09. tasawuf

51
Page | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tasawuf adalah salah satu bidang ilmu yang sangat penting sekali untuk kita pelajari. Pada era modern seperti sekarang ini, saat kebudayaan luar yang buruk terus masuk di Indonesia. Akan mengakibatkan menurunya nilai-nilai agama atau moral orang-orang bangsa Indonesia.Akibat, kebudayaan asing tersebut. Maka dari itu penting kiranya kita membentengi diri dari hal-hal yang buruk tersebut. Salah satu cara membentengi diri adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dengan belajar ilmu tasawuf dan mengamalkannya.Maka insyaallah akan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, sehingga kita akan terhindar deri kebudayaan asing yang berpengaruh buruk tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang kami ungkapkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah kami kali ini adalah 1. Apa pengertian tasawuf dan asal usul tasawuf ? 2. Bagaimana asal usul ilmu tasawuf ? 3. Bagaimana Hubungan Tasawuf dengan ilmu kalam,filsafat fiqih dan ilmu jiwa ?

Upload: egakusuma

Post on 19-Dec-2015

126 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tasawuf

TRANSCRIPT

Page 1: 09. TASAWUF

Page | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf adalah salah satu bidang ilmu yang sangat penting sekali untuk

kita pelajari. Pada era modern seperti sekarang ini, saat kebudayaan luar yang

buruk terus masuk di Indonesia. Akan mengakibatkan menurunya nilai-nilai

agama atau moral orang-orang bangsa Indonesia.Akibat, kebudayaan asing

tersebut. Maka dari itu penting kiranya kita membentengi diri dari hal-hal

yang buruk tersebut. Salah satu cara membentengi diri adalah dengan

mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dengan belajar ilmu tasawuf dan

mengamalkannya.Maka insyaallah akan mendekatkan diri kita kepada Allah

SWT, sehingga kita akan terhindar deri kebudayaan asing yang berpengaruh

buruk tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang kami ungkapkan di atas maka yang menjadi

rumusan masalah dalam makalah kami kali ini adalah

1. Apa pengertian tasawuf dan asal usul tasawuf ?

2. Bagaimana asal usul ilmu tasawuf ?

3. Bagaimana Hubungan Tasawuf dengan ilmu kalam,filsafat fiqih dan ilmu

jiwa ?

4. Bagaimana ajaran dari macam- macam ilmu tasauf ?

5. Siapa saja yang menjadi tokoh ilmu tasauf dan apa saja pemikiran

mereka ?

6. Bagaimana perkembangan tasawuf di Indonesia ?

C. Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah yang kami paparkan di atas, maka yang

menjadi tujuan pembelajaran kami dalam pembuatan makalah ini adalah

1. Agar mahasiswa mengerti apa yang di maksud dengan tasauf

2. Agar mahasiswa mengetahui asal usul tasauf

Page 2: 09. TASAWUF

Page | 2

3. Agar mahasiswa mengetahui hubungan tasawuf dengan ilmu

kalam,filsafat fiqih dan ilmu jiwa

4. Agar mahasiswa tau jenis-jenis tasauf

5. Agar mahasiswa dapat mengenal tokoh-tokoh tasauf dan pemikirannya

6. Agar mahasiswa tahu perkembangan tasawuf di indonesia

D. Manfaat pembelajaran

Ada beberapa manfaat yang dapat kita petik setelah mempelajari makalah

kami ini yaitu

1. mahasiswa dapat mengetahuipengertian tasauf dan asal usulnya

2. mahasiswa dapat mengetahui jenis- jenis tasauf

3. mahasiswa dapat mengenal tokoh- tokoh tasauf danpemikirannya, dan agar

mahasiswa dapat mencontoh nilainya

Page 3: 09. TASAWUF

Page | 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf dan sufi

Tasawuf adalah salah satu ilmu dalam ajaran islam yang mana orang yang

mempelajari tasawuf akan selalu berusaha menghias diri dengan segala

kebaikan dan berusaha untuk menghilangkan semua yang bernilai buruk

dalam dirinya. Dan selalu Berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT,

serta menjalankan kehidupan yang sederhana tidak terpengaruh dengan

segala tipu daya dunia. yang dilakukan oleh rang-orang yang benar-benar

mencintai Allah lebih dari apapun yang disebut dengan seorang sufi

1. Pengertian taaswuf secara lughawi

Pengertian tasawuf secara lughawi memiliki berbagai macam

pengertian yaitu.

a. Menurut (Drs.Rosihon Anwar, M.Ag, 2000 ). Tasawuf yang

berasal dari istilah yaitu “ahlu suffahyang berarti sekelompok

orang dijaman rasulullah yang hidup banyak berdiam di serambi-

serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk

beribadah kepada Allah”. Hal ini terjadi pada zaman Rasulullah

yaitu pada suatu tempat di masjid nabawi yang didiami oleh

sekelompak sahabat nabi yang sangat fakir dan tidak memiliki

temapat tinggal mereka dikenal dengan sebutam ahli suffah mereka

adalah orang yang menyediakan waktunya untuk berjihad dan

berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha yang sersifat duniawi.

b. Menurut (Drs. Rosihon Anwar, M.Ag, 2000 ). Tasawuf berasal dari

kata shafa yaitu nama untuk orang-orang yang bersih atau suci

maksudnya adalah orang yang menyucikan diri di hadapan Tuhan-

Nya. Jika kita lihat pada kehidupan para sufi, memang benar dari

segi niat dan ibadahnya. Mereka berjuang untuk mensucikan diri

mereka agar mereka berada sedekat mungkin disisi allah.

Page 4: 09. TASAWUF

Page | 4

c. Menurut pendapat (Drs. Rosihan Anwar, M.Ag, 2000) Tasawuf

yang berasal dari kata shaf. Kata shaf dinisbahkan kepada orang-

orang yang berada di barisan paling depan saat solat.

d. Menurut (Drs. Asmaran As. 1996) “tasawuf berasal dari kata suf

yang mana artinya adalah bulu domba atau wol, karena para sufi

tidak mememakai pakaian yang halus, bagus dan enak di pandang.

Untuk menenangkan dan menentramkan jiwa mereka hanya1

memakai pakaian yang dapat menutupi keterlanjangan mereka

yang terbuat dari bahan yang kasar”.

2. Pengertian tasawuf secara istilah

a. Menurut Al-juraini

Tasawuf adalah “ memasuki segala budi (akhlak) yang bersifat

sunni dan keluar dari budi pekerti yang rendah

b. Menurut Al-junaidi

Tasawuf adalah membersihkan diri dari apa yang mengganggu

perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh

budi yang asal (instink) kita. Memadamkan sifat-sifat kelemahan

kita sebagai manusia. Menjauhi segala seruan dari hawa nafsu,

mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-

ilmu hakikat, memaki barang-barang penting dan terlebih kekal,

menghamburkan nasihat kepada seluruh mat manusia, memegang

teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat dan mengikuti contoh

Rasulullah dalam hal syari’at.

c. Menurut Amir bin Usman Al-Makki

Tasawuf adalah seorang hamba yang setiap waktunya mengambil

waktu yang utama.

d. Menurut Abu Hamzah

Tanda sufi yang benar adalah berfakir setelah dia kaya,

merendahkan diri setelah dia bermegah-megah, menyembunyikan

diri setelah dia terkenal, dan tanda sufi yang palsu adalah kaya

1

Page 5: 09. TASAWUF

Page | 5

setelah dia fakir, bermegah-megah setelah dia hina, dan tersohor

setelah dia tersembunyi.

e. Menurut Muhammad Ali Al- Qassab

Tasawuf adalah ahklak yang muliayang timbul pada masa yang

mulia dari seorang yang mulia, di tengah tengah umat yang mulia.

f. Menurut Al-Karakhi

Tasawuf adalah mengambil hakikat, dan berputus asa pada apa

yang ada di tangan makhluk

B. Asal Asul Tasawuf

Berdasarkan surah al-baqarah ayat 186 yang bermakna

“Jika hambaku bertanya kepadamu tentang diriku, maka aku dekat dan

mengabulkan seruan yang memanggil jika aku dipanggil.”

