laporan tutorial modul 1 blok 8.docx
Post on 29-Nov-2015
838 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Skenario 1
“BAU TAK SEDAP SLAMET”
Pak Slamet (47 tahun) kurang lebih 2 bulan belakangan ini mengeluh luka
di gusi mandibula anterior yang tidak sembuh-sembuh. Luka tersebut terasa sakit
bila ditekan, mudah berdarah dan Pak Slamet merasa mulutnya berbau tidak sedap
sejak ada luka di gusinya. Banyak obat yang telah diminum, juga obat kumur dan
obat yang dioleskan.
Siang itu Pak Slamet datang ke poliklinik gigi dan mulut RSUD Kota Baru
untuk memeriksakan diri. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya lesi
nekrosis yang tersebar pada interdental papilla, terasa sakit bila dipalpasi,
gingivitis hampir semua gigi, kalkulus subgingival anterior atas dan bawah.
Dokter menawarkan dilakukan pemeriksaan laboratotrium untuk mengetahui
adanya keganasan di gusi Pak Slamet.
Pak Slamet menyetujuinya meskipun ia bingung dengan luka yang
dideritanya karena ia mengira luka itu disebabkan oleh infeksi biasa.
Bagaimana saudara menjelaskan apa yang dialami Pak Slamet?
1
Langkah 1 : Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan
hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
1. Lesi: istilah luas untuk menggambarkan zona jaringan yang
fungsinya terganggu akibat penyakit atau trauma.
Langkah 2 : Menentukan masalah.
1. Apa penyebab bau mulut Pak Slamet?
2. Bagaimana anamnesa dan pemeriksaan objektif dari lesi?
3. Apa penyebab dan gejala lesi?
4. Apa saja jenis dan gambaran klinis lesi?
5. Dimana saja lesi rongga mulut terdapat?
6. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosa dan prognosa?
7. Apa tujuan dilakukan pemeriksaan laboratorium?
8. Bagaimana penatalaksanaan lesi?
Langkah 3 : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan
prior knowledge.
1. Penyebab bau mulut Pak Slamet
- Kurangnya kebersihan gigi
- Adanya karies pada gigi
- Gingivitis
- Pemakaian gigi tiruan yang tidak higienis
- Ditemukan berbagai macam lesi
- Infeksi bakteri (anaerob)
2. Anamnesa dan pemeriksaan objektif dari lesi
a. Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
2
Melalui percakapan antara dokter gigi dan pasien mengenai
riwayat social, riwayat dental dan riwayat medis sebagai
dasar rencana perawatan.
Dalam melakukan anamnesa, hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
- Kenyamanan pasien, bisa berupa ruang,
maupun suasana yang nyaman.
- Pendekatan terhadap pasien.
- Penggunaan istilah yang umum.
- Membuat catatan khusus.
- Memerhatikan pasien dan tidak memotong
permbicaraan.
Sistematikanya seperti:
- Data umum
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat kebiasaan/ sosial
- Keluhan lain dari pasien
b. Pemeriksaan objektif (klinis)
- Ekstra oral
Mulai dari penampilan umum, berat badan,
cara berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri
wajah, dan lain-lain.
- Intra oral
Berupa pemeriksaan gigi dan jaringan lunak
disekitarnya melalui:
Pemeriksaan visual
Perkusi
3
Palpasi
Uji listrik pulpa
Uji termal, dll.
3. Penyebab dan gejala lesi
Etiologinya antara lain: trauma lokal, infeksi, penyakit sistemik,
penggunaaan obat-obatan dan terapi radiasi.
Gejalanya dikelompokkan berdasarkan jenis penyakit.
4. Jenis dan gambaran klinis lesi
a. Lesi primer
Lesi yang pertama kali muncul, antara lain:
- Makula: bercak pada kulit atau mukosa,
datar, dan hanya berupa perubahan warna
- Papula: bercak putih pada kulit/ mukosa,
berupa tonjolan (tidak datar)
- Plak: permukaan landai, bisa halus,
menonjol, terdapat fisura.
- Nodula: mirip papula tetapi lebih besar dan
letaknya lebih dalam.
- Vesikula: Peninggian pada kulit atau
mukosa yang berisi bahan cair (serum,
plasma, darah)
- Pustula: bentukan yang sama seperti
vesikula/bula tetapi berisi nanah /pus.
