makalah asuhan keperawatan anak kebutuhan khusus

23
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANAK KEBUTUHAN KHUSUS PERAN DENTAL HYGIENIS DALAM PEMELIHARAAN RONGGA MULUT UNTUK PASIEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh Kelompok 1 Qurotul FARISAH RAUDINA F (14/368727/KG/09961) NAFIA KHAIRUNNISA H (14/368729/KG/09962) DINI HAPSARI (14/368730/KG/09963) ELVIRA PURNAMA SARI (14/ TRIA NURDIAN TINI SILFIA ANDINI P. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI FAKUKTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Upload: silfia-dini-pratiwi

Post on 09-Jul-2016

642 views

Category:

Documents


91 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANAK KEBUTUHAN

KHUSUS

PERAN DENTAL HYGIENIS DALAM PEMELIHARAAN RONGGA MULUT

UNTUK PASIEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh

Kelompok 1

Qurotul

FARISAH RAUDINA F (14/368727/KG/09961)

NAFIA KHAIRUNNISA H (14/368729/KG/09962)

DINI HAPSARI (14/368730/KG/09963)

ELVIRA PURNAMA SARI (14/

TRIA NURDIAN TINI

SILFIA ANDINI P.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI

FAKUKTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah

serta kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “PERAN DENTAL

HYGIENE DALAM PEMELIHARAAN RONGGA MULUT UNTUK PASIEN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS”.

Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bantuan teman-teman semua yang telah

membantu untuk menyelesaikan makalah, memberikan ide-ide, maupun pemikiran. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Kami meminta maaf atas segala kekurangan pada makalah ini karena kami masih

dalam tahap pembelajaran. Maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan

untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang. Semoga segala ilmu yang tidak ternilai

harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Yogyakarta, April 2016

Penulis

Page 3: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Profesi perawat gigi mempunyai kompetensi sebagai dental hygienist yang berperan

dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien. Pasien-pasien tertentu terkadang

memiliki masalah sehubungan dengan usia, hambatan fisik, psikologis dan mental yang

menghambat kemampuan pasien tersebut dalam mencapai status kesehatan gigi yang optimal.

Seseorang dengan hambatan fisik, psikologis dan mental seringkali diberi label ‘cacat’

padahal sebetulnya mereka tidak mau disebut cacat. Banyak pemberi jasa layanan kesehatan

khususnya dokter gigi dan perawat gigi menolak untuk memberikan pelayanan kesehatan

kepada mereka padahal secara hukum mereka mempunyai hak yang sama untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Pasien dengan kebutuhan khusus tersebut

memerlukan penanganan secara khusus pula hal ini tentu saja berimbas kepada perawat gigi

yang dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi secara profesional. Makalah

ini dibuat dan dipresentasikan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan perawat gigi

(dental hygienist) tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien yang

berkebutuhan khusus.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari pasien dengan kebutuhan khusus ?

2. Bagaimana perawatan kesehatan gigi dan mulut pasien dengan kebutuhan khusus ?

3. Bagaimana peranan dental hygienist dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

untuk pasien anak berkebutuhan khusu ?

1.3 TUJUAN

1. Dapat mengetahui pengertian dari pasien anak kebutuhan khusus

2. Dapat menjelaskan perawatan kesehatan gigi dan mulut pasien dengan kebutuhan

khusus

Page 5: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

3. Dapat menjelaskan peranan dental hygienist dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut unuk pasien anak berkebutuhan khusus

Page 6: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasien Dengan Kebutuhan Khusus (Special Needs Patient/Special Care

Patients)

Definisi mengenai pasien dengan kebutuhan khusus, menurut Christensen (2005)

pasien dengan kebutuhan khusus (special care patients atau patients who have special oral

hygiene needs) adalah individu yang memiliki keterbatasan (disability) dalam upaya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya. Pasien dengan kebutuhan khusus juga dapat

diartikan sebagai berikut:

1. Seseorang karena penyakit yang diderita serta perawatannya, adanya keterbatasan

(disability/impairments) serta gaya hidupnya menyebabkan resiko tinggi Oral

hygiene yang buruk.