Berdasarkan surah ayat ini jelaslah sudah bahwa ajaran tasawuf itu berasal

dari Allah SWT. Melalui ayat al-quran yang diturunkannya kepada nabi

Muhammad SAW.

Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf itu

berasal dari beberapa unsur atau kelompok-kelompok tertentu seperti

1. Unsur kristiani

Pendapat ini diungkapkan berdasarkan adanya interaksi antara orang

arab dengan kaum nasrani pada masa jahiliyah maupun zaman islam

dan adanya persamaan kehidupan antara orang asketis atau sufi dalam

hal ajaran cara mereka melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri

(khalwat) dengan kehidupan al-masih dan ajaran-ajarannya, serta

dengan para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.

2. Unsur hindu dan budha

Pendapat ini diungkapkan berdasarkan adanya persamaan maqqamat

sufiyah, yaitu al-fana dengan ajaran tentang nirwana yaitu

mengajarkan kepada umatnya agar meninggalkan dunia dan memasuki

hidup kontemplatif. Dan adanya penggunaan tasbih yang digunakan

para sufi untuk mengingat allah juga digunakan oleh para pendeta

agama budha

Page 6: 09. TASAWUF

Page | 6

3. Unsur yunani

Adanya pendapat ini dilandaskan karena pada saat akhir daulah

amawiyah dan pada saat daulah abbasyiah terjadi penerjemahan buku-

buku filsafat yunani. Yang dianggap sebagai alat pengenalan

4. Unsur Persia

Pendapat ini dilandaskan karena adanya hubungan politik,

kemasyarakatan,pemikiran dan sastra antara Persia dengan negri arab

pada zaman itu. Selain itu adanya persamaan istilah zuhud di arab dan

zuhud menurut agama manu dan hormuz

5. Unsur arab

Dikeluarkannya pendapat ini dikarenakan islam lahir di daerah arab

maka dikatakan bahwa islam telah meniru kebudayaan arab yang ada

pada saat itu.

C. Hubungan Tasawuf dengan ilmu kalam,filsafat Fiqih, dan ilmu jiwa

1. Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai

pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan

yang mendalam melalui hati (dzauq dan wijdan) terhadap ilmu tauhid

atau ilmu kalam menjadikan tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan

dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan sisi

terapan rohaniyah dari ilmu tauhid. Ilmu kalam pun berfungsi sebagai

pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang

bertentangan dengan Al-qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan

penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak

pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah, atau belum

pernah diriwayatkan leh ulama-ulama salaf maka hal itu harus ditolak.

Selain itu ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran

rohaniyah dalam perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa

ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang

mengandung muatan rasional dan muatan naqliyah. Jika tidak

diimbangi oleh kesadaran rohaniah, ilmu kalam dapat bergerak kea rah

yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi member

Page 7: 09. TASAWUF

Page | 7

muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialetika

keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau

sentuhan secara qalbiyah (hati).

2. Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan

dari sumbangan pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat, misalnya

dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang jiwa, secara jujur

harus diakui bahwa terminology jiwa dan roh itu sendiri sesungguhnya

terminologi yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat.

Sederatan intelektual muslim ternama juga banyak mengkaji tentang

jiwa dan roh, diantaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan

Al-Ghazali. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan

kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat

berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia islam.

Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial

dalam tasawuf. Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan

kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat

berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam.

Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi hal yang esensial

dalam tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih

spesifik menjadi kemudian dikembangkan dalam tasawuf. Namun,

tidak berarti bahwa istilah qalb

D. Macam – Macam Tasawuf

Para ahli tasauf pada umumnya membagi tasawuf dalam tiga bagian yaitu

1. Tasawuf falsafi

Taswuf falsafi adalah, tasawuf yang pendekatannya yang dilakukan

dengan memadukan visi mistis dan rasio atau akal pikiran, karena

tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang

terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang tuhan,

manusia, hubungan antara manusia dengan Allah SWT dan lain

sebagainya.

2. Tasawuf akhlaki

Page 8: 09. TASAWUF

Page | 8

Tasawuf akhlaki adalak tasawuf yang pendekatannya dilakukan

dengan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan

diri dari akhlak yang buruk ) dan tahalli (menghiasi diri dari dengan

akhlak yang terpuji ) dan tajalli ( terbukanya dinding penghalang

(hijab)) yang membatasi manusia dengan tuhan, sehingga Nur Ilahi

tampak jelas padanya. Tasawuf ini mengikat penganutnya dengan Al-

Qur’an dan hadist dengan ketat

3. Tasawuf amali

Tasawuf amali adalah tasawuf yang melakukan pendekatan dengan

cara pendekatan amaliayah atau wirid,

E. Zuhud, Embrio Tasawuf.

Zuhud adalah lingkuangan alami tempat tumbuhnya tasawuf, atau

fase pendahuluan yang mempersiapkan kelahirannya. Dikalangan muslim

Zuhud berpulang kepada beberapa faktor, baik faktor agama, politik, dan

sosial. Berikutnya kami akan mencoba menjelaskannya satu-persatu:

1. Faktor Agama.

Maksud dari faktor agama adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi

saw yang memberikan pengaruh langsung pada diri kaum muslimin

dan mengarahkannya untuk hidup zuhud di dunia, meninggalkan

kelezatan dunia, dan tidak tenggelam dengan kenikmatan dan

rongrongan dunia. Memandang kesenangan dunia merupakan sesuatu

yang tidak langgeng dan sedikit. Memiliki perhatian yang besar

kepada dunia dan sangat disibukkan dengan urusan-urusan dunia akan

memalingkan pemiliknya dari kebaikan yang banyak, dan

menjadikannya di akhirat kelak terancam akibat perbuatan buruknya.

Allah swt berfirman:“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya

kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,

perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-

Page 9: 09. TASAWUF

Page | 9

banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu

menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi

hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari

Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain

hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. al-Hadid:20) .

Sunnah datang dengan gaya dan tipe yang sama, dimana kita

dapati hampir semua perkataan Rasulullah saw diarahkan ke sana .

Kemudian diperkuat dengan prilaku nyata Rasulullah saw sendiri yang

melahirkan kehidupan zuhud, penuh kesederhanaan, jauh dari

kehidupan yang penuh gelamor, dan kemewahan. Diriwayatkan, suatu

hari Rasulullah saw bersama para sahabatnya melewati seekor domba

betina yang mati, kemudian Rasulullah saw bertanya kepada para

sahabatnya: “Tidkkah kalian melihat domba ini hina bagi

pemiliknya?” , Mereka menjawab: “ya”, kemudian Rasulullah

berkata: “Demi Allah dunia ini lebih hina bagi Allah dari pada domba

yang mati itu bagi pemiliknya ketika dibuang”. (HR. Ahmad)

Semua para shabat berjalan mengikuti manhaj Allah dan

Rasul-Nya. Mereka mewariskan sifat zuhud, dan senang dengan hidup

yang penuh kesederhanaan dan apa adanya. Semua ini dapat dilihat

pada perjalanan hidup para shahabat, seperti: Umar bin Khattab,

Ustman bin Affan, dan Abdul Rahman bin Auf. Zuhud adalah prilaku

hidup pada masa shahabat. Orang-orang yang datang sesudah mereka

mengakui hal itu, mereka mangatakan: Sesungguhnya zuhud para

shabat pada hal-hal yang halal lebih besar dari zuhud orang-orang

yang datang setelah mereka pada hal-hal yang haram.

