikut ini diberikan gambaran langkah-langkah penyajian materi yang dapat dikembangkan oleh fasilitator atau pelatih.

Page 13: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB II | Rencana Penyajian MateriBAB II | Rencana Penyajian Materi

5Modul ABK Digital

No Kegiatan Alokasi Waktu

1 Perkenalan 5'

2 Curah pendapat"Siapakah anak dengan kebutuhan khusus?" 15'

3 Penguatan dari pelatih 15'

4 Diskusi"Bagaimana karakteristik anak dengan kebutuhan khusus?" 25'

5 Presentasi kelompok 15'

6 Penguatan dari pelatih 15'

7 TutorialProgram pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus 15'

8 Diskusi Kelompok"Fasilitasi bagi anak dengan kebutuhan khusus" 15'

9 Penguatan dari pelatih 15'

10 Presentasi"Model pendidikan inklusi" 25'

11 Tanya Jawab 15'

12 Penutup 5'

Total Waktu 180 Menit

Tabel 1. Gambaran langkah-langkah penyajian materi yang dapat dikembangkan oleh fasilitator atau pelatih.

Page 14: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB III | Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

6 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

IDENTIFIKASI ANAK KEBUTUHAN KHUSUSBAB 3

A. Siapakah Anak dengan Kebutuhan Khusus? Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidaksesuaian perkembangan mental, emosi atau fisik dengan usia kronologisnya. Anak dengan kebutuhan khusus memiliki hambatan dalam perkembangan, pembelajaran dan berpartipasi, sehingga memerlukan dukungan secara khusus dari berbagai pihak di luar diri anak untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada, agar anak-anak dapat berpartisipasi dan beradaptasi dalam pembelajaran bersama teman sebayanya.

Mereka yang digolongkan pada anak dengan kebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan hambatan pada umumnya, yaitu:1. Hambatan penglihatan (Tunanetra)2. Hambatan pendengaran dan bicara (Tunarungu/Tunawicara)3. Hambatan daya pikir (Tunagrahita/Down Syndrome)4. Hambatan fisik/motorik (Cerebral Palsy, Polio, Tuna Daksa, Kidal)5. Hambatan perilaku (tunalaras, HIV AIDS & Narkoba)6. Spectrum autism, Sindroma Asperger7. Hambatan kemampuan belajar (Disleksia, Diskalkulia, Disgrapia, ADD/ADHD)8. Hambatan karena kelebihan potensi (kecerdasan, bakat, dan intuisi)9. Tuna ganda

Mengingat anak-anak tersebut belajar dengan kecepatan dan cara yang berbeda

karena mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak

pada umumnya, maka mereka memerlukan fasilitas dan metode khusus dalam

pembelajarannya. Berdasarkan kondisi tersebut, mereka disebut anak dengan

kebutuhan Khusus.

Page 15: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB III | Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

7Modul ABK Digital Modul ABK Digital

PLKPK

Undang-Undang Sisdiknas pasal 32 ayat 1 dan 2, mengkategorikan jenis-jenis ABK yang berhak mendapat layanan pendidikan sebagai berikut:

Setiap kategori hambatan memiliki ciri-ciri yang berbeda, adakalanya ABK menunjukkan cir-ciri yang tidak hanya terkatagori pada satu hambatan saja. Contoh kasus: Anak yang mengalami syndrome autism terkadang juga memiliki ciri intelektual yang luar biasa.

Studi Kasus :

Putri (4 tahun) mengalami hambatan pendengaran, ia baru mengikuti pendidikan anak usia dini. Ia memiliki ingatan yang kuat terhadap aktivitas/benda yang dilihatnya, sehingga ia mampu menirukan gerakan dan mengingat dengan baik apa yang dilihatnya. Ia aktif bergerak dan antusias menirukan gerakan yang diajarkan pendidik. Dalam berinteraksi ia terlihat percaya diri meskipun ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata dengan jelas. Hanya saja saat ia memiliki keinginan dan tidak dipahami oleh orang lain (karena ia tidak mampu mengutarakan dengan jelas), maka ia akan marah dan mengamuk. Bagaimana sebaiknya sikap pendidik terhadap Putri?

PASAL 32 (1) SISDIKNAS PASAL 32 (2) SISDIKNASPenyandang Disabilitas(Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Daksa, Cerebral Palsy, Tuna Ganda).Anak Kesulitan Belajar(Hyperaktif, ADD/ADHD, Autis, Down Syndrome, Tuna Grahita, Dyslexia, Dysgraphia, Dysphasia, Dyscalculia, Dyspraxia, Asperger Syndrome).Anak Bakat Istimewa(Seni, Olahraga & Tangkas/Trampil).Anak Cerdas Istimewa(Anak dengan IQ 130< & Indigo).

Anak Korban Sosial-Ekonomi(Pekerja Anak, Anak Pemulung, Napi Anak, Pengasong Anak, Anak Pelacur, Pelacur Anak, Anak Korban Asusila, Anak Korban Trafficking, Anak Jalanan, Anak Korban Narkoba dan HIV/AIDS, Anak Korban Perceraian, Yatim-Piatu, Anak Putus Sekolah, Anak Miskin).Anak Korban Bencana(Korban Bencana Alam, Korban Konflik, Korban Peperangan, Anak Pengungsi).Kendala Geografis(Anak TKI, 3T seperti di daerah tertinggal, di pulau terdepan, di terpencil / pedalaman).

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Page 16: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB III | Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

8 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

B. Mengapa Pendidik Perlu Memiliki Kemampuan Untuk Mengidentifikasi dan Memahami Anak berkebutuhan Khusus?

Fakta :

Kekeliruan pendidik dalam mengidentifikasi ciri-ciri ABK dapat berdampak buruk bagi ABK. Terdapat kasus – kasus kekeliruan identifikasi yang terjadi di lembaga PAUD. Hal tersebut selain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pendidik PAUD tentang karakteristik ABK juga adanya keyakinan - keyakinan budaya yang berkembang di masyarakat. Misalnya anak yang mengalami hambatan kesulitan belajar, pada dasarnya sudah dapat dikenali sejak usia dini. Akan tetapi terkadang orang tua dan pendidik menganggap hal tersebut hanyalah kondisi sesaat yang akan berangsur membaik seiring waktu.

Review :

Apakah ada contoh fakta lainnya yang terdapat di sekitar kita? Coba kita cari dan catat fakta-fakta lain terkait kekeliruan pandangan atau konsep orang terhadap ABK.

Jika kita memahami hambatan perkembangan anak sejak usia ini, maka kita dapat memfasilitasi dan menstimulasinya dalam kegiatan proses pembelajaran yang sesuai. Dampak dari kondisi tersebut adalah hambatan yang dimiliki anak dengan kebutuhan khusus tidak menjadi beban bagi anak yang bersangkutan dan bagi pendidik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Anak usia dini masih berada pada tahap perkembangan. Jadi, berbagai kebutuhan khusus karena hambatan perkembangan sosial dan emosional, pemusatan perhatian, perilaku, bicara dan bahasa, serta kemampuan belajar mereka masih dapat dioptimalkan jika dikenali, difasilitasi dan distimulasi sedini mungkin. Begitu juga dengan anak-anak yang memiliki hambatan fisik. Jika kita memahami kebutuhan khusus mereka, maka kita dapat memfasilitasi kebutuhan belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, potensi mereka dapat berkembang optimal untuk membantu mereka menolong diri sendiri karena hambatan perkembangan fisiknya.

Bagaimana dengan anak yang memiliki perkembangan potensi yang pesat? Misalnya anak yang cerdas atau dengan bakat istimewa? Ketika kita mengenali dan memahami potensi mereka, maka kita dapat memberikan fasilitas dan kegiatan belajar yang lebih bervariasi dan menantang daripada anak lain, sehingga kebutuhan mereka terpenuhi dan tidak terhambat perkembangan kemampuan istimewa mereka.

Setiap orang punya karakteristik, setiap individu adalah unik.

Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan, tetapi setiap orang pasti punya

KEMAMPUAN.

Setiap Anak Punya Potensi!

Page 17: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB III | Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

9Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Sebagai pendidik PAUD, kita tidak perlu terlalu kuatir dan menjadikan anak dengan kebutuhan khusus sebagai beban yang mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Hal yang perlu kita lakukan adalah memfasilitasi kebutuhan belajar anak-anak tersebut sesuai potensinya. Kita dapat memulai dengan menemukan potensi setiap anak, dengan melakukan pengamatan secara rinci tentang perkembangannya. Setelah menemukan potensinya, kita perlu memikirkan bagaimana mendukung potensi tersebut, memfasilitasinya dan menyertakan mereka dalam proses pembelajaran.

Kita dapat mencatat hasil pengamatan terhadap potensi anak dan merencanakan dukungan yang diperlukan untuk menyertakan mereka dalam pembelajaran dengan format seperti contoh berikut ini.

Nama: Radiyyan Arsya Pranoto (Arsya)Tanggal Lahir: 6 Juni 2011

Jenis Kelamin: Laki-laki

Kemampuanku(yang dapat dilakukan anak/

kemampuan anak)

Kesukaanku(yang disukai anak: makanan, minuman,

pakaian, benda-benda, orang terdekat, kegiatan,

perilaku)

Kebutuhanku(benda-benda yang

harus difasilitasi oleh pendidik yang diperlukan

untuk perkembangan sesuai kemampuan dan

minat anak)

Dukungan yang dilakukan pendidik untuk membangun keterlibatan anak dalam

pembelajaran

• Menggunakan sendok saat makan.

• Melom.pat dengan dua kaki.• Menendang bola karet.• Menggelinding bola dengan

dua tangan.• Memindahkan benda kecil

dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan penjepit makanan.

• Menggunakan suaraku dalam menyebutkan nama-nama pendidikku.

• Mengenal 3 warna: merah, kuning dan hijau.

• Mencocokkan bentuk-bentuk yang sama.

• Membereskan mainan sendiri.

• Mengucapkan salam “da-dah..”.

• Makan kripik.• Makan pisang.• Makan kuah sup.• Main bola:

melempar atau menggelindingkan bola dari atas ke bawah.

• Main sepeda roda empat.

• Main air.• Main mobil-mobilan.• Main cat.• Main puzzle dan

roncean.• Bermain dengan lem.• Berteriak apabila

merasa senang.• Membereskan

mainan sendiri.

• kripik/biskuit.• Pisang.• Kuah sup.• Bola.• Sepeda roda empat.• Aktivitas bermain air.• Mobil mainan.• Kegiatan yang

menggunakan cat.• Puzzles, koin-koinan,

manik-manik. • Mainan dengan

berbagai bahan main yang bertekstur.

• Kegiatan sensori untuk mengeksplorasi panca indera.

• Memberi kesempatan untuk Arsya bermain air yang bervariasi, misalnya: mencampur air berwarna, memasukkan air ke dalam botol berbagai ukuran, menyiram tanaman, mencuci berbagai macam perabot plastik, mencuci pakaian kecil-kecil saat di sentra eksplorasi atau sentra bahan alam atau area sains.

• Memberi kesempatan kepada Arsya untuk melakukan kegiatan melukis dan menempel di sentra seni kreativitas.

• Menyediakan berbagai macam puzzle dan manik-manik.

• Mengajak menyanyi bersama anak lain “Kalau Kau Suka Hati” agar Arsya dapat mengekspresikan rasa senang dengan berbagai cara, bukan hanya berteriak.

• Memberi kesempatan pada Arsya untuk membereskan mainan bersama teman, bekerjasama dengan teman-temannya.

