kepemimpinan akhlak tasawuf

36
BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras dan secara bersama. Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf. Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.

Upload: elly-indrayani

Post on 01-Dec-2015

392 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan

dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus

mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras

dan secara bersama.

Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan

dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf.

Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta

terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi

kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman

tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai

melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya

untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam

yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak

berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.

BAB II

PERMASALAHAN

Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi berbagai masalah yang

terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh tasawuf elah

mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat dikalangan

masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan kekeringan

batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai agama yang

kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf member petunjuk

arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]

Ajaran tasawuf sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

[9] ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat

memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu

sesungguhnya.dari ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu

bukan hanya makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul

spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk

spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan

keseimbangan dalam kehidupan.[10]

Kemampuan berhubungan dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh

pengetahuan yang Nampak berserakan itu.Karena melalui tasawuf,orang akan

disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini adalah berasal dari Tuhan.[11] Dengan

adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia berada

dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang didukung

oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]

Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan

kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian menjadikan seseorang selalu

mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap masalah yang

dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang

tercela menurut agama.[13]

Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu

Taimiyah. Meskipun ia menentang berbagai praktek sufi, terutama kultus individu,

Ibn Taimiyah justru mengadopsi metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara

kaum sufi dalam menjalin komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]

Sebagai ahli hukum Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan

Tasawwuf. Adapun caranya ialah, berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan

pengalaman empirik. Perilaku eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan

merujuk pada aspek lahiriyah ajaran Islam.[15]

Konsep – konsep yang berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara

eksklusif dengan validitas tak terbatas.

Neo-Sufisme mengacu pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada

dikotomi antara syari’at dan tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu

menggabungkan keduanya dalam satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada

dikotomi antara filsafat dan Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang

merangkum keduanya.[16]

Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah

memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang eksoterik (dhahiri)

maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai

tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah

Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23] Didalam tulisan Michael Heart,Dia

menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi

seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua

level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi

pemimpin persoalan akhirat.[24]

Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan,

membawa perubahan.[25] Sepanjang sejarah peradabam manusia pemimpin-

pemimpin sukses dalam menjalankan kepemimpinannya didalam banyak bidang

kehidupan seperti yang telah diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan

mengangkatnya menjadi Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa

perubahan yang sangat luar biasa didunia Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam

pengalaman kepribadian yang begitu lengkap. [26]Artinya seorang pemimpin juga

harus mempunyai kepribadian yang baik

BAB III

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN, KEPEMIMPINAN SUKSES

BERBASIS AKHLAK TASAWUF PARADIGMA BARU DAN

KOMTEMPORER

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2]

Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.[3] Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

b. Pengertian Kepemimpinan Sukses Berbasis Akhlak Tasawuf dalam

Paradigma Baru dan Komtemporer

B. KEHARUSAN ADANYA PEMIMPIN

C. SYARAT-SYARAT MENJADI PEMIMPIN VER ISLAM

1. FISIK

2. MANAJEMEN

3. KEAGAMAAN

4. POLITIK

D. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nurkolis, "Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo, 2003, 9797322084, 9789797322083. ^ a b John Adair, "Cara Menumbuhkan Pemimpin", Gramedia Pustaka Utama, 9792234276, 9789792234275. ^ Achmad S. Ruky, "Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau

MBA", Gramedia Pustaka Utama, 2002, 9796869705, 9789796869701.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan

dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus

mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras

dan secara bersama.

Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan

dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf.

Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta

terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi

kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman

tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai

melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya

untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam

yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak

berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengaruh dunia modern terhadap spiritualitas?