Page 10: 09. TASAWUF

Page | 10

2. Faktor Politik.

Yang dimaksud dengan faktor ini adalah dampak dari peperangan

yang terjadi di tengah kaum muslimin sekitar memperebutkan

kedudukan khilafah atau kepemimpinan. Perang yang diawali dengan

fitnah pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan r.a. dan berakhir

dengan terbunuhnya Ustman bin Affan r.a. Kemudian semakin

membesar di masa khalifah Ali bin Abu Thalib ra, dan berakhir

dengan terbunuhnya beliau. Akhirnya kaum muslimin terpecah

menjadi beberapa kelompok yang saling bersengketa. Sebagian ada

yang mendukung Ali, sebagian lagi ada yang mendukung Mu’awiyah,

dan yang lainnya mendukung Tolhah bin Zubeir. Setelah peristiwa

tahkim kekuatan Ali r.a terbagi, dan muncullah kelompok khawarij.

Namun di tengah-tengah peristiwa itu terdapat satu kelompok dari

pembesar sahabat berpandangan untuk menjauhkan diri dari

golongan-golongan yang bersetru untuk menghidari fitnah,

mengutamakan keselamatan, mencari ketenangan, dan khawatir

terjebak ke dalam pembunuhan sesama muslim. Kelompok ini

terdapat di masa Ali ra sendiri, kemudian sebagiannya muncul setelah

terbununya Ali bin Abu Thalib ra.

3. Faktor Sosial.

Maksudnya adalah bentuk-bentuk prilaku dan tipe hidup baru

yang menimpa kehidupan sosial yang sebelumnya tidak dikenal di

masa Sahabat, para Tabi’in dan orang-orang yang mengikuti cara

hidup mereka. Ketika itu kehidupan mereka dikenal dengan penuh

kesederhanaan dalam perkara makanan, minuman, tempat tinggal,

dan seluruh urusan kehidupan mereka. Tanpa terasa secara gradual

kehidupan sosial itu mengarah kepada perubahan yang sedikit-demi

sedikit mulai menjauh dari tauladan hidup masa pertama Islam.

Ketika itu kita menemukan satu gaya hidup yang tidak dikenal

Page 11: 09. TASAWUF

Page | 11

sebelumnya. Kita dapatkan bermacam-macam corak makanan,

minuman, dan perjamuan, serta aneka ragam permainan di tempat-

tempat nyanyian, biduanita, dan minuman.

Rupanya interaksi dengan sebagian bangsa seperti Parsia

memiliki pengaruh besar perhadap perubahan tersebut. Kehidupan

hura-hura dan glamor tampak sangat menyakiti perasaan yang

sensitif dan menyinggung orang-orang yang tak punya, fakir serta

miskin. Terkadang kita mendengar perayaan-perayaan resepsi

pernikahan dan khitanan yang menghabiskan biaya ratusan ribu,

bahkan jutaan dinar dan dirham. Dan kita mendengar pada masa

khalifah al-Makmun ada yang membayar mas kawin istrinya sebesar

seribu kantong permata, menyalahkan lampu lilin dengan minyak

wangi dan setiap satu lilin menghabiskan dua ratus liter minyak

wangi serta dihampar permadani dengan tenunan emas dan

dimahkotai dengan permata yaqut.

Kondisi ini sepenuhnya banyak memotifasi orang untuk

mengetuk pintu zuhud, karena barangkali diri mereka merasa puas

dengan sebuah selogan masyhur: “Jika yang engkau inginkan tidak

ada , maka ambillah apa yang ada”. sebagian mereka memilih sifat

zuhud karena motifasi agama, melawan syahawat, menjauhi haram,

mengutamakan akhirat, dan mencari ridha Allah swt. Berkaiatan

dengan hal ini sebagian mereka ada yang berkata: “Dunia menurut

pandangan kami ada tiga tingkatan, halal, haram, dan syubuhat.

Haramnya akan dihisab, haramnya akan mendapat siksa, dan

syubuhatnya akan mendapat celaan Allah Swt. Karena itu, ambillah

dunia itu yang engkau butuhkan saja”.

Begitulah, zuhud merupakan sebuah reaksi penolakan pada

gaya hidup yang menyimpang dari kehidupan pertama Islam, dan

upaya meniru gaya hidup para shahabat dalam hal zuhud, dan wara’.

Page 12: 09. TASAWUF

Page | 12

Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa fenomena zuhud adalah

sebuah konsekwensi dari sejumlah faktor tersebut, baik agama,

politik, dan sosial. Patut disinggung disini bahwa zuhud itu sendiri

bukanlah tujuan, akan tetapi ia adalah sebuah sarana untuk mengapai

tujuan lain yang harus dijalani guna merealisasikan seluruh nilai-niai

luhur, serta mendapatkan muroqobah dan musyahadah Allah.

Kemudian pada masa itu orang-orang yang zuhud mendapatkan

bermacam-macam sebutan (gelar) seperti ‘ubbad, nussak, fuqora,

dan qurroo’, mereka adalah para ulama atau orang-orang yang

memahami Al-Quran dengan baik.

F. Tokoh sufi Dari masa ke masa dan Pemikirannya

1. Hasan al-basri

Dasar pemikiran beliau adalah hidup zuhd terhadap dunia, menolak

segala kemegahannya, hanya semata-mata menuju kepada Allah,

tawakal, khauf dan raja’. Jangan hanya semata-mata takut kepada

Allah, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut akan

murkanya, tetapi mengharapkan rahmatnya.

2. Ibrahim bin Adham

Seseorang tidak akan mencapai peringkat soleh

Kecuali setelah melewati enam pos penjagaan yaitu, hendak menutup

pintu gerbang kenikmatan dan membuka pintu gerbang kesulitan,

hendak menutup pintu gerbang kemusyrikan dan membuka pintu

gerbang kehinaan, hendak menutup pintu gerbang hidup santai dan

membuka gerbang hidup kerja keras, menutup gerbang tidur dan

membuka gerbang jaga tengah malam, menutup gerbang kekayaan

dan membuka gerbang kemiskinan, menutup gerbang cita-cita dan

membuka gerbang siap menghadapi mati.

3. Sufyan al-sauri

Page 13: 09. TASAWUF

Page | 13

Beliau pernah mengajarkan kepada muridnya agar hidup jangan

terpengaruh oleh kemewahan dan kemegahan duniawi, jangan suka

menjilat kepada raja-raja dan penguasa , muru’ah harus dijaga dan

dipelihara sebaik-baiknya dan jangan sampai mengemis-ngemis

dengan pemimpin. Jalani hidup dengan bersahaja,penuh

kesederhanaan, dan tidak terpukau dengan kemegahan dan

kemewahan duniawi.

4. Ma’ruf alkarkhi

Beliau berpendapat bahwa “tasawuf adalah mengambil hakikat dan

berlepas diri apa saja yang ada di tangan mahluk.

5. Abu sulaiman al-darani

Beliau berpendapat bahwa tasawuf adalah orang yang tidak dapat

bersikap zuhd terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya di

isi Allah dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan fikirannya tertuju

kepada masalah-masalah akhirat saja.

6. Al-Qusyairi

Beliau berpendapat setiap tasawuf yang tidak dibarengi kebersihan

maupun penjauhan diri dari maksiat adalah tasawuf palsu serta

memberatkan diri dan setiap yang batin itu bertentangan dengan yang

lahir adalah keliru dan setiap tauhid yang tidak dibenarkan Al-Qur`an

maupun Alsunnah adalah pengingkaran tuhan serta bukannya tauhid,

serta setiap pengenalan terhadap Allah (Ma`rifah) yang tidak

dibarengi kerendahan hati maupun kelurusan jiwa adalah palsu.

