kontribusi pembelajaran akhlak tasawuf …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1898/1/fathimah...
TRANSCRIPT
i
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF
TERHADAP ADVERSITY QUOTIENT
MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2017
Oleh
FATHIMAH MUNAWAROH
NIM. 12010150045
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Judul : Kontribusi Pembelajaran Akhlak Tasawuf Terhadap Adversity Quotient
Mahasiswa IAIN Salatiga.
Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui (1) Praktik Pembelajaran Akhlak
Tasawuf. (2) Adversity Quotient (AQ) mahasiswa IAIN Salatiga. (3) Kontribusi
Pembelajaran Akhlak Tasawuf Terhadap Adversity Quotient (AQ) Mahasiswa
IAIN Salatiga. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara,
pengamatan (observasi), dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, pertama, pebelajaran akhlak tasawuf
di IAIN Salatiga termasuk kategori pembelajaran yang memenuhi komponen
pembelajaran akhlak tasawuf, diantaranya menggunakan pendekatan pengalaman
langsung dengan menggunakan metode proyek, dilengkapi dengan media dan
sumber belajar yang relevan, memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk
mengembangkan potensi dan memiliki tujuan ma’rifatullah. Kedua, kecerdasan
adversity mahasiswa yang menunjukan kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya rata-rata skor mahasiswa dalam penilaian sikap dan perilaku sesuai
indikator AQ yang menunjukan skor 15 sampai 20. Ketiga, pembelajaran akhlak
tasawuf memberikan kontribusi terhadap adversity quotient mahasiswa IAIN
Salatiga dibuktikan dengan pembentukan sikap dan perilaku optimis, percaya diri,
mampu berbesar hati, mampu menahan cela, bercita-cita besar, menerima kritik
dan mampu mencapai target.
Kata kunci : Pembelajaran Akhlak Tasawuf, Adversity Quotient
vi
ABSTRACT
Title: The Contribution of Learning Moral Sufism to the Adversity Quotient of
IAIN Salatiga Students.
This study aims to know (1) Practice learning moral sufism. (2) Adversity
Quotient (AQ) of IAIN Salatiga students. (3) The contribution of Learning moral
sufism to the adversity quotient of IAIN Salatiga students. The type of this
research is qualitative with interview method, observation, and documentation.
The result of this research shows that, firstly, moral sufism in IAIN Salatiga has
component of sufism morality, such as using direct experience approach using
project method, equipped relevant media and learning resources, motivating
students to develop potential and has the purpose ma'rifatullah. Second, the
student's adversity intelligence that shows the high category. This is evidenced by
the high average student scores in the assessment of attitudes and behaviors
according to the AQ indicator that score is 15 to 20. Third, learning character of
moral sufism contributes to the adversity quotient of IAIN Salatiga students is
evidenced by the formation of attitude and optimistic behavior, confident , able to
be heartened, able to withstand reproach, aspire big, accept criticism and able to
reach the target.
Keywords: Learning of Moral Sufism, Adversity Quotient
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Signifikansi Penelitian ............................................................................ 4
D. Kajian Pustaka ........................................................................................ 5
E. Metode Penelitian .................................................................................. 18
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 27
BAB II PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF DI IAIN SALATIGA . 22
A. Profil IAIN Salatiga .............................................................................. 22
B. Praktik Pembelajaran Akhlak Tasawuf di IAIN Salatiga ..................... 23
BAB III ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA IAIN SALATIGA ........ 34
A. Kemampuan Menghadapi Kesulitan ..................................................... 34
ix
B. Mampu Mengejar Target ...................................................................... 35
C. Memiliki Cita-Cita Besar ...................................................................... 36
D. Mampu Berbesar Hati ........................................................................... 37
E. Mampu Menahan Cela dan Menerima Kritik ....................................... 37
F. Memiliki Kepercayaan Diri ................................................................... 39
BAB IV PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU SEBAGAI
KONTRIBUSI PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF TERHADAP
ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA IAIN SALATIGA ........... ...........41
A. Pembentukan Sikap............................................................................... 41
B. Pembentukan Perilaku........................................................................... 45
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 49
A. Simpulan ............................................................................................... 49
B. Saran...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... x
LAMPIRAN ....................................................................................................... xiii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... lvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis identitas diri, krisis managemen jodoh, krisis managemen profesi dan
masih banyak yang lain merupakan bagian dari permasalahan mahasiswa
yang kerap menjadi pemicu gejala penyakit rohani. Dikatakan sebagai
penyakit, karena permasalahan tersebut memiliki solusi yang terkadang sulit
ditemukan, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang mengalami stres.1 Setiap
manusia tidak akan pernah terlepas dari segala permasalahan hidup, begitu
pula mahasiswa. Masalah yang mereka alami merupakan ujian untuk
menaikan derajatnya.
Manusia di era teknologi ini, dengan kerumitan hidupnya memiliki
tingkat stres yang lebih besar. Hal tersebut disebabkan karena adanya pola
sosialisasi dan komunikasi yang semakin tidak real dan adanya
ketergantungan terhadap fasilitas teknologi. Keterpisahan manusia dengan
teknologi dianggap suatu yang berdampak pada terjadinya depresi. Di sisi
lain, teknologi merupakan alat untuk mengatasi permasalahan hidup tetapi di
sisi yang lain dapat menciptakan permasalahan yang lebih kompleks.2
Generasi muda seperti para mahasiswa merupakan generasi yang sangat
melek teknologi dan tidak bisa terpisahkan dari fasilitas teknologi khususnya
teknologi komunikasi. Tuntutan gaya hidup, pekerjaan, kebutuhan primer,
1Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha Siswa, Salatiga: STAIN
Salatiga Press, 2007, 12-16. 2 Ikhsan Kurnia dan Eva Dania, Transcendental Adversity Management, Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2017, 6-7.
2
sekunder dan tersier di era teknologi semakin menuntut manusia memiliki
daya juang yang tinggi agar tetap bertahan dalam segala kesulitan dan tidak
mudah menyerah dengan keadaan.
Di zaman yang serba instan seperti sekarang banyak anak muda yang
menginginkan segala sesuatu dapat diraih secara instan tanpa harus banyak
mengeluarkan tenaga, waktu, biaya, dan pengorbanan. Hal tersebut
mengakibatkan pandangan terhadap pentingnya usaha sedikit bergeser.
Segala permasalahan memiliki solusi dan besar kecilnya permasalahan
tergantung bagaimana cara menyikapinya. Apakah dengan menyalahkan diri
sendiri, orang lain, keadaan, serta takdir, atau fokus terhadap solusi
penyelesaian masalah. Diperlukan adanya kemampuan berfikir mendalam
bagi seseorang untuk bisa menyelesaikan permasalahan dan tetap bertahan
dalam perjuangan agar tidak mudah menyerah dan putus asa. Kemampuan
inilah yang oleh Paul G. Stoltz, Ph.D disebut dengan Adversity Quotient yang
merupakan sebuah varian baru yang dapat menjembatani antara Intelligence
Quotient (IQ) yaitu kemampuan berpikir abstrak3 dan Emotional Quotient
(EQ) atau kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk merasa.4 Adversity
Quotient merupakan kemampuan mengatasi masalah atau daya juang dalam
mencapai keberhasilan.5 Setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda-
beda dalam hal kecerdasan. Ada yang kecerdasannya lebih dominan dalam
emosional, ada yang dominan spiritiual, ada yang intelektual dan yang terahir
3 Ani Muttaqiyathun, “Hubungan Emotional Quotient, Intelectual Quotient dan Spiritual
Quotient dengan Entrepreneur’s Performance”, Managemen Bisnis: Volume 2, Nomer 3,
(Desember 2009-Maret 2010), 226. 4 Ari Ginanjar, Emotional Spiritual Quotient, Jakarta: Arga Tilanta, 2011, 11. 5 Ikhsan Kurnia dan Eva Dania, Transcendental Adversity..., 1.
3
adalah kecerdasan adversity. Dalam hal ini penulis akan fokus membahas
tentang kecenderungan seseorang dalam menghadapi masalah atau daya
juang dalam menggapai suatu keberhasilan.
Selain mengetahui sejauh mana kecerdasan adversity perlu diketahui
juga bagaimana metodologi dalam penyelesaian masalah atau yang dikenal
dengan Transcendental Adversity Management (TAM).6 Jika Ikhsan kurnia
menawarkan konsep TAM yang merupakan kependekan dari Transcendental
Adversity Management sebagai solusi dari multiple adversities, untuk
melengkapi konsep AQ yang digagas oleh Paul G. Stoltz, maka IAIN Salatiga
memiliki mata kuliah yang ikut berkontribusi dalam memberikan solusi
permasalahan atau problem soulving bagi mahasiswanya, yaitu mata kuliah
Akhlak tasawuf. Dalam mata kuliah tersebut banyak hal-hal yang diajarkan
baik secara teori maupun praktis. Idealnya mahasiswa yang telah mengikuti
mata kuliah akhlak tasawuf memiliki kecerdasan adversity yang tinggi.
Terjadi perubahan sikap dan perilaku antara sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran akhlak tasawuf.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti lebih jauh
tentang Kontribusi Tasawuf terhadap Adversity Quotient Mahasiswa IAIN
Salatiga Tahun 2017.
6 Ikhsan Kurnia dan Eva Dania, Transcendental Adversity..., XI.
4
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini hanya fokus mengupas kontribusi tasawuf terhadap
pembentukan Adversity Qoutient pada mahasiswa IAIN Salatiga. Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pembelajaran akhlak tasawuf di IAIN Salatiga tahun
2017?
2. Bagaimana Adversity Quotient mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2017?
3. Bagaimana kontribusi pembelajaran akhlak tasawuf terhadap Adversity
Quotient mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2017?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui praktik pembelajaran tasawuf di IAIN Salatiga tahun 2017.
b. Mengeksplorasi Adversity Quotient mahasiswa IAIN Salatiga tahun
2017.
c. Mengetahui kontribusi pembelajaran akhlak tasawuf terhadap Adversity
Quotient mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2017.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
mengenai pentingnya pengembangan pembelajaran Akhlak Tasawuf
terhadap pembentukan Adversity Qoutient.
b. Secara praktis, bagi lembaga pendidikan melalui pemaparan tentang
kontribusi mata kuliah akhlak tasawuf terhadap kecerdasan adversity
5
mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk pengembangan
kecerdasan mahasiswa melalui mata kuliah lainnya.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dianggap mendekati dari tema penelitian ini adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Vivik Shofiah dan Raudatussalamah
berjudul “Self- Efficacy dan Self- Regulation Sebagai Unsur Penting
Dalam Pendidikan Karakter (Aplikasi Pembelajaran Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf)”. Hasil penelitian ini adalah melalui pembelajaran mata kuliah
Akhlak Tasawuf, dapat meningkatkan selfefficacy dan self-regulation pada
mahasiswa.7
Penelitian lain berjudul “Fungsi Tasawuf terhadap Pembentukan
Akhlak (Etika) Kerja: Studi pada Murid Tarekat Qadariyah
Naqsyabandiyah di Kota Pontianak Kalimantan Barat” yang disusun oleh
Fatmawati. Hasil penelitian menggambarkan tahapan-tahapan pengamalan
tasawuf oleh siswa yang dibimbing oleh guru seperti prosesi bai’at (ikrar)
dan prosesi zikir yang dilakukan secara konsisten berimplikasi pada
akhlak (etika) kerja yang mempunyai dimensi spiritual dan nilai-nilai
Islami. Akhlak (etika) kerja merujuk sifat-sifat Nabi Muhammad SAW,
seperti sifat ṣiddiq, amanah, faṭanah dan tabligh yang masih relevan
hingga kini. Ketika melakukan aktivitas kerja para pengikut QN merasa
7 Vivik Shofiah dan Raudatussalamah, “Self- Efficacy dan Self- Regulation Sebagai Unsur
Penting dalam Pendidikan Karakter (Aplikasi Pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf)”,
Sosial Keagamaan, Volume 17, Nomer 2 (Juli-Desember 2014), 226-227.
6
mempunyai kekuatan spiritual di dalam dirinya, yakni merasa selalu ada
yang mengawasi. Mereka berhati-hati dalam bekerja dan selalu menjaga
perilakunya sesuai akhlak Islami.8
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Asep Usman Ismail dengan
judul “Integrasi Syariah dengan Tasawuf”. Hasil dari penelitian tersebut
adalah Integrasi antara syariah dengan tasawuf akan terus diperjuangkan
oleh ulama supaya tetap menyatu. Sunah Nabi menegaskan, hanya dengan
memadukan keduanya, kebaikan dunia dan akhirat akan terwujud, karena
keduanya memenuhi kebutuhan individu, sosial, dan spiritual manusia
secara terpadu.9
Penelitian lain juga dilakuakan oleh Shen Chao-ying pada tahun
2014 di Nanhua University, Taiwan. Judul penelitian tersebut adalah “A
Study Investigating The Influence of Demographic Variables on Adversity
Quotient”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient, memahami
kesulitan-kesulitan pekerja perusahaan di Taiwan, dan mengusulkan saran
untuk mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, usia dan senioritas
memiliki pengaruh yang signifikan pada Adversity Quotient, sedangkan
8 Fatmawati, “Fungsi Tasawuf terhadap Pembentukan Akhlak (Etika) Kerja: Studi pada
Murid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kota Pontianak Kalimantan Barat”, Teologia,
Volume 25, Nomor 2, (Juli-Desember 2013), 2. 9 Asep Usman Ismail, “Integrasi Syariah dengan Tasawuf”, Ahkam: Volume 12, Nomer 1,
(Januari 2012), 129.
7
gender dan latar belakang pendidikan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan pada Adversity Quotient.10
Sebuah penelitian yang membahas tentang kontribusi Adversity
Intelligence juga pernah dilakukan oleh Tony Wijaya dengan judul
“Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi
Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji korelasi (hubungan) antara Adversity Intelligence dan intensi
berwirausaha. Hasil penelitian mengidikasikan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara Adversity Intelligence dan intensi
berwirausaha. Hasil analisa menunjukkan bahwa kontribusi variabel
Adversity Intelligence terhadap intensi berwirausaha adalah 11%
sedangkan 89% lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Hal ini membuktikan
bahwa Adversity Intelligence memiliki kontribusi terhadap intensi
berwirausaha.11
Penelitian tentang keceredasan Adversity atau daya juang juga
pernah diteliti oleh Yosiana Nur Agusta dengan judul penelitian
“Hubungan antara Orientasi Masa Depan dengan Daya Juang dan
Kesiapan Kerja” hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara orientasi masa depan dan
daya juang terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
10 Shen Chao-Ying, “A Study Investigating The Influence of Demographic Variables on
Adversity Quotient”, The Journal of Human Resource and Adult Learning, Volume 10, Number
1( June 2014), 1-11. 11 Tony Wijaya, “Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha (Studi
Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta)”, Management dan kewirausahaan, Volume 9, Nomor
7, (September 2007), 127.
8
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda.
Kesiapan kerja pada mahasiswa sebagai upaya mempunyai keterampilan
yang dibutuhkan dalam dunia kerja, sehingga mahasiswa setelah lulus
nanti dapat bersaing di dunia kerja.12
Maria Cristina J. Santos pernah meneliti tentang Adversity Quotient.
Judul penelitiannya adalah “Assessing The Effectiveness of The Adapted
Adversity Quotient Rogram in A Special Education School”. Hasil
penelitiannya menyiratkan bahwa Adversity Quotient dapat digunakan
sebagai bagian dari fakultas Program Pembangunan untuk membuat guru
pendidikan khusus agar lebih tangguh dan kompeten. Program Adversity
Quotient dikembangkan dan divalidasi oleh tiga ahli untuk meningkatkan
Adversity Quotient guru pendidikan khusus di sebuah sekolah pendidikan
khusus di Manila. Setelah pelaksanaan program Adversity Quotient maju,
hasil post test meningkat secara signifikan dan cukup tinggi. Maricopa
School District memiliki program Adversity Quotient untuk memotivasi
guru untuk berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit upaya.13
Yang terakhir adalah penelitian Monica Brannon Johnson yang
berjudul “Optimism Adversity and Performance Comparing Explanatory
Style and AQ”. Hasil dari penelitiannya adalah Eksplanatory Style da AQ
12 Yosiana Nur Agusta, “Hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Daya Juang terhadap
Kesiapan Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Mulawarman”, Psikologi, Volume 3, Nomor 1, (2015), 379. 13 Maria Cristina J. Santos, “Assessing The Effectiveness of The Adapted Adversity
Quotient Program in A Special Education School”, Journal Of Arts, Volume 3, Number 2,
(October 2012), 13-23.