- Keratosis: penebalan yang tidak normal dari
lapisan terluar epitel (stratum korneum).
b. Lesi sekunder
Lesi yang muncul setelah lesi primer, antara lain:
- Deskuamasi: pengelupasan lapisan epitel
(stratum korneum).
4
- Krusta: serum, darah atau nanah yang
mengering pada kulit.
- Fisura: retakan kecil yang meluas melalui
epidermis dan memaparkan dermis.
- Ulkus: muncul setelah pecahnya bula atau
vesikel.
c. Lesi praganas
Mengandung karsinoma, terjadi dysplasia, kemampuan
metastasis, inti sel lebih gelap, sitoplasma lebih kecil, sel
tidak teratur, inti membelah namun sitoplasma tidak.
Contoh: eritoplakia, leukoplakia, piper smoker keratosis.
5. Lesi rongga mulut terdapat pada daerah lidah, mukosa, gingival,
pipi, palatum dan bibir.
6. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa dan
prognosa.
a. Pemeriksaan radiologi
b. Biopsi eksisi dan insisi
c. Pemeriksaan sitologi
d. Pemeriksaan mikrobiologi
e. Pemeriksaan darah
7. Tujuan dilakukan pemeriksaan laboratorium
Untuk menunjang diagnosa.
8. Penatalaksanaan lesi
Tergantung jenis lesi dan penyakit diderita. Contoh:
Penatalaksanaan penyakit gingivitis ulseratif akut yang terdapat
pada skenario berupa pembersihan mulut, penggunaan larutan
5
kumur peroksida atau perborat, dan penggunaan metronidazol,
serta merujuk ke bagian periodontitis.
Langkah 4 : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-
masing komponen untuk mencari solusi secara terintegrasi.
Pak Slamet (47 tahun)
Luka di rahang bawah tidak sembuh, sakit bila ditekan,
mudah berdarah dan halitosis
Minum obat
ke poliklinik gigi dan mulut
Lesi nekrosis interdental papilla,
gingivitis, palpasi sakit, kalkulus
Lesi Rongga Mulut
Anamnesa & Pemeriksaan Etiologi Jenis & Gambaran Pemeriksaan Tatalaksana
Objektif Klinis Penunjang
6
Pemeriksaan
darah
Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Anamnesa dan pemeriksaan objektif lesi rongga mulut.
2. Etiologi lesi rongga mulut.
3. Jenis dan gambaran klinis lesi rongga mulut.
4. Pemeriksaan penunjang diagnose lesi rongga mulut.
5. Penatalaksanaan lesi rongga mulut.
Langkah 6 : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
Langkah 7 : Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.
1. Anamnesa dan pemeriksaan objektif lesi rongga mulut.
a. Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
Cara pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan wawancara
baik langsung pada pasien (auto anamneses) maupun pada
orang tua atau sumber lainnya (allo anamneses). Sekitar 80%
diagnosa didapat dari anamnesa.
Tahap Pemeriksaan:
- Sapa pasien dengan namanya
- Perkenalkan nama kita dan jelaskan bagaimana kita dapat
membantu permasalahan pasien.
- Hilangkan kecanggungan dengan mulai berbicara tentang
cuaca, pekerjaan pasien, asal jangan berlebihan.
- Gunakan bahasa umum yang mudah dipahami.
- Catat kalimat pasien.
- Catat dan periksa data biografi termasuk; nama, jenis
kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan,
dll.
Mendengarkan Keluhan Pasien
7
Keluhan utama (Complain of) merupakan sebab utama
mengapa pasien meminta pertolongan
- Gunakan baik Open Question maupun Close Question.
- Berikan dorongan kepada pasien agar dapat
menggambarkan keluhannya.
- Jangan memotong cerita pasien.
- Bertanya menggunakan kalimat sederhana.
- Arahkan pasien yang terlalu banyak berbicra agar focus.
- Catat keluhan menggunakan kalimat pasien.
Tanya Jawab Terstruktur
- Riwayat keluhan utama (Chief Complain)
- Perjalanan penyakit ( Present Illness)
- Riwayat dental (Past Dental History)
- Riwayat medis (Past Medical History)
- Riwayat keluarga (Family History)
- Riwayat social (Social History)
b. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien untuk
membuktikan diagnosa sementara yang didapatkan saat
pemeriksaan subjektif (anamnesa).
