perkembangan ilmu tasawuf

15
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF Dosen Pembimbing: Dr. Mohammad Salik M.Ag Disusun Oleh: Ulfiatu Rochmah D75214072 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS KELAS B UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2014

Upload: ulfiatu-rochmah

Post on 20-Jul-2015

764 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Ilmu Tasawuf

SEJARAH PERKEMBANGAN

ILMU TASAWUF

Dosen Pembimbing: Dr. Mohammad Salik M.Ag

Disusun Oleh:

Ulfiatu Rochmah D75214072

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS KELAS B

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2014

Page 2: Perkembangan Ilmu Tasawuf

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa menganugerahkan taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah bidang studi “Pengantar Studi Islam” dengan

lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan

kita nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap

menuju jalan yang terang, yakni Dinul islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak mungkin

dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan, terutama dari dosen pembimbing

bapak Dr. Mohammad Salik M.Ag sebagai dosen bidang studi Pengantar Studi

Islam. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan bimbingan

yang telah diberikan oleh Bapak.

Akhir harapan penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat terutama

pada penulis sendiri. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Maka dari itu saya memohon maaf jika ada kesalahan

dalam penulisan makalah ini dan penulis memohon kritik dan saran bagi

perbaikan dalam penulisan makalah ini.

Surabaya, 03 Desember 2014

Page 3: Perkembangan Ilmu Tasawuf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bila berbicara masalah sejarah perkembangan ilmu tasawuf dalam Islam,

maka sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan tasawuf itu sama saja

dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri. Hal ini mengingat

keberadaan tasawuf adalah sama dengan keberadaan agama Islam. Karena pada

hakikatnya agama Islam itu ajarannya hampir bisa dikatakan bercorak tasawuf.

Sebab itu, tidak heranlah bila kehidupan tasawuf tumbuh dan berkembang

bersamaan dengan tumbuh dan kembangnya agama Islam sejak zaman nabi

Muhammad SAW. Bahkan sebelum nabi Muhammad SAW diangkat secara resmi

sebagai Rasul-Nya, kehidupan beliau sudah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku

kehidupan shufi, beliau membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya secara

sungguh-sungguh, beliau sangat sederhana dan menderita dalam kesehariannya,

tetapi beliau tetap menghabiskan waktunya untuk beribadah dan bertaqarrub.

Didikan yang dibawa nabi Muhammad SAW memang bukan hanya

sekedar pengajaran semata. Beliau memberi contoh dengan perbuatan dan tingkah

lakunya, bukan hanya ia menyuruh atau menganjurkan yang ia sendiri tidak

melakukannya.

Kehidupan shufi nabi inilah yang mempengaruhi para sahabatnya dalam

kehidupan mereka sehari-hari dan keadaan ini berlanjut terus dengan diikuti para

tabi’in sampai sekarang ini. Salah satu bukti nyata bahwa kehidupan shufi yang

telah dipraktekan langsung oleh nabi sangat berpengaruh pada kehidupan sahabat-

sahabatnya adalah Abu Hurairah, beliau sangat sederhana dan bahkan serba

kekurangan, beliau tidak mempunyai rumah, baju pun hanya satu, makannya tidak

pernah kenyang, tapi kecintaannya dengan Allah sudah tidak dipertanyakan lagi,

beliau sangat gigih membela Islam di dunia perang.

Ilmu tasawuf berkembang seiring berjalannya abad, namun semakin

bertambahnya abad, tasawuf itu telah tercampur oleh unsur-unsur agama lain

bahkan menyebabkan kemurnian tasawuf itu hilang, dan di makalah ini akan

dijelaskan tentang baik buruknya perkembangan ilmu tasawuf.

Page 4: Perkembangan Ilmu Tasawuf

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Tasawuf ?

2. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad I sampai X hingga

seterusnya ?

