akhlak dan tasawuf

21
KELOMPOK 1 AKHLAK DAN TASAWUF D I S U S U N OLEH: WAHYU SETIAWAN BOBBY BOGALESA TIF 2 G

Upload: eva-erisa-ii

Post on 11-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah agama, akhlak dan tasawuf. Disusun oleh Wahyu Setiawan dan Bobby Bogalesa

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Dan Tasawuf

KELOMPOK 1

AKHLAK DAN TASAWUF

DISUSUN

OLEH:

WAHYU SETIAWANBOBBY BOGALESA

TIF 2 G

Dosen Pembimbing: Syarifuddin

2014/2015

Page 2: Akhlak Dan Tasawuf

Kata Pengantar

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Agama Islam.

Agama  sebagai  sistem  kepercayaan  dalam  kehidupan  umat  manusia  dapat  dikaji  melalui  berbagai  sudut  pandang.  Islam  sebagai  agama  yang  telah  berkembang  selama  empat  belas  abad  lebih  menyimpan  banyak  masalah  yang  perlu  diteliti,  baik  itu  menyangkut  ajaran  dan  pemikiran  keagamaan  maupun  realitas  sosial,  politik,  ekonomi  dan  budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Akhlak Tasawuf beserta ruang lingkup pembahasan dan manfaatnya. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN Suska. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Page 3: Akhlak Dan Tasawuf

BAB 1

PENDAHULUAN

*Latar belakang

Kita mengetahui bahwa dalam era globalisasi ini banyak pemuda yang sudah kehilangan akhlakulkarimahnya sehingga perlu pemahaman dan pembelajaran untuk mengkaji akhlak dan tasawuf.

Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin ahlak yang mulia dan dekat dengan Allah Swt. Inilah esensi atau hakikat tasawuf itu sendiri.

Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran. Bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara manusia perlu mengasingkan dirinya. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan “sufisme” baik pada agama Islam maupun diluarnya.

*Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu akhlak?

2. Apa saja ruang lingkup ilmu akhlak?

3. Apa manfaat yang diperoleh dari mempelajari ilmu akhlak?

4. Pengertian Tasawuf

5. Asal-usul tasawuf

6. Hubungan akhlak dan tasawuf

7. Tujuan taswuf

Page 4: Akhlak Dan Tasawuf

*Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu akhlak.

2. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu akhlak.

3. Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari mempelajari ilmu akhlak.

4. Untuk memahami pengertian tasawuf

5. Untuk mengetahui asal-usul taswuf

6. Untuk mengetahui tujuan tasawuf

 

*Tujuan

1. Menjelaskan definisi akhlak dan tasawuf

2. Dapat memahami akhlak dan tasawuf

Page 5: Akhlak Dan Tasawuf

BAB II

PEMBAHASAN

AKHLAK

*Pengertian Akhlak

Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun (ق�� yang menurut bahasa (خ�لberarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Kata tersebut mengandung segi-segi penyesuaian dengan perkataan khalqun (ق�� yang berarti (ج�لkejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq (ق� ال ,yang berarti sang pencipta (ج�demikian pula dengan mkhluqun (و�ق�� ل .yang berarti yang diciptakan (م�ج�

Kata akhlak adalah jamak dari kata khalqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlak atau pun khuluk kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadits, sebagai berikut:

القلم ) : � �م ع�ظي خ�ل�ق� �ع�ل�ى ل �ك� ن ا (4و�

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qalam: 4)

) الترمذى ) رواه �ق#ا خ�ل �ه�م� ن �ح�س� ا و� #ا �م�ان ي ا �ن� ي �لم�ؤ�من ا �م�ل� �ك ا

Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya. (HR. Tirmidzi)

 

Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk. Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, Dr. M Abdullah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).”

Page 6: Akhlak Dan Tasawuf

Menurut Istilah, akhlak adalah:

1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.

2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Selanjutnya menurut Abdullah Dirroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu:

1. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.

2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah dan lain sebagainya.

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki satu kemiripan antara satu dengan lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:

1. Pebuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang 4. mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar5. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan

main-main atau karena bersandiwara.6. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah

perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan , aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Kesemua aspek yang terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dan membentuk suatu ilmu.