9
berkorelasi, dengan fokus kontrol menjadi elemen terpenting yang
menghubungkan kedua model tersebut secara bersamaan.14
Dari beberapa Penelitian tersebut, sebagian besar meneliti mengenai
implementasi, fungsi, dan integrasi tasawuf serta pengaruh Adversity
Quotient terhadap variable lain. Peneliti tidak menemukan mengenai
kontribusi tasawuf terhadap Adversity Quotient mahasiswa.
2. Kerangka Teori
a. Pembelajaran Akhlak Tasawuf
Pembelajaran merupakan usaha memperoleh perubahan sikap dan
perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses
pembelajaran adalah perubahan sikap atau perilaku dalam diri
individu.15 Begitu juga pembelajaran akhlak tasawuf. Mata kuliah
akhlak tasawuf yang pada awalnya adalah mata kuliah akhlak yang
diperluas dengan kajian tasawuf. Memahami tasawuf harus diawali
dengan memahami akhlak karena tanpa itu akan memunculkan
kesalahan memahami tasawuf.16 Jadi pembelajaran akhlak tasawuf
adalah usaha untuk merubah sikap, perilaku, akhlak dan cara pandang
terhadap hidup.
Pada dasarnya pendidikan akhlak tasawuf merupakan upaya
melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri
14 Monica Brannon Johnson, “Optimism Adversity and Performance Comparing
Explanatory Style and AQ”, Thesis, San Jose State University, 2005, 2. 15 Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish, 2017, 16. 16 Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya..., 53.
10
manusia dari pengaruh negatif kehidupan di dunia, sehingga
menumbuhkan akhlak yang mulia dan kedekatan dengan Allah.17
Sebuah pembelajaran idealnya memiliki beberapa komponen yang
dapat mendukung keberhasilan suatu pembelajaran di antara adalah:
1) Pendekatan dan Metode
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran akhlak tasawuf
idealnya adalah pendekatan yang berbasis pengalaman lagsung atau
direct experience. Hal ini memiliki alasan bahwa hakikat tujuan
akhlak tasawuf adalah membangun kesadaran diri akan kehadiran
Tuhan dengan segala kesempurnaan sifatnya melalui ma’rifatullah.18
Metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran sebaiknya
adalah metode yang menekan pada penghayatan pengalaman.19
Metode proyek merupakan salah satu metode yang sesuai
dengan pendekatan direct eksperian salah satunya adalah metode
proyek. Metode proyek adalah suatu metode belajar dengan
melibatkan peserta didik untuk merancang suatu proyek yang akan
diteliti sebagai obyek kajian.20 Dari beberapa materi kuliah metode
proyek sangat cocok digunakan dalam pembelajaran akhlak tasawuf
karena berkaitan dengan pengalaman langsung yang menjadi tujuan
utama dari penerapan pendekatan pembelajaran direct experience.
17 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, 181. 18 Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya..., 49. 19 Abdulrahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, 122. 20 Sri Fatmawati & Nina Ariesta dkk, Desain Laboraturium Skala Mini untuk Pembelajaran
Sain Terpadu, Yogyakarta: Deepublish, 2015, 19.
11
2) Media dan Sumber Belajar
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap dengan
memanfaatkan berbagai sumber dan media untuk belajar. Media
pembelajaran merupakan wadah dan alat bantu menyampaikan pesan
materi.21 Dengan kata lain media dapat berbentuk audio, visual,
kata-kata yang memberi motivasi, yang bertujuan untuk memperjelas
konsep abstrak. Selain itu, untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
akhlak tasawuf yaitu usaha untuk memperbaiki, membentuk, atau
merubah sikap dan perilaku sangat dibutuhkan adanya media yang
dapat memberikan sugesti positif posistif dan terapi, khususnya bagi
peserta didik yang mengalami suatu kendala dalam proses
pembelajaran. Seperti tidak memiliki semangat belajar, pesimis, dan
memiliki jiwa yang lemah dan menutup diri dari berbagai
pengetahuan dan pengalaman baru. Hal tersebut yang akan menjadi
penghambat keberhasilan pembelajaran.
Contoh media dalam pembelajaran akhlak tasawuf seperti
penayangan materi dengan peralatan elektronik (komputer) berupa
audio (musik atau suara-suara), visual (gambar-gambar), dan kata-
kata yang mengandung motivasi dan berbasis terapi. Media tersebut
digunakan untuk mengunjungi alam bawah sadar yang akan
mengantarkan dan mebawa pada keadaan rileks, santai dan nyaman.
21 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran; Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Penilaian, Bandung: Wacana Prima, 2009, 1.
12
Dengan begitu pikiran menjadi terbuka dan siap menerima materi
pembelajaran.22
Selain media, sumber belajar juga sangat diperlukan dengan
alasan bahwa sumber belajar merupakan salah satu faktor yang
penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Sumber belajar
terdiri atas pesan, informasi (dalam bentuk ide, fakta dan data yang
disampaikan kepada peserta didik), orang (guru atau nara sumber),
bahan ajar, lingkungan dan alat.23 Demikian pula dalam
pembelajaran akhlak tasawuf sangat dibutuhkan adanya sumber
belajar yang relevan. Seperti dosen pengajar yang akan memberikan
materi-materi pembelajaran. Dalam hal ini dosen akhlak tasawuf
bukan hanya sebagai penyampai pesan akan tetapi juga sebagai
motivator, rule model bagi mahasiswa dan desainer pembelajaran.
Oleh karena itu seorang dosen harus menguasai pengetahuan dan
keterampilan dalam menyusun desain pembelajaran.24 Selain itu
dosen juga harus memiliki pengalaman spiritual yang berkaitan
dengan akhlak tasawuf dengan alasan akan sulit menyampaikan
materi tentang akhlak dan tasawuf yang bersifat metafisik seperti
spiritualitas, tanpa memiliki pengalaman spiritual itu sendiri.
22 Erbe Sentanu, Quantum Ikhlas; Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2012, 92. 23 Rudi Susilana, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: IMTIMA, 2007, 197. 24 Kompri, Motivasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015, 55.
13
Kitab, buku dan modul-modul pembelajaran juga diperlukan
sebagai sumber informasi utama. Dalam hal ini yang menjadi
sumber paling utama adalah kitab al-Quran dan kitab Hadis.
3) Tujuan Pembelajaran
Beberapa tujuan dalam mempelajari akhlak tasawuf diantaranya
adalah merubah sikap dan perilaku serta cara pandang terhadap
hidup dan kehidupan, membina akhlak secara pribadi dan yang
berhubungan dengan makhluk lain, ma’rifatullah atau mengenal
Allah dan taqarrub atau dekat dengan Allah.25 Tujuan dari
pembelajaran akhlak tasuf memiliki tingkatan dengan alasan tujuan
tersebut sebaiknya diwujudkan melalui proses dan tahapan-tahapan
yang akan menuntun peserta didik pada tujuan yang paling utama
dalam pembelajaran akhlak tasawuf yaitu kedekatan dengan Allah
SWT.
4) Materi Pembelajaran
Akhlak tasawuf memiliki beberapa materi pembahasan di antaranya
adalah tentang pengertian akhlak tasawuf , ruang lingkung akhlak
tasawuf, tujuan akhlak tasawuf, managemen hati, taubat, konsep
akhlak dalam tasawuf, zuhud, sedekah, sabar, cinta (hubb), khauf,
raja’, fana, tawakal, dan doa.26 Materi-materi tersebut yang
diharapkan dapat memberikan dampak pada akhlak atau sikap dan
perilaku peserta didik.
25 Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya..., 48-50. 26 Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya... ,ix-xiiv.
14
5) Indikator pencapaian kompetensi Pembelajaran
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika telah memenuhi beberapa
indikator yang telah disusun dalam suatu perencanaan pembelajaran.
Untuk pembelajaran akhlak tasawuf ada beberapa indikator
kompetensi pembelajaran di antaranya:27
a) Mahasiswa dapat mengetahui urgensi akhlak tasawuf.
b) Mahasiswa dapat memanagement hati dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Mahasiswa dapat menerapkan kekuatan doa dan sedekah dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Mahasiswa dapat merasakan dekat dengan Allah.
e) Mahasiswa dapat menerapkan sifat sabar dan zuhud dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Adversity Quotien
Adversity Quotient merupakan perpaduan antara IQ (intellegence
quotient) dan EQ (emotional quotient). AQ (Adversity Quotient) juga
merupakan faktor penentu kesuksesan yang salah satu komponennya
adalah daya juang dan ketekunan.28 Dalam pencapai suatu keberhasilan
yang harus dilakukan di antaranya adalah usaha maksimal.
Salah satu tokoh teori Adversiy Quotient adalah Paul G. Stoltz
menjelaskan:
27 Muhammad Masud, Silabus Akhlak Tasawuf IAIN Salatiga Tahun Akademik
2016/2017, Salatiga: IAIN Salatiga. 2017, 2. 28 Miarti Yoga, Adversity Quostient, Solo: Tinta Medina, 2016, 27.
15
“AQ is a scientifically-grounded set of tools for improving how
you respond to adversity, and, as a result, your overall personal
and professional effektiveness”.29
Kutipan diatas menjelaskan bahwa Adversiy Quotient adalah
serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki
respon terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki evektivitas
pribadi dan profesional anda secara keseluruhan.
Stolz dalam Miarti membuat perumpamaan perjuangan dengan
pendakian. Pendakian adalah sebuah analogi bagi Adversiy Quotient.
Pendakian tersebut adalah proses menuju keberhasilan. Stolz dalam
Miarti juga membedakan jenis kepribadian manusia (pendaki) dalam
tiga kelompok, yaitu:30
1) Quiters (berhenti)
Quiters seseorang yang telah menyerah sebelum berjuang. Merasa
tidak mampu melakukan usaha meskipun belum mencobanya.
Seorang pendaki yang hanya puas dengan melihat tingginya gunung
dari bawah.
2) Campers (berkemah)
Campers seorang pendaki (pejuang) yang menghentikan pendakian
sebelum sampai di puncaknya dengan dalih ketidakmampuan atau
sudah merasa cukup.
29 Paul G. Stoltz, Adversity Quotient: Turning obstacles into opportunities, Canada: John
Wiley & Sons, INC, 1997, 7. 30 Miarti Yoga, Adversity..., 29-30.
16
3) Climber (pendaki)
Climbers adalah seorang pendaki yang sesungguhnya. Seorang yang
memiliki karakter ini akan terus melakukan pendakian sampai
puncak tanpa menghiraukan lelah dan letih. Yang terpenting bagi
mereka adalah mempertahankan totalitas dan komitmen.
Perumpamaan di atas juga menjadi ciri-ciri dari individu yang
memiliki kecerdasan adversity mulai dari tingkat yang terendah
(quiters) sampai tingkat yang tertinggi (Climbers).
Selain tingkatan Adversity Quotient di atas, menurut Stoltz ada
aspek-aspek adversity quotient yang terdiri empat dimensi, yaitu:31
a) Control (kendali); kendali adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan permasalahan yang dihadapi. Dapat mengontrol
emosi, menyukai tantangan, berani serta percaya diri.
b) Origin dan ownership (asal usul dan pengakuan); Origin dan
ownership adalah mencari tahu penyebab dari suatu kesulitan dan
sejauh mana dia mampu menanggung akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh situasi sulit tersebut. Origin atau asal-usul ada
kaitannya dengan perasaan bersalah.sebagai contoh orang yang asal-
usulnya berada di level bawah cenderung suka menyalahkan diri
sendiri. Orang yang memiliki tingkat origin yang lebih tinggi akan
berpikir bahwa ini bukan keberuntungannya, ada masa dimana dia
31 Paul G Stoltz, Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Alih Bahasa:
T. Hermaya, Jakarta: Grasindo, 2000, 144-148.
17
akan merasakan kesulitan dan kemudahan dan semua orang pasti
merasakannya.
Dimensi ownership mempertanyakan sejauh mana individu
bersedia mengakui akibat-akibat yang ditimbulkan dari situasi yang
sulit. Mengakui akibat yang ditimbulkan dari situasi yang sulit
mencerminkan sikap tanggung jawab.
c) Reach (jangkauan); Aspek reach ini mempertanyakan sejauh mana
kesulitan menjangkau bagian lain dari individu. Sikap, perhatian,
dapat membatasi kesulitan dan segera menyelesaikannya.
d) Endurance (daya tahan); Endurance adalah kecepatan dan ketepatan
seseorang dalam memecahkan masalah. Sehingga aspek ini dapat
dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama
penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Seseorang yang
mempunyai daya tahan yang tinggi akan memiliki harapan dan sikap
optimis dalam mengatasi kesulitan atau tantangan yang sedang
dihadapi.
Indikator Adversity Quotient yang akan menjadi tolak ukur untuk
mengetahui sejauh mana tingkat Adversity Quotient yang dimiliki oleh
individu. Indikator seseorang yang memiliki Adversity Quotient tinggi
adalah sebagai berikut:32
a) Mampu menghadapi kesulitan
b) Mampu mengejar target
32 Miarti Yoga, Adversity..., 20-21.
18
c) Memiliki cita-cita yang besar
d) Mampu berbesar hati
e) Mampu menahan segala cela dan cibiran
f) Memiliki kepercayaan diri yang besar
g) Siap menerima kritik dan penialaian orang lain
Dari beberapa indikator Adversity Quotient tersebut ada hal yang
paling utama untuk seorang pemilik Adversity Quotient tinggi yaitu
optimis. Abramson dalam Monica menjelaskan bahwa optimisme
menginspirasi pemecahan masalah dan meningkatkan ketahanan dalam
menghadapi kesulitan. Bahkan menurut Perterson dalam Monica
optimisme dapat meningkatkankualitas kesehatan.33 Optimisme
merupakan modal penting dalam Adversiy Quotient karena hal tersebut
menjadi salah satu kekuatan pendukung dalam proses pencapaian hasil
optimal. Sebaliknya pesimisme dapat mengurangi ketekunan dan
meningkatkan depresi.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif berdasarkan studi lapangan
(field research) dengan pendekatan deskriptif naturalistik. Penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu research yang
dilakukan di lokasi terjadinya gejala-gejala.34 Maka jenis data yang
33Monica BJ, “Optimism, Adversity and Performance: Comparing Explanatory Style and
AQ”, Thesis, San Joe State University, 2005, 4. 34 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 9.
19
dibutuhkan dan yang digunakan adalah jenis data lapangan yang disajikan
secara deskriptif. Sumber datanya ialah situasi wajar, peneliti
mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana
adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan
dan wawancara sendiri.35
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian di antaranya; dosen mata kuliah akhlak tasawuf di IAIN
Salatiga. Kemudian mahasiswa IAIN Salatiga. Penelitian akan
dilaksanakan mulai tanggal 1 Juni hingga 30 Agustus 2017. Lokasi
penelitian di IAIN Salatiga.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari dosen mata kuliah
akhlak tasawuf. Diambil sample dari dosen sebanyak tiga responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari mahasiswa IAIN salatiga
yang akan diambil tujuh responden.
35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.
