akhlak tasawuf - uts - laporan bacaan 'falsafat dan mistisme dalam islam

23
MAKALAH AKHLAK TASAWUF LAPORAN BACAAN BUKU “FALSAFAT DAN MISTISME DALAM ISLAM” OLEH: HARUN NASUTION Dosen Pembimbing: Drs. S. Hamdani, M.Ag Disusun Oleh: Vanny Rosa Marini 1113051000025 Jakarta, 2013

Upload: vanny-rosa-marini

Post on 26-Nov-2015

139 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Merupakan laporan bacaan atau semacam memberi gambaran ringkas tentang isi buku menggunakan bahasa pribadi penulis

TRANSCRIPT

Page 1: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

MAKALAH AKHLAK TASAWUFLAPORAN BACAAN BUKU

“FALSAFAT DAN MISTISME DALAM ISLAM”OLEH: HARUN NASUTION

Dosen Pembimbing:Drs. S. Hamdani, M.Ag

Disusun Oleh:Vanny Rosa Marini

1113051000025Jakarta, 2013

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran IslamFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 2: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

Kata Pengantar

﷽Segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmatNya segala bentuk kebaikan

menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusanNya Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Makalah laporan bacaan dari buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” yang dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Akhlak Tasawuf ini saya persembahkan kepada masyarakat untuk mengetahui ilmu-ilmu tasawuf secara intermezo dan ringkas.

Disini saya insya Allah akan memaparkan sekilas tentang beberapa tokoh pemikir atau filosof Islam setelah masa Yunani dan asal-usul Tasawuf beserta tingkatan-tingkatannya. Saya berharap pembaca juga berkenan memberikan saran, kritik dan masukan kepada saya karena makalah ini masih ada kekurangannya.

Ya Allah Ya Rahmaan, Engkaulah yang akan mengadili perkara-perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaMu. Tunjukkanlah saya jalan kebenaran dengan izinMu untuk menyelesaikan makalah ini. Ridhoilah usaha hamba sebagai hal yang bermanfaat bagi ummat.

Jakarta Timur, 17 Dhulhijjah 1434 H / 22 Oktober 2013Vanny Rosa Marini

i | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 3: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

BAB I: Pendahuluan...................................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................................1

C. Pentingnya Membuat Laporan.........................................................................................2

D. Menarik............................................................................................................................2

BAB II: Pokok-Pokok Isi Buku..................................................................................................3

A. Bagian Pertama: Falsafat Islam.......................................................................................3

1. Kontak Pertama antara Islam dan Ilmu Pengetahuan serta Filsafat Yunani..............3

2. Ya’kub ibnu Ishaq al-Kindi..........................................................................................3

3. Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria al-Razi..............................................................4

4. Abu Nasr Muhammad al-Farabi..................................................................................4

5. Abu Ali Husein ibnu Abdillah ibnu Sina......................................................................5

6. Abu Hamid Muhammad al-Gazali...............................................................................5

7. Abu al-Walid Muhammad ibnu Muhammad ibnu Rusyd.............................................6

B. Bagian Kedua: Mistisme Islam – Tasawuf......................................................................6

1. Asal Usul Tasawuf........................................................................................................6

2. Jalan Untuk Dekat Kepada Tuhan...............................................................................7

3. Al-Zuhd dan Stasiun-Stasiun Lain................................................................................7

4. Al-Mahabbah................................................................................................................8

5. Al-Ma’rifah...................................................................................................................8

6. Al-Fana’ dan Al-Baqa’.................................................................................................8

7. Al-Ittihad......................................................................................................................8

8. Al-Hulul........................................................................................................................9

9. Wahdat al-Wujud..........................................................................................................9

BAB III: Manfaat Buku Bagi Pembaca....................................................................................10

A. Manfaat Bagi Penulis.....................................................................................................10

B. Manfaat Bagi Orang Lain..............................................................................................10

BAB IV: Komentar Kritis.........................................................................................................11

BAB V: Kesimpulan.................................................................................................................12

ii | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 4: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” ini merupakan kumpulan ceramah oleh bapak alm. Harun Nasution yang disampaikan kepada Kelompok Diskusi tentang Agam Islam di Komplek IKIP Jakarta pada tahun 1970 dan kuliah-kuliah yang diberikan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Nasional, Jakarta mulai dari tahun 1970.

Ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah tersebut disususun menjadi sebuah buku terutama untuk keperluan mahasiswa dalam menempuh kuliah Akhlak Tasawuf sebagai selah satu buku referensi yang penting dalam memahami lebih lanjut apa itu Falsafat dan Tasawuf. Dan insya Allah buku ini juga bermanfaat untuk para pembaca di luar lingkup Universitas atau Mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan ilmunya.

Sungguhpun buku unik ini juga membawa manfaat yang luar biasa kepada saya pribadi, dimana saya juga dalam proses memhami ilmu-ilmu agama dan senantiasa haus akan ilmu. Saya sangat tertarik jika ada buku-buku yang ‘tidak biasa’ karena dilihat dari judulnya saja buku ini sudah membuat saya penasaran setengah mati hingga akhirnya saya diberi rizki oleh Allah untuk membeli sendiri dan diberi waktu luang oleh Allah untuk membacanya.

Buku ini sempat membuat saya sedikit ‘takut’ karena isi dan konten nya masih belum dipahami secara mendalam oleh saya, karena bahasa yang diterapkan bapak Harun Nasution ini belum tentu sama terjemahannya dengan pemahaman saya. Sembari membaca buku ini, sejalan pula saya semakin memantapkan aqidah.

Sampai akhirnya bapak Hamdani, dosen saya memberi sebuah tugas spesial yaitu membuat laporan bacaan dari salah satu buku yang ada pada silabus mata kuliah Akhlak Tasawuf. Saya pun memilih buku ini karena buku ini tergolong ‘unik’ menurut saya sendiri.

Buku ini selain memberi ta’rif atau definisi juga memberikan contoh-contoh pada permasalahan-permasalahannya dimana suatu contoh merupakan unsur yang sangat penting bagi tiap pembaca untuk memahami buku yang dibacanya, hal yang juga dialami oleh saya sendiri.

B. Tujuan

Selain untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Akhlak Tasawuf, tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk meringkas dan melaporkan apa yang saya dapatkan dari membaca, memahami dan menguasai isi buku ini kepada masyarakat untuk memahami falsafat dan mistisme islam (tasawuf) secara intermezo saja.

Supaya orang-orangyang bukan dari kalangan mahasiswa saja yang bisa memahami falsafat dan tasawuf, namun juga masyarakat umum yang ingin mempelajari dan memahami ilmu agama lebih lanjut lagi.

Mempelajari falsafat diperlukan karena sebagi makhluk yang bernyawa kita dituntut untuk berpikir, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW,

1 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 5: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

“Menuntut ilmu itu adalah wajib atas seluruh kaum muslimin dan muslimah.” Falsafat Islam dapat membuat kita berpikir lebih kritis bisa memantapkan atau menggeserkan aqidah. Maka dari itulah menuntut ilmu tidak boleh setengah-setengah apalagi ilmu agama harus dipelajari secara menyeluruh walaupun sampai akhir hayatpun kita tidak mampu menguasai semuanya, yang penting adalah niat, kemauan dan usaha kita. Mempelajari ilmu agama secara mendalam membuat kita tetap pada right track atau jalur yang lurus dan benar.

Demikian juga mempelajari tasawuf, sama pentingnya. Tasawuf atau Mistisme dalam Islam dapat membuat kita terpacu, tergoda untuk mengikuti jalan dan cara hidup para sufi yang telah menyerahkan hidup serta dirinya kepada Allah SWT. Disana kita dapat meneladani perilaku dan akhlak para sufi dengan sikap ke-zuhud-annya, membuat kita terdorong untuk senantiasa memperbaiki sikap. Tasawuf mengajarkan kita untuk selalu bertobat, hidup zahid, sederhana dan senantiasa rindu untuk dekat dengan Sang Pencipta.

Demikianlah tujuan makalah ini dibuat supaya masyarakat umum bisa mengetahui dua aspek ilmu penting dalam Islam yang mudah-mudahan semakin memantapkan aqidah kita.

C. Pentingnya Membuat Laporan

Ada dua manfaat yang insya Allah saya dapatkan dalam membuat laporan bacaan ini, yang satu manfaat bagi diri saya dan kedua untuk yang membacanya. Inilah pentingnya membuat laporan, supaya sebuah laporan bisa menebar manfaat bagi umat.