Refleksi Individual :

Cobalah mengingat keunikan diri sendiri, lalu catat bagaimana keunikan tersebut menjadi sebuah potensi, kemudian bagaimana memfasilitasinya sehingga berkembang dengan baik.

Page 18: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB III | Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

10 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

1. Jika pendidk dapat membuat tabel seperti itu dan ditempel pada dinding, sehingga semua orang dewasa dapat membacanya, akan memudahkan siapapun untuk memahami dan tidak akan salah memfasilitasi anak berkebutuhan khusus yang ada di lembaga.

2. Tabel ini dapat dibuat juga oleh orang tua ABK sehingga dapat memfasilitasi sesuai kebutuhan anak di rumah.

3. Dapat juga dipakai untuk anak lainnya yang tidak termasuk kategori ABK.

tips

LatihanMari mencoba latihan menemukan potensi anak dan mencatatnya. Ikutilah langkah-langkah berikut ini:

1. Buatlah tabel POTENSI anak berkebutuhan khusus.2. Tentukan satu anak di lembaga yang teridentifikasi memiliki kebutuhan khusus. (jika tidak ada, boleh anak lainnya).3. Isi tabel, dengan cara:

a. Pertama, tuliskan identitas anak, cukup nama, jenis kelamin, dan usianya.b. Pada kolom pertama, isi dengan berbagai potensi atau kemampuan anak, hal-hal yang dapat dilakukan anak. Hal

kecil sekalipun yang dapat dilakukan anak, tuliskan. Misalnya menyuap makanan, membuka dan memakai sepatu, meletakkan mainan, dan lain-lain.

c. Pada kolom kedua, isi dengan berbagai hal yang disukai anak atau kebiasaan-kebiasaannya. d. Pada kolom ketiga, isi dengan kebutuhan untuk memfasilitasi kemampuan dan kesukaannya. Misalnya anak mampu

menyuap makan sendiri, kesukaannya makan biskuit, maka dapat diisi dengan tulisan memberikan kesempatan pada anak untuk makan biskuit sendiri.

e. Pada kolom keempat, isi dengan ragam kegiatan yang dapat melibatkan anak dalam pembelajaran sesuai potensi dan kesukaaannya. Misalnya karena anak mampu menyuap makanan sendiri dan ia suka makan biskuit, maka kegiatannya membuat biskuit sederhana dan makan biskuit bersama.

Pendidik seharusnya dapat menyesuaikan diri dengan keberagaman potensi anak didiknya. Berikut adalah contoh bagaimana pendidik berinteraksi dengan anak-anak didik yang beragam kemampuannya.

Misalnya pendidik meminta anak yang memiliki kecerdasan istimewa dengan kalimat seperti ini “Angel, coba ke luar dan lihat di sebelah kanan pintu ada sepatu warna merah, minta tolong dibawa ke sini ya”. Lalu pada anak yang cerdas rata-rata dikatakan seperti ini “Nia, tolong ibu ambil sepatu warna merah

di luar itu ya..”. Sedangkan kepada anak yang memiliki hambatan kognitif, pendidik sebaiknya mengatakan “Edi, coba Edi pergi ke teras” (lalu tunggu Edi berjalan ke teras), setelah Edi sampai teras, pendidik melanjutkan

“nah, ada sepatu warna merah ya?” (tunggu sampai Edi menemukan warna sepatu waran merah), lalu katakan lagi “sudah ketemu?” Jika dijawab oleh Edi “sudah”, maka pendidik dapat melanjutkan

kalimatnya lagi “nah sekarang tolong bawa ke sini ya sepatu itu”.

Page 19: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

11Modul ABK Digital Modul ABK DigitalModul ABK Digital Modul ABK Digital

PENDAHULUAN Berdasarkan sejarah panjang yang ada, peraturan hukum yang dibuat, serta pendapat para ahli maka anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai ”Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaan. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai hambatan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, hambatan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional” (Suran dan Rizzo, 1979 dalam Mangunsong, F 2009).

KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB 4

Anak berkebutuhan khusus pun menurut Hallahan dan Kauffman (2006) memerlukan pendidikan dan layanan yang khusus agar potensi kemanusiaan yang mereka miliki dapat berkembang. Anak berkebutuhan khusus sudah jelas tampak berbeda dengan anak kebanyakan dalam satu hal atau lebih, semisal adanya keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau hambatan atensi atau perhatian, hambatan emosi atau perilaku, hambatan fisik, hambatan berkomunikasi, autisma, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan atau keberbakatan dan kecerdasan istimewa (Mangunsong F, 2009). Kekhususan yang dialami setiap anak bisa jadi memiliki penyebab, tingkat keparahan, dampak bagi kemajuan pendidikan dan dampak itupun jadi berbeda jika dikaitkan dengan usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup masing–masing anak.

Ada banyak macam atau jenis anak berkebutuhan khusus, tetapi dalam modul ini kebutuhan khusus yang akan dibahas adalah:

Anak dengan hambatan perkembangan fisik•

Anak dengan hambatan perkembangan intelektual/kognitif•

Anak dengan hambatan emosional, ADHD dan spektrum autisma •

Anak berbakat dan cerdas istimewa

Page 20: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

12 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

A. Anak dengan Hambatan Perkembangan Fisik

Hambatan perkembangan fisik dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok. Pertama, berisiko untuk menjadi terlambat berkembang yaitu anak-anak yang terlahir dan tumbuh berkembang di lingkungan yang tidak mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung dapat terjadi bukan hanya pada kondisi atau keadaan sosial ekonomi yang kurang tetapi juga pada kondisi sosial ekonomi yang cukup atau lebih. Kondisi ini muncul karena pengetahuan tentang tumbuh kembang serta gizi dan stimulasi yang benar pada orang dewasa di sekitar anak sangat kurang. Akan tetapi, dengan pertolongan dan bantuan yang layak, anak dengan keterlambatan perkembangan fisik ini akan dapat mencapai perkembangan yang optimal. Kedua, anak yang kehilangan kemampuan, diindikasikan dengan adanya perkembangan fisik yang berbeda dengan anak lain. Misalnya anak dengan kehilangan kemampuan pendengaran atau penglihatan karena adanya gangguan pada organ tubuh terkait dengan sistem penglihatan dan pendengaran.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai macam-macam kondisi hambatan perkembangan fisik:1. Hambatan Kemampuan Pendengaran

Hambatan kemampuan pendengaran adalah suatu kondisi di mana anak kehilangan kemampuan pendengaran yang dapat mempengaruhi unjuk hasil belajarnya. Adanya hambatan pendengaran, akan menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memperoleh infomasi secara bahasa lisan. Hambatan pendengaran ini dapat terjadi secara sebagian atau menyeluruh pada salah satu atau kedua telinga. Derajat hambatan pendengaran terbagi menjadi empat tingkatan, dimulai dari hambatan pendengaran ringan (26 – 40 dB), hambatan pendengaran sedang (41 – 60 dB), hambatan pendengaran berat (61 – 90 dB), dan hambatan pendengaran sangat berat (>90 dB). “dB” adalah kepanjangan dari desibel, yakni satuan yang digunakan untuk mengukur intensitas suara. Hambatan kemampuan pendengaran pada anak dapat terlihat gejalanya jika:

• Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.• Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke arah

sumber suara.• Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat berusia

satu tahun.• Menyadari kehadiran seseorang ketika ia melihatnya,

namun acuh saat ia dipanggil namanya.• Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika

berbicara.• Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya.• Sering berbicara dengan lantang atau menyetel

volume TV keras-keras.• Memerhatikan orang lain untuk meniru sesuatu yang

diperintahkan, karena ia tidak mendengar sesuatu yang diinstruksikan.

Karakteristik anak-anak yang memiliki hambatan pendengaran adalah:• Hambatan dalam berkomunikasi. Anak

yang tuli baik secara kualitas maupun kuantitas interaksi dan komunikasinya menjadi sangat jauh berbeda dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus.Pembelajaran melalui pengalaman langsung menjadi terbatas, karena kemampuan mendengarnya terganggu maka sumber-sumber pembelajaran yang diterimanya melalui pendengaran menjadi terbatas.

• Secara kognitif tidak terlalu banyak berbeda dengan anak lainnya. Secara akademik biasanya agak menonjol di bidang matematika, namun untuk bahasa dan membaca masih terus harus mendapat dukungan dari lingkungan sekitar agar terus berkembang.

Page 21: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

13Modul ABK Digital Modul ABK Digital

2. Hambatan Kemampuan PenglihatanHambatan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatan seseorang mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu: (1) Low Vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar, (2) Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi mata.

3. Hambatan Kemampuan Berbicara dan BerbahasaMenurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 1997, hambatan ini mengacu pada hambatan komunikasi seperti gagap, hambatan artikulasi, hambatan bahasa, atau hambatan suara yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak.

Adanya hambatan bicara dan berbahasa pada anak dapat berasal dari berbagai faktor salah satunya yaitu secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan susunan saraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh. Misalkan: langit-langit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal dan pendek. Berbahasa dapat diaplikasikan dalam dua hal yaitu:

Karakteristik anak yang memiliki hambatan penglihatan adalah:• Secara kognitif mengalami hambatan karena

memiliki keterbatasan dalam variasi dan rentang pengalaman yang didapatkan, mobilitas dan interaksi dengan lingkungan yang terhambat. Kehilangan pengalaman-pengalaman yang berharga melalui hal-hal yang telah disebutkan di atas dan juga kurangnya kesempatan untuk mengamati dan menirukan anak-anak dan orang dewasa lain. Dampak dari kondisi ini sangat bermakna bagi perkembangan kognitifnya. Namun pada beberapa orang dengan kehilangan kemampuan penglihatannya, memiliki kemampuan kognitif yang baik bahkan berbakat.

• Secara akademis apabila ia tidak mengalami keterbatasan secara kognitif maka ia dapat memperlihatkan hasil belajar yang optimal, asalkan lingkungan sekitar memberikan dukungan yang penuh dengan alat-alat bantu yang memadai.

• Secara sosial dan emosional anak dengan kehilangan kemampuan penglihatan dapat mengalami hambatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial karena ia sulit untuk mengamati, menirukan dan menunjukkan tingkah laku sosial yang tepat. Agar ketrampilan sosial ini dapat berkembang maka anak-anak tersebut harus mendapatkan instruksi yang sifatnya sistematis dan langsung yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial emosional yang harus dilakukan.

• Dalam berperilaku seringkali terlihat kurang matang, merasa terisolasi dan kurang asertif terutama sekali jika lingkungan kurang kondusif. Selain itu ada perilaku stereotip yang dimunculkan seperti mengerjapkan mata, menjentikan jari, menggoyangkan badan atau kepala, atau menggeliatkan badan. Hal ini sering muncul disebabkan mereka kehilangan stimulasi sensori, terbatasnya gerakan dan aktivitas.

Page 22: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

14 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Fakta:

Banyak anak di usia dini diajarkan dua bahasa, di mana salah satunya adalah bahasa asing. Dan

biasanya akan membuat anak mengalami hambatan dalam berpartisipasi pada proses pembelajaran.

Fakta:

Masih ditemukan pendidik yang meminta anak untuk “mengunci mulut”-nya selama di kelas. Karena keributan dianggap mengurangi nilai kemampuan guru mengelola kelas. Padahal seharusnya guru dapat mengingatkan anak untuk “bersuara pelan” dan sekali-sekali mengajak anak berbicara sambil berbisik

daripada melarang anak berbicara.

Curah Pendapat:

Apakah menurut Anda, perlu mengajarkan bahasa asing pada anak usia dini? Mengapa?