G. Perkembangan Tasawuf di Indonesia

1. Riwayat Hidup Hamzah Al-Fansuri

Nama Hamzah Al-Fansuri tidak asing lagi di kalngan ulama dan

sarjana penyelidik keislaman di Indonesia. Hampir semua penulis

sejarah Islam mencatat bahwa Syeikh Hamzah Al-Fansuri dan

muridnya Syeikh Syamsuddin Sumatrani termasuk tokoh sufi yang

sepaham dengan Al-Hallaj. Paham hulul,ittihad,mahabbah dan lain-

lain adalah seirama. Syeikh Hamzah Fansuri diakui sebagai pujangga

Page 14: 09. TASAWUF

Page | 14

Islam yang sangat popular di zamannya kini sehingga kini namanya

menghiasi lembaran kesusatraan Melayu dan Indonesia

Ajaran Tasawuf Hamzah Al-Fansuri

Pemikiran-pemikiran Al-Fansuri tentang tasawuf banyak

dipengaruhi Ibn ‘Arabi dalam paham wahdat wujud-nya. Sebagai

seorang sufi, ia mengajarkan bahwa Tuhan lebih dekat daripada leher

manusia sendiri, dan bahwa Tuhan tidak bertempat, sekalipun sering

dikatakan bahwa Ia ada dimana-mana. Ketika menjelaskan ayat

“fainama tuwallu fa tsamma wajhu’illah” ia katakan bahwa

kemungkinan untuk memandang wajah Allah dimana-mana

merupakan unio-mistica. Para Fusi menafsirkan “wajah Allah” sebagai

sifat-sifat Tuhan seperti Pengasih, Penyayang, Jalal, dan Jamal. Dalam

salah satu sya’irnya, Al-Fansuri berkata :

Mahbubmu itu tiada berha’il

Pada ayna ma tuwallu jangan kau ghafil

Fa tsamma wajhullah sempurna wasil

Inilah jalan orang yang kamil

Hamzah Al-Fansuri menolak ajaran pranayama dalam agama

Hindu yang membayangkan Tuhan berada dibagian tertentu dari

tubuh, seperti ubun-ubun yang dipandang sebagai jiwa dan dijadikan

titik konsentrasi dalam usaha mencapai persatuan.

Diantara ajaran tasawuf Al-Fansuri yang lain berkaitan dengan

hakikat wujud dan penciptaan. Menurutnya, wujud itu hanyalah satu

walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini, ada yang

merupakan kulit (mazhar,kenyataan lahir) dan ada yang berupa isi

(kenyataan batin). Semua benda yang ada, sebenarnya merupakan

manifestasi dari yang haqiqi yang disebut Al-Haqq Ta’ala. Ia

menggambarkan wujud Tuhan bagaikan lautan dalam yang tak

bergerak, sedangkan alam semesta merupakan gelombang lautan

wujud tuhan. Pengaliran dari Dzat yang mutlak ini diumpamakan

gerakombak yang menimbulkan uap,asap,awan yang kemudian

Page 15: 09. TASAWUF

Page | 15

menjadi dunia gejala. Itulah yang disebut ta’ayyun dari Dzat yang la

ta’ayyun itu pulalah yang disebut tanazul. Kemudian segala sesuatu

kembali lagi kepada Tuhan (tarraqi) yang digambarkan bagaikan

uap.asap.awan, lalu hujan dan sungai dan kembali lagi kelautan

2. SYEIKH ABDUR RAUF AL-SINKILI

1. Riwayat Hidup Abdur Rauf As-Sinkili

Abdur Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar

Kerajaan Aceh pada abad ke 17 (1606-1637). Nama lengkapnya adalah

Syeikh Abdur Rauf bin Ali-Al-Fansuri. Sejarah telah mencatat bahwa

As-Sinkili merupakan murid dari dua orang ulama sufi yang menetap

di Mekah dan Madinah. Ia sempat menerima ba’iat Tarekat Syathiriah

disamping ilmu-ilu Sufi yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang

lingkup ilmu pengetahuan yang ada hubungan dengannya.

Menurut Hasyimi, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra, ayah As-

Sinkili berasal dari Persia. Ia datang ke Samudera Pasai pada akhir

abad ke-13 dan kemudian menetap di Fansur, Barus, sebuah kota

pelabuhan tua di pantai barat sumatera. Pendidikannya dimulai dari

ayahnya di Simpang Kanan (Sinkil). Ia belajar ilmu-ilmu agama,

sejarah, bahasa arab, mantiq, filsafat, sastra Arab/Melayu, dan bahasa

Persia kepada ayahnya. Pendidikannya kemudian dilanjutkan ke

Samudera Pasai dan belajar di Dayah Tinggi pada Syeikh Sam Ad-Din

As-Sumatrani. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Arabia.

Berkenaan dengan perjalanan rohaninya, As-Sinkili telah memakai

“khirqah”, yaitu sebagai pertanda telah lulus dalam pengujian secara

suluk. Ia teah diberi selendang berwarna putih oleh gurunya sebagai

pertanda pula bahwa ia telah dilantik sebagai Khalifah Mursyid dalam

orde Tarekat Syathariyah. Yang berarti ia memboleh memba’iat orang

Page 16: 09. TASAWUF

Page | 16

lain. Telah diakui bahwa ia mempunyai silsilah yang bersambug dari

gurunya hingga kepada Nabi Muhammad SAW.

As-Sinkili mempunyai banyak murid. Salah satu diantaranya

adalah Syeikh Burhanuddin Ulakkan (wafat 1111 H/1691 M) yang

aktif mengembangkan Tarekat Syathariyah. Tersebarnya Tarekat

Syathariyah dari Aceh hingga Sumatera Barat, Sumatera Selatan,

hingga Cirebon Jawa Barat, manakala kita kaji dengan teliti selalu

memiliki persambungan silsilah As-Sinkili.

Di antara karya-karya As-Sinkili adalah :

a. Mir’at Ath-Thullab (fiqih Syafi’I bidang mu’amalah)

b. Hidayat Al-Balighah (fiqih tentang sumpah, kesaksian,

peradilan, pembuktian, dan lain-lain)

c. ‘Umdat Al-Muhtajin (tasawuf)

d. Syams Al-Ma’rifah (tasawuf tentang ma’rifat)

e. Kifayat Al-Muhtajin (tasawuf)

f. Daqa’iq Al-Huruf (tasawuf)

g. Turjuman Al-Mustafidh (tadsir), dan lain-lain

2. Ajaran Tasawuf Abdur Ra’uf As-Sinkili

Sebelum As-Sinkili membawa ajaran tasawufnya, di Aceh

telah berkembang ajaran tasawuf falsafi, yaitu tasawuf wujudiyyah

yang kemudian dikenal dengan nama wahdat-Al-wujud. Ajaran

tasawuf wujudiyyah ini dianggap Ar-Raniri sebagai ajaran sesaat

dan penganutnya sebagai orang yang murtad. Sehingga terjadilah

proses penghukuman bagi mereka. Tindakan Ar-Raniri dinilai As-

Sinkili sebagai perbuatan yang emosional. Itulah sebabnya Al-

Sinkili menanggapi persoalan aliran wujudiyyah dengan penuh

kebijaksanaan.

As-Sinkili berusaha merekonsiliasi antara tasawuf dengan

syari’at. Ajaran tasawufnya sama dengan Syamsuddin dan

Page 17: 09. TASAWUF

Page | 17

Nuruddin, yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yakni

Allah. Alam ciptaan-Nya bukanlah merupakan wujud hakiki, tetapi

bayangan dari yang hakiki. Menurutnya, jelaslah bahwa Allah

berbeda dengan alam. Walaupun demikian, antara bayangan (alam)

dan yang memancarkan bayangan (Allah) tentu memiliki

keserupaan. Maka sifat-sifat manusia adalah bayangan-bayangan

Allah, seperti yang hidup, yang tahu, dan yang melihat. Pada

hakikatnya, setiap perbuatan adalah perbuatan Allah.