Laporan bacaan penting dibuat untuk memberikan gambaran singkat atau sekilas tentang sebuah buku,. Laporan bacaan juga bisa menjadi alat tolak ukur sebagaimana jauh kita memahami dan menguasai isi buku, sejauh mana kita bisa bermanfaat bagi orang lain dengan sebuah buku.

Yang saya harapkan dari laporan bacaan ini supaya orang lain bisa memperkirakan isi buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” sebelum membacanya secara langsung, sehingga laporan bacaan ini bisa sekaligus menjadi panduan referensi yang baik.

D. Menarik

Pembahasan dalam Makalah ini menarik karena mungkin ilmu filsafat dan tasawuf masih jarang orang yang paham secara menyeluruh. Sehingga ketika membaca laporan bacaan ini insya Allah kita akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru.

Seperti itupun yang saya rasakan ketika membaca buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” saya mendapatkan sesuatu yang baru dan menarik sebab memang buku ini beda dari buku pada umumnya. Terutama pada bab falsafat yang rata-rata bab nya menuntut saya untuk berpikir keras mencerna pembahasannya disana saya sangat berhati-hati dalam memahami nya karena mungkin ada beberapa maksut yang berbeda dengan keyakinan orang pada umumnya.

Dengan demikian pengetahuan tidak lagi sempit dan membuat pikiran semakin lapang, semoga pembaca juga mendapatkan sisi menarik dari laporan bacaan ini.

2 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 6: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

BAB IIPOKOK-POKOK ISI BUKU

A. Bagian Pertama: Falsafat Islam

1. Kontak Pertama antara Islam dan Ilmu Pengetahuan serta Filsafat Yunani

Alexander Yang Agung mengalahkan Darius pada tahun 331 sebelum Islam, ia datang untuk menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia dengan cara mengadakan hubungan-hubungan perkawinan serta mendirikan kota-kota dan koloni-koloni. Ketika Alexander meninggal, kerajaanya terbagi menjadi Macedonia di Eropa, Ptolemeus di Mesir dan Seleucid di Asia. Ptolemeus dan Seleucus tak berhasil menyatukan peradaban Yunani dan Iran namun kebudayaan dan peradaban Yunani meninggalkan bekas besar di daerah-daerah tersebut. Alexandria, Antioch dan Batra menjadi pusat ilmu pengetahuan di falsafat Yunani.

Di bawah kepemerintahan Harun al-Rasyid menjadi Khalifah tahun 786 M, penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab pun dimulai. Orang-orang dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Dengan kegiatan penerjemahan ini, karangan-karangan Aristiteles, Plato, Galen dan karangan-karangan ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapat dibaca oleh ulama Islam.

Karangan-karangan Yunani sangat menarik perhatian kaum Muktzilah sehingga cara bepikir mereka mulai terpengaruh, hal inilah yang membuat teologi kaum Muktazilah rasional dan liberal.

Tak lama kemudian banyak timbul para filosof, ahli ilmu pengetahuan atau pemikir dari kalangan umat Islam.

2. Ya’kub ibnu Ishaq al-Kindi

Seorang penganut aliran Muktazilah yang berasal dari Kindah, Yaman. Meski hidup pada zaman penerjemahan buku-buku Yunani, tapi ia lebih suka mengarang buku sendiri atau memberi kesimpulan daripada menerjemahkan.

- Falsafat Ketuhanan Al-Kindi membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian, yaitu: Pengetahuan

Ilahi seperti al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada nabi dan Pengetahuan Manusiawi atau falsafat. Bagi al-Kindi falsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah falsafat utama, yaitu tentang Yang Maha Benar Pertama (Tuhan), yang menjadi sebab bagi segala yang benar. Dan menurutnya falsafat adalah pengetahuan tentang yang benar.

- Falsafat Jiwa Menurut al-Kindi roh tidak tersusun, simple tapi mempunyai arti penting yang

bersumber langsung dari Tuhan. Roh merupakan sesuatu berbeda dari badan yang mempunyai wujud yang kasat mata, roh bersifat kekal dan tidak hancur, karena roh-lah yang mengantarkan kita kembali kepada Tuhan.

3 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 7: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

3. Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria al-Razi

Al-Razi yang terkenal di dunia Barat dengan nama Rhazes dari buku-bukunya tentang ilmu kedokteran ini hidup pada 863-925 M. karangannya yang terkenal adala “Tentang Cacar dan Campak” yang telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan menjadi salah satu ensiklopedia ilmu kedokteran.