4. Hambatan Fisik dan MotorikHambatan ini biasanya berpengaruh pada gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus dari seseorang. Hambatan ini bisa bersifat ringan hingga berat. Penyebab dari hambatan fisik ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak lengkap atau berlebih.Penyebab lain seperti hambatan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar.

a. Bahasa ekspresif mengacu pada kemampuan individu di dalam menghasilkan suatu bahasa. Misalkan: menyampaikan isi pikiran atau pendapat secara verbal.

b. Bahasa reseptif mengacu pada kemampuan individu memahami suatu bahasa. Misalkan: orang yang mengerti bahasa asing tetapi ia tidak dapat berbicara dalam bahasa asing tersebut.

Page 23: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

15Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Refleksi Diri:

Cobalah menulis, menyuap atau menuang air tanpa melihat. Apa yang Anda rasakan?

Karakteristik anak dengan hambatan fisik antara lain :• Secara kognitif dan akademik, anak dengan hambatan fisik akan memiliki fungsi kognitif dengan rentang dari yang

ringan hingga berat. Anak-anak yang mengalami hambatan fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik maka ia akan dapat berkembang dengan baik, asalkan hambatan fisiknya dapat ditangani dengan baik. Misalnya anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap namun pintar ia dapat masuk sekolah dimana sekolah itu memberikan fasilitas yang cukup sehingga anak tersebut tidak memperoleh hambatan mengakses kelas dan ruang-ruang lainnya.

• Secara perilaku, anak dapat terganggu apabila hambatan yang dimilikinya itu menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat keterampilan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya. Secara emosional, pada umumnya anak dengan hambatan fisik ini akan memiliki konsep diri yang rendah. Oleh karena itu harus terus didukung dan dikembangkan konsep diri positif pada anak tersebut. Secara sosial, anak dengan hambatan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses yang sesuai sehingga aktivitasnya tidak terhambat oleh hambatan fisiknya.

• Secara fisik dan medis, anak dengan hambatan ini akan memiliki kondisi fisik dan medis yang berbeda dengan anak secara umum dan memerlukan perhatian yang khusus.

Page 24: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

16 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

B. Anak dengan Hambatan Perkembangan Intelektual/Kognitif

American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan hambatan intelektual/kognitif adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata secara bermakna, terlihat memiliki kesulitan dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep, keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun. Penyebab terjadinya hambatan fungsi intelektual ini antara lain:

1. Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas dari kromosom. Contohnya adalah Down Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol syndrome, Phenylketonuria, Toxoplasmosis.

2. Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anak lahir. Anak yang prematur dengan berat badan sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu lahir, penggunaan alat bantu seperti forcep yang kurang tepat.

Pasca kelahiran, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahiran anak tidak mengalami gangguan apa-apa namun setelah itu anak terjangkit encephalitis, keracunan timbal dan kerusakan otak, maka kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya hambatan intelektual pada anak.

Berikut ini akan dijelaskan tentang Kategori Hambatan Perkembangan Intelektual/Kognitif.

1. Down Syndrome Down syndrome adalah kondisi bayi lahir dengan ekstra kromosom, extra nomer 21, sehingga mempunyai perubahan perkembangan otak yang tidak normal, yang menyebabkan gangguan mental dan fisik. Dalam tubuh terjadi abnormal struktur dan fungsi synap syaraf pusat yang menyebabkan cacat pada kognitif. Terjadi abnormalitas pada satu atau lebih gene pada ekstra kromosome. Kelainan organ dijumpai dengan volume otak mengecil dan lobus frontal dan temporal kecil juga serebelum (otak kecil). Apapun macam gejala yang dialami oleh Down Syndrome, kuncinya adalah terapi awal. Mereka mempunyai hak perawatan untuk perkembangan ketampilan fisik dan mental. Dan terapi Down Syndrome sehingga dapat meraih seluruh kemampuan dan hidup yang berarti. Pada beberapa orang, efeknya ringan, mereka dapat bekerja, menjalin hubungan yang harmonis, hidup sesuai kemampuannya. Sebagian lain mempunyai berbagai macam masalah kesehatan dan perlu bantuan perawatan yang terus menerus. Ada yang memerlukan bantuan spesifik sejak anak belajar merangkak, berjalan, bicara, belajar bagaimana bergaul dan bersekolah. Ada yang mempunyai masalah kesehatan sehingga memerlukan perawatan rutin serta bantuan dari tim medis (dokter mata, telinga, jantung, dan lain-lain).

Anak yang memiliki karakeristik berbeda kecerdasan nya dengan anak-anak lainnya, digolongkan lagi menjadi • Hambatan Intelektual Ringan (IQ = 55 – 69)• Hambatan Intelektual Sedang (IQ = 40 – 54)• Hambatan Intelektual Berat (IQ = 25 – 39) • Hambatan Intelektual Sangat Berat

(IQ = dibawah 25)

Derajat hambatan intelektual yang berbeda, maka kebutuhan tingkatan layanan dan dukungan menjadi berbeda pula (tabel terlampir). Kemampuan memori, menggeneralisasi, motivasi, bahasa dan keterampilan akademisnya menjadi terbatas.

Page 25: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

17Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Tanda Fisik Down Syndrome Saat lahir ukuran tubuh sama dgn bayi lahir lain, tetapi kemudian pertumbuhan lambat karena tonus otot lemah, kurang kuat menyangga tubuhnya tetapi kemudian membaik. Lemah otot menyebabkan lemahnya kekuatan minum ASI atau susu, yang berdampak pada berat badan yang rendah.Secara umum, berikut ini adalah ciri-ciri fisik anak dengan down syndrome:

a. Berat dan panjang saat lahir di bawah rata-rata.b. Berkurangnya tegangan otot seperti hipotonia.c. Mata miring ke atas dan ke luar.d. Telapak tangan hanya memiliki satu lipatan.e. Hidung kecil dan tulang hidung rata.f. Antara jari kaki pertama dan kedua terdapat

jarak yang luas.g. Mulut kecil.h. Tangan lebar dengan jari-jari pendek.i. Bertubuh pendek.j. Leher pendek.k. Kepala kecil dan datar di bagian belakang.l. Lidah menonjol keluar.m. Bentuk telinga tidak normal atau kecil.n. Kelenturan otot berlebih.o. Bintik putih pada selaput mata.

Masalah Emosional Anak dengan Down Syndrome Anak dengan down syndrome memiliki beberapa persoalan yang menonjol. Masalah tersebut antara lain:a. Terdapat kesulitan pada kemampuan berpikir,

pemahaman dan bersosialisasi. Efek bisa ringan atau sedang.

b. Anak dengan down syndrome membutuhkan waktu panjang untuk bisa jalan, dan bicara Demikian pula untuk memakai pakai baju atau ke toilet sendiri.

c. Demikian pula di sekolah, membutuhkan bantuan ekstra untk menulis dan membaca.

d. Kadang terdapat masalah perilaku, mereka kurang perhatian atau obsesif pada sesuatu. Hal ini karena kesulitan dalam mengontrol reaksi tubuh, relasi dengan orang lain, dan mengatur perasaan saat frustasi.

e. Setelah memasuki usia dewasa, mereka perlu belajar untuk memutuskan terkait pada diri sendiri atau orang lain. Mereka juga perlu bantuan dalam menyelesaikan persoalan atau mengelola uang. Beberapa orang dapat memasuki pendidikan tinggi.

Fakta:Orang yang memiliki karakteristik down syndrome, harus diperlakukan dengan sangat hati-hati, jangan sampai kita menyinggung perasaan mereka, atau membuat mereka merasa direndahkan. Tugas yang memberatkan mereka, melebihi kemampuan intelektual atau daya pikirnya, dapat mengakibatkan stres yang berkepanjangan, sehingga pada akhirnya membuat mereka mengidap penyakit maag akut, lemah jantung, pikun bahkan Alzheimer. Anak dengan down syndrome, dapat dilatih mengatur diri sendiri secara sederhana, yang penting bersifat rutin, melakukan pekerjaan ringan dan kemampuan menolong diri sendiri, serta hal-hal yang dapat membantu mereka menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri secara sederhana sehingga mereka tidak menggantungkan hidup pada orang lain.

Page 26: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

18 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

2. Hambatan Perkembangan Belajar Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) dikatakan anak dengan hambatan perkembangan belajar adalah anak yang mengalami hambatan di satu atau lebih aspek dasar psikologi (kognitif/kemampuan berfikir), termasuk memahami dan menggunakan bahasa (verbal dan tulisan), yang berdampak pada kemampuan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis (disgrafia), mengeja dan kalkulasi matematika (diskalkulia). Termasuk juga gangguan persepsi, kerusakan otak, fungsi minimal otak, disleksia, dan aphasia. Penyebab terjadinya masalah perkembangan kognitif pada anak adalah:a. Faktor fisiologis, seperti kerusakan otak, keturunan,

dan ketidak seimbangan proses kimia dalam tubuh.b. Faktor lingkungan, gizi buruk, keracunan, dan

kemiskinan.

Karakteristik dari anak dengan hambatan perkembangan belajar adalah:• Berkaitan dengan atensi, persepsi, gangguan

memori, proses informasinya.• Secara akademik, bermasalah pada kegiatan

membaca, menulis, berhitung dan matematika serta berbahasa verbal

• Secara sosial dan emosional, umumnya anak memiliki harga diri rendah karena dianggap sebagai anak yang tidak mampu. Kesulitan ini menyebabkan anak mengganggap dirinya tidak mampu untuk melakukan sesuatu

• Secara perilaku, mereka menjadi sulit untuk mengendalikan gerak tubuhnya, tidak mau duduk diam, berbicara terus, melakukan agresi fisik dan verbal (tidak selalu).

Apabila ditemukan anak dengan ciri-ciri seperti diuraikan di atas dalam proses identifikasi, maka orangtua atau pendidik harus segera membawa ke ahlinya agar mendapat penanganan yang lebih tepat. Semakin dini penanganannya maka semakin besar kemungkinan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Apabila ditemukan anak dengan ciri-ciri seperti diuraikan di atas dalam proses identifikasi, maka orangtua atau pendidik harus segera membawa ke ahlinya agar mendapat memfasilitasinya dengan lebih tepat. Semakin dini memfasilitasi dengan tepat maka semakin besar kemungkinan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu masalah perkembangan kognitif yang banyak muncul adalah hambatan pemusatan perhatian. Ciri-ciri anak dengan hambatan pemusatan perhatian adalah :• Menghindari, enggan dan mengalami hambatan

dalam melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan ketekunan yang berkesinambungan.

• Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan lain.

• Sering mengalami hambatan mempertahankan dan memusatkan perhatian saat melaksanakan tugas atau kegiatan bermain (perhatian mudah teralih).

• Seperti tidak mendengarkan ketika diajak berbicara secara langsung.

• Mengalami hambatan berkonsentrasi di dalam kela.s • Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan-kegiatan.• Pelupa dengan kegiatan sehari-hari.• Pada waktu melaksanakan tugas, tampak sering

melamun atau ‘bengong’.• Tidak mampu mengikuti perintah atau gagal

menyelesaikan tugas sekolah (bukan disebabkan tingkah laku/sikap menentang atau kegagalan untuk memahami petunjuk).

• Sering mencari alasan untuk berhenti sejenak pada waktu melaksanakan tugas.

• Mengerjakan tugas-tugas secara sembarangan sesuai kemauannya.