2.      Apakah perlunya Tasawuf dalam kehidupan modern?

3.      Bagaimana hubungan spiritualitas dengan kesuksesan kepemimpinan?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengaruh Dunia Modern Terhadap Spiritualitas

Kemajuan dunia ini ternyata telah menciptakan manusia-manusia baru yaitu

manusia modern.Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi

dibidang ilmu pengetahuan.Masing-masing pengetahuan mempunyai paradigma yang

berbeda bahkan terkadang saling bertolak belakang.Hal ini yang menyebabkan

manusia modern saat ini semakin bingung dalam menjalani hidup.[1]

Dunia modern juga telah mengantarkan manusia yang krisis spiritual.Nasr

mengungkapkan bahwa Krisis spiritual ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh

sekulerisasi yang telah cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia modern.Pengaruh

pandangan dunia modern dalam berbagai bentuknya- naturalism, materialism,

positivme. Pengaruh sains yang besar dalam kehidupan modern,dengan sengaja atau

tidak,telah menyebarkan pandangan sekuler sampai kelubuk jantung dan hati manusa

modern.[2]

Pandangan sekulerisme,hanyalah mementingkan kehidupan duniawi saja dan

mengesampingkan manusia modern dari aspek spiritualitas.[3]Akibatnya mereka

melupakan kaidah-kaidah agama  hanya untuk kepentingan dunia.Kondisi seperti ini

menyebabkan manusia modern kehilangan arah hidup dan hilangnya ingatan dirinya

tentang pencinta yaitu Tuhan.[4]

Menurut para sufi,Manusia modern hanya mementingkan aspek dari dirinya

saja,padahal mereka juga memeliki dimensi spiritual, maka hal ini yang

menyebabkan kegoncangan jiwa,mereka hanya membersihkan tubuh mereka

semata,dan lupa untuk membersihkan jiwa-jiwa mereka maka tak heran jika manusia

modern banyak mengalami depresi.[5]

Selain itu kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang

coraknya kering nilai-nilai spiritual.[6] Ironisnya hal seperti ini juga terjadi pada

seorang pemimpin yang ada di Negara ini.Pemimpin yang materialis,sekuleris yang

hanya memikirkan kepentingan dunia. Semestinya adalah ilmu-ilmu tersebut menjadi

kesatuan dengan ajaran agama dari Tuhan,sehingga seluruh ilmu pengetahuan dapat

diarahkan pada tujuan kemuliaan manusia,mengabdikan dirinya kepada

Tuhan,berakhlak mulia dan seterusnya terlebih terhadap jiwa para pemimpin.

B.     Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi berbagai masalah yang

terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh tasawuf elah

mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat dikalangan

masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan kekeringan

batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai agama yang

kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf member petunjuk

arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]

Ajaran tasawuf sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

[9] ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat

memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu

sesungguhnya.dari ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu

bukan hanya makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul

spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk

spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan

keseimbangan dalam kehidupan.[10]

Kemampuan berhubungan dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh

pengetahuan yang Nampak berserakan itu.Karena melalui tasawuf,orang akan

disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini adalah berasal dari Tuhan.[11] Dengan

adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia berada

dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang didukung

oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]

Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan

kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian menjadikan seseorang selalu

mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap masalah yang

dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang

tercela menurut agama.[13]

Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu

Taimiyah. Meskipun ia menentang berbagai praktek sufi, terutama kultus individu,

Ibn Taimiyah justru mengadopsi metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara

kaum sufi dalam menjalin komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]

Sebagai ahli hukum Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan

Tasawwuf. Adapun caranya ialah, berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan

pengalaman empirik. Perilaku eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan

merujuk pada aspek lahiriyah ajaran Islam.[15]

Konsep – konsep yang berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara

eksklusif dengan validitas tak terbatas.

Neo-Sufisme mengacu pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada

dikotomi antara syari’at dan tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu

menggabungkan keduanya dalam satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada

dikotomi antara filsafat dan Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang

merangkum keduanya.[16]

Neo-Sufisme berarti paham tasawwuf baru, atau menurut istilah

Fazlurrahman, tasawwuf yang di perbarui oleh Fazlurrahman untuk menyebut paham

tasawwuf para ahli hadits yang puritan, terutama Tasawwuf Ibnu Taimiyah dan

muridnya, Ibnu Al Qayum Al Jauziyah (Islam 284-285).

Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman memiliki beberapa ciri yang

membedakan dengan tasawwuf populer:

1.      Neo-Sufisme memberikan penghargaan positif pada dunia untuk itu seorang sufi,

menurut paham ini tidak harus miskin, bahkan boleh kaya. Kesalehan, menurut

paham ini bukan dengan menolak harta dan kekayaan tetapi mempergunakannya

sesuai petunjuk Allah dan sunah Rosul.

2.      Neo-Sufisme menekankan kesucian moral dan akhlakul karimah sebagai upaya

memperkuat iman dan taqwa. Peningkatan moral di sini bukan hanya moral individu

yang asocial, melainkan juga moral masyarakat. Untuk itu Neo-Sufisme menolak

konsep ‘uzlan, pengasingan diri dari keramaian. Tasawwuf menurut paham ini bukan

pelarian, tetapi justru sikap yang memberikan perhatian dan kepedulian yang tinggi

terhadap masyarakat.

3.      Dalam Neo-Sufisme terhadap aktifitas dan dinamika, baik dalam berfikir maupun

dalam bertindak. Dalam bidang intlektual, penganut Neo-Sufisme bersifat sangat

terbuka dan inklusifistik. Mereka dapat menerima semua khasanah intlektual Islam

sejauh dapat dipertemukan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sementara dalam

kemasyarakatan, mereka terlibat secara aktif dalam rekayasa sosial moral masyarakat

dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Neo-Sufisme dengan mengasingkan diri (uzlah), melainkan tetap aktif

melibatkan diri dalam masyarakat.[17]

Sesungguhnya pd abad XIX orang – orang yang suka mengkaji Tasawwuf

mendapatkan ejekan dari pengikut Voltaire dan pendukung Reinan. Pengaruh dari ke

dua orang ini sangat kuat, hingga orang – orang baik di wilayah Timur maupun Barat

meninggalkan bidang Tasawwuf. Lalu menyukai ilmu yang baru. Mereka

beranggapan bahwa hal itu akan menyelesaikan semua masalah di alam semesta ini

dan lingkungan di balik alam semesta. Akan tetapi saat ini manusia memperhatikan

pengkajian Tasawwuf.

Guru besar ‘Abbas Mahmud Al-‘Aqqad lah yang menafsirkan apa hal yang

mengubah kecenderungan mereka. Alasan yang mengubah kecenderungan akal

manusia pada abad XIX tersebut adalah ilmu pengetahuan itu sendiri karena ia

mengetahui batasan – batasannya dan menjauhi kesesatannya.

Saat itu dy menda’wakan sesuatu yang sesuai dengan isi hatinya, beliau

mengatakan bahwa ia tidak ingin mengatakan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal

menghibur manusia dan memenuhi sanubarinya. Yang di maksudkan bahwa ilmu

pengetahuan telah gagal yaitu karena para pengikut – pengikutnya menamakannya

dengan ilmu meterialis (kebendaaan). Ilmu pengetahuan tidaklah mengetahui materi

itu, kecuali bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu gerakan yang tidak di kenal di

angkasa yang penuh misteri.

Setiap benda dari atom – atom, dan setiap atom terbelah menjadi sinar – sinar

dan setiap sinar adalah gerakan dalam al-atsir (zat yang sangat halus). Al-Atsir adalah

sesuatu yang berwujud tapi seperti tidak berwujud, tidak terbatas, tidak mempunyai

sifat, serta tiada ukuran yang dapat diketahui oleh para ilmuan.

Ilmu material tidak mengenal materi, kecuali dalam batas – batas ini. Jika

demikian, adalah santun bila manusia banyak bertawadhu (merendah), hingga ia tidak

memonopoli ma’rifat dan tidak mengingkari orang lain bila mereka

mengusahakannya menurut kemampuan mereka. Inilah sesuatu yang baru pada ilmu

modern yang sesungguhnya tidak mengetahui segala sesuatu karena terikat oleh

indera – indera.