- Falsafat Lima Kekal Falsafatnya terkenal dengan doktrin Lima Yang Kekal, yaitu: Tuhan, Jiwa

Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut. Tuhan dan Jiwa itu hidup dan aktif, Materi itu tidak hidup dan pasif, sedangkan Ruang dan Masa tidak aktif dan tidak pasif.

- Roh dan Materi Menurut al-Razi, Tuhan awalnya tidak berniat menciptakan alam ini, namun

suatu ketika roh tertarik pada materi. Tuhan datang menolong Roh dengan membentuk alam ini sehingga roh bisa mencari kesenangan materi di dalamya.

- Rasio dan Agama al-Razi adalah seorang rasionalis yang hanya percaya pada kekuatan akal ia

berani mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan paham umat Islam, ia tidak percaya wahyu, menurutnya Qur’an bukanlah mukjizat, ia juga tidak percaya pada nabi-nabi dan menurutnya ada hal yang kekal selain Tuhan.

4. Abu Nasr Muhammad al-Farabi

Seorang filsuf yang lahir di Wasij, Farab (Transoxania) di tahun 870 M ini berkeyakinan bahwa falsafat tak boleh sampai diketahui oleh orang awam dengan cara menggunakan gaya-gaya bahasa yang sulit dimengerti ketika mengungkapakan pendapatnya.

- Falsafat Emansipasi / Pancaran Disini al-Farabi menjelaskan bagaimana bisa banyak hal-hal besar yang timbul

dan berkembang dari Tuhan yang bersifat Mahasatu. Disini Tuhan sebagi akal, berpikir tentang diriNya dan dari pemikiran tersebut timbullah suatu wujud lain sebagi wujud pancaran keeksistensianNya, yaitu alam semesta ini.

- Falsafat Kenabian Falsafat ini dikemukakan oleh al-Farabi untuk menentang pemikiran al-razi

yang tak beriman kepada Nabi dan Rasul, menurutnya para Nabi dan Rasul diberi mukjizat oleh Tuhan berupa daya imajinasi yang begitu kuat untuk berhubungan langsung dengan Tuhan.

- Teori Politik Menurut al-Farabi, teori politik dengan falsafat kenabian mempunya hubungan

yang sangat erat. Nabi dan Rasul mempunyai pekerjaan akal yang terbaik yang pernah ada di bumi mereka mempunyai datang membawa firman Tuhan agar bisa mnegatir negara, mendidik akhlak manusia sehingga menciptakan kehidupan sosial politik yang baik.

4 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 8: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

5. Abu Ali Husein ibnu Abdillah ibnu Sina

Ibnu Sina adalah seorang pemikir fisika, matematika, kedokteran, hukum, dan ilmu-ilmu pengetahuan lain pada zamannya. Ia lahir di Afsyana, dekat Bukhara pada tahun 980 M. Ia menulis esnsiklopedia ilmu kedokteran dengan nama al-Qanun fi al-Thibbi ketika di Juzjan.

- Falsafat Jiwa Merupakan pemikiran terpenting yang pernah dihasilkan oleh ibnu Sina, seperti

al-Farabi ia pun menganut teori pancaran. Ibnu Sina membagu Jiwa dalam tiga bagian, yaitu: Jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya makan, tumbuh dan berkembang, jiwa bintang dengan daya gerak dan menangkap serta Jiwa manusia dengan daya praktis (hubungannya dengan badan) dan daya teoritis yang menyangkut akal.

- Falsafat Wahyu dan Nabi Tuhan memberi kepada para manusia yang terpilih sebuah akal materiil yang

kuat, yaitu intuisi atau al-hads sebagaimana yang dinamai oleh Ibnu Sina. Ini adalah bentuk akal tertinggi yang hanya ada pada para Nabi.

- Falsafat Wujud Wujud adalah peran terpenting dalam merealisasikan sebuah esensi yang dalam

akal. Wujud membuat suatu esensi menjadi masuk kenyataan. Esensi dan wujud bisa dikombinasikan menjadi mumtani (esensi tak berwujud), mumkin (esensi yang berwujud atau tidak) dan wajib al-wujud (esensi yang berwujud). Dengan argumen ini Ibnu Sina ingin membuktikan adanya wujud Tuhan menurut logika.

