kepemimpinan akhlak tasawuf
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan
dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus
mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras
dan secara bersama.
Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan
dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf.
Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta
terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi
kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman
tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai
melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya
untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam
yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.
BAB II
PERMASALAHAN
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi berbagai masalah yang
terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh tasawuf elah
mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat dikalangan
masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan kekeringan
batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai agama yang
kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf member petunjuk
arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]
Ajaran tasawuf sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
[9] ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat
memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu
sesungguhnya.dari ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu
bukan hanya makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul
spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk
spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan
keseimbangan dalam kehidupan.[10]
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan yang Nampak berserakan itu.Karena melalui tasawuf,orang akan
disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini adalah berasal dari Tuhan.[11] Dengan
adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia berada
dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang didukung
oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]
Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan
kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian menjadikan seseorang selalu
mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap masalah yang
dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang
tercela menurut agama.[13]
Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu
Taimiyah. Meskipun ia menentang berbagai praktek sufi, terutama kultus individu,
Ibn Taimiyah justru mengadopsi metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara
kaum sufi dalam menjalin komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]
Sebagai ahli hukum Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan
Tasawwuf. Adapun caranya ialah, berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan
pengalaman empirik. Perilaku eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan
merujuk pada aspek lahiriyah ajaran Islam.[15]
Konsep – konsep yang berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara
eksklusif dengan validitas tak terbatas.
Neo-Sufisme mengacu pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada
dikotomi antara syari’at dan tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu
menggabungkan keduanya dalam satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada
dikotomi antara filsafat dan Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang
merangkum keduanya.[16]
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah
memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang eksoterik (dhahiri)
maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai
tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah
Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23] Didalam tulisan Michael Heart,Dia
menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi
seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua
level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi
pemimpin persoalan akhirat.[24]
Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan,
membawa perubahan.[25] Sepanjang sejarah peradabam manusia pemimpin-
pemimpin sukses dalam menjalankan kepemimpinannya didalam banyak bidang
kehidupan seperti yang telah diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan
mengangkatnya menjadi Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa
perubahan yang sangat luar biasa didunia Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam
pengalaman kepribadian yang begitu lengkap. [26]Artinya seorang pemimpin juga
harus mempunyai kepribadian yang baik
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN, KEPEMIMPINAN SUKSES
BERBASIS AKHLAK TASAWUF PARADIGMA BARU DAN
KOMTEMPORER
a. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2]
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.[3] Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
b. Pengertian Kepemimpinan Sukses Berbasis Akhlak Tasawuf dalam
Paradigma Baru dan Komtemporer
B. KEHARUSAN ADANYA PEMIMPIN
C. SYARAT-SYARAT MENJADI PEMIMPIN VER ISLAM
1. FISIK
2. MANAJEMEN
3. KEAGAMAAN
4. POLITIK
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Nurkolis, "Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo, 2003, 9797322084, 9789797322083. ^ a b John Adair, "Cara Menumbuhkan Pemimpin", Gramedia Pustaka Utama, 9792234276, 9789792234275. ^ Achmad S. Ruky, "Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau
MBA", Gramedia Pustaka Utama, 2002, 9796869705, 9789796869701.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan
dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus
mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras
dan secara bersama.
Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan
dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf.
Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta
terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi
kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman
tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai
melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya
untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam
yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh dunia modern terhadap spiritualitas?