20
4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengambil data kualitatif melalui beberapa tahap yang meliputi:
a. Observasi
Observasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.36 Peneliti terlibat langsung,
sehinggga observasi partisipan digunakan untuk mencari data-data
tentang praktik pembelajaran mata akhlak tasawuf dan melakukan
pengamatan terhadap Adversity Quotient mahasiswa IAIN Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan secara open-ended, tak berstruktur, sehingga
lebih fleksibel.37 Daftar yang dimintai wawancara adalah dosen mata
kuliah akhlak tasawuf sejumlah tiga responden, untuk mengetahui
konsep pembelajaran akhlak tasawuf , mahasiswa IAIN Salatiga yang
mengikuti mata kulaih tersebut sejumlah tujuh mahasiswa untuk
mengetahui sejauh mana tingkat adversity quotient yang dimiliki.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil IAIN Salatiga, silabus
mata kuliah akhlak tasawuf, modul, dan tugas-tugas mahasiswa.
5. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan cara menghubungkan data sehingga diketahui
adanya relasi kausalitas, korelasi, dan relasi linear. Pola pikir yang
digunakan dalam analisis ini adalah pola induksi, yaitu proses berpikir
36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, 129. 37 Nana Sudjana, Prosedur Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 202.
21
yang diawali dengan pengamatan khusus kemudian diambil kesimpulan
yang bersifat umum.38 Jadi dalam penelitian ini selain menganalisis data
setiap variabel juga menganalisis kontribusi variabel pertama yaitu
pembelajaran akhlak tasawuf terhadap variabel ke-dua yaitu Adversity
Quotient mahasiswa IAIN Salatiga.
F. Sistematika Penulisan
Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua, mengenai profil IAIN
Salatiga, serta pemaparan tentang praktik pembelajaran akhlak tasawuf. Bab
ketiga, berisi pemaparan tentang tingkat adversity qoutient yang dimiliki
mahasiswa IAIN Salatiga . Bab keempat, peneliti akan menganalisis
kontribusi tasawuf terhadap adversity quotient mahasiswa IAIN Salatiga
tahun 2017 . Bab kelima, mengemukakan kesimpulan dan saran, serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran.
38 Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997, 3.
22
BAB II
PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF DI IAIN SALATIAGA
A. Profil IAIN Salatiga
1. Gambaran Umum Lokasi IAIN Salatiga
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-satu
Perguruan Tinggi Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga memiliki 3
(tiga) kampus; kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 02,
kampus II di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09 Kembang Arum
Salatiga, dan kampus III berada di Jalan Lingkar Salatiga Km. 2
Salatiga Jawa Tengah.
2. Visi dan Misi IAIN Salatiga
Visi IAIN Salatiga adalah: Tahun 2030 menjadi rujukan Studi Islam-
Indonesia bagi terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat. Untuk
mewujudkan Visi tersebut IAIN Salatiga melakukan langkah-langkah
sebagaimana dirumuskan dalam Misi sebagai berikut:39
1. Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset
bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
39 Institut Agama Islam Negeri Slatiga, Pedoman Akademik, Salatiga: IAIN Salatiga, 2016,
16.
23
4. Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan
nilai-nilai Islam-Indonesia.
5. Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional
dan akuntabel.
B. Praktik Pembelajaran Akhlak Tasawuf
1. Deskripsi Pembelajaran Akhlak Tasawuf
Berdasarkan penggalian dokumen khususnya dalam silabus, peneliti
menemukan data tentang mata kuliah akhlak tasawuf yang merupakan
mata kuliah yang disajikan untuk semua fakultas yang ada di IAIN
Salatiga. Mata kuliah akhlak tasawuf menjadi salah satu mata kuliah
kompetensi dasar sebagai pendukung perwujudan visi dan misi IAIN
Salatiga. Mata kuliah akhlak tasawuf termasuk kelompok bahan kajian
dan pembelajaran yang membahas tentang konsep-konsep akhlak dan
tasawuf, ajaran-ajaran tasawuf, pentingnya keseimbangan duniawi dan
ukhrawi.
2. Pendekatan, Metode dan Teknik
Sesuai silabus pelaksanaan pembelajaran akhlak tasawuf menggunakan
pendekatan ekspositori atau pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru atau atau yang dikenal dengan teacher centered
approach.40 Hal ini sesuai hasil wancara yang disampaikan oleh bapak
Ahmad Sultoni:
40 Muhammad Masud, Silabus Akhlak Tasawuf IAIN Salatiga Tahun Akademik
2016/2017, Salatiga: IAIN Salatiga. 2017, 1.
24
Secara umum, yang saya tahu pembelajaran akhlak tasawuf di IAIN
Salatiga bersifat teoritik. Hanya pengayaan wacana...41
Pada umumnya pembelajaran akhlak tasawuf cenderung bersifat
teoritis. Meskipun demikian, tetap ada usaha dari dosen untuk
menyampaikan materi-materi secara kontekstual agar materi-materi
yang dibahas dapat dipahami dengan jelas, bukan hanya dalam angan-
angan saja tetapi dapat memberikan kontribusi terhadap implementasi
akhlak mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bapak Masud bahwa dalam pembelajaran akhlak tasawuf
yang terpenting bukan hanya penguasaan teori saja, akan tetapi
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.42 Oleh karena itu
pengembangan metode pembelajaran akhlak tasawuf harus berorientasi
pengalaman langsung atau direct eksperience sebagai metode untuk
mengenal Allah. Hal ini sesuai dengan paparan bapak Ahmad Sultoni:
Pembelajaran dengan berbasis pengalaman langsung atau direct
experience bertujuan agar mahasiswa mengetahui cara-cara
ma’rifatullah....43
Pendekatan sejenis juga disampaikan oleh bapak Kharis dengan
menggunakan istilah learning by doing. Strategi ini digunakan dengan
tujuan untuk memberikan pengalaman langsung dari materi-materi
41 Wawancara dengan Ahmad Sultoni selaku dosen akhlak tasawuf IAIN Salatiga, pada
tanggal 15 Agustus 2017. 42 Wawancara dengan Muhammad Masud selaku dosen akhlak tasawuf IAIN Salatiga, pada
tanggal 29 Agustus 2017. 43 Wawancara dengan Ahmad Sultoni...2017.
25
akhlak tasawuf yang tidak akan bisa difahami hanya dengan wacana
penyampaian teori saja.44
Idealnya pembelajaran akhlak tasawuf bersifat kontekstual.
Mahasiswa diberi tugas-tugas berupa kegiatan-kegiatan yang sifatnya
mengamalkan lansung. Contohnya adalah pemberian tugas proyek.
Metode proyek merupakan metode yang tepat jika digunakan dalam
pembelajaran akhlak tasawuf. Jika proyek yang dilakukan mahasiswa
berhasil maka ini akan memberikan dampak yang positif. Pengalaman-
pengalaman yang mahasiswa dapatkan dalam proyek meninggalkan
kesan tersendiri bagi mahasiswa. Pengalaman sepiritual yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain juga memberikan kekayaan ilmu bagi
semua mahasiswa. Akan tetapi hal ini membutuhkan strategi, waktu,
dan pengawasan ekstra untuk bisa mendapatkan hasil sesuai dengan
harapan. Hal ini lah yang menjadi salah satu kendala bagi dosen. Dosen
hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk bisa secara langsung
membimbing, memantau dan menuntun mahasiswa dalam
melaksanakan tugas proyek. Hal ini sesuai dengan penjelasan bapak
Ahmad Sultoni:
...Proyek itu menurut saya yang paling mudah dilakukan dan dievaluasi.
Tetapi diluar pembelajaran di kelas seharusnya saya ingin dalam satu
semester menemani mahasiswa agar mahaiswa sampai bisa
mendapatkan pengalaman spiritual sendiri...45
44 Wawancara dengan Kharis Ulinuha selaku dosen akhlak tasawuf IAIN Salatiga, pada
tanggal 29 Agustus 2017. 45 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017.
26
Pendapat tersebut juga diamini oleh bapak Kharis:
... penekanan dalam akhlak tasawuf adalah mahasiswa mempunyai
pengalaman dari apa yang mereka pelajari. Akhlak tasawuf sifatnya
lebih banyak aspek psikomotorik dibandingkan dengan aspek lain,
maka aspek tersebut menjadi pertimbangan mendasar dalam
penugasan...46
Teknik yang digunakan dalam pembelajaran akhlak tasawuf
diantaranya teknik hypno spiritual terapy yang merupakan gabungan
dari teori hipno terapy, spiritual thinking dan NLP (Neuro Language
Programing). Dengan teknik tersebut diharapkan mahasiswa dapat
mengolah rohaninya. Ada tiga alat rohaniyah yang menjadi target terapi
yaitu pikiran, jiwa, hati, dan indra. Alat-alat tersebut merupakan alat
yang bisa digunakan untuk membuat seseorang memiliki potensi dekat
dengan Tuhan atau sebaliknya.47 Jika keempat unsur tersebut telah
terhijab atau tertutupi dengan hal-hal negatif maka seseorang akan
merasa jauh dari Tuhan. Oleh karena itu dengan hipno spiritual terapy
dalam pembelajaran akhlak tasawuf, dosen mencoba untuk membuka
hijab diri atau yang sering diistilahkan dengan dosa, yang berpotensi
menutupi unsur-unsur tersebut.
Kata dosa diterjemahkan sebagai suatu masalah yang tidak
disikapi dengan benar. Dosa yang dilakukan oleh seseorang akan
membentuk suatu titik hitam di dalam hati. Itulah yang disebut dengan
hijab diri. Dengan alasan tersebut maka terapi yang pertama kali harus
dilakukan untuk mahasiswa yang terhijab hati, jiwa, pikiran dan
46 Wawancara dengan Kharis Ulinuha ...2017. 47 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017.
27
indranya adalah dengan melakukan pembersihan. NLP akan masuk
dalam pikiran dan jiwa sedangkan spiritualnya masuk ke hati melalui
perantara indra pendengaran dan penglihatan dengan menggunakan
media visual dan audio berupa gambar , lagu atau suara, dan kata-kata
yang berbasis terapi.48
Konsep ini mencoba menggabungkan beberapa teori psikologi.
Dimulai dengan pembersihan jiwa, hati dan akal dari hijab diri (dosa),
kemudian proses pengisian yaitu dengan pengenalan sifat-sifat Allah,
proses penciptaan manusia dan alam, kehebatan Allah nikmat-nikmat
Allah dan hal-hal yang dapat mengisi jiwa manusia menuju
ma’rifatullah.
3. Media dan Sumber Belajar
Media yang digunakan digunakan dalam pembelajaran akhlak tasawuf
diantaranya yaitu LCD projektor, laptop dan lain sebagainya. Selain itu
ada beberapa media pendukung yang digunakan dalam pembelajaran
diantaranya penggunaan musik dan gambar-gambar yang berbasis
terapi. Musik dan gambar-gambar tersebut ditampilkan dalm bentuk
power point yang berisi penjelasan tentang materi-materi akhlak
tasawuf.49 Hal tersebut seirama dengan apa yang telah dijelaskan oleh
bapak Sultoni bahwa dalam pembelajaran akhlak tasawuf dosen
berusaha untuk menggunakan kata-kata, menayangkan gambar-gambar
48 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017. 49 Muhammad Masud, Silabus ..., 1.
28
dan mengiri pembelajaran dengan lagu dan suara yang berbasis terapi.50
Hal ini bertujuan untuk membuat suasana relaks dan nyaman sehingga
mahasiswa dapat lebih konsentrasi mengikuti tahapan-tahapan
pembelajaran secara efektif dan maksimal.
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran diantara Al-
Quran dan Hadis artikel dan jurnal dari internet, dan buku “Sang Maha-
Segalanya Mencintai Sang Maha Siswa karya Ahmad Sultoni, M.Pd,
dan sumber lain yang relevan.
4. Tujuan Pembelajaran
Dengan mengikuti mata kuliah Akhlak Tasawuf mahasiswa diharapkan
dapat memahami konsep akhlak mulia dan menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, jujur, berwibawa, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.51
Tujuan diatas merupakan tujuan umum pembelajaran akhlak
tasawuf. Tujuan khusus pembelajaran akhlak tasawuf adalah
mengajarkan mahasiswa mahasiswa untuk lebih mengenal Allah, lebih
percaya dengan Allah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk
memunculkan tasawuf sebagai ilmu yang memberikan manfaat yang
nyata maka konsepnya adalah membumikan tasawuf, bukan hanya
wacana, lamunan dan perdebatan yang tidak membekas.52 Pernyataan
tentang tujuan pembelajaran akhlak tasawuf tersebut sesuai dengan
paparan bapak Kharis:
50 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017. 51 Muhammad Masud, Silabus ..., 1. 52 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017.
29
Pengalaman yang didapat oleh mahasiswa, melalui materi yang kami
sampaikan, tidak hanya dianggap sebagai sebuah materi yang harus
didiskusikan di dalam kelas saja, melainkan tetap dijadikan sebagai
jalan hidup mereka dalam berakhlak.53
5. Materi Pembelajaran
Di bawah ini merupakan materi-materi pembelajaran akhlak tasawuf
yang disajikan sesuai silabus:54
1. Pengertian tasawuf; secara etimologi tasawuf berasal dari kata Shofia
yang artinya kebijaksanaan dan kata theo yang artinya Tuhan. Dua
kata tersebut terangkai menjadi kata theo shofia atau Tasawuf yang
berarti hikmah Ilahiyah atau rahasia di balik Kehendak Tuhan. Sufi
adalah orang yang berusaha memahami kehendak Tuhan secara
positif thinking.55 Tasawuf mengajarkan manusia untuk
mengembangkan kepekaan terhadap realita, peduli terhadap
lingkungan, positif thinking, dan menjaga kesucian hati.
2. Manajemen hati sebagi inti pendidikan akhlak; akhlak adalah kondisi
atau keadaan hati sebagai penggerak terciptanya akhlak mulia atau
akhlak tercela.56 Oleh karena itu betapa penting individu memliki
kemampuan untuk memanagement hati sebagi inti dari pendidikan
akhlak.
3. Taubat; taubat merupakan amal memohon pembersihan dosa kepada
Allah.57 Menyesali dosa yang telah diperbuat, meninggalkannya dan
53 Wawancara dengan Kharis Ulinuha ...2017. 54 Muhammad Masud, Silabus ..., 1. 55 Ahmad Sultoni, Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha Siswa, Salatiga: STAIN
Salatiga Press, 2007, 23-33. 56 Ahmad Sultoni, Sang Maha ..., 55. 57 Ahmad Sultoni, Sang Maha ..., 81.
30
menggantinya dengan amalan-amalah yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah.
4. Sabar; sabar adalah keyakinan dan kerelaan pada takdir. Sabar
merupakan kondisi jiwa untuk yakin akan terjadinya ketentuan Allah
dan kerelaan menerima ketentuan itu. Ketentuan Allah bahwa Allah
selalu menyertai, menilai dan memberi pada kita.58
5. Zuhud; zuhud adalah keadaan ketika seseorang mengeluarkan segala
keterikatan duniawi dari hatinya.59 Keterikatan dan kecintaannya
terhadap harta benda atau makhluk secara berlebihan sehingga
melupkan kecintaannya pada Sang Khaliq dan tertutup dari cahaya
Tuhan.
6. Kekuatan sedekah dan doa; proyek sedekah dan doa merupakan
aplikasi The law of giving dan Law of Attraction dalam Islam.
Membuktikan kekuatan sedekah dan doa dengan metode proyek.
Proyek sedekah dilakukan bersamaan dengan proyek doa. Doa dan
sedekah merupakan dua jenis ibadah yang saling berkaitan.
7. Khouf dan raja; materi ini membahas tentang tingkatan takut kepada
Allah. ada dua tingkatakan khauf yaitu takut karena siksaan dan
takut karena cinta. Hal tersebut yang akan membawa kepada sikap
raja’ optimis.
8. Hubb; Materi ini memaparkan tentang hakikat cinta antara Sang
Khaliq dengan makhluk-Nya.
58 Ahmad Sultoni, Sang Maha ..., 137. 59 Ahmad Sultoni, Sang Maha ..., ,99.
31
9. Fana; Dalam bab ini dijelaskan tentang keikhlasan diri dalam
beribadah kepada Allah.