6. Abu Hamid Muhammad al-Gazali

Murid dari Imam al-Haramain al-Juwaini yang mempelajari teologi, hukum Islam, falsafat, logika dan sufisme ini lahir di kota Gazaleh pada tahun 1059 M. Al-Gazali awalnya dikenal sebagi orang yang syak terhadap segala sesuatu karena ia ingin mencari kebenaran dari yang diyakininya sebenar-benarnya kebenaran.

- Kritik Terhadap Filosof-Filosof Al-Gazali mempelajari falsafat untuk mencari kebenaran-kebenaran yang dikemukakan para filosof yang menurutnya tidak seratus persen benar dan ada yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Satu-satunya kebenaran yang diyakini al-Gazali adalah dengan cara bertasawuf untuk mendekatkan diri langsung kepada Tuhan. Didalam bukunya Tahafut al-Falasafilah ia menyalahkan para filosof yang mengatakan Tuhan tidak mempuyai sifat dan berpendapat bahwa alam ini akan kekal yang menurutnya bisa menyebabkan kekufuran.

- Tiga Golongan Manusia Menurut al-Gazali umat manusia terbagi kedalam: kaum awam, yang

berpikirnya sangat sederhana, kaum pilihan yang akalnya tajam dan berpikir mendalam dan kaum penengkar dengan sifat-sifatnya yang mematahkan argumen-argumen.

5 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 9: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

7. Abu al-Walid Muhammad ibnu Muhammad ibnu Rusyd

Ia pernah menjadi hakim dan dokter istana, lahir di Cordoba pada tahun 1126 M. merupakan filosof yang pengaruhnya tidak disenangi di kalangan istana oleh kaum ulama dan fuqaha karan dituduh menyelewengkan ajaran Islam. Ibnu Rusyd meninggalkan beberapa karangan dalam ilmu hukum dan ilmu kedokteran selain dalam bidang filsafat.

- Filsafat Tidak Bertentangan dengan Islam Tugas Filsafat yang menyuruh manusia untuk berpikir tentang wujud dan alam

sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Menurutnya al-Qur’an pun menyuruh manusia untuk berfilsafat atau setidaknya agar dipelajari. Ibnu Rusyd menentang al-Gazali yang tak percaya hukum kausalitas menjelaskan bahwa pandangan Islam terhadao alam ini adalah berlaku hukum kausalitas tersebut.

- Pembelaan Terhadap Para Filosof Ibnu Rusyd dengan berpedoman pada ayat-ayat al-Qur’an tertentu secara tegas

membela para filosof dan menentang serangan al-Gazali kepada para filosof. Menurut Ibnu Rusyd, al-Gazali telah salah paham dalam menafsirkan pemikiran-pemikiran para filosof.

B. Bagian Kedua: Mistisme Islam – Tasawuf

1. Asal Usul Tasawuf

- Hakikat Tasawuf Tasawuf adalah nama lain dari Mistisme dalam Islam, sedangkan Sufisme

adalah nama yang diberi oleh kaum orientalis Barat khusus untuk menyebut mistisme dalam Islam dan tidak dipakai untuk mistisme agama-agama lain.

Tasawuf atau Sufisme merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seseorang bisa berada sedekat mungkin kepada Allah SWT.

- Asal Kata Sufi Etimologi kata “Sufi” berlandaskan pada teori-teori berikut: Ahl as-Shuffah ( الصفة orang yang ikut hijrah bersama Nabi yang :(اهل

mengalami kbemiskinan karena kehilangan harta. Shaf (صف): Barisan dalam sholat, dimana shaf pertama akan

mendapatkan kemuliaan yang lebih. Shufi ( فى .Suci :(صو Shopos (Bahasa Yunani): Hikmat. Shuuf (صوف): Kain wol yang kasar melambangkan kesederhanaan dan

kemiskinan. Teori inilah yang paling diterima sebagai asal kata “Sufi”.

- Asal Usul Aliran Sufi Pengaruh Kristen yang berpaham untuk menjauhi dunia dan mengasingkan

diri dalam biara. Falsafat mistik Phytagoras yang berpendapat kesenangan roh berada pada

alam samawi, untuk memperoleh alam samawi manusia harus meningglaan hidup materi atau biasa disebut bersifat zuhud.