2. Apakah perlunya Tasawuf dalam kehidupan modern?
3. Bagaimana hubungan spiritualitas dengan kesuksesan kepemimpinan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Dunia Modern Terhadap Spiritualitas
Kemajuan dunia ini ternyata telah menciptakan manusia-manusia baru yaitu
manusia modern.Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi
dibidang ilmu pengetahuan.Masing-masing pengetahuan mempunyai paradigma yang
berbeda bahkan terkadang saling bertolak belakang.Hal ini yang menyebabkan
manusia modern saat ini semakin bingung dalam menjalani hidup.[1]
Dunia modern juga telah mengantarkan manusia yang krisis spiritual.Nasr
mengungkapkan bahwa Krisis spiritual ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh
sekulerisasi yang telah cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia modern.Pengaruh
pandangan dunia modern dalam berbagai bentuknya- naturalism, materialism,
positivme. Pengaruh sains yang besar dalam kehidupan modern,dengan sengaja atau
tidak,telah menyebarkan pandangan sekuler sampai kelubuk jantung dan hati manusa
modern.[2]
Pandangan sekulerisme,hanyalah mementingkan kehidupan duniawi saja dan
mengesampingkan manusia modern dari aspek spiritualitas.[3]Akibatnya mereka
melupakan kaidah-kaidah agama hanya untuk kepentingan dunia.Kondisi seperti ini
menyebabkan manusia modern kehilangan arah hidup dan hilangnya ingatan dirinya
tentang pencinta yaitu Tuhan.[4]
Menurut para sufi,Manusia modern hanya mementingkan aspek dari dirinya
saja,padahal mereka juga memeliki dimensi spiritual, maka hal ini yang
menyebabkan kegoncangan jiwa,mereka hanya membersihkan tubuh mereka
semata,dan lupa untuk membersihkan jiwa-jiwa mereka maka tak heran jika manusia
modern banyak mengalami depresi.[5]
Selain itu kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang
coraknya kering nilai-nilai spiritual.[6] Ironisnya hal seperti ini juga terjadi pada
seorang pemimpin yang ada di Negara ini.Pemimpin yang materialis,sekuleris yang
hanya memikirkan kepentingan dunia. Semestinya adalah ilmu-ilmu tersebut menjadi
kesatuan dengan ajaran agama dari Tuhan,sehingga seluruh ilmu pengetahuan dapat
diarahkan pada tujuan kemuliaan manusia,mengabdikan dirinya kepada
Tuhan,berakhlak mulia dan seterusnya terlebih terhadap jiwa para pemimpin.
B. Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi berbagai masalah yang
terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh tasawuf elah
mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat dikalangan
masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan kekeringan
batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai agama yang
kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf member petunjuk
arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]
Ajaran tasawuf sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
[9] ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat
memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu
sesungguhnya.dari ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu
bukan hanya makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul
spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk
spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan
keseimbangan dalam kehidupan.[10]
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan yang Nampak berserakan itu.Karena melalui tasawuf,orang akan
disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini adalah berasal dari Tuhan.[11] Dengan
adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia berada
dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang didukung
oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]
Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan
kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian menjadikan seseorang selalu
mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap masalah yang
dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang
tercela menurut agama.[13]
Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu
Taimiyah. Meskipun ia menentang berbagai praktek sufi, terutama kultus individu,
Ibn Taimiyah justru mengadopsi metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara
kaum sufi dalam menjalin komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]
Sebagai ahli hukum Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan
Tasawwuf. Adapun caranya ialah, berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan
pengalaman empirik. Perilaku eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan
merujuk pada aspek lahiriyah ajaran Islam.[15]
Konsep – konsep yang berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara
eksklusif dengan validitas tak terbatas.
Neo-Sufisme mengacu pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada
dikotomi antara syari’at dan tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu
menggabungkan keduanya dalam satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada
dikotomi antara filsafat dan Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang
merangkum keduanya.[16]
Neo-Sufisme berarti paham tasawwuf baru, atau menurut istilah
Fazlurrahman, tasawwuf yang di perbarui oleh Fazlurrahman untuk menyebut paham
tasawwuf para ahli hadits yang puritan, terutama Tasawwuf Ibnu Taimiyah dan
muridnya, Ibnu Al Qayum Al Jauziyah (Islam 284-285).
Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman memiliki beberapa ciri yang
membedakan dengan tasawwuf populer:
1. Neo-Sufisme memberikan penghargaan positif pada dunia untuk itu seorang sufi,
menurut paham ini tidak harus miskin, bahkan boleh kaya. Kesalehan, menurut
paham ini bukan dengan menolak harta dan kekayaan tetapi mempergunakannya
sesuai petunjuk Allah dan sunah Rosul.
2. Neo-Sufisme menekankan kesucian moral dan akhlakul karimah sebagai upaya
memperkuat iman dan taqwa. Peningkatan moral di sini bukan hanya moral individu
yang asocial, melainkan juga moral masyarakat. Untuk itu Neo-Sufisme menolak
konsep ‘uzlan, pengasingan diri dari keramaian. Tasawwuf menurut paham ini bukan
pelarian, tetapi justru sikap yang memberikan perhatian dan kepedulian yang tinggi
terhadap masyarakat.
