pbl blok 13
Post on 27-Dec-2015
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
serta Perkembangan Anak
Agung Permanajati
102011013
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
agungermanajati@ymail.com
Pendahuluan
Perkembangan dan pertumbuhan dari seorang anak merupakan bagian hidup yang terpenting
bagi dirinya, maka sebisa mungkin perkembangan dan pertumbuhan anak harus dibuat untuk
optimal. Selain itu tumbuh dan kembang yang baik dan optimal akan membuat perilaku anak
berkembang ke arah yang positif. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak seperti faktor asupan nutrisi, faktor lingkungan dan sebagainya. Berikut akan
dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan tumbuh dan kembang anak.
Kebutuhan gizi pada tubuh
Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein.
Oksidasi zat – zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan
kegiatan. Ketiga zat ini tersedia paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat
pemeberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.1
Protein, mineral, ari dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh dan sebagai
zat pembangun untuk membentuk sel – sel baru, memelihara dan mengganti sel – sel yang
rusak. Protein juga mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya pemeliharaan netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme
yang bersifat infektif. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses oksidas,
fungsi normal saraf dan otot, sementara air diperlukan dapalm melarutkan bahan – bahan di
dalam tubuh seperti di dalam darah, cairan pencernaan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran
darah dan pembuangan sisa – sisa / eksresi.1
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat
gizi yang digunakan secara efisen sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi kurang terjadi
bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat – zat gizi esensial. Status gizi lebih
terjadi apabila tubuh memperoleh zat – zat gizi secara berlebihan sehingga menimbulkan efek
yang membahayakan. Baik status gizi kurang atau lebih, keduanya merupakan gangguan gizi.
Gangguan gizi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor primer dan sekunder.1
Akibat dari kekurangan gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat – zat giziapa
yang kurang. Kekurangan zat gizi secara umum menyebabkan gangguan pada proses – proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, dan perilaku.1
Anak – anak bisa tidak tumbuh menurut potensialnya karena protein yang mempunyai
fungsi utama sebagai zat pembangun digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot – otot
menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak – anak dari sosial ekonomi menengah ke
atas rata – rata lebih tinggi daripada yang berasal dari sosial ekonomi kebawah.1
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga
untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah dan
produktivitas kerja menurun. Daya tahan terhadap sters atau tekanan juga menurun. Sistem
imunitas dan antibodi berkurang sehingga orang mudah terinfeksi seperti pilek, batuk, dan
diare. Pada anak – anak ini dapat menyebabkan kematian.1
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Baik orang
dewasa maupun anak – anak yang kurang gizi, menunjukan perilaku tidak tenang. Mereka
mudah tersinggung, cengen dan apatis.1
Pola menu 4 sehat 5 sempurna & PUGS ( pedoman umum gizi seimbang )
Pola menu 4 sehat 5 sempuran adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan
baik mengandung semua zat gizi yang dibutuh kan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan
oleh Bapak ilmu gizi Prof. DR. Dr. Poorwo Soedarmo kepada masyarakat.1
Pada umumnya menu 4 sehat 5 sempuran di Indonesia terdiri atas makanan seperti
makanan pokok untuk memberi rasa kenyang ( nasi, bihun, mie, talas, singkong, sagu, dan
lain – lain ), lauk untuk memberi rasa nikmat, sehingga makanan pokok yang pada umumnya
mempunyai rasa netral, lebih terasa enak, sayur unutk memberi rasa segar dan melancarkan
proses menelan makanan karena biasa dihidangkan dalam bentuk berkuah dan yang terakhir
adalah buah seperti pepaya, nanas, pisang, jeruk, dan sebagainya.1