Zikir dalam pandangan As-Sinkili, merupakan suatu usaha

untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengan berzikir,

hati selalu mengingat Allah. Tujuan zikir adalah mencaai fana’

(tidak ada wujud selain wujud Allah). Itu berarti wujud yang

berzikir bersatu dengan wujud-Nya, sehingga mengucapkan zikir

adalah Dia.

Ajaran tasawuf As-Sinkil yang lain bertalian dengan

martabat perwujudan Tuhan. Menurutnya, ada tiga martabat

perwujudan Tuhan. Pertama,martabat ahadiyyah atau la ta’ayyum,

yaitu alam pada waktu itu masih merupakan hakikat gaib yang

masih berada didalam ilmu Tuhan. Kedua, martabat wahdah atau

ta’ayyun awwal, yaitu telah terciptanya haqiqat Muhammadiyah

yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga ,martabat wahdiyyah

atau ta’ayyun tsan, yang disebut juga dengan ‘ayan tsabita, dan

dari sinilah alam tercipta. Menurutnya, ucapan “Aku Engkau, Kami

Engkau, dan Engkau Ia” hanya benar pada tingkat wahdah atau

ta’ayyun awwal karena unsur Tuhan dan unsur manusia pada

tingkat itu belum dapat dibedakan. Tingkatan itulah yang dimaksud

Ibn ‘Arabi dalam sya’ir-sya’irnya. Akan tetapi, pada tingkatan

wahidiyyah atau ta’ayyun tsani, alam sudah memiliki sifatnya

sendiri, tetapi Tuhan adalah cermin bagi insan kamil dan

sebaliknya. Namun, Ia bukan pula yang lainnya. Bagi As-Sinkili,

Page 18: 09. TASAWUF

Page | 18

jalan untuk mengesakan Tuhan adalah dengan zikir la ilaha

illa’llah sampai tercipta fana

3. NURUDDIN AR-RANIRI

1. Riwayat hidup

Ar-raniri dilahirkan di ranir, Gujarat, india. Nama lengkapnya

adalah nuruddin Muhammad bin hasanjin al-hamid al-syafi’ial –

raniri. Lahir diperkirakan sekitar abad ke 16 pendidikannya

diperoleh di ranir dan kemudian melanjutkan kewilayah

hadhramaut. Ketika ia berada di negri asalnya ia sudah menguasai

banyak ilmu agamadiantara guru yang paling banyak

mempengaruhi beliau adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin Abdullah

bin syaiban, seorang guru tarekat rifa’iyah keturunan hadhramaut

Gujarat india.

Menurut catatan Azyumardi Azra, Ar-raniri merupakan

seorang tokoh pembaharuan di aceh. Ia memulainya setelah

mendapat pijakan yang kuat dari istana Aceh. Pembaharuan

utamanya adalah memberantas aliran wujudidiyyah yang dianggap

sebagai aliran sesat. Ar- Raniri juga dikenal sebagai syekh islam

yang mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa tentang aliran

wujudiyyah. Bahkan lebih jauh ia mengeluarkan fatwa untuk

memburu aliran aliran sesat

Diantara karya-karya yang pernah di tulis adalah

a. Ash-Shirath al-Mustaqim (fikih bahasa melayu)

b. Bustan As-Salatin fi Dzikr Al Awwalin Wa Al-Akhirin (bahasa

melayu)

c. Durrat Al-Fara’idh Bi Syarhi Al-Aqa’id (akidah, bahasa

melayu)

d. Shifa’ Al-Qulubii( cara-cara berzikir, bahsa melayu)

2. Ajaran tasawuf nuruddin Ar-Raniri

Page 19: 09. TASAWUF

Page | 19

a. Tentang Tuhan

Pendirian beliau dalam msasalah ketuhanan bersifat

kompromis. Ia berusaha menyatukan paham mutakallimin

dengan paham sufi yang di wakili ibn’arabi. Ia berpendapat

bahwqa ungkapan “wujud allah dalam alam esa” berarti alam

ini bererti sisi-sisi lahiriyah dari hakikatnya yang batin, yaitu

allah sebagai mana yang dimaksud Ibn’ Arabi. Namun unkapan

itu menjelaskan bahwa lam itu tidak ada, yang ada hanyalah

wujud Allah yang Esa. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa alam

ini berbeda atau bersatu dengan allah.

b. Tentang Alam

Beliau berpendapat bahwa lam ini diciptakan Allah memelalui

tajali. Ia menolak teori al- faidh (emanasi) Al-Farabi karena hal

itu dapat memunculkan pengakuan bahwa alam ini qadim

sehingga menjerumuskan padsa kemusyrikan.

c. Tentang Manusia

Manusia menurut beliau adalah makhluk allah yang paling

sempurna di dunia ini sebab manusia merupakan khalifah Allah

di muka bumi yang di jadikan sesuai citra-nya, juga ia

merupakan mazhhar ( tempat kenyataan asma dan sifat Allah

paling lengkap dan menyeluruh) konsep insan kamil, katanya

pada dasarnya hamper sama dengan apa yang telah digariskan

oleh Ibn’ Arabi

d. Tentang Wujudiyyah

Inti ajaran wujudiyyah menurut Ar-Raniri berpusat pada

wahdat Al- Wujud. Yang di salah artikan kaum wujudiyyah

dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam. Menurutnya

pendapat Hamzah Al-Fansuri tentang wahdat Al-wujud dapat

membawa kepada kekafiran Ar-Raniri berpandangan bahwa

jika benar Tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan

bahwa manusia adalah Tuhan dan Tuhan adalah manusia dan

Page 20: 09. TASAWUF

Page | 20

jadilah seluruh makhluk sebagai Tuhan. Semua dilakukan

manusia, baik buruk atau baik, Allah turut serta melakukannya.

Jika denikian halnya, maka manusia mempunyai sifat-sifat

Tuhan

e. Tentang hubungan Syari’at dan Hakikat

Pemisahan antara syari’at dan hakikat, menurut Ar-

Raniri,merupakan sesuatu yang tidak benar. Untuk menguatkan

argumentasinya,ia mengajukan beberapa pendapat pemuka

sufi,diantaranya adalah Syekh Abdullah Al-Aidarusi yang

menyatakan bahwa tidak ada jalan menuju Allah, kecuali

melalui syari’at yang merupakan pokok dan cabang islam

4. Syeikh Yusuf Al-Makasari

1. Riwayat Hidup Syeikh Yusuf Al-Makasari

Syeikh Yusuf Al-Makasari adalah seorang tokoh sufi agung

yang berasal dari Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 syawal

1036 H atau bersamaan dengan 3 Juli 1629., yaitu ketika Sulawesi

baru saja kedatangan tiga orang penyebar Islam yaitu Datuk Ri

Bandang dan kawan-kawannya dari Minangkabau. Dalam suatu

karangannya, ia menulis belakang namanya dengan bahasa Arab

“Al Makasari”, yaitu nama kota di Sulawesi Selatan.

Naluri fitrah pribadi Syeikh Yusuf sejak kecil telah

menampakkan kecintaannya pada pengetahuan keislaman. Dalam

tempo yang relative singkat, ia telat tamat mempelajari Al-Qur’an

30 juz. Setelah lancar dan hafal Al-Qur’an, ia mempelajari

pengetahuan lain, seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan,

maani, badi’, balaghah, dan manthiq. Ia pun belajar pula ilmu fiqih,

ilmu ushuluddin dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini

tampaknya lebih serasi pada pribadinya.

Di masa Syeikh Yusuf, hampir setiap orang menggemari ilmu

tasawuf. Orang yang hidup di zaman itu lebih mementingkan

Page 21: 09. TASAWUF

Page | 21

mental dan material. Ini dilakukan untuk mengimbani berbagai

agama dan kepercayaan yang memang menjurus kearah itu pula.