3. Dalam Neo-Sufisme terhadap aktifitas dan dinamika, baik dalam berfikir maupun
dalam bertindak. Dalam bidang intlektual, penganut Neo-Sufisme bersifat sangat
terbuka dan inklusifistik. Mereka dapat menerima semua khasanah intlektual Islam
sejauh dapat dipertemukan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sementara dalam
kemasyarakatan, mereka terlibat secara aktif dalam rekayasa sosial moral masyarakat
dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Neo-Sufisme dengan mengasingkan diri (uzlah), melainkan tetap aktif
melibatkan diri dalam masyarakat.[17]
Sesungguhnya pd abad XIX orang – orang yang suka mengkaji Tasawwuf
mendapatkan ejekan dari pengikut Voltaire dan pendukung Reinan. Pengaruh dari ke
dua orang ini sangat kuat, hingga orang – orang baik di wilayah Timur maupun Barat
meninggalkan bidang Tasawwuf. Lalu menyukai ilmu yang baru. Mereka
beranggapan bahwa hal itu akan menyelesaikan semua masalah di alam semesta ini
dan lingkungan di balik alam semesta. Akan tetapi saat ini manusia memperhatikan
pengkajian Tasawwuf.
Guru besar ‘Abbas Mahmud Al-‘Aqqad lah yang menafsirkan apa hal yang
mengubah kecenderungan mereka. Alasan yang mengubah kecenderungan akal
manusia pada abad XIX tersebut adalah ilmu pengetahuan itu sendiri karena ia
mengetahui batasan – batasannya dan menjauhi kesesatannya.
Saat itu dy menda’wakan sesuatu yang sesuai dengan isi hatinya, beliau
mengatakan bahwa ia tidak ingin mengatakan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal
menghibur manusia dan memenuhi sanubarinya. Yang di maksudkan bahwa ilmu
pengetahuan telah gagal yaitu karena para pengikut – pengikutnya menamakannya
dengan ilmu meterialis (kebendaaan). Ilmu pengetahuan tidaklah mengetahui materi
itu, kecuali bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu gerakan yang tidak di kenal di
angkasa yang penuh misteri.
Setiap benda dari atom – atom, dan setiap atom terbelah menjadi sinar – sinar
dan setiap sinar adalah gerakan dalam al-atsir (zat yang sangat halus). Al-Atsir adalah
sesuatu yang berwujud tapi seperti tidak berwujud, tidak terbatas, tidak mempunyai
sifat, serta tiada ukuran yang dapat diketahui oleh para ilmuan.
Ilmu material tidak mengenal materi, kecuali dalam batas – batas ini. Jika
demikian, adalah santun bila manusia banyak bertawadhu (merendah), hingga ia tidak
memonopoli ma’rifat dan tidak mengingkari orang lain bila mereka
mengusahakannya menurut kemampuan mereka. Inilah sesuatu yang baru pada ilmu
modern yang sesungguhnya tidak mengetahui segala sesuatu karena terikat oleh
indera – indera.
Apabila indera – indera tidak dapat mengetahui segala sesuatu, maka akal
tidak dapat mengetahuinya, karena sesungguhnya akal itu terbatas seperti segala
sesuatunya dalam diri manusia. Oleh karena itu pengetahuan harus mengetahui cara
lain di samping alat – alat perasaan (indera-indera) dan fikiran.
Pikiran harus memiliki mata hati atau ilham. Itulah bidang Tasawwuf atau
bidang agama dan inilah ma’rifat yang untuk mencapainya terjalin kerjasamaantara
perasaan, pikiran, serta ilham.
Sikap sufistik itu dapat bersifat positif dan bisa pula bersifat negative. Sifat
sufistik positif ialah sikap sufistik yang bersikap positif terhadap kehidupan dunia.
Misalnya kepercayaan kepada takdir di sertai dengan ikhtiar, bagaimana hasil ikhtiar
itu memenuhi target. Tetapi kalau takdir itu tidak disertai dengan ikhtiar, melainkan
hanya menunggu keputusan Tuhan, maka sikap sufistik seperti itu bersifat negatif.
Sikap sufistik yang bersifat negative menjadi eskapisme, sedang sikap sufistik
yang positif menjadi tasawwuf positif atau sufisme baru (neosufisme) atau di sebut
Tasawwuf modern.