3. Bagaimana perkembangan tasawuf di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami arti tasawuf.

2. Untuk memahami perkembangan tasawuf.

3. Untuk mengetahui sikap kesufian nabi Muhammad SAW dan para Sufi.

Page 5: Perkembangan Ilmu Tasawuf

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf

Secara lughat, tasawuf berasal dari bermacam-macam kata. Apabila kita

perhatikan dari bahasa arab, maka kata tasawuf berasal dari tasrif: tasawwaf-

yatasawwafu-tasawwufan. Misalnya, tasawwafar-rajulu, artinya “seorang laki-

laki sedang bertasawuf”.1

Di lihat dari aspek bahasa, tasawuf adalah sikap mental yang selalu

memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk

kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana. Sikap dan jiwa yang demikian itu pada

hakikatnya merupakan akhlak mulia. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah

atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang

digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan

para ahli untuk mendifinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai

makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia

sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai

makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya

mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan kehidupan dunia,

dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Selanjutnya jika sudut

pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka

tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang

bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang ber-

Tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan)

yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju pada kegiatan-kegiatan yang dapat

menghubungkan manusia dengan Tuhan.2

1 Rosyid Anwar Sholihin, Akhlak Tasawuf (Bandung: Nuansa, 2005), 150. 2 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), 180.

Page 6: Perkembangan Ilmu Tasawuf

2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf

A. Kelahiran Tasawuf

Kelahiran tasawuf sendiri memiliki banyak fersi. Secara historis,

yang pertama kali menggunakan istilah tasawuf adalah seorang zahid

(acsetic) yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi dari Irak (w.150 H). Ada

anggapan bahwa lahirnya ilmu tasawuf bukan bersamaan dengan lahirnya

Islam, tetapi lahirnya tasawuf itu merupakan perpaduan dari bebagai ajaran

agama.3

a) Anggapan Adanya Pengaruh Ajaran Non Islam

1) Pengaruh ajaran Kristen, yaitu adanya tulisan–tulisan tentang

rahib-rahib yang hidup menjauhi dunia dan mengasingkan diri di

padang pasir Arabia atau menempati biara-biara.

2) Pengaruh ajaan Hindu dan Budha

Ajaran Hindu banyak mendorong umatnya untuk

meninggalkan kehidupan dunia untuk lebih mendekattkan diri

dengan Tuhannya untuk mencapai Atman dengan Brahman.

Ajaran Budha tentang nirwana, untuk mencapainya seorang

budha diwajibkan meninggalkan kehidupan duniawi dan

memasuki hidup kontemplasi.

Dalam tasawuf dikenal dengan konsep fana’.

3) Pengaruh filsafat mistik phytagoras, yaitu kesenangan ruh yang

sebenarnya adalah berada di alam samawi. Maka untuk

memperolehnya, manusia harus membersihkan ruh dengan

meninggalkan kehidupan material. Dalam tasawuf dikenal dengan

zuhud.

4) Pengaruh filsafat emanasi Plotinus, dalam konsep emanasi

dijelaskan bahwa Dzat Tuhan Yang Maha Esa-lah yang memancar

dari dalam wujud ini. Ruh berasal dari Tuhan dan akan kembali

kepada-Nya. Dalam tasawuf dikenal dengan wahdatul wujud.

3 Noer Iskandar Al Barsany, Tasawuf Tarekat Para Sufi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal 8-14.

Page 7: Perkembangan Ilmu Tasawuf

b) Lahirnya Tasawuf Bersamaan dengan Lahirnya Agama Islam

Anggapan yang kedua adalah bahwa tasawuf atau sufisme itu lahir

dari agama Islam sendiri. Hal ini bisa dlihat dari ayat Al-Qur’an

maupun hadits tentang ajaran tasawuf. Dalam surat Al-Baqarah: 115

dijelaskan, “Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka

kemanapun kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah

Allah”. Dalam ayat lain Allah juga menerangkan, “Telah Kami

ciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikkan olehnya.

Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang pembuluh darah yang

ada pada lehernya”. ( Q.S. Qaff: 16). Selain itu, dalam hadits yang

diriwayatkan Imam Bukhari juga disebutkan hal serupa, yang artinya

“Jika seorang hamba mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya

sehasta, jka ia medekatiKu sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya

sedepa, dan jika ia mendekatiKu datang dengan berjalan, niscaya Aku

akan mendatanginya dengan berlari”.

Selain dalil diatas, masih banyak lagi ayat Qur’an maupun hadits

yang dijadikan dasar tasawuf oleh para sufi. Oleh karena itu, terlepas

dari adanya pengaruh dari luar atau tidak, Islam sendiri mengajarkan

sufisme. Ini berarti kelahiran tasawuf bersamaan dengan lahirnya

Islam sendiri.

B. Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam

Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan

melalui beberapa tahap sejak pertumbuhannya hingga sekarang. Pada

sejarah umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya khalifah

Usman bin Affan. Dari peristiwa itu, terjadi kekacauan dan kemerosotan

akhlak. Akhirnya para ulama’ dan para sahabat yang masih ada, berpikir

dan berikhtiar untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, mengenai

hidup zuhud dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya

benih tasawuf yang paling awal.4

4 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal 29.

Page 8: Perkembangan Ilmu Tasawuf

Perkembangan tasawuf di mulai pada abad ke-1 sampai abad ke-10 dan

seterusnya (ila yaumil qiyamah) :

a. Pada abad pertama dan kedua Hijriyah

1) Perkembangan tasawuf pada masa sahabat.

Para sahabat mengembangkan tasawuf ini dengan tahapan zuhud

yaitu dengan hidup sederhana dan selalu dekat dengan Allah SWT.

cara ini mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, yang

tertarik kepada kehidupan shufi, para sahabat-sahabat tersebut

antara lain, Khulafaurrasyidin, Salman Al-Farisiy, Abu Dzarr Al-

Ghifary, dll.

2) Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in.

Ulama-ulama sufi dari kalangan tabi’in adalah murid dari ulama-

ulama sufi dari kalangan shahabat. Para tabi’in juga menggunakan

tahapan zuhud. Tokoh-tokoh ulama sufi Tabi’in antara lain, Al-

Hasan Al-Bashry, Rabi’ah Al-Adawiyah, Sufyaan bin sa’id Ats-

Tsaury, Daud Ath-Thaaiy, dll.

b. Pada abad ketiga dan keempat hijriyyah

1. Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyyah.

Pada abad ketiga ini tasawuf berkembang dengan pesat, para sufi

mengganti tahapan zuhud dengan tahapan tasawuf, hal ini ditandai

dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki

inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu, dengan cara

lebih memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan jiwa dan

tingkah laku, sehingga mereka membagi tasawuf menjadi tiga

macam, yakni; Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq

dan metafisika. Tokoh-tokoh sufi pada masa ini diantaranya; Abu

Sulaiman Ad-Daaraany, Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy,

Abul Faidh Dzuun Nun bin Ibrahim Al-Mishry, dll.

2. Perkembangan tasawuf pada abad ke empat hijriah.

Perkembangan di abad ini jauh lebih pesat dibandingkan abad

ketiga, meskipun tahapan pada abad ini sama dengan tahapan

Page 9: Perkembangan Ilmu Tasawuf

tasawuf di abad ke-3, tetapi karena usaha maksimal para ulama

tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.

Pada abad ini para sufi membagi ilmu tasawuf menjadi 4: syariah,

tariqat, hakikat, dan ma’rifat. Tokoh-tokoh sufinya antara lain

Musa Al-Anshaary, Abu Hamid bin Muhammad, Abu Zaid Al-

Adamy, Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab, dll.

c. Pada abad kelima hijriyyah

Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara ulama

sufi dengan ulama fiqih, maka pada abad kelima ini, keadaan semakin

rawan ketika berkembangnya mahzab Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu suatu

mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada

keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia

ini harus diatur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima

petunjuk dari Rasulullah SAW.

Menurut mereka ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini

yang disebut sebagai imam mahdi, yang akan menjelma ke dunia

dengan membawa keadilan dan memurnikan agama Islam. Kedua

belas imam itu adalah :

Ali bin Abi Thalib

Hasan bin Ali

Husein bin Ali

Ali bin Husein

Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein

Ja’farshadiq bin Muhammad Al Baakir

Musa Al-Kazhim bin Ja’farShadiq

Ali Ridhaa bin Kazhim

Muhammad Jawwad bin Ali Ridha

Ali Al-Haadi bin Jawwaad

HasanAskary bin Al-Haadi

Muhammad bin Hasan Al-Mahdi

Page 10: Perkembangan Ilmu Tasawuf

d. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah

1. Perkembangan tasawuf pada abad keenam Hijriyyah; abad ini

suasana kemelut antar ulama syariat dengan ulama tasawuf

memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran al-

Huluul, Widatul Wujud dan Widatul Adyan oleh kebanyakan

ulama tasawuf. Para ulama yang sangat berpengaruh pada

zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, Al-

Ghaznawy.