Karena susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat –zat gizienssensial
lain dalam bentuk mudah dicernakan dan diserap, maka susu terutama dianjurkan sebagai
unsur kelima bagi golongan manusia yang membutuhkan relatif lebih banyak protein, yaitu
balita, ibu hami, dan ibu menyusui.1
Selain pola 4 sehat sempurana, Direktorat Gizi Depkes juga mengeluarkan pedoman
umum gizi seimbang ( PUGS ). PUGS ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari 4 sehat 5
sempurna yang memuat pesan – pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik gizi kurang
maupun gizi lebih. Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin
kesimbangan zat – zat gizi. Hal ini dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan
tiap hari. 1
Asupan gizi pada tumbuh kembang anak
Gizi yang seimbang akan menjamin tubuh anak memperoleh semua asupan yang
dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Asupan gizi yang kurang
dapat menyebabkan anak mengalami growth faltering ( gagal tumbuh ). Berat badan kurang
dibandingkan dengan berat badan standar merupakan indikator pertama yang dapat dilihat
ketika seorang anak mengalami kurang gizi. Dalam jangka panjang kurangnya asupan gizi
akan menghambat pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya berdampak buruk bagi
perkembangan intelektual – mental seorang anak.2
Pada dasarnya , sampai usia 6 bulan, bayi masih memiliki pertumbuhan badan sesuai
kurva standar. Pada masa ini bayi masih dapat tumbuh dan berkembang hanya dengan
mengandalkan asupan gizi dari ASI yang diberikan sang ibu. Namun, setelah melewati 6
bulan, bayi harus diberikan makanan pendamping ASI. ASI sendiri harus masih diberikan
sampai anak berusia 2 tahun.2
Pemberian ASI sejak bayi lahir akan menjamin seorang bayi berkembang menjadi
anak yang cerdas. Pasalnya, kandungan asam lemak omega – 3 ( DHA ) dan omega – 6 yang
terkandung dalam ASI sangat berperan dalam penyusunan sel – sel otak.2
Selain DHA dan ARA yang ada pada lemak, ASI juga mempunyai kandungan gizi
lainnya yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang seperti karbohidrat, protein, vitamin,
dan mineral. Karbohidrat yang terkandung dalam ASI berbentuk laktosa, terutama pada
senyawa gula yang disebut galaktosa yang lebih banyak. Zat gizi ini penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak. Jenis karbohidrat lain yang terdapat dalam
ASI adalah oligosakharida yang dapat menumbuhkan bakteri Lactobacillus bifidus yang
dapat menghambat pertumbuhan kuman penyakit.3
Pemeriksaan antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan ( panjang badan ), lingkar kepala dan
ligkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometri ini terdapat dua cara, yaitu pengukuran
berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia. Pengukuran berdasarkan usia
misalkan berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain – lain.
Sementara pengukuran tidak berdasarkan usia, misalkan berat badan berdasarkan tinggi
badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan, dan lain – lain.4,5
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.4
Pada pengukuran antropometri ini terdapat beberapa keuntungan, seperti prosedurnya
sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, relatif tidak
membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah mudah dibawa, metode ini tepat dan akurat, dan
lain – lainnya. Selain keuntungan, terdapat juga beberapa kerugian pada pengukuran
antopometri ini, yaitu tidak sensitif, faktor di luar gizi seperti penyakit, genetik, dan
penurunan penggunaan energi dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri, latihan petugas yang kurang juga dapat menyebabkan kesalahan pada
pengkuruan antropometri.4
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh, misalkan tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh sehingga
dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak.4,5
Pengukuran tinggi badan ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada pengukuran tinggi badan ini kita dapat menggunakan alat bernama
microtoise. Terdapat beberapa syarat untuk posisi anak yang akan diukur, seperti sewaktu