Istilah “Neo-Sufisme” terasa lebih netral dari pada istilah “Tasawuf modern”
terasa lebih optimistik, karena istilah “modern” sering kali berkonotasi positif dan
optimistis. Tetapi ke duanya menunjuk kepada kenyataan yang sama, yaitu suatu jenis
kesufian yang terkait erat dengan syari’ah atau dalam wawasan Ibnu Taimiyah, jenis
kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana
termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan tetap berada dalam pengawasan kedua
sumber utama ajaran Islam itu, kemudian ditambah dengan ketentuan untuk tetap
menjaga keterlibatan dalam masyarakat secara aktif.[18]
Fazlur Rahman menjelaskan bahwa Neo-Sufisme itu mempunyai ciri utama
berupa tekanan kepada motif moral dan penerapan metode zikir dan muraqobah atau
kosentrasi kerohanian guna mendekati Tuhan, tetapi sasaran dan isi kosentrasi itu
disejajarkan dengan doktrin salafi dan bertujuan untuk meneguhkan keimanan kepada
aqidah yang benar dan kemurnian moral dari jiwa.[19]
Gejala yang dapat disebut sebagai Neo-Sufisme ini cenderung untuk
menghidupkan kembali aktivisme salafi dan menanamkan kembali sikap positif
kepada dunia. Dalam makna inilah kaum Hambali, seperti Ibn Taimiyah dan Ibn
Qayyim al-Jauziyah, sekalipun sangat memusuhi sufisme populer, adalah jelas
mereka adalah kaum neosufi, malah menjadi perintis kea rah kecenderungan ini.
Selanjutnya kaum neosufi juga mengakui sampai batas tertentu kebenaran
kalim sufisme intlektual bahwa mereka menerima kasyf (pengalaman penyingkapan
kebenaran ilahi) kaum sufi atau ilham intuitif, tetapi menolak klaim mereka seolah
olah tak dapat salah (ma’shum) dengan menekankan bahwa kehandalan kasyf adalah
sebanding dengan kebersihan moral dari kalbu, yang sesungguhnya mempunyai
tingkat – tingkat yang tak terhingga.
Baik Ibn Taimiyah maupun Ibn Qayyim sesungguhnya mengaku pernah
mengalami kasyf. Jadi terjadinya kasyf dibawa kepada tingkat poses intlektual yang
sehat. Lebih jauh lagi, Ibn Taimiyah dan para pengikutnya menggunakan keseluruhan
terminologi kesufian, termasuk istilah “salik” (penempuh jalan keruhanian) dan
mencoba memasukkan kedalamnya makna moral yang puritan dan etos salafi. Jadi
neo-sufisme menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat secara lebih kuat
dari pada sufisme lama. Sebagai misal, di bawah ini adalah kutipan dari suatu fersi
tentang zuhud atau asketisme, salah satu unsur amat penting dalam sufisme, berasal
dari sebuah kitab dalam bahasa Melaju tulisan Jawi (Arab Melayu).[20]
(Fasal) pada menyatakan zuhud yakni benci akan dunia maka yaitu martabat
yang terlebih kepada haqq Ta’ala karena manakala benci akan dunia itu melazimkan
gemar akan akhirat dan gemar akhirat itulah perangai yang di kasi haqq Ta’ala seperti
sabda Nabi: Tinggalkan olehmu akan dunia niscaya kasih haqq Ta’ala akan dikau dan
jangan kau hiraukan barang sesuatu yang pada tangan manusia niscaya dikasih akan
dikau oleh manusia, tinggalkan olehmu akan dunia niscaya di masuk Allah Ta’ala
kedalam hatimu ilmu hikmah yaitu ilmu hakikat maka ketika nyatalah kau pandang
hakikat dunia ini dan nyatalah kau pandang hakikat akhirat itu hingga kau ambil akan
yang terlebih baik bagimu dan yang terlebih kekal.
(Maka) yang terlebih sempurna martabat zahid itu zuhd arifin, yaitu hina
padanya dan keji padanya segala ni’mat yang dalam dunia ini dan semata – mata
berhadapan kepada Haqq Ta’ala tiada sekali – kali berpegang hatinya kepada ni’mat
dunia ini dan adalah dunia ini pada hatinya seperti kotoran jua atau seperti bangkai
jua tiada menghampir ia melainkan pada ketika dlarurat inilah zuhd yang terlebih
tinggi martabatnya dari pada segala makhluq tetapi adalah seperti ini sangat sedikit
padanya wa ‘I-Lah-u ‘I muwaffiq.