6. Indikator Pencapaian Kompetensi
Kemampuan akhir tahapan pembelajaran yang diharapkan dapan
dikuasai mahasiswa adalah sebagai berikut:60
1) Mahasiswa dapat mengetahui urgensi akhlak tasawuf dalam
kehidupan modern. Setelah mengikuti pembelajaran akhlak tasawuf
diharapkan mahasiswa memahami pentingnya akhlak tasawuf
sebagai bekal dalam kehidupan modern. Terutama era teknologi
komunikasi seperti sekarang. Berbagai fasilitas yang tujuannya
untuk mempermudah pekerjaan dan ibadah sering kali justru
membuat seseorang tenggelam dalam kesibukan yang tidak berguna
sampai melupakan pekerjaan dan ibadahnya. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Teguh:
Akhlak tasawuf sangat penting dalam kehidupan modern karena
diibaratkan rem. Karena kemajuan teknologi waktu kita habis untuk
urusan itu saja.61
Zeni berpendapat bahwa akhlak tasawuf sangat penting karena
pada zaman sekarang banyak pemuda yang gaya hidupnya kurang
terkontrol dan terlalu bebas.62 Oleh karena itu ilmu akhlak tasawuf
menjadi sangat penting untuk para pemuda agar bisa membenahi
cara hidup mereka yang cenderung menjauh dari perintah Allah.
60 Muhammad Masud, Silabus Akhlak Tasawuf....., 2. 61 Wawancara dengan Mohamad Teguh Haryanto, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 14 Agustus 2017. 62 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal 14
Agustus 2017.
32
2) Mahasiswa dapat memanajemen hati dalam kehidupan sehari-hari.
Materi ini merupakan materi yang cenderung memiliki kesan
tersendiri untuk mahasiswa. Hal ini terbukti dari beberapa
mahasiswa yang menjadi responden sebagian besar mengatakan
bahwa materi yang masih diingat adalah tentang managemen hati.63
Mahasiswa merupakan remaja yang beranjak dewasa. Pada masa ini
mereka dihadapkan dengan banyak pilihn dalam hidupnya yang
terkadang membuat jiwanya menjadi sangat labil. Hati dan
pikirannya sangat mudah dipengaruhi. Di sisnilah managemen hati
menjadi sangat penting dikuasai dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mahasiswa dapat menerapkan kekuatan doa dan sedekah dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui metode proyek doa dan sedekah,
diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung yaitu
pengalaman spiritual tentang The law of giving dan Law of
Attraction dalam Islam.
4) Mahasiswa dapat merasakan lebih dekat dengan Tuhan semesta alam
dan memiliki sifat sabar dan zuhud. Dekat dengan Tuhan merupakan
tujuan utama dari pembelajaran akhlak tasawuf. Kedekatan dengan
Tuhan sangat mempengaruhi cara seseorang dalam menjalani
kehidupan. Manusia senantiasa optimis dan terarah. Hal tersebut
juga disampaikan oleh beberapa mahasiswa yang telah mengikuti
63 Wawancara dengan Mohamad Teguh ... 2017.
33
pembelajran akhlak tasawuf. Mereka mengaku lebih sering
husnudzon kepada Allah, bersyukur, optimis, tidak mudah putus
asa.64
7. Evaluasi Pembelajaran
Sesuai silabus, tahap penguasaan mahasiswa selain evaluasi melalui
UTS dan UAS juga evaluasi terhadap tugas, penyajian dan diskusi.
Untuk mengukur penguasaan kompetensi mahasiswa, dinilai melalui;
tes tertulis, keaktifan dan performa mahasiswa.65
Selain itu evaluasi juga dilakukan melalui testimoni pada dua kali
akhir pertemuan dalam satu semester. Testimoni ini dilakukan untuk
sharing pengalaman dalam menjalankan tugas proyek maupun tugas
dari materi yang disampaikan oleh masing-masing dosen. Setiap dosen
memiliki cara yang berbeda dalam pemberian tugas. Sebagaimana yang
disampaikan oleh bapak Sultoni:
Kalau saya tugasnya hanya proyek. Karena proyek itu yang paling
mudah dievaluasi. Pelaporan hasilnya tertulis dan lesan. Tidak ada
makalah dan presentasi...66
Sedangkan bapak Kharis menyampaikan bahwa untuk
memperdalam materi perlu ada tugas makalah, diskusi dan presentasi.67
64 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal
14 Agustus 2017. 65 Ahmad Sultoni, Silabus Akhlak Tasawuf IAIN Salatiga Tahun Akademik 2016/2017,
Salatiga: IAIN Salatiga. 2017, 1. 66 Wawancara dengan Ahmad Sultoni.... 2017. 67 Wawancara dengan Kharis Ulinuha ...2017.
34
BAB III
ADVERSITY QUOTIENT MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2017
A. Kemampuan Menghadapi Kesulitan
Berdasarkan hasil penggalian data di lapangan tentang kecerdasan
adversity mahasiswa IAIN Salatiga, ditemukan data bahwa mahasiswa
memiliki kemampuan untuk bersikap optimis dalam menghadapi kesulitan.
Sabar dan tetap tenang menghadapi permasalahan. Ada waktu dimana
Allah akan Meberikan solusi pada hamba-Nya karena tidak ada cobaan
yang melebihi batas kemampuan hamban-Nya.68 Pernyataan tersebut
diamini oleh Teguh yang menyatakan bahwa semua masalah pasti
memiliki solusi.69
Selain itu, jika masalah ingin lekas selesai maka yang bisa dilakukan
adalah berdoa dan tetap melakukan usaha tanpa mengurangi totalitas.70
Pernyataan-pernyataan tersebut yang disampaikan mahasiswa sebagai
respon mereka saat menghadapi suatu kesulitan atau permasalahan. Budi
juga menyampaikan pendapatnya mengenai respon saat menghadapi
sebuah kesulitan yaitu dengan berbagi cerita pada keluarga, saudara atau
teman.71 Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau meringankan beban
masalah. Berbeda dengan Najib yang secara langsung akan bertanya
68 Wawancara dengan Fauzia Fadia Elvina, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal
14 Agustus 2017. 69 Wawancara dengan Mohamad Teguh Haryanto, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 14 Agustus 2017. 70 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal
14 Agustus 2017. 71 Wawancara dengan Budhi Sutomo Permono, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 31 Juli 2017.
35
kepada seseorang yang ahli dalam hal yang berkaitan dengan masalahnya.
Sebagai contoh ada kesulitan dengan tugas kuliah maka dia berani
bertanya secara langsung dengan dosen pengajarnya atau pada teman serta
senior yang lebih memahami, sehingga dapat menemukan solusi yang
tepat.72 Beberapa jawaban tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar
mahasiswa telah memiliki salah satu kriteria kecerdasan adversity yaitu
mampu menghadapi kesulitan
B. Mampu Mengejar Target
Dalam mengejar target dibutuhkan beberapa strategi dan usaha, diantanya
adalah konsisten terhadap tujuan utama. Tidak mudah terpengaruh pada
hal-hal negatif dan terus maju. Seperti contoh target yang dimiliki oleh
Najib. Dia menginginkan nilai kuliahnya minimal adalah B. Jika ada nilai
yang kurang dari B maka dia siap untuk mengulanginya kembali meskipun
harus mengikuti kulih bersama adik tingkat.73 Zeni juga memberikan
pendapat bahwa jika keinginan atau target ingin cepat tercapai yang bisa
dilakuakan selain berusaha keras dan berdoa, bisa juga dengan sedekah.
Dengan sedekah Allah telah menjanjikan sebuah balasan yang berlipat dan
kita berhak menerima pengabulan doa.74 Management waktu, management
hati dan diri menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh Fitri dalam
72 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 15 Agustus 2017. 73 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib... 2017. 74 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal 14
Agustus 2017.
36
rangka mencapai sebuah target atau cita-cita.75 Jawaban-jawaban tersebut
membuktikan bahwa indikator adversity yang kedua yaitu mampu
mengejar target telah dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa khususnya
yang menjadi responden.
C. Memiliki Cita-cita yang Besar
Memiliki cita-cita yang besar sangat penting untuk kejelasan masa depan
khususnya mahasiswa. Tidak mempunyai cita-cita membuat sebagian
orang bermalas-malasan karena merasa tidak memiliki target yang harus
dikejar. Hidup menjadi tidak terarah. Maka seorang mahasiswa idealnya
memiliki cita-cita. Akan lebih baik lagi jika cita-citanya termasuk kategori
cita-cita yang tinggi dan mulia. Sebagaimana cita-cita beberapa mahasiswa
yang menjadi responden di antaranya; Fitri yang memiliki cita-cita kuliah
di luar negeri.76 Kemudian budi yang bercita-cita dalam jangka pendek
dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu.77 Selain itu Teguh juga memiliki
cita-cita yang sangat mulia yaitu ingin menyalurkan ilmu yang dimilikinya
kepada masyarakat, baik dalam dunia pendidikan formal atau non formal.
Ada lagi yaitu Najib yang memiliki cita-cita meneruskan usaha ayahnya
yang sempat gulung tikar yaitu membuka usaha optik dan bisa pergi haji
dengan keluarga.78 Cita-cita yang disampaikan responden mewakili
beberapa jawaban dari mahasiswa yang memiliki cita-cita besar dan mulia.
75 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari... 2017. 76 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari... 2017. 77 Wawancara dengan Mohamad Teguh... 2017. 78 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib... 2017.
37
Hal tersebut memberikan bukti bahwa cita-cita mahasiswa sesuai dengan
indikator adversity quotient yang ketiga yaitu memiliki cita-cita besar.
D. Mampu Berbesar Hati
Dalam proses mencapai suatu target atau menggapai sebuah cita-cita pasti
tidak pernah luput dari beberapa halang rintang. Di antaranya adalah usaha
yang telah gagal, doa yang yang tidak lekas dikabulkan atau keinginan
tidak segera terpenuhi. Hal ini bisa mengecilkan hati dan perasaan
mahasiswa dalam proses perjuangan. Akan tetapi bagi mereka yang
memiliki kecerdasan adversity yang tinggi akan menganggap segala
kendala dan rintangan sebagai kerikil-kerikil kecil dalam sebuah proses
yang mana tidak akan membuatnya harus berhenti dalam berusaha.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Zia:
Saya yakin doa saya akan dikabulkan. Jika tidak hari ini maka besokatau
lusa. Karena Allah memberi apa yang saya butuhkan bukan yang saya
inginkan.79
Pernyataan yang lain juga disampaikan oleh Najib bahwa saat
keinginannya tidak segera tercapai maka kita harus menerima dengan
lapang dada karena kita adalah makhluk yang harus menerima ketentuan-
Nya.80
E. Mampu Menahan Cela dan Menerima Kritik
Kendala lain yang menjadi penghalang bahkan terkadang dapat
menjatuhkan mental mahasiswa dalam meraih cita-cita adalah cibiran atau
79 Wawancara dengan Fauzia Fadia Elvina... 2017. 80 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib... 2017.
38
cela dari orang lain terutama orang-orang terdekat. Beberapa orang akan
mengubur dalam-dalam cita-citanya hanya karena tidak tahan mendengar
ejekan orang lain mengenai cita-citanya. Orang lain banyak yang
mengatakan bahwa cita-citanya terlalu tinggi. Tidak akan mungkin bisa
dicapai oleh orang yang memiliki latar belakang keluarga biasa, sederhana,
atau kalangan bawah. Bisikan-bisikan tersebut jika didengarkan sampai ke
hati maka akan menjadi hijab dalam jiwa dan hati. Jika kritik yang
diberika berupa kritik yang membangun maka sebaiknya deterima sebagai
masukan.81 Sebaiknya selalu berpikir positif terhadap potensi yang kita
miliki dan positif thinking kepada Allah. Sebagaimana yang disampaikan
oleh beberapa mahasiswa tentang respon mereka ketika cita-citanya dicela
oleh orang lain:
...saya akan membuktikan bahwa apa yang mereka katakan tidak benar...82
Pendapat lain juga disampaikan oleh Zeni:
...cita-cita saya ini saya dan Allah yang tau apakah baik untuk saya atau
tidak...83
Selain itu Budi juga pendapat:
...kata-kata yang bersifat menjatuhkan dari orang lain tidak akan saya
ambil pusing...84
Penyataan tersebut memberikan bukti bahwa respon dari mahasiswa
terhadap celaan dari orang lain sudah sesuai dengan indikator kecerdasan
81 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib... 2017. 82 Wawancara dengan Sinta Maria Dewi, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal 14
Agustus 2017. 83 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida...2017. 84 Wawancara dengan Budhi ...2017.
39
adversity yaitu mampu menahan celaan dan menerima kritik dari orang
lain.
F. Memiliki Kepercayaan Diri yang Besar
Kepercayaan diri merupakan modal utama dalam meraih cita-cita. jika
kepercayaan diri mulai hilang maka pupuslah harapan akan keberhasilan
yang ditargetkan. Percaya diri bisa tumbuh karena pembiasaan dalam
lingkungan keluarga atau dalam pergaulan dengan teman. Jadi rasa
percaya diri bisa dilatih secara maksimal. Ada beberapa hal yang dapat
menghilangkan rasa percaya diri terhadap potensi diri untuk meraih cita-
cita. diantaranya adalah pengaruh orang-orang sekitar dan bisikan-bisikan
dari dalam hati yang bernada pesimis. Inilah yang menjadi musuh besar
bagi keberhasilan seseorang. Mahasiswa memiliki respon yang positif saat
hati mereka mulai ragu terhadap potesi yang mereka miliki. Ada beberapa
usaha yang mereka lakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri untuk
terus maju. Mengontrol emosi merupakan salah satu yang dapat dilakukan
oleh mahasiswa.85 Kemudian mengendalikan diri dari pikiran-pikiran
pesimis.86 Mencari quotes, penyemangat, menghibur diri dan berdoa
kepada Allah.87 Ada pendapat lain dari Najib:
...Untuk semakin meyakinkan diri, saya konsultasi ke ibu saya...88
85 Wawancara dengan Fauzia Fadia Elvina... 2017. 86 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida...2017. 87 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari... 2017. 88 Wawancara dengan Muhammad Ainun Najib... 2017.
40
Dari pernyataan-pernyataan tersebut membuktikan bahwa kelima
instrumen data telah mendapatkan jawaban yang sesuai dengan teori
mengenai indikator adversity quotient.
BAB IV
41
PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU SEBAGAI KONTRIBUSI
DARI PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF TERHADAP
ADVERSITY QUOTIENT
A. Pembentukan Sikap
Untuk menilai kontribusi akhlak tasawuf terhadap kecerdasan adversity
mahasiswa, penulis mencoba menganalisa data hasil wawancara
mengenai pembelajaran akhlak tasawuf dan data tentang kemampuan
mahasiswa menyelesaikan masalah berdasarkan indikator kedua variable.
Setelah mengikuti pembelajaran akhlak tasawuf mahasiswa mengalami
perubahan yang signifikan dalam sikap di antaranya mampu menghadapi
kesulitan.
Sebagian besar mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah
akhlak tasawuf menyatakan bahwa mereka bisa lebih tenang dalam
menghadapi kesulitan dan lebih banyak memikirkan solusi dari pada
terlalu lama berkutat dengan masalah itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran akhlak tasawuf
yaitu mahasiswa mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab,
stabil dan dewasa. Tujuan tersebut senada dengan indikator kecerdasan
adversity yaitu mampu menghadapi kesulitan.
42
Selain itu mahasiswa juga menjelaskan bahwa saat menghadapi
kesulitan mahasiswa memperbanyak doa dan berfikir positif agar hati
merasa tenang dan tidak ceroboh dalam mengambil keputusan.89
Jika sebelumnya mahasiswa menganggap masalah adalah sebuah
kesialan, saat ini pikiran seperti itu mulai menghilang. Masalah
merupakan cara Allah mendidik manusia agar mampu menggunakan akal
pikirannya secara maksimal.90 Tidak menganggap masalah sebagai
penghalang kesuksesan akan tetapi penguat sebuah proses menuju
kesuksesan.