2. Seseorang jika akan dilakukan perawatan kesehatan gigi dapat berakibat buruk

terhadap kondisi sistemiknya atau bahkan kelangsungan hidupnya.

Menurut Scully (2007), Pasien dengan kebutuhan khusus ini membutuhkan perawatan

kesehatan gigi yang khusus pula dan berbeda-beda pada tiap individu. Umumnya kesehatan

gigi dan mulut pada pasien dengan kebutuhan khusus ini kurang mendapatkan perhatian atau

bahkan diabaikan baik oleh pasien tersebut dan pengasuhnya/orang yang merawatnya

sehingga biasanya derajat kesehatan gigi dan mulutnya rendah. Situasi ini diakibatkan adanya

hambatan yang timbul dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berasal dari pasien dan keluarganya yaitu:

a. Akibat penyakitnya/keterbatasan fisik ataupun mental

b. Akibat terapi yang didapat sehingga menyebabkan pasien tidak memperhatikan

kesehatan gigi dan mulutnya,

c. Akibat kurangnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut baik pasien maupun

orang tua/pengasuhnya

d. Faktor ekonomi.

Page 7: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

2. Faktor-faktor yang berasal dari tim kesehatan gigi (dokter gigi dan perawat gigi/dental

hygienist) dapat berupa:

a. Kurangnya pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam menangani pasien

dengan kebutuhan khusus yang menyebabkan dokter gigi dan perawat gigi tidak

mau merawatnya.

b. Kondisi ruang praktek dan ruang tunggu yang kurang nyaman dan aman, terutama

untuk pasien dengan kondisi fisik yang membutuhkan fasilitas khusus dan

kenyamanan dan keamanan baik bagi pasiennya sendiri maupun bagi tim

kesehatan giginya. Kondisi ini berakibat pasien enggan atau tidak dapat datang ke

klinik gigi.

B. Perawatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pasien Dengan Kebutuhan Khusus

Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu pemeliharaan kebersihan

dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi,

hidroterapi, dan prosedur lain yang berfungsi untuk mempertahankan gigi dan kesehatan

mulut (Dorlan, 2002). Perawat gigi pada pasien kebutuhan khusus merupakan sesuatu yang

menyenangkan jika dapat menghasilkan hasil yang baik. Tujuan pemeriksaan perawatan dari

pasien berkebutuhan khusus harus berorientasi terhadap ketidak mempuan cacatnya dan

dilakukan secra hati-hati. Perawatan gigi dilaksanakan untuk mencapai kesehatan manusia

seutuhnya dan berorientasi terhadap pencegahan penyakit gigi (Smith,1981).

Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa memberikan perhatian

khusus pada mulut penderita. Pengumpulan lendir dan terbentuknya kerak pada gigi dan bibir

dikenal sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau

kebersihan rongga mulutnya kurang (Wolf, 2004).

Hal pertama yang harus dilakukan dalam perawatan pasien ini adalah melakukan

anamnesa dengan secermat mungkin. Riwayat kesehatan umum maupun riwayat kesehatan

gigi pasien harus benar-benar ditanyakan dengan teliti, jangan sampai ada yang terlewat atau

bahkan sengaja disembunyikan oleh pasien. Obat-obatan yang dimakan, riwayat alergi semua

harus ditanyakan dan ditulis dengan lengkap pada rekam medis pasien. Dental hygienist

harus teliti dalam melakukan pemeriksaan rongga mulut karena terdapat hubungan yang erat

antara kondisi rongga mulut dengan keadaan kesehatan secara sistemik. Penyakit kronis

Page 8: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

maupun tertentu sering bermanifestasi dalam rongga mulut (oral manifestations) seperti

diabetes mellitus, penyakit karena gangguan hormonal, penyakit darah dan sebagainya. Bila

terdapat manifestasi oral maka perawat gigi sebagai dental hygienist wajib melakukan

rujukan agar pasien mendapatkan pemeriksaan medis (ke dokter /spesialis sesuai dengan

penyakit yang bersangkutan) (Darby, 2003).