2. Pada abad ke tujuh perkembangan tasawuf menurun

dikarenakan semangat masyarakat untuk mempelajari tasawuf

menurun, dan hal ini disebabkan karena :

Semakin gencarnya serangan ulama syariat memerangi ahli

Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan Syiah

yang menekuni ilmu kalam dan fiqih.

Adanya tekat penguasa pada masa itu untuk melenyapkan

ajaran tasawuf di dunia Islam karena dianggap kegiatan itu

menjadi sumber perpecahan umat Islam. Ada beberapa ahli

tasawuf yang berpengaruh di abad ini diantaranya; Umar

Abdul Faridh, Ibnu Sabi’iin, Jalaluddin Ar-Ruumy, dll.

3. Perkembangan tasawuf pada abad kedelapan Hijriyyah,

perkembangan tasawuf pada abad ini tidak terdengar

perkembangannya dan pemikiran baru dalam tasawuf,

meskipun banyak pengarang kaum shufi yang mengemukakan

pemikiran tentang ilmu tasawuf, namun kurang mendapat

perhatian sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga nasib

ajaran Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh.

e. Pada abad kesembilan, kesepuluh Hijriyyah dan sesudahnya

Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi

di dunia Islam, artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaan pada

abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah. Faktor yang

menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini antara lain; ahli tasawuf

sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam. Serta

Page 11: Perkembangan Ilmu Tasawuf

adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani yang

menguasai seluruh negeri Islam.5

2.3 Perkembangan Tasawuf di Indonesia

Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia dimulai sejak masuknya agama

Islam di Negara ini. Ketika pedagang-pedagang muslim mengislamkan orang-

orang Indonesia, tidak hanya menggunakan pendekatan bisnis, tetapi juga

menggunakan pendekatan tasawuf.

Berikut beberapa perkembangan tasawuf di berbagai daerah di Indonesia :

1. Perkembangan tasawuf di pulau Jawa.

Di akhir abad ke XV Masehi, tepatnya pada tahun 1479 M, berdirilah

kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa (di Demak, Jawa Tengah),

dengan rajanya yang pertama adalah Raden Patah, maka tercatat dalam

sejarah bahwa semenjak itu pula tersebarnya ajaran tasawuf. Penyebaran

agama Islam di pulau Jawa, tidak terlepas dari usaha para wali yang

dikenal dengan nama “Wali Songo”, dengan menggunakan pendekatan

mistik, yang di dalamnya diisi ajaran tasawuf.

Dalam perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa, hampir sama pula

dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat Islam di pulau lain, dimana

mereka dihadapkan kepada dua aliran tasawuf yang bertentangan; yaitu

aliran Sunni (Salaf) dan aliran Falsafi, sebagai aliran yang sudah

berkembang di Jazirah Arabiyah dan sekitarnya.

Ajaran tasawuf yang bercorak Sunni dan Falsafi di pulau Jawa, tetap

dianut oleh masyarakat. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, tasawuf

yang bercorak Falsafi inilah yang mengarah kepada aliran kebatinan,

sesuai kenyataan sekarang ini. Tentu saja aliran ini, sudah dimasuki oleh

unsur-unsur kepercayaan lain yang pernah dianut oleh masyarakat Jawa

sebelumnya. Sehingga mewujudkan suatu bentuk lain, yang disebut aliran

kebatinan dan kepercayaan. Tetapi aliran tasawuf yang beraliran Sunni,

5 accessed September 11, 2014, http://cintailahirab.blogspot.com/2014/02/sejarah-perkembangan-ilmu-tasawuf.html.

Page 12: Perkembangan Ilmu Tasawuf

tetap dikembangkan oleh masyarakat Muslim, dengan tidak meninggalkan

unsur-unsur keislamannya. Hanya saja pada perkembangan selanjutnya,

tasawuf yang bercorak Sunni ini diajarkan lewat Tarekat yang dianggap

Mu’tabarah oleh Ulama Tasawuf Indonesia.