Selanjutnya adalah sikap optimis yang dimiliki mahasiswa pasca
mengikuti pembelajaran akhlak tasawuf. Dalam meraih suatu target
mahasiswa bersikap optimis dengan keyakinan bahwa mereka memiliki
Tuhan yang senantiasa membantu dan mengabulkan doa mereka.
Mahasiswa senantiasa berdoa karena doa merupakan cara terbaik agar
cita-cita mudah tercapai. Selain doa, sedekah juga merupakan salah satu
usaha yang dilakukan mahasiswa untuk menggapai cita-cita.91 Hal itulah
yang memberikan kekuatan mereka untuk selalu optimis dalam mencapai
cita-cita. Hal ini sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi
pembelajaran akhlak tasawuf yaitu mahasiswa dapat menerapka kekuatan
doa dan sedekah dalam kehidupan sehari-hari.
89 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal 14
Agustus 2017. 90 Wawancara dengan Ahmad Sultoni selaku dosen akhlak tasawuf IAIN Salatiga, pada
tanggal 15 Agustus 2017. 91 Wawancara dengan Zeni Nur Kholida...2017.
43
Menjadi pribadi yang percaya diri merupakan bagian dari
perubahan yang dialami mahasiswa pasca mengikuti pembelajaran
akhlak tasawuf. Mahasiswa menjadi lebih percaya diri dengan potesi
yang mereka miliki. Mereka mulai memahami akan fitroh atau potensi
manusia. Setiap manusia lahir memilki bakat. Bakat manusia tidak akan
berkembang jika tidak dilatih secara maksimal. Sebagaimana yang
disampaikan oleh bapak Sultoni bahwa seseorang yang mengenal
Tuhannya maka dia mengenal dirinya. Mengenal dirinya yang dimaksud
adalah potensi yang dia miliki. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai
makhluk yang ahsan. Contohnya ada hewan yang dapat menirukan suara
manusia, akan tetapi tidak semua hewan dapat menirukan suara manusia.
Sedangkan manusia dapat menirukan semua suara hewan. Manusia tidak
sekuat macan akan tetapi jika kekuatan manusia diolah dengan baik dapat
mengalahkan kekuatan hewan apapun.92
Motivasi tersebut merubah cara pandang mahasiswa tentang
banyak kelemahan yang mereka miliki. Mahasiswa yang awalnya terlalu
sibuk menghitung kelemahannya berubah untuk mencari lebih jeli bakat
apa yang paling dominan yang ada pada diri mereka.
Dalam pembelajaran akhlak tasawuf mahasiswa dituntut untuk
memiliki target atau cita-cita yang tinggi untuk menampilkan optimisme
dan kepercayaan diri. Dalam prosesnya, celaan dan cibiran dari orang
lain menjadi salah satu godaan terberat. Apalagi jika hal tersebut sudah
92 Wawancara dengan Ahmad Sultoni...2017.
44
mulai melunturkan semangat mahasiswa dalam meraih cita-cita. Dengan
materi management hati, mahasiswa mencoba belajar bagaimana cara
menjaga perasaan dan menahan emosi agar tidak mudah terpengaruh
dengan bisikan-bisikan negatif yang berimbas pada pencapaian target.
Pada awalnya hal tersebut sangat sulit karena musuh terbesar bagi
kesuksesan mereka adalah bisikan negatif yag muncul dari diri mereka
sendiri. Setelah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf mereka mulai
dapat berbesar hati menerima segala bentuk cibiran dan ejekan tentang
cita-cita mereka dan mengubahnya menjadi sebuah motivasi untuk
membuktikan bahwa mereka bisa meraih cita-cita meskipun terlihat tidak
mungkin bagi orang lain.93 Hal ini sesuai dengan indikator kecerdasan
adversity yaitu memiliki cita-cita yang tinggi, mampu berbesar hati dan
mampu menahan cela serta menerima kritik dari orang lain.
Sikap-sikap seperti itulah yang telah ditampilkan mahasiswa pasca
mengikuti pembelajaran akhlak tasawuf. Hal tersebut dapat terwujud
selain dari usaha mahasiswa juga kontribusi para dosen dalam
memberikan motivasi kepada mahasiswa baik di dalam pembelajaran
akhlak tasawuf maupun di luar jam pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
pemaparan bapak Ahmad Sultoni:
...Di luar proyek sebenarnya saya ingin dalam satu semester menemani
mahasiswa sampai mereka dapat menemukan pengalaman langsung dari
tasawuf. Baik secara langsung atau melalui media sosial...94
93 Wawancara dengan Mohamad Teguh Haryanto, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 14 Agustus 2017. 94 Wawancara dengan Ahmad Sultoni...2017.
45
B. Perubahan Perilaku
Selain perubahan sikap, mahasiswa juga mengalami perubahan perilaku.
Perbedaan antara sikap dengan perilaku sangatlah tipis karena keduanya
saling berkaitan. Perilaku yang penulis amati selama penelitian baik dari
observasi maupun pada saat wawancara terlihat bahwa sebagian besar
mahasiswa mengalami perubahan dari segi perilaku.
Dalam menghadapi kesulitan mahasiswa mencari solusi dengan
cara berdoa, konsultasi pada orang-orang yang ahli dalam bidangnya atau
berbagi cerita permasalahan pada keluarga dan teman agar mengurangi
beban masalah.95 Perilaku tersebut mulai muncul setelah mereka
memahami tentang cara mendekatkan diri pada Allah. Mereka tahu
bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Hilangnya perasaan was-
was saat menghadapi kesulitan karena mereka percaya Allah memiliki
sifat Rahman dan rahim. Allah akan senantiasa membantu dalam setiap
kesulitan. Semua masalah pasti ada solusinya. Mereka menikmati
masalah sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Kesulitan
mengajarkan betapa pentingnya mempertahankan keberhasilan yang
telah diraih. Hal tersebut sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi
pembelajaran akhlak tasawuf yaitu setelah mengikuti pembelajaran
akhlak tasawuf mahasiswa dapat merasakan lebih dekat dengan Tuhan
dan memiliki sikap sabar.
95Wawancara dengan Budhi Sutomo Permono, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada
tanggal 31 Juli 2017.
46
Prodak dari proyek doa dan sedekah adalah mendapatkan bukti
kekuatan doa dan sedekah. Langkah awalnya adalah mahasiswa membuat
suatu list yang berisi tentang target atau cita-cita yang ingin diraih dalam
jangka pendek. Pada awal pertemuan dalam pembelajaran akhlak
tasawuf, banyak mahasiswa yang tidak berani untuk menyebutkan
keinginannya. Mereka merasa minder dan merasa tidak pantas untuk
memiliki suatu cita-cita yang tinggi.96 Kesalahan terbesar mereka adalah
seringkali mereka menyebutkan suatu keinginan yang dapat mereka raih
dengan tangan mereka sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Pemikiran
tersebut justru akan menjerumuskan mahasiswa pada kebiasaan
meniadakan Tuhan dalam setiap proses dan keberhasilan yang diraih.
Setelah mengikuti pembelajaran akhlak tasawuf dalam beberapa
pertemuan mereka mulai berani untuk menyebutkan cita-cita mereka
meskipun dengan sedikit keraguan. Beberapa pertemuan berikutnya
mereka mulai percaya diri untuk bercita-cita tinggi dengan keyakinan
bahwa tidak ada suatu yang tidak bisa dilakukan oleh Allah. Tidak ada
hal yang tidak mungkin bagi Allah. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Fitria:
...Saya ingin kulian di luar negeri. Terlihat tidak mungkin tapi bagi Allah
tidak ada yang tidak mungkin...97
Di akhir pertemuan yaitu sesi testimoni, banyak mahasiswa yang
menceritakan tentang keberhasilan dalam melakukan tugas proyek yaitu
96 Wawancara dengan Ahmad Sultoni...2017. 97 Wawancara dengan Fitria Nur Malasari, selaku mahasiswa IAIN Salatiga, pada tanggal
14 Agustus 2017.
47
berupa pengalaman langsung dalam membuktikan kekuatan doa dan
sedekah.98 Hal ini sesuai dengan indikator adversity quotient yaitu
mampu mengejar target dan memiliki cita-cita yang besar.
Cibiran dan celaan terhadap cita-cita merupakan ujian yang dapat
menggoyahkan keyakinan mahasiswa. Pasca mengikuti kuliah akhlak
tasawuf mahasiswa mampu menahan celaan orang lain dan menerima
kritik orang lain. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan yang dialami
mahasiswa yang sebelumnya akan mengubur mimpinya dalam-dalam
jika ada orang yang mencibir cita-citanya. Ada beberapa bentuk cibiran
seperti perkataan yang mengatakan cita-cita mereka tidak mungkin bisa
terwujud atau cita-citanya terlalu tinggi dan akan sangat sulit diraih.
Perilaku yang mereka tampilkan adalah berusaha lebih keras untuk
meraih cita-citanya, memperbanyak doa dan ibadah untuk lebih bisa
mendekatkan diri kepada Allah. Dengan begitu mereka dapat
membuktikan bahwa mereka mampu mewujudkannya. Selain itu
mahasiswa berusaha mencari lingkungan yang bisa membuat mereka
selalu berfikir positif agar tidak mendengar pengaruh negatif.99
Mengucapkan kalimat-kalimat positiff yang akan menjadi doa karena
ucapan, perasaan dan perbuatan yang dilakukan bisa menjadi doa. Hal ini
sesuai dengan indikator kecerdasan adversity yaitu mampu menahan
cibiran dan menerima kritik dari orang lain.
98 Wawancara dengan Muhammad Masud selaku dosen akhlak tasawuf IAIN Salatiga, pada
tanggal 29 Agustus 2017. 99 Wawancara dengan Mohamad Teguh Haryanto...2017.
48
Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan data tentang
kontribusi pembelajaran akhlak tasawuf yang relatif besar terhadap
pembentukan sikap dan perilaku Mahasiswa IAIN Salatiga. Data tersebut
berada pada tingkat skor yang tinggi. Dari skala 1 sampai 20 rata-rata
sikap dan perilaku mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran akhlak
tasawuf berada pada skor tertinggi yaitu 15 sampai 20. Dari 20 jenis
sikap dan perilaku yang diamati, skor 1 sampai 7 merupakan skor
terendah, skor 8 sampai 14 merupakan skor sedang, dan skor 15 sampai
20 merupakan skor tertinggi. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
tingkat AQ mahasiswa IAIN Salatiga dalam kategori Climber (tertinggi).
BAB V
49
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan penelusuran mengenai pembelajaran mata kuliah khlak
tasawuf maka maka ini saatnya penulis membuat kesimpulan. Berdasarkan hasil
temuan melalui hasil pengamatan, pengolahan data observasi dan wawancara
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, praktik pembelajaran akhlak tasawuf di IAIN Salatiga secara
umum memiliki komponen-komponen pendukung keberhasilan pembelajaran di
antaranya adalah memiliki pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
dapat menunjang keberhasilan pembelajatan akhlak tasawuf yaitu berbasis
pengalamn langsung. Komponen selanjutnya adalah memiliki media dan sumber
belajar yang lengkap yaitu media audio visual yang berbasis therapy dengan
teknik hypno spiritual therapy sebagai cara memberikan motivasi pada mahasiswa
dan memasukan sugesti positif untuk membersihkan dan mengisi jiwa mahasiswa
dengan akhlak tasawuf. Pemberian materi juga tidak luput dari sumbangsih
sumber pembelajaran yang relevan. Tujuan merupakan komponen yang ketiga
yang merupakan kunci utama dari pembelajaran akhlak tasawuf sendiri yaitu
ma’rifatullah. Komponen yang kelima adalah materi pembelajaran akhlak tasawuf
sebagai jembatan menuju ma’rifatullah, yaitu dengan memberika bahan-bahan
kajian baik secara kognitif maupun psikomotor. Komponen terakhir adalah
indikator kompetensi yang dirancang sebagai alat ukur dalam melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan belajar mahasiswa di mata kulaiah akhlak tasawuf.
50
Kedua, tingkat kecerdasan adversity mahasiswa berada di tingkat climbers
atau tingkatan tertinggi dari kecerdasan adversity. Hal ini dibuktikan dengan
jawaban-jawaban mahasiswa serta pengamatan yang penulis lakukan di lapangan
telah sesuai dengan indikator kecerdasan adversity. Mahasiswa mampu mengatasi
masalah dan kesulitan dengan spiritualitas yang tinggi, mahasiswa mampu
memenuhi target yang ingin dicapai dengan usaha, doa dan pikiran yang positif,
sebagian besar mahasiswa memiliki cita-cita yang besar untuk masa depan
mereka, mahasiswa mampu menghadapi kendala baik dari dalam maupun dari
luar yang dapat menghancurkan cita-citanya, yang terahir adalah mahasiswa
memiliki kepercayaan diri yang besar baik dalam meraih cita-cita maupun saat
menghadapi permasalahan.
Ketiga, pembelajaran akhlak tasawuf memberikan kontribusi terhadap
adversity quotient mahasiswa IAIN Salatiga, khususnya terhadap pembentukan
sikap dan perilaku. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan
kecerdasan adversity pada mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran akhlak
tasawuf yaitu dengan menggunakan skala 1 sampai 20, skor peningkatan
kecerdasan adversity berada pada angka 15 sampai 20 yaitu posisi skor tertinggi
(climbers) dari kecerdasan adversity. Kontribusi tersebut berupa motivasi yang
diberikan kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh setelah penelitian ini, penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
51
1. Saran kepada Lembaga
Berhubung pembelajaran akhlak tasawuf di IAIN Salatiga pada umumnya
masih bersifat teoritis maka penulis memberikan saran kepada lembaga untuk
membubuhkan metode proyek yang merupakan metode yang dapat
mengekplorasi pengalaman langsung bagi mahasiswa dan sudah dibuktikan
kontribusinya terhadap pembetukan akhlak. Hal tersebut bertujuan agar metode
tersebut dapat digunakan oleh semua dosen tanpa mengesampingkan variasi
pendekatan, metode dan model pembelajaran.
2. Saran kepada Dosen Akhlak Tasawuf
Pembelajaran akhlak tasawuf merupakan pembelajaran dasar sebagai
pembentukan akidah dan akhlak mahasiswa. Oleh karena itu sangat penting
diterapkan pembelajaran akhlak tasawuf dengan pemberian pengalaman
lansung disertai dengan bimbingan teknis, bukan hanya bersifat teoritis dan
melepaskan mahasiswa untuk berintrepretasi secara mandiri. Ada beberapa
materi dalam akhlak tasawuf yang bersifat metafisik. Oleh karena itu, sangat
diperlukan usaha membumikan tasawuf agar mahasiswa mudah memahami
materi pembelajaran akhlak tasawuf dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mahasiswa IAIN Salatiga
Selain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan spiritual, kecerdasan
adversity merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat terpisahkan karena
keempat hal tersebut berkaitan dan saling mendukung suatu proses
keberhasilan baik dalam menyelesaikan permasalahan maupun mencapai cita-
52
cita. oleh karena itu diharapkan kepada mahasiswa khususnya untuk lebih
meningkatkan kualitas Adversity Quotient sebagai bekal perjuangan meraih
cita-cita.
4. Penelitian Selanjutnya
Dalam mengungkap data tentang adversity quotient mahasiswa, penulis hanya
menggunakan instrumen kualitatif. Untuk penelitian selanjutnya
direkomendasikan untuk membuat instrumen yang lebih beragam agar dapat
menggali data yang mendalam menganai kecerdasan adversity mahasiswa dan
dibutuhkan sampel yang lebih banyak untuk mengetahui lebih fariasi bentuk
kecersan adversity yang dimiliki oleh mahasiswa. Selain itu penulis
merekomendasikan untuk meneliti lebih jauh tentang penggunakan metode
proyek dalam mata kuliah akhlak tasawuf untuk meningkatkan kecerdasan
adversity atau kecerdasan dan kemampuan yang lain baik dengan metode
penelitian kualitatif, kuantitatif atau penelitian tindakan kelas.
x
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Assegaf, Abdurrahman. Filsafat Pendidikan Islam. Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
Bahtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997.