Syeikh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke Yaman. Di kota

ini, ia menerima tarekat dai Syeikhnya yang terkenal, yaitu Syeikh

Abi Abdullah Muhammad Baqi Billah. Pengetahuan tarekat yang

dipelajarinya cukup banyak bahkan melebihi ulama-ulama

dimasanya maupun masa kini. Secara ringkas tarekat-tarekat yang

telah dipelajarinya adalah berikut ini:

a. Tarekat Qadiriyah diterima dari Syeikh Nuruddin Al-Raniri di

Aceh

b. Tarekat Naqsabandiyah diterima dari syeikh Abi Abdillah

Abdul Baqi Billah

c. Tarekat As-Saadah Al-Baalawiyah diterimanya dari Sayyid Ali

di Zubeid/Yaman

d. Tarekat syathariyah diterimanya dari Ibrahim Al Kurani

Madinah

2. Ajaran Tasawuf Syeikh Yusuf Al-Makasari

Berbeda dengan kecenderungan sufisme pada masa-masa awal

yang mengelakkan kehidupan duniawi, syeikh Yusuf

mengungkapkan paradigm sufistiknya bertolak dari asumsi dasar

bahwa ajaran Islam meliputi dua aspek, yaitu aspek lahir (syari’at)

dan aspek batin (hakikat). Syariat dan hakikat harus dipandang dan

diamalkan sebagai suatu kesatuan.

Meskipun berpegang teguh pada transedensi Tuhan, ia

meyakini bahwa Tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat

dengan sesuatu itu. Syeikh Yusuf mengembangkan istilah Al-

ihathah (peliputan) dan Al-ma’iyyah (kesertaan). Kedua istilah itu

menjelaskan bahwa Tuhan turun (tanazul), sedangkan manusia naik

(taraqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya semakin

dekat. Syeikh Yusuf menggarisbawahi bahwa proses ini tidak akan

mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dengan Tuhan.

Page 22: 09. TASAWUF

Page | 22

Sebab, Al-ihathah dan Al-ma’iyyah Tuhan terhadap hamba-Nya

adalah secara ilmu. Menurutnya, fana’ adalah hamba yang tidak

memiliki kesadaran tentang dirinya, merasa tidak ada hanya saja ia

menyadari sebagai perwujudan. Pandangan tentang Tuhan diatas

secara umum mirip dengan wahdat Al-wujud dalam filsafat mistik

Ibn ‘Arabi.

Syeikh Yusuf berbicara pula tentang insane kamil dan proses

penyucian jiwa. Ia mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap

hamba walaupun telah naik derajatnya, dan Tuhan akan tetap

Tuhan walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian

jiwa, ia menempuh cara yang moderat. Menurutnya, kehidupan

dunia bukanah untuk ditinggalkan dan hawa nafsu tidaklah harus

dimatikan. Sebaliknya, hidup diarahkan untuk menuju Tuhan.

Gejolak hawa nafsu harus dikendalikan melalui tertib hidup dan

disiplin diri atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa

melindungi manusia. Berkenaan dengan cara-cara menuju Tuhan,

ia membaginya dalam tiga tingkatan. Pertama,tingkatan akhyar

(orang-orang terbaik), yaitu dengan memperbanyak shalat, puasa,

membaca Al-Qur’an, naik haji, dan berjihad di jalan Allah. Kedua,

cara mujahadat Asy-syaqa’ (orang-orang yang berjuang melawan

kesulitan), yaitu latihan batin yang keras untuk melepaskan

perilaku buruk dan menyucikan pikiran dan batin dengan lebih

memperbanyak amalan batin dan melipatgandakan amalan-amalan

lahir. Ketiga, cara ahli ad-dzikr, yakni jalan bagi amalan yang telah

kasyaf untuk berhubungan dengan Tuhan, yaitu orang-orang yang

mencintai Tuhan, baik lahir maupun batin. Mereka sangat menjaga

keseimbangan kedua aspek ketaatan itu.

H. Sejarah Munculnya Tasawuf Islam

Di tengah-tengah kelompok tersebut dan di kalangan para ahli

zuhud, zuhud mulai menyaksikan perkembangan baru yang membawanya

Page 23: 09. TASAWUF

Page | 23

kepada nama baru, yaitu Tasawuf, serta kelompok baru bernama As-

sufiyah. Perkembangan ini tidak terlepas dari sebagian faktor atau

fenomena internal dan eksternal. Faktor eksternal terpulang kepada

permulaan atau pertengahan abad kedua –di mana bahwa para zuhud

waktu itu lebih meng-utamakan berpakaian sof (wol) sebagai selogan

tawadlu, pakaian orang-orang soleh, simbol keprihatinan serta unjuk

protes terhadap kemegahan serta kegelamoran dunia, bahkan pakaian itu

telah menjadi pakaian khas mereka.

Dari sini para Sufi itu satu sama lain mulai berkumpul; mulai

memilih orang yang patut di antara mereka menjadi pemimpin atau

pembimbing atau para syekh, Yang di dalam kepribadiannya telah

terkumpul sifat-sifat atau karakteristik yang menjadikan mereka layak

berdiri didepan saudara-saudaranya. Diantara salah satu kelebihan atau

keistimewaan yang terpenting adalah mereka mampu merenungkan,

menyimpan pengalaman spritual mereka, dan mampu mendeskripsikan

serta mengekspresikan kembali pengalaman spritual tersebut. Deskripsi

spritual ini tidak mereka ambil dari orang-orang sebelum mereka akan

tetapi benar-benar bersumber dari pengalaman dan petualangan spiritual

yang mereka alami sendiri.

Pengalaman itu memberikan ilmu khusus dan pengetahuan pribadi

bagi mereka, terkadang sebagian mereka ada yang merasa terpaksa untuk

mengungkapkan pengetahuan itu dan sulit disembunyikan gejolak

perasaan yang memenuhi qalbunya, seola-olah –dalam kondisi seperti itu-

ia seperti tengah terjadi al-wajdu al-fana (megalami satu kondisi

kebersamaan kepada Allah yang kuat dalam dirinya) atau dilanda perasaan

seperti yang melanda para seniman atau penyair, oleh karena itu mereka

mendapatkan kebebasan dalam mengungkapka apa yang tengah bergejolak

dalam dadanya, dalam hal ini imam al-Hakim at-Tirmidzi berkata:

“Tidaklah aku menyusun satu huruf tentang sebuah perancangan, tidak

Page 24: 09. TASAWUF

Page | 24

juga agar sesuatu itu dinisbatka kepada diriku, namun ketika aku merasa

sempit aku menjadi terhibur “.

Mulailah mereka mencatat khawatir (lintasan pikiran dan jiwa

sebagai apresiasi kondisi spiritual yang bersih) mereka, menyusun

pengalaman-pengalam an mereka, serta berbicara tentang zauk, dan

mawajid mereka. Bermunculanlah sebagian artikel-artikel yang berbicara

tentang pengalaman spritual. Tidak hanya itu, bahkan sebagian mereka

sudah ada yang mendiskusikannya atau berbicara tentang tasawuf di

masjid-masjid. Orang pertama diantara mereka adalah Abu Zakaria Yahya

bin Muaz Ar-Razi (W : 275 H), dan Abu Hamzah Al-Bagdadi yang

sebelum bicara di masjid Madinah ia telah berbicara di Bagdad terlebih

dahulu.