6 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 10: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

Falsafat emanasi Plotinus yang mengatakan Roh itu harus disucikan dngan cara meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin.

Ajaran Budha dengan paham nirwana yang harus dicapai dengan memasuki hidup kontemplasi.

Ajaran Hinduisme yang mendorong manusia meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahman.

Namun, di dalam al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa Allah itu dekat kepada hamba-hambaNya, bahkan lebih dekat dari urat nadinya sendiri.

2. Jalan Untuk Dekat Kepada Tuhan

Untuk berada sedekat mungkin kepada Tuhan, seorang sufi harus menempuh perjalanan panjang dan bertingkat-tingkat. Tingkat-tingkatan ini bisa disebut maqamat dalam bahasa Arab, stage dan stations dalam bahasa Inggris. Jalan tersebut tidaklah mudah bahkan tergolong sulit. Untuk berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya memerlukan usaha yag berat dan waktu yang tidak singkat, kadang seorang sufi harus menempuh waktu bertahun-tahun hanya dalam satu tingkat.

3. Al-Zuhd dan Stasiun-Stasiun Lain

- Al-Zuhd Stasiun pertama dan terpenting yang harus dilewati seorang sufi adalah al-

Zuhd, yaitu keadaan meninggalkan kehidupan dunia, materi dan hal-hal kebendaan. Tujuan al-Zuhd atau keadaan Zahid ialah untuk menyucikan diri dari dosa supaya bisa mendekati Tuhan. Orang-orang yang berperilaku Zuhud senantiasa bertobat dan meminta ampunan Allah, karena Allah tak dapat didekati sebelum bertobat.

- Stasiun-Stasiun Lainnya Tobat: Tobat yang dilakukan sufi bukanlah tobat abal-abal yang bisa

membawa kembali pada dosa, namun benar-bear taubatan nasuha. Tobat menurut sufisme adalah melupakan semuanya kecuali Tuhan. Mereka tak hanya menempuh sekali tobat, namun berkali-kali.

Wara’: Merupakan sikap kehati-hatian, waspada dan menjauhi hal-hal yang didalamnya terdapat syubhat atau keragu-raguan.

Kefakiran: Fakir yang dimaksud disini adalah sikap tidak meminta rezeki atau sesuatu yang lebih kepada Allah melainkan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban saja.

Sabar: Sabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah serta sabar dalam menunggu datangnya pertolongan dari Allah.

Tawakal: Yaitu sikap berserah diri kepada Allah atas segala qada dan qadar-Nya serta percaya dengan sepenuh hati akan janji Allah.

Kerelaan: Tidak menentang qada dan qadar Tuhan, mengeluarkan segala rasa benci, merasa senang ketika menerima malapetaka sebagaiamana saat menerima nikmat.

7 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 11: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

4. Al-Mahabbah

al-Mahabbah artinya adalah cinta dan cinta yang dimaksud disini adalah kecintaan kepada Tuhan. Pengertian mahabbah lebih luasnya bisa menjadi mengosongkan hati dari segala-galanya dan hanya memberikan tempat untuk Tuhan.

Menurut al-Sarraj ada tiga tingkatan mahabbah, yaitu: Cinta Biasa yang umumnya diwujudkan dengan dzikir, Cinta orang yang kenal pada Tuhannya biasanya ia mampu menghadirkan kehadirat Tuhan dan berdialog denganNya ia sanggup menyingkap tabir menuju Tuhan, Cinta orang arif yang tahu betul Tuhan sehingga sifat Tuhan yang dicintainya masuk kedalam dirinya.

5. Al-Ma’rifah

Mahabbah dan ma’rifah menggambarkan dua aspek dari hubungan yang sangat dekat antara seorang sufi dengan Tuhan, jika mahabbah menggambarkan hubungan dalam bentuk cinta, ma’rifah dalam bentuk gnosis, pegetahuan dengan hati sanubari.

Keadaan ma’rifah hanya ada pada para sufi yang telah secara khusus diberi langsung oleh Tuhan kedalam hatinya sehingga ia mampu melihat Tuhan dengan mata hatinya. Dikala roh dan hati telah suci, kosong dan tidak berisi apapun saat itulah Tuhan menurunkan cahayaNya kepada sufi yang telah dipilihNya.