Apabila indera – indera tidak dapat mengetahui segala sesuatu, maka akal

tidak dapat mengetahuinya, karena sesungguhnya akal itu terbatas seperti segala

sesuatunya dalam diri manusia. Oleh karena itu pengetahuan harus mengetahui cara

lain di samping alat – alat perasaan (indera-indera) dan fikiran.

Pikiran harus memiliki mata hati atau ilham. Itulah bidang Tasawwuf atau

bidang agama dan inilah ma’rifat yang untuk mencapainya terjalin kerjasamaantara

perasaan, pikiran, serta ilham.

Sikap sufistik itu dapat bersifat positif dan bisa pula bersifat negative. Sifat

sufistik positif ialah sikap sufistik yang bersikap positif terhadap kehidupan dunia.

Misalnya kepercayaan kepada takdir di sertai dengan ikhtiar, bagaimana hasil ikhtiar

itu memenuhi target. Tetapi kalau takdir itu tidak disertai dengan ikhtiar, melainkan

hanya menunggu keputusan Tuhan, maka sikap sufistik seperti itu bersifat negatif.

Sikap sufistik yang bersifat negative menjadi eskapisme, sedang sikap sufistik

yang positif menjadi tasawwuf positif atau sufisme baru (neosufisme) atau di sebut

Tasawwuf modern.

Istilah “Neo-Sufisme” terasa lebih netral dari pada istilah “Tasawuf modern”

terasa lebih optimistik, karena istilah “modern” sering kali berkonotasi positif dan

optimistis. Tetapi ke duanya menunjuk kepada kenyataan yang sama, yaitu suatu jenis

kesufian yang terkait erat dengan syari’ah atau dalam wawasan Ibnu Taimiyah, jenis

kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana

termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan tetap berada dalam pengawasan kedua

sumber utama ajaran Islam itu, kemudian ditambah dengan ketentuan untuk tetap

menjaga keterlibatan dalam masyarakat secara aktif.[18]

Fazlur Rahman menjelaskan bahwa Neo-Sufisme itu mempunyai ciri utama

berupa tekanan kepada motif moral dan penerapan metode zikir dan muraqobah atau

kosentrasi kerohanian guna mendekati Tuhan, tetapi sasaran dan isi kosentrasi itu

disejajarkan dengan doktrin salafi dan bertujuan untuk meneguhkan keimanan kepada

aqidah yang benar dan kemurnian moral dari jiwa.[19]

Gejala yang dapat disebut sebagai Neo-Sufisme ini cenderung untuk

menghidupkan kembali aktivisme salafi dan menanamkan kembali sikap positif

kepada dunia. Dalam makna inilah kaum Hambali, seperti Ibn Taimiyah dan Ibn

Qayyim al-Jauziyah, sekalipun sangat memusuhi sufisme populer, adalah jelas

mereka adalah kaum neosufi, malah menjadi perintis kea rah kecenderungan ini.

Selanjutnya kaum neosufi juga mengakui sampai batas tertentu kebenaran

kalim sufisme intlektual bahwa mereka menerima kasyf (pengalaman penyingkapan

kebenaran ilahi) kaum sufi atau ilham intuitif, tetapi menolak klaim mereka seolah

olah tak dapat salah (ma’shum) dengan menekankan bahwa kehandalan kasyf adalah

sebanding dengan kebersihan moral dari kalbu, yang sesungguhnya mempunyai

tingkat – tingkat yang tak terhingga.