Ma’arif ilmu akhlak adalah:

�غ�ل�ى �ت ت ل �ه�ا �و�قي ت �ة �في �ي و�ك ل ذ�ائ الر� ب و� ه�ا ب �ف�س� �لن ا �ع�ل�ى �ت ت ل ه�ا �ائ ن ق�ت ا �ة �في �ي ك و� ل �ف�ض�ائ ال ب �م� �لعل ا

Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya hingga terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong dari padanya

Page 7: Akhlak Dan Tasawuf

Di dalam Mu’jam al-Wasith disebutkan bahwa ilmu akhlak adalah:

�ح �لق�ب ا و� �لح�س�ن ا ب �و�ص�ف� ت ى �ت ال �ع�م�ال� �أل ا ه ب �ق� �ع�ل �ت ت �ام� �ح�ك ا م�و�ض�و�ع�ه� �م� �لعل ا

Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan  baik atau buruk.

Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang tata krama.

*Ruang lingkup kajian ilmu Ahklak

Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.

Dengan demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:

Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.

Dengan demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang bersifat kolektif.

Jadi yang dijadikan objek kajian Ilmu Akhlak di sini adalah perbuatan yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan. Sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan secara terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Perbuatan atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak, dan tidak pula termasuk ke dalam perbuatan akhlaki.

Dengan demikian perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang dilakukan dengan tidak senganja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki, karena dilakukan tidak atas dasar pilihan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

ابن ) رواه �ه �ي ع�ل �ره�و�ا �ك ت اس� م�ا و� �ان� ي Fس� الن و�� �لخ�ط�أ ا ى م�ت

� أ ع�ن� و� لى �خ�او�ر� ت �ع�ال�ى ت الله� ن� االزار ( ابى عن المخة

Bahwasanya Allah memaafkanku dan umatku yang berbuat salah, lupa dan dipaksa. ( HR. Ibnu Majah dari Abi Zar )

Page 8: Akhlak Dan Tasawuf

Dengan memperhatikan keterangan tersebut di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan yang demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk. Untuk menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk diperlukan pula tolak ukur, yang baik atau buruk menurut siapa, dan apa ukurannya.

Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:

1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil ( الخاهل ).

2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu( LالLالض .( الجاهل

3. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-

jahil al-dhollu al-fasiq ( الفاسق LالLالض .) الجاهل

4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada  nya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir ( رير Lالش الفاسق LالLالض .( الجاهل

Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalu dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.

Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bersyukur, bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasihat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk.

*Ahklak secara Universal

Akhlak universal adalah kebaikan yang bersumber kepada al-quran dan hadist, sehingga berlaku umum untuk seluruh umat di setiap tempat dan masa, oleh karena itu dipandang dari sumbernya akhlak bersifat tetap dan berlaku untuk selamanya, untuk mendapatkan definisi di atas ada beberapa pendapat para ahli diantaranya :

Page 9: Akhlak Dan Tasawuf

Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dan dari jwa itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan pikiran.

Prof,Dr, Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan .Maksudnya suatu  kehendak itu apabila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu dinamakan akhlak

1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi     kepribadiannya.2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, yaitu:

a. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

b. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.c. Dilakukan dengan ikhlas

*Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Berkenaan dengan manfaat mempelajari Ilmu Akhlak ini, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:

Tujuan mempelajari Ilmu Akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk.

Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah:

Untuk membersihkan kalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi bersih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: Akhlak Dan Tasawuf

TASAWUF

*Pengertian tasawuf

Sebelum lebih jauh membahas tentang asal-usul tasawuf, sedikit kami berikan pengertian singkat sufi dan tasawuf. Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata safa’, artinya suci, bersih atau murni. Karena memang, jika dilihat dari segi niat maupun tujuan dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, maka jelas bahwa semua itu dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. Ada lagi yang mengatakan tasawuf berasal dari kata saff, artinya saff atau baris. Mereka dinamakan sebagai para sufi, menurut pendapat ini, karena berada pada baris (saff) pertama di depan Allah, karena besarnya keinginan mereka akan Dia, kecenderungan hati mereka terhadap-Nya. Ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suffah atau suffah al Masjid, artinya serambi mesjid. Istilah ini dihubungkan dengan suatu tempat di Mesjid Nabawi yang didiami oleh sekelompok para sahabat Nabi yang sangat fakir dan tidak mempunyai tempat tinggal. Mereka dikenal sebagai ahli suffah. Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi mesjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, yaitu bulu domba atau wol. Hal ini karena mereka (para sufi) tidak memakai pakaian yang halus disentuh atau indah dipandang, untuk menyenangkan dan menenteramkan jiwa. Mereka memakai pakaian yang hanya untuk menutupi aurat dengan bahan yang terbuat dari kain wol kasar (suf).