Page 27: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

19Modul ABK Digital Modul ABK Digital

C. Anak dengan Hambatan Perkembangan Emosional

Hambatan emosional banyak dialami oleh anak-anak. Jumlah kasus yang tergolong dalam Hambatan tersebut terus meningkat. Hambatan ini tidak selalu berdiri sendiri, namun hambatan ini seringkali terjadi bersama-sama dengan hambatan lain pada diri seseorang. Beberapa keadaan yang sering dialami anak dengan hambatan emosi yaitu: Hambatan Pemuasatan Perhatian dan Hiperaktifitas atau Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) dan Spektrum Autisma. Beberapa hal terkait hambatan emosional yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:a. Bentuk hambatan emosi lain yang sering dialami

oleh anak adalah kecemasan, ketakutan, pobia, stres, hambatan mood dan mungkin trauma.

b. Anak dengan hambatan emosional dan spektrum autisma memiliki karakter perilaku, yaitu perilaku eksternal (keluar) dan perilaku internal (ke dalam). Perilaku eksternal, memiliki pengaruh langsung ataupun tidak langsung. Contohnya agresi, suka melawan, mencuri, dan kurangnya kontrol diri. Perilaku kedalam mempengaruhi anak yang mengalami hambatan ini contohnya kecemasan atau depresi yang parah, perubahan suasana hati yang berlebihan, atau menarik diri dari interaksi sosial merupakan bentuk perilaku eksternal (M.M Kerr dan Nelson, dalam Ormrod, 2009 : 242).

c. Hal-hal yang perlu diketahui pada anak yang mengalami hambatan emosional adalah terjadi dalam situasi yang diikuti oleh beberapa karakteristik yang muncul dalam periode tertentu dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari seorang anak seperti:

d. Ketidak mampuan untuk belajar yang tidak dapat dijelaskan dari faktor intelektual, sensori maupun kesehatan. Hal ini lebih dikarenakan hambatan pemusatan perhatian.

e. Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau membangun hubungan yang menyenangkan dengan teman sebaya atau dengan orang dewasa di sekitarnya.

Karakteristik anak dengan hambatan emosional adalah:a. Secara tingkah laku biasanya mereka tidak berbeda

dengan anak kebanyakan. Namun bisa dilihat dari tingkah laku yang diinternalisasikan dan tingkah laku yang dieksternalisasikan.

b. Secara emosional, biasanya mereka memiliki pengalaman kecemasan yang bersumber dari perasaan tidak aman dan tidak nyaman dalam dirinya terhadap lingkungan (rasa ketakutan yang berlebihan). Secara sosial, ada hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sehingga menimbulkan perasaan takut, tertekan bahkan depresi.

c. Secara kognitif, anak memiliki rentang kemampuan dari rendah hingga tinggi. Namun hambatan emosi menghambat hasil dan prestasi belajar.

Karena anak dengan ADHD terlalu aktif sehingga tidak dapat menyempatkan diri untuk memberi perhatian dan menjalin hubungan dengan orang di sekitar, sedangkan anak dengan autism lebih senang menyendiri dan minim komunikasi. Kecenderungan untuk mengalami keterlambatan berbicara dan minim kosa kata, karena hambatan pemusatan perhatian akibat aktivitas yang berlebihan.

f. Kecenderungan untuk memunculkan gejala psikis atau ketakutan-ketakutan yang dikaitkan dengan seseorang atau sekolah. Biasanya karena sulit menyesuaikan diri dengan perubahan rutinitas. Semakin meningkat usia anak, kondisi ini akan berubah sehingga anak dengan ADHD sudah dapat mengendalikan energi dan perilaku pemusatan perhatian lebih banyak, sedangkan anak dengan autism dapat menerima perubahan rutinitas dan mau berkomunikasi serta tidak menyendiri lagi.

Page 28: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

20 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Penyebab terjadinya masalah emosional ini berupa:a. Faktor biologis, proses pengiriman informasi pada

sistem saraf.b. Faktor psikososial, seperti stres yang berkepanjangan,

kejadian hidup yang menekan, perlakuan salah pada masa kecil, faktor keluarga / pengasuhan.

2. Anak dengan Spektrum Autisma Studi secara konsisten menunjukkan prevalensi anak dengan spektrum autisma lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan (3:1 atau 4:1), kecuali pada sindrom Rett, dimana sebagian besar yang terkena adalah perempuan (Hallahan & Kauffman, 2006 dalam Frieda, 2009). Anak perempuan dengan spektrum autisma biasanya mempunyai gejala lebih berat, dan hasil tes inteligensinya lebih rendah daripada anak laki-laki (Widyawati, 2002 dalam Frieda, 2009). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan spektrum autisma berasal dari latar belakang keluarga dengan berbagai tingkat sosial ekonomi, inteligensi, letak geografis, suku, dan ras (Widyawati, 2002 dalam Frieda, 2009). Pada anak dengan spektrum autisma memiliki sensitivitas tinggi terhadap suara/kondisi yang berisik/ribut, berada di antara sekumpulan orang yang sedang berbincang hanya akan mendatangkan perasaan tidak nyaman. Mereka cenderung menghindari situasi ramai atau berisik. Selain mengalami hambatan interaksi, komunikasi dan perilaku, anak dengan spektrum autisma juga memiliki karakteristik-karakteristik tambahan, yaitu: hambatan dalam kognisi, persepsi sensori, motorik, afeksi atau sikap, tingkah laku agresif dan berbahaya, serta hambatan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman, 2006, dalam Frieda, 2009). Ciri-ciri anak dengan spektrum autisma pada anak, yang dapat dideteksi sejak dini terkait dengan interaksi sosial sebagai berikut.a. Tidak menunjukkan rasa senang ketika diangkat atau

dipeluk, merasa takut, menangis atau marah.b. Tidak menunjukkan perbedaan respon ketika

berhadapan dengan orangtua, saudara kandung atau pendidik dengan orang asing.

c. Enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain. Ia tidak berminat pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-benda dan lebih senang menyendiri.

d. Tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau tertawa ketika tidak ada sesuatu yang lucu.

1. Hambatan Pemusatan Perhatian Anak dengan ADHD yang secara umum dapat diidentifikasi dari tiga karakteristik, yaitu tidak/kurang perhatian (inattention), hiperaktif, dan impulsif dan agresif. Tidak perhatian berarti anak mengalami kesulitan memusatkan dan mempertahankan perhatian terhadap tugas yang diberikan sehingga perhatiannya mudah teralihkan. Hiperaktif berarti anak tampak memiliki energi yang besar sekali sehingga cenderung mudah gelisah dan sulit untuk bersikap tenang dalam mengerjakan suatu aktivitas. Impulsif berarti anak cenderung mengalami kesulitan mencegah perilaku yang tidak sesuai seperti berbicara secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu atau terlibat dalam perilaku yang destruktif (Omrod, 2009).Ciri anak dengan ADHD, adalah:a. Selalu dalam keadaan ‘siap gerak’ atau aktivitas seperti

digerakkan oleh mesin yang tak pernah berhenti dan tidak terlihat kelelahan.

b. Tidak bisa duduk diam.c. Mudah terpengaruh.d. Sulit dikendalikan.e. Sering berbicara berlebihan.f. Sering menimbulkan kegaduhan pada waktu melakukan

sesuatu atau bermain. g. Mudah mengalami kecelakaan.h. Barang-barang dan alat bermain yang dipakai sering

rusak.i. Sering melontarkan jawaban sebelum selesai

ditanyakan.j. Meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain

dimana anak sebenarnya diharapkan untuk dapat duduk tenang.

k. Sulit menunggu giliran.l. Sering memaksakan diri terhadap orang lain .m. Perilaku agresif, mudah terganggu.

n. Tidak matang secara sosial.o. Rendah harga diri dan sangat mudah frustrasi.p. Impulsif atau tidak sabar.

Page 29: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

21Modul ABK Digital Modul ABK Digital

e. Tatapan mata berbeda dengan kontak mata sangat singkat. Terkadang menghindari kontak mata atau melihat sesuatu dari sudut matanya.

f. Tidak senang bermain bersama anak lain, lebih senang bermain sendiri.

g. Perbedaan dalam interaksi sosial dan kelekatan yang biasa terbentuk dengan orangtua atau bersahabat dengan teman sebaya juga rendah atau bahkan tidak ada. Meskipun mereka berminat untuk menjalin hubungan dengan teman, seringkali terdapat hambatan karena mereka tidak mampu memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kurangnya kesadaran sosial ini mungkin menyebabkan mereka tidak mampu memahami ekspresi wajah orang lain maupun mengekspresikan perasaannya sendiri baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Kondisi tersebut menyebabkan anak autis tidak dapat berempati. Tingkah laku anak dengan spektrum autisma seperti itu terkadang membuat kesan bahwa mereka tidak ingin berteman.

h. Hambatan komunikasi. Tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi untuk tujuan sosial. Bahkan, 50% anak dengan spektrum autisma berpikir untuk menutup mulut, atau tidak menggunakan bahasa sama sekali (Hallahan & Kauffman, 2006, dalam Frieda, 2009).

i. Gumaman yang biasanya muncul sebelum anak dapat berkata-kata mungkin tidak nampak pada anak autis.

j. Mereka yang berbicara mengalami abnormalitas dalam intonasi, rate, volume, dan isi bahasa. Misalnya, berbicara seperti robot, echolalia (mem-beo), mengulang-ulang apa yang didengar ; reverse pronouns; sulit menggunakan bahasa dalam interaksi sosial karena mereka tidak sadar terhadap reaksi pendengarnya.

k. Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada mereka.

l. Sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak arti.

m. Menggunakan kata-kata aneh atau kiasan, seperti seorang anak yang berkata "..sembilan" setiap kali melihat kereta api.

n. Terus mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui jawabannya atau memperpanjang pembicaraan mengenai topik yang ia sukai tanpa peduli dengan lawan bicaranya.

o. Sering mengulang kata-kata yang baru saja atau pernah mereka dengar, tanpa maksud berkomunikasi. Mereka sering berbicara pada diri sendiri atau mengulangi potongan kata atau cuplikan lagu dari iklan di televisi dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai. Contoh: seorang pendidik memangku anak sambil berkata : "Ibu Santi sakit, Anto! Sayang dong ibu Santinya!". Kemudian Anto langsung menirukan, "Sayang Ibu Santi". Setelah itu, sampai sebelum pulang, Anto terus berucap "Sayang Ibu Santi". (Issom, 2005, hal. 35-36). Hasil Observasi disuatu Taman Latihan dan Pendidikan Anak Autistik dan Anak dengan Hambatan Belajar, dalam Frieda, 2009).

p. Hambatan dalam komunikasi non verbal, misalnya tidak menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi selayaknya orang lain ketika mengekspresikan perasaannya atau merasakan perasaan orang lain, seperti: menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis, dan sebagainya.

q. Tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, melainkan mengambil tangan orang lain untuk mengambil objek yang dimaksud.

Page 30: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

22 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Sejak Mei 2013 sudah mulai diperkenalkan kriteria diagnostik hambatan spektrum autisma berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), sebagai pengganti dari DSM 4 yang selama ini digunakan di seluruh dunia. Adapun kriteria hambatan spektrum autisma (autism spectrum disorders/ASD) di dalam DSM-5 adalah sebagai berikut:1. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial

yang bersifat menetap pada berbagai konteks. Kekurangan dalam kemampuan komunikasi sosial dan emosional. Contohnya pendekatan sosial yang tidak normal dan kegagalan untuk melakukan komunikasi dua arah; kegagalan untuk berinisiatif atau merespon pada interaksi sosial. Terganggunya perilaku komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal dan non-verbal yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku pada berbagai konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman, tidak adanya ketertarikan terhadap teman sebaya.