2. Perkembangan Tasawuf di pulau Sumatra.

Perkembangan tasawuf di Sumatera, tidak terlepas dari upaya

maksimal para ulama Shufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau

tersebut untuk mengembangkan ajarannya. Ulama-ulama Shufi yang

sangat berpengaruh di Sumatera, antara lain :

a. Syekh Hamzah Pansuri

b. Syekh Syamsuddin bin abdillah As-Sumatraniy

c. Syekh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri

d. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani

3. Perkembangan tasawuf di pulau Kalimantan.

Perkembangan tasawuf di Kalimantan, sama halnya di pulau lain di

Nusantara, dimana ulama yang bermukim di sana, berupaya semaksimal

mungkin untuk menyebarkan ajaran tasawufnya, melalui dakwahnya, buku

karangannya, maupun melalui tarekatnya. Salah seorang Shufi yang

terkemuka di Kalimantan Barat adalah Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi,

kemudian kita meninjau lagi perkembangan tasawuf di Kalimantan

Selatan; antara lain dikembangkan oleh Syekh Muhammad Nafis bin Idris

bin Husein Al-Banjari. Ulama-ulama inilah yang membekali ilmu Tasawuf

yang sangat luas kepada Syekh Muhammad Nafis, sehingga ia

mendapatkan pengakuan yang tinggi oleh masyarakat luas di Kalimantan

Selatan, dengan gelar Al-‘Alimul ‘Allamah Wal Fahhamah.

4. Perkembangan Tasawuf di pulau Sulawesi.

Perkembangan tasawuf di Sulawesi, tidak jauh berbeda dengan

keadaan di pulau lain, dimana ajaran tasawuf yang diterimanya, ada yang

bercorak Sunni dan ada pula yang bercorak Falsafi. Dan yang sangat

disayangkan, karena kebanyakan penganut tasawuf Falsafi mencampur-

Page 13: Perkembangan Ilmu Tasawuf

baurkan ajaran tasawuf dengan ilmu hitam (guna-guna), sehingga makin

membingungkan masyarakat awam. Hal semacam inilah yang membuat

citra tasawuf di masyarakat semakin direndahkan, sehingga sekarang

kurang diminati orang. Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan

salah seorang ulama tasawuf dari kesekian banyak ulama’ yang menekuni

ilmu tersebut. Ulama yang dimaksudkan itu adalah Syekh Tajul Khalwati

Al-Makassari; lahir 8 Syawal1036 H. (3 Juli 1629 M.). Ia termasuk

penganut ajaran tasawuf yang beraliran sunni, yang bermukim di Goa

(Sulawesi Selatan). Dan di sana mula-mula mengajarkan ilmunya kepada

masyarakat, meskipun Ia sendiri masih merasa kekurangan ilmu.6

6 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), 101.

Page 14: Perkembangan Ilmu Tasawuf

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara

menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan

batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.

Perkembangan tasawuf dimulai dari abad ke-1 sampai abad ke-10

dan seterusnya.

Pada abad ke-1 dan ke-2 perkembangan tasawuf dilakukan oleh

para sahabat nabi dan tabi’in melalui tahapan zuhud.

Pada abad ke-3 dan ke-4 perkembangan tasawuf dilakukan

menggunakan tahapan tasawuf, tetapi pada abad ke-4

perkembangan tasawuf lebih pesat.

Pada abad ke-5 tasawuf agak rawan di karenakan ada para ulama

yang ingin mengembalikan kepemimpinan pada keluarga Ali bin

Abi Thalib.

Pada abad ke-6, ke-7, dan ke-8, perkembangan tasawuf mengalami

penurunan drastis.

Pada abad ke-9, ke-10, dan seterusnya, perkembangan tasawuf

sunyi dari Islam.

Page 15: Perkembangan Ilmu Tasawuf

Daftar Pustaka

Sholihin, Rosyid Anwar, ,Aklak Tasawuf, Bandung: Nuansa, 2005.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2006.

Al Barsany, Noer Iskandar, Tasawuf Tarekat Para Sufi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2001.

Syukur, Amin, Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

http://cintailahirab.blogspot.com/2014/02/sejarah-perkembangan- ilmu-

tasawuf.html

Mahyuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia. 2003.