Sedangkan tasawuf menurut beberapa tokoh sufi adalah seperti berikut:

1. Bisyri bin Haris mengatakan bahwa sufi ialah orang yang suci hatinya menghadap Allah SWT.

2. Sahl at-Tustari mengatakan bahwa sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah SWT, dan baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.

3. Al-Junaid al-Bagdadi (w. 289 H), tokoh sufi modern, mengatakan bahwa tasawuf ialah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan mengikuti syari’at Rasulullah SAW.

4. Abu Qasim Abdul Kari mal-Qusyairi memberikan definisi bahwa tasawuf ialah menjabarkan ajaran-ajaran al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringan-ringankan ibadah.

5. Abu Yazid al-Bustami secara lebih luas mengatakan bahwa arti tasawuf mencakup tiga aspek, yaitu kha (melepaskan diri dari perangai yang tercela), ha (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan jim (mendekatkan diri kepada Tuhan).

   

Page 11: Akhlak Dan Tasawuf

*Asal-usul tasawuf

Tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. berbicara tentang hubungan antara Allah dengan hamba-Nya manusia, diantaranya seperti tertulis pada pendahuluan di atas.

Secara umum  Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah inilah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan sahabatnya. Lebih jauh, al-Qur’an berbicara tentang kemungkinan manusia dan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah) seperti dalam al-Maidah: 54; perintah agar manusia senantiasa bertaubat (at-Tahrim: 8); petunjuk bahwa manusia akan senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (al-Baqarah: 110); Allah dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendaki (an-Nur: 35); Allah mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (al-Hadid, al-Fathir: 5); dan senantiasa bersikap sabar dalam menjalani pendakatan diri kepada Allah SWT (Ali Imron: 3).

Begitu juga perintah Allah untuk ikhlas semata mengharap ridha-Nya dalam beribadah (al-Bayinah: 5); berperilaku jujur (al-Anfal: 58), adil, taqwa (al-Maidah: 6); yakin, tawakal (al-Anfal: 49); qonaah, rendah hati dan tidak sombong (al-Isra’:37); beribadah dengan penuh pengharapan terhadap ridha-Nya (raja’) (al-Kahfi: 110), takut terhadap murka Allah atas segala dosa (khauf) (at-Tahrim: 6); menahan hawa nafsu (Yusuf: 53); amar ma’ruf nahi munkar (Ali Imron: 104); dan banyak lagi konsep akhlak dan amal diajarkan dalam al-Qur’an kesemuanya adalah sumber tasawuf dalam Islam.

Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an, as-Sunnah pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Teks hadis qudsi berikut dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf:

عرفونى فبى الخلق فخلقت اعرف ان فاحببت مخفيا كنزا كنت

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.

Hadis tersebut memberi petunjuk bahwa alam raya, termasuk manusia adalah merupakan cermin Tuhan, atau bayangan Tuhan. Tuhan ingin mengenalkan diri-Nya melalui penciptaan alam ini. Dengan demikian dalam alam raya ini terdapat potensi ketuhanan yang dapat didayagunakan untuk mengenal-Nya. Dan apa yang ada di alam raya ini pada hakikatnya adalah milik Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam al-Baqarah: 156: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.” dan al-Baqarah 45-46: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Page 12: Akhlak Dan Tasawuf

Juga hadis riwayat Imam Bukhari berikut yang menyatakan:

يسمع الذى سمعه كنت احببته فاذا احبه حتى بالنوافل الي يتقرب العبد يزال الالذى ورجله بها يبطش الذى ويده به ينطق الذى ولسانه به يبصر الذى وبصرهيمشى وبى يبطش وبى يعقل وبى ينطق وبى يبصر فبى يسمع فبى بها .يمشوى

“Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat, sehingga Aku mencintainya.  Maka apabila Aku mencintainya maka jadilah Aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan; maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninju dan berjalan.”

Hadis tersebut memberi petunjuk  dapat bersatunya manusia dan Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah al-Fana’ yaitu fana’nya makhluk kepada Tuhan yang saling mencintai.

Benih-benih tasawuf dipraktekkan langsung oleh Muhammad SAW. dalam kehidupan kesehariannya. Perilaku hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari-hari beliau berkhalawat di gua Hira’, terutama pada bulan Ramadhan. Di sana Nabi SAW banyak berzikir dan bertafakur mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pengasingan diri Nabi SAW. di gua Hira’ ini merupakan acuan utama para sufi dalam berkhalawat. Puncak kedekatan Nabi SAW dengan Allah terjadi ketika beliau melakukan Isro’ wal mi’roj. Dikisahkan Nabi berdialog langsung dengan Allah ketika menerima perintah Shalat lima waktu.