2. Perilaku yang terbatas, pola perilaku yang berulang-ulang (repetitive), ketertarikan, atau aktivitas yang

r. Hambatan Perilaku. Perilaku repetitif (pengulangan), misalnya: tingkah laku motorik ritual seperti berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-mutar objek, mengepak-ngepakan tangan (flapping), bergerak maju mundur atau kiri kanan (rocking).

s. Asyik sendiri atau preokupasi dengan objek dan memiliki rentang minat yang terbatas, misalnya berjam-jam bermain dengan satu objek saja.

t. Sering memaksa orang tua untuk mengulang suatu kata atau potongan kata.

u. Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut, misalnya seorang anak laki-laki yang selalu membawa penghisap debu kemanapun.

v. Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau perubahan rutinitas.

termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut: Pergerakan motor repetitif atau stereotype, penggunaan objek-objek atau bahasa, misalnya: perilaku stereotype yang sederhana, menjejerkan mainan atau membalikkan objek.

3. Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal atau non-verbal yang diritualkan, contohnya stres ekstrim pada suatu perubahan yang kecil, kesulitan pada saat adanya proses perubahan, pola pikir yang kaku.

4. Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat atau preokupasi pada objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest.

5. Hiperaktivitas maupun hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan yang tidak biasa pada aspek sensori pada lingkungan. Contoh: sikap tidak peduli pada rasa sakit atau temperature udara, respon yang berlawanan pada suara atau tekstur tertentu, penciuman yang berlebihan atau sentuhan dari objek, kekaguman visual pada cahaya atau gerakan.

6. Gejala-gejala muncul pada periode perkembangan awal (tapi mungkin tidak termanifestasi secara penuh sampai tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin tertutupi dengan strategi belajar dalam kehidupannya).

7. Gejala-gejala menyebabkan perusakan yang signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan atau setting penting lainnya dalam kehidupan.

8. Hambatan-hambatan ini lebih baik tidak dijelaskan dengan istilah ketidakmampuan intelektual (intellectual disability) atau hambatan perkembangan intelektual.

9. Dalam diagnosa hambatan spektrum autisma diperkenalkan juga tingkat keparahan autisma yang bervariasi tergantung pada konteks dan perubahannya dari waktu ke waktu. Tingkat keparahan ini dispesifikasikan menjadi 3 tingkatan (level), yaitu dari level 1, 2, 3. Tingkatan ini didasarkan pada sejauhmana anak dengan hambatan spektrum autisma membutuhkan dukungan orang lain dalam melakukan tugas perkembangannya.

Page 31: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

23Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Tabel 2. Tingkat Keparahan Hambatan Spektrum Autis

Tingkat Keparahan

Komunikasi Sosial Perilaku berulang terbatas

Level 3“memerlukan dukungan sangat substansial”

Kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal yang sangat rendah menjadi hambagan yang besar dalam berkomunikasi, keinginan untuk memulai interaksi sosial yang sangat terbatas dan minimnya tanggapan bersosialisasi dari pihak lain.

Perilaku yang tidak fleksibel, kesulitan ekstrim menghadapi perubahan, atau perilaku-perilaku berulang terbatas jelas sekali tampak mengganggu keberfungsian pada semua bidang. Kesulitan besar merubah perhatian dan tindakan.

Level 2“memerlukan dukungan substansial”

Kekurangan yang jelas terlihat dari keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal; hambatan sosial yang nyata walaupun mendapat dukungan di tempat; keterbatasan mengawali interaksi sosial; respon yang sedikit atau tidak wajar terhadap ajakan bersosialisasi dari pihak lain. Sebagai contoh, seseorang yang berbicara kalimat sederhana, yang interaksinya terbatas atau sempit pada minat tertentu, dan yang tampak jelas keganjilan komunikasi nonverbal.

Perilaku yang tidak fleksibel, kesulitan menghadapi perubahan, atau perilaku-perilaku berulang terbatas lainnya cukup sering terjadi sehingga tampak jelas oleh pengamat yang biasa dan mengganggu keberfungsian pada konteks yang beragam. Kesulitan merubah perhatian dan tindakan.

Level 1“memerlukan dukungan”

Tanpa dukungan di tempat, kekurangan dalam hal komunikasi sosial menimbulkan hambatan yang berarti.Kesulitan mengawali interaksi sosial, dan contoh yang jelas dari respon yang tidak normal atau tidak sukses terhadap ajakan dari pihak lain. Mungkin tampak penurunan minat dalam interaksi sosial. Sebagai contoh, seseorang yang dapat berbicara dengan kalimat yang utuh dan mampu terlibat dalam komunikasi, namun gagal dalam percakapan dua arah dengan orang lain, dan yang memiliki cara-cara yang ganjil dan gagal dalam berteman.

Perilaku yang tidak fleksibel menyebabkan pengaruh yang signifikan dalam keberfungsian pada satu konteks atau lebih. Kesulitan beralih diantara beberapa aktifitas. Permasalahan dalam mengorganisir dan merencanakan sesuatu menghalangi kemandirian.

Skala tingkat keparahan ini dapat dijadikan oleh pendidik sebatas mana keterlibatan pendamping khusus (shadow

teacher) diperlukan oleh anak dengan autism dan ADHD ini.

Page 32: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

24 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Berikut ini merupakan gambaran sederhana yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali anak dengan spektrum autisma.

Ketidakmampuan berhubungan dengan anak lain atau orang dewasa

Terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap suara-suara

ketidaksesuaian saat tertawa atau menangis

Sangat sensitif atau kurang sensitif pada sentuhan

Merasa asing dengan benda-benda yang melekat

Sedikit kontak mata

Kurang peduli terhadap sesuatu yang berbahaya

Sangat aktif atau sangat pasif

Ketidaksesuaian dengan alat main Sulit beradaptasi dengan perubahan rutinitas

Kurang bicara atau sedikit perbendaharaan kata

Gambar 2. 10 Tanda-tanda Autisme

Page 33: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

25Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Fakta:

1. Tidak semua tanda-tanda di atas muncul pada setiap anak yang mengalami hambatan tersebut, dan dengan derajat keparahan yang berbeda. Setiap anak itu adalah unik dan memperlihatkan kombinasi yang berbeda dalam perilaku, kebisaan, kelemahan, minat, bakat dan keterampilan.

2. Penting untuk diketahui bahwa perilaku-perilaku di atas itu adalah normal terjadi pada anak-anak untuk derajat keparahan tertentu pada tahapan perkembangan tertentu juga.

3. Contoh: adalah normal jika anak kecil itu masih mengalami kesulitan untuk menunggu giliran, rentang perhatiannya pendek, dan tidak dapat duduk tenang untuk waktu yang lama. Namun, ketika anak memunculkan perilaku-perilaku itu secara berlebihan sehingga tidak sesuai dengan tahapan perkembangan di usianya maka dapat dikatakan bahwa anak itu mengalami hambatan emosional.

Biasanya, pendidik sulit membedakan antara anak dengan hiperaktivitas dan autisma. Bagaimana kita membedakan antara anak dengan ADHD dan anak dengan autisma...?

Ciri yang sangat menonjol yang dapat membedakan keduanya adalah:

ADHD (Hyperactive) Autisma

Ada kontak mata Minim kontak mata

Ada komunikasi dua arah Minim komunikasi

Kurang perhatian pada segala sesuatuSangat perhatian pada sesuatu yang menjadi daya tariknya

Mudah bosan, sering berganti-ganti aktivitasSangat lekat pada suatu aktivitas atau benda (tidak terlihat bosan, bahkan selalu diulang-ulang, sulit menerima perubahan rutinitas.

Tidak Sabar Sangat sabar, bahkan cenderung pendiam.

Selalu ingin mencari perhatian. Menarik diri, asik dengan diri sendiri.

Page 34: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

26 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

D. Anak dengan Kecerdasan dan Berbakat Istimewa

Definisi menurut IDEA, anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa adalah anak yang memiliki kemampuan yang melebihi dari kemampuan orang lain pada umumnya dan mampu untuk menunjukkan hasil kerja yang sangat tinggi. Cerdas istimewa berbakat istimewa ini dapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan intelektual secara umum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan, seni, dan psikomotor. Seorang anak dapat dikatakan berbakat apabila ia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata, memiliki komitmen terhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif. Anak cerdas istimewa berbakat istimewa dapat diketahui melalui serangkaian evaluasi yang dilakukan oleh psikolog.

Jika anak memiliki kemampuan lebih dari ukuran standar anak pada umumnya, dan dikategorikan sebagai anak yang memiliki Kecerdasan dan Bakat Istimewa, maka ia harus memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat berkembang dengan optimal. Perlu strategi tertentu dalam memfasilitasi anak dengan cerdas istimewa dan berbakat istimewa sebab kesalahan dalam memfasilitasi dapat berimplikasi negatif bagi kemampuannya.Berikut adalah saran-saran yang diberikan oleh Ormrod (2019:259) terkait strategi yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa :1. Berikan tugas-tugas mandiri (tugas-tugas yang

disesuaikan dengan kemampuan anak), sesuaikan tugas dengan minat dan kemampuan utama anak.

2. Bentuklah kelompok belajar yang berisikan anak yang memiliki minat dan kemampuan yang setara: mengelompokkan anak dengan minat dan kemampuan serupa memungkinkan untuk mengkaji suatu permasalahan secara lebih mendalam dan analisis yang lebih tajam.

3. Ajarkan keterampilan kognitif yang kompleks dalam konteks mata pelajaran tertentu: kreativitas dalam menulis, keterampilan bernalar atau memecahkan masalah akan berimplikasi positif terhadap kognitif anak

4. Berikan kesempatan untuk melakukan kajian secara mandiri tentang suatu topik: motivasi yang tinggi serta strategi belajar yang lebih efektif memungkinkan anak mengelola kemampuannya secara lebih maksimal.

5. Dorong kemampuan anak untuk menetapkan sasaran yang tinggi: anak berbakat cenderung akan mencapai level prestasi yang tinggi ketika mereka menetapkan sasaran atau target yang tinggi pula.

6. Carilah sumber daya dari luar : suatu ide yang baik untuk mendatangkan mentor tamu yang memiliki kapasitas untuk menjelaskan suatu topik khusus di luar kapasitas pendidik.

Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa:1. Secara kognitif, pada umumnya mereka

memiliki kemampuan dalam: mengidentifikasi, memahami dan memanipulasi simbol abstrak, konsentrasi dan ingatan yang baik, perkembangan bahasa yang lebih awal dari pada anak-anak seusianya, rasa ingin tahu yang tinggi, minat yang beragam, lebih suka belajar dan bekerja secara mandiri, serta memunculkan ide-ide yang original.

2. Secara akademis, mereka sangat termotivasi untuk belajar di area-area yang menantang atau menjadi minat mereka. Namun mereka bisa kehilangan motivasinya apabila dihadapkan pada area yang tidak mereka minati dan bersifat monoton.

3. Secara sosial emosional, mereka terlihat sebagai anak yang idealis, perfeksionis dan kepekaan terhadap rasa keadilan, selalu terlihat bersemangat, memiliki komitmen yang tinggi, dan peka terhadap seni.

Page 35: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB V | Program Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

27Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB IV | Anak Berkebutuhan KhususBAB IV | Anak Berkebutuhan Khusus

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB 5

A. Bagaimana Menyesuaikan Program Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus?

Kita sudah mempelajari pada modul Konsep Dasar PAUD bagian prinsip-prinsip pembelajaran, dimana pendidik perlu menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar proses pembelajaran dapat diadaptasikan bagi anak dengan kebutuhan khusus.