Setelah diagnosa ditegakkan baru kemudian dibuat rencana perawatan yang sesuai

dengan penyakit dan kondisi pasien. Pada pasien dengan kebutuhan khusus ini dibutuhkan

kerjasama baik antara tim (dokter gigi dan perawat gigi) maupun dengan tenaga kesehatan

lainnya (dokter spesialis, anestetik, ahli gizi dan sebagainya) (Darby, 2003).

Inform Consent atau persetujuan dari pasien mutlak harus dilakukan sebelum

perawatan gigi dan mulut. Pasien harus diberi penjelasan mengenai penyakitnya juga

alternatif perawatan yang akan/dapat diberikan kepadanya. Pada pasien anak-anak (umur

kurang dari 18 tahun), atau pasien yang karena penyakitnya tidak dapat membuat keputusan

yang dapat pertanggungjawabkan secara hukum (contohnya pada pasien dengan kelainan

jiwa, pasien yang pikun/demensia, pasien dengan keterbelakangan mental yang berat), inform

consent dilakukan oleh orang tua atau pengasuh (care givers). Peran dental hygienist tidak

sama dengan dental asisten, pada situasi tidak ada dokter gigi, menjadi bertanggungjawab

atas keselamatan pasiennya, mulai dari anamnesa, sehingga harus dapat bekerja sama secara

intra ataupun interdisipliner seperti tercantum dalam Dental Hygienist – Theory and Practice

(Darby, 2003).

Menurut Eriska Riyanti (2005) keberhasilan perawatan gigi dan mulut serta

pencegahan penyakit periodontal pada anak down syndrome sangat berpengaruh pada

perilaku orang tua. Artinya para orang tua harus menanamkan kedisiplinan kepada

mereka dalam membersihkan rongga mulut. Bila sejak dini sang anak terbiasa

membersihkan rongga mulut, dia tidak akan berontak atau teriak sekuat tenaga jika

suatu hari dibawa ke pelayanan kesehatan gigi, memang tak bisa sekaligus berhasil

dalam menanamkan kebiasaan tersebut, orang tua harus gigih dan terus menerus

memperkenalkan hal itu kepada anak, terlebih lagi membuat mengerti anak yang

menderita down syndrome bukanlah hal perkara yang mudah, keluarga di rumah harus tetap

tekun dan bersabar mengajari cara bersikat gigi yang baik dan benar kepada seorang

anak down syndrome, sebab pada intinya mereka di pahamkan bahwa rongga mulutnya

harus selalu sehat. Peran utama ibu di keluarga sebagai pengarah kesehatan dan pemberi

Page 9: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

layanan kesehatan utama maka ia berfungsi sebagai model utama dalam pembuat

keputusan akan kesehatan, pendidik, konselor, dan pemberi layanan kesehatan pada

kelurganya (Litman,1974). Pada model ini seorang ibu dapat membatasi dan

menentukan seharusnya pencegahan dari efek sakit yang dialami oleh keluarga, ia juga

bisa lebih mengontrol kepada anaknya untuk mendapatkan pencegahan primer atau kuratif

( Aday & Eichhorn, 1972).

C. Peran Dokter Gigi dan Orang Tua

Inti dari perawatan gigi pada anak berkebutuhan khusus adalah waktu dan kesabaran.

Orang tua harus sedini mungkin membawa anaknya ke dokter gigi sebelum merasakan sakit

gigi, dengan demikian dokter bisa memberi arahan untuk mengoptimalkan fungsi rongga

mulut anak untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Orang tua dianjurkan untuk membawa

anak ke dokter gigi saat usianya mencapai 18 bulan atau saat sudah ada gigi susu yang

tumbuh. Cukup datang untuk konsultasi, walau tidak ada tindakan yang diambil karena orang

tua akan diajarkan cara membersihkan gigi dan rongga mulut anak. Perawatan pasca

kunjungan ke dokter tidak kalah penting dalam perawatan gigi anak berkebutuhan khusus.