Baik Ibn Taimiyah maupun Ibn Qayyim sesungguhnya mengaku pernah

mengalami kasyf. Jadi terjadinya kasyf dibawa kepada tingkat poses intlektual yang

sehat. Lebih jauh lagi, Ibn Taimiyah dan para pengikutnya menggunakan keseluruhan

terminologi kesufian, termasuk istilah “salik” (penempuh jalan keruhanian) dan

mencoba memasukkan kedalamnya makna moral yang puritan dan etos salafi. Jadi

neo-sufisme menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat secara lebih kuat

dari pada sufisme lama. Sebagai misal, di bawah ini adalah kutipan dari suatu fersi

tentang zuhud atau asketisme, salah satu unsur amat penting dalam sufisme, berasal

dari sebuah kitab dalam bahasa Melaju tulisan Jawi (Arab Melayu).[20]

(Fasal) pada menyatakan zuhud yakni benci akan dunia maka yaitu martabat

yang terlebih kepada haqq Ta’ala karena manakala benci akan dunia itu melazimkan

gemar akan akhirat dan gemar akhirat itulah perangai yang di kasi haqq Ta’ala seperti

sabda Nabi: Tinggalkan olehmu akan dunia niscaya kasih haqq Ta’ala akan dikau dan

jangan kau hiraukan barang sesuatu yang pada tangan manusia niscaya dikasih akan

dikau oleh manusia, tinggalkan olehmu akan dunia niscaya di masuk Allah Ta’ala

kedalam hatimu ilmu hikmah yaitu ilmu hakikat maka ketika nyatalah kau pandang

hakikat dunia ini dan nyatalah kau pandang hakikat akhirat itu hingga kau ambil akan

yang terlebih baik bagimu dan yang terlebih kekal.

(Maka) yang terlebih sempurna martabat zahid itu zuhd arifin, yaitu hina

padanya dan keji padanya segala ni’mat yang dalam dunia ini dan semata – mata

berhadapan kepada Haqq Ta’ala tiada sekali – kali berpegang hatinya kepada ni’mat

dunia ini dan adalah dunia ini pada hatinya seperti kotoran jua atau seperti bangkai

jua tiada menghampir ia melainkan pada ketika dlarurat inilah zuhd yang terlebih

tinggi martabatnya dari pada segala makhluq tetapi adalah seperti ini sangat sedikit

padanya wa ‘I-Lah-u ‘I muwaffiq.

Ajaran tasawuf juga mengajak orang untuk bertawakal pada

Tuhan,menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh,karena ia telah  mewakilkan

atau menggadaikan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.[21]

C.    Hubungan Spiritualitas dengan Kesuksesan Kepemimpinan

Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah

memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang eksoterik (dhahiri)

maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai

tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah

Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23] Didalam tulisan Michael Heart,Dia

menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi

seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua

level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi

pemimpin persoalan akhirat.[24]

Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan,

membawa perubahan.[25] Sepanjang sejarah peradabam manusia pemimpin-

pemimpin sukses dalam menjalankan kepemimpinannya didalam banyak bidang

kehidupan seperti yang telah diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan

mengangkatnya menjadi Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa

perubahan yang sangat luar biasa didunia Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam

pengalaman kepribadian yang begitu lengkap. [26]Artinya seorang pemimpin juga

harus mempunyai kepribadian yang baik

M. Amin Abdullah mengatakan, di dalam Islam terkandung ajaran yang tidak

hanya menyangkut lahiriyah saja tetapi juga  menyangkut tentang spiritualitas. Ada

tiga konsep ajaran Islam yakni Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga aspek  itu tercampur

menjadi satu dan menjadi kesatuan secara utuh dalam tindakan ibadah kepada Allah

dan hubungan dengan manusia. Pola-pola hubungan dengan Allah ini di antaranya

dengan melakukan salat dan puasa di samping yang lain, dan ini merupakan metode

yang sebenarnya sarat dengan muatan nilai spiritualitas.[27] Sebenarnya tujuan

spiritualitas yang dilakukan seorang adalah bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

penciptanya.sebagai orang yang beriman tentunya akan meyakini janji yang

dikabarkan oleh Allah bahwa Dia akan memuliakan kedudukan hambanya yang

beriman dan bertaqwa.Begitupun Allah yang telah menjajikan kepada orang yang

beriman yang menolong agama Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukannya.