diukur, anak tidak boleh menggunakan alas kaki dan penutup kepala. Anak berdiri
membelakangi dinding dengan meteran di tengah bagian kepala. Lalu posisi anak tegak
bebas, tidak bersikap tegap seperti tentara, tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke
badan, tumit rapat tetapi ibu jari tidak rapat, kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit
menempel ke dinding dan anak menghadap dengan pandangan lurus ke depan.4,5
Pengukuran lingkar kepala digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai
pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini dapat dideteksi secara dini apabila terdapat
pertumbuhan otak mengecil yang abnormal ( mirosefali ) yang dapat menyebabkan retardasi
mental, atau pertumbuhan otak yang membesar abnormal ( volume kepala meningkat ) yang
dapat menyebabkan oleh penyumbatan aliran cairan serebrospinalis.4
Pengukuran lingkar lengan atas, digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot,
namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila
dibandingkan dengan berat badan. Alat yang digunakan untuk pengukuran ini adalah suatu
pita pengukur yang terbuat dari fibrglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Yang
diukur dalam pengukuran ini ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini
dihitung antara jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua. Lengan dalam
keaaan bergantung bebas, tidak tertutup kain / pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan
lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar. 4, 5
Proses tumbuh kembang anak
Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor – faktor
tersebut secara umum dapat dikelompokan atas faktor genetik dan faktor non – genetik
( lingkungan ) yang dapat berupa lingkungan dalam kandungan maupun di luar kandungan.6
Kelainan genetik jelas akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kelainan pertumbuhan anak mungkin lebih mudah dikenali misalnya anak yang tinggi
badannya jauh lebih rendah dari anak sebayanya. Keadaan ini akan menimbulkan tanda tanya
pada orang tuanya. Demikian pula apabila mempunyai kelainan – kelainan bawaan
( congenital ), sering dihubungkan dengan faktor keturunan. Padahal keadaan ini belum tentu
karna faktor genetik, bisa saja kelainan tersebut didapat dari faktor lingkungan murni seperti
infeksi atau kekurangan gizi. 6
Faktor lingkungan
Lingkungan fisiko – bio – psikososial merupakan sumber untuk memenuhi kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak, yaitu kebutuhan gizi dan kesehatan, perumahan, air bersih,
pakaian, higiene dan sanitasi lingkungan, kebutuhan emosi, termasuk kasih sayang, rasa
aman, rasa dihargai, rasa dilindungi, rasa diperhatikan, rasa dibimbing, kebutuhan stimulasi,
termasuk pengasuhan dirumah, pendidikan formal di sekolah dan pendidikan non formal
diluar rumah, diluar sekolah / di masyarakat.6
Lingkungan fisiko – bio – psikososial dapat dikelompokan ke dalam empat macam
lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pembinaan
tumbuh kembang, lingkungan stimulasi.6
Lingkungan keluarga merupakan sumber yang plaing dekat untuk memenuhi
kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Faktor determinan yang penting dalam keluarga
adalah persiapan kehidupan keluarga, kerukunan yang harmonis, pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua, higiene dan sanitasi lingkungan dan waktu yang cukup untuk
bimbingan anak.6
Faktor determinan atau aspek yang penting dalam lingkungan masyarakat meliputi
geografi, iklim, alam. Aspek lain yang penting juga adalah fauna, flora, sarana dan program
pendidikan, agama, sosial budaya, kesehatan, pangan, sandang, perumahan, dan lain – lain.6
Lingkungan pembinaan tumbuh kembangdan kesehatan anak yang mencakup
program – program kelangsungan hidup anak, program perlindungan / potensi anak, program
perkembangan anak dengan sarana, prasarana, dan sumber daya manusianya, pendanaan
dengan mutu / kualitas yang memadai dan mencakup seluruh populasi anak. Adapaun faktor
determinan atau aspek yang penting adalah program kelangsungan hidup anak, perlindungan /
potensi anak, dan program perkembangan anak.6
Lingkungan stimulasi berperan dalam pembinaan dan kecerdasan tingkah laku anak.