Ajaran tasawuf juga mengajak orang untuk bertawakal pada
Tuhan,menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh,karena ia telah mewakilkan
atau menggadaikan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.[21]
C. Hubungan Spiritualitas dengan Kesuksesan Kepemimpinan
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah
memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang eksoterik (dhahiri)
maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai
tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah
Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23] Didalam tulisan Michael Heart,Dia
menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi
seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua
level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi
pemimpin persoalan akhirat.[24]
Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan,
membawa perubahan.[25] Sepanjang sejarah peradabam manusia pemimpin-
pemimpin sukses dalam menjalankan kepemimpinannya didalam banyak bidang
kehidupan seperti yang telah diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan
mengangkatnya menjadi Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa
perubahan yang sangat luar biasa didunia Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam
pengalaman kepribadian yang begitu lengkap. [26]Artinya seorang pemimpin juga
harus mempunyai kepribadian yang baik
M. Amin Abdullah mengatakan, di dalam Islam terkandung ajaran yang tidak
hanya menyangkut lahiriyah saja tetapi juga menyangkut tentang spiritualitas. Ada
tiga konsep ajaran Islam yakni Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga aspek itu tercampur
menjadi satu dan menjadi kesatuan secara utuh dalam tindakan ibadah kepada Allah
dan hubungan dengan manusia. Pola-pola hubungan dengan Allah ini di antaranya
dengan melakukan salat dan puasa di samping yang lain, dan ini merupakan metode
yang sebenarnya sarat dengan muatan nilai spiritualitas.[27] Sebenarnya tujuan
spiritualitas yang dilakukan seorang adalah bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
penciptanya.sebagai orang yang beriman tentunya akan meyakini janji yang
dikabarkan oleh Allah bahwa Dia akan memuliakan kedudukan hambanya yang
beriman dan bertaqwa.Begitupun Allah yang telah menjajikan kepada orang yang
beriman yang menolong agama Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukannya.
�م� �ق�د�ام�ك ت� أ �ب �ث �م� و�ي ك �ص�ر� �ن �ه� ي وا الل �ص�ر� �ن �ن� ت �وا إ �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia
akan menolongnu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS.Muhammad 47;7).[28]
Dari konsep ajaran Islam tersebut,maka setidaknya seorang yang beriman akan
menjunjung tinggi spiritualitas.Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur
segala aspek kehidupan yang akan menberikan pedoman dalam menjalani kehidupan
ini. Islam juga menjadi jawaban pemenuhan kebutuhan batin selain kebutuhan
jasmani.
Menurut Djoko Hartono,berdasarkan Hasil temuan dalam penelitian dalam hal
spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidikan Islam. Beliau
mengemukakan bahwa spiritualitas (salat tahajud, duha, hajat dan puasa Senin
Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kepemimpinan.
Kekuatan spiritualitas sesungguhnya sangat memepengaruhi keberhasilan
dan kesuksesan kepemimpinan.Berikut adalah beberapa amalan sebagai wujud
spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin dan yang
telah dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ” kekuatan spiritualitas para
pemimpin sukses”.
1. Sholat tahajut
Sholat tahajut merupakan faktor yang paling dominan yang sangat mempengaruhi
keberhasilan kepemimpinan dibandingkan dengan amalan spiritualitas yang lain.Hal
ini dikarenakan keutamaan sholat tahajut dan anjuran melakukannya yang telah
diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.Allah Berfirman:
$ك� م�ق�ام%ا ب �ك� ر� �ع�ث �ب �ن� ي �ك� ع�س�ى أ �ة% ل �اف�ل �ه� ن �ه�ج�د� ب �ل� ف�ت �ي و�م�ن� الل
م�ح�م�ود%ا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji.”(QS.Al-Isra’ 17 ; 79).[29]
Sholat tahajut yang dilakukan dikeheningan malam,saat yang tepat untuk lebih
khusyuk,dekat berdialog dengan Allah dan mustajabah ketika seorang hamba
memohon-Nya.[30]
Moh.Sholeh mengemukakan bahwa sholat tahajut memberikan manfaat yaitu
orang yang melakukannya akan memperoleh macam-macam nikmat yang
menyejukkan pandangan mata,tutur katanya berbobot,memperoleh tempat yang
terpuji baik didunia maupun diakhirat,dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan
terhindar dari segala penyakit,hilangnya perasaan pesimis,rendah diri,minder,kurang
berbobot,dan berganti dengan sikap selalu optimis penuh percaya
diri,pemberani,tanpa disertai sikap sombong dan takabur.[31]
Menurut Ahmad Sudirman Abbas,Keutamaan sholat tahajut adalah terkabulkan
do’a,jiwa menjadi tenang dan merasakan kedekatan dengan Allah,terpancarnya aura
positif dari jiwa pelakunya,memunculkan inspirasi dan imajinasi dengan bimbingan
Ilahi,dimudahkan segala urusan hidup dan dicukupi apa yang yang menjadi
kebutuhan hidup,menghantarkan terwujudnya hasrat,keinginan dan cita-cita,serta
tujuan walau secara dzahir tidak terucap.[32]
2. Puasa senin kamis
Puasa senin kamis juga memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pemimpin
sukses.Ini merupakan faktor kedua yang sangat mempengaruhi kesuksesan
pemimpin.walaupun keutamaan yang melakukannya secara eksplisit tidak dijelaskan
nabi,kecuali karena pada hari itu amal perbuatan diperiksa dan Beliau lebih suka
diperiksa pada saat sedang berpuasa,namun keutamaan puasa senin kamis akan
didapatkan dari keterangan keutamaan puasa secara umum.Orang yang melakukan
puasa ini do’anya tidak akan tertolak dan Allah sendiri yang akan membalas mereka.