Orang tua dan pengasuh harus tetap tekun dan sabar mengajarkan cara menyikat gigi yang

baik dan benar kepada mereka (Adiningrum,2014)

Anak dengan retardasi mental pada umumnya memiliki kesehatan rongga mulut yang

rendah serta oral hygiene yang buruk, salah satunya adalah tingkat terjadinya karies pada

anak dengan retardasi mental yang sangat tinggi dibanding 1 2 dengan anak tanpa retardasi

mental, ini didasari oleh anak tanpa retardasi mental memiliki tingkat pemahaman yang lebih

baik daripada anak dengan retardasi mental (Natasha, 2007). Sehingga perlu adanya

pengetahuan ibu terhadap asupan yang sempurna serta pemeliharaan kebersihan gigi anak

dengan retardasi mental, dilihat dari perkembangan serta pola kehidupan setiap anak pada

awal kehidupanya sangat tergantung pada orang tua terutama ibu, yang melahirkan dan yang

pertama membantu segala keperluanya. Jika sejak usia dini, yang diterima anak adalah

suasana yang tidak menunjukkan perilaku yang sadar akan pentingnya gizi serta pengetahuan

kesehatan gigi, maka akan dapat menurunkan kesehatanya, salah satunya dalam bidang

kesehatan gigi. Oleh karena itu, ibu memiliki peranan penting dalam pengawasan dan

pembiasaan mengenai menjaga kebersihan gigi dan pengawasan asupan gizi secara optimal.

Page 10: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

D. Peranan Dental Hygienist Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Perawat gigi sebagai dental hygenist merupakan anggota dari tim kesehatan gigi yang

salah satu tugasnya adalah memelihara kesehatan gigi dan mulut pasiennya serta mencegah

timbulnya penyakit gigi dan mulut. Pada perawatan pasien dengan kebutuhan khusus ini

seorang dental hygienist dituntut untuk bersikap profesional serta memberikan pelayanan

kepada pasiennya dengan bersikap empati, benar-benar tulus dalam memberikan perawatan.

Khusus pada pasien yang memiliki keterbelakangan mental, dibutuhkan kesabaran dan

ketulusan lebih sehingga pasien dapat bersikap kooperatif dalam perawatan kesehatan

giginya. Mengingat perawatan kesehatan gigi memerlukan waktu yang lama, kunjungan yang

bertahap serta kadang-kadang dihambat oleh sikap takut pasien terhadap perawatan kesehatan

gigi (dental phobia).

Perencanaan perawatan yang dibuat harus benar-benar matang untuk menghindari

kegagalan dalam perawatan (pasien drop out). Kunci dalam pembuatan rencana pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut pada pasien dengan kebutuhan khusus ini (Scully dkk,2007) adalah:

1. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin

2. Rencana perawatan yang dibuat harus melibatkan keluarga atau pengasuh/orang

yang sehari-harinya membantu pasien beraktifitas.

3. Melakukan modifikasi diet pasien yaitu dengan mengurangi diet karbohidrat dan

snack diantara waktu makan.

4. Membuat metode pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang realistik bagi tiap

tiap individu (pasien).

5. Merencanakan kunjungan pasien.

Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pasien dengan kebutuhan khusus harus

dilakukan sedini mungkin sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut pasien

dengan efektif dan efisien serta dapat menghindarkan tindakan yang dapat membahayakan

khususnya pada pasien dengan penyakit yang berat (medically compromised patients) seperti

pencabutan gigi, bedah periodontal dan lain-lain. Penting untuk selalu melakukan informed

consent serta rujukan kepada dokter yang menangani pasien tersebut untuk mengetahui

tindakan apa saja di bidang kedokteran gigi yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap

pasien tersebut. Contohnya pada pasien diabetes mellitus. Perawatan skaling dapat dilakukan

apabila kadar gula pasien normal yang artinya pasien terkontrol karena pasien tersebut

Page 11: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

mendapat terapi obat , diet dan berolahraga. Skaling tidak boleh dilakukan bila kadar gula

pasien tinggi karena infeksi mudah terjadi dan dapat berakibat buruk (terjadi penyebaran

infeksi). Waktu dan lamanya perawatanpun tidak boleh menyebabkan pasien stress karena

bila stress dapat meningkatkan kadar gula darah (Smith, 1981).