Likungan stimulasi ini mencakup pengasuhan di rumah, pendidikan di sekolah / pendidikan
formal lainnyadan pendidikan di luar rumah & di luar sekolah atau pendidikan di
masyarakat / pendidikan informal. Faktor maupun determinan yang penting dalam
melaksanakan stimulasi dini pada anak meliputi stimulasi / pendidikan yang diberikan d
rumah, sekolah, masyarakat untuk perkembangan inteligensi dan perilaku sosial, moral, etika,
tanggung jawab, pengetahuan, ketrampilan, kepribadian, dan tingkah laku anak.6
Child abuse and neglect
Seorang anak tidak mempunyai dosa, sangat peka terhadap lingkungannya dan masih
sangat tergantung dari orang lain. Demikian pula bahwa anak memiliki ciri selalu ingin tahu
tentang yang terjadi disekitarnya dan tampak selalu bergerak aktif dengan leluasa penuh
harapan di masa depan. Anak memerlukan masa hidup yang penuh ceria dalam suasana
tentram dan aman untuk dapat bermain dan belajar menuju kedewasaan.6
Namun sesungguhnya, setiap saat seorang anak terancam bahaya yang dapat
menganggu tumbuh kembangnya. Seringkali anak bahkan menjadi korban kekerasan seperti
halnya apabila terjadi perang, dalam situasi bentrok antar kelompok karena dikriminasi ras,
karna agresi bangsa lain atau diduduki orang asing yang mengeksploitir mereka untuk bekerja
dan bahkan seringkali anak terpaksa dipisah dari orang tuanya atau pengasuhnya.6
Timbulah istilah “ child abuse and neglect “ atau perlakuan salah / kekerasan dan
menelantarkan anak. Keduanya merupakan satu kesatuan karena kekerasan dan
menelantarkan anak seringkali berjalan bersama. Semua anak harus diberi kesempatan untuk
menemukan jati dirinya dan memiliki harga diri di dalam lingkungan yang aman dan
kondusif dalam sebuah keluarga atau asuhan seseorang menuju dewasa yang sehat dan
sejahtera. Upaya menaruh perhatian yang lebih besar lagi perlu diberikan kepada anak – anak
kesulitan termasuk anak yatim piatu, anak jalanan, pekerja anak di tempat berbahaya, anak
yang terpisah dari orang tua / pengasuhnya, anak yang menderita cacat dan anak yang
terlantar karena suatu bencana alam atau bencana yang dibuat oleh manusia.6
Keterlambatan perkembangan
Salah satu alasan anak harus mengikuti penilaian perkembangan adalah untuk
mendeteksi keterlambatan sedini mungkin. Alasan lain adalah untuk meyakinkan orang tua
yang memiliki rasa khwatir yang berlebih pada perkembangan anaknya. Gangguan
kemampuan belajar, cenderung muncul sebagai perkembangan terlambat kecuali jika ada ciri
– ciri khusus ( snd. Down, mikrosefali ) yang memungkinkan prediksi awal adanya
keterbelakangan.7
Dalam menghadapi anak yang dilaporkan terlambat senyum, duduk, jalan atau bicara,
anamnesis pediatrika yang lengkap adalah dasar yang penting. Hal seperti berikut butuh
perhatian khusus seperti apakah bayi sangat prematur, apakah ia terbelakang dalam semua
aspek. Penyakit otak progresif ( degeneratif ) jarang terjadi. Penting untuk dipertimbangkan
jika suatu kemampuan yang telah dicapai dan kemudian hilang.7
Perkembangan kognitif
Otak merupakan pusat kontrol dan kendali atas semua sistem yang ada di dalam
tubuh. Otak juga merupakan pusat kecerdasan dan kemampuan berpikir. Dalam periode
perkembangan otak ada istilah yang dikenal sebagai fase cepat tumbuh otak, yaitu fase pada
saat otak berkembang sangat cepat. Pada fase ini otak harus mendapatkan prioritas utama
dalam hal pemenuhan zat gizi sebgai bahan – bahan pembentukannya.7
Salah satu senyawa gizi yang berperan dalam tumbuh kembang otak adalah asam
lemak omega – 3 atau yang dikenal dengan sebutan asam linolenat, EPA atau DHA.