6. Al-Fana’ dan Al-Baqa’

Setelah seorang sufi mampu melihat Tuhan dengan mata hatinya dan sebelum ia dapat bersatu dengan Tuhan, ia lebih dulu harus menghancurkan hatinya yaitu selama ia masih sadar akan dirinya, penghancuran inilah dalam istilah tasawuf disebut fana’.

Fana’ yang dicari seorang sufi adalah penghancuran diri atau al-fana’ ‘an al-nafs yaitu hancurnya kesadaran tentang tubuh kasar manusia. Penghancuran ini senantiasa diiringi dengan baqa’ yang artinya tetap hidup. Sesuatu yang tetap hidup yang dimaksudkan disini ialah antara lain pengetahuan, ketakwaan maupun sifat-sifat baiknya.

7. Al-Ittihad

Yang dimaksud dengan ittihad dalam tasawuf ialah seperti suatu tingakatan di mana seorang sufi bisa menyatu dengan Tuhan sehingga salah satu dari mereka-sufi atau Tuhan-bisa memanggil yang satu lagi dengan sebutan “Hai aku”.

Seringkali seorang sufi menyebut Tuhan sebagai “Aku” namun yang dimaksud olehnya sebenarnya adalah memang Tuhan, bukan dirinya sendiri ataupun menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kata-kata tersebut disebutnya melalui Tuhan dalam ittihad yang dicapainya dengan Tuhan.

Paham ittihad yang juga sering disebut dengan hulul atau tawhid oleh ulama syariat Islam dipandang sebagai hal-hal yang melenceng dan bertentangan dengan Islam, karena konsep ini belum jelas dan masih rancu.

8 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 12: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

8. Al-Hulul

Hulul dalam keterangan Abu Nasr al-Tusi ialah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada pada tubuh itu dilenyapkan.

Menurut al-Hallaj, dalam diri manusia ada lahut (unsur keTuhanan) dan nasut (unsur kemanusiaan) yang memungkinkan terjadinya persatuan antar Tuhan dalm diri manusia.

Perbedaan antara ittihad dengan hulul adalah jika ittihad yang dilihat sebagai satu wujud, sedangkan hulul ada dua wujud tapi bersatu dalam satu badan atau tubuh.

9. Wahdat al-Wujud

Wahdat al-Wujud berarti kesatuan wujud, dalam paham ini tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan atau haq dan sifat kemanusiaan atau khalq. Paham ini timbul dari suatu pemahaman bahwa Allah ingin melihat diriNya di luar diriNya dan oleh karena itu dijadikanNya alam ini.

Yang ada pada alam ini terlihat banyak padahal sebenarnya itu satu. Dunia ini sebenarnya tidak mempunyai wujud, namun cerminan dari wujud atau keeksistensian Allah. Dengan demikian hanya ada satu wujud, yaitu wujud Allah.

9 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 13: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

BAB IIIMANFAAT BUKU BAGI PEMBACA

A. Manfaat Bagi Penulis

Manfaat buku ini bagi saya pribadi adalah: Pertama, saya bisa menambah referensi pengetahuan karena semakin kita banyak membaca otomatis kosakata pengetahuan kita semakin luas pula. Menambah pemahaman saya untuk mata kuliah Akhlak Tasawuf yang insya Allah membantu saya untuk menyebarkan isinya.

Kedua, manfaat makalah laporan bacaan ini bagi diri saya sendiri adalah seperti menguji sejauh mana pemahaman dan penguasaan saya terhadap buku ini, sehingga sembari menulis laporan bacaan saya juga sekaligus mereview.

B. Manfaat Bagi Orang Lain

Pertama, manfaat buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” bagi Pembaca ialah tentunya menambah pengetahuan tentang ilmu falsafat dan ilmu tasawuf. Dengan membaca ilmu falsafat kita bisa mengerti asal-usul, mengerti sejarah dan peradaban Islam, dengan membaca ilmu tasawuf bisa memacu diri kita sendiri untuk mencontoh perilaku dan cara hidup para sufi dengan semampu kita, menjadikannya sebagi suri tauladan bagi kita.

Kedua, manfaat makalah laporan bacaan ini bagi orang lain, saya berharap laporan bacaan ini sama bergunanya seperti buku aslinya. Memberika pengertian secara ringkas dan jelas sebelum pembaca terjun secara langsung untuk membaca buku aslinya, memberikan gambaran singkat tentang apa saja isi bukunya, bisa memberi masukan untuk buku aslinya.