Rencana perawatan terhadap pasien juga harus melibatkan orang tua/keluarga atau

pengasuh yang sehari-harinya membantu pasien melakukan aktifitasnya sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasannya. Pasien dengan keterbatasan mental maupun psikologis

(mental retardasi), tidak dapat melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya tanpa

bantuan. Tugas dental hygienist untuk memberikan penyuluhan dan edukasi kesehatan gigi

dan mulut kepada orang tua maupun pengasuh. Hal ini karena kadang-kadang kesehatan gigi

dan mulut pasien ini kurang mendapatkan perhatian dari orang tua maupun pengasuh padahal

kesehatan gigi dan mulut berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dengan kebutuhan

khusus ini terutama pada pasien dengan mental retardasi. Contohnya pada pasien dengan

mental retardasi atau pasien autis, sebelum memberikan penyuluhan kepada orang tua atau

pengasuh (caregivers) periksa dulu OHI nya dan ukur sejauhmana pengetahuan kesehatan

gigi dan mulutnya. Hal ini penting agar mereka dapat bekerjasama dalam memelihara

kesehatan gigi anak/anak asuhnya. Berikan instruksi cara pemeliharaan kesehatan gigi baik

secara verbal maupun tulisan supaya selalu diingat oleh orang tua maupun pengasuh.

Diskusikan juga apakah pasien tersebut dapat diberikan perawatan lain seperti topikal

aplikasi, fissure sealant atau bahkan penambalan serta kapan waktu yang tepat untuk

dilakukan perawatan serta berapa lama jangka waktu kontrol (Wolf, 2004).

Intake makanan pada pasien juga harus mendapatkan perhatian. Hal tersebut harus

dilakukan tanpa mengabaikan asupan gizi yang diterima pasien. Sebaiknya hindari makanan

yang banyak mengandung karbohidrat dan mengurangi snack diantara waktu makan. Snack

atau makanan ringan sebaiknya diganti dengan makan buah-buahan.. Contohnya pada pasien

dengan mental retardasi, biasanya mereka menyukai makanan yang manis-manis dan

kemampuan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sangat kurang sehingga sering

mengalami rampan karies. Pemakaian glukosa bisa disubstitusi dengan manitol, sorbitol,

xylitol maupun pemanis lainnya (Wolf, 2004).

Metode pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dibuat dengan mempertimbangkan

kemampuan masing-masing pasien. Instruksikan untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari

dengan pasta gigi yang berfluoride. Pada pasien yang tidak dapat berkumur jangan digunakan

Page 12: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

pasta gigi yang mengandung fluoride atau bahkan beri instruksi menyikat gigi tanpa

menggunakan pasta gigi. Dapat juga dipakai gel chlorhexidin. Selain itu sebaiknya pasien

juga diajarkan untuk membiasakan diri menggunakan alat bantu kesehatan gigi seperti dental

floss. Contoh cara memberikan instruksi menyikat gigi pada pasien Buta bisa dilakukan

dengan dua cara yaitu pertama dengan meminta pasien untuk mendemosntrasikan cara

menyikat gigi dan dental hygienis mengoreksinya dengan memberikan petunjuk secara verbal

cara memegang dan menggerakkan sikat gigi. Cara kedua dengan mendemionstrasikan secara

langsung di mulut pasien. Penggunaan dental floss bisa diajarkan dengan cara yang sama.