Komponen – komponen tersebut kini banyak ditambahkan secara sengaja dalam produk-
produk susu formula dan makanan bayi. Hal ini tentunya bertujuan meningkatkan kualitas
asupan gizi yang bermanfaat bagi anak.7
Asam lemak omega – 3 ini merupakan asam lemak essensial, artinya tubuh idak dapat
membuat sendiri, padahal sangat penting bagi tubuh. Karena itu, tubuh memerlukan asupan
asam lemak omega – 3 dari makanan. Sumber makanan yang kaya akan omega – 3 antara
lain minyak ikan, sedangkan sumber asam lemak omega – 6 adalah dari biji – bijian. Manfaat
omega – 3 bagi kesehatan tubuh adalah sebagai bahan penyusun lemak struktural yang
membangun 60% bagian otak manusia. Asam lemak ini merupakan zat gizi penting bagi
anak, terutama untuk perkembangan fungsi saraf dan penglihatan.7
Perkembangan sosial
Seperti juga perkembangan fisik dan psikis lainnya, maka moral memilik tahapan
perkembangan sendirinya. Menurut Erikson, menyatakan bahwa dasar – dasar perilaku
terbagi dalam tiga tahapan usia, yang pertama adlaah usia 0 – 2 tahun. Pada tahap ini seorang
anak sepenuhnya bergantung kepada ibu. Ketika ibu memnuhi kebutuhan anak fisik maupun
mental, tumbuhlah kepercayaan anak pada si ibu. Kepercayaan ini tidak hanya berkembang
pada ibunya, tetapi meluas pada lingkungannya. Jadi jika kepercayaan antara anak dan ibu
tidak terjadi pada masa ini, maka akan mempengaruhi tahapan berikutnya, yaitu kepercayaan
anak pada lingkungan.8
Pada tahap usia 2 – 4 tahun, anak sudah meyakini adanya hubungan erat dengan ibu
atau figur pengganti ibu. Mulailah anak ingin mengembangkan diri sendiri. Mulai belajar
mandiri dalam batasan tertentu. Namun mungkin timbul konflik antara ingin menjadi dirinya
sendiri atau ketergantungan terhadap orang tua.8
Usia 4 – 6 tahun, anak sudah mempunyai kepercayaan diri dan sdara dengan
eksistensi dirinya. Anak akan mulai berinisiatif untuk mengatasi konflik. Hal ini didukung
dengan kemampuan fisis anak yang sudah berkembang lebih baik. 8
Usia 6 – 8 tahun, pada tahap ini anak mulai belajar banyak hal di sekolah. Dari hasil
pembelajarannya ini, naka mulai menyadari kesamaan atau perbedaan dirinya dengan teman
– temannya, apakah hasil belajarnya sama dengan teman – temannya atau tidak. Selain itu
anak belajarbanyak akan hal lain, termasuk tentang moral. Berbagai nilaidan norma menjadi
acuan tindakan dan perilaku moral anak.8
Pendidikan moral penting karena dengan pendidikan moral, anak mampu
mempertahankan diri dalam menghindari hal – hal yang negatif yang mungkin terjadi dalam
perjalanan hidupnya. Selain itu guna terpenting pendidikan moral bagi anak adalah untuk
menumbuhkan nilai – nilai moral yang baik pada anak, agar ia secara mandiri mampu
memilih mana yang positif dan mana yang negatif.8
Perkembangan sosio emosional
Perkembangan sosial pada masa anak – anak tumbuh dari hubungan mereka yang erat
dengan orang tua atau pengasuh lain, termasuk anggota keluarga. Interaksi sosial diperluas
dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak – kanak ke sekolah dasar.9
Orang tua selalu mempunyai pengaruh yang paling kuat pada anak – anak. Setiap
orang tua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan anak – anaknya, dan ini
mempengaruhi perkembangan sosial anak – anak. Diane Baumrind ( 1983 ) meneliti gaya
atau cara orang tua dalam mendidik anak – anaknya. Dia mengidentifikasi tiga gaya orang tua
dalam mendidik anaknya, yaitu orang tua otoriter ( authoritarian parents ), permissive, dan
authoritative.9
Orang tua yang otoriter ( authoritarian parents ) melarang anak dengan
mengorbankan otonomi anak. Orang tua seperti ini tidak mendorong sikap memberi dan
menerima ( give & take ). Mereka menganggap bahwa seharusnya anak – anak menerima
otoriter orang tua tanpa pertanyaan.9
Sebaliknya, orang tua yang permissive adalah orang tua yang memberikan kebebasan
sebanyak mungkin kepada anak mereka dan menempatkan harapan – harapan kepada anak
mereka. Sedangkan orang tua yang authoritative mencoba menghargai kemampuan anak
secara langsung pada waktu anak bertingkah laku. Tetapi pada waktu yang sama menunjukan
standar tingkah laku mereka sendiri, agar standar ini dapat bertemu dengan standar anak.