Gambar 3 10 Prinsip-prinsip Pembelajaran

BAB V | Program Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

Page 36: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB V | Program Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

28 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Uraian 10 Prinsip-prinsip Pembelajaran

1. Belajar melalui Bermain Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak.

2. Berorientasi pada perkembangan anak

Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak.

3. Berorientasi pada kebutuhan anak

Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.

4. Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak.

5. Pembelajaran Aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri.

6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter

Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai karakter tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui pembiasaan dan keteladanan.

7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup

Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui pembiasaan dan keteladanan.

8. Didukung oleh Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain

9. Berorientasi pada Pembelajaran yang Demokratis

Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.

10. Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber

Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk narasumber adalah orang-orang dengan profesi tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.

Page 37: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB V | Program Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

29Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Refleksi:

Pada bagian mana dari 10 Prinsip Pembelajaran

Anak Usia Dini tersebut yang terkait dengan anak

berkebutuhan khusus?

Tugas :

Silakan mendiskusikan bersama rekan sejawat

apakah 10 prinsip pembalajaran PAUD tersebut telah

diterapkan di lembaga, dan bagaimana kaitannya

dengan keberadaan ABK di lembaga jika menerapkan

10 prinsip pembelajaran tersebut. TIPS PRAKTIS mengelola kelas inklusi: 1. Gabungkan, jangan pisahkan2. Ubah kata “menangani”, “mengatasi”,

“menanggulangi”, dengan satu kata saja, yaitu “MEMFASILITASI”.

3. Ubah sistem, strategi dan cara belajar dan mengajar.

4. Temukan POTENSI, bukan kelemahannya.5. Bersabarlah atas setiap proses dan pencapaian.

Jika kita menerapkan ke-10 prinsip tersebut dalam pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa anak dengan kebutuhan khusus pun akan terpenuhi kebutuhan belajarnya. Kita dapat menyertakan mereka dalam kegiatan pembelajaran tanpa harus khawatir bahwa mereka akan mengganggu proses pembelajaran atau anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus akan terganggu dan mengganggu.

B. Cara Penerapan 10 Prinsip Pembelajaran PAUD bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan ke-10 prinsip pembelajaran tersebut kedalam kegiatan sehari-hari:1. Rencanakan proses kegiatan belajarnya melalui

bermain. Karena bermain itu menyenangkan bagi anak.2. Ketika bermain, pastikan semua anak memusatkan

perhatiannya pada bahan mainnya karena menarik dan menyenangkan, sehingga tidak ada waktu bagi

mereka mengganggu satu sama lainnya. Jadi, kita perlu menyiapkan bahan pendukung kegiatan main yang menarik minat anak.

3. Fasilitasi dengan alat-alat permainan edukatif yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kebutuhan SEMUA anak. Misalnya bongkar pasang (puzzle) dengan berbagai kategori gambar, tekstur dan jumlah kepingan.

4. Pindahkan meja dan kursi, bermainlah di lantai dengan alat permainan edukatif yang diletakkan di lantai atau di rak yang mudah dijangkau oleh SEMUA anak.

5. Berikan kesempatan pada semua anak untuk terlibat bermain bersama, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan bersosialisasi.

6. Ada tempat bermain yang membuat anak leluasa berpindah ke mainan lainnya tanpa harus menunggu anak yang belum selesai.

7. Penerangan dan sirkulasi udara yang cukup di setiap ruang.

8. Motivasi dan beri dukungan untuk anak yang masih mengalami hambatan dalam bermain bersama, secara individual.

Page 38: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VI | Model Pembelajaran InklusiBAB VI | Model Pembelajaran Inklusi

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB V | Program Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

30 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

10 Tips Bekerja dengan Anak Berkebutuhan Khusus

9

Yakini bahwa setiap anak dapat belajar, setiap anak cerdas, meskipun cara belajar mereka berbeda-beda.

Jalin kerjasama dengan orang tua anak tersebut untuk dapat memfasilitasi sesuai potensi dan kebutuhan belajar anak.

Lakukan komunikasi dan interaksi individual untuk membantu anak bersosialisasi.

Fokus mengobservasi untuk menemukan POTENSI-nya, bukan kelemahannya.

Pahami bahwa anak sedang dalam proses belajar, Bersabarlah atas setiap proses pencapaian.

Jaga harga diri anak, gabungkan dalam proses pembelajaran. Jangan pisahkan.

Latih anak lainnya untuk selalu sayang teman, termasuk sayang terhadap anak yang berkebutuhan khusus.

Bangun kepercayaan diri ABK bahwa teman-teman dan guru di sekolah akan menjaganya dan membantunya jika diperlukan.

Lakukan kegiatan yang beragam, sehingga minat anak yang beragam dapat terpenuhi dan membuat anak fokus dengan kegiatannya.

Pahami bahwa setiap anak itu unik sekalipun mereka anak kembar. Mereka punya karakteristik yang berbeda termasuk proses perkembangan baik dalam hal cara berkembangnya maupun tahapannya.1

23

4

5

6

7

8

10

Dapat anda saksikan di Link : https://youtu.be/K1TFv2U-71c

Page 39: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VI | Model Pembelajaran InklusiBAB VI | Model Pembelajaran Inklusi

31Modul ABK Digital Modul ABK DigitalModul ABK Digital Modul ABK Digital

MODEL PEMBELAJARAN INKLUSIBAB 6

A. Manfaat Menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus dalam Pembelajaran Bersama Anak Yang Lain.

Anak berkebutuhan khusus, sebagaimana anak lainnya berhak untuk belajar bersama teman sebaya, dalam lingkungan sekolah yang tidak diskriminatif. Oleh karena itu, diperlukan layanan pendidikan yang inklusif, disemua jenjang, termasuk di PAUD. Model pembelajaran Inklusi adalah pembelajaran yang menggabungkan anak dengan keberagaman potensinya, untuk belajar bersama dan berkembang sesuai potensinya masing-masing. Prinsip Pendidikan inklusi adalah; a) penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama, b) merupakan layanan pendidikan yang dapat menerima semua anak dengan berbagai kondisi, c) layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya, d) Salah satu sistem penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Pernahkah kita sebagai pendidik merasa tidak nyaman saat tidak dilibatkan dalam kelompok? Atau pengalaman merasa diasingkan karena dianggap tidak mampu di beberapa bidang kehidupan? Begitulah yang dirasakan oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus, jika kita mengabaikan mereka. Tertekan, pesimis, kurang percaya diri, merasa bodoh, adalah kata-kata negatif yang mewakili perasaan-perasaan itu. Apa akibatnya? Akan muncul masalah kedua yang lebih besar dari hambatan pertama mereka, karena seumur hidupnya, mereka akan memiliki sikap negatif terhadap diri dan orang lain. Ketika kita menggabungkan anak dengan kebutuhan khusus untuk belajar bersama anak yang lain, artinya kita sudah memberikan penghargaan atas harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Kita secara

1.2 Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan.

2.5 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri.

2.7 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika orang lain berbicara), untuk melatih kedisiplinan.

2.8 Memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian.

2.9 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya.

2.10 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap kerjasama.

Penting bagi guru bersama teman sejawat dan seluruh penyelenggara sekolah memahami, bahwa setiap anak punya kebutuhan yang berbeda-beda, serta punya kekhususan kebutuhan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus mendapatkan layanan pendidikan di PAUD. Layanan PAUD serta orang-orang yang terlibat di dalamnya perlu beradaptasi dengan kondisi anak-anak dengan kebutuhan khusus, begitu juga dengan orang tua dari anak-anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Kesadaran ini harus dibangun bersama dalam lingkungan sekolah dan masyarakat melalui pendekatan program inklusif. Jadi sebetulnya, bukan hanya anak-anak dengan kebutuhan khusus yang harus menyesuaikan diri dengan

tidak langsung menjadi model bagi anak-anak dalam mengembangkan karakter sikap peduli, menghargai orang lain, empati dan kemampuan menolong orang lain. Anak dengan kebutuhan khusus pun akan termotivasi untuk mengembangkan rasa percaya diri atas kemampuannya serta merasa dihargai. Jika kita melihat kompetensi-kompetensi pada kurikulum 2013 PAUD (Permendikbud No.146 tahun 2014) yang perlu dikembangkan pada anak, maka kita akan menemukan kompetensi-kompetensi terkait percaya diri, menghargai orang lain, yaitu:

Page 40: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VII | PenutupBAB VII | Penutup

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB VI | Model Pembelajaran InklusiBAB VI | Model Pembelajaran Inklusi

32 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Salah satu yang menghambat keberhasilan menggabungkan Anak Dengan Kebutuhan Khusus adalah

“sikap negatif dari orang lain”

Kondisi Sekarang Penyesuaian yang dapat dilakukan

Meja kursi untuk tiap anak. Pindahkan, tinggalkan 1 set saja di sudut, ganti dengan alas duduk di lantai.

Akses masuk ke kelas ada undakan atau tangga. Tambahkan atau buat menjadi landai agar anak dengan kursi roda atau hambatan fisik lainnya dapat naik ke kelas dengan mudah.

Penerangan ruangan kurang. Buat jendela-jendela lebar sehingga cahaya luar masuk ke ruangan lebih banyak.

Pendidik mengajar satu arah. Beri kesempatan agar semua anak berpartisipasi aktif, lalu dukungan pendidik diberikan secara individual

Perencanaan Pembelajaran dan Evaluasi tidak sesuai. Ubah model perencanaan pembelajaran. Evaluasi dilakukan sesuai pedoman kurikulum 2013 dengan kompetensi dan standar perkembangan yang ditetapkan, lakukan pengamatan dan penilaian secara individual, berikan penyesuaian standar ketercapaian pada anak dengan kebutuhan khusus.

lingkungannya. Pihak lain di luar diri anak pun harus lebih mampu menyesuaikan diri. Jika kita dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, maka lembaga perlu menyesuaikan fasilitas-fasilitasnya. Ajaklah pengelola layanan PAUD membuat daftar penyesuaian sehingga dapat menerima anak dengan kebutuhan khusus di lembaganya. Contoh penyesuaian yang dapat dilakukan:

Page 41: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VII | PenutupBAB VII | Penutup

33Modul ABK Digital Modul ABK Digital

BAB VI | Model Pembelajaran InklusiBAB VI | Model Pembelajaran Inklusi

Modul ABK Digital Modul ABK Digital

B. Mengelola Kelas Inklusi

Setelah pendidik PAUD memahami anak dengan kebutuhan khusus, maka diperlukan usaha untuk dapat memberikan pelayanan dalam pendidikan sesuai dengan ketentuan dan undang-undang yang berlaku tentang hak mendapatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pelaksanaan undang-undang tersebut diimplementasikan dalam bentuk program pendidikan inklusif, yaitu program pendidikan yang memberikan kesempatan anak berkebutuhan khusus untuk menjalani proses pembelajaran bersama dengan anak-anak lain seusianya. Pemahaman ini menjadi penting sebab diperlukan oleh pendidik PAUD untuk melakukan proses dan memberikan materi belajar sesuai dengan kebutuhan bagi anak berkebutuhan khusus. Selain itu pendidik juga diharapkan mampu mengelola kelas inklusif dengan bekal pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai aspek dari anak bekebutuhan khusus. Kemampuan ini dapat mendorong optimalisasi potensi anak dengan kebutuhan khusus melalui proses belajar di kelas inklusi. Anak-anak memang berada dalam pengasuhan secara intensif oleh keluarga. Namun anak juga berada di masyarakat yang secara tidak langsung mereka dapat berada dalam pengasuhan dan binaan dari pendidik, kader, pekerja sosial, tokoh masyarakat (toga) /tokoh agama (toma). Mereka juga dapat belajar di Rumah Belajar Modern (RBM) yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

BAB VI | Model Pembelajaran Inklusi

Rasa percaya diri dan merasa dihargai adalah dua hal penting yang perlu dimiliki semua anak sebelum mereka belajar lebih jauh tentang hal lainnya.