Perikehidupan (sirah) Nabi SAW juga merupakan benih-benih tasawuf, yaitu pribadi Nabi yang sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona oleh kemewahan dunia. Dalam salah satu do’anya nabi bermohon: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim). Pada suatu waktu Nabi SAW datang ke rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar as-Shidiq, ternyata di rumahnya tidak ada makanan. Keadaan seperti ini diterimanya dengan sabar, lalu beliau menahan laparnya dengan berpuasa (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Nabi juga sering mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan lapar.

Cara beribadah Nabi SAW juga merupakan cikal-bakal tasawuf. Nabi SAW adalah orang yang paling tekun beribadah. Dalam satu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa pada suatu malam Nabi SAW mengerjakan shalat malam; di dalam shalat lututnya bergetar karena panjang, banyak rakaat serta khusu’ dalam shalatnya. Tatkala ruku’ dan sujud terdengar suara tangisnya, namun beliau tetap terus melakukan shalat sampai suara azan Bilal bin Rabah terdengar di waktu subuh. Melihat Nabi SAW demikian tekun melakukan shalat, Aisyah bertanya: “Wahai junjungan, bukankah dosamu yang terdahulu dan akan datang telah diampuni Allah, kenapa engkau masih terlalu banyak melakukan shalat?” Nabi SAW menjawab: ‘Aku ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Page 13: Akhlak Dan Tasawuf

Akhlak Nabi SAW merupakan acuan akhlak yang tiada bandingannya. Akhlak Nabi bukan hanya dipuji oleh manusia termasuk musuh-musuhnya, tetapi juga oleh Allah SWT. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

(QS. 68:4). Dan ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab: “Akhlaknya adalah al-Qur’an”. (HR. Ahmad dan Muslim).

Ajaran rasul tentang bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari banyak diikuti oleh para sahabatnya, dilanjutkan oleh para tabi’in, tabiit tabi’in dan seluruh Muslim hingga saat ini . Mereka mengikuti firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Demikian sekilas asal-usul tasawuf dalam Islam. Jelas asal-usul tasawuf Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadis.

Dari semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para sahabat.

 *Hubungan akhlak dan tasawuf

Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan tasawuf  tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan membentuk akhlak yang baik pula. Pada intinya seseorang yang masuk kedalam dunia tasawuf harus munundukan jasmani dan rohani dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga akhlak yang baik.

*Tujuan Tasawuf

Adapun tujuan tasawuf adalah:

1. Menurut Harun Nasution, tujuan  tasawuf  adalah  mendekatkan  diri sedekat  mungkin dengan  Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan.

2. Menurut K. Permadi, tujuan tasawuf ialah fana untuk mencapai makrifatullah, yaitu leburnya diri pribadi pada kebaqaan Allah, dimana perasaan keinsanan lenyap diliputi rasa ketuhanan.

Dengan demikian inti dari ajaran tasawuf adalah menempatkan Allah sebagai pusat segala aktivitas kehidupan dan menghadirkan-Nya dalam diri manusia sebagai usaha memperoleh keridaan-Nya

Page 14: Akhlak Dan Tasawuf

BAB III

PENUTUP

*Kesimpulan

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan

tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.

ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan

petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan

keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.

Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan

manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. ilmu akhlak bukanlah tingkah laku

manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu

dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.

Tasawuf adalah bagian dari ajaran islam yang penekanan ajarannya adalah membina akhlak

manusia. Dengan demikian terjadilah hubungan tiga serangkai yang amat harmonis yaitu

Aqidah, Syari’ah, dan Tasawuf Akhlaki sebagai perwujudan dari Iman, Islam, dan Ihsan.

Page 15: Akhlak Dan Tasawuf

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

 Abudin Nata, Dr.  MA. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002

al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

AL-HABSYI, HUSIN. ___________. Kamusal-Kautsar. Surabaya: Assegaf.

AMIN, AHMAD. __________.Kitab al-Akhlaq. __________: Mesir-Daral-Kutubal-Mishriyah, cet. III.

Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 1996

http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/TasawufHN1.html

MAHJUDIN, Drs. 1991. Kuliah Akhlak-Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

MUSTOFA, Drs. H. A. 1999. Akhlak-Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

NATA, Prof. Dr. H. ABUDDIN, M.A.  2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Taja Grafindo Persada.

Permadi, K.Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Rosihon Anwar, Drs.  M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996