[33]
Rosulullah bersabda:
Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda ,”amal perbuatan itu
diperiksa setiap hari senin dan kamis,aku lebih suka diperiksa amalku saat aku
sedang berpuasa.”(HR.At-Turmudhi)
Dari Abu Hurairah bahwa nabi bersabda :
Tiga orang yang do’anya tidak akan tertolak : 1.Pemimpin yang adil;2.Orang
yang berpuasa hingga berbuka;3.Do’a orang didzalimi.Do’a mereka akan diangkat
Allah keatas awan serta dibukakan baginya pintu-pintu langit.dan allah
berfifman:”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku,Aku benar-benar akan menolongmu
sekalipun telah sekian sat’.”(HR.Imam Ahmad)
Dengan melakukan puasa maka dapat menjadikan hati bersih dan
suci.Dengan berpuasa maka spiritualitas akan meningkat sehinga akan lebih
mendekatkan diri kepada Allah.Puasa juga dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga
setiap aktifitas bisa terkontrol.Dengan demikian maka akan tercipta akhlak yang
mulia sehingga akan disenangi semua orang.Begitupun ketika orang yang terbiasa
berpuasa menjadi pemimpin maka akan menjadi pemimpin yang sukses,mereka akan
mampu melembutkan hati dan menyatukan bawahannya,tegas,mau
bermusyawarah,tidak sewenang-wenang,tidak memonopoli pendapat.[34]
Secara ringkas keutamaan puasa seni kamis adalah antara lain : (1) media
monitoring aktivitas keseharian dalam sepekan.(2) pengendali hawa nafsu manusia.
(3)Motivator terbesar dalam setiap langkah untuk mencapi tujuan hidup.(4)
Pembersih hati dan penyuci jiwa dari segala noda keberhasilan atas karya-karya
manusia.[35]
3. Sholat duha
Spiritualitas yang mempengaruhi keberhasilan ketiga adalah sholat duha.Hal
ini dikarenakan keutamaan sholat duha berbeda dengan shalat tahajut yang akan
ditinggikan derajat bagi yang melaksanakannya,sedangkan puasa senin kamis lebih
berdampak pada pengendalian tingkah laku keseharian.Maka keutamaan shalat duha
ini lebih cenderung kepada terpenuhinya kebutuhan.[36]
Shalat duha hukumnya sunat muakat (sanat dianjurkan dan mendekati wajib)
karena Rasulullah senatiasa mengerjakannya dan berpesan kepada para sahabat untuk
mengerjakannya.Shalat duha juga merupakan wasiat Rasul kepada umatnya
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist.Dari Abu Hurairah menceritakan,”
Kekasihku Rosulullah SAW.memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak
pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Shaum tiga hari dalam sebulan,dua
rakaat shalat duha,dan hanya tidur setelah melakukan shalat witir”.(HR.Bukhari dan
Muslim).[37]
Secara filosofis,sholat duha yang dikerjakan umat Islam setidaknya memiliki tiga
makna :
1.Menumbuhkan sikap optimisme,semanagt membara dan konsentrasi tinggi untuk
menggapai harapan dengantetap mengingat Allah.
2.Shalat duha merupakan perwujudan bentuk syukur,mampu menggugah kesadaran
akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan meminta petunjuk-Nya sebagai bekal
bekerja agar tetap dijalan yang diridhai Allah.