Langkah-langkah:
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
- Eksplorasi (sondasi)
- Thermal test/ vitalitas
Terdiri dari:
- Pemeriksaan ekstraoral
8
Pemeriksaan bagian tubuh diluar mulut. Data yang
dikumpulkan; kepala, leher, kesimetrisan wajah, kelenjar
limfe, TMJ, mata, bibir.
- Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan bagian rongga mulut yang meliputi mukosa
(bibir, palatum, gingiva) dan gigi. Tujuannya untuk
mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi dan mulut.
2. Etiologi lesi rongga mulut.
Secara umum:
- Trauma; fisik, kimiawi, termal.
- Infeksi; virus, jamur, bakteri.
- Penyakit sistemik
- Obat-obatan
- Terapi radiasi
- Kebiasaan buruk; merokok, konsumsi alkohol, dll.
Berdasarkan penyakit:
- Stomatitis Aftosa Rekuren: trauma pada mulut, penggunaan
obat kumur, sensitifitas terhadap makanan, kekurangan
vitamin B-12, dll.
- Leukoplakia: rokok, alcohol, candidiasis, trauma,
defisiensi vitamin.
- Herpes Simplex (tipe 1 oral): herpes simplex virus.
- Lichen planus: kelainan imunologi (immune mediated
disease).
- Traumatic ulser: trauma.
- Papilla hyperplasia: candida albicans.
- Diskeratosis kongenital (jarang terjadi): diwariskan secara
resesif.
9
3. Jenis dan gambaran klinis lesi rongga mulut.
Lesi Primer
- Makula
Bercak pada kulit/mukosa, batas jelas, bentuk & ukuran
bervariasi, datar (tak ada peninggian) hanya berupa
perubahan warna. Warna : Merah, coklat keputihan, merah
kebiruan, biru kecoklatan
Contoh penyakit: Hyperemia, petechiae, purpura,
ecchymoses.
- Papula
Adalah bercak putih pada kulit/mukosa, berbatas jelas, ada
peninggian. Ukuran: dari titik sampai < 1 cm. Warna
bervariasi: kemerahan, kekuningan, abu2 keputihan
Contoh: Lichen planus (pada mukosa).
- Plak
Suatu bentuk variasi dari papula; diameter > 1 cm; warna :
putih keabuan. Mengadakan perluasan ke tepi. Permukaan
halus, menonjol atau bentuk fisura
Contoh: Leukoplakia
- Nodula
Pemadatan massa jaringan yang berbatas jelas dan berisi
jaringan ikat dilapisi epitel. Dasar nodula melibatkan
submukosa dan daerah dibawah epidermis. Dapat terjadi
karena iritasi kronis
Contoh: Iritasi fibroma
- Vesikula
10
Peninggian pada kulit atau mukosa yang berisi bahan cair
(serum, plasma, darah). Ukuran: dari titik 1 sampai 5 mm;
jumlah: bisa tunggal atau banyak. Bentuk vesikula karena
infeksi virus.
Contoh: Herpes.
- Bula
Adalah bentukan seperti vesikula tetapi diameternya > 5
mm. Bila pecah dapat menjadi ulser/ulkus yang sembuh
dengan jaringan parut.
Contoh: pemphigus vulgaris.
- Pustula
Adalah bentukan yang sama seperti vesikula/bula tetapi
berisi nanah/ pus.
Contoh: penyakit impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul
kecil.
- Keratosis
Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar
epitel (stratum korneum). Warna: putih sampai keabuan.
Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.
- Wheals
Adalah bentukan yang sama seperti papula, diameter lebih
kecil, cepat sembuh. Berisi serum.
Contoh: bintil karena gigitan serangga
- Tumor
Istilah yang dipakai pada massa padat dari jaringan,
diameter > 1 cm. Suatu neoplasma yang pertumbuhan
11
jaringan bebas, baru, pembelahan sel yang progresif dan
tidak terkontrol, tidak punya kegunaan fisiologis. Dapat
berwarna apapun.
Lokasi: pada jaringan lunak RM manapun.
Klinis: Lesi bulat menimbul dan tumor menetap
bertangkai/ulseri ditengahnya
Lesi Sekunder
Yaitu merupakan lesi yang muncul setelah lesi primer muncul pada
jaringan lunak rongga mulut, antara lain:
- Erosi
Dapat digolongkan sebagai primer.