BJ, Monica, “Optimism, Adversity and Performance: Comparing Explanatory
Style and AQ”, Thesis, San Joe State University, 2005.
Chao-Ying, Shen. “A Study Investigating The Influence of Demographic
Variables on Adversity Quotient”, Human Resource and Adult Learning,
vol. 10, no. 1 (2014): 1-11.
Fatmawati, “Fungsi Tasawuf terhadap Pembentukan Akhlak (Etika) Kerja: Studi
pada Murid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Kota Pontianak
Kalimantan Barat”, Teologia, vol. 25, no. 2 (2013): 1-23.
Fatmawati, Sri dkk. Desain Laboraturium Skala Mini untuk Pembelajaran Sain
Terpadu. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Ginanjar, Ari. Emotional Spiritual Quotient; The ESQ Way. jilid 1, Jakarta: Arga
Tilanta, 2011.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Johnson, Monica Brannon, “Optimism Adversity and Performance Comparing
Explanatory Style and AQ”, Thesis, San Jose State University, 2005.
Kompri. Motivasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.
Kurnia, Ikhsan dan Dania, Eva. Transcendental Adversity Management.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2017.
Lefudin. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Muttaqiyathun, Ani, “Hubungan Emotional Quotient, Intelectual Quotient dan
Spiritual Quotient dengan Entrepreneur’s Performance”, Managemen
Bisnis, vol. 2, no. 3 ( 2009- 2010): 221-234
xi
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Nur Agusta, Yosiana, “Hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Daya Juang
terhadap Kesiapan Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Mulawarman”, Psikologi, vol. 3, no.
1 (2015): 369-381.
Santos, Maria Cristina J., “Assessing The Effectiveness of The Adapted
Adversity Quotient Program in A Special Education School”, Art ,vol. 3,
no. 2 (2012): 13-23.
Sentanu, Erbe. Quantum Ikhlas; Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Shofiah, Vivik dan Raudatussalamah, “Self- Efficacy dan Self- Regulation Sebagai
Unsur Penting dalam Pendidikan Karakter (Aplikasi Pembelajaran Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf)”, Sosial Keagamaan, vol. 17, no. 2 (2014): 214-
229.
Stoltz, Paul G. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang.
Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: PT Grasindo. 2000.
Stoltz, Paul G. Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities. Canada:
John Wiley & Sons INC, 1997.
Sudjana, Nana. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2015.
Sultoni, Ahmad. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha Siswa. Salatiga:
STAIN Salatiga Press, 2007.
Susilama, Rudi & Riyana, Cepi. Media Pembelajaran; Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima, 2009.
Susilana, Rudi. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA.
Usman I., Asep., “Integrasi Syariah dengan Tasawuf”, Ahkam, vol. 12, no. 1
(2012): 129-138.
xii
Wijaya, Tony, “Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha
(Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta)”, Management dan
kewirausahaan, vol. 9, no. 7 (2007): 117-127.
Yoga, Miarti. Adversity Quotient. Solo: Tinta Medina, 2016.
xi
COURSE OUTLINE
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA SEMESTER GENAP
2017
A. Identitas
1. Mata kuliah : Akhlak Tasawuf
2. Program : Strata Satu (S-I)
3. Bobot : 2 Sks/14 Pertemuan
4. Dosen : Muhammad Mas’ud, M.Pd.I
B. Deskripsi Mata Kuliah
Akhlaq/Tasawuf termasuk Mata Kuliah Kompetensi Dasar (KD),
adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang membahas tentang
konsep-konsep akhlaq dan tasawuf, ajaran-ajaran tasawuf, pentingnya
keseimbangan duniawi dan ukhrawi. Dalam perkuliahan ini dibahas tentang:
Konsep akhlak dan pendidikan akhlak, objek kajian akhlak, urgensi akhlak
dalam kehidupan, norma dasar dan tolak ukur akhlak, manfaat mempelajari
ilmu akhlak, karakteristik akhlak Islam, pembentukan dan proses terjadinya
akhlak, hubungan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya, ruanglingkup atau
sasaran akhlak dan implementasinya. (akhlak kepada Allah, Rasulullah, diri
sendiri, orang tua, sesama dan alam semesta).
Pelaksanaan kuliah menggunakan pendekatan ekspositori dalam
bentuk ceramah dan tanya jawab, dan diskusi yang dilengkapi dengan
penggunaan LCD, OHP, dan pendekatan inkuiri yaitu penyelesaian tugas
penyusunan dan penyajian makalah, review buku, diskusi dan pemecahan
masalah. Tahap penguasaan mahasiswa selain evaluasi melalui UTS dan
UAS juga evaluasi terhadap tugas, penyajian dan diskusi
C. Kompetensi Mata Kuliah
1. Capaian pembelajaran lulusan
Dengan mengikuti mata kuliah Akhlak Tasawuf mahasiswa diharapkan
dapat memahami konsep akhlak mulia dan menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, jujur, berwibawa, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
xii
2. Pengalaman Belajar
Untuk menguasai kompetensi tersebut, mahasiswa perlu mengkaji
Urgensi Akhlak Tasawuf dalam kehidupan modern, Pengertian, ruang
lingkup dan tujuan Ahlak Tasawuf, Pengertian tasawuf secara etimologi
dan terminologi, Manajemen Hati sebagi inti Pendidikan Akhlak,
Taubat, Sabar, Zuhud, Kekuatan Sedekah, Khouf wa Raja’, Hubb, Fana,
Kekuatan Doa (aplikasi Law of Attraction dalam Islam). (evaluasi)
Untuk mengukur penguasaan kompetensi mahasiswa dinilai melalui; tes
tertulis, keaktifan dan performa mahasiswa
3. Kemampuan akhir tahapan pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan Akhlak Tasawuf diharapkan:
5) Mahasiswa dapat mengetahui urgensi akhlak tasawuf dalam
kehidupan modern.
6) Mahasiswa dapat memanajemen hati dalam kehidupan sehari-hari
7) Mahasiswa dapat menerapkan kekuatan doa dan sedekah dalam
kehidupan sehari-hari
8) Mahasiswa dapat merasakan lebih dekat dengan Tuhan semesta
alam
9) Mahasiswa dapat mengimplementasikan sifat sabar dan zuhud
dalam keseharian
D. Time Line (Jadwal Perkuliahan)
Ket Waktu Pokok pembahasan No
Dosen 14, Februari 2017 Pengantar dan kontrak perkuliahan 1
Dosen 21, Februari 2017 Pengertian tasawuf secara etimologi dan
terminologi.
2
Dosen 28, Februari 2017 Urgensi Akhlak Tasawuf dalam
kehidupan modern
3
Dosen 07, Maret 2017 Manajemen Hati sebagai inti Pendidikan
Akhlak
4
Dosen 14, Maret 2017 Taubat 5
xiii
Dosen 21, Maret 2017 Sabar 6
Dosen 04, April 2017 Zuhud 7
Dosen 11, April 2017 Kekuatan Sedekah 8
Dosen 18, April 2017 Khouf wa Raja’ 9
Dosen 25, April 2017 Hubb 10
Dosen 02, Mei 2017 Fana 11
Dosen 09, Mei 2017 Kekuatan Doa (aplikasi Laew of
Attraction dalam Islam)
12
Mahasiswa 16, Mei 2017 Testimonial 13
Mahasiswa 23, Mei 2017 Testimonial 14
Tugas pilihan dan tugas wajib
Jadwal perkuliahan “conditional”
Everyone is a teacher here
Interaktif
E. Referensi
1) Annemarie Schimel, 1986, Dimensi Mistik dalam Islam (terjemahan),
jakarta: Pustaka Firdaus
2) Abdul Qodir Jailani, 1985, Menyingkpa Kegaiban (terjemahan),
Bandung: Mizan
3) Abdul Qodir Jailani, Percikan Cahaya Ilahi (terjemahan), Bandung:
Pustakan Hidayah.
4) Abu Qosim al Qusyairi, 2000, Risalatur Qusyairiyah Induk Ilmu
Tasawuf (terjemahan) Surabaya: Risalah Gusti.
5) AbuAl Wafa’ al Taftazani, 1985, Sufi dari Zaman ke Zaman
(terjemahan), Bandung: Penerbit Pustaka.
xiv
6) Abu Bakar Aceh, 1990, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Solo:
Ramadhani.
7) CherieCarter-Scoot, 2003, Hidup sebuah Permainan, Inilah Aturannya
(terjemahan), Bandung: Mizan.
8) Deepak Chopra, 1997, Tujuh Hukum Spiritual Kesuksesan
(terjemahan), PT Kentindo Soho.
9) Al Ghazali, 1992, Ihya Ulumudin Jilid IV (terjemahan), Jakarta: CV
Faisan.
10) Hujwiri, 1995, Kasyful Mahjub (terjemahan), Bandung: Mizan.
F. Evaluasi Pembelajaran
No. Aspek Penilaian Bobot
1 Kehadiran 12 %
2 Nilai tugas 13 %
3 Nilai harian 10 %
4 Ujian Tengah Semester 30 %
5 Ujian Akhir semester 35 %
Total 100 %
Salatiga, 14 Februari 2017
Dosen pengampu
Muhammad Mas’ud,
M.Pd.I
xv
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Budi
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 20
xvi
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Zeni
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 20
xvii
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Najib
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 20
xviii
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Sinta
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 20
xix
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Teguh
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 18
xx
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Zia
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 18
xxi
Lembar Pengamatan Sikap Mahasiswa
Nama Mahasiswa: Fitri
No Sikap yang diamati Melakukan
ya tidak
1 Menerapkan sikap optimis dalam menyelesaikan masalah V
2 Membiasakan bertanya kepada ahli V
3 Menentukan solusi dan fokus masalah V
4 Mencegah tindakan menyalahkan keadaan V
5 Membiasakan diri melibatkan Tuhan dalam segala permasalahan V
6 Membiasakan berdoa V
7 Memperbanyak dzikir V
8 Menentukan perencanaan yang matang dalam mencapai target V
9 Memaksimalkan usaha dalam proses mencapai target V
10 Berani bercita-cita tinggi V
11 Optimis terhadap ketercapaian cita-cita V
12 Bersyukur dengan keterbatasan yang dimiliki V
13 Bersabar dalam pengabulan doa V
14 Positif thinking terhadap ketentuan Tuhan V
15 Bersabar dengan cela dan cibiran orang lain terhadap cita-cita yang
dimiliki
V
16 Percaya terhadap kemampuan diri V
17 Berani menerima resiko terhadap keputusan yang diambil V
18 Menerima kritik dari orang lain V
19 Memberikan senyuman saat dicela orang lain V
20 Memberikan respon positif terhadap penilaian orang lain V
Jumlah Skor 20
xxii
Transkip Wawancara Dosen Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Hari/tanggal : 15 Agustus 2017
Tempat : Ruang A.218 Kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.00 WIB
Nara Sumber : Ahmad Sultoni, M.Pd
Jabatan : Dosen mata kuliah akhlak tasawuf IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat Bapak mengenai konsep pembelajaran akhlak
tasawuf di IAIN Salatiga?
Narasumber Secara umum, yang saya tau pembelajaran akhlak tasawuf di iain
Salatiga masih bersifat teoritik. Hanya pengayaan wacana. Saya
pribadi kurang memberikan manfaat. Ada satu wejangan dari
seorang sufi besar tentang tasawuf bahwa ada orang yang tidak
percaya terhadap pengalaman spiritual. Kemudian sang mursyid
mengatakan, “Sulit menjelaskan rasa manis terhadap orang yang
belum pernah merasakan gula”. Rasa manis merupakan
eksperience atau pengalaman, maka mestinya secara ideal tasawuf
itu memberikan pengalaman langsung, tidak sekedar diskusi teori.
Yang saya tahu mahasiswa diberikan banyak informasi tentang
what is tasawuf, tapi untuk how to tasawuf jarang diterapkan.
Mestinya pembelajaran itu setelah mengetahui what kemudian
how. Kalau 5W itu kan lebih ke wacana, tapi implementasinya itu
menjawab how. Tasawuf itu mengajarkan seorang lebih mengenal
Allah, lebih percaya dengan Allah, jadi how to itu bagaimana
mengenal Allah. Mestinya jika ingin memunculkan tasawuf
sebagai ilmu yang memberi manfaat konsep dibumikan bukan
hanya wacana, lamunan, dan perdebatan yang tidak memberikan
bekas.
Peneliti Metode dan teknik apa yang Bapak gunakan dalam pembelajaran
xxiii
tasawuf?
Narasumber Metodenya proyek. Kalau yang terikat karena saya harus
membatasi evaluasi kan?itu hanya proyek. Proyek itu yang
menurut saya yang paling mudah dilakukan, yang paling mudah
dievaluasi, yang paling mudah saya mengontrol. Tapi di luar
proyek sebenarnya kulo niku pengen dalam satu semester
menemani mahasiswa maka kemudian saya perluas sampai dia,
saya menulisnya begini. Tulis semua pengalaman yang menurut
anda tidak biasa selama kuliah. Itu kan ada pengalaman yang
langsung dia rasakan metafisik. Ada pengalaman yang dia rasakan
secara batin. Misalnya, kenapa sih paka saya kalau masuk ke kelas
tasawuf merasa tenang. Untuk tekniknya, sebenarnya ngeten mbak,
karena ini sifatnya kan olah rohani ya, yang saya target sebenarnya
ada 3 unsur rohaniyah, yaitu pikiran, jiwa, hati. Karena rohani itu
alat-alat rohani itu ada empat ya, hati, jiwa, akal, indra. Indra itu
sebenarnya contoh, mata iru fisik, tapi kalau penglihatan itu rohani.
Maka sebenarnya tasawuf itu mengolah juga indra, bukan indra
mata, tapi indra penglihatan. Bukan indra telinga, tetapi indra
pendengaran. Yang saya pakai, saya coba pakai teknik-teknik
psikoterapi karena di asumsi saya itu ketika ingin memberikan satu
keyakinan. Itu asumsinya gini, mahasiswa itu terhija, kalau bahasa
medisnya sakit, mahasiswa itu sedang sakit rohani, potensi fitroh
dekat denganAllah itu sudah disimoan oleh Allah di dalam hati,
nah kenapa kok tidak muncul? Pada mahasiswa yang sedang stress,
karena sinar Allahnya tertutup dengan perbuatan dia sendiri. Maka
ada bahasa, dosa dalam hadits dikatakan dosa yang dilakukan oleh
seseorang itu akan membuat satu titik hitam di hati ituyang di sebut
hijab. Konsep dosa ini saya coba terjemahkan lebih umum dimana
masalah yang tidak disikapi dengan benar itu akan membawa pada
satu dosa. Ketika saya masuk kelas seperti itu, tugas pertama saya
adalah melakukan pembersihan, terapinya harus saya pakai dan
xxiv
saya kuasai selam ini terapi yang saya pakai adalah hypnoterapi.
Setelah saya mengambil beberapa sumber muncullah Hypno
spiritual therapi. Jadi coba saya gabung mbak, hypno therapi dan
NLP (Neuro Language Programing) kemudian menggunakan
spiritual thingking yaitu teknik NLP yang digaungkan dengan
tasawuf. Tasawufnya pak Anung Suralaya. Jadi NLP nya nanti
masuk ke pikiran dan jiwa dan spiritualnya masuk ke hati.