Dan kewajiban para syekh adalah menjelaskan pesan-pesan kepada

para pengikutnya, membatasi kaidah-kaidah suluk serta etikanya (adab)

dan menulis buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan tentang

tasawuf. Dari sini mulailah dikenal sejumlah tokoh-tokoh sufi pada abad

ketiga hijriyah dan setelahnya, di-antarnya: Imam Muhasibi, Sahal at-

Tusturi, al-Junaidi al-Bagdadi, Imam al-Ghazali, dan Abdul Qodir al-

Jilani. Sebagian mereka ada yang merasa cukup mengajarkan ilmu tasawuf

secara lisan, oleh karenanya mereka tidak menulis buku-buku, bahkan

mereka mengatakan: “Buku-bukuku adalah para sahabatku

(murid/pelanjutnya)”

Diantara moti-motif terpenting penulisan karya-karya tasawuf

adalah untuk mengkanter para penyeleweng yang dilakukan oleh para

pengaku-aku tasawuf. Tujuan ini sangat jelas sekali terdapat pada setiap

muqoddimah buku-buku tasawuf, seperti buku Atta’arruf karya al-

Kalabadzi, Alluma’ karya imam at-Thusi dan Ar-risalah karya imam al-

Qusyairi. Begitu pula diantara tujuan-tujuan terpenting mereka adalah

menghadapi serangan-serangan yang diarahkan kepada kaum Sufi

Page 25: 09. TASAWUF

Page | 25

semenjak kelompok ini memiliki label khusus dalam pakaian, dan

manhajnya, kemudian sebagaian para penysusun buku-buku tasawuf

berupaya menjelaskan dasar-dasar tarbiyah tasawuf (tarekat), membatasi

unsur-unsurnya secara umum, juga berusaha memunculkan pandangan

kelompok sufi terhadap ilmu-ilmu kelompok lain yang semasa dengan

mereka, seperti para fuqoha, mufassirin, mutakallimin, dan , ulama-lain

yang sepadannya. Diantara mereka misalnya Abu Thalib al-Makki dalam

bukunya qutul qulub (konsumsi pokok qalbu).

Ibnu Khaldun berkata: ketika ilmu pengetahuan ditulis dan

dibukukan, para fuqoha menyusun fikih, serta usulnya, ahli kalam

meyusun ilmu kalam, mufassirin menulis tafsir, dan lain sebagainya, para

tokoh sufi juga melakukan hal yang sama, menulis dan menyusun buku-

buku tasawuf setelah sebelumnya thoriqoh hanya sebuah ritual ibadah saja

dan hukum-hukumnya hanya bersumber dari dada (hafalan) para

tokohnya, sebagaimana halnya terjadi pada semua ilmu yang dibukukan,

seperti tafsir, Hadis, fikih, usul dan lain sebagainya.

Ibnu Taimiyah menyebutkan, ilmu tasawuf pertama kali muncul di

kota Bashroh, hal itu ditandai dengan adanya sifat zuhud, ibadah dan rasa

takut yang berlebihan serta hal ini tidak dialami seluruh penduduk kota

besar, karenanya, pada saat itu dikenal fikih ahli Kufah dan ibadah ahli

Bashrah. Dapat dikatakan bahwa tasawuf muncul secara alami dalam

lingkuangan Islam sebagai dampak dari beberapa faktor yang ada di dalam

lingkungan tersebut. Dan ilmu ini tetap akan terwujud, walaupun kaum

muslim tidak memiliki kontak langsung dengan kebudayan asing, atau

bentuk-bentuk tasawuf yang lain. Tokoh-tokoh tasawuf sering kali

menjelaskan bahwa tasawuf mereka bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.

Mereka sering kali mengulang-ngulang dalam berbagai kesempatan serta

kukuh dengan sikap itu di berbagai kondisi agar hal itu melekat di dalam

jiwa pengikutnya. Sebagaiman imam Junaidi bertutur: “Mazhab kami ini

berpegang teguh dengan dasar-dasar Al-Qur’an dan Sunnah”. Ia berkata

Page 26: 09. TASAWUF

Page | 26

lagi: “Semua jalan (manhaj) terhalang bagi makhluk kecuali orang-orang

yang meneladani Nabi serta mengikuti Sunnah dan tetap konsekwen dalam

manhajnya”. Ketika salah seorang tokoh sufi ditanya tentang bid’ah, ia

menjawab: “bid’ah itu adalah melanggar hukum, mengabaikan Sunnah,

mengikuti jalan pikiran manusia dan hawa nafsu, serta tidak meneladani

dan mengikuti Nabi saw”.

Maka pada akhir abad ini, serta pada abad ketiga dan keempat

Hijriyah tasawuf menurut tokoh-tokohnya adalah “sekumpulan etika,

akhlak, dan keyakinan-keyakinan yang sangat dipegang teguh oleh para

sufi dan kalangan elit ulama”.

Dapat kita katakan terhadap tasawuf macam ini adalah Tasawuf

Sunni, yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah,

bersumber serta tidak keluar dari batas-batasnya, mengontrol prilaku,

lintasan hati, dan pengetahuan mereka dengan dua neraca itu. Selama para

tokoh tasawuf ini mengumandangkan loyalitas mereka kepada Syari’ah

Allah, maka kita harus meyidang mereka menurut dua standar di atas,

karena itu adalah standar apa yang mereka ridlai. Jika perkataan dan

perbuatan mereka sesuai dengan Syari’ah maka kita terima, sementara jika

melanggarnya, maka kita harus menolak dan meninggalkannya.

Salah seorang syekh tasawuf mengatakan hal ini secara terang-

terangan. Syekh Abul Hasan syazili pernah berkata kepada salah seorang

muridnya: “Apabila Kasyafmu bertentangan dengan Al-Qur’an dan

Sunnah, maka engkau harus tetap komitmen terhadap keduanya dan

tinggalkanlah kasyafmu itu, dan katakanlah kepada dirimu bahwa Allah

telah menjamin keselematanku dalam Al-Qur’an dan Sunnah, sementara

aspek kasyaf, ilham, dan musyahadah tidak memberikan jaminan

kepadaku”.

Page 27: 09. TASAWUF

Page | 27

Sementara dikalangan kaum muslimin sendiri juga terdapat tasawuf lain

yang berbeda dari apa yang telah kita bicarakan. Yang kita kenal dengan

nama tasawuf asing (mistis) atau tasawuf filsafat. Maksud tasawuf filsafat

ini adalah tasawuf yang membahas tentang pemikiran-pemikiran , atau

tema-tema yang memiliki kesamaan pada apa yang kita dapati di sebagian

formulasi ajaran kerohanian yang ada di luar lingkuangan ummat Islam,

contohnya seperti kerohanian hindu, masehi, atau Flato modern.

Keberadaan tasawuf ini dikalangan ummat Islam disebabkan

beberapa faktor. Secara umumnya dapat dikatakan bahwa sebagian

kelompok sufi telah mendapat kesempatan berkomunikasi atau mengenal

langsung macam-macam ajaran mistis asing. Hal itu terkadang berpulang

pada tarjamah-tarjamah yang menjadi sebuah faktor umat Islam mengenal

turos bangsa-bangsa lain. Faktor lain juga disebabkan setelah futuhat Islam

kaum muslimin menjalin kontak langsung dengan bangsa-bangsa yang

memang sudah mempunyai akar kuat pada ajaran mistis seperti Hindu, dan

Persia . Barangkali juga asal-usul sebagian kelompok sufi tersebut berasal

dari bangsa-bangsa ini. Tidak salah kalau kita megatakan bahwa agama-

agama minoritas juga memiliki pengaruh terhadap masalah ini, hal itu

merupakan dampak dari adanya komunikasi dengan para pendeta Nasrani,

atau Yahudi, terlebih lagi di antara mereka ada yang dikenal sebagai orang

yang sering menta’wilkan teks-teks agama.

Buah dari komunikasi dengan sejumlah referensi ini, maka kita

sering mendapati diantara orang-orang yang memliki loyalitas kepada

tasawuf ada yang berbicara tentang ittihad, wihdatul wujud, atau suqut at-

taklif (terbebas dari taklif agama) dari para wali, dan tema-tema lain yang

tidak mudah dirujuk kepada Islam, namun lebih mudah dikembalikan pada

sumber-sumber asing di luar Islam.