�م� �ق�د�ام�ك ت� أ �ب �ث �م� و�ي ك �ص�ر� �ن �ه� ي وا الل �ص�ر� �ن �ن� ت �وا إ �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia

akan menolongnu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS.Muhammad  47;7).[28]

Dari konsep ajaran Islam tersebut,maka setidaknya seorang yang beriman akan

menjunjung tinggi spiritualitas.Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur

segala aspek kehidupan yang akan menberikan pedoman dalam menjalani kehidupan

ini. Islam juga menjadi jawaban pemenuhan kebutuhan batin selain kebutuhan

jasmani.

Menurut Djoko Hartono,berdasarkan Hasil temuan dalam penelitian dalam hal

spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidikan Islam. Beliau

mengemukakan bahwa spiritualitas (salat tahajud, duha, hajat dan puasa Senin

Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kepemimpinan.

        Kekuatan spiritualitas sesungguhnya sangat memepengaruhi keberhasilan

dan kesuksesan kepemimpinan.Berikut adalah beberapa amalan sebagai wujud

spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin dan yang

telah dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ” kekuatan spiritualitas para

pemimpin sukses”.

1.      Sholat tahajut

Sholat tahajut merupakan faktor yang paling dominan yang sangat mempengaruhi

keberhasilan kepemimpinan dibandingkan dengan amalan spiritualitas yang lain.Hal

ini dikarenakan keutamaan sholat tahajut dan anjuran melakukannya yang telah

diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.Allah Berfirman:

$ك� م�ق�ام%ا ب �ك� ر� �ع�ث �ب �ن� ي �ك� ع�س�ى أ �ة% ل �اف�ل �ه� ن �ه�ج�د� ب �ل� ف�ت �ي و�م�ن� الل

م�ح�م�ود%ا

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu

ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat

yang terpuji.”(QS.Al-Isra’ 17 ; 79).[29]

Sholat tahajut yang dilakukan dikeheningan malam,saat yang tepat untuk lebih

khusyuk,dekat berdialog dengan Allah dan mustajabah ketika seorang hamba

memohon-Nya.[30]

Moh.Sholeh mengemukakan bahwa sholat tahajut memberikan manfaat yaitu

orang yang melakukannya akan memperoleh macam-macam nikmat yang

menyejukkan pandangan mata,tutur katanya berbobot,memperoleh tempat yang

terpuji baik didunia maupun diakhirat,dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan

terhindar dari segala penyakit,hilangnya perasaan pesimis,rendah diri,minder,kurang

berbobot,dan berganti dengan sikap selalu optimis penuh percaya

diri,pemberani,tanpa disertai sikap sombong dan takabur.[31]

     Menurut Ahmad Sudirman Abbas,Keutamaan sholat tahajut adalah terkabulkan

do’a,jiwa menjadi tenang dan merasakan kedekatan dengan Allah,terpancarnya aura

positif dari jiwa pelakunya,memunculkan inspirasi dan imajinasi dengan bimbingan

Ilahi,dimudahkan segala urusan hidup dan dicukupi apa yang yang menjadi

kebutuhan hidup,menghantarkan terwujudnya hasrat,keinginan dan cita-cita,serta

tujuan walau secara dzahir tidak terucap.[32]

           

2.      Puasa senin kamis

Puasa senin kamis juga memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pemimpin

sukses.Ini merupakan faktor kedua yang sangat mempengaruhi kesuksesan

pemimpin.walaupun keutamaan yang melakukannya secara eksplisit tidak dijelaskan

nabi,kecuali karena pada hari itu amal perbuatan diperiksa dan Beliau lebih suka

diperiksa pada saat sedang berpuasa,namun keutamaan puasa senin kamis akan

didapatkan dari keterangan keutamaan puasa secara umum.Orang yang melakukan

puasa ini do’anya tidak akan tertolak dan Allah sendiri yang akan membalas mereka.