Contoh: Lichen Planus tipe erosi.
- Ulseri
Rasa nyeri bertambah dan bila ditekan menimbulkan
perdarahan karena kerusakan sampai lamina propia
Contoh: ulkus traumatikus; stomatitis aftosa rekuren.
- Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis
dan memaparkan dermis. Dapat terjadi pada kulit kering
dan pada inflamasi kronik
- Sikatriks
Adalah bentukan jaringan baru yang berlebihan pada
penyembuhan luka.
Contoh: Keloid
- Deskuamasi
12
Adalah pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum).
Bisa fisiologis yakni berupa pengelupasan epitel sehingga
kulit mengalami regenerasi.
- Pseudomembran
Adalah membran palsu.
Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut.
- Eschars
Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat
luka bakar.
- Krusta
Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering
pada kulit. Masing-masing dapat dikenal dengan warna
berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman
(krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).
Contoh: Eritema Multiformis
- Sinus
Adalah suatu saluran atau fistula yang memanjang dari
rongga supuratif, kista atau abses ke permukaan epidermis.
Contoh: Aktinomikosis.
Lesi - Lesi lainya:
- Lesi Merah
Merupakan lesi yg paling sering terjadi. Penyebab lesi
merah rongga mulut: inflamasi pada mukosa, erosi, atrofi,
purpura, vaskuler, neoplasma.
- Lesi Putih
13
Penyebab utama dari lesi putih rongga mulut: leukodema,
keturunan (misalnya nevus spon putih), leukoplakia,
neoplsama, infeksi, penyakit mukokutan
- Lesi Mukus Berpigmen
Merupakan perubahan warna mukosa rongga mulut,
dimana daerah antara warna coklat ke warna hitam. Jenis:
intrinsik dan ekstrinsik Penyebab nya antara lain
pigmentasi ras, inflamasi kronis, tatto amalgam, tatto grafit
obat-obatan.
4. Pemeriksaan penunjang diagnose lesi rongga mulut.
a. Pemeriksaan Radiologi
Ada beberapa teknik radiologi yang dapat dilakukan untuk
melihat gambaran rongga mulut, tergantung pada jenis lesi
yang ditemukan. Contohnya adalah antero-posterior view,
cephalometri, panoramic, x-ray periapikal, occlusal foto. Untuk
lesi jaringan lunak mulut, jenis pemeriksaan radiologi yang
sering diperlukan adalah occlusal foto. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengetahui letak dari batu kelenjar liur yang
biasanya ditemukan pada saluran kelenjar liur submandibula.
14
b. Pemeriksaan biopsi
Biopsi eksisi
Biopsi eksisi adalah pengambilan jaringan yang dilakukan
untuk pemeriksaan histopatologi lebih lanjut. Biopsi dilakukan
bila ditemukan lesi yang mencurigakan atau bila diagnosis
tetap belum dapat ditentukan.
Biopsi insisi
Biopsi insisi dilakukan untuk lesi yang besar atau bila diduga
ada keganasan. Cara ini memiliki risiko berupa terlepasnya sel
ganas. Biopsi insisi tidak dilakukan pada lesi pigmentasi
ataupun vaskular, karena melanoma sangat metastatik dan lesi
vaskular akan menimbulkan perdarahan berlebihan. Pada
biopsi insisi ini hanya sebagian kecil dari lesi yang diambil
beserta jaringan sehat di dekatnya. Pengambilan lesi dapat
dilakukan dengan menggunakan scalpel, menggunakan alat
punch (punch biopsy), menggunakan jarum suntik (needle
biopsy), dan biopsi aspirasi.
- Punch biopsy
Pada punch biopsy ini instrumen operasi digunakan untuk
mendorong keluar sebagian jaringan yang dapat mewakili
lesi. Oleh karena spesimen yang dihasilkan seringkali rusak
akibat prosedur ini, maka biopsi yang menggunakan scalpel
lebih disukai.
- Needle biopsy
15
Teknik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-
osseous yang letaknya dalam. Spesimen yang dihasilkan
kecil, sehingga tidak dapat mewakili lesi yang terlibat dan
dapat rusak akibat prosedur yang digunakan, karena itu
tidak banyak digunakan.