Makannya saya mencoba belajar kata-kata yang saya sampaikan ke
mahasiswa, gambar-gambanr yang saya tayangkan, lagu-lagu yang
saya perdengarkan, itu berbasis therapy, ga asala comot,
maksudnya comot gitu lho. Jadi diperkuliahan itu saya mencoba
menggabungkan. Dari sekian hal secara teori psikologis, secara
teori kasus bisa membantu, nah ketika proses itu terjadi maka ada
Tazkia. Tazkiyatul jiwa, tazkiyatul Aql. Baru saya tambahkan
kehebatan Allah, kecintaan Allah, nikmat-nikmat Allah yang
diberikan ke kita. Konsep itu dikenal dengan Tasawuf, Taholli,
Takhalli. Taholli itu pembersihan, Takhalli itu pengisian. Kalau itu
tidak dilakukan maka akan tajalli. Inilah makrifat. Jadi metode
yang kita pakai itu metode tasawuf. Cuma implementasinya harus
mengambil sekian banyak teori-teori ilmu.
Peneliti Bagaimana bentuk penugasan yang diberikan kepada mahasiswa
dalam mata kuliah akhlak tasawuf?
Narasumber Tugas yang diberikan adalah proyek. Proyek itu menurut saya yang
paling mudah dilakukan, yang paling mudah dievaluasi, yang
paling mudah dikontrol. Tapi di luar proyek sebenarnya saya ingin
dalam satu semester menemani mahasiswa. Kemudian saya perluas
sampai dia, mengalami pengalaman yang langsung dia rasakan
secara metafisik. Ada pengalaman yang dia rasakan secara batin.
Yang paling penting semuanya itu hanya alat untuk sampai pada
keyakinan kepada Allah, cinta, dekat kepada Allah. Pada akhir
xxv
semua yang ditulis mahasiswa, sampai pada satu kesimpulan
bahwa Allah itu menyayangi kita. Mahasiswa itu merasa disayang
oleh Allah dan tidak ditinggalkan sendiri oleh Allah dan dalam
segala masalah itu larinya ke Allah.
Peneliti Sejauh mana pembelajaran akhlak tasawuf memberikan kontribusi
terhadap pembentukan sikap percaya diri dan peningkatan daya
juang mahasiswa dalam meraih cita-cita?
Narasumber Slogan tasawuf itu jika dirinya mengenal Tuhannya itu bisa
dibalik. Orang yang mengenal Tuhanny
a bisa mengenal dirinya. Saya mengajari mahasiswa yang tidak
percaya diri, saya akan mengenalkan dulu ke Allah. Tentang sifat-
sifatnya, proses penciptaan manusia dan lain-lain. Betapa Allah itu
menciptakan manusia makhluk yang ahsan, kebaikan yang Allah
ciptakan itu yang saya munculkan, bahwa manusia diciptakan
menjadi makhluk yang mahal. Burung bisa menirukan omongan
manusia, tapi tidak semua burung bisa menirukan omongan
manusia, sedangkan manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk
bisa menirukan suara-suara burung. Manusia mungkin tidak sekuat
macan, tapi jika kekuatan manusia diolah itu lebih kuat dari
apapun. Itulah fasilitas manusia untuk menyempurnakan
kekhalifahannya. Dengan begitu masih saja membuat kita tidak
percaya yang disebabkan hijab diri. Suara negatif di mahasiswa itu
begitu dominan. Mengenalkan Allah dulu, potensi-potensi yang
Allah berikan kepada manusia, kemudian coba ngenalin kelemahan
diri anda apa? Penyakit orang jawa adalah sulit menjelaskan
kelebihan dan akan marah jika kelemahannya dijelaskan. Tasawuf
itu ibarat HP. Perlu dicas setiap saat setiap waktu. Dosen tidak
boleh melepaskan. Mahasiswa harus didoakan dan harus dikawal.
xxvi
Ada etika mendoakan antara dosen dengan mahasiswa seperti
halnya dalam pesantren. Seorang kyai tidak bisa melepaskan
santrinya setelah pelajaran selesai dan absen selesai. Dalam bahasa
hadis seorang jika tidak bertemu ulama selama 40 hari, hatinya
membatu. Hatinya jadi tidak cair dan tidak bisa nerima Allah.
Solusinya adalah solusi pikiran. Dengan begitu mahasiswa
sebaiknya datang kepada pembimbing. Bertanyalah kepada ahli
dzikir, ketika kamu ada masalah. Tidak bertanya pada ahli ilmu.
Karena tidak setiap orang berilmu ahli dzikir. Setelah orang
berilmu itu beramal. Sebaiknya amalnya itu bisa menyampaikan
pada dzikir. Orang kalau menguasai ilmu salat maka dia harus
mengamalkan salat. Tapi salat yang diterima oleh Allah adalah
lidzikri. Salat yang dapat mengantarkan kita kepada mengingat
Allah. Tingkatan dzikir itu sebenarnya dua tingkat lebih tinggi dari
tingkatan ilmu. Jika kamu bertanya tentang ketuhanan, jangan
bertanya kepada ahli ilmu. Maka guru rohani itu tidak akan lepas
sebelum nyawanya lepas. Sepanjang hayat kita tidak bisa lepas dari
guru rohani. Kalau dosen selesai satu semester ya sudah.
Peneliti Bagaimana cara membimbing mahasiswa untuk dapat memahami
materi Akhlak tasawuf yang bersifat metafisik?
Narasumber Salah satunya meletakkan logika. Jadi jika saya memposisikan
saya sebagai murid, murid itu kan dari kata aroda artinya
kehendak. Mestinya kalau kita ingin masuk ke jalur tasawuf syarat
yang paling utama adalah menyatukan kehendak kita. Dengan
kehendak guru, karena kehendak guru, karena kehendak guru
sesuai dengan kehendak Allah. Sebenarnya guru adalah jembatan
agar murid itu kehendaknya bisa nyambung dengan Allah. Kalau
setelan niat awalnya tidak kuat ibarat pelari itu jatuh sebelum garis
finis. Mahasiswa harus open mind, dan dia mau berubah, karena
dosen gak main-main menyiapkan mata kuliah. Dosen harus
xxvii
mampu menyayangi dan menghormati. Dosen tidak boleh
sewenang-wenang dengan mahasiswa. Dalam pembelajaran
tasawuf, dosen yang baik itu menghormati mahasiswa. Jadi kalau
kembali ke posisinya dimana dosen itu harus mampu menghormati
dan menyayangi begitu juga sebaliknya. Kuncinya adalah tidak
lepas dari pembimbing. Kalau itu dipotret dalam perspektif mistik,
maka kajian tasawuf dengan menggunakan pendekatan proyek,
rentan sekali dengan godaan setan. Jadi bahasanya, iblisnya kuliah
tasawuf itu lebih galak. Terkadang saya merasa lebih lelah
mengajar akhlak tasawuf dibanding dengan mata kuliah yang lain.
Mengapa? Karena pada saat saya mengajarkan ketauhidan energi
negatif mahasiswa itu lebih besar menabrak saya, dengan kata-kata
“ra mungkin, ngapusi dan lain-lain”
Transkip Wawancara Dosen Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
xxviii
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Ruang Rapat Utama FTIK IAIN Salatiga
Pukul : 14.15 WIB
Nara Sumber : Muhammad Masud, M.Pd.I
Jabatan : Dosen mata kuliah akhlak tasawuf IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat Bapak mengenai konsep pembelajaran akhlak
tasawuf di IAIN Salatiga?
Narasumber Yang paling penting dalam pembelajaran adalah aplikatifnya.
Tasawuf mempunyai cabang yang sangat banyak sekali. Karena ini
sudah di atas syari’at. Akhirnya ini bisa dipahami semuanya. Kita
memknai dunia ini dengan cara yang halus. Kalau untuk di kelas
saya sendiri tidak semuanya berhasil, paling hanya 20 persen yang
benar-benar bisa menjalani. Karena pada saat penyamaian materi
itu banyak orang. Jadi tdak semuanya fokus. Ada yang
kelihatannya mendengarkan tapi pikirannya di luar. Tapi yang
benar-benar mengaplikasikan dan benar-benar merasakan juga ada.
Ada bukti pengakuannya, testimoninya. Dosen akhlak tasawuf itu
harus benar-benar aplikatif. Tidak hanya sekedar menyampaikan
teori saja.
Peneliti Metode dan teknik apa yang Bapak gunakan dalam pembelajaran
tasawuf?
Narasumber Ada teknik khusus untuk menguasai pembelajaran akhlak tasawuf.
Begitu masuk saya ajak bermunajat dulu kepada Allah. Bisanya
“Mari kita berdoa bersama”. Tapi disini diinkludkan pada jiwanya.
Jadi tidak hanya sekedar di bibir saja. Lalu bagaimana caranya?
Mahasiswa diajak untuk saling mendoakan. Contoh: mari kita
berdoa untuk semua yang ada dikelas ini dengan bacaan fatihah.
Kemudian membuat kenyamanan. Sampai saat ini say mempunyai
50 yang saya mengajar di IPA itu lebih dari 20 persen yang
xxix
berhasil. Mereka bercerita langsung dengan saya. Dua kali
pertemuan di akhir semester ada testimoni. Sama seperti yang ada
di silabi saya. Yang disampaikan disana adalah suatu kejadian-
kejadian yang tidak umum.
Peneliti Bagaimana bentuk penugasan yang diberikan kepada mahasiswa
dalam mata kuliah akhlak tasawuf?
Narasumber Untuk tugasnya tidak ada presentasi makalah dan UTS. Tapi untuk
UAS ada karena itu untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa
dapat menangkap apa yang saya sampaikan. Tapi yang menjadi
poin adalah pada testimoninya. Apa yang saya sampaikan dikelas
itu sudah benar-benar diaplikasikan dan benar-benar menjadi
nyata.
Peneliti Sejauh mana pembelajaran akhlak tasawuf memberikan kontribusi
terhadap pembentukan sikap percaya diri dan peningkatan daya
juang mahasiswa dalam meraih cita-cita?
Narasumber Dampak sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran akhlak
tasawuf itu perbedaanya sangat terlihat sekali. Contoh seseorang
ini yang pada awalnya ada perasaan lebih pinter, paling wah,
merasa kemaki, setelah tiga atau empat kali pertemuan sudah
menjadi tawadu’ semua. Pembelajaran tasawuf itu sangat cocok
untuk pembentukan karakter. Ada dampaknya
Pada esensinya tasawuf itu kita tanamkan disitu istilah the power
of kepepet. Tujuannya adalah untuk memunculkan Ghiroh
mahasiswa. Pernah saya sampaikan kepada mahasiswa jangan
pernah kita merasa kurang. Kita harus selalu mensyukuri apa yang
telah diberiakan pada kita. Sesungguhnya perasaan-perasaan lemah
itu akan menghambat potensi kita. Maka ketika ada sesuatu yang
tidak bisa sebenarnya kamu itu bisa. Sangat mungkin.
Peneliti Bagaimana cara membimbing mahasiswa untuk dapat memahami
materi Akhlak tasawuf yang bersifat metafisik?
xxx
Narasumber Cara saya mengajari mahasiswa cara berfikir tasawuf begini.
Contoh: jika ada mahasiswa yang terlambat jangan pernah
ditertawakan. Kenapa? Karena orang yang terlambat itu sedang
ibadah. Kok bisa kan? Bahkan kamu saja belum paham kan dengan
konsep ini? Ini adalah salah satu contoh dari akhlak tasawuf atau
plikasi akhlak tasawuf. Ketika seseorang itu sudah benar-benar
menjiwai akhlak tasawuf, orang tersebut tidak pernah marah.
Kembali pada yang terlambat tadi. La kenapa ibadah? Kamu tau?
Kalo dari sisi syariat, orang ini jelek, tidak disiplin, telatan, tidak
menghormati. Tetapi dari sisi akhlak tasawufnya tidak. Kenapa dia
dianggap ibadah karena terlambat? Bukan begitu jawabannya. Ini
belum nyampe njenengan. Ibadahnya ya pada saat itu juga. Kan
saya sudah bilang terlambatnya itu ibadah, bukan dia terlambat
gara-gara ibadah. La kok bisa karena orang yang terlambat tersebut
telah membuat lega hati orang yang terlambat sebelumnya. Betul
tidak? Ternyata ada yang lebih terlambat dibanding saya begitu. Itu
adalah contoh pemikiran tasawuf atau aplikasi dari tasawuf.
Transkip Wawancara Dosen Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
xxxi
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Ruang A.305 Kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.45 WIB
Nara Sumber : Kharis Ulinuha, M.Pd
Jabatan : Dosen mata kuliah akhlak tasawuf IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat Bapak mengenai konsep pembelajaran akhlak
tasawuf di IAIN Salatiga?
Narasumber Setiap pengampu mata kuliah mempunyai konsep pembelajaran
masing-masing. Namun penekanan dalam akhlak tasawuf adalah
mahasiswa mempunyai pengalaman apa yang sedang mereka
pelajari, maka konsep pembelajaran yang paling cocok adalah
learning by doing. Dengan demikian, konsep itulah yang kami
berikan di kelas akhlak tasawuf.
Peneliti Metode dan teknik apa yang Bapak gunakan dalam pembelajaran
tasawuf?
Narasumber Karena mahasiswanya berasal dari beragam latar belakang, baik
dari sosial maupun budaya, kami menggunakan metode diskusi dan
presentasi, untuk mengetahui Selain itu memperbanyak referensi
adalah salah satu kunci untuk mendalami materi.
Peneliti Bagaimana bentuk penugasan yang diberikan kepada mahasiswa
dalam mata kuliah akhlak tasawuf?
Narasumber Karena akhlak tasawuf sifatnya lebih banyak aspek psikomotor
(pengalaman langsung) dibandingkan aspek lain, maka aspek
tersebut yang menjadi pertimbangan mendasar dalam penugasan
meskipun berupa tugas tertulis. Misalnya tugas menceritakan
pengalaman yang berkaitan dengan salah satu materi dalam akhlak
tasawuf.
Peneliti Sejauh mana pembelajaran akhlak tasawuf memberikan kontribusi
terhadap pembentukan sikap percaya diri dan peningkatan daya
xxxii
juang mahasiswa dalam meraih cita-cita?
Narasumber Kontribusi yang paling nyata adalah merangsang tumbuh
kembangnya kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan dan
daya juang mahasiswa dalam beribadah.
Peneliti Bagaimana cara membimbing mahasiswa untuk dapat memahami
materi Akhlak tasawuf?
Narasumber Ada sebuah istilah begini “bukan apa yang saya inginkan, tapi apa
yang mereka inginkan.” Maksudnya agar materi mudah dipahami
oleh orang yang diajak berdiskusi, maka kami harus berorientasi
pada lawan bicara atau diskusi, dalam hal ini mahasiswa.
Terkadang banyak pengajar yang berorientasi pada dirinya sendiri.
Menyampaikan sesuai apa yang diketahuinya tanpa
mempertimbangkan apakah lawan diskusi bisa mengimbangi
pengetahuannya. Hal demikian dapat menonjolkan diri pengajar,
namun efek sampingnya mahasiswa tidak paham apa yang
disampaikan.
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
xxxiii
Hari/tanggal : 31 Juli 2017
Tempat : Perpustakaan kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 13.19 WIB
Nara Sumber : Muhammad Ainun Najib
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Akhlak tasawuf sangat penting untuk memperbaiki dohir dan batin
seseorang. Agar tidak kontra antara ibadiyah dohir dan batin
Peneliti Apakah pembelajaran akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap
pola pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Semakin meyaknkan saya bahwa hdup di dunia hanya sebentar,
kita tidak berhak melakukan apa2 kecuali sesuai dengan
kehendaknya. Semakin menyadarkan saya tasawuf sangat penting
untuk era seperti ini.
Ada pengaruh,dalam akhlaka tasawuf itu kan ada yag namanya
logika, jika logika itu dilakukan maka suatu permasalahan setidak
bisa dilogika denga jerning untuk memutuskan solusinya. Jadi
sangt berpengaruh.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Penting sekali karena jaman sekarang itu konsep Hubb sudah
mengalami pergeseran makna. Hubb itu sendiri kan membahas
tentang sebuah tema yang artinya cinta, yaitu kepada Allah yang
mana pada sekarang konsep hubb hanya dianggap cinta dengan
lawan jenis saja.