[33]

Rosulullah bersabda:

   Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda ,”amal perbuatan itu

diperiksa setiap hari senin dan kamis,aku lebih suka diperiksa amalku saat aku

sedang berpuasa.”(HR.At-Turmudhi)

Dari Abu Hurairah bahwa nabi bersabda :

         Tiga orang yang do’anya tidak akan tertolak : 1.Pemimpin yang adil;2.Orang

yang berpuasa hingga berbuka;3.Do’a orang didzalimi.Do’a mereka akan diangkat

Allah keatas awan serta dibukakan baginya pintu-pintu langit.dan allah

berfifman:”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku,Aku benar-benar akan menolongmu

sekalipun telah sekian sat’.”(HR.Imam Ahmad)

         Dengan melakukan puasa maka dapat menjadikan hati bersih dan

suci.Dengan berpuasa maka spiritualitas akan meningkat sehinga akan lebih

mendekatkan diri kepada Allah.Puasa juga dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga

setiap aktifitas bisa terkontrol.Dengan demikian maka akan tercipta akhlak yang

mulia sehingga akan disenangi semua orang.Begitupun ketika orang yang terbiasa

berpuasa menjadi pemimpin maka akan menjadi pemimpin yang sukses,mereka akan

mampu melembutkan hati dan menyatukan bawahannya,tegas,mau

bermusyawarah,tidak sewenang-wenang,tidak memonopoli pendapat.[34]

                   Secara ringkas keutamaan puasa seni kamis adalah antara lain : (1) media

monitoring aktivitas keseharian dalam sepekan.(2) pengendali hawa nafsu manusia.

(3)Motivator terbesar dalam setiap langkah untuk mencapi tujuan hidup.(4)

Pembersih hati dan penyuci jiwa dari segala noda keberhasilan atas karya-karya

manusia.[35]

3.      Sholat duha

      Spiritualitas yang mempengaruhi keberhasilan ketiga adalah sholat duha.Hal

ini dikarenakan keutamaan sholat duha berbeda dengan shalat tahajut yang akan

ditinggikan derajat bagi yang melaksanakannya,sedangkan puasa senin kamis lebih

berdampak pada pengendalian tingkah laku keseharian.Maka keutamaan shalat duha

ini lebih cenderung kepada terpenuhinya kebutuhan.[36]

Shalat duha hukumnya sunat muakat (sanat dianjurkan dan mendekati wajib)

karena Rasulullah senatiasa mengerjakannya dan berpesan kepada para sahabat untuk

mengerjakannya.Shalat duha juga merupakan wasiat Rasul kepada umatnya

sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist.Dari Abu Hurairah menceritakan,”

Kekasihku Rosulullah SAW.memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak

pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Shaum tiga hari dalam sebulan,dua

rakaat shalat duha,dan hanya tidur setelah melakukan shalat witir”.(HR.Bukhari dan

Muslim).[37]

Secara filosofis,sholat duha yang dikerjakan umat Islam setidaknya memiliki tiga

makna :

1.Menumbuhkan sikap optimisme,semanagt membara dan konsentrasi tinggi untuk

menggapai harapan dengantetap mengingat Allah.

2.Shalat duha merupakan perwujudan bentuk syukur,mampu menggugah kesadaran

akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan meminta petunjuk-Nya sebagai bekal

bekerja agar tetap dijalan yang diridhai Allah.

3.Shalat duha merupakan bentuk tawakal kepada Allah sebelum memulai aktifitas

sehari-hari,karena Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi dan yang akan

diraih.Manusia hanya berencana dan berusaha namun Allah yang menentukan.[38]

4.      Sholat hajat

      Shalat hajat merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil terhadap

keberhasilan kepemimpinan.Ini dikarenakan dari segi keutamaannya masih bersifat

umum tergantung hajat orang yang melakukannya.Shalat hajat merupakan shlat sunh

yang biasa dilakukan untuk meraih sesuatu urusan keduniaan dan sesuatu yang

diinginkan segera diperoleh.Menurut Al-Ghazali Sholat hajat dilakukan ketika ada

keperluan atau hajat yang mendesak dan ditujukan kepada Allah agar keperluannya

cepat terpenuhi.[39]

Rasulullah bersabda:

           ”Barang siapa berwudhu dan menyempurnakannya,kemudian shalat dua

rakaat denagnsempurna,maka ia diberi Alla apa saja yang diminta baik cepat

ataupun lambat.”(Imam Ahmad).