Pada pasien yang memakai protesa/gigi tiruan (denture), protesa harus selalu dibersihkan

setiap habis makan, pada malam hari instruksikan untuk membersihkannya dengan dengan

sikat gigi dan merendam dalam air yang matang. Untuk membersihkan protesa dari plak dan

stain dapat juga dibersihkan dengan menggunakan campuran antara larutan hidrogen

peroksida dengan sodium bikarbonat. Atau bisa juga direndam dalam campuran sodium

hypochloride (contoh bayclin), detergen dan air (Christensen, 2005).

Perlu dilakukan pelatihan khusus bekerjasama dengan okupasi terapi dan spesialis

kedokteran gigi anak/special care dentistry. Terutama mengenai perawatan skaling pada

pasien Autis, retardasi mental dan medicaly compromised patients (seperti diabetes, kanker,

post kemoterapi dsb). Perawatan scaling pada pasien autis maupun mental retardasi mungkin

dilakukan tetapi dengan pengawasan dokter gigi anak, biasanya dilakukan dengan sedasi atau

dibawah anestesi umum (Scully, 2007).

Setelah tahapan di atas. maka yang sangat perlu diperhatikan adalah kontrol atau

recall ssecara rutin. Bila pada pasien normal kontrol ke dokter gigi dianjurkan setiap enam

bulan sekali maka pada pasien dengan kebutuhan khusus kontrol dilakukan 2-3 bulan sekali.

Pada saat kontrol penting sekali untuk melihat dan mengevaluasi cara pemeliharaan

kesehatan giginya. Tugas seorang dental hygienist untuk penyuluhan dan edukasi instruksi

pemeliharaan kesehatan gigi harus dilakukan apabila ternyara OHI masih kurang baik, ini

dilakukan setiap kontrol sampai pasien dapat memelihara kesehatan giginya dengan baik.

Yang perlu diperhatikan edukasi tidak hanya ditujukan kepada pasien saja tetapi juga pada

orang tua atau pengasuh (care givers) (Davies, 2000).

Page 13: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

E. Home Care pada Anak Berkebutuhan Khusus

Anak dengan keterbatasan fisik dan mental memiliki keterbatasan kondisi fisik,

perkembangan, tingkah laku atau emosi yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi

fisiologis, psikologis atau struktur anatomi berkurang atau hilang, sehingga tidak dapat

menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari secara normal (mobilitas terbatas)

(Welbury,1997).

Quality Self Care and Home Care merupakan bentuk pelatihan yang bertujuan untuk

membangun pemahaman dan kemampuan anak maupun orang tua dalam merawat kesehatan

gigi dan mulut anak tunanetra. Pelatihan dan perawatan dalam konsep Quality Self Care and

Home Care berfokus pada perubahan dan peningkatan kualitas self care atau perawatan diri

anak kebutuhan khusus tunanetra dan home care atau peran orang tua dalam membantu

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak kebutuhan khusus. Home visit dilakukan dalam

rangka penanaman metode Quality Home Care pada orang tua anak kebutuhan khusus.

Menurut Agnintia (2008), Kegitan tersebut dilakukan melalui enam tahapan yaitu:

Pemeriksaan atau Survey Awal

Pemeriksaan awal merupakan langkah untuk mengetahui keadaan rongga mulut anak

berkebutuhan khusus sebelum pelaksanaan program Quality Self Care and Home Care

dengan menggunakan OHI-S (Indeks Kebersihan Mulut), def-t dan DMF-T (Status

Karies).

Penyuluhan

Penyuluhan mengenai cara merawat gigi dan mulut dengan benar ditujukan langsung

kepada anak kebutuhan khusus. Penyuluhan ini bertujuan untuk menumbuhkan

keingintahuan serta motivasi anak kebutuhan khusus dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya. Penyuluhan ini menggunakan komunikasi verbal ekstensif dan komprehensif

dengan metode penyuluhan Tell Show Do.