Oleh karena itu, tasawuf digambarkan sebagi sebuah bid’ah, atau

kependetaan, padahal para pembaharu tasawuf Sunni terus mengawasi

Page 28: 09. TASAWUF

Page | 28

teori asing ini dan mengkanter para tokohnya serta menjelaskan hal-hal

yang menyimpang dari Syari’ah Islam. Di samping mereka juga

melakukan hal yang sama menjelaskan aqidah mereka, dan menjelaskan

dasar-dasar Syari’ah yang menjadi landasan berdirinya torekat (tarbiyah)

mereka. Karena itu tidak heran bila kita temukan di sejumlah buku-buku

tasawuf dimulai dengan menjelaskan aqidah sufi yang berhubungan

dengan Allah dan sifat-sifat- Nya, keNabian dan karekteristik serta

kedudukannya. Semua itu telah dijelaskan dalam kitab at-Ta’aruf, al-

Luma’, Qutul Quluub, Risalah Qusyairiyah, dan karya-karya Sufi lain

yang berbicara tentang hal itu.

Ketika kelompok sufi pertama telah membagi antara ilmu Syari’ah

(ilmu zhohir) yang tampak pada lahiriyah, dan ilmu hakikat (ilmu bathin)

yang stresingnya adalah hati, maka mereka mulai menysusun terminologi-

terminologi khusus untuk kalangan mereka sendiri serta simbol-simbol

tertentu yang hanya dapat dipahami dengan betul oleh seorang yang

belajar langsung dengan mereka. Maka berbondong-bondongl ah orang

mendatangi mereka untuk bergabung dan menimba ilmu, namun metoda

kelompok Sufi pertama ini belum sempurna dan terorganisir dengan baik,

sebagaimana metoda sufi belakangan. Di mana mereka masih individual

yang terpisah-pisah dan tidak memiliki ikatan diantara mereka. (belum

terorganisir) .

Pada abad kelima muncullah Imam Ghozali r.a (w: 505 H) kita

dapati bahwa ia memiliki pemahaman tasawuf yang tidak jauh berbeda

dengan apa yang dipahami oleh para sufi di masa pertama. Ia berpendapat,

bahwa tarekat tarbiyah tasawuf merupakan persembahan mujahadah dan

penghapusan sifat-sifat tercela. Tarbiyah ini berpulang kepada semata-

mata upaya pembersihan jiwa dari seorang salik (seorang insan tarbiyah),

penjernihan dan pencerdasan, kemudian penyiapan dan penyerahan diri

kepada Allah. Imam Ghozali telah menjelaskan kaidah-kaidah suluk

(tarbiyah ruhiyah) secara terperinci, seperti hubungan seorang murid

Page 29: 09. TASAWUF

Page | 29

dengan Syekh (murobbi), menjelaskan tentang tata cara uzlah, dzikir, dan

semua yang berhubungan dengan kaidah-kaidah tersebut. Bahkan Ia juga

melandasi kaidah-kaidah taswuf Sunni yang memperhatikan sisi

pendidikan akhlak dalam dunia Islam, meyatukan antara ilmu syari’ah

(ilmu lahiriyah) dan ilmu hakikat (bathin), serta menolak bentuk-bentuk

tasawuf lain yang menyimpang, seperti tasawuf filsafat yang berdiri atas

pemikiran hulul dan ittihad.

Tidak lama kemudian bermunculanlah para pembesar Tasawuf

yang mengagumi konsep dan orientasi Imam Ghozali ini, kami sebutkan di

antara mereka adalah: Syekh Abdul Qodir Jailani (W:561 H) pendiri

thoriqoh Qhodiriyah, dan Syekh Ahmad Rifai (w:578 H) pendiri thoriqoh

Rifaiyyah, kemudian terus bermunculan pembesar Syekh tasawuf di

beberapa negara Islam dan thoriqoh sufiyyah itu terus berkembang dan

tersebar sejak abad ke IV Hijriyah sampai saat ini.

Sejak abad itu kata tasawuf dilekatkan kepada: “sekumpulan

individu-individu kaum sufi yang berafiliasi kepada syekh tertentu, dan

patuh terhadap sistem suluk (tarbiyah ruhiyah) secara detail, dan mereka

hidup secara kolektif di berbagai zawiyah, rubbat, dan khanoqoh, atau

mengadakan perkumpulan rutin pada kesempatan-kesempat an tertentu,

serta mengadakan majlis-majlis ilmu dan zikir secara teratur”.

Toriqoh ini setelah berjalan secara individu akhirnya menjadi

sebuah tarbiyah tasawuf kolektif seperti madrasah spritual dalam dunia

Islam. Dan dapat dinamakan sistem ini dengan “Tasawuf Amali (praktis)

atau Thoriqoh Sufiyah. Syekh Abdul Qodir Jilani dalam hal ini merupakan

orang pertama yang mendirikan metoda Thariqoh praktis ini.

Page 30: 09. TASAWUF

Page | 30

I. Peranan Tasawuf Dalam Kehidupan Moderen

Masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di

suatu tempat dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan tertentu yang bersifat

mutakhir.

Pada masa yang akan datang tampaknya perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknlogi serta industrialisasi akan berlangsung terus dan sangat

menentukan peradaban umat manusia, namun demikian masalah-masalah

moral dan etika akan ikut mempengaruhi pilihan komitmen agama benar-

benar terjadi, dan ini akan sangat mempengaruhi corak peradaban dimasa

depan.

Dengan demikian, bisa kita perkirakan beberapa kemungkinan corak

agama yang akan menjadi mentalitas masyarakat dimasa mendatang yaitu

sebagai berikut :

1.      Kecenderungan bahwa Islam akan semakin kuat menjadi established

religion (agama mapan)

2.      Kecenderungan bahwa Islam akan menjadi ethical religion.

3.      Kecenderungan bahwa Islam akan menjadi spiritual religion.

Namun demikian, perlu di ingat bahwa tasawuf tidak bisa dipisahkan dari

kerangka pengalaman agama dan karena itu harus selalu berorientasi

kepada Al-Qur’an dan sunnah inilah yang mungkin disebutkan hamka

sebagai tasawuf modern yaitu membawa kemajuan, bersemangat tauhid

dan jauh dan kemusyrikan, bid’ah dan khufarot. Karena itu, gambaran

seorang sufi yang sejati telah nabi kita Muhammad SAW.

Page 31: 09. TASAWUF

Page | 31

Dengan cara ini, maka akan tergabung kehidupan yang seimbang antara

lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi, serta individu dan masyarakat.

Keseimbangan ini harus menjadi ruh bagi peradaban manusia dalam

kehidupan modern sekarang ini.

Page 32: 09. TASAWUF

Page | 32

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tasawuf adalah suatu kegiatan yang dilakukan para sufi yang mana

mereka menjalankan kehidupan hanya semata-mata untuk mendapatkan

rida dari allah. Mereka selalu berbuat kebaikan di jalan Allah SWT dan

selalu berusaha menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Mereka menjalankan

kehidupan secara sederhana. Fan ajaran tasawuf dibagi menjadi tiga yaitu

tasawuf falsafi, akhlaki dan amali. Dan menrut al-quran tasawuf adalah

ajaran yang datang dari Allah SWT, walaupun banyak pendapat yang

mengatakan bahwa tasawuf di pengaruhi oleh kebudayaan kelompok

tertentu. Fase awal tumbuhnya tasawuf disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu faktor agama, faktor politik dan faktor sosial.

B. Saran

Dengan mempelajari makalah tentang tasauf ini diharapkan kepada kita

semua agar lebih dekat lagi dengan Allah SWT. Dan kepada teman-teman

agar dapat mempelajari tasauf ini jauh lebih dalam lagi.

Page 33: 09. TASAWUF

Page | 33

DAFTAR PUSTAKA

1. Asmaran As. 1996. Pengantar studi tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada

2. Rosihan A, Mukhtar S. 2000. Ilmu tasawuf. Bandung : pustaka setia