Termasuk anak dengan kebutuhan Khusus.

Page 42: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VII | PenutupBAB VII | Penutup

34 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

C. Sistem Rujukan Kesehatan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus, sebagaimana anak lainnya, tentu mengalami masalah-masalah kesehatan yang sama. Pendidik perlu memahami, bahwa ketika anak berkebutuhan khusus memiliki masalah kesehatan yang memerlukan penanganan medis, mereka harus dirujuk ke pusat-pusat bantuan kesehatan terdekat agar mereka mendapat pertolongan dari ahlinya. Perlu diketahui, bahwa pendidik adalah fasilitator yang tugasnya memfasilitasi kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus. Pendidik bukanlah paramedis, bukan pula terapis. Berikut adalah gambaran alur rujukan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus.

Sumber: Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak Berkebutuhan Khusus, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010.

Gambar 4. Pelayanan Kesehatan & Rujukan Anak Berkebutuhan Khusus

Page 43: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

BAB VII | PenutupBAB VII | Penutup

35Modul ABK Digital Modul ABK Digital

PENUTUPBAB 7

Pengetahuan tentang Anak dengan Kebutuhan Khusus, sebaiknya dipahami sebagai dasar bagi pendidik dan tenaga kependidikan di PAUD dalam memberikan stimulasi dalam bentuk kegiatan pembelajaran maupun bentuk-bentuk stimulasi lainnya, pada anak yang memiliki kebutuhan khusus, agar tepat dan sesuai dengan karakteristiknya. Ketika pendidik dan tenaga kependidikan yang bekerja di layanan PAUD memahami kebutuhan khusus anak dan mampu mengidentifikasinya, mereka dapat memberikan dukungan yang tepat secara menyeluruh yang berguna bagi kehidupan anak dengan kebutuhan khusus.

Page 44: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

36 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

DAFTAR PUSTAKA

Alur Mithu and Evans Jennifer. 2005. Early Intervention in Inclusive Education in Mumbai. The ‘Why’ and the ‘How’. Manual 15. How to Identify Children with Disability. Mumbai: The Spastics Society of India. Supported by the Canadian International Development Agency (CIDA).

Mangunsong Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jilid Kesatu. Jakarta: LPSP3-Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mangunsong Frieda. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jilid kedua. Jakarta: LPSP3-Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

National Early Childhood Specialist Team. 2008. Modul Anak berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : ErlanggaPermendikbud Nomor 137 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan Anak Berkebutuhan Khusus, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010

Rief. Sandra F. -. How To Reach and Teach ADD/ADHD Children. New York: The Center for Applied Research in Education.

Page 45: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

37Modul ABK Digital Modul ABK Digital

TUGAS MANDIRI

Tugas mandiri ini diberikan untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan peserta diklat terkait materi Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus. Peserta diberikan tugas mengikuti tatap muka. Setelah Tahap Tatap Muka, peserta diberikan Tugas Mandiri. Bentuk tugas mandiri yang terkait dengan Modul Pengenalan Anak dengan Kebutuhan Khusus ini adalah peserta Mengidentifikasi POTENSI Anak dengan Kebutuhan Khusus dengan bobot 20 JPL atau lama waktu pelaksanaan maksimal 2 hari.

Berikut adalah format yang dapat digunakan untuk menuliskan hasil observasi potensi anak berkebutuhan khusus.

Mengetahui,

(ttd dan nama orang tua anak)

Pengamat,

(ttd dan nama guru)

IDENTIFIKASI POTENSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Nama :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Kemampuan

(yang dapat dilakukan anak/

kemampuan anak)

Kesukaan

(yang disukai anak : makanan,

minuman, pakaian, benda-

benda, orang terdekat,

kegiatan, perilaku)

Kebutuhan

(benda-benda yang harus

difasilitasi oleh pendidik yang

diperlukan untuk perkembangan

sesuai kemampuan dan minat

anak)

Dukungan yang

dilakukan pendidik untuk

membangun keterlibatan

anak dalam pembelajaran

• • • •

PhotoAnak

Page 46: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

38 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

LEMBAR EVALUASI

1. Yang tidak termasuk pada macam-macam anak berkebutuhan khusus adalah…. a. Anak dengan keterlambatan perkembangan d. Anak dengan kesulitan belajar b. Anak berbakat e. Anak dengan IQ 90-110 c. Anak dengan ADD/ADHD

2. Penyebab hambatan bicara dan berbahasa yang berasal dari masalah susunan saraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh merupakan faktor:

a. Fisiologis d. Patologis b. Psikologis e. Sosiologis c. Biologis

3. Anak autis mengalami beberapa masalah dalam proses kognitif, yaitu : a. Hampir 100% mengalami retardasi mental d. Lemah dalam tugas-tugas yang membutuhkan b. Mengingat sesuatu berdasarkan pemahaman konsep pemahaman non verbal c. Lemah dalam tugas-tugas yang membutuhkan e. Terganggu oleh suara keras pemahaman verbal

4. Anak yang mengalami kesulitan pemusatan perhatian/ADD (Attention Deficit Disorder) memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Suka menyimpan benda-benda d. Tidak mampu mengikuti perintah b. Sangat berhati-hati e. Menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu c. Tidak peduli

5. Prinsip pendidikan inklusi yang kurang tepat adalah….a. Sistem pembelajaran yang khusus bagi anak berkebutuhan khususb. Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk

mengikuti pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-samac. Salah satu bentuk layanan pendidikan yang dapat menerima semua anak dengan berbagai kondisid. Sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di

kelas biasa bersama teman-teman seusianyae. Salah satu sistem penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi

semua peserta didik

Page 47: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

39Modul ABK Digital Modul ABK Digital

6. Ciri-ciri umum yang nampak pada anak dengan spektrum autisma adalah sebagai berikut, kecuali …a. Enggan bereaksi secara aktif dengan orang lainb. Sering mengulang potongan kata/cuplikan lagu dari iklan di televisic. Berperilaku repetitif (pengulangan)d. Suka berpindah objek/aktivitase. Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan sekitar

7. Asyik sendiri dan terpaku pada satu obyek tertentu merupakan ciri-ciri ABK dengan :a. Hambatan emosionalb. Keterbelakangan mentalc. Autismad. Hambatan belajare. Hambatan bicara

8. Untuk mendukung dan memfasilitasi pendidikan bagi anak dengan Autism Spectrum Disorders, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan kecuali…a. Membuat anak sebisa mungkin kontak mata dengan pendidikb. Tidak menuntut kontak mata dari anakc. Membantu siswa memahami bahasad. Mempertimbangkan nada suara ketika berbicara dengan anake. Pendidik menjadi rekan berkomunikasi yang sensitif

9. Mengalami kekurangan dalam perilaku adaptif banyak ditemukan pada anak dengan….a. Hambatan emosib. Hambatan Intelektualc. Hambatan Spektrum Autismad. ADHDe. Hambatan berbicara

10. Karakteristik anak yang mengalami hambatan emosional di antaranya….a. Memiliki konsep diri yang rendahb. Adanya hambatan dalam mempertahankan hubungan dengan orang lainc. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan penalaran abstrakd. Menurunnya kapasitas untuk meniru perilaku orang laine. Semuanya benar

Page 48: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

40 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSa. CEKLIS BAGI ANAK DENGAN HAMBATAN FISIK

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah ibu mempunyai masalah selama kehamilan?2 Apakah anak pernah mengalami sakit berat seperti pneumonia, sakit

kuning, kejang dan lain-lain?3 Apakah waktu lahir anak terlilit tali pusat?4 Apakah anak berjalan dengan panggul dan lutut menekuk?5 Apakah anak berjalan berjinjit?6 Apakah perkembangan fisik anak terganggu setelah mengalami demam?7 Apakah anda melihat adanya kelemahan dari satu atau kedua anggota

tubuh yang bergerak setelah mengalami demam?8 Apakah anak pernah mampu berjalan sampai usia tertentu, kemudian

menjadi lumpuh secara perlahan dari waktu ke waktu?9 Apakah mengalami kesulitan untuk berjalan dari waktu ke waktu?10 Apakah anak mudah merasa lelah dan sesak bernafas?11 Apakah ada benjolan di punggung anak dan disertai kelemahan pada

salah satu anggota tubuh yang bergerak?12 Apakah anak sudah mampu menahan leher, duduk dan merangkak pada

usia 1 tahun?13 Apakah anak dapat berjalan secara mandiri?14 Apakah anak dapat meraih mainan dengan mengggunakan kedua

tangannya?15 Apakah diusianya yang ketiga anak sudah dapat memegang pensil

dengan benar?

SKORING: untuk pertanyaan 1 – 11, jika jawaban YA lebih banyak daripada jawaban TIDAK, maka hal ini menunjukkan

derajat keterlambatan yang tinggi sehingga anak harus segera dirujuk ke fisioterapis atau terapis okupasi untuk dilakukan asesmen dan terapi. Untuk pertanyaan 12 – 15, jika jawaban TIDAK lebih banyak daripada jawaban

YA, maka hal ini menunjukkan derajat keterlambatan yang tinggi dan anak harus segera dirujuk kepada fisioterapis atau terapis okupasi untuk dilakukan asesmen dan terapi.

Page 49: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

41Modul ABK Digital Modul ABK Digital

b. CEKLIS BAGI ANAK DENGAN HAMBATAN BERBICARA.

Proses identifikasi harus segera dilakukan sedini mungkin.Dirujuk juga kepada ahli pendengaran dan terapis wicaraJawablah Ya atau TIDAK untuk setiap kolom yang sesuai

Identitas Anak : ...................................................................................................Nama anak : ...................................................................................................Jenis kelamin : L/P Tgl lahir : ...................................................................................................Waktu dilakukan pemeriksaan : ...................................................................................................Pendidik/terapis : ...................................................................................................

CARA SKORING: Jika jumlah jawaban YA banyak pada ceklis kesulitan fisik maka orang tua perlu mengkonsultasikan pada terapis.

Perhatikan respon-respon pada Kolom ”TIDAK PERNAH” DAN ”KADANG-KADANG”pada ceklis hambatan wicara. Jika jawaban banyak pada kolom tidak pernah dan kadang-kadang. Maka orang tua harus

mengkonsultasikan kepada terapis wicara untuk terapi dan asesmen. Jika jawaban banyak pada Kolom ”SERING” maka orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan terapis wicara untuk bimbingan

Kolom jawaban banyak pada kolom ”SELALU” maka orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan terapis wicara ketika ada masalah yang dihadapinya

No KemampuanTidak Pernah

Kadang-Kadang

Sering Selalu

1 Meminta sesuatu dengan menyebut namanya (mau bola, mau minum dan lain-lain)

2 Menyatakan jika ingin BAK/BAB (mau pipis, aku udah pipis)3 Memberikan nama setiap benda yang ditemui sehari-hari (air,

bola, kue, sisir, sabun dan lain-lain)4 Menunjuk gambar di buku yang disebutkan (gambar apel, gelas)5 Menunjukkan anggota tubuh yang ditanyakan (mana hidung,

mata, mulut dan lain-lain)6 Mengikuti instruksi yang sederhana (kemari nak, pergi, naik,

duduk)7 Bertanya dengan menggunakan 1-2 kata8 Berbicara dengan menggunakan 2 -3 kata9 Mengerti fungsi dari benda-benda (apakah menggunakan sisir

untuk merapikan rambutmu) Ya/Tidak10 Mengikuti 2-3 perintah sekaligus (ambil pinsil warnamu, ambil

buku gambar dan warnailah)11 Menggunakan 3 – 4 kata dalam kalimatnya12 Menggunakan kalimat yang berisi 4-8 kata13 Bercerita tentang pengalamannya di sekolah atau di rumah14 Apakah anak bisa menyampaikan keinginannya (anak diminta

untuk mewarnai tapi tidak langsung memberikan pinsil warnanya15 Apakah dia bisa mendengarkan dan membalas percakapan kita16 Apakah anak bisa melakukan kontak mata17 Apakah anak bisa memberikan perhatian yang adekuat

Page 50: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

42 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

c. CEKLIS UNTUK ANAK DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anak tetap menatap kita ketika diajak berbicara?