3.Shalat duha merupakan bentuk tawakal kepada Allah sebelum memulai aktifitas
sehari-hari,karena Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi dan yang akan
diraih.Manusia hanya berencana dan berusaha namun Allah yang menentukan.[38]
4. Sholat hajat
Shalat hajat merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil terhadap
keberhasilan kepemimpinan.Ini dikarenakan dari segi keutamaannya masih bersifat
umum tergantung hajat orang yang melakukannya.Shalat hajat merupakan shlat sunh
yang biasa dilakukan untuk meraih sesuatu urusan keduniaan dan sesuatu yang
diinginkan segera diperoleh.Menurut Al-Ghazali Sholat hajat dilakukan ketika ada
keperluan atau hajat yang mendesak dan ditujukan kepada Allah agar keperluannya
cepat terpenuhi.[39]
Rasulullah bersabda:
”Barang siapa berwudhu dan menyempurnakannya,kemudian shalat dua
rakaat denagnsempurna,maka ia diberi Alla apa saja yang diminta baik cepat
ataupun lambat.”(Imam Ahmad).
Adapun manfaat shalat hajat bagi manusia antara lain : kesehatan Rohani;
Kesehatan jasmani; Kebahagiaan lahir maupun batin; Mendapatkan kedudukan
terhormat; Mencapai tujuan yang diinginkan.[40]
Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan
sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seorang pemimpin
menjadi dekat dengan Allah.Kedekatannya dengan Allah hinnga menyebabkan
mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat
kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka
ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan
dalam hidupnya.
KESIMPULAN
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah
memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan, baik yang eksoterik (dhahiri)
maupun bathini (esoteric). Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai
tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah
Islam,Muhammad Rosulullah saw. Didalam tulisan Michael Heart, dia menempatkan
Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti diakuinya
Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain sukses
memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan akhirat.
Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan
sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seornag pemimpin
menjadi dekat denagnAllah.Kedekatannya denganAllah hinnga menyebabkan
mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat
kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka
ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan
dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim
Abudinnata. 2009. Akhlak Tasawwuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arqom, Ahmad. 2009. Pimpinlah dan Majulah. Surabaya: TRU STECO, Cet.1
Hartono,Djoko, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA
2011)
Jonnassen, R.Jan.Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006)
Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.
Mahmud, Halim. 2002. Tasawwuf di Dunia Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Maksum, Ali. 2009. Tasawuf Manusia Modern. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.2
Tebba, Sudirman. 2004. Orientasi Sufistik Cak Nur. Jakarta: Khazanah Populer
Paramadina.
Sholeh,Moh.,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007)
Buletin Baitul Izzah (Edisi 16 th. Ke-2 September 2010)
[1] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.289
[2] Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.264
[3] Ibid,h.265
[4] Ibid,h.266
[5] Ibid,h.267
[6] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.290
[7] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.293
[8] Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.272
[9] Ibid,h.271
[10] Ibid,h.271
[11] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.295
[12] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.296
[13]Ibid,h.296[14] K.Permadi. Pengantar Ilmun Tasawuf (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.123[15] Ibid,h.123[16] Mufid. Tasawuf dalam Konteks Modernisasi, Harian Pelita, 16 April 1993.[17] A.Ilyas Ismail, M.A. Neo Sufisme, Republik Hikmah Harian Republika, 13 Mei 1997[18] Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur (Jakarta: Paradina, 2004), h. 165[19] Ibid,h.165[20] Ibid,h.166[21] Ibid,h.297
[22] Amin Syukur,Menggugat tasawuf (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,Cet.II
2002),h.140
[23] Ibid,h.139
[24] Ahmad Arqom,Pimpin dan majulah (Surabaya:TRUSTCO,Cet.I,2009),h.62
[25] Jan R.Jonnassen,Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006),h.15
[26] Ibid,h.63
[27] Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), 149.
[28] Al-Qur’an, Muhammad 47;7[29] Al-Qur’an, Al-Isra’ 17 ; 79[30] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA 2011)114
[31] Moh.Sholeh,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007) h.120[32] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.18[33] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[34] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116[35] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.25[36] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116[37] Buletin Baitul Izzah.(edisi 16,th.ke-2 september 2010),h.5[38] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.21[39] Al-Ghazali,Ihya Ulumuddin,jilid 1,terj.Moh.Zuhri (Semarang : as-syifa’,2003),h.680[40] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.24