           Adapun manfaat shalat hajat bagi manusia antara lain : kesehatan Rohani;

Kesehatan jasmani; Kebahagiaan lahir maupun batin; Mendapatkan kedudukan

terhormat; Mencapai tujuan yang diinginkan.[40]

           Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan

sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seorang pemimpin

menjadi dekat dengan Allah.Kedekatannya dengan Allah hinnga menyebabkan

mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat

kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka

ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan

dalam hidupnya.           

KESIMPULAN

Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah

memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan, baik yang eksoterik (dhahiri)

maupun bathini (esoteric).  Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai

tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah

Islam,Muhammad Rosulullah saw.  Didalam tulisan Michael Heart, dia menempatkan

Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti diakuinya

Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain sukses

memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan akhirat.

Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan

sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seornag pemimpin

menjadi dekat denagnAllah.Kedekatannya denganAllah hinnga menyebabkan

mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat

kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka

ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan

dalam hidupnya.   

          

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anulkarim

Abudinnata. 2009. Akhlak Tasawwuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arqom, Ahmad. 2009. Pimpinlah dan Majulah. Surabaya: TRU STECO, Cet.1

Hartono,Djoko, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA

2011)

Jonnassen, R.Jan.Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006)

Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.

Mahmud, Halim. 2002. Tasawwuf di Dunia Islam. Bandung: CV Pustaka Setia

Maksum, Ali. 2009. Tasawuf Manusia Modern. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.2

Tebba, Sudirman. 2004. Orientasi Sufistik Cak Nur. Jakarta: Khazanah Populer

Paramadina.

Sholeh,Moh.,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007)

Buletin Baitul Izzah (Edisi 16 th. Ke-2 September 2010)

[1] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.289

[2] Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.264

[3] Ibid,h.265

[4] Ibid,h.266

[5] Ibid,h.267

[6] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.290

[7] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.293

[8] Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.272

[9] Ibid,h.271

[10] Ibid,h.271

[11] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.295

[12] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.296

[13]Ibid,h.296[14] K.Permadi. Pengantar Ilmun Tasawuf (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.123[15] Ibid,h.123[16] Mufid. Tasawuf dalam Konteks Modernisasi, Harian Pelita, 16 April 1993.[17] A.Ilyas Ismail, M.A. Neo Sufisme, Republik Hikmah Harian Republika, 13 Mei 1997[18] Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur (Jakarta: Paradina, 2004), h. 165[19] Ibid,h.165[20] Ibid,h.166[21] Ibid,h.297

[22] Amin Syukur,Menggugat tasawuf  (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,Cet.II

2002),h.140

[23] Ibid,h.139

[24] Ahmad Arqom,Pimpin dan majulah (Surabaya:TRUSTCO,Cet.I,2009),h.62

[25] Jan R.Jonnassen,Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006),h.15

[26] Ibid,h.63

[27] Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), 149.

[28] Al-Qur’an, Muhammad  47;7[29] Al-Qur’an, Al-Isra’ 17 ; 79[30] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA 2011)114

[31] Moh.Sholeh,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007) h.120[32] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.18[33] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116

[34] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116[35] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.25[36] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116[37] Buletin Baitul Izzah.(edisi 16,th.ke-2 september 2010),h.5[38] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.21[39] Al-Ghazali,Ihya Ulumuddin,jilid 1,terj.Moh.Zuhri (Semarang : as-syifa’,2003),h.680[40] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.24