- Biopsi aspirasi
Biopsi aspirasi digunakan untuk lesi berupa kista dan
mengandung cairan. Cara ini lebih disukai dibandingkan
biopsi insisi pada lesi vaskular karena adanya risiko terjadi
perdarahan berlebihan.
Media transport
Spesimen yang diambil saat dilakukan biopsi diletakkan di dalam
botol tertutup berisi cairan formalin (formol saline) 10% untuk
fiksasi. Volume cairan fiksasi yang digunakan adalah sepuluh
kali lebih banyak dibandingkan volume spesimen.
c. Pemeriksaan sitologi (oral cytological smear)
Pemeriksaan sitologi adalah suatu pemeriksaan mikroskopik
pada sel-sel yang dilepaskan atau dikerok di permukaan lesi.
Cara ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk biopsi, bukan
pengganti biopsi
d. Pemeriksaan Mikrobiologi
Oral Mycological Smear
16
Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya
infeksi jamur pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini
diawali dengan melakukan swab pada mukosa mulut yang
dicurigai, dengan menggunakan cotton swab. Kemudian
dengan cotton swab dan spesimen yang didapat, dilakukan
streaking pada permukaan media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) dalam cawan petri. Setelah itu cawan petri tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 – 48 jam untuk
membiakkan jamurnya. Seseudah 48 jam akan tumbuh koloni
jamur berwarna putih- kekuningan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan streaking lagi pada
petri lain untuk mengekstraksi Candida albicans. Setelah
tumbuh koloni, lakukan streaking lagi pada agar yang miskin
nutrisi. Dalam agar ini Candida albicans akan membentuk
klamidospora. Hasil akhirnya adalah Candida albicans murni.
Oral Bacteriological Smear
Bahan yang akan diperiksa diambil dari permukaan gigi,
kemudian dioleskan di atas slide spesimen. Kemudian difiksasi
di atas nyala api spiritus. Berikutnya dituangi dengan pewarna
carbol fuchsin, dibiarkan 10 menit. Lalu dituangi dengan
pewarna methylene blue, biarkan 10 menit.
Setelah kering, dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk
mengetahui adanya bakteri: Contoh Borrelia vincentii dan
Bacillus fusiformis.
17
e. Pemeriksaan Darah
Venepuncture dilakukan untuk melakukan pemeriksaan sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit. Biasanya darah
dikumpulkan ke dalam tabung EDTA. Untuk pemeriksaan ESR
dan prothrombin time, biasanya darah dikumpulkan ke dalam
tabung sitrasi. Darah diambil dari lengan bagian dalam.
5. Penatalaksanaan lesi rongga mulut.
Penatalaksanaan masing-masing lesi tergantung dari jenis dan
keganasan penyakit, seperti:
a. Ulkus dekubitus
- Mengeliminasi faktor penyebab yaitu eksraksi pada gigi
yang mengalami nekrosis radiks.
- Terapi simptomatik berupa anastetikum oles.
- Terapi kausatif berupa obat kumur.
- Edukasi dan motivasi kepada pasien.
- Menghilangkan faktor iritan.
18
b. Leukoplakia
- Prognosis: tergantung tingkat keparahan; praganas atau
ganas.
- Mengeliminasi faktor penyebab
- Bila sudah dalam kondisi maglinant, maka dilakukan terapi
yang sama dengan terapi yang diberikan pada penderita
kanker.
c. Lichen planus
- Prognosis: bervariasi, penyakit ini bisa bertahan selama
berberapa tahun.
- Pemberian topical treatment dan pemberian obat alternatif
seperti topical tretinoin, cyclosporine, dan tacrolimus.
d. Traumatic ulser
- Prognosis: ulser akan sembuh bila faktor penyebab bisa
dieliminasi. Bila ulser tidak sembuh dalam 2 atau 3 minggu
maka harus dilakukan biopsi karena dicurigai menjadi lesi
malignant.
- Pemberian obat topical seperti Orabase-B® wdengan
Benzocaine, Zilactin® or Soothe-N-Seal.
e. Papilloma
- Prognosis: baik.
- Eksisi bedah konservatif.
f. Mucocele
- Prognosis: baik.
- Eksisi bedah.
g. Traumatic fibroma
- Prognosis: baik.
- Eksisi
h. Epulis fissuratum
- Prognosis: baik.
- Eksisi bedah
19
top related