C.

10 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 14: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

BAB IVKOMENTAR KRITIS

Pada tiap hal, termasuk buku pasti mempunyai sisi baik dan buruknya, sisi menguntungkan dan merugikannya. Dalam bab ini saya akan memaparkan bagian mana yang baik dan bagian mana yang bruk beserta alasannya.

Pertama, ditinjau dari sisi baiknya buku ini sarat akan ilmu pengetahuan Islam yang mendalam memberikan kita contoh-contoh yang sudah terjadi supaya bisa menjadi teladan, peringatan ataupun pelajaran bagi pembacanya. Buku ini cocok menjadi referensi bagi kita yang sedang belajar mata kuliah Akhlak Tasawuf maupun hanya ingin mengetahui sebagian tentang sejarah filsafat dan ilmu tasawuf.

Kedua, dari sisi buruknya. Dari judulnya saja pun mungkin bisa membuat sebagian orang bulu romanya berdiri saat melihat cover buku ini, bagi orang awam istilah mistisme dikira mengira pada hal-hal ghoib saja. Buku ini pun boleh dikatakan belum sempurna dalam segi bahasa pemaparannya. Bagi orang awam atau yang bukan kalangan intelek mungkin akan menemui kesulitan saat mencerna dan memahami gaya bahasa buku ini, karena memang bahasanya tergolong ‘tinggi’. Kemudian, pada tiap-tiap bab rata-rata penjelasannya masih singkat sehingga bagi orang yang kritis akan membuat mereka bertanya-tanya lagi akan maksut yang dipaparkan.

Dan hal yang terburuk bisa jadi adalah melencengnya aqidah kita. Falsafat merupakan ilmu yang sangat mendalam, saking mendalamnya bisa membuat orang yang tadinya taat bisa menjadi murtad. Kemantapan aqidah mutlak diperlukan sebelum mempelajari atau membaca bacaan-bacaan yang berau falsafat, dimana nanti aqidah akn menjadi pondasi keimanan, keislaman dan keihsanan kita. Aqidah yang kuat akan menjaga kita dari pikiran-pikiran radikal, sekuler atau bahkan liberal, ia menjadi penangkalnya.

11 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”

Page 15: Akhlak Tasawuf - UTS - Laporan Bacaan 'Falsafat Dan Mistisme Dalam Islam

BAB VKESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa saya dapatkan setelah membaca dan memahami buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam” ini adalah saya semakin paham akan definisi dari falsafat dan tasawuf dalam islam, semoga begitu juga yang dialami dengan para pembaca yang membaca laporan bacaan ini.

Buku ini memang sangat berguna bagi kita yang sedang menuntut ilmu keagamaan, namun setiap hal pasti mempunyai kelebihan dan kelemhannya yang telah saya sampaikan pada bab sebelumnya.

Ketika membaca buku ini baiknya kita punya seseorang tean yang lebih tau yang bisa dijadikan tempat sandaran, meminta pendapat dan penjelasan supaya ketika kita sedang membaca buku ini kemudian menemukan sesuatu hal atau kata baru yang belum kita pahami, kita bisa bertanya dan meminta penjelasan pada orang tersebut, sehingga proses kita dalam membaca dan memahami buku ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan.

Orang yang lebih paham kita butuhkan juga ketika dalam membaca buku ini kita menemui pendapat-pendapat para filosof yang terdengar aneh atau bertentangan dengan paham kita supaya kita tidak asal membantah ataupun asal percaya. Menurut saya, falsafat merupakan suatu ilmu yang amat sensitif dimana ia memerlukan pemikiran yang mendalam serta pondasi keyakinan yang kuat agar tak salah arah ketika kita sedang berada ditengah-tengah perjalanan mempelajari ilmu ini.

Selalu meminta petunjuk, bimbingan, tuntunan dan kelapangan berpikir kepada Allah SWT adalah kunci utama dalam menuntut ilmu supaya perjalanan kita tidak salah atau sia-sia. Hanya Allah tempat kita meminta, semoga kita semua selalu dalam perlindunganNya. Aamiin.

12 | AKHLAK TASAWUF: Laporan Bacaan Buku “Falsafat dan Mistisme dalam Islam”