2 Apakah ia kurang memperhatikan pada hal yang diajarkan?

3 Apakah anak ingin menyalakan volume radio atau TV suara yang sangat keras?

4 Ketika diberikan instruksi apakah anak selalu ingin diulang?

5 Apakah anak seringkali salah pengertian terhadap apa-apa yang disampaikan kepadanya?

6 Apakah anak mempunyai masalah dalam membaca atau menulis. Apakah ada huruf-huruf yang hilang dalam tulisannya?

7 Apakah anak terlihat tidak tertarik dengan kegiatan di kelas

8 Apakah anak senang menyendiri?

9 Apakah anak terlihat gelisah dan tidak bahagia?

10 Apakah anak suka menangkupkan tangan atau mengarahkan kepala ke arah datangnya suara

11 Apakah anak berbicara dengan suara yang sangat keras melebihi dari yang dibutuhkan di ruangan itu?

12 Apakah anak senang menghindari aktivitas yang membutuhkan kemampuan mendengarkan

CARA SKORING: Apabila jawaban TIDAK lebih banyak dari jawaban YA maka dapat dikatakan adanya hambatan

pendengaran dalam tingkat tertentu.

Page 51: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

43Modul ABK Digital Modul ABK Digital

d. CEKLIS BAGI ANAK DENGAN HAMBATAN INTELEKTUAL/KOGNITIF:

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anak dapat menyebutkan bagian-bagian anggota tubuhnya? Tugas ini bertujuan untuk membantu pendidik didalam menilai apakah anak memiliki kesadaran akan dirinya dan tubuhnya.

2 Apakah anak bisa mengikuti instruksi sederhana seperti ambilkan bola atau tutup pintu dan lain-lain? Hal ini untuk mengukur tingkat pemahaman anak

3 Apakah anak bisa menyusun balok? Aktivitas ini untuk memberikan gambaran umum tentang keterampilan motorik kasar anak.

4 Apakah anak bisa meronce? Aktivitas ini memberikan gambaran tentang perkembangan motorik kasar.

5 Apakah anak berinteraksi dengan anak lain di kelas? Hal ini memberikan informasi tentang perkembangan sosial emosional anak

6 Apakah anak memahami konsep dasar yang dibutuhkan ketika berkomunikasi seperti kata ya / tidak. Hal ini untuk mengukur tingkat pemahamannya.

SKORING: jika jawaban TIDAK lebih banyak dari jawaban Ya maka bisa diamati tingkat keterlambatannya

Page 52: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

44 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

e. KUESIONER UNTUK PEMERIKSAAN DISABILITAS (COPYWRITE: THE RAPID EPIDEMIOLOGY ASSESSMENT OF CHILDHOOD DISABILITY ASSESSMENT PROJECT, 1998)

1. APAKAH ANAK DAPAT SERIUS BERTAHAN DUDUK, BERDIRI ATAU BERJALAN? YA ___ TIDAK ___ Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan no. 2. Jika YA, selidiki: "Apakah anak mulai berjalan di usia 2 tahun?" YA ___ TIDAK ____

2. APAKAH ANAK MENGALAMI KESULITAN MELIHAT PADA SAAT SIANG MAUPUN MALAM? YA ___ TIDAK ___ Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan no. 3. Jika YA, selidiki: "Apakah kesulitannya hanya pada malam hari?" YA ___ TIDAK ____ "Dapatkah ia melihat itu?" (Tunjuk pada benda kecil) YA ____ TIDAK ____ "Apakah ia memiliki masalah lain pada matanya?" YA ____ TIDAK _____ Jika YA pada penyelidikan ini, tuliskan apa yang dikatakan ibunya:

3. APAKAH ANAK MENUNJUKKAN KESULITAN MENDENGAR? YA ____ TIDAK ____ Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan no. 4. Jika YA, selidiki: "Apakah ia tidak dapat mendengar sama sekali?" YA ____ TIDAK ____ “Apakah ia mempunyai masalah lain dalam pendengaran?" YA ____ TIDAK ____ Jika YA pada penyelidikan ini, tuliskan apa yang dikatakan ibunya:

4. JIKA ANDA MENGATAKAN SESUATU PADA ANAK, APAKAH ANAK TERLIHAT MEMAHAMINYA? YA ____ TIDAK _____ Jika YA, lanjutkan ke pertanyaan no.5. Jika TIDAK, selidiki: "Jika anda memintanya membawakan cangkir untuk anda, apakah ia dapat melakukannya?" YA ____ TIDAK _____

5. APAKAH ANAK MENGALAMI KESULITAN DALAM BERJALAN DENGAN MENGGERAKKAN LENGANNYA ATAU APAKAH IA MEMILIKI KELEMAHAN DAN/ATAU KURANG MAMPU MENGANGKAT LENGAN ATAU TUNGKAI KAKINYA?

YA _____ TIDAK ____ Jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan no. 6. Jika YA, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: "Apakah ia perlu bantuan dalam berjalan?” YA ____ TIDAK ___ "Apakah ia dapat menggunakan tangannya untuk mengangkat sesuatu?"YA ____TIDAK __ "Apakah ia memiliki kekakuan?" YA ___ TIDAK ___ "Apakah ia memiliki kelemahan?" YA ___ TIDAK ___

Page 53: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

45Modul ABK Digital Modul ABK Digital

6. APAKAH ANAK TERKADANG TERLIHAT SEHAT TIBA-TIBA MENJADI KAKU, ATAU KEHILANGAN KESADARAN?

YA ____ TIDAK ____ Jika TIDAK, lanjut ke pertanyaan no. 7. Jika YA, selidiki: "Apakah ia sehat pada tahun terakhir?" YA ____ TIDAK _____ "Apakah kesehatannya itu mengganggu kegiatannya yang biasa (seperti melakukan pekerjaan rumah atau pergi ke

sekolah)?" YA ___ TIDAK ____ "Apakah gangguan kesehatan itu terjadi karena demam?" YA ____ TIDAK _____

7. APAKAH ANAK BELAJAR MELAKUKAN SESUATU SEPERTI YANG DILAKUKAN ANAK LAIN SEUSIANYA?

YA ____ TIDAK ____ Jika YA, lanjutkan ke pertanyaan no. 8. Jika TIDAK, selidiki: "Dapatkah ibunya menjelaskan apa kesulitannya?" YA ___ TIDAK ____ "Apakah ibunya dapat menyebutkan contohnya?" YA ___ TIDAK ____ Jika YA, tuliskan contohnya:

8. APAKAH ANAK BERBICARA LANCAR (DAPATKAH DIA MEMAHAMI BAHASANYA SENDIRI; DAPATKAH DIA MENGUCAPKAN KATA-KATA YANG DIKENALNYA)?

YA ____ TIDAK ____

9. UNTUK ANAK USIA 3, APAKAH ANAK BICARA DENGAN CARA YANG TIDAK NORMAL (TIDAK CUKUP JELAS DIPAHAMI OLEH ORANG LAIN SELAIN KELUARGA DEKAT?

YA ____ TIDAK _____ Jika TIDAK, lanjut ke pertanyaan no. 10. Jika YA, selidiki: "Apakah ia bicara terbata-bata atau gagap?" YA ____ TIDAK ____ "Apakah ia mengalami kesulitan dalam berbicara?" YA ___ TIDAK ____ (Jika YA, tuliskan apa yang dikatakan orang tuanya)

10. UNTUK ANAK USIA 2 TAHUN: DAPATKAH IA MENYEBUTKAN SETIDAKNYA SATU NAMA BENDA (CONTOHNYA NAMA BINATANG, MAINAN, CANGKIR, SENDOK)?

YA ____ TIDAK ____ Jika YA, lanjutkan ke pertanyaan no. 10. Jika TIDAK, selidiki: “apakah ia menggunakan kata-katanya sendiri untuk menamakan sesuatu, misalnya mow-mow

untuk kucing?" YA ___ TIDAK ____

Page 54: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

46 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

11. APAKAH ANAK MEMPERLIHATKAN KEMUNDURAN MENTAL YANG CEPAT ATAU LAMBAT? YA ____ TIDAK _____ Jika YA, selidiki: "Apakah Anda ingin menyatakan bahwa anak Anda mengalami kemunduran, atau kelihatan memiliki kemampuan yang

lebih muda dari usianya?" YA ____ TIDAK _____ “Apakah anak Anda pernah mengalami masalah kesehatan yang serius tetapi belum dikenali? YA _____ TIDAK

_____

12. APAKAH ADA DISABILITAS: _________________________________ (Jika YA, nyatakan jenis disabilitasnya)

13. APAKAH ANAK DAPAT DIRUJUK UNTUK DIEVALUASI OLEH PROFESIONAL? YA _____ TIDAK ____

Page 55: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

47Modul ABK Digital Modul ABK Digital

f. INSTRUMEN DETEKSI DINI HAMBATAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale)

No Kegiatan Yang Diamati 0 1 2 3

1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebih2 Mudah menjadi gembira, impulsif3 Mengganggu anak lain4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian pendek

5 Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus

6 Kurang perhatian, mudah teralihkan7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustrasi

8 Sering dan mudah menangis

9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis

10 Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah

Nilai Total

Tujuan adalah untuk mengetahui secara dini adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak usia 36 bulan ke atasCara menggunakan instrumen deteksi dini GPPH:1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH.

Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada instrumen deteksi dini GPPH.3. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika dirumah, sekolah, pasar, toko, dan

lain-lain): setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua

pertanyaan telah dijawab.

Cara skoring dan Interpretasi:Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan ”bobot nilai” berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai totalNilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anakNilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anakNilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anakNilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anakBila nilai total 13 atau lebih anak kemingkinan dengan GPPH

Intervensi:Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan lebih lanjutBila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak (orangtua, pengasuh, nenek, pendidik, dan sebagainya.)

Page 56: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

48 Modul ABK Digital Modul ABK Digital

2. GAMBAR TANDA-TANDA ANAK DENGAN AUTIS

Ketidakmampuan berhubungan dengan anak lain atau orang dewasa

Terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap suara-suara

ketidaksesuaian saat tertawa atau menangis

Sangat sensitif atau kurang sensitif pada sentuhan

Merasa asing dengan benda-benda yang melekat

Sedikit kontak mata

Kurang peduli terhadap sesuatu yang berbahaya

Sangat aktif atau sangat pasif

Ketidaksesuaian dengan alat main Sulit beradaptasi dengan perubahan rutinitas

Kurang bicara atau sedikit perbendaharaan kata

Page 57: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

49Modul ABK Digital Modul ABK Digital

Page 58: PENGENALAN ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan2020