Orang tua yang authoritative bersikap hangat dan juga menuntut.9
Baurmind menyimpulkan bahwa orang tua yang paling efektif lebih sering memilih
gaya authoritative. Orang tua yang dapat dipercaya cenderung mempunyai anak yang
mandiri, bersahabat, bekerja sama dengan orang tua, tegas, harga diri tinggi, berorientasi
pada prestasi. Sebaliknya, orang tua yang otoriter maupun permissive cenderung mempunyai
anak yang kurang dalam sifat – sifat di atas. Penemuan baumrind ini menekankan pentingnya
peranan orang tua dalam mengontrol dan memberikan pujian terhadap tingkah laku anak
yang baik, memberikan tanggung jawab yang diperlukan, dan mengharapkan anak – anak
bertindak dengan cara yang matang.9
Pada masa awal anak – anak, teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat dalam
perkembangan anak. Yang paling penting dalam berhubungan dengan teman sebaya, anak –
anak dapat menilai diri mereka sendiri, menyampaikan pendapat mereka, dan berdiskusi
tentang pandangan mereka yang berbeda.9
Konflik yang terjadi diantara teman sebaya akan membuat mereka melihat bahwa
teman lain juga mempunyai pandangan, pikiran dan perasaan yang berbeda. Konflik juga
dapat meningkatkan daya sensitif anak terhadap akibat tingkah laku mereka terhadap teman
lain. Interaksi yang sukses dengan teman sebaya memerlukan komunikasi dan ketrampilan
yang khusus seperti memelihara hubungan, dan menyelesaikan konflik. Untuk itu guru dapat
membantu anak – anak yang mempunyai kesulitan dalam mengatur situasi kelas yang akan
membantu mereka memperbaiki ketrampilan sosialnya. Interaksi teman sebaya dapat
didorong dengan menggunakan kelompok kecil permainan dan materi bahan pelajaran yang
melibatkan banyak anak dan kegiatan, seperti sosiodrama.9
Perkembangan moral
Seperti kita ketahui, anak – anak berbeda dengan orang dewasa dalam hal
perkembangan kognitif dan pribadi. Mereka juga berbeda dalam pertimbangan moral. Piaget
mempelajari perbedaan ini dengan memperhatikan anak – anak yang sedang bermain salah
satu permainan. Selain Piaget, Lawrence Kohlberg juga memperlajari hal yang sama yaitu
perkembangan moral anak.9
Piaget menghabiskan waktu untuk memperhatikan anak – anak bermain kelereng dan
menanyakan kepada mereka tentang aturang permainan. Dia merasa bahwa dengan mengerti
bagaimana anak – anak mempertimbangkan tentang aturan dia dapat mengerti perkembangan
moral mereka. Hal pertama yang ia dapat adalah bahwa sebelum anak berumu umur 6 tahun
tidak ada aturan yang benar. Anak usia 2 – 6 tahun, mereka mengekspresikan kesadaran
tentang aturan, tetapi tidak mengerti kebutuhan untuk mengikuti aturan.9
Antara umur 6 – 10 tahun, Piaget menemukan bahwa anak – anak mulai mengetahui
adanya aturan – aturan, walaupun mereka sering tidak konsisten dalam mengikuti peraturan
tersebut. Masa ini tidak sampai umur 10 atau 12 tahun dimana Piaget menemukan bahwa
anak – anak secara sadar mengikuti dan menggunakan aturan. Anak – anak mengerti bahwa
peraturan yang ada diperlukan untuk mengurangi perselisihan di antara pemain. Mereka
mengerti bahwa aturan adalah sesuatu yang sederhana dimana setiap orang menyetujui nya,
dan karena itu setiap orang yang setuju untuk mengubahnya maka aturan tersebut dapat