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Itu semua rahasia dari Allah, jadi kita harus menerima dengan
lapang dada. Karena kita sebagai makhluk bukan khaliq.
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
xxxiv
sebagainya?
Narasumber Kalo ekonomi, alhamdulillah sudah mulai bekerja mengajar di dua
lembaga TPA dan privat dari rumah ke rumah. Kalo kuliah
biasanya masalah tugas kuliah. Biasanya kita mencari solusi
bertanya pada dosennya langsung atau lari ke teman-teman yang
siap membantu.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
tercapai?
Narasumber Target saya mungkin untuk saat ini adalah lulus kuliah tepat waktu
dan nilainya jangan di bawah B-. Minimal B. Kalau B- harus saya
ulangi bagi saya pribadi. Untuk target yang lain adalah ingin ziarah
ke makamrasulullah di Madinah dan Makah. Untuk masalah
pengabdian ke masyarakat ada suatu keinginan untuk menularkan
ilmu kepada masyarakat baik di podok pesantren maupun di
sekolah-sekolah formal.
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
Narasumber Untuk kedepannya saya ingin disambi nanti pengabdian di
Masyarakat dengan mengajar di sekolah dan saya ingin embuk
sebuah usaha yaitu mendirikan sebuah toko kelontong dan toko
pakaian. Selain itu saya ing melanjutka usaha dari orang tua saya
yaitu ayah saya memuat usaha optik. Sempat ayah
membanguntoko optik tapi sekarang sudah tutup dan karyawannya
juga sudah banyak yang emmbuka toko optik sendiri akhirnya
dalam benak saya ingin membuka lagi dari usaha ayah saya. Untuk
asalah batiniyah ya itu masalah pingin mendapatkan jodoh bisa
dapat istri yang solihah. Menurut saya cita-cita boleh apa saja tidak
harus sesuai dengan jurusan kuliah. Terserah Allah emmberi jalan
rejeki.
Peneliti Bagaimana respon anda saat cita-cita anda dicela orang lain?
Narasumber Saya terkenal dengan orang yang cuek, jadi yo wis ben lah orang
xxxv
mau ngendiko apa. Kalo baki kita itu baik ya jalani saja. Teman-
teman saya juga tahu “halah nek Najib no paling dinengke wae”
Kalo dapat kritik dari orang saya saangat menerima banget. Karena
yang bisa menilai kita itu adalah orang lain, terutma teman dekat
kita.
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Kalo untuk menumbuhkan semangan yang sudah luntur gar naik
lagi itu kalo saya pribadi biasanya saya lari ke ibu dulu. Ada satu
peristiwa di masa lalu saya curhat sama ibu saya” bu kalo saya
buka usaha online gimana? Kok kayane aku ra mungkin di bidang
ngono ki Bu”. Ibu bilang “dilakoni sek njajal! Ojo ngomong ra iso
sek!”. Saya tidak terlalu perduli dengan tantangan karena prinsip
hidup saya mengalir. Misalnya untuk kuliah saya lebih sering
memilih dosen sesuai dengan jadwal saya pribadi. Jadi tidak
mempertimbangkan apakah itu dosen mudah atau tidak.
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
xxxvi
Tempat : Perpustakaan kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.30 WIB
Nara Sumber : Fauzia Fadiah Elvina
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Pendapatku makul akhlak tasawuf cukup menarik karena isinya
mmbuatku penasaran untuk mencoba dan membuktikan teori-
teorinya.
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Yang dulu sering pesimis sekarang mulai menjadi optimis
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Sangat penting sekarang di era modern banyak sekali kalangan
yang akan merusak moral bangsa. Apa lagi masa sekarang ketika
manusia tidak ada pedoman atau bekal untuk mendekatkan
terhadap Allah, maka manusia akan di gerus oleh zaman kesesatan.
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber saya yakin doa apapun yang saya lantunkan akan terkabul, hanya
Allah saja yang menentukan mungkin tidak di beri hri ini, bisa jadi
besok, lusa atau seterusnya. Karena Allah memberi apa yang saya
butuhkan bukan yang saya inginkan.
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-harik, misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Sabar dan tetap tenang. Karena Allah memberikan cobaan tidak
akan melebihi batas kemampuan hambanya. Semua ada masanya.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
xxxvii
tercapai?
Narasumber Berusaha agar cita-cita saya tercapai. Contoh saya ingin bekerja di
sekolah. Dan saya mencoba melamar ke sekolah-sekolah. Saya
juga berdoa kepada Allah agar diberikan yang terbaik. Tapi
semuanya saya serahkan kepada Allah.
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
Narasumber Cita-cita belum tentukan karena saya tipe orang yang mengalir.
Peneliti Bagaimana respon anda saat cita-cita anda dicela orang lain?
Narasumber Sedih tentunya. Tapi karena kita hidup pasti ada hikmahnya. Jadi
saya berusaha untuk menerima dan tidak berhenti untuk mencoba.
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Saya tetap mengontrol emosi
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
Tempat : Ruang A.213 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.30 WIB
xxxviii
Nara Sumber : Zeni Nur Kholida
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Saya pribadi suka dengan mata kuliah ini. Ya karena itu. Salah
satunya tidak memberikan teori saja tapi langsung diaplikasikan
dalam dnia nyata. Ya pokoknya kalau mengikuti makul ini saya itu
lebih positif thingking sama Allah mbak. Yang jelas jadi optimis
saja
Peneliti Apakah pembelajaran akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap
pola pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Wah iya jelas mbak, salah satu contohnya dulu saya belum tau apa
itu ikhlas. Setelah ikut mata kuliah ini saya lebih tau apa itu ikhlas
sesungguhnya. Selain itu ya itu tadi mbak, saya lebih menjadi
pribadi yang optimis, legowo tapi ya etap yakin dan berusaha saat
saya punya keinginan.
Kalau etitude sih emang tidak secara drastis ya mbak. Kalau saya
bilang berubah kok kaya terlalu PD gitu ya. Iya kalau menurut saya
sih ya tetap ada perubahan di diri saya mbak. Yang jelas jadi lebih
PD karena mungkin saya jadi bisa bersyukur dalam menjalani
hidup.
Ya sedikit insyaAllah mba, misalpun tdk berubah, minimal saya
lebih bisa mengontrol tingkah laku saya.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Wah saya rasa penting mb, apa lagi kalau kita lihat zaman sekarang
ini mb, akhlak pemudanya menurut saya perlu dikontrol atau bisa
juga dibenahi. Contohnya saya sendiri lah mb, dulu saya saja dari
sekolah umum dari SD sampe SMA mb....njen tau sendiri lah,
logika itu jadi nmr 1 kan mb...dan semua itu selalu
xxxix
diperhitungkan...nah kaya gitu kan seperti kurang pasrah atau
malah seolah2 kurang percaya adanya campur tangan Allah di
hidup kita....nah kalau itu kan malah ngeri mb....maka nya menurut
saya penting sekali mbak untuk disampaikan ke generasi muda
sekarang
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Hehehe ya wajar lah mbak manusiawi pasti ada rasa kecewa, tapi
saya bolak balikkan sendiri pikiran saya, yang saya inget selalu itu
kalau Allah blm mengabulkan berarti itu kurang baik bagi diri
anda, kalau tidak juga bisa saja ditunda untuk dikabulkan, mungkin
juga Allah akan mengganti dengan yang lebih baik lagi. Karena
Allah itu sayang sama kita dan tau apa yang terbaik buat kita
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Setelah saya ikut akhlak tasawuf ini saya jadi lebih positif mbak
saat punya masalah, istilahnya tidak kemprungsung. Saya yakin
saya bisa menyelesaikan masalah yang saya hadapi, kalau toh tidak
bisa, saya yakin itu sudah bukan ranah saya yang bisa
menyelesaikan, saya pasrahkan sama Allah.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
tercapai?
Narasumber Yang jelas lewat sedekah dan berdoa, dan yg jelas yakin dan ikhlas
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
Narasumber Menjadi guru agar bisa menularkan ilmu. Kemudian ziarah ke
tanah suci
Peneliti Bagaimana respon anda saat cita-cita anda dicela orang lain?
Narasumber Alhamdulillah selama ini tidak ada yang mencela. Dan kebetulan
permintaan yang saya inginkan kan cukup saya yang tau, eh
tentunya dg Allah.
xl
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Pinter-pinternya diri kita sendiri mengendalikan pikiran pesimis itu
mbak
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
Tempat : Perpustakaan kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.30 WIB
Nara Sumber : Mohamad Teguh haryanto
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
xli
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Menurut saya kahlak tasawuf sangat penting diajarkan pada
mahasiswa agar mahasiswa tahu hakikat hidup, yaitu beribadah
kepada Allah. Aplikasinya sudah bagus. Materi dapat diterapkan
mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga manfaatnya bisa
dirasakan langsung.
Peneliti Apakah pembelajaran akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap
pola pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Sedikit banyak membawa perubahan terhadap pola pikir, etika
dan perilaku.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Ibaratnya akhlak tasawuf menjadi rem dalam kehidupan modern.
Karena kecanggihan teknologi waktu kita habis untuk urusan itu.
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Intropeksi dulu kenapa belum terkabul. Apakah kewajiban saya
belum terpenuhi, atau janji yang belum saya tepati. Kemudian saya
memperbaiki perilaku saya yang salah sambil memantaskan diri.
Tetap berdoa dan positif thinking.
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Kadangkala mengeluh, tapi saya diingatkan lagi bahwa setiap
masalah memiliki solusi. Kalau sekarang lebih legowo.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
tercapai?
Narasumber Ikhtiar, doa dan memantaskan diri menjadi pribadi yang siap
menerima pengabulan doa.
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
xlii
Narasumber Kuliah lancar, dapat memanfaatkan ilmu yang saya dapat di sini.
Peneliti Bagaimana respon anda saat cita-cita anda dicela orang lain?
Narasumber Abaikan saja yang jalanin kan kita. Tapi kalau ada saran yang
membangun saya terima.
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Cari lungkungan yang membuat kita selalu positif.
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
Tempat : dusun Gedongan RT.3 RW.2 Kecandran Salatiga
Pukul : 15.00 WIB
Nara Sumber : Sinta Maria Dewi
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
xliii
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Menurutku akhlak tasawuf memang penting khususnya untuk
mahasiswa yang notabennya labil, untuk menjaga diri.
Peneliti Apakah pembelajaran akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap
pola pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Mestinya begitu mbak. Meskipun saya belum merasakan seratus
persen. Masih banyak yang perlu dibenahi dari diriku.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Penting sekali, seperti yang saya katakan tadi untuk menjaga diri.
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Sabar, tetap berusaha dan tawakal
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Saya coba mencari solusi terbaik. Kalau Allah menghendaki pasti
akan dibantu.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
tercapai?
Narasumber Tulis target. Beri jangka waktu. Disebutkan tiap kali berdoa
terutama abis salat.
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
Narasumber Jangka pendek skripsi selesai, lulus S1 lanjut S2. Amin
Peneliti Bagaimana respon anda saat mimpi atau cita-cita anda dicela orang
lain?
Narasumber Ya gak gimana-gimana. Justru kita membuktikan bahwa apa yang
mereka bilang itu tidak benar
xliv
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
Tempat : Ruang A.213 kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 11.30 WIB
Nara Sumber : Fitria Nur Malasari
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
Narasumber Setau saya lebih ke teori, jadi praktik di kehidupannya belum
xlv
terlalu diprioritaskan. Mahasiswa dihimbau untuk bisa praktik tapi
tdak dituntun.
Peneliti Apakah pembelajaran akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap
pola pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Ya, itu sudah pasti. Karena akhlak tasawuf memberi pengauh
terhadap pola pikir maka perilaku saya pun otomatis berubah.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Sangat penting. Karena sebagai pembenteng diri, untuk bisa
mendekatkan diri kepad Allah
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Khusnudzon, percayakan semua pada Allah. Karena Allah
memberikan apa yg kita butuhkan bukan apa yg kita inginkan.
Selain itu, tetap tawakal dan terus berusaha
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Berdoa kepada Allah untuk menyelesaikan semua masalah kita.
Allah yg memberi ujian maka Allah juga yg akan
menyelesaikannya. Tetap jalankan semua yg ada didepan kita
tanpa mengurangi totalitas.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
tercapai?
Narasumber Manajemen waktu, manajmen hati dan manajemen diri
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda?
Narasumber Kuliah di luar negeri kalau bisa.
Peneliti Bagaimana respon anda saat mimpi atau cita-cita anda dicela orang
lain?
Narasumber Kalau lagi badmood ya jengkel, tapi kalau moodnya sedang baik
kalem aja, santai aja. Toh mereka tidak mengerti apa-apa.
xlvi
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Cari quotes, cari penyemangat, hibur diri, doa sama Allah
Transkip Wawancara Mahasiswa IAIN Salatiga tentang “Mata Kuliah Akhlak
Tasawuf dan Adversity Quotient”
Hari/tanggal : 14 Agustus 2017
Tempat : Perpustakaan kampus 3 IAIN Salatiga
Pukul : 10.16 WIB
Nara Sumber : Budhi Suto Permono
Jabatan : Mahasiswa IAIN Salatiga
Peneliti Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah di IAIN Salatiga?
xlvii
Narasumber Bagi saya akhlak tasawuf merupakan mata kuliah yang sangat
tinggi dan harus membuktikan yang lebih dalam. Bagi orang awam
seperti saya ya sulit untuk benar-benar memahami tentang akhlak
tasawuf itu sendiri.
Peneliti Apakah makul akhlak tasawuf memberi pengaruh terhadap pola
pikir, dan etitude dan perilaku?
Narasumber Sangat berpengaruh, sangat merubah pola pikir saya. Untuk
mematangkan pikiran juga. Karena disitu kita juga bisa
memperluas pemikiran dan memperdalam pemikiran dan dulu saya
juga pernah mengikuti makul akhlak tasawuf dengan bab
managemen hati. Disitu saya juga bisa belajar tentang bagaimana
memanagemen perasaan hati untuk kedepannya.
Peneliti Bagaimana pendapat anda tentang pentingnya mempelajari tasawuf
dalam kehidupan modern?
Narasumber Sangat penting untuk menambah wawasan pengetahuan dan
sebagai acuan dalam memilih cara hidup yang harus dilakukan
dalam kehidupan modern.
Peneliti Bagaimana respon anda jika doa anda tidak segera dikabulkan?
Narasumber Kita perpegang untuk istiqamah dan posting (positif thinking).
Peneliti Bagaimana respon anda saat menghadapi kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya?
Narasumber Berdoa, bercerita. Kalau berdoa kita bisa lebih tenang. Kalau
bercerita sama teman atau orang tua kayanya beban jadi berkurang.
Peneliti Bagaimana bentuk usaha yang anda lakukan agar target anda cepat
xlviii
tercapai?
Narasumber Bikin planing dan mengatur strategi. Misalnya membuat catatan
jadwal kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan setiap harinya.
Agar tidak ada hal-hal penting yang terlewat untuk dilakukan.
Peneliti Apa yang menjadi harapan atau cita-cita anda saat ini?
Narasumber Menyelesaikan kuliah tepat waktu.
Peneliti Bagaimana respon anda saat cita-cita anda dicela orang lain?
Narasumber Biasa aja mbak. Omongan orang tidak saya ambil pusing.
Peneliti Bagaimana respon anda tidak percaya dengan kemampuan anda
sendiri?
Narasumber Lagi-lagi saya akan bicarakan dengan teman, saudara atau orang
tua. Memimta pendapat mereka agar lebih mantap dalam
melanglah.
WAWANCARA MAHASISWA IAIN SALATIGA
xlix
l
li
WAWANCARA DOSEN AKHLAK TASAWUF IAIN SALATIGA
lii
KEGIATAN PEMBELAJARAN AKHLAK TASAWUF
liii
liv
lv
lvi