Tell berarti memberikan penjelasan kepada anak kebutuhan khusus SDLB tentang

kesehatan gigi dan mulut dengan bahasa yang mudah diterima. Show berarti kami

fokuskan pada pengoptimalan perabaan mereka terhadap media yang dipakai berupa dua

jenis manekin gigi yang sehat dan tidak sehat (berlubang) agar anak kebutuhan khusus

dapat meraba kedua manekin tersebut disertai visualisasi yang kami sampaikan sehingga

Page 14: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

mudah dibayangkan kondisi keduanya. Do berarti mengarahkan anak kebutuhan khusus

untuk melakukan yang telah diajarkan. Cara penyuluhan yang digunakan mudah

dimengerti, menarik dan mengikutsertakan keaktifan anak kebutuhan khusus.

Permainan dan penerapan konsep Quality Self Care

Permainan merupakan program pembelajaran yang menyenangkan bertujuan untuk

meningkatkan daya ingat, mengasah kemampuan dan pemahaman anak kebutuhan

khusus terhadap materi yang telah diajarkan. Metode permainan tebak gigi dan makanan

bergizi menggunakan bentuk kertas gambar gigi dan gambar makanan sehat serta

manekin gigi yang dapat dilepas.

Penanaman konsep Quality Home Care

Dari metode Home Care ini diharapkan orang tua dapat memantau kesehatan gigi dan

mulut anak secara intens dan mengetahui kapan anak seharusnya dibawa ke dokter gigi

apabila terdapat keluhan. Selain itu, digunakan alat inovasi berupa jam alarm yang diatur

berbunyi tiga kali sehari sesuai waktu sikat gigi yang baik yakni pukul 06.00 WIB, 15.00

WIB dan 20.00 WIB atau disesuaikan dengan jadwal keseharian anak.

Praktik menggosok gigi

Praktik menggosok gigi merupakan salah satu pelatihan yang diberikan kepada anak

kebutuhan khusus agar dapat melakukan gosok gigi yang baik dan benar. Melalui

perawatan ini diharapkan anak kebutuhan khusus dapat melakukan gosok gigi secara

mandiri dan teratur tanpa merasa kesulitan dalam kesehariannya. Metode yang dilakukan

yakni dengan mengenalkan gerakan-gerakan sederhana dalam menyikat gigi, seperti

gerakan naik turun pada gigi depan dan bulat-bulat pada gigi belakang

.

Pemeriksaan Lanjutan (Follow Up) dan Pemeriksaan Evaluasi

Pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan evaluasi dilakukan untuk mengontrol keadaan

gigi dan mulut setelah anak kebutuhan khusus mendapat program Quality Self Care and

Home Care sehingga dapat dilihat hasil perubahan tingkat kesehatan dan kebersihan

mulutnya. Metode yang dilakukan menggunakan pemeriksaan OHI-S, def-t, dan DMF-T.

Page 15: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Page 16: Makalah Asuhan Keperawatan Anak Kebutuhan Khusus

DAFTAR PUSTAKA

Christensen, GJ. 2005. Special Oral Hygiene and Preventive Care for Special Needs. JADA

vol 136. p:1141-1143.

Darby, ML dan Walsh, MM. 2003, Dental Hygiene Theory and Practice 2nd ed.

Saunders:USA.

Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC.

Smith LB, 1981, Dental Care of the Medically Comprmised Child, A behavioral over-view J

Can Dent Assoc

Scully, C; Dios,P.D.; Kumar, N. 2007. Special Care in Dentistry, Handbook of Oral Health

Care. Elsevier. USA

Wolf, A. J., 2004, Spiritual Leadership: A New Model, Healthcare Executive, 19, hal. 22.

Davies, R; Bedi, R; Scully, C. 2000. ABC of Oral Health Care : Oral health Care in Special

Needs Patients. BMJ 2000:321. p:495-498.

Adiningrum. 2014. Perawatan Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Health First. Vol 28 : Hal 18-19.

Welbury,R. 1997. Pediatric Dentistry. Oxford University Press. Inggris.

Agninitia, D. dkk. 2007. ’’Quality Self Care And Home Care’’ Solusi Kesehatan Gigi Dan

Mulut Anak Tunanetra Di Sdlb A-Ykab Surakarta