diubah.9
Karena bayi dan anak TK belum mempunyai konsepsi peraturan, maka moral bagi
mereka tidak ada. Tiap bayi yang baru lahir dianggap amoral. Dan tidak setiap anak pun
dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Piaget memperkirakan ada dua tahap
perkembangan moral, yang pertama heteronomous morality dan autonomous morality.9
heteronomous morality berarti tunduk pada peraturan yang berlaku tanpa penalaran
dan penilaian. Selama masa periode ini, anak kecil secara konsisten dihadapkan kepada orang
tua dan dewasa lain yang mengatakan kepada mereka apa yang boleh dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan. Bila melanggarnya maka otomatis akan mendapat hukuman.9
autonomous morality atau otonomi moralitas ini timbul sebagai akibat semakin
berkembangnya dunia sosial anak yang makin luas, termasuk dunia anak remaja dan
kelompoknya. Dengan berinteraksi dan bekerja sama terus menerus dengan orang lain,
pikiran tentang moral mulai berubah.9
Teori perkembangan Kohlberg adalah suatu perbaikan dan perluasan dari teori Piaget
dengan memberi tiga tingkatan perkembangan moral.masin – masing tingkat ada dua tahap.
Pada tingkat pertama yaitu moralitas prakonvensional. Pada tahap pertama tingkat ini, anak
berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyesuaikan
diri terhadap harapan sosial untuk mendapatkan penghargaan.9
Tingkat kedua disebut moralitas konvensional. Pada tahap pertama tingkat ini, anak
menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapat persetujuan orang lain dan mempertahankan
hubungan dengan mereka. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyetujui bila kelompok
sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok. Mereka harus berbuat
sesuai dengan peraturan tersebut supaya terhindar dari kecaman sosial.9
Pada tingkat ketiga oleh Kohlberg diberi nama moralitas pasca konvensional. Tingkat
terakhir ini menunnjukan bahwa dalam stadium operasional formal, moralitas akhirnya
berkembang sebagai pendirian pribadi. Jadi tidak tergantung pada pendapat konvensional
yang ada.9
Kesimpulan
Perkembangan anak yang optimal dipengaruhi oleh faktor biologi, faktor
perkembangan kognitif, perkembangan sosial, serta faktor lingkungan dan moral, begitu pula
sebaliknya.
Daftar pustaka
1. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 2009. Hal 8 –
11 & 290, 294 - 6
2. Khomsan A, Ridhayani S. 50 Menu sehat untuk tumbuh kembang anak. Jakarta:
Agromedia pustaka; 2008. Hal 2 – 3
3. Kasdu D. Anak cerdas. Ed 1. Jakarta: Puspa swara; 2004. Hal : 73 – 5
4. Nyoman D I, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2001. Hal 36 – 7,
43, 48 &52.
5. Alimul A. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika;
2008. Hal 26, 31 – 2
6. Narendra M B et al. Buku ajar II tumbuh kembang anak dan remaja. Ed 1. Jakarta:
penertbit ikatan dokter anak Indonesia; 2005. Hal :
7. Meadow R, Newell S. Pediatrika. Ed 7. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal : 101
8. Ibung D. Mengembangkan nilai moral pada anak. Jakarta: Gramedia; 2009. Hal 5 – 6
9. Wuryani S E. Psikologi pendidikan. Ed revisi. Jakarta: Grasindo; 2007. Hal